Anda di halaman 1dari 12

KEMALIKUSSALEHAN

MAKALAH
RATU NAHRISYAH, RATU PERTAMA PEREMPUAN DI
ACEH

Disusun Oleh :
Suhailah Silalahi ( 220190015 )

PROGRAM STUDI TEKNIK MATERIAL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2023
1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta‟ala yang telah menunjukkan kepada
kita semua jalan yang benar. Shalawat dan salamnya penulis haturkan kepada Nabi
pembawa berkah dan penghancur kebatilan, Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Kemalikussalehan.


Selain itu tujuan penulis menyusun Makalah ini adalah untuk mengetahui lebih jauh
mengenai Jejak Sang Ratu Pasai yaitu Ratu Nahriyah,Rata pertama perempuan di Aceh.

Dalam penyelesaian Makalah ini, penulis banyak menemui kesulitan. Namun


berkat bimbingan dari beberapa pihak, akhirnya Makalah ini dapat terselesaikan
walaupun masih banyak kekurangannya. Karena itu, sepantasnya jika penulis
mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini.

Penulis juga sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun
agar tugas ini menjadi lebih baik dan berguna di masa depan.

Mudah-mudahan Makalah ini dapat membuktikan bahwa penulis dapat


melaksanakan tugas ini dengan semaksimal mungkin dan dapat bermanfaat khususnya
bagi penulis dan rekan-rekan pada umumnya.

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................1

KATA PENGANTAR....................................................................................2

DAFTAR ISI..................................................................................................3

A. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................4
B. Rumusan Masalah..............................................................................4
C. Tujuan Penulisan................................................................................5

B. PEMBAHASAN
A. Biografi dan Sosok Ratu Nahrisyah...................................................6
B. Replika Nisan Sang Ratu sebagai ukiran nisan terindah di Asia
Tenggara..............................................................................................7
C. Kelestarian Makam sang ratu dilingkungan masyarakat sebagai
cagar budaya.......................................................................................8

C. PENUTUP
A. Simpulan............................................................................................10
B. Saran..................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mengenang dan mengingat kembali sebuah sejarah tentang seorang ratu yang arif dan
bijaksana yang menuai kisah di Samudera Pasai sebagai bentuk contoh nyata perempuan
Nusantara yang bisa terlibat aktif dalam persoalan ekonomi dan politik dalam
penyebaran islam.Oleh karenanya tidak berlibuhan kalau dia dianggap sebagai “wali”
perempuan Nusantara.

Bersyukur kepada Allah atas nikmat besar dimana kita masih bisa melihat peradaban
sejarah para wali guna untuk mendorong manusia agar meningkatkan kualitas iman
ruhaninya.Bukan sekedar kata-kata,perilaku dan contoh kehidupannya merupakan
pembelajaran yang amat berharga yang semestinya dijadikan teladan bagi para murid-
muridnya atau para simpatisannya.

Kerajaan Samudera Pasai merupakan sebagai saksi bisu bagaimana islam berkembang di
Nusantara,salah satu nya tentang kisah seorang Sultanah Pertama di Aceh dengan
makam yang indah se asia tenggara.

B. Rumusan Masalah
1. Siapakah Sosok Ratu Nahrisyah ?
2. Bagaimana Replika Nisan Sang Ratu yang menjadi ukiran Terindah di
Asia Tenggara?
3. Bagaimana kelestarian makam sang ratu dilingkungan masyarakat sebagai
cagar budaya?

4
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah “Kemalikussalehan”
2. Untuk mengetahui sejarah tentang sososk Ratu Nahrisyah

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi dan Sosok Ratu Nahrisyah

Sultanah Nahrasyiyah adalah seorang Sultanah/Ratu di Kesultanan Samudera


Pasai. Ia merupakan puteri dari Sultan Zainal Abidin bin Ahmad bin Muhammad bin Al-
Malik Ash-Shahih, wafat pada 831 H/ 1428 M. Dikenal juga dengan sebutan Putri
Nahrisyah merupakan Ratu yang memerintah Kerajaan Samudera Pasai dalam rentang
waktu (1406-1428 Masehi). Ia merupakan Sultanah perempuan pertama di Asia
Tenggara memerintah dengan arif bijaksana dengan sifat keibuan serta kasih sayang.
Pada masa pemerintahan Sultanah Malikah Nahrasyiyah penyebaran agama Islam
menjadi semakin pesat, Kesultanan Samudera Pasai sendiri mencapai puncak masa
kejayaan pada masa pemerintahan beliau.

Ratu Nahrisyah dikenal sebagai sosok yang bijak dan arif selama berada di
tampuk kepemimpinan, ia memerintah dengan sifat keibuan dan penuh kasih sayang.
Saat itu, harkat dan martabat perempuan begitu mulia. Selama masa pemerintahan Ratu
Nahrisyah harkat dan martabat perempuan begitu mulia. Banyak perempuan terlibat
aktif dalam penyebaran Islam, beberapa diantaranya menjadi penyiar agama. Jejak
sejarahnya bisa dilihat dari nisannya yang ada di Gampong Beuringin, desa Meunasah
Kuta Krueng, kecamatan Samudera, Aceh Utara,sekitar 18 km sebelah Timur Kota
Lhokseumawe Makam tersebut berada di kompleks II (Kuta Karang), dan tidak jauh
dari makam Sultan Malikussaleh yang terletak di kompleks I makam Raja-Raja
Samudera Pasai.

Ratu Nahrisyah adalah Sultanah pertama di Aceh yang memimpin Kerajaan


Samudra Pasai di atas konsep kesetaraan gender. Beliau naik ke tampuk pemerintahan
menggantikan ayahnya Sultan Zainal Abidin I pada tahun 1406 dan hingga meninggal
pada tahun 1428.

6
B. Replika Nisan Sang Ratu sebagai ukiran nisan terindah di Asia Tenggara

Replika dari nisan Sultanah Nahrasiyah ini aslinya terdapat di Samudra


Pasai,Aceh. Nisan Sulthanah Nahrisyah adalah sala satu tinggalan budaya materi, bukti
bertulis dari masa penyebara Islam di Nusantara.Setelah adanya penyebaran agama
Islam aksara Arab mulai dikenal dan berkembang di Nusantara. Aksara Arab pertama
yang dikenal di Indonesia dituliskan pada nisan yang ditemukan di desa Leran, Gresik
dalam bahasa Ara dengan kaligrafi kath Kufi. Pada perkembangan selanjutnya, aksar
Arab tidak hanya digunakan untuk menulis teks-teks agama saj tetapi juga hal-hal yang
menyangkut kehidupan sosial sehari-har seperti teks-teks sastra, hukum, perdagangan,
dan sebagainya. Sultanah Nahrisyah memimpin kerajaan Samudera Pasai menggantikan
Sulthan Zainal Abidin yang mangkat tahun 140 Masehi. Sulthanah Nahrisyah wafat di
tahun 1428 Masehi da dimakamkan berdampingan dengan makam ayahnya, Sulta Zainal
Abidin, merupakan makam terindah di Asia Tenggara. Nisan Sulthanah Nahrisyah
dipenuhi aksara Arab berbahasa Arab dan Melayu Kuno dengan khat Kufi yang indah,
yaitu kaligrafi Ara tertua yang berasal dari kota Kufah. Nisan tersebut memua
keterangan bahwa :

“Inilah kubur wanita yang bercahaya yang suci, Ratu yang terhorma Almarhumah
yang diampunkan dosanya Nahrasiyah, putri Sulta Zainal Abidin putra Sultan Ahmad
putra Sultan Muhammad putr Sultan Malik As-Shaleh. Kepada mereka itu dicurahkan
rahmat da diampunkan dosanya, mangkat dengan rahmat Allah pada hari Seni 17
Dzulhijah 831 H/ 1428”.

Selain itu dituliskan ayat Kursi, surah Yasin, kalimat Syahada penggalan surah
Ali Imran ayat 18-19 dan surah Al Baqarah ayat 285-286.

Nisan Sultanah Malikah Nahrasyiyah diimpor pada permulaan abad IX Hijriah,


didalam nisan tidak ada isi, jasad Sultanah Sultanah Malikah Nahrasyiyah sendiri
dikubur disamping makam. Monumen ini merupakan hadiah dari sebuah Kesultanan di
India Barat (Pakistan sekarang), sampai saat ini merupakan nisan terindah di Asia
dengan pembanding sebuah Makam di India dan Asia Tenggah namun nisan-nisan

7
tersebut disana telah rusak. Dengan arsitek yang memenuhi nisan dengan tulisan, untuk
Asia Tenggara nisan ini merupakan satu-satunya makam dengan corak seperti ini.

Nisan Sultanah Malika Nahrasyiyah sampai saat ini masih utuh dan tidak
mengalami kerusakan sama sekali. Namun disayangkan nisan ayah beliau Sultan Zainal
Abidin telah dirusak oleh pihak- pihak yang tidak bertanggungjawab. Penjaga makam
Sultanah mengaku tidak tahu siapa yang merusaknya.

Menurut sang penjaga makam,kerusakan itu telah lama terjadi sebelum ia lahir.
Dari bentuk kerusakan tersebut bukan karena alam. Ia menduga kerusakan ini adalah
pengaruh bangsa Eropa Belanda yang gemar menghancurkan situs sejarah bangsa yang
ditaklukkannya.

C. Kelestarian Makam sang ratu dilingkungan masyarakat sebagai cagar


budaya.

Situs makam-makam ini juga dimanfaatkan oleh pengunjung terutama


masyarakat Aceh sebagai tempat melepaskan Nazar (Peulhueh Ka-oe). Dalam ajaran
Islam nazar adalah mewajibkan diri untuk melaksanakan suatu qurbah (ibadah) yang
bukan fardhu „ain dengan sighat tertentu (Mochtar Effendy, 2001). Tradisi
masyarakat Aceh adalah bernazar jika sangat menginginkan sesuatu, seperti
menginginkan kehadiran seorang anak setelah sekian lama menikah, mengharapkan
kesembuhan dari penyakit yang akut, menginginkan kesuksesan dalam karier dalam
pendidikan.

Biasanya mereka bernazar ke makam-makam ulama atau syaikh yang mereka


anggap karamah. Termasuk makam Sultan Malik AsShalih dan makam Ratu
Nahrasiyah. situs makam tersebut juga dimanfaatkan sebagai memulai tarekat (Tueng
Tarekat). Dalam Islam kata tarekat ituberasal dari bahasa Arab thariqah, yang bermakna
jalan, keadaan, aliran, atau garis pada sesuatu. Tarekat adalah jalan yang harus ditempuh
oleh seseorang calon sufi dalam tujuannya berada sedekat mungkin dengan Allah.
Masyarakat Aceh yang ingin memulai tarekat, biasanya berwasilah kepada syaikh-

8
syaikh tarekat tertentu seperti tarekat Naqsyabandiyah, tarekat Khalwatiyah, tarekat
Qadariyah, tarekat Syattariyah, dan tarekat Haddadiyah.

Tujuan lainnya pengunjung datang ke makam Ratu Nahrasiyah adalah untuk


peuphon beut Qur‟an (memulai baca Al-Quran). Tradisi ini dilakukan oleh para pemula
atau kanak-kanak yang memulai belajar Al-Quran. Mereka dipandu oleh guru ngajinya
atau orang tuanya sendiri. Umumnya adat peuphon beut diawali dengan peusijuk
(tepung tawar) santri, dilakukan dengan membawa beureuteuh (pop corn), pisang, dan
bulukat (nasi ketan) dengan tumpoe(kue yang terbuat dari campuran pisang dan tepung).
Kemudian seusai prosesi adat peusijuk, makanan tersebut dibagi-bagikan kepada santri-
santri lain yang ikut acara adat.

Makam Ratu Nahrasiyah dimanfaatkan juga oleh para wisatawan sebagai tempat
kajian sejarah asal mula masuknya Islam di Asia Tenggara. Berdasarkan dokumentasi
yang ada bahwa sebagian besar pengunjung Mancanegara yang datang ke situs makam–
makam ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang sejarah masuknya Islam di Asia
Tenggara. Selain pengunjung dari Manca negara, para mahasiswa, pelajar, dosen,
peneliti, serta para peminat sejarah, juga memanfaatkan ke dua situs makam tersebut
untuk keperluan pengembangan wawasan keislaman mereka tentang sejarah Islam di
Samudra Pasai dan Asia Tenggara.

9
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Ratu Nahrasiyah adalah seorang ratu yang di pertuan agung di Samudera pasai.
Beliau adalah keturunan keempat dari sultan Malik As-Shalih, yang bergelar Ra-Baghsa
Khadiyu (Penguasa yang Pemurah). Makamnya adalah makam yang terindah di Asia
Tenggara, dengan dipenuhi kaligrafi Al-Qur;an dan ragam motif hias.

Para pengunjung memanfaatkan situs makam sebagai tempat wisata religi dengan
berbagai tujuan yakni sebagai tempat melepaskan nazar (peulheuh ka-oe), memulai
tarekat (tueng- tarekat), memulai pengajian (peuphon beut), mencari asal muasal
sejarah masuknya Islam di Asia Tenggara. Selain itu, situs ini dapat juga
mendatangkan manfaat secara ekonomi bagi masyarakat setempat. Situs ini sangat
bernilai tinggi bagi masyarakat dan untuk pengembangan ilmu pengetahuan, sehingga
diharapkan kepada semua pihak agar terus menjaga kelestarian situs tersebut sampai
kapanpun.

B. Saran

Kita sebagai mahasiswa khususnya pendidikan sejarah harus mengetahui tentang


awal berdirinya suatu kerajaan dengan mengusung corak agama islam yang seperti kita
tahu bahwa islam menjadi negara mayoritas didunia. Kita juga harus mengetahui
tentang siapa saja yang memimpin kerajaan tersebut dari pemimpin yang pertama
sampai yang terakhir beserta keturunan- keturunannya. Dan tidak lupa pula kita harus
menjaga peninggalan sejarah berupa makam tersebut.

10
DAFTAR PUSTAKA

Dahlia. 2004. “Peranan Ratu dan Sultanah pada Kerajaan Pasai”.


Dalam Arabesk Edisi ke 4 Mei 2004 ,Banda Aceh, : Balai Pelestarian
Peninggalan Purbakala Banda Aceh Wilayah Kerja Provinsi Aceh dan
Sumatera Utara.

Hasan Muarif Ambari. 1996. Makam-makam Islam di Aceh, Aspek- aspek


Arkeologi Indonesia.

11
LAMPIRAN

12

Anda mungkin juga menyukai