Anda di halaman 1dari 20

Geografi Islam: Indonesia

Bursa, 19 Maret 2016


Salah satu program Ikamat wilayah Bursa dalam periode
ini adalah mengadakan seminar dengan tujuan
memperkenalkan Indonesia secara umum dan juga Aceh
secara khususnya kepada masyarakat Turki di sebuah kota
yang juga merupakan tempat peristirahatan terakhir
Osman Gazi dan anaknya Orhan Gazi tersebut. Seminar
ini dilaksanakan pada hari sabtu dengan tema İslam
Coğrafyası Günleri 8; Endonezya. Program yang
diselenggarakan oleh İkamat Bursa dan juga bekerja
sama dengan İpek Yolu (NGO Turki dibawah payung
ÜDEF) ini mengangkat tema Aceh yang mana sebuah daerah
yang merupakan pintu masuknya islam bagi Nusantara,
tanah Rencong yang bergelar Serambi Mekkah.

Dalam seminar ini, Ikamat Bursa mengundang saudara


Muhammad Haykal dan Rahmat Ashari sebagai pembicara.
Setelah bapak Ebu Bekir Armağan, selaku pemimpin
dernek İpek Yolu, beliau menyampaikan sambutannya sekaligus
membuka acara tersebut. Selanjutnya, pembicaraa pertama,
Muhammad Haykal, tampil ke podium menjelaskan sejarah
Nusantara dan Indonesia. Didampingi oleh slide yang
telah dipersiapkannya, Haykal berbicara mengenai
Indonesia dan Nusantara selama kurang lebih empat
puluh lima sampai lima puluh menit. Dalam
penjelasannya Haykal memaparkan sejarah Nusantara yang
telah menganut agama Hindu – Buddha sejak abad
keempat setelah kelahiran Isa a.s hingga datangnya
Islam dengan teori Gujarat, Persia dan Mekkah pada
abad kedua belas masehi. Dalam seminarnya Muhammad
Haykal juga memaparkan beberapa pemikiran Mehmet Özay
mengenai Nusantara dan Aceh.
Seminar dilanjutkan dengan tampilnya pembicara kedua
Rahmat Ashari yang mengangkat bicara mengenai Açe,
Mekke kapısı (Aceh, Serambi mekkah). Rahmat
memaparkan sejarah singkat Aceh beserta Rencong yang
merupakan simbol tanah ini. Tentunya episode sejarah
yang paling penting tidak dilupakan oleh si
pembicara, yaitu kisah Persahabatan Lada Sicupak.
Masa dimana Osmanlı dan masyarakat Aceh ibarat
saudara yang saling melindungi satu sama lain. Dalam
slidenya Rahmat juga menampilkan bukti sejarah berupa
surat dari sultan Alauddin Riayat Syah Al-Qahhar kepada
sultan Ustmani Suleyman Agung. Surat yang dikirim
dengan maksud meminta bantuan alat perang melawan
Portugis yang dijawab oleh Sultan dengan mengirimkan
kapal-kapal perang beserta meriam yang dinamai “lada
sipucak”- utusan dari Aceh membawa rempah-rempah
untuk dihadiahkan kepada sultan, untuk mengenang
kisah tersebut meriam ini pun dinamai Lada Sicupak-.
Seperti yang ditulis oleh peneliti sosiologi
Muslim dari Turki, Dr . Mehmet Ozay “Meriam tersebut
dikenal sebagai meriam Lada Sicupak,”. Rahmat juga
menambahkan bahwa meriam ini telah dibawa ke Belanda
oleh penjajah saat negeri Kincir Angin itu menjajah
Tanah Air.

Seminar pun di akhiri setelah beberapa pertanyaan


dari peserta dijawab oleh pembicara. Acara pun
ditutup dengan penyerahan sertifikat kepada Rahmat
dan Haykal sebagai pembicara dan juga kepada pihak
İpek Yolu derneği yang diserahkan oleh ketua Ikamat,
Muhammad Reza Fahlevi yang juga ikut hadir di
tempat.

Program pun dilanjutkan dengan nge-çay dan bincang


santai bersama rekan-rekan Ikamat. Di luar gerimis
mulai membasahi bumi, matahari pun telah mengucapkan
salam perpisahannya sejak tadi. Saudara anak adam
sedang berbincang hangat di dalam ruangan bergaya
klasik peninggalan kerajaan Usmani. Sejauh mana kita
melangkah, selalu ada saudara yang kita temukan.
Begitu juga sejauh mana waktu meninggalkan
persahabatan “Lada Sicupak”, sejarah tetap mencatat,
kita di sini bertugas untuk meneruskannya. Salam
dari Ikamat Bursa

Kampung Wakaf Milik Sultan


Oleh ZULKHAIRI ARAFAH FARABY, Mahasiswa Administrasi Bisnis,
Uludag University, melaporkan dari Turki.

ISTANBUL dan Ankara. Inilah dua kota penting bagi Turki.


Istanbul menjadi ibu kota Usmani sejak Muhammad Al-Fatih
menaklukkan Konstantinopel kemudian berganti nama menjadi
Islambol (Islam melimpah). Cikal bakal Dinasti Usmani justru
dimulai dari Bursa sebelum dipindah ke Edirne setelah
kekalahan Usmani dari Timur Leng. Rumah-rumah, istana, dan
masjid dihancurkan, rata dengan tanah. Beruntungnya,
Cumalikkizik dan Kizik-kizik lainnya bertahan sampai sekarang.

Cumalikkizik (baca: Jumalekkezek) merupakan perkampungan tua


di pinggiran Kota Bursa yang berumur lebih dari 700 tahun.
Cumalikkizik berasal dari kata “Cuma”, berarti Jumat dan
“Kizik” bermakna perempuan. Dari dulu perkampungan ini selalu
ramai pada hari Jumat, baik oleh aktivitas perdagangan maupun
shalat Jumat berjamaah.

Perkampungan bersejarah ini terletak di Distrik Yildirim,


kurang lebih 10 km ke arah timur Kota Bursa. Tapi tak perlu
khawatir, karena ada banyak dolmus (angkot Turki) jurusan
Cumalikkizik, apalagi ada metro (kereta bawah tanah) yang bisa
diakses dari mana saja. Anda hanya perlu turun di Stasiun
Cumalikkizik, kemudian teruskan perjalanan dengan otobus
hingga sampai di kaki Gunung Uludag.

Perkampungan ini dibangun Sultan Orhangazi sebagai


perkampungan wakaf. Mata pencaharian masyarakatnya adalah
bercocok tanam dan berdagang. Tanamannya pun beragam, mulai
dari anggur, raspberry, dan gandum. Hasil panen tersebut
kemudian dijajal pada hari Jumat di lapangan pintu gerbang
masuk perkampungan. 25 Ferbuari 2000 Cumalikkizik ditetapkan
Unesco sebagai cagar budaya warisan dunia. Perkampungan ini
mulai dikenal dunia ketika menjadi lokasi syuting drama Turki
berjudul “Henna in the Snow”. Drama tersebut meraih sukses di
eranya, kemudian muncullah rogram tv lainnya yang tertarik
untuk meliput keunikan Cumalikkizik.

Rumah-rumah Cumalikkizik masih mempertahankan kemurnian


arsitektur Usmani. Dua atau tiga rumah saling terhubung ke
jalan kampung dengan satu pintu gerbang yang terbuat dari
kayu. Di samping pintu berdiri kokoh tembok pembatas rumah
yang tinggi. Tembok-tembok tersebut terbuat dari tanah liat
ataupun pahatan batu. Dinding rumah di sini ada yang terbuat
dari pecahan batu bercampur tanah liat, batu bata zaman
Usmani, tripleks, bahkan ada yang hanya terbuat dari tanah
liat dicampur dengan serabut rumput.

Hal unik lainnya adalah bentuk jendela di lantai atas yang


membentuk pola geometris dan buncit ke depan. Cumalikkizik
bisa dibilang mirip dengan “rumoh Aceh”, di mana dapur, kamar
tidur, dan ruang tamu berada di lantai atas. Artinya, setiap
rumah mempunyai tangga masuk ke ruang utama. Sedangkan di
lantai dasar diberi papan penutup yang berfungsi sebagai
gudang penyimpanan hasil panen kebun, kayu bakar, ataupun
tempat penyimpanan peralatan kebun. Jalan-jalan kampung yang
menghubungkan rumah ke rumah juga terbuat dari pecahan batu
yang ditumbuk rata, tapi diberi celah di tengahnya agar air
hujan atau salju cair dapat mengalir ke sungai.
Cumalikkizik terdiri atas 270 rumah. Beberapa di antaranya
sedang dalam proses restorasi. Hanya 180 di antaranya
berpenghuni dan 85 dari rumah tersebut terdaftar sebagai model
bangunan Dinasti Usmani. Pemerintah daerah juga memasang tv
touchscreen di gerbang masuk perkampungan untuk memandu turis-
turis lokal maupun mancanegara.

Keasrian Cumalikkizik tak hanya pada bangunannya, melainkan


juga gaya hidup masyarakat setempat. Gaya hidup ala Usmani
masih melekat di kampung yang berpenduduk 750 jiwa ini. Cara
berpakaian, cara memasak, dan memanggang roti semuanya masih
sama dengan 700 tahun lalu. Tapi mereka bukan primitif.
Penduduknya juga menggunakan handphone atau tv layaknya
penduduk kampung lainnya. Hanya saja dari segi tertentu
sentuhan modern tak dapat diterima. Cara hidup dan dekorasi
kamar juga disesuaikan dengan perubahan musim.

Cumalikkizik kini menjadi objek wisata andalan Provinsi Bursa.


Lambat laun mata pencaharian masyarakat pun mulai berubah.
Mayoritas masyarakat setempat kini beralih untuk membuka
restoran-restoran “Kahvalti” (untuk sarapan) dengan
menggunakan teras rumah sebagai rumah makan dan pembeli dapat
menyaksikan langsung proses pembuatan makanan yang masih
menggunakan cara tradisional.

Perhatian serius terhadap tempat-tempat bersejarah tak hanya


dilakukan di Provinsi Bursa, tapi juga di seluruh Turki.
Cumalikkizik merupakan bagian dari ribuan tempat bersejarah
yang mendapat perhatian khusus. Pemerintah pusat dan provinsi
terus bekerja untuk mempertahankan dan merawat tempat-tempat
bersejarah.

Benda-benda sejarah peninggalan Bizantium, Dinasti Selçuk,


Dinasti Usmani, maupun era republik masih utuh dan terjaga.
Tujuannya, untuk mendidik anak-anak bangsa agar cinta dan
menghargai jasa pendahulu yang berjuang membangun Turki. Di
sisi lain, aneka peninggalan sejarah tersebut mampu
mendongkrak kunjungan wisatawan mancanegara ke Turki setiap
tahunnya.

Artikel asli: Serambi Indonesia

Memburu Kebab Turki di


Bustanussalatin

BANDA ACEH – “Tau tidak? Saya datang ke bazar ini khusus mau
rasa kebab Turki. Kabarya yang bikin kebabnya orang Turki
langsung loh,” kata seorang perempuan calon pembeli kepada
teman perempuannya, Sabtu (06/03), di Sultanussalatin (Taman
Sari), Banda Aceh.

Perempuan-perempuan berparas plus, lagi bergaya mentereng dan


gaul itu, sudah antre belasan menit lalu, juga terlihat kilau
keringat di wajah mereka.

Ada juga beberapa keluarga keturunan (ciri orang Turki) yang


lalu lalang dan ikut antre. Tapi kebanyakan perempuan usia
kuliahan ikut mejeng dan menyantap kebab, langsung di arena
bazar. “Cafe” dadakan dengan beberapa kursi kayu gaya
minimalis berpelitur, agak memberi dimensi ala Timur Tengah.
Apalagi rata-rata panitia bazar mengenakan kopiah bulat merah.

Meriah juga akhirnya lokasi yang berluas sekitar 600-an meter


itu. Entah karena Sabtu sore menjelang malam Minggu? Atau
memang sebagian pengunjung ingin berburu kebab. Yang jelas,
para “tamu” masih betah duduk usai santap kebab. Barangkali
karena disuguh teh Turki yang Rp 2.000 saja per gelas, yang
untuk tamu spesial bersifat gratis. “Sebentar ya buk,”
terdengar seorang lelaki Turki yang melayani transaksi kekab.
Sosok atletis dan tampan itu pun tak luput dari senyum
tipisnya. Keningnya kelihatan berkeringat juga. Ia sibuk
dengan pembelinya, kendati sore itu, cuaca terbilang adem.

Di arena pojok depan Bustanussalatin itu, sebenarnya ada juga


stand aneka jus, penganan dalam negeri, aksesoris imitasi,
makanan kering dari Turki. Tapi rata-rata pengunjung antre di
meja pembuatan kebab. Seru juga menyaksikan mereka berjajar
dengan sabar mengantre. Memang ada juga yang tak sabaran.
“Sebentar, sebentar, tunggu ya, yang isi ayam kan?” kata kru
kebab, yang ketika ke Aceh, sudah belajar bahasa Indonesia
semala tiga bulan. Dalam situasi padat pembeli itu, kadang-
kadang mereka hanya mengangguk menanggapi pesanan.

Uniknya, pengunjung bisa melihat langsung para “pendekar”


kebab bekerja dengan gesitnya. Mulai dari membulirkan daging
sapi giling atau merajangtipiskan daging ayamnya. Di menjelang
senja “meriah” itu serambinews.com mendapati ada tujuh orang
ada tujuh orang asal Turki, yang langsung datang dari Turki.
Satu orang dari Malaysia, Cek Kamaruzzaman (yang menanangi
pencincangan ayam dengan menggunakan alat pencincang sekaligus
pemanggang daging ayam, doner namanya).

Lelaki ini khusus mengambil cuti untuk bazar penggalangan dana


bagi sekolah hafal Alquran tersebut. Padahal dia hanya
mengerti cara mengiris ayam kebab yang pernah dilakukannya di
Malaysia. Tapi bukan pekerja di perusahaan kebab. “Sampai
setakat ni sudah tiga doner habis. Satu doner ni 30 puloh kilo
grem ayam,” jelasnya bersemangat. Iya tetap nyaman bekerja
kendati doner mengeluarkan panas seperti kita berdiri dekat
panggangan kambing guling.

Bazar juga melibatkan sejumlah santri Tahfizul Quran Ponpes


Sulaimaniyah, Aceh Besar. Agak kontras dengan stand kebab, dua
siswa yang menunggugui jajanan Nusantara, hampir tak ada
peminat.

Sebaliknya, di barisan aneka jus, tiga siswa cukup sibuk juga


melayani pembeli. Sama seperti di meja penjual penganan kering
serba Turki. Laris manis, terutama coklat yang dikemas seperti
permen, yang harganya Rp10.000/enam buah. Pada Sabtu malam,
bazar sedianya ditutup pukul 22.00 Wib, namun melihat ramainya
pengunjung yang belanja, gebyar “kebab” baru tutup pukul 24.00
Wib. Pada hari penututupan bazar Minggu malam, kebab Turki
masih menjadi primadona.

Ajang ini simpel dan sangat sederhana, sebenarnya. Yang


membuat kita mesti mengadopsinya adalah, kreatifitas keluarga
besar Yayasan Sulaimaniyah Tahfidz Center Aceh, untuk
“menghidangkan” warna lain dalam bazarnya. Tak ada umbul-umbul
atau dekor spektakuler. Tapi tetap tampil beda dengan bazar
umumnya. Faktanya, ini memiliki daya jual lebih, dengan
menghadirkan “aroma” Turki, baik kebabnya, tehnya, aneka
coklatnya, makanan keringnya, maupun kurma Pearl Dates Al-
Ansar, dalam kemasan sebesar kotak kertas nasi, dengan netto
1000 gram kurma, dan dibanderol Rp50 ribu/kotak.

Seperti penuturan Ustadz Muzakki, bidang informasi dan


komunikasi bazar, kegiatan jualan sambil berderma ini,
bertujuan untuk membiayayi calon penghafal Alquran tiga
pesantren di Aceh. Ada 70 calon penghafal Alquran yang menanti
uluran tangan. Tahun 2015 sudah diwisuda 15 orang penghafal 30
juz Alquran.

Anda tahu dari mana modal usaha ala anak sekolahan ini? “Dari
kaum muslimin muslimat Turki. Donasinya berupa uang tunai,
bahan makanan, makanan kemasan, dan pakaian. Ini diberikan
secara gratis,” ungkap Ustad Muzakki.

Menurut Muzakki, hingga malam Minggu lalu, khusus untuk


produksi kebab, dapur yang dipimpin oleh Abi Tajuddin itu,
telah menghabiskan 140 ekor ayam, 30 Kg daging sapi. Kebab
ayam disebut doner kebab (satu doner 30 ekor daging ayam),
kebab daging sapi disebut adana kebab (Adana nama sebuah kota
di Turki yang mula-mula membuat kebab). “Ayamnya kami sembelih
sendiri secara syariat,” jelas Muzakki lagi.

Satu kebab berisikan setengah ons daging, seiris tomat,


sejumput selada, dan bumbu-bumbu seperti merica, cabe bubuk,
dan lain-lain. Satu kebab adana dihargakan Rp20.000, dan satu
kebab doner Rp15.000. Satu produk lagi, miazum namanya (kulit
kebab yang permukaannya dibubuhi daging giling berbumbu),
dihargakan Rp10.00/lembar. Hanya saja bila hendak dikonsumsi
harus dipanggang dulu.

Bazar yang dibuka Walikota Banda Aceh, Illiza Sa’aduddin


Djamal (bakda Jumat, 4/3) ini ditutup Minggu malam lalu.
Panitia, berhasil mengumpulkan sejumlah dana. Cukupkah untuk
membiayayi segala sesuatu bagi 70 calon penghafal Quran? Tapi,
hasil usaha “keroyokan” ini semoga bermanfaat dan berkah
adanya.(nani hs)

Artikel asli: Serambi Indonesia

‘Catatanku di Istanbul’
https://www.youtube.com/watch?v=dWV4ch2htAA
BULEKAT

Aceh dan Turki Ustmani

Beasiswa Turki

Beasiswa Turki (Türkiye Bursları)


Turki bisa menjadi tujuan studi menarik yang bisa Anda coba.
Ada beberapa

beasiswa kuliah yang tersedia. Salah satu yang patut dicoba


adalah Türkiye

Scholarships. Beasiswa ini disediakan Pemerintah Turki setiap


tahun. Apa saja

peluangnya? Melalui skema terbaru 2016 Türkiye Scholarships.


Pelamar

internasional (selain Turki) bisa melanjutkan studi S1, S2,


maupun S3 melalui

beasiswa Turki 2016 – 2017 tersebut. Negeri kebab ini


menyediakan beasiswa

penuh melalui Türkiye Scholarships untuk kuliah di


universitas-universitas terbaik

yang ada di Turki.

Beasiswa Pemerintah Turki 2016 mencakup tunjangan bulanan


sebesar 600

TL (± Rp 2,7 juta) bagi penerima beasiswa S1 Turki, 850 TL (±


3,8 juta) per bulan

untuk beasiswa S2 Turki, dan 1.200 TL (± 5,4 juta) buat


penerima beasiswa S3

Turki. Selain tunjangan bulanan, Beasiswa Turki juga


menanggung semua biaya

kuliah, akomodasi cuma-cuma, tiket pesawat PP ke Turki,


asuransi kesehatan, serta

kursus bahasa Turki selama satu tahun sebelum perkuliahan


dimulai.

Yang menarik dari Beasiswa Turki 2016 ini adalah pelamar tidak
perlu

mengajukan aplikasi terpisah untuk mendaftar ke universitas.


Mereka

menggunakan sistem tunggal. Ketika mendaftar beasiswa secara


online, Anda juga

sudah bisa mendaftar langsung ke universitas yang diminati


menggunakan formulir

aplikasi yang sama.

Kebanyakan program studi yang ditawarkan menggunakan bahasa


Turki.

Tapi, jangan khawatir ada juga program yang menggunakan bahasa


pengantar
Inggris, Arab, atau Perancis. Pelamar hanya perlu memastikan
mereka memiliki

sertifikat kemampuan bahasa yang diakui internasional untuk


memilih program

tersebut, seperti TOEFL dan IELTS. Kemungkinan besar pelamar


juga akan

dimintai nilai tes GRE, GMAT, atau SAT.

Sebelum mengirim aplikasi, sebaiknya Anda sudah mengetahui


bahasa

pengantar yang digunakan tersebut ketika memilih program.


Tentunya, dengan

bekal kursus bahasa Turki selama setahun itu juga akan


membantu.

Persyaratan:

Program sarjana:

1. Merupakan warganegara selain Turki (mereka yang


berkewarganegaraan

Turki sebelumnya tidak dapat mendaftar)

2. Tidak terdaftar sebagai mahasiswa di universitas Turki pada


jenjang studi

yang dilamar

3. Telah lulus atau bakal lulus dari SLTA

4. Berusia di bawah 21 tahun (lahir setelah 01-01-1995)

5. Memperoleh setidaknya (nilai) yang ditentukan (90 persen


untuk ilmu

kedokteran, 70 persen untuk program sarjana lainnya) nilai


rata-rata, nilai

ijazah, nilai ujian nasional atau ujian internasional.

6. Memiliki kesehatan yang baik

Program pascasarjana:

1. Merupakan warganegara selain Turki (mereka yang


berkewarganegaraan

Turki sebelumnya tidak dapat mendaftar)

2. Tidak terdaftar sebagai mahasiswa di universitas Turki pada


jenjang studi

yang dilamar

3. Meraih gelar sarjana atau master paling lambat 30 Juli 2016

4. Berusia di bawah 30 tahun untuk program master (lahir tidak


lebih awal dari

01-01-1986)

5. Berusia di bawah 35 tahun untuk program doktor (lahir tidak


lebih awal dari

01-01-1981)

6. Memperoleh IPK setidaknya 75 persen

7. Memiliki kesehatan yang baik

Dokumen aplikasi:

Program sarjana:

1. Aplikasi online

2. Salinan ijazah SLTA atau dokumen yang menjelaskan bahwa


calon
merupakan siswa tingkat akhir

3. Salinan transkrip nilai SLTA

4. Salinan identitas diri yang sah (paspor, KTP, atau akte


kelahiran)

5. Foto ukuran paspor

Program pascasarjana:

1. Aplikasi online

2. Salinan ijazah sarjana atau master atau dokumen yang


menjelaskan bahwa

kandidat merupakan mahasiswa sarjana/master tingkat akhir

3. Salinan transkrip nilai sarjana atau master

4. Salinan identitas diri yang sah (paspor, KTP, atau akte


kelahiran)

5. Foto ukuran paspor

Pendaftaran:

Pengajuan Beasiswa Pemerintah Turki 2016 dilakukan secara


online melalui

laman Türkiye Scholarships:

http://www.turkiyeburslari.gov.tr/index.php/en/

Buatlah akun terlebih dahulu melalui laman tersebut pada


bagian “Apply

Now”. Isi formulir registrasi, kemudian periksa email untuk


aktivasi. Selanjutnya

Anda sudah bisa log in kemudian mengajukan aplikasi online


berdasarkan
dokumen aplikasi yang diminta.

Perlu diperhatikan, sebaiknya sebelum mendaftar Anda terlebih


dahulu

menemukan jurusan dan perguruan tinggi yang tepat untuk studi.


Silakan dilihat di

kolom yang tersedia.

Pendaftaran online dibuka 29 Februari – 31 Maret 2016. Silakan


daftar lebih

awal sebelum deadline berakhir. Bagi kandidat yang lolos


seleksi administratif,

akan mengikuti tahap wawancara yang akan diberitahukan melalui


email yang

didaftarkan. Wawancara tersebut dapat dilakukan melalui


telepon atau internet.

Masalah teknis pendaftaran lainnya bisa menghubungi Türkiye


Bursları Call

Center : 0850 455 0 982 atau cek melalui laman Türkiye


Scholarships. Selamat

mencoba!

http://www.beasiswapascasarjana.com

Kegiatan Rakan IKAMAT


Di Istanbul pun Ada ‘Meugang’
Kamis, 18 Juni 2015 15:34

OLEH RAHMAT ASHARI, Mahasiswa S1 Universitas 29 Mei Istanbul


dan

Koordinator Ikatan Masyarakat Aceh di Turki (Ikamat) Wilayah


Istanbul,

melaporkan dari Istanbul. Jika disebut kata meugang, maka yang


paling

pertama terlintas di pikiran saya adalah daging sapi atau


kerbau. Sebagai

seorang yang pernah tinggal di Banda Aceh, saya sangat


teringat bagaimana

suasana pada hari mak meugang di ibu kota Provinsi Aceh itu.
Setiap pasar dan

sudut-sudut jalan dipenuhi oleh pedagang daging. Mereka


menggantungkan

daging sapi ataupun daging kerbau di atas meja tempat daging-


daging itu

dipotong dan dijual.

Di rumah-rumah orang Aceh pada hari meugang puasa atau meugang


Lebaran

hampir selalu dihidangkan berbagai macam masakan yang berbahan


dasar

daging. Bahkan ada juga yang dikeringkan, sehingga disebut


“sie thoe” atau

“sie balu”.

Tapi tahun ini, suasana yang saya rasakan sangat berbeda. Saya
harus

melewati hari meugang puasa kali ini justru di Istanbul, bukan


lagi di Banda

Aceh.

Sebagai Koodinator Ikatan Masyarakat Aceh di Turki (Ikamat)


untuk Wilayah

Istanbul, saya telah sepakat bersama 15 dari 32 mahasiswa Aceh


yang tinggal

di wilayah Istanbul untuk melaksanakan hari meugang pada


Kamis, 11 Juni

2015, seminggu sebelum datangnya bulan yang paling mulia,


Ramadhan.

Acara meugang ini terpaksa kami adakan beberapa hari lebih


cepat karena

beberapa teman kami akan pulang ke Aceh pada satu atau dua
hari sebelum

Ramadhan.Di Istanbul kita bisa mendapatkan daging di market-


market

terdekat. Tapi tak ada yang menjual daging dengan cara


menggantung terbalik

kaki sapi atau kerbau, seperti yang lazim kita lihat di Aceh.
Jujur saja, saya

sangat rindu pada pemandangan unik itu.

Harga daging sapi di Istanbul tergolong sangat mahal. Walaupun


di Indonesia

harga daging paling mahal justru di Aceh, apalagi di hari-hari


meugang yang

terkadang bisa sampai Rp 170.000 per kg, tapi masih belum bisa
mengalahkan

harga daging sapi di Istanbul yang mencapai 40 TL per kg. Jika


dirupiahkan,

harganya sekitar Rp 200.000/kg.

Sebagai mahasiswa yang uangnya terbatas, kami merasa agak


berat jika

menyiapkan semua lauk pada hari meugang ini dengan bahan


daging sapi,

mengingat harganya yang sangat luar biasa. Akhirnya kami


siasati dengan

menambah 3 kg daging ayam plus 1 kg daging sapi.

Syukurnya lagi, dengan izin Tuha Peuet Ikamat, Muhammad


Arhami, kami

diperbolehkan memakai rumah beliau yang berada di Davut Pasa


Istanbul

bagian Eropa untuk acara meugang ini, sehingga kami tak perlu
merogoh kocek

untuk sewa tempat.

Saya dan seorang teman bernama Muhammad Haykal datang lebih


awal

sebelum teman-teman yang lain untuk menyiapkan santapan siang


yang

dibantu oleh ibu pemilik dapur. Dalam tempo dua jam saja kami
telah

menyelesaikan empat jenis makanan, yaitu kari daging, ayam


kecap, telur

balado, dan gulai pliek-u alakadarnya.

Seusai shalat Zuhur, teman-teman yang lain pun berdatangan.


Pada saat itu

makanan telah kami hidangkan di meja dan yang sudah mengambil


makanan,

langsung saja Bismillah, tanpa perlu sungkan. Ini hajatan dari


anak Aceh untuk

anak Aceh yang kebetulan sedang berada di rantau orang.

Beginilah cara kami, mahasiswa Aceh di Istanbul, berupaya


menghilangkan rasa

rindu akan hari meugang. Mudah-mudahan pada meugang


selanjutnya bisa

kami nikmati di Aceh bersama keluarga dan kerabat.

Banyak sekali sisi positif yang saya dapatkan dari tradisi


meugang ini. Salah

satunya adalah silaturahmi antara mahasiswa Aceh di Istanbul


yang sempat
terputus karena semua kami sibuk mempersiapkan diri mengikuti
ujian

semester, kini tersambung kembali. Meugang pun bisa mengusir


stress dan

rasa sepi, karena kami menikmatinya beramai-ramai di negeri


orang.

Meugang kali ini juga telah menjadi washilah bagi kami untuk
saling

memaafkan, sehingga kami bisa menyambut bulan suci Ramadhan


dengan

lapang dada, tanpa dendam dan permusuhan.

IKAMAT
IKAMAT atau singkatan sari Ikatan Masyarakat Aceh-Turki,
adalah sebuah organisasi yang di bentuk pada 15 Oktober 2011
di Istanbul, Turki. Pembentukan IKAMAT didasarkan oleh semakin
banyaknya masyarakat Aceh di Turki dan juga bertujuan untuk
mempererat silaturrahmi antara masyarakat Aceh

Anda mungkin juga menyukai