Anda di halaman 1dari 34

DEPARTEMEN KONSERVASI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HASANUDDIN

Diskusi Ilmiah

Perawatan Saluran Akar dengan Teknik Preparasi Crown-Down Pressureless.gigi molar


mandibular dan Inlay klas 2 porselain

OLEH :
Melati Eka Putri.SR J014201015
Nur Azizah Nahla J0142010

Dosen Pembimbing : Prof.Dr.drg. Ardo Sabir,M.Kes

DIBAWAKAN SEBAGAI TUGAS KEPANITRAAN KLINIK


DEPARTEMEN KONSERVASI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
BAB I

PENDAHULUAN

Patologi yang berasal dari endodontik adalah penyebab utama perawatan darurat dalam

praktik kedokteran gigi, karena gejala nyeri yang dimiliki sebagian besar penyakit ini.Patologi

pulpa adalah perubahan atau cidera yang disebabkan pada jaringan pulpa yang dapat berkembang

menuju daerah periapikal gigi, melalui foramen apikal yang disebabkan oleh patologi periapikal.

Pulpa gigi adalah jaringan ikat halus yang mengandung banyak pembuluh darah, pembuluh

limfatik, serabut saraf dan sel yang tidak berdiferensiasi, pulpa bertanggung jawab untuk

mempertahankan vitalitas dentin, mempertahankan sensitivitas dan mensuplai dentin dengan zat

yang diperlukan untuk perbaikan. Dentin bergantung pada jaringan pulpa untuk pembentukan

dan pemeliharaannya,(1) Penyakit pulpa dan periapikal sebagian besar disebabkan oleh infeksi

mikroorganisme. Faktor lain yang dapat memperparah keadaan ini diantaranya adalah perforasi

akar, instrumen yang patah, bahan pengisi saluran akar yang berlebih dan teknik pengisian

saluran akar yang kurang baik. Namun hal-hal tersebut tidaklah signifikan dalam mengakibatkan

kegagalan perawatan saluran akar jika dibandingkan dengan infeksi mikroorganisme. (2)

Tujuan akhir perawatan endodontik adalah retensi jangka panjang pada fungsi gigi

dengan patologi pulpa atau periapikal. Tergantung pada diagnosisnya, terapi ini biasanya

melibatkan preparasi dan obturasi semua saluran akar.(3) Keberhasilan dalam perawatan

endodontik didasarkan pada triad endodontikyaitu debridement, desinfeksi menyeluruh, dan

obturasi, dengan semua aspek sama pentingnya.Saat ini, perawatan saluran akar yang berhasil

didasarkan pada prinsip yang lebih luas. Prinsip ini termasuk diagnosis dan perencanaan

perawatan; pengetahuan tentang anatomi dan morfologi; konsep konvensional debridement,

desinfeksi menyeluruh, dan obturasi.(4) Preparasi sistem saluran akar diakui sebagai salah satu
tahap terpenting dalam perawatan saluran akar. Tahapan ini termasuk pengangkatan jaringan

vital dan nekrotik dari sistem saluran akar, bersama dengan dentin akar yang terinfeksi dan,

dalam kasus perawatan ulang, pengangkatan hambatan logam dan non-logam.(5) Tujuan dari

prosedur pembentukan saluran akar adalah untuk mengangkat dentin yang terinfeksi dari dinding

saluran akar. Perawatan endodontik berfokus pada eliminasi mikroorganisme dengan preparasi

kemo-mekanis saluran akar.“Preparasi kemo-mekanis” yang ideal mengacu pada saluran akar

yang sudah dibentuk sedemikianrupasehingga dapat diakses dengan larutan

desinfektan.Pembentukan saluran akar dengan preparasi mekanis tidak hanya menyediakan

ruang untuk obturasi tetapi juga memfasilitasi desinfeksi dengan menyebabkan disrupsi biofilm

yang melekat pada permukaan saluran akar. Instrumentasi mekanis yang benar pada saluran akar

harus menghasilkan saluran akar berbentuk tapered dan berbentuk corong yang sesuai dengan

anatomi saluran asli.(6)

Sudah terdapat banyak jenis preparasi saluran akar baiksecara manual atau secara

otomatis.Adapun teknik preparasi saluran akar manual meliputi teknik konvensional, teknik step-

back, terknik circumferential filing, anticurvature filing, teknik crown-down, step-down,

balanced force, apical box, dan single-length. Untuk preparasi mekanis terdapat conventional

rotary system, dan NiTi system (single file, single length, dan crown-down).(7)

Perawatan jaringan gigi yang terkena karies dapat dilakukan dengan Restorasi secara

direct maupun indirect. Alasan pemilihan restorasi indirect adalah kekuatan dan daya tahan yang

lama; restorasi direct memiliki daya tahan yang lebih rendah, sehingga pada kondisi tertentu

restorasi indirect menjadi pilihan yang terbaik dibanding restorasi direct.(8) Hal ini dikarenakan

restorasi indirek dianggap sebagai metode yang memungkinkan untuk meminimalisir pengerutan

polimerisasi. Polimerisasi ekstraoral bertujuan menurunkan tekanan internal danmeningkatkan


kemampuan fisik serta mekanis.Selain itu, dapat membatasi volume yangterpolimerisasi secara

intraoral sehingga efek negatif pengerutan polimerisasi hanya terjadipada permukaan yang

disementasi.(9)

Restorasi indirect juga menjadi pilihan pada kasus yang membutuhkan bentuk, estetik

dan kontak proksimal yang adekuat. Pada kasus yang sulit dilakukan restorasi secara direct,

biasanya dengan menggunakan teknik restorasi indirect, hasil yang memuaskan dapat diperoleh.

Restorasi inlay merupakan restorasi indirect yang dapat digunakan pada kavitas sedang kelas I

dan II. Restorasi inlay juga dapat terbuat dari porcelain, alloy, dan komposit. Akan tetapi, pasien

biasanya menolak menggunakan restorasi metal, sehingga dokter gigi dapat memilih antar dua

bahan dengan estetik yang baik yaitu keramik dan komposit.(8)


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perawatan saluran akar CDP


2.1.1 Definisi perawatan saluran akar
Perawatan saluran akar adalah prosedur yang secara biologis dan kimiawi dapat
diterima dalam sistem saluran akar untuk menghilangkan penyakit pulpa dan
periradikuler dan untuk meningkatkan penyembuhan dan perbaikan jaringan
periradikuler. Perawatan saluran akar mencakup pembuangan jaringan pulpa dan
desinfeksi sistem saluran akar. Sistem saluran akar yang telah didesinfeksi
kemudian diisi untuk mencegah perkembangan dan masuknya kembali mikroba.
Tujuan utama perawatan saluran akar adalah mengembalikan dan menjaga
kesehatan jaringan periradikuler, memungkinkan gigi tetap terjaga sebagai unit
fungsional yang sehat dalam lengkung gigi.10 (Tsan)
2.1.2 Indikasi dan kongtraindikasi cdp11
Indikasi cdp adalah:
a. Indikasi umum perawatan saluran akar adalah jika pulpa terekspos akibat
karies, trauma, fraktur, dll sehingga gigi dipertahankan dengan perawatan
saluran akar
b. Kondisi infeksi bakteri yang melewati kamar pulpa baik pada gigi nekrosis
maupun gigi vital
c. Patologi periapikal kurang dari 1/3 apeks
d. Gigi tidak normal dan jaringan periodontal normal
e. Teknik CDP biasanya diindikasikan untuk seluran akar yang sempit
Kontraindikasi cdp adalah:
a. Fraktur akar vertikal.
b. Kerusakan jaringan periapikal melibatkan lebih dari sepertiga panjang akar
gigi.
c. Resorbsi tulang alveolar melibatkan setengah dari permukaan akar gigi.
d. Kondisi sistemik pasien, seperti diabetes melitus yang tidak terkontrol.
e. Gigi yang tidak memungkinkan dilakukannya instrumentasi, seperti akar
dengan dilaserasi, kalsifikasi, dentinal sclerosis, dll.
2.1.3 Keuntungan cdp7
a. Lebih sedikit gesekan dan tekanan pada instrumen sehingga mengurangi
risiko fraktur instrumen
b. Lebih sedikit pelurusan saluran karena pengurangan gesekan memungkinkan
preparasi yang lebih terkontrol
c. Lebih sedikit kontaminasi pada zona apikal saluran akar dengan mengurangi
transportasi debris yang terinfeksi.
d. Pelebaran koronal tengah akar awal memungkinkan desinfeksi dini bagian
koronal sistem saluran akar.
e. Berkurangnya debris yang terekstrusi di luar foramen apikal.
2.1.4 Kekurangan Preparasi Crown Down Pressureless
a. Penggunaan instrumen rotari pada saluran akar yang ujungnya kecil atau
saluran akar yang terkalsifikasi sebagian dapat menjadi predisposisi
terjadinya perforasi saat instrumen bergerak ke apikal.
b. Jika instrumen rotary yang besar dan kurang fleksibel digunakan terlalu
cepat dan jauh di dalam saluran akar, ledge dapat terbentuk.
2.1.5 Tahapan perawatan saluran akar

A. Teknik Preparasi Crown Down Pressureless (CDP)

Konsep instrumentasi yang dimulai pada bagian 1/3 coronal saluran akar

terlebih dahulu sebelum membentuk daerah apikal pertama kali diperkenalkan

oleh Goerig et al. Teknik crown-down partama juga dikenal sebagai teknik

step-down. Terdapat 3 modifikasi teknik crown-down yaitu teknik crown-

down pressureless, teknik double flare, dan teknik balanced force. Teknik

crown down pressureless diperkenalkan oleh Marshall dan Pappin. Prosedur

awal adalah early coronal flaring dengan Gates-Glidden drills kemudian

diikuti oleh pengangkatan dentin secara incremental dari arah koronal ke


apikal, sehingga disebut sebagai teknik “crown-down”. K-file lurus kemudian

digunakan dengan urutan dari besar ke kecil dengan gerakan reaming dan

tanpa memberikan tekanan kea rah apikal sehingga teknik ini disebut sebagai

teknik “pressureless”12

B. Alat dan Bahan

1) Set oral diagnostik (pinset, 2 buah mirror, sonde, excavator)

2) Rubber dam atau cotton roll

3) Bur (Round bur, endo access bur, fissure bur)

4) Jarum Miller untuk mengukur panjang kerja

5) Jarum ekstirpasi untuk ekstirpasi pulpa

6) K-file

7) Pro-Taper hand file

8) Lentulo

9) Dental paper point

10) Spreader &Plugger

11) Gutta Percha

12) NaOCl / EDTA

13) CaOH2

14) Sealer

15) Endo block

16) Jarum irigasi

17) Glass plate

18) Agatha Spatel

C. Prosedur Klinis
1. Preassessment13

Setelah pemeriksaan klinis dan diagnosis, penilaian awal kasus sangat

penting, termasuk konstruksi bayangan dari gigi yang akan dirawat yang

tersimpan dalam pikiran. Radiografi preoperatif diperiksa dengan hati-hati

dan permukaan akar eksternal dipalpasi atau diperiksa. Perhatian khusus

diberikan kepada:

a. kemungkinan kemiringan gigi;

b. kontur servikal dari mahkota gigi (sisa);

c. ukuran kamar pulpa;

d. jumlah obliterasi dan penyempitan sistem saluran akar;

e. integritas dan arah ligamentum periodontal;

f. jumlah akar (dan saluran akar);

g. panjang dan diameter akar;

h. derajat kelengkungan saluran akar (sejauh mungkin).

2. Anastesi local

Untuk meredakan nyeri saat preparasi akses kavitasdilakukan tindakan

anestesi lokal secara infiltrasi dan intrapulpal.13

3. Isolasi gigi

Asepsis adalah persyaratan ketat untuk perawatan endodontik non-

bedah.Kontaminasi bakteri di daerah kerja (mahkota gigi dan sistem saluran

akar) dihindari dengan menggunakan teknik isolasi dan desinfeksi rubber

dam, instrumen yang disterilkan dan bahan yang didekontaminasi.Isolasi


jugadilakukan
daerah kerja paling baik dilakukan dengan rubber dam namun bisa

dengan cotton roll.13

4. Pembukaan akses ke kavitas 13

Penetrasi awal ke dalam kamar pulpa harus dilakukan dengan menggunakan

roundbur dengan handpiece berkecepatan tinggi berpendingin air. Biasanya

arah yang aman untuk menghindari misalignment dan kerusakan berlebihan

pada mahkota adalah menuju saluran akar terluas (misalnya akar palatal

pada gigi molar atas dan akar distal pada gigi molar bawah).Begitu masuk

ke kamar pulpa, margin yang overhanging harus dihilangkan. Bur yang

berguna dalam fase persiapan akses ini adalah round burdengan shank yang

panjang. Probing permukaan akar dapat sangat berguna dalam kasus

premolar dengan banyak saluran akar di akar bukal, dan dalam kasus

preparasi melalui mahkota logam. Jika terdapat restorasi koronal maka

disarankan untuk melakukan pengangkatan restorasi koronal karena:

a. memungkinkan interpretasi radiografi yang lebih baik dari anatomi

bagian koronal sistem saluran akar;

b. memungkinkan pemeriksaan lengkap dari sisa mahkota (misalnya untuk

mendeteksi kemungkinan fraktur);

c. mengatasimarginal leakage;

d. mendeteksi karies tersembunyi;

e. memberikan pandangan yang lebih baik dari kamar pulpa karena ada

lebih banyak cahaya yang dibiaskan;


f. mencegah pembacaan yang tidak konsisten saat menggunakan

electronic apex locator

g. mencegahmetal filling memasuki saluran.

Setelah terbuka, lantai kamar pulpa dapat diperiksa seperti peta untuk

mengeksplorasi anatomi sistem saluran akar.Tindakan ini harus dilakukan dengan

hati-hati untuk menghindari kerusakan lantai kamar pulpa karena orifisium

saluran akar harus dicari di sepanjang sistem alur.Sonde berujung tajam dapat

digunakan pada tahap ini.Dalam kasus jika terdapat deposisi jaringan

termineralisasi, eksplorasi alur penghubung dapat dilakukan dengan

menggunakan instrumen bertenaga ultrasonik (digunakan pada pengaturan daya

rendah dan dengan sentuhan ringan) atau dengan bur bulat bershank panjang

dalam kecepatan lambat (800–1000 rpm).Sedikit perbedaan warna antara dinding

kamar pulpa dan lantai membantu dalam menemukan jalan masuk saluran akar

Dinding kavitas diatur untuk memantulkan cahaya dan untuk memungkinkan

akses masuk ke saluran akar yang lurus.Misalnya, untuk menemukan MB2

(saluran akar kedua di akar mesiobukal) pada molar rahang atas, rongga akses

harus dibuat dengan ekstensi yang jelas ke arah sisi mesial.Semua dinding kavitas

kemudian dihaluskan dan dihubungkan dengan orifisium dari masing-masing

saluran akar.
Gambar 1. Skema akses saluran akar gigi-geligi (Sumber:Garg N, Garg A.
Textbook of endodontics. 3rd ed. 2014. p. 186)

Gambar 2. Preparasi molar


Sumber : Garg N, Garg A, Tewari S. Textbook of endodontics. 2nd ed. New
Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers. 2008.

5. Ekstirpasi pulpa

Jaringan pulpa diangkat tanpa rasa sakit dengan alat khusus yang disebut

menggunakan jarum dimasukkan hingga 2/3 panjang saluran akar

kemudian diputar 90o-180o searah jarum jam agar saat ditarik keluar

pulpa dapat terangkat dengan sempurna, dilakukan pada tiap akar

mesiobukal, distobukal dan palatal lalu diirigasi menggunakan NaOCl.4

Gambar 3. Pengangkatan jaringan pulpa menggunakan barbed broach

6. Penentuan panjang kerja13


Penentuan batas apikal untuk preparasi saluran akar (panjang kerja) adalah

langkah prosedural yang paling kritis; saluran harus diinstrumentasi tidak

terlalu pendek atau terlalu panjang. Instrumentasi yang terlalu pendek dari

saluran berisiko meninggalkan jaringan yang masih terinflamasi dan

elemen infeksius di dalam ruang saluran akar, sementara instrumentasi di

luar foramen apikal dapat memaksa debris infeksius masuk ke dalam

kompartemen jaringan periapikal dan menyebabkan endodontik flare-

up.Overpreparation juga dapat membuka jalan untuk overfilling dengan

reaksi benda asing yang tersisa dan sebagai akibatnya regenerasi jaringan

pendukung yang tidak lengkap. Umumnya, diyakini bahwa batas apikal

dari intervensi harus berada pada konstriksi apikal karena lokasi ini

menunjukkan persimpangan antara jaringan periodontal dan pulpa.

Panjang kerja dapat ditentukan dengan beberapa cara, tetapi metode apa

pun yang digunakan harus akurat, dapat diulang, dan dilakukan dengan

mudah. Radiografi periapikal yang tidak terdistorsi yang diambil dengan

film holder dan teknik paralel sebelum perawatan hanya memungkinkan

perkiraan perkiraan panjang preparasi saluran akar yang akan diambil.

Untuk pengukuran yang lebih tepat, instrumen precurved dengan silikon

stop pada poros ditempatkan ke dalam saluran akar pendek dari panjang

yang diperiksa.

Jika preflaring koronal saluran akar telah dilakukan sebelum

pengukuran panjang kerja maka sensasi taktil dapat digunakan untuk

meraba konstriksi apikal. Namun, tidak akan ada umpan balik taktil yang
tepat jika konstriksi apikal telah rusak (misalnya resorpsi akar), jika

perkembangan akar belum mature dari ujung akar, atau jika saluran akar

sempit sepanjang sebagian besar panjangnya. Saluran akar yang sedang

dieksplorasi perlu dilebarkan ke ukuran 10-15 agar ujung instrumen

terlihat jelas pada radiografi panjang kerja.Jika gambar radiografi

menunjukkan ujung instrumen lebih dari 2mm pendek dari puncak

radiografi, maka silikon stop harus diatur ulang dan dilakukan

pengambilan radiograf lagi. Jika ujung instrumen keluar dari kontur akar

pada radiografi, maka silikon stoperp harus disesuaikan dan radiografi

selanjutnya diambil.Panjang kerja dicatat dalam catatan kemajuan pasien

bersama dengan titik referensi koronal dari mana pengukuran dilakukan.

Metode radiografi jauh dari akurat ketika:

a. jalan keluar saluran akar menyimpang pada bidang buccolingual (atau

buccopalatal);

b. posisikonstriksi apikal jauh dari apeks radiografi;

c. resorpsi akar eksternal miring mempengaruhi ujung akar;

d. apeks radiografi tidak dapat dilihat karena proyeksi berlebihan dari

struktur (anatomi).

Untuk alasan ini electronic apex locators (EALs) digunakan untuk

melengkapi metode radiografi.EAL yang bergantung pada frekuensi

menggunakan teknologi yang lebih maju dan mengukur perbedaan

impedansi antara dua frekuensi atau rasio dua (atau lebih) impedansi

listrik. Menggunakan EAL, satu sisi sirkuit listrik terhubung ke instrumen

saluran akar dan elektroda lainnya ke klip bibir yang terhubung dengan
mukosa mulut. Saat instrumen bergerak menuju apeks, perbedaan

impedansi (atau rasio) menjadi lebih besar dan menunjukkan nilai terbesar

pada konstriksi apikal, memungkinkan pengukuran di lokasi ini.Beberapa

perangkat perlu dikalibrasi ketika instrumen dimasukkan ke dalam bagian

koronal kanal.Akurasi EAL kontemporer sangat tinggi (sekitar 90%)

dengan tingkat toleransi 0,5 mm. Untuk alasan itu, EAL saat ini digunakan

sebagai tambahan penting untuk radiografi untuk menentukan panjang

kerja.Harus disadari bahwa ketika lumen kanal dari kanal melengkung

secara bertahap diperbesar, instrumen yang digunakan untuk mengukur

panjang kerja akan mengikuti jalur yang lebih lurus dari awalnya.

Akibatnya panjang kerja (yaitu jarak antara titik referensi dan tingkat

apikal instrumentasi yang diinginkan) akan berubah sepanjang preparasi

saluran akar. Dengan menentukan panjang kerja setelah preflaring

koronal, seseorang akan meminimalkan risiko instrumentasi berlebihan.

Selain itu, EAL dapat dihubungkan ke setiap file dari seri untuk terus

memantau penyisipan file relatif terhadap panjang kerja.

7. Preparasi saluran akar14

a. Setelah akses kavitas, lakukan irigasi pada saluran akar dan mulai

lakukan preflaring pada orifisium saluran akar. Preflaring sepertiga

coronal saluran akar dapat dilakukan dengan instrumen tangan (Protaper

SX, gates-glidden drill atau nickel-titanium rotary instruments.

b. Gates-gliden drills dapat digunakan setelah negosiasi orifisium saluran

akar dengan file nomor 10-15, dilanjutnya sengan protaper S1 sampai


2/3 corona dengan gerakan watch winding. K-file dimasukkan dengan

lubrikan EDTA dibilas dengan saline dan irigasi menggunakan NaOCl

2,5%. Kemudian menentukan glidepath dengan memasukkan k- file #10

masuk sampai menentukan panjang kerja (reference point). Pengukuran

panjang kerja dilakukan dengan mengukur panjang kerja estimasi dari

foto radiograf yang akan dikonfirmasi dengan apex locator.

c. Preparasi CDP dimulai dengan menggunakan k-file 10, 15 sesuai dengan

panjang kerja sampai tidak ada tahanan. Masukkan protapper S1 sesuai

panjang kerja yang digerakkan secara lateral brushing dan gerakan out-

stroke yangdilakukan secara kontinyu berguna untuk memotong dan

mengeleminasi debris pada dentin kemudian irigasi dengan

menggunakan NaOCl 2,5% masukkan protapper S2 yang sesuai panjang

kerja dan setelah itu kembali diirigasi dengan menggunakan NaOCl

2,5% dan diulang sampai tidak adanya tahanan. Setelah menggunakan

protapper shaping dilanjutkan dengan menggunakan protaper finishing

yaitu pertama protaper F1(kuning) dengan gerakan non-brushing yang

berguna untuk menghaluskan dinding saluran akar, gerakan protaper

sampai tidak ada tahanan, kemudian dilanjutkan dengan protaper F2

(merah) dan sudah ada tugback berarti sudah tidak dilanjutkan pada

protaper F3. Dan protaper F4 dan F5 merupakan protaper opsional yang

digunakan untuk saluran akar yang besar. Irigasi saluran akar setiap

pergantian protaper dengan NaOCl 2,5%. Setelah preparasi dengan


instumen terakhir, saluran akar diirigasi dan dikeringkan dengan paper

point.

d. Rekapitulasi dan filing dilakukan untuk memastikan panjang kerja

dipertahankan dan tidak ada debris yang menghalangi kanal apikal.

Kemudian irigasi menggunakan larutan natrium hipoklorit.

e. Circumferential filing dengan H file ke master apikal file untuk

menghilangkan defek dentin di dinding kanal agar mendapatkan dinding

preparasi yang halus.Smear layer harus dihilangkan selama cleaning

awal perawatan endodontik.

Penghilangan smear layer melalui penggunaan bahan kimia penting untuk

menghilangkan debris pulpa yang berhubungan dengan smear layer yang

berasal dari proses instrumentasi. Natrium hipoklorit (NaOCl) yang

digunakan selama atau setelah instrumentasi menghasilkan dinding dentin

yang bersih. Agen chelating berbasis EDTA(ethylene diamine tetra-acetic

acid) decalcified dentin 17% digunakan selama 1 menit untuk

menghilangkan sumbatan dentin dan sisa-sisa sel.15

Selama prosedur pembersihan dan pembentukan saluran akar, smear layer

dan debris dari preparasi saluran akar dapat terjadi yang mengarah ke apikal

sehingga menyebabkan penyumbatan panjang kerja menjadi lebih

pendek.Kombinasi irigasi yang berlebihan di seluruh dan penetrasi berulang

dari foramen apikal dengan file kecil selama instrumentasi dapat mencegah

akumulasi debris pada foramen apikalis.Mempertahankan patensi apikal

pada prosedur instrumentasi saluran akar dapat memastikan bahwa panjang


kerja tidak berubah dan pembersihan optimal dan tujuan pembentukan

saluran akar tercapai.4

Gambar 4. Urutan penggunaan protaper (Sumber:Garg N, Garg A. Textbook


of endodontics. 3rd ed. 2014. p. 265.)

Gambar 5. Ilustrasi teknik CDP (Sumber: Rotstein I, Ingle JI. Ingle’s


Endodontics.7th ed. 2019. p. 590)

8. Hal – hal yang diperhatikan pada Crown down pressureless

a. Ukuran file Hedstrom #15, 20 dan 25 dapat digunakan dengan

tekanan apical ringan dalam koronal dua pertiga dari kanal. File
tidak boleh dipaksakan dan ditempatkan pendek dari poit of binding.

Jika kanal sangat terkalsifakasi atau menunjukkan kelengkungan

yang signifikan, K file #08 #010 dapat digunakan untuk memastikan

patensi. Gerakan file sirkumferensial dengan file H memastikan

smear layer dan debris dihilangkan sebelum pra-enlargemen

menggunakan burs Gates-Glidden.

Gambar 6 . (a – d ) Representasi diagram dari teknik crown-down di


mana preparasi saluran akar dari arah koronal ke apical. Instrumen
stainless (K files atau Gates Glidden burs)

digunakan dari file yang lebih besar ke yang lebih kecil dan

mengarah apical Arah. Preparasi nikel-titanium rotary file

menggunakan pendekatan crown down. Keuntungannya lebih cepat

pengangkatan debris secara koronally, penetrasi yang lebih dalam

irigan, mengurangi kesalahan prosedural seperti ledging dan zipping

dan kurang apikal debris ekstrusi. Selama adanya preparasi corona-

apical irigasi yang sering sangat penting agar instrumentasi dapat

tidak mengakibatkan ledging kanal, penyumbatan atau pemisahan

instrumen.
b. Irigasi harus dilakukan untuk megangkat smear layer dan debris

untuk mencegah penyumbatan apical.

c. Bur No.2 dan No.3 Gates-Glidden dapat digunakan dalam dua

pertiga koronal dari sepertiga apikal atau kelengkungan.

d. Panjang kerja ditetapkan, dan bagian apeks diperbesar (sebaiknya

ukuran minimal #25 atau #30 untuk memastikan irigasi yang

optimal).

e. Preparasi step-back dilakukan untuk menggabungkan preparasi

sepertiga apikal dan dua pertiga koronal.

f. Rekapitulasi dan filing dilakukan untuk memastikan panjang kerja

dipertahankan dan tidak ada puing-puing debris yang menghalangi

kanal apikal. Kemudian irigasi menggunakan larutan natrium

hipoklorit.

g. Sirkumferensial filing dengan H file ke master apikal file untuk

menghilangkan defek dentin di dinding kanal agar mendapatkan

dinding preparasi yang halus.

h. Direkomendasikan melakukan pemeriksaan radiograf untuk

memastikan panjang kerja15

9. Pemberian medikamen

Alasan utama dibalik pemberian medikamen intrakanal adalah untuk

membunuh bakteri di dalam saluran akar dan untuk mencegah terjadinya

infeksi ulang.Dengan tidak adanya nutrisi, bakteri tetap setelah obturasi di

saluran akar bisa mati. Jika bakteri bertahan hidup, bakteri mungkin
akanberkembang. Bakteri yang tersisa di tubulus dentin tidak dapat

dihilangkan melalui preparasi kemo-mekanis. Jika saluran akar tidak diberi

medikamen dengan benar dengan obat antiseptik di antara kunjungan,

bakteri sisa dapat meningkat dalam jumlah yang sama seperti pada tahap

awal perawatan. Dengan demikian penggunaan medikamen intrakanal yang

efektif untuk desinfeksi saluran akar diperlukan.Medikamen dengan efek

yang lama dan paling tidak menimbulkan iritasi pada jaringan periradikular

harus dimasukkan untuk menginfiltrasi tubulus dentin yang menghilangkan

bakteri ketika waktu tidak memungkinkan untuk menyelesaikan perawatan

pada satu kunjungan.Karena efek medikamen intrakanal lebih lama

dibandingkan dengan irigasi, umumnya direkomendasikan untuk mengisi

saluran akar antara janji dengan medikamen intrakanal. Tujuan dari

medikamen intrakanal adalah:

a. Eliminasi mikroorganisme: Tujuan utamanya adalah untuk membunuh

semua mikroorganisme yang hidup atau untuk mendisinfeksi semua

patogen di dalam ruang saluran akar.

b. Rendering isi kanal inert: Bahan ini memberitahu dengan menggunakan

bahan kimia yang "memperbaiki" ataujika tidak menonaktifkan jaringan

atau debris yang tersisa di ruang pulpa. Jika proses ini berhasil

diterapkan, maka dapat menonaktifkan bakteri sisa yang tersisa di ruang

pulpa.

c. Pencegahan atau pengendalian nyeri pasca perawatan: Indikasi

utamanya adalah untuk mengurangi atau mengubah efek inflamasi.


Medikamenakan melakukan ini melalui mekanisme antimikroba atau

dengan mengubah efek inflamasi secara farmakologis. Rasa sakit dengan

inflamasi dapat dikurangi dengan aplikasi ini. Tindakan kimia atau

farmakologis obat dengan aplikasi langsung pada saraf sensorik di pulpa

atau jaringan periapikal juga dapat mengatur rasa sakit.

d. Meningkatkan Anestesi: Dalam kondisi ketika pulpa sulit untuk

dianestesi, agen yang sesuai diberikan untuk mengurangi sensitivitas

pulpa yang meradang.

e. Kontrol abses periapikal persisten: Tanda dari lesi inflamasi periapikal

aktif dapat diidentifikasi oleh rasa sakit yang signifikan pada saluran

atau pembengkakan setelah perawatan atau saluran yang tetap basah.

Untuk meredakan situasi yang sulit ini, medikamen intra saluran telah

disarankan. Akses langsung dari agen ini diperlukan pada lesi periapikal.

Agen medikamendi ruang kanal akan memiliki akses langsung ke lesi

periapikal.16

10. Obturasi

Sistem saluran yang berbentuk baik dan dibersihkan harus menciptakan

kondisi untuk jaringan periapikal yang utuh. Di sisi lain, sistem saluran akar

ini tidak dapat diakses oleh sistem kekebalan tubuh dan oleh karena itu tidak

dapat memerangi kebocoran koronal. Oleh karena itu, praktik terbaik

menentukan bahwa saluran akar harus diisi sehermetis mungkin untuk

mencegah masuknya nutrisi atau mikroorganisme mulut.Idealnya, tambalan

saluran akar harus menutup semua foramen yang mengarah ke


periodonsium, tanpa rongga, beradaptasi dengan dinding saluran yang

diinstrumentasi, dan berakhir pada panjang kerja. Ada berbagai bahan dan

teknik yang dapat diterima untuk obturasi sistem saluran akar termasuk:

a. Sealer (semen/pasta/resin) saja

b. Sealer dan single cone dari bahan inti kaku atau fleksibel

c. Lapisan sealer dikombinasikan dengan cold compaction bahan inti

d. Lapisan sealer dikombinasikan dengan warm compaction bahan inti

e. Lapisan sealer dikombinasikan dengan bahan inti berbasis carrier

carrier.3

Salah satu teknik obturasi yang umum digunakan adalah kondensasi lateral

atau bisa juga dengan single cone.

a. Setelah selesai melakukan cleaning and shaping saliran akar, gutta

percha cone kemudian dipilih. Gutta percha yang dipilih harus yang

sesuai dengan preparasi apikal (master cone), gutta percha yang sesuai

harus bisa mencapai panjang kerja dan terjadi tug back (tidak mudah

tergeser dan terlepas).

b. Saluran akar diirigasi kemudian dikeringkan dengan paper point,

kemudian kecocokan master cone diuji dengan radiograf

c. Spreader dicocokkan ke dalam saluran akar dan harus bisa masuk

sampai 1-2mm dari panjang kerja saat pertama kali dimasukkan

d. Auxillary cone dipilih dan ukurannya sebisa mungkin mendekati ukuran

spreader yang masuk ke dalam saluran akar.


e. Bahan sealer dipersiapkan dan kemudian dimasukkan ke dalam saluran

akar menggunakan jarum lentulo, setelah itu master cone dimasukkan

kembali dengan hati-hati hingga mencapai panjang kerja.

f. Kemudian spreader dimasukkan ke dalam saluran akar untuk menggeser

master cone ke lateral (kondensasi lateral) sehingga auxillary cone

pertama bisa masuk ke dalam saluran akar.

g. Spreader kemudian diinsersikan kembali untuk membuat ruang lagi bagi

auxillary cone selanjutnya. Tahap ini akan diulang terus-menurus hingga

tidak ada lagi ruang yang memungkinkan masuknya spreader sehingga

auxillary cone tidak bisa lagi masuk.

h. Kelebihan gutta percha yang berada pada kavitas pulpa kemudian

dipotong menggunakan instrument yang telah dipanaskan lalu

dipadatkan menggunakan plugger

i. Kavitas pulpa dibersihkan dengan cotton pellet yang telah direndam di

dalam alkohol untuk menghilangkan partikel residu gutta percha

maupun sealer.7

11. Evaluasi

Dalam bedah medis, operasi bedah yang berhasil tidak selalu menjamin

penyembuhan penyakit yang diobati hal yang sama juga berlaku untuk

endodontik; pengobatan yang tepat tidak selalu berarti keberhasilan jangka

panjang. Untuk alasan ini, hanya mengambil radiografi segera setelah

perawatan tidak menandai akhir dari pengobatan.Keberhasilan pengobatan

ditentukan oleh observasi pascaoperasi jangka panjang. Radiografi dapat


mengungkapkan tiga situasi yang berbeda: kegagalan peerawatan yang

dilakukan, resolusi lesi periradikular (tulang dikembalikan ke kondisi

semula), atau “jaringan parut: dari radiolusensi periradikular (adanya

beberapa sisa radiolusensi periradikular).7Pasien harus dijadwalkan kembali

untuk mengevaluasi perbaikan jaringan dan proses penyembuhan. Pada

kasus dengan radiolusensi apikal, radiografi periapikal harus diambil pada

bulan ke 3, 6 dan 9 untuk melihat pembentukan tulang yang

berkelanjutan.Hasil radiografi gigi dengan pengisian saluran akar yang

sukses tidak menunjukkan penebalan ligamentum periodontal dan

kontinuitas lamina dura.Setelah 12 bulan post operatif, evaluasi

menggunakan pemeriksaan radiografi menunjukkan penyembuhan lesi

periapikal.

2.2 Restorasi Indirek Inlay


Restorasi indirek inlay merupakan restorasi yang dapat digunakan pada kavitas
sedang kelas I dan II. Restorasi inlay juga dapat terbuat dari porcelain, alloy, dan
komposit. Akan tetapi, restorasi metal jarang dipilih pasien sehingga dokter gigi dapat
memberikan pilihan antar dua bahan dengan estetik yang baik yaitu keramik dan
komposit. Restorasi inlay yang terbuat dari komposit masih memiliki kekurangan
meskipun telah dikembangkan dan memiliki kontak proksimal yang baik serta
shrinkage akibat polimerisasi yang minimal, namun memiliki kekurangan terhadap
daya tahan, adaptasi marginal, ketahanan fraktur dan kekuatan ikat. Berbeda dengan
restorasi inlay porcelain yang lebih unggul karena kontak proksimal yang baik,
biokompatibilitas, tahan lama dan memiliki koefisien ekspansi termal yang sama
dengan email gigi.8
Inlay keramik adalah restorasi keramik yang paling konservatif dan
memungkinkan sebagian besar email yang tersisa untuk diselamatkan. Inlay keramik
cocok dengan kontur gigi dan disemenkan ke struktur gigi yang tersisa. Untuk pasien
yang menuntut restorasi estetik, inlay keramik memberikan alternatif yang tahan lama
dibandingkan resin komposit posterior. Ikatan pada porselen dilakukan dengan
mengetsa gigi dengan asam flourida dan menggunakan bahan penghubung silan.14

2.3 Indikasi dan Kontra Indikasi Inlay Porselen14,17


1) Indikasi Inlay Porselen
a. Lesi karies kecil sampai sedang. (kavitas memiliki ketebalan sekitar 2mm jika
kurang, restorasi resin komposit mungkin lebih baik)
b. Gigi yang dikompromikan secara endodontik di mana akses rongga telah
membahayakan kekuatan dan prognosis gigi. Restorasi porselen menawarkan
alternatif konservatif di mana sebagaian besar gigi yang tersisa dipertahankan,
direstorasi dan diperkuat.
c. Pasien alergi metal
d. Ketika estetika menjadi perhatian utama
e. Pasien memiliki status kebersihan mulut yang baik
f. Cocok untuk preparasi besar
g. Ketika aksesibilitas dan isolasi gigi mudah dicapai
h. Ketika tidak ada undercut yang berlebihan pada preparasi gigi
i. Ketika margin preparasi berada pada email dan struktur gigi layak untuk
bonding
2) Kontra Indikasi Inlay Porselen
a. Kebiasaan buruk dan keausan gigi yang agresif, Karena sifatnya yang rapuh,
perawatan ini dikontraindikasikan pada pasien dengan beban oklusal yang
berlebihan, seperti bruxer.
b. Pada pasien dengan kebersihan mulut yang buruk
c. Pasien dengan karies aktif multiple
d. Bila estetik bukan persyaratan utama
e. Pada kasus dengan kehilangan gigi minimal
f. Bila kontrol kelembaban sulit dicapai
g. Pada kasus dengan atrisi gigi yang berlebihan
h. Enamel yang tidak memadai untuk mengikat
i. Bila terdapat undercut yang ditandai pada preparasi gigi.
2.4 Keuntungan dan Kerugian Inlay Porselen14,17
1. Keuntungan Inlay Porselen
a. Memiliki estetik yang baik dibandingkan dengan bahan lainnya
b. Mengembalikan kekuatan pada gigi yang rusak
c. Sangat konservatif
d. KOnduktivitas termal rendah
e. Tahan lama
f. Tahan terhadap reaksi kimia
g. Koefisien ekspansi termal rendah
h. Sifat biokompatibel
2. Kerugian Inlay Porselen
a. Lebih mahal daripada amalgam atau komposit
b. Memerlukan peralatan laboratorium khusus dan mahal
c. Membutuhkan dua kali pertemuan
d. Finishing dan polishing intraoral merupakan prosedur yang memakan waktu
e. Rapuh, jadi penyesuaian oklusal tidak mungkin dilakukan sebelum direkatkan
ke tempatnya
f. Abrasive ke email lawan
g. Sangat sensitif terhadap teknik.

2.5 Prosedur Kerja Restorasi Inlay Porselen


1. Preparasi Gigi14
a. Isolasi gigi menggunakan rubber dam untuk visibilitas dan kontral
kelembapan.
b. Sebelum memasang rubber dam, tandai dan nilai hubungan kontak oklusal
dengan articulating paper. Untuk menghindari pecah atau keausan resin luting,
hindari penempatan margin restorasi pada kontak sentris.

Outline Form14
Outline form biasanya diatur oleh restorasi atau karies yang ada. Dalam preparasi
awal gigi, bur karbida digunakan, bur harus dibuat tapering untuk membuat dinding facial
dan lingual lurus yang menyimpang ke oklusal untuk memungkinkan penyisipan dan
penghilangan restorasi. Selama preparasi akhir gigi, titik preparasi dengan diamond point
digunakan, buang email yang rusak atau melemah. Lakukan reduksi central groove
(kurang lebih 1,5-2 mm) mengikuti anatomi gigi yang tidak dipreparasi. Ini akan
memberikan bulk tambahan untuk keramik sehingga memiliki kekuatan. Bentuk outline
harus menghindari kontak oklusal.

Harus ada setidaknya 1,5 mm jarak bebas di semua excrusions untuk mencegah
fraktur keramik. Dinding preparasi harus menunjukkan 6 sampai 8 derajat divergensi
oklusal per dinding. Peningkatan derajat lancip pada keramik diberikan karena restorasi
keramik terikat secara adhesif pada struktur gigi, restorasi harus secara pasif berada
pada preparasi gigi.

Perluas kotak proksimal agar memiliki jarak minimal 0,6 mm untuk pembuatan
cetakan. Lebar isthmus harus minimal 1,5 mm untuk mencegah fraktur. Preparasi
margin supragingiva harus dijaga. Lebar lantai gingiva dari kotak harus kira-kira 1,0
mm.

Semua sudut internal harus dibulatkan dan dinding preparasi harus halus dan rata.
Semua margin cavosurface harus dibuat miring. Bevel dikontraindikasikan karena bulk
diperlukan untuk mencegah fraktur. Chamfer direkomendasikan untuk margin onlay
keramik. Singkirkan karies yang tidak termasuk dalam bentuk outline dengan
menggunakan ekskavator atau round bur pada handpiece kecepatan rendah.

Memberikan perlindungan pulpa dengan menempatkan basis semen ionomer kaca


yang dimodifikasi resin pada jaringan yang di preparasi di dinding gingiva. Perbaiki
margin dengan bur finishing dan instrumen tangan, lakukan pemangkasan pada basis
ionomer kaca berlebih karena margin yang halus dan jelas diperlukan untuk restorasi
keramik yang pas.
2. Pencetakan Model Kerja
a. Manajemen Jaringan17
Preparasi inlay harus berakhir supragingiva atau hanya dalam batas-batas
sulkus agar tidak melanggar lebar biologis interproksimal, untuk cetakan yang
akurat, jaringan harus dikelola dengan bedah atau dipindahkan ke lateral
dengan cords.
b. Pencetakan Model kerja

Teknik putty-wash adalah impression dengan prosedur dua


langkah dimana cetakan awal diambil dalam bahan konsistensi tinggi
sebelum preparasi kavitas dibuat. Ruang disediakan untuk bahan
konsistensi rendah dengan berbagai teknik, dan Setelah preparasi kavitas,
bahan dengan konsistensi rendah disuntikkan ke daerah kavitas dan
cetakan awal dimasukkan kembali. Setelah Bahan konsistensi rendah dan
konsistensi tinggi berikatan, dan setting cetakan dilepas dari dalam mulut.
Teknik ini dikembangkan untuk condensation silicon untuk
meminimalkan efek perubahan dimensi selama polimerisasi.18
Perubahan dimensi saat setting dapat dikompensasi dengan
menggunakan teknik double impression atau teknik putty-wash. Bagian
impresi yang harus merekam detail halus struktur gigi biasanya dicetak
dengan Least-filled formulations (light bodied material) sehingga terdapat
maximal flow dan adaptasi ke struktur intraoral sebelum setting. Namun,
sebagian besar bahan impression adalah highly filled material (heavy
bodied material), yang dapat meminimalkan terjadinya shrinkage dan
ketidakakuratan.19 Pencetakan dilakukan pada rahang atas dan bawah
untuk kemudian dikirimkan ke lab bersama dengan shade warna yang
sebelumnya sudah ditentukan dibawah pencahayaan normal.20

c. Pemasangan Mahkota Sementara (Provisori)17


Setelah preparasi inlay dan pembuatan cetakan selanjutnya, gigi
dikeringkan dan dilapisi dengan lapisan pelumas yang sangat tipis (misalnya
petroleum jelly atau silikon); hal ini akan mencegah pengeringan dasar glass-
ionomer selama prosedur fabrikasi restorasi sementara. Pita matriks yang tipis
dan lunak ditempatkan di interproksimal dan dijepit dengan erat untuk
mencegah perpanjangan bahan restorasi sementara yang berlebihan ke dalam
embrasur proksimal. Resin komposit ditempatkan dalam preparasi di bagian
tambahan, mulai dari dasar kotak interproksimal. Resin ditempatkan dengan
cara yang hampir sama seperti pada restorasi resin komposit konvensional,
tetapi tanpa proses etsa email atau penggunaan bahan pengikat apapun.
Kekhawatiran biasa terkait dengan resin komposit. Penyusutan polimerisasi
bukan merupakan faktor karena restorasi sementara ini tidak terikat pada gigi;
maka tidak ada tegangan tarik pada cups, sensitivitas biasa, yang disebabkan
oleh kurangnya integritas marginal dan seal yang memadai, jarang menjadi
masalah karena dentin sebelumnya ditutupi oleh basis glass-ionomer.
Warna yang dipilih untuk resin komposit restorasi sementara tidak boleh
sama dengan warna gigi, sehingga restorasi mudah dibedakan dari substansi
gigi selama pelepasan mahkota sementara. Setelah resin komposit berada pada
posisinya dan dicuring, pita matriks dilepas dan prosedur curing diselesaikan
dari permukaan bukal dan lingual.

d. Prosuder Lab21
Langkah-langkah lab untuk satu jenis restorasi Leucite-reinforced pressed
ceramic (IPS Empress) sebagai berikut:
1) Setelah preparasi gigi, cetakan dibuat, dan gips kerja dituangkan ke dalam
die-stone. Pola wax restorasi dibuat menggunakan teknik konvensional.
2) Setelah spruing (lihat Gbr. 15.4B), investasi, dan burn-out pola lilin, ingot
keramik shaded dan plunger aluminium oksida ditempatkan ke dalam
tungku khusus (lihat Gbr. 15.4C). Warna dan opasitas dari ingot yang
dipilih (lihat Gambar 15.4D) didasarkan pada informasi yang diberikan
oleh dokter, khususnya warna yang diinginkan dari restorasi akhir dan
warna gigi yang dipreparasi.
3) Pada sekitar 2012°F (1100 °C), ingot keramik menjadi plastik dan
perlahan-lahan ditekan ke dalam cetakan dengan mekanisme otomatis.
4) Setelah dipisahkan dari cetakan, restorasi ditempatkan pada master die dan
working cast untuk penyesuaian akhir dan finishing.
5) Untuk mereproduksi warna gigi secara akurat, pewarnaan permukaan yang
sangat berpigmen biasanya diterapkan.

A. pola lilin, B. Pola lilin di sprue


base, siap ditanam, C. Perangkat untuk menekan keramik dipanaskan(Programat EP 5000), D. Pemilihan ingot
keramik yang akan digunakan

5) Try-in17,21
Prosedur try-in yaitu inlay atau onlay ditempatkan ke dalam sediaan
menggunakan tekanan ringan untuk mengevaluasi kecocokannya. Jika restorasi tidak
duduk sepenuhnya, penyebabnya adalah permukaan proksimal memiliki kontur yang
berlebihan. Dengan menggunakan mirror, jika diperlukan embrasure harus dilihat dari
aspek facial, lingual, dan oklusal untuk menentukan di mana kontur yang perlu
penyesuaian untuk memungkinkan final seating restorasi, agar menghasilkan posisi dan
bentuk kontak yang benar. Melewatkan dental floss tipis melalui kontak menunjukkan
kekencangan dan posisi kontak proksimal, yang akan memperlihatkan tingkat dan lokasi
kontak berlebih. Kertas artikulasi juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kontak
proksimal yang terlalu rapat. Disk atau titik abrasif digunakan untuk menyesuaikan
kontur proksimal dan kontak oklusi. Sambil menyesuaikan intensitas dan lokasi kontak
proksimal, grit instrumen abrasif yang halus digunakan untuk memoles permukaan
proksimal karena ini tidak dapat dipoles setelah penyemenan. Jika kontur proksimal tidak
terlalu berkontur dan restorasi masih belum pas sepenuhnya, persiapan harus diperiksa
lagi seperti sisa bahan tumpatan sementara atau debris. Jika persiapan bersih, gangguan
internal atau marginal juga dapat mencegah restorasi untuk duduk sepenuhnya. Ketika
gangguan ini telah diidentifikasi melalui inspeksi visual yang cermat terhadap margin
atau menggunakan bahan “fit-checker” mereka dapat disesuaikan pada restorasi,
preparasi, atau keduanya. Kesesuaian marginal diverifikasi
setelah restorasi sepenuhnya duduk. Inlay keramik dan onlay biasanya memiliki celah
marginal sedikit lebih besar daripada restorasi emas yang sebanding. Kontur berlebih
yang ringan dapat dihilangkan dengan instrumen diamond dengan grit halus atau karbid
bur finishing. Penyesuaian ini dilakukan sebaiknya setelah restorasi terikat sehingga
fraktur marginal dihindari.

6) Insersi17
e. Restorasi provisori dikeluarkan dan kavitas dibersihkan
f. Aplikasi silane dengan sikat kecil pada permukaan inlay
g. Campurkan bahan sementasi (powder dan liquid) sesuai aturan pabrik menggunakan
spatula plastic sesuai ketentuan perbandingan jenis bahan sementasi yang digunakan.
h. Pegang inlay dengan pinset, ambil semen lalu lapiskan pada permukaan intaglio inlay.
i. Ambil sebagian lain semen, masukkan ke dalam kavitas Insersikan restorasi ke dalam
kavitas lalu instruksikan pasien untuk menggigit dengan bantuan cotton roll (kelebihan
semen harus ke luar dari seluruh tepi restorasi)
j. Bersihkan kelebihan semen dengan kapas dan sonde.
k. Dilanjutkan dengan polimerisasi selama 20 detik
l. Lakukan pengecekan oklusi menggunakan kertas artikulasi.
m. Lakukan Finishing dan polishing

7) Instruksi pasca insersi22


1) Pasien diminta untuk mencoba menggunakan kembali gigi untuk melihat kemampuan
fungsi oralnya kembali dan mengcek apakah ada ketidaknyamanan
2) Kekuatan yang terlalu keras harus dihindari pada bagian restorasi seperti menggigit
kacang pada satu sisi
3) Membersihkan gigi dengan floss dan menggunakan obat kumur
4) Kunjungan control (mengecek adaptasi marginal gingiva, kerapatan tepi, resistensi dan
retensi inlay, serta ada atau tidak keluhan dari pasien)
5) Segera melapor jika terdapat keluhan nyeri
DAFTAR PUSTAKA

1. Barranquilla S. Epidemiology and prevalence of pulp and periapical pathologies. Scielo.


2018;34(2):294–301.
2. Prasetia W, Trimurni A. Perawatan saluran akar pada sisa akar gigi dengan restorasi
direk. J PDGI2. 16AD;65(3):83–9.
3. American Association of Endodontist. Canal Preparation and Obturation: An Updated
View of the Two Pillars of Nonsurgical Endodontics [Internet]. Endodontics: Colleagues
for Excellence. 2016 [cited 2021 Jun 16]. p. 1. Available from:
https://www.aae.org/specialty/wp-
content/uploads/sites/2/2017/07/ecfefall2016canalpreparationandobturation.pdf
4. Hargreaves KM, Berman LH. Cohen’s pathways of the pulp. 11th ed. St. Louis:
Elsevier; 2016. pp. 224, 260, 280, 54.
5. Hülsmann M, Peters OA, Dummer PMH. Mechanical preparation of root canals: shaping
goals, techniques and means. Endod Top. 2005;10:30–76.
6. van der Vyer PJ, Vorster M, Paleker F, de Wet FA. Errors in root canal preparation: a
review of the literature and clinical case reports. SADJ. 2019;74(5):246–54.
7. Rotstein I, Ingle JI. Ingle’s Endodontics. 7th ed. Raleigh: People’s Medical Publishing
House USA; 2019. pp. 589-92, 704-5
8. Sutono E, Rovania CA, Mattulada IK. When shrinkage is a problem, this restoration can
be a choice: a case report. Makassar Dent J. 2017; 6(2): 45-49
9. Kurniawan R, Hadriyanto W, Kristanti Y. Perbedaan kebocoran mikro restorasi inlei
resin komposit menggunakan resin semen dual cure yang berbeda. J Ked Gi. 2013; 4(2):
115-21.
10. Patel S, Barnes JJ. Prinsip Endodontik. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2013. p. 63.
11. Bachtiar ZA. Perawatan Saluran Akar Pada Gigi Permanen Anak Dengan Bahan Gutta
Percha. J PDGI. 2016;65(2):60–7.
12. Chandra BS, Gopikrishna V. Grossman’s endodontic practice. 13th ed. New Delhi:
Wolters Kluwer Health; 2014.
13. Bergenholtz G, Hørsted-Bindslev P, Reit, editors. Textbook of endodontology. 2nd ed.
Chichester: Wiley-Blackwell; 2010. pp. 174-6, 179-180
14. Garg N, Garg A. Textbook of endodontics. 3rd ed. New Delhi: Jaypee Brothers Medical
Publishers; 2014. pp. 259, 261
15. . Zehnder MS, Connert T, Weiger R, Krastl G, Kühl S. Guided endodontics: accuracy of
a novel method for guided access cavity preparation and root canal location. Int Endod J.
2016;49(10):966–72.
16. Pal H, Sarkar A, Das L, Saha S, Sarkar S. Application of Intracanal Medicaments: A
Review. IOSR J Dent Med Sci. 2019;18(3):14–21.
17. Garber DA, Goldstein RE. Porcelain & Composite Inlays & Onlays Esthetic Posterior
Restorations. Chicago : Quintessence Publishing Co, Inc. 1994. Hal. 24, 29, 57-61, 64-5,
83-103.
18. Sakaguchi R, Ferracane J, Powers J. Craigs restorative Dental Materials. 14th Ed. St
Louis, Elsevier. 2019. p 238-9, 249
19. Roberson TM, Heymann H,Swift EJ. Sturdevant’s Art and Science Of Operative
Dentistry. 4th Ed. St Louis, Mosby, Inc. A Harcourt Health Sciences Company. 2002. P.
213
20. Mittal N, Nindhi S, Chi Koy W. Indirect Composite Inlays Restoration: A Case Report.
Indian Journal of Dental Education. Mar 2020;(13)1:22-5
21. Heymann HO, Swift Jr EJ, Ritter AV. Sturdevant’s art and science of operative dentistry.
6th Ed. St. louis: Elsevier;2013.pp. 933-6
22. Veeraiyan DN. Textbook of prosthodontics. 2nd ed. New Delhi: Jaypee the health sciences
Publisher. Hal 879-82, 887

Anda mungkin juga menyukai