Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH SEJARAH ISLAM DI ASIA TENGGARA

“ISLAM PADA MASA KESULTANAN DI ASIA TENGGARA”

DOSEN PENGAMPUN:

MUSTIKA SYARI’AH SIAGIAN

DI SUSUN OLEH:

AHMAD ALI MUSA [220101054]

JURUSAN PGMI INSTITUT SAINS AL-QUR’AN SYEKH


IBRAHIM ROKAN HULU
2023/2024
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia nya,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas dari mata kuliah Sejarah islam di Asia tenggara.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan doa,saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki.Oleh karena itu,kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritikan yang membangun dari
berbagai pihak.Akhirnya saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
kita semua…..
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i


DAFTAR ISI..................... .................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah………………………………………… .......... 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………… ........... 1
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Asal mula Islam di aceh ......................................................................... 2

2.2 4 ulama besar aceh .......................................... ....................................... 3

2.3 Masa kemunduran kesultanan Aceh Darussalam .................................... 8

2.4 Islam di jawa ........................................................................................... 11

2.5 Kesultanan demak ................................................................................... 13

2.6.Kerajaan pajang…………………………………………………………15
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG

Proses Islamisasi di kawasan Asia Tenggara tidak terlepas dari peran kesultanan. Proses
Islamisasi itu bermula ketika raja setempat masuk Islam, kemudian diikuti dominasi peranan
kerajaan di tengah komunitas Muslim. Kerajaan tidak hanya berfungsi sebagai institusi
politik, tetapi juga pembentukan institusi Muslim yang lain, seperti pendidikan dan peradilan.

Sultanan juga menjadi patron bagi perkembangan intelektualitas dan kebudayaan Islam.
Berdasarkan bukti arkeologis, Samudra Pasai adalah kerajaan Islam pertama di Melayu-
Nusantara.Kemudian, muncul Kesultanan Malaka, Aceh, Palembang, Riau, Tumasik, Perlak,
Johor, Demak, Cirebon, Banten, Goa Tallo, Ternate Tidore, Banjar, dan Bima. Terdapat pula
Kesultanan Sulu, Lanao, dan Maguindanao di Filipina, serta Kesultanan Brunei di Brunei
Darussalam.

1.2.Rumus masalah

1.siapa saja 4 ulama besar aceh?

2.Bagaimana sejarah kerajaan pajang?

1.3.Tujuan Masalah

1.Mengetahui 4 ulama besar aceh

2.mengetahui sejarah kerajaan pajang

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1.ASAL MULA ISLAM DI ACEH

Catatan Syekh Ishak Makarani dalam kitab Izhabul Haq,agama Islam masuk ke
Nusantara pertama kali ke Perlak, dibawa oleh satu tim dakwah dibawah pimpinan nakhoda
Khalifah.Mereka terdiri dari orang-orang yang mempunyai ilmu pengetahuan.Sampai di
Perlak mereka melakukan dakwah.Mereka mengajarkan rakyat cara bertani yang baik,cara
berdagang yang berhasil,cara bertukang yang menguntungkan,cara berumah tangga yang
bahagia dan sebagainya.Kepada para penguasa diberikan tuntunan bagaimana cara
memerintah yang dapat membahagiakan rakyat.

Akhirnya rakyat sadar bahwa apa yang diberikan kepada mereka adalah dari ajaran
islam.Maka para penguasa dan rakyat dengan sukarela masuk Islam,dan pada tahun 225 H
(340 M)berdirilah kerajaan Islam Perlak dengan Sayyid Abdul Aziz menjadi raja Islam yang
pertama dan bergelar Sultan Alaidin Sayyid Maulana Abdul Aziz Syah,putra seorang anggota
tim dakwah dari hasil perkawinannya dengan Meurah Perlak (Raja Perlak).1

Melihat data di atas dapat disimpulkan bahwa Islamisasi berlangsung melalui proses
pendidikan.Oleh karena itu tidaklah mengherankan apabila usaha yang utama dilaksanakan
adalah mendirikan tempat-tempat pendidikan bagi rakyat dan mendatangkan guru dari
Arab,Persia,dan Gujarat.Hal ini terlaksana karena para Sultan yang memerintah di Kerajaan
Islam Perlak adalah ulama-ulama yang sangat mementingkan ilmu pengetahuan dan
pendidikan.

Pada awal abad ke-13 datang seorang ulama dari Mekah menuju ke Samudra
Pasai.Menurut Abdul Fattah,dalam perjalanannya ia mampir di Malabar dan bertemu dengan
Fakir Muhammad,seorang sufi dlan akhirnya bersama-sama mereka menuju ke Samudra
Pasai.Mereka singgah di Fansur,Lamuri,dan Haru terus ke Perlak,dan akhirnya ke Pasai.la
bertemu dengan kepala negeri Pasai bernama Meurah Silu.Meurah Silu di islamkan dan
berganti nama menjadi Sultan Malik al-Salih.la merupakan raja Islam pertama di Kerajaan
Pasai.Semenjak itu Pasai menjadi pusat pengembangan Islam di Asia Tenggara.

1
Hasymi, 1978: 5355; Iskandar, 1973 : 33

2
Sumber lain mencatat bahwa Pasai juga melakukan upaya pengiriman ulama atau para da'i
ke berbagai negeri,seperti ke Jawa,Semenanjung Malaka termasuk ke Patani.Maulana Malik
Ibrahim,Sunan Ampel dan sahabatnya Raden Ishak (ayah Sunan Giri) termasuk ulama-ulama
yang dikirim oleh Pasai ke Jawa.Dua putra Sunan Ampel,yakni Sunan Bonang dan Sunan
Drajat dan juga Sunan Giri disebut berguru mendalami agama di Pasai.2

Disini kelihatan bahwa Pasai sudah menjadi pusat keilmuan sejak masa awal kerajaan
Islam Pasai.Kerajaan Aceh baru di islamkan setelah jatuhnya Malaka ke tangan Portugis
tahun 1511.Dengan berkuasanya Portugis Maka para pedagang Muslim mengalihkan
kegiatan dagangnya ke Aceh.Bersama dengan para pedagang itu turut pula para muballig dan
ulama untuk menyebarkan Islam.

Mereka berhasil mengislamkan Sultan Ali Mughayat Syah,penguasa Aceh saat itu.Setelah
itu Ali Mughayat Syah mulai mengislamkan kerajaan-kerajaan Hindu kecil di Aceh.Pada
tahun 1524 ia mulai meletakkan dasar-dasar kekuasaan Aceh.3dan mulai saat itu pula Aceh
bukan hanya menjadi pusat perdagangan,melainkan juga menjadi kubu penyebaran Islam.

2.2. EMPAT ULAMA BESAR ACEH

(1).Hamzah Fansuri

Literatur-literatur yang ada mengenai Hamzah Fansuri tidak menyebutkan secara pasti
tanggal kelahirannya.Namun dari literatur-literatur tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
Hamzah Fansuri pada pertengahan abad ke-16 sampai awal abad ke-17.Menurut Hasymi,
beliau hidup dalam tiga zaman yakni pada masa pemerintahan Sultan Alauddin Riayat Syah
IV Saidil Mukamil (1589 – 1604),Sultan Muda Ali Riayat Syah V (1604 – 1607),dan masa
awal pemerintahan Sultan Iskandar muda Meukuta Alam(1607-1636),ia lahir di Fansur dekat
Barus.Negeri ini bernama Fansur karena disini banyak orang Fansur yang pindah dari negeri
aslinya di Fansur dekat Singkel. 4

Hamzah Fansuri adalah seorang tokoh tasawuf wujudiah dan penganut tarekat Qadiriyah
seperti diungkapkannya sendiri dalam Syair yang berbunyi:

Hamzah nin asalnya Fansunri


Mendapat wujud di tanah Syahr Nawi

2
Dahlan, 1992 : 29
3
De Graaf, 1989 : 6
4
Hasymi, 1983 :195

3
Beroleh ilmu khilafat yang asli
Hari pada Abdul Qadir Sayyid Faelani.5
Pendidikan pertama diperolehnya di tempat kelahirannya,kemudian ia pergi ke berbagai
tempat untuk menambah ilmunya.Zakaria Ahmad menyebutkan tempat-tempat yang
dikunjunginya antara lain Pahang, Banten,Kudus,Siam,Mekah dan kemudian ia kembali ke
kampungnya Barus.6Sayangnya tidak disebutkan lembaga pendidikan yang ia ikuti serta guru
yang di datanginya,kecuali Syekh Abdul Qadir yang ia sebut sebagai gurunya.ia fasih
berbahasa melayu dan menguasai bahasa Jawa,Urdu,Persia,dan Arab.

Selain tasawuf,ia menguasai ilmu fikih,mantik, sejarah,sastra dan filsafat. 7 Hamzah


Fansuri mengajarkan ilmu-ilmunya ini pada beberapa tempat di Aceh Banyak orang belajar
kepadanya.Hanya saja literatur-literatur yang ditemui tidak menyebutkan bentuk pengajaran
yang ia berikan.Diantara muridnya yang terkenal adalah Samsuddin Sumatrani.Di
penghujung hayatnya,Hamzah Fansuri mendirikan dayah di tempat kelahirannya.Pengaruh
Hamzah Fansuri cepat tersiar bukan saja melalui murid-muridnya,melainkan juga melalui
karya tulisnya.Karya tulisnya ada yang berbentuk prosa dan yang banyak adalah yang
berbentuk puisi.

Karya prosanya adalah:Asra al-Arifin.Aryrah al-Aryikin,Zinat almuwahhidin,dan al


Muntahi.Semua karyanya memperlihatkan unsur tasawuf.Dengan karyanya ini,Zakaria
Ahmad mengungkapkan,bahwa Fansuri telah mempelopori bahasa Melayu menjadi bahasa
linguafranca dalam penyebaran Islam di Asia Tenggara.8

(2).Samsuddin Sumatrani

Samsuddin Sumatrani seorang ulama terkenal di Aceh setelah Hamzah Fansuri.Nama


lengkapnya ialah Syekh Syarnsuddin bin Abdullah as-Sumatrani.Dari literatur-literatur yang
ada mengenai Syamsuddin Sumatrani,baik literatur lokal maupun literatur Barat,tidak
ditemukan informasi mengenai latar belakang kehidupan dan pendidikan dari Syamsuddin
Sumatrani.Demikian juga informasi mengenai latar belakang kehadirannya di istana sehinga
ia menjadi ulama yang paling dipercaya dalam lingkungan istana kesultanan Aceh selama
kurang lebih empat dasa warsa.

5
Al-Attas 1970 : 9
6
Ahmad, 1972 : 112
7
Hasymi, 1983 :196
8
1972: 114

4
Oleh karena itu Abdul Aziz Dahlan menyimpulkan bahwa informasi tentang latar belakang
kehidupannya,dari kelahiran,masa kanak-kanak dan remaja,sampai dewasa dan muncul
menjadi ulama yang masyur,tidaklah dijumpai oleh para peneliti.Dimana ia lahir,dimana ia
belajar,dan negeri-negeri mana saja yang ia kunjungi dalam rangka belajar atau mendalami
ilmu, tidak diketahui sama sekali.Latar belakang historisnya yang khusus yang berkaitan
dengan kehidupannya,sama sekali belum tersingkap dengan jelas.9

Walaupun latar belakangnya tidak diketahui, namun menurut Hasymi,Samsuddin Sumatrani


adalah murid Hamzah Fansuri.Pendapat ini dibenarkan oleh Aziz Dahlan karena dua karya
tulis Sumatrani,yakni Syarah Ruba’i Hamzah Fansuri dan Syarah Sya’ir Ikan Tongkol,
merupakan ulasan (syarah) terhadap ajaran Hamzah Fansuri. Namun tidak juga ada informasi
mengenai tempat dimanakah Samsuddin berguru.Kepada Hamzah Fansuri tersebut,di
Fansur,di Pasai,atau di tempat lain.10

Hasymi juga mengatakan,berarti Syamsuddin pernah belajar di luar Aceh.Namun Aziz


Dahlan mengatakan bahwa ini sulit diterima,karena Sunan Bonang wafat pada tahun 1525.
Maka hubungan guru murid tidak mungkin terjadi,karena Syamsuddin meninggal tahun 1630.
Kalaulah usia Syamsuddin mencapai 108 tahun,maka berarti murid lahir disaat guru
wafat. 11 Berbeda dengan gurunya,Hamzah Fansuri,Samsuddin Sumatrani selain sebagai
seorang ulama,ia juga menjadi orang yang berkedudukan tinggi di kesultanan Aceh.Dari
Hikayat Aceh diketahui bahwa pada masa pemerintahan Sultan Alauddin Riayat Syah IV al
mukammil ia telah menjabat sebagai Syaikh al-Islam,dan dimasa pemerintahan Sultan
Iskandar Muda ia menjabat sebagai qadi nulik al-adil,merupakan jabatan tertinggi negara
setelah sultan.

Di luar istana Syamsuddin Sumatrani mempunyai kedudukan tinggi.ia menjadi syekh di


mesjid Bait ar-Rahman dan aktif di halakah mesjid tersebut.ia juga mendirikan dayah,di
mana Abdurrauf Singkel pernah belajar disana.Pengembangan aAgam dan penyebaran
ajarannya disampaikannya dalam halakah-halakahnya dan juga melalui karya
tulisnya.menurut Hasymi tidak kurang dari 26 karya tulisnya ada yang berbahasa Arab dan
ada pula yang berbahasa Melayu.Karangannya tersebut melipuit tasawuf,akhlak dan tauhid.

(3).Nuruddin ar-Raniri

9
Dahlan 1992 : 27
10
Dahlan, 1992 : 340
11
Dahlan, 1992: 37

5
Nama lengkapnya Nuruddin Muhammad bin Ali bin Hasanji bin Muhammad Hamid ar
Raniri al-Quraisyi asy-Safi’i.Kapan lahirnya tidak jelas,tetapi ia meninggal tahun 1658.ia
seorang India keturunan Arab yang lahir di Ranir,menurut Drewes,Ranir terletak di Gujarat
dan sekarang bernama Rander.

Pendidikan pertama diperolehnya di negerinya sendiri.Bahkan sewaktu masih di negeri


asalnya tersebut ia telah dikenal sebagai seorang yang alim yang menguasai sejumlah ilmu.
Kemudian ia melanjutkan pelajarannya ke Tarim,Arab Selatan yang merupakan pusat studi
islam pada waktu itu. Pada tahun 1621 ia menuju ke Mekah dan Madinah untuk melakukan
ibadah haji dan ziarah ke makam rasul dan setelah itu ia pulang ke India.

Ar-Raniri adalah penganut tarekat Rifa’iyah yang diperolehnya melalui syekh Muhamad
al Aidarusi,kakek ruhani ar-Raniri. 12 Menurut Azra Ar-Raniri mempunyai silsilah tarekat
Aydarusiyah dan Qadiriyah.Tarekat Aydarusiyah mempunyai akar Arabia yang kuat,dan
ketika dibawa ke India tarekat ini memperlihatkan penekanannya yang kuat kepada
harmonisasi antara mistik dan kepatuhan total kepada syariah,dengan kata lain tarekat
Aydarusiyah ini merupakan tarekat dengan bentuk neo sufisme.

Kedatangan ar-Raniri ke Aceh yang kedua kalinya,membawa angin baru bagi


pembaharuan Islam.Setelah berhasil mendekati Sultan Iskandar Tsani,ia diangkat menjadi
syaikh al-Islam menggantikan Syamsuddin Sumatrani.Pada saat inilah ia menggunakan
kesempatan untuk melancarkan pembaharuannya.Melalui diskusi-diskusi keagamaan di
istana ia berhasil meyakinkan bahwa ajaran wahdat al-wujud Syamsuddin Sumatrani adalah
ajaran yang menyesatkan dan pada akhirnya buku-buku Syamsuddin dibakar dan ajaran ar
Raniri menjadi pandangan tidak resmi di kesultanan Aceh.

Ar-Raniri banyak menulis dalam berbagai cabang ilmu yang berkembang di zamannya
tersebut.Diantara karyanya yang amat besar sumbanganya bagi pengembangan wacana
intelektual Islam adalah buku fikih Shirat al-Musataclim yang merupakan buku fikih
muamalat pertama di Indonesia kemudian buku Bustanus Salatirn,buku sejarah terbesar
saat itu.Uruddin juga dikenal sebagai Syekh di mesjid Bait ar-Rahman. elalui halakah-
halakahnya ia mengembangkan ajarannya,sehingga corak tasawuf di Aceh berubah dari
tasawuf falsafi ke tasawuf syar’i.Keberadaan ar-Raniri yang tidak begitu lama di Aceh
membawa pengaruh yang besar bagi pembaharuan Islam selanjutnya di Nusantara.

12
Daudi, 1933 : 36

6
(4).Abdurrauf Singkel

Syekh Abdurrauf Singkel,ulama terkenal abad 17,lahir di Singkel kira-kira tahun


1615.13menurut Zakaria Ahmad tahun 1620,ia seorang ulama besar,pengarang,politikus dan
negarawan terkenal. 14 Setelah meninggal ia dikenal dengan nama Syah Kuala,karena ia
mengambil tempat untuk mengajar di tepi muara (kuala) sungai Aceh dan dikuburkan di
sana. 15 ia menjadi qadi malikul adil dalam masa pemerintahan empat orang ratu yaitu:
Sultanah Sri Ratu Tajul Alam Syafiatuddin Johan Berdaulat (1641-1675), Sultanah Sri Ratu
Nurul Alam Naqiatuddin (1675 – 1678),Sultanah Sri Ratu Zakiatuddin Inahayat Syah (1675
– 1688) dan Sultanah Sri Ratu Kamalat Syah, 1688 – 1699).16

Pendidikan dasar ia peroleh dari ayahnya Syekh Ali Fansuri,saudara Hamzah


Fansuri,Kebenaran bahwa ia belajar kepada Hamzah Fansuri dan Syamsuddin Sumatrani
amat sulit diterima,karena pada saat Abdurrauf menginjak usia sekolah,Syamsuddin sudah
menjadi orang penting di Istana,bahkan ia telah berada di BandabAceh dua atau tiga dasa
warsa sebelum lahirnya Abdurrauf.17

Dari Pasai Abdurrauf melanjutkan pelajarannya ke jazirah Arab tahun 1842.dalam


perjalaannya ke Arabia,Abdurrauf singgah di beberapa kota yang menjadi rute perjalan haji.
ia mulai dari Doha(daerah di Teluk Persia),Yaman,termasuk fawza,Mukha,al-Luhayyah,
Ta’iz,Bait al-Faqih dan Zabid.Dari Yaman ini ia terus ke Jeddah,kemudian Mekah dan
Medinah.

Dari perjalananya itu ia mencatat 19 orang guru tempat ia belajar dan 27 Orang ulama
yang dihubunginya.Diantara gurunya yang terpenting adalah Ahmad Kushashi dan Ibrahim
Qurani.Dari pengalamannya itu ia belajar seluruh cabang ilmu agama.baik ilmu zahir seperti
fikih,tafsir dan hadist,juga ilmu batin seperti tasawufb dan lain-lain.ia juga mengikuti tarekat
Syattariyah dan Qadiriyah.Setelah hampir 20 tahun ia belajar di luar negeri,Abdurrauf
kembali ke Aceh tahun 1661.

Pada masa itu situasi di Aceh penuh kekacauan akibat pertentangan antara pengikut
paham wujudiyah dan pengikut neo sufisme.Sesampainya di Aceh,Abdurrauf pergi ke

13
Azra, 1992: 383
14
Hasymi, 1978 : 76
15
Zakaria, 1972 122
16
Hasymi, 1978: 76 – 77
17
Dahlan, 1992 : 36

7
Singkel,kemudian meneruskan perjalannya ke pantai Barat dan pantai Timur Aceh.Dalam
perjalananya yang makan waktu hampir tiga tahun itu,Abdurrauf,dengan pengalamannya
yang luas dan pengetahuannya yang mendalam,berhasil menenangkan dan menentramkan
Kerajaan Aceh.

Terkesan dengan hal Itu,Ratu Syafiatuddin memanggil Abdurrauf ke istana dan


mengangkatnya menjadi qadi malik al-‘adil.Dengan jabatannya ini ia berhasil menjadikan
Aceh menjadi kerajaan Islam yang kuat dan menjadi pusat keilmuan di Asia Tenggara.
Berbagai ulama dari segala penjuru datang belajar ke Aceh,diantaranya Syekh Burhanuddin
dari Pariaman,Minangkabau,yang kemudian mendirikan surau,seperti rangkang Abdurrauf,
dan kemudian tersebar di seluruh Minangkabau. Muridnya yang lain adalah Abdulmuhyi
dari Jawa Barat,Abdul Malik bin Abdullah dari Trenggano, dan murid terdekatnya dari Aceh
bernama Daud al-Jawi al-Fansuri bin Ismail bin Aqha Mustafa bin Agha Alimalrumi,yang
mendirikan dayah di Aceh.Melalui murid-murid dan karya-karyanya,Abdurrauf berhasil
mengembangkan ajarannya.

2.3.MASA KEMUNDURAN KESULTANAN ACEH DARUSSALAM

(a).Daftar sultan Aceh Darussalam:

(1).Sultan Ali Mughayat (1514-1528 M)

(2)Sultan Salahuddin (1528-1537 M)

(3). Sultan Alaudin Riayat Syah al-Kahar (1537-1568 M)

(4).Sultan Sri Alam (1575-1576 M)

(5).Sultan Zain al-Abidin (1576-1577 M)

(6).Sultan Ala’ al-Abidin (1577-1589 M)

(7).Sultan Buyung (1589-1596 M)

(8).Sultan Ala’ al-Din Riayat Syah (1596-1604 M)

(9).Sultan Ali Riayat Syah (1604-1607 M)

(10).Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M)

(11)Sultan Iskandar Thani (1636-1641 M)

8
(12).Sultanah Safi al-Din Taj al Alam (1641-1675 M)

(13).Sultanah Naqvi al-Din Nur al-Alam (1641-1678 M)

(14).Sultanah Zaqqi al-Din Inayat Syah (1678-1688 M)

(15).Sultanah Kamalat Syah Zinat al-Din (1688-1699)

(16).Sultan Badr al-Alam (1699-1702 M)

(17).Sultan Perkasa Alam (1702-1703 M)

(18).Sultan Jamal al-Alam Badr al-Munir (1703-1726 M)

(19).Sultan Jauhar al-Alam Amin al-Din (1726)

(20).Sultan Shyam al-Alam (1726-1727 M)

(21).Sultan Ala‘ al-Din Ahmad (1727-1735 M)

(22).Sultan Ala‘ al-Din Johan Syah (1735-1760 M)

(23).Sultan Mahmud Syah +1760-1781 M)

(24).Sultan Badr al-Din (1781-1785 M)

(25).Sultan Sulaiman Siah (1785 M)

(26).Sultan Alauddin Muhammad Daud Syah

(27).Sultan Ala‘ al-Din Jauhar al-Alam (1795-1815)dan (1818-1824 M)

(28).Sultan Syarif Saif al-Alam (1815-1818 M)

(29).Sultan Muhammad Syah (1824-1838 M)

(30).Sultan Sulaiman Siah (1838-1857 M)

(31).Sultan Mansur Syah (857-1870 M)

(32).Sultan Mahmud Syah (1870-1874 M)

(33).Sultan Muhammad Daud Syah (1874-1903 M)

(b). Kemunduran kesultanan Aceh Darussalam

Di Aceh telah terjadi perdebatan dan kesenjangan baik di antara sesama ulama maupun
antara ulama dengan umara.Konflik antara ulama,dapat dilihat ketika Ar-Raniry sebagai

9
ulama syar’i mengkritik ulama tasawuf yang ditujukan kepada pengikut dan kelompok
Hamzah Fansuri.Pada masa kemunduran kerajaan Aceh,konflik mulai merambah antara
ulama dan uleebalang.Permasalahannya adalah kerajaan sudah mulai melemah dan para
uleebalang sudah mulai tidak tunduk kepada perintah dan sultan dan mulai membangkang
kepada ulama.

Tidak berhenti pada masa itu,konflik terus berlanjut dengan nuansa dan konteks yang
berbeda pada abad ke-19 M.Sejarah mencatat kasus yang terjadi di Teupin Raya,Pidie.
Teungku Id bin Ustman bersaing dengan ulama syar’i,sehingga berakhir dengan pelenyapan
salah satu kubu.Meskipun demikian,konflik yang terjadi di Aceh pada umumnya berakhir
dengan jalan perdamaian,di antaranya adalah Perang Cumbok yang terjadi antara Ulama dan
Uleebalang berakhir dengan damai yang dikenal dengan adanya Ikrar Lamteh pada tahun
1946.

Kondisi Aceh di abad ke-19,meskipun Aceh merupakan sebuah kerajaan yang gemilang
Pada abad ke-17 M,Namun mulai melemah dan kekuatan Asing datang untuk merebut
kekuasaan.Portugis Adalah bangsa asing yang pertama yang Berkehendak untuk
meruntuhkan kerajaan Aceh Dan ingin menjadikannya sebagai daerah jajahan.namun,pada
masa itu,Aceh masih tergolong Sangat kuat menghadapi musuh dari luar,sehingga Portugis
pun dapat dilenyapkan dari peraduan ibu Pertiwi wilayah Aceh.

Selanjutnya,bangsa Inggris Yang kemudian menentukan pilihan dengan bangsa Belanda


untuk pembagian wilayah jajahan untuk Menguasai wilayah Aceh.Namun,akhirnya
ditetapkan Belanda yang mendapat bagian untuk menjadikan Wilayah Aceh sebagai daerah
jajahannya.

Teungku Muhammad Ali Pulo Peub Menyikapi dan mengkategorikan perilaku kaum
Penjajah dan antek-anteknya,ke dalam sifat jalal.Selain sifat jamal yang khusus
diperuntukkan Kepada orang mukmin, sifat jalal menjadi sifat Jahat orang Belanda.Sifat jalal
Allah akan Menghukum segala tindakan keji mereka selama di Dunia.Sedangkan orang
mukmin akan mendapat Perlindungan dari sifat jamal Allah. Dalam teks Disebutkan:

Segala kafee tutong di minyup nawung Jalalaya.Sifat jalal yang teut kafee bek syek Hate po
bintara.Sifat jamal pereloung mukmin Perintah Tuhan han sou sangka.18

18
Sirajuddin: 4-5

10
Artinya:“Semua orang kafir terbakar di bawah api Jalalaya. Sifat jalal yang bakar kafir.
Jangan ragu Dan was-was po bintara. Sifat jamal melindungi Orang mukmin, demikian
perintah Tuhan tidak ada Yang menyangka.”

Teungku Muhammad Ali Pulo Peub Memiliki sikap yang sangat tegas terhadap Belanda
Agar pengikutnya tidak memihak dan mengikuti Langkah-langkah penjajah Belanda.Ia
mengatakan Belanda itu adalah kafir yang ingin merongrong Agama dan negara Aceh.Kafir
seperti ini tidak Perlu dikasihani sama sekali,bahkan dianjurkan Untuk dibasmi dan
dilenyapkan dari bumi Aceh.

Teungku Muhammad Ali Pulo Peub tidak Memberi ruang sedikit pun untuk berkompromi
Dalam hal ini.Bagi mereka yang mengikuti dan Bersekongkol dengan kafir Belanda,maka ia
Dianggap orang salah.Selain kepada Belanda,Teungku Muhammad Ali Pulo Peub juga
mengecam keras sikap dan Tindakan para uleebalang yang bersekongkol dengan Belanda.
Mereka memperlihatkan sifat angkuh dan Melarang para salik melaksanakan amalan tarekat,

Kesultanan Aceh Darussalam mulai mengalami kemunduran setelah Sultan Iskandar


Muda mangkat pada 1636.kemunduran ini akhirnya membuat Kesultanan Aceh hancur secara
perlahan.Ada Beberapa penyebab runtuhnya Kesultanan Aceh Darussalam:

(1).Tidak adanya pemimpin yang cakap setelah wafatnya Sultan Iskandar Muda.

(2).Terjadi perpecahan internal antara kaum birokrat (bangsawan kerajaan) dengan kaum
agama.

(3).Banyak negeri taklukan yang memisahkan diri,termasuk Johor, Pahang, Perlak,


Minangkabau, Siak dan lainnya.

Melemahnya Kesultanan Aceh memberi peluang bagi Belanda untuk masuk dan
menanamkan pengaruh.Menurut laman Pemprov Aceh,Belanda mulai menginvasi
Kesultanan Aceh melalui Perang Sabi yang berlangsung 30 tahun lamanya sejak 26 Maret
1873.Jatuhnya banyak korban jiwa dan tidak mampu menaungi Aceh,pemimpin terakhir
kesultanan yakni Sultan Muhammad Daud Syah mengumumkan pengakuan kedaulatan
Belanda atas Aceh.Akhirnya,wilayah Kesultanan Aceh Darussalam akhirnya menjadi bagian
dari Hindia Timur Belanda (Nederlansch Oost-Indie) atau pemerintah kolonial Hindia
Belanda.

2.4.ISLAM DI JAWA

11
Islam adalah agama yang dianut oleh mayoritas masyarakat Indonesia.Agama Islam
pertama kali masuk ke Indonesia melalui Sumatera sekitar abad ke-7.Setelah itu, ajaran Islam
mulai berkembang luas ke daerah-daerah lain, termasuk Pulau Jawa.Bukti masuknya Islam
ke Pulau Jawa dilihat dari banyak ditemukannya makam-makam Islam tertua, khususnya di
daerah Gresik, Jawa Timur.Seiring berjalannya waktu, perkembangan Islam di Pulau Jawa
mengalami kemajuan yang signifikan. Hal ini karena adanya peran dari Wali Songo.

Sebelum Islam masuk dan berkembang,kerajaan terakhir yang memiliki pengaruh besar
di Pulau Jawa adalah Kerajaan Majapahit yang bercorak Hindu-Buddha.Ketika Kerajaan
Majapahit mencapai masa kejayaan di bawah pemerintahan Hayam Wuruk tahun 1350 hingga
1389,penduduknya sudah banyak yang beragama Islam.

Adanya penduduk Majapahit yang beragama Islam disebabkan oleh terjalinnya hubungan
dagang antara Muslim dari wilayah Timur Tengah,Arab dan India di pesisir utara Jawa.Pada
waktu itu, pesisir utara Jawa masih termasuk dalam wilayah Kerajaan Majapahit.Di saat yang
hampir bersamaan,berdiri Kerajaan Islam pertama di Nusantara,yaitu Kerajaan Samudera
Pasai sejak abad ke-13 hingga abad ke-16.

Kerajaan Samudera Pasai terletak di Sumatera, tempat di mana Islam pertama kali masuk
ke Indonesia yang dibawa oleh para pedagang Muslim pada abad ke-7.Para pedagang tersebut
selain berdagang juga menyebarkan ajaran agama Islam.Bahkan terjadi perkawinan antara
pedagang dengan wanita pribumi.Perkawinan inilah yang membuat Islam mulai berkembang
cepat ke berbagai wilayah,termasuk Pulau Jawa.Penyebaran ajaran Islam di Pulau Jawa
dilakukan oleh Wali Songo,yaitu sembilan tokoh penyebar ajaran agama Islam di tanah
Jawa.Secara harfiah,wali berarti wakil,sedangkan songo dalam bahasa Jawa berarti sembilan.

Wali Songo menyebarkan ajaran agama Islam dengan cara berdakwah ke masyarakat di
Pulau Jawa.Cara dakwah yang dilakukan berbeda-beda,ada yang melalui
kesenian,pendidikan, dan kebudayaan.Tokoh Wali Songo pertama yang menyebarkan ajaran
Islam adalah Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik.Oleh sebab itu, Sunan Gresik
dianggap sebagai wali pertama yang mengislamkan Jawa.

Berkat Sunan Gresik, ajaran Islam pun mulai dikenal dan mengalami perkembangan yang
signifikan di Pulau Jawa.Seiring dengan berkembangnya agama Islam di Pulau Jawa,
pengaruh agama Hindu dan Buddha di Majapahit perlahan mulai meluntur.Di samping
melalui para pedagang dan pelayaran, Islam juga berkembang melalui perkawinan.Banyak

12
pedagang Muslim dari Timur Tengah, Persia, dan India yang akhirnya menetap dan menikah
dengan seorang gadis Jawa.

Strategi dakwah dari kesembilan wali ini dalam menyebarkan ajaran Islam juga berbeda-
beda.Ada yang melalui pendidikan, ada pula yang melalui kesenian dan kebudayaan
Umumnya,tokoh Wali Songo yang memilih untuk berdakwah melalui pendidikan adalah
dengan mendirikan pesantren.Sementara yang melalui kesenian dan kebudayaan dengan
membuat tembang atau macapat dan wayang.Tokoh-tokoh Wali Songo dan wilayah
penyebarannya adalah sebagai berikut:

(1).Sunan Gresik (Gresik)

(2).Sunan Ampel (Surabaya)

(3).Sunan Giri (Gresik)

(4).Sunan Bonang (Tuban, Rembang, Pulau Bawean, Madura)

(5).Sunan Drajat (Lamongan)

(6).Sunan Kalijaga (Cirebon)

(7).Sunan Muria (Kudus, Jepara, Jati)

(8).Sunan Kudus (Kudus)

(9).Sunan Gunung Jati (Cirebon, Priangan)

Perkembangan Islam di Pulau Jawa pun semakin besar setelah didirikannya Kerajaan
Demak pada akhir abad ke-15 oleh Raden Patah.

2.5.KESULTANAN DEMAK

Sebelum menjadi Kesultanan Demak merupakan sebuah Kadipaten di bawah Kekuasan


Majapahit.Demak sendiri saat itu lebih dikenal dengan nama Bintara atau Gelagah Wangi.
Kadipaten Demak yang dipimpin oleh Raden Fatah yang merupakan Anak dari Brawijaya
yang merupakan Raja Majapahit terakhir.

Pada tahun 1479,Raden Fatah meresmikan Masjid Agung Demak sebagai pusat
pemerintahan.Raden Fatah pula Memperkenalkan pemakaian Solakantara sebagai kitab
Undang-Undang Kerajaan. Terhadap agama lain, Raden Fatah memiliki toleransi yang tinggi.

13
Masjid Demak dijadikan tempat pertemuan untuk belajar agama.Pada masanya, para wali
seperti Sunan Kalijaga,Sunan Kudus,Sunan Bonang juga sering berkumpul di Masjid Demak.

Masjid Demak didirikan pada masa kepemimpinan Raden Fatah.Kemudian dibangun


kembali pada masa pemerintahan Sultan Trenggono.Pembangunan Masjid Demak di pimpin
oeh Sunan Kalijaga.Salah satu tiang utama Masjid Demak terbuat dari pecahan kayu yang
disebut dengan Soko Tatal.Soko Tatal berarti dari tatal.Tatal merupakan serpihan-serpihan
kecil yang biasanya didapat dari bekas gergaji atau bekas pahatan.Arsitektur Masjid Demak
merupakan wujud akulturasi kebudayaan Hindu dengan kebudayaan Islam.

(a).Raja-Raja Kerajaan Demak

(1).Raden Patah (berkuasa 1500-1518 M)

Raden Patah merupakan pendiri Kerajaan Demak.Dia adalah putra Raja Majapahit dari
istri seorang perempuan asal Cina,yang telah masuk Islam.Raden Patah memimpin Kerajaan
Demak pada 1500 hingga 1518 M.Di bawah kepemimpinan Raden Patah,Kesultanan Demak
menjadi pusat penyebaran agama Islam dengan peran sentral Wali Songo.Periode ini adalah
fase awal semakin berkembangnya ajaran Islam di Jawa.

(2).Adi Pati Unus (berkuasa 1518-1521 M)

Setelah Raden Patah wafat pada 1518,takhta Demak dilanjutkan oleh putranya,Adipati
Unus (1488-1521).Sebelumnya menjadi sultan,Pati Unus terkenal dengan keberaniannya
sebagai panglima perang hingga diberi julukan Pangeran Sabrang Lor.pada 1521 Pati Unus
memimpin penyerbuan kedua ke Malaka melawan Portugis.Pati Unus gugur dalam
pertempuran tersebut kemudian digantikan Trenggana sebagai pemimpin ke-3 Kesultanan
Demak.

(3).Sultan Trenggono (berkuasa 1521-1546 M)

Sultan Trenggana membawa Kesultanan Demak mencapai periode kejayaannya.Wilayah


kekuasaan Demak meluas hingga ke Jawa bagian timur dan barat. Pada 1527,pasukan Islam
gabungan dari Demak dan Cirebon yang dipimpin Fatahillah atas perintah Sultan Trenggana
berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa.

Nama Sunda Kelapa kemudian diganti menjadi Jayakarta atau “kemenangan yang
sempurna”.Kelak,Jayakarta berganti nama lagi menjadi Batavia lalu Jakarta,ibu kota
Republik Indonesia.Saat menyerang Panarukan,Situbondo,yang saat itu dikuasai Kerajaan

14
Blambangan (Banyuwangi),pada 1546,terjadi insiden yang membuat Sultan Trenggana
terbunuh.

(4).Sunan Prawata (berkuasa 1546-1549 M)

Sunan Prawata merupakan putra dari Sultan Trenggono.Suksesi Sultan Trenggana yang
berlangsung mendadak akibat kematiannya ternyata tidak berlangsung mulus.Pangeran
Surowiyoto atau Pangeran Sekar berupaya untuk menduduki kekuasaan mengalahkan Sunan
Prawata yang merupakan putra Trenggana.Sunan Prawata kemudian membunuh Surowiyoto
dan menduduki kekuasaan.

Akan tetapi,karena insiden tersebut menyebabkan surutnya dukungan terhadap


kekuasaannya.Ia memindahkan pusat kekuasaan Demak ke wilayahnya di Prawoto,Pati,Jawa
Tengah.Ia hanya berkuasa selama satu tahun,ketika Arya Penangsang putra dari Surowiyoto
melakukan pembunuhan terhadap Prawata pada 1547.

(5).Arya Penangsang (berkuasa 1549-1554 M)

Arya Penangsang menduduki tahta Demak setelah membunuh Sunan Prawata.Ia juga
menyingkirkan Pangeran Hadiri/Kalinyamat penguasa Jepara yang dianggap berbahaya bagi
kekuasaannya.Hal ini menyebabkan tidak senangnya pada adipati Demak,salah satunya
Hadiwijaya dari Pajang.

Hal ini menyebabkan dipindahnya pusat kekuasaan Demak ke Jipang,wilayah kekuasaan


Arya Penangsang.Meski begitu,Arya Penangsang berkuasa sampai dengan tahun 1554 ketika
Hadiwijaya dibantu oleh Ki Ageng Pemanahan,Ki Penjawi dan anaknya Sutawijaya
memberontak melawan Demak.Arya Penangsang tewas dan Hadiwijaya menduduki tahta
dengan memindahkan kekuasaan ke Pajang,menandai berakhirnya kekuasaan Kerajaan
Demak.

2.6.KERAJAAN PAJANG

(a).Asal mula berdirinya kerajaan pajang

Kerajaan Pajang adalah salah satu kerajaan yang pernah berjaya dalam sejarah di Jawa
Tengah.Setelah masa kerajaan Hindu-Buddha berakhirlahir berbagai kerajaan-kerajaan Islam
yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia termasuk Jateng.Salah satu kerajaan Islam yang
pernah berdiri di Jateng adalah Kerajaan Pajang.Kerajaan ini mencatat sejarah penting pada

15
pendirian Kerajaan Mataram Islam yang berperan dalam pembagian wilayah Yogyakarta dan
Surakarta.

Kerajaan Pajang pertama kali didirikan setelah Kerajaan Demak runtuh pada tahun 1549.
Saat itu Kerajaan Demak mengalami kemunduran dan terjadi pemberontakan oleh Arya
Penangsang.Jaka Tingkir (keturunan dari kerajaan Pengging di Boyolali) yang mengabdi
kepada Kesultanan Demak berhasil menumpas pemberontakan tersebut dan membunuh Arya
Penangsang.Atas keberhasilannya tersebut,Jaka Tingkir kemudian menjadi pewaris tahta
Kerajaan Demak dan memindahkan pusat kerajaannya ke daerah Kartasura.

Pemindahan pusat kerajaan tersebut meruntuhkan Kerajaan Demak secara resmi dan
mengubahnya menjadi Kerajaan Pajang.Kemudian dengan restu dan dukungan para
Walisongo,Jaka Tingkir dinobatkan sebagai raja Kerajaan Pajang dengan gelar Sultan
Hadiwijaya.

(b).Raja-Raja Kerajaan pajang

(1).Jaka Tingkir atau Sultan Hadiwijaya, berkuasa pada 1568-1583 M.

(2).Arya Pangiri atau Ngawantipura, berkuasa pada 1583-1586 M.

(3).Pangeran Benawa atau Prabuwijaya, berkuasa pada 1586-1587 M.

(c). Kejayaan kerajaan pajang

Kerajaan Pajang mencapai masa kejayaannya sejak kerajaan tersebut berdiri hingga masa
pemerintahan Sultan Hadiwijaya berakhir.Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Pajang
berhasil memperluas wilayah kekuasaannya hingga Madiun dan perbatasan Cirebon.Selain
itu,aspek ekonomi masyarakat Kerajaan Pajang juga sangat makmur.Sektor pertanian yang
menjadi sumber kehidupan mereka mengalami kemajuan pesat.Pajang bahkan menjadi
lumbung beras utama di Pulau Jawa.

(d). Keruntuhan kerajaan pajang

Keruntuhan Kerajaan Pajang dimulai ketika Sultan Hadiwijaya jatuh sakit dan meninggal
pasca peperangan antara Pajang dan Mataram.Pasca kepemimpinannya,terjadi perebutan
takhta di antara putra Sultan Hadiwijaya,Pangeran Benawa dan menantunya,Arya
Pangiri.Arya Pangiri kemudian berhasil merebut tahta Kerajaan Pajang dan menyingkirkan

16
Pangeran Benawa ke luar kerajaan.Pada masa pemerintahannya,Arya Pangiri disibukkan
dengan membalas dendam kepada Mataram dan mengabaikan rakyatnya.

Pangeran Benawa tidak bisa diam mengetahui perilaku Arya Pangiri tersebut.Dengan
bantuan Sutawijaya dari Mataram,ia kemudian melancarkan serangan ke Kerajaan Pajang dan
berhasil mengalahkan Arya Pangiri.Pangeran Benawa kemudian dilantik sebagai raja
Pajang,namun hanya berlangsung singkat karena memilih untuk menjadi penyebar agama
Islam.Kepemimpinannya tersebut kemudian dilanjutkan oleh putranya yang kemudian
mengubah Kerajaan Pajang menjadi Kerajaan Mataram.

17
BAB III
PENUTUP

3.1.KESIMPULAN
Agama Islam masuk ke Nusantara pertama kali ke Perlak,dibawa oleh satu tim dakwah
dibawah pimpinan nakhoda Khalifah.Mereka terdiri dari orang-orang yang mempunyai ilmu
pengetahuan.
Empat ulama besar Aceh:
(1).Hamzah Fansuri
(2).Samsuddin Sumatrani
(3).Nuruddin ar-Raniri
(4).Abdurrauf Singkel
Beberapa penyebab runtuhnya Kesultanan Aceh Darussalam:
(1).Tidak adanya pemimpin yang cakap setelah wafatnya Sultan Iskandar Muda.
(2).Terjadi perpecahan internal antara kaum birokrat (bangsawan kerajaan) dengan kaum
agama.
(3).Banyak negeri taklukan yang memisahkan diri,termasuk Johor, Pahang, Perlak,
Minangkabau, Siak dan lainnya.
Islam adalah agama yang dianut oleh mayoritas masyarakat Indonesia.Agama Islam
pertama kali masuk ke Indonesia melalui Sumatera sekitar abad ke-7.Setelah itu, ajaran Islam
mulai berkembang luas ke daerah-daerah lain,
Sebelum menjadi Kesultanan Demak merupakan sebuah Kadipaten di bawah Kekuasan
Majapahit.Demak sendiri saat itu lebih dikenal dengan nama Bintara atau Gelagah Wangi.
Kerajaan Pajang adalah salah satu kerajaan yang pernah berjaya dalam sejarah di Jawa
Tengah.Setelah masa kerajaan Hindu-Buddha berakhirlahir berbagai kerajaan-kerajaan Islam
yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia termasuk Jateng.

18
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik, (ed), Agama da11 Perobahan Sosiaf. Jakarta: CV Rajawali, 1983.

Abdullah. Hawas. Perkembangan Tasmvuf dan Tokoh-tokoh1!Ja di Nusa11tara, Surabaya:


al-Ikhlas, 1980.

Abdullah, Mud. Shaghir, Perkembangan Ilmu Fiqh dan Tokoh-tokoh1!Ja di Asia


Tenggara, Solo: Ramadhani, 1935.

Ahmad, Zakaria, Sekitar Kerajaan Aceh Dalam Tahun 1520- 1675, Medan: Monora, 1972

Darmawan,Dicky,dan M.Makbul.“Peran Walisongo dalam Islamisasi Jawa:

Perkembangan Islam di Jawa.” Wahana Karya Ilmiah Pendidikan 6.02 (2022).


Darmawan, D., & Makbul, M. (2022).

Peran Walisongo dalam Islamisasi Jawa: Perkembangan Islam di Jawa. Pendidikan


Wahana Karya Ilmiah , 6 (02).

Filantropis, Dicky; MAKBUL, M. Peran Walisongo dalam Islamisasi Jawa: Perkembangan


Islam di Jawa. Wahana Karya Ilmiah Pendidikan , 2022, 6.02.

Susilo, A., & Wulansari, R. (2019). Peran Raden Fatah Dalam Islamisasi di Kesultanan
Demak Tahun 1478–1518. Tamaddun: Jurnal Kebudayaan dan Sastra Islam, 19(1), 70-83.

Camila, Chinanti Safa, and Hudaidah Hudaidah. “Sejarah Kesultanan Pajang Masa
Pemerintahan Sultan Hadiwijaya (1549-1582).” SINDANG: Jurnal Pendidikan Sejarah dan
Kajian Sejarah 4.1 (2022): 58-65.

19

Anda mungkin juga menyukai