Anda di halaman 1dari 44

SINKRONISASI KERANGKA

EKONOMI MAKRO DAN


POKOK-POKOK
KEBIJAKAN FISKAL
2024 DENGAN PEDOMAN UMUM
PENYUSUNAN APBD 2024

MEMPERCEPAT TRANSFORMASI EKONOMI


YANG INKLUSIF DAN BERKELANJUTAN
1
Outline
1. PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN
GLOBAL DAN INDONESIA
2. KINERJA PEMBANGUNAN DAN ARAH
KEBIJAKAN MAKRO FISKAL 2024
3. HARMONISASI KEBIJAKAN FISKAL
PUSAT DAN DAERAH
4. KEBIJAKAN TRANSFER KE DAERAH
2024

2
PERKEMBANGAN
PEREKONOMIAN GLOBAL
DAN INDONESIA

3
TREN PERTUMBUHAN EKONOMI BERAGAM PADA Q1 2023, INDONESIA DI ANTARA YANG TERKUAT
Ekonomi Tiongkok dan AS mengalami perbaikan didukung penguatan konsumsi, sementara beberapa negara Eropa masih
terkendala tingkat inflasi tinggi dan kenaikan suku bunga agresif.

Pertumbuhan Ekonomi Berbagai Negara (% yoy)


Q1-22 Q2-22 Q3-22 Q4-22 Q1-23

13,7
11,2
10,0
8,7

7,7

6,5
5,9
5,5

5,5

5,5
5,1

4,7
4,4
4,5
5,7

3,9

4,5
4,2
4,4
5,5

5,0

3,9

3,7

3,6
2,1 4,0
4,0
3,3
5,0

3,9
5,0

4,8

3,6
2,9

1,3 3,1
3,0
2,5

2,5

2,9
2,4

1,8

1,6
1,9

0,91,9

1,8
1,8
1,4

1,3

1,6
1,4
0,8

0,8
1,0

0,9
0,4

0,1
0,4

-0,1
INDONESIA CHN SAU MEX VNM ITA USA EU KOR FRA SGP DEU

Sumber: Bloomberg, diolah 5


PEMULIHAN GLOBAL MASIH MENGHADAPI TANTANGAN
Indonesia diperkirakan termasuk salah satu negara yang masih mampu tumbuh kuat di tahun 2023

Proyeksi Inflasi oleh IMF, % yoy Proyeksi Pertumbuhan Tahun 2023 oleh IMF
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global G-20 & ASEAN-6 (% yoy)
oleh IMF, % yoy Global
Philippines 6,0
Negara Maju India
WEO Okt '22 WEO Jan '23 WEO Apr '23 5,9
Negara Berkembang Vietnam 5,8
China 5,2
9,8 Indonesia 5,0
Malaysia 4,5
8,6 Thailand 3,4
Saudi Arabia 3,1
8,7 Türkiye
6,3 2,7
Mexico 1,8
7,3 6,5 Australia
7,0 1,6
3,4 3,2 United States
2,8

3,13,0
2,8 1,6
2,9
2,7

Korea
4,9 1 ,5
Singapore
4,7 1,5
Canada
Japan 1,5
-2,8 2,6 Brazil 1,3
Russia 0,9
France 0,7
Italy 0,7
Argentina 0,7
2019 2020 2021 2022 2023f 2024f 2019 2020 2021 2022 2023F 2024F 0,2
South Africa
Germany 0,1
• Downside risks masih dominan: United Kingdom -0,1
-0,3
✓ Tekanan sektor keuangan, ✓ Tingkat inflasi inti yang persisten tinggi,
✓ Debt distress, ✓ Geoeconomics fragmentation. EU 0,8
✓ Eskalasi perang di Ukraina, Global 2,8
ASEAN-5 4,5
Sumber: WEO IMF Oktober 2022, Januari dan April 2023, diolah 5 10
SECARA SPASIAL, TREN PERTUMBUHAN POSITIF TERJADI DI SEMUA KAWASAN
Perekonomian pulau
Kalimantan dan Sulawesi
SUMATERA KALIMANTAN Distribusi PDB Triwulan I 2023 (%)
ditopang oleh sektor Industri
2021 2022 2023-Q1 Pertumbuhan Triwulanan %yoy
2021 2022 2023-Q1
SULAWESI Pengolahan dan
9,0
2021 2022 2023-Q1 Pertambangan & Penggalian.
4,7 4,8
3,2
5,8 MALUKU
4,9 6,9 2,5 Hilirisasi pertambangan masih
3,2 & PAPUA
2021 2022 2023-Q1
terus mendorong laju
7,1 7,0 ekonomi kawasan Indonesia
5,7 Timur Sulawesi, Maluku, &
21,8
Papua.
2021 2022 2023-Q1
JAWA
5,3
5,0
Perekonomian Pulau Jawa
3,7 2021 2022 2023-Q1 terutama ditopang sektor
Industri Pengolahan,
5,1 10,2 8,7 2,0
4,7 perdagangan dan infokom.

0,1 Sektor Akomodasi & Mamin


57,2
BALI & 2,7 di Pulau Bali & Nusa
NUSA Tenggara terus membaik
TENGGARA sejalan dengan mobilitas
dan kebangkitan pariwisata.

6
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2023
6
Pemulihan Ekonomi Berkualitas, Mampu Menurunkan Pengangguran
dan Kemiskinan, momentum ini perlu terus dijaga
• Periode 2014-2019 tercipta lapangan kerja sebanyak 17,9 juta orang (neto), kemudian menurun sebesar 0,3 juta orang (neto) akibat pandemi
(2020). Pemulihan ekonomi 2021-2022, mampu menciptakan lapangan kerja sebanyak 6,8 juta orang (neto), sehingga angka pengangguran
turun ke angka 5,45%.
• Penguatan Program Perlinsos telah mendorong penurunan tingkat kemiskinan dan ketimpangan secara signifikan. Tingkat kemiskinan turun
dari 11,0% di tahun 2014 menjadi 9,57% di tahun 2022. Rasio Gini turun tajam dari 0,414 di tahun 2014 menjadi 0,381 di tahun 2022.

Tingkat Pengangguran Terbuka Kemiskinan dan Ketimpangan


Jumlah Pengangguran Tingkat Pengangguran (%) - rhs Tingkat Kemiskinan (%) Rasio Gini - rhs
10 8 12.0
11.0 11.1 0.420
8.7 10.7
9
Juta orang 8.4 10.1 10.19
8.0 7
9.66 9.71 9.57
8 7.5 10.0
0.414 9.22 0.410
7.1 7.0 7.0 6.9 6.8 6.9 6
7

5.70 6.26 5
8.0 0.400
6 5.45
5 4.94 4 6.0 0.390

4
3
3
4.0 0.385 0.380
2 0.381 0.381
2
2.0 0.370
1
1

0 0 0.0 0.360

2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Sumber: BPS, data Februari, diolah Sumber: BPS, data September, diolah
7 7
KINERJA PEMBANGUNAN
DAN ARAH KEBIJAKAN
MAKRO FISKAL 2024

8
CAPAIAN PEMBANGUNAN MENJADI MODALITAS UNTUK MENGAKSLERASI
TRANSFORMASI EKONOMI MENUJU INDONESIA MAJU

Kinerja Jokowi-JK Kinerja Jokowi-Ma’aruf


(2014 – 2019) (2019 – 2024)

APK PAUD APK SMA Sederajat APK PT Jumlah Sekolah Menurut Jenjang Pendidikan • Sarana Pendidikan
PENDIDIKAN 35,28 perempuan
79,77
87,85
perempuan 26,3
33,55 SD SD
1,5 ribu
perlu terus diakselerasi
20…
28,91 sekolah • Partisipasi pendidikan
Rp3.485,1T 20…
29,31 La ki -laki
76,4
83,24 La ki -laki 25,24 SMP SM
P
4,9 ribu usia dini dan
2022
(2015-2022) 70 80 90 0 20 40 SM
sekolah
2015
pendidikan tinggi perlu
0 50 2022 2014 2022 2014
SMA& A&
SM
K
3,7 ribu sekolah ditingkatkan
SMK

2.448 2.522 Jumlah Puskesmas Prevalensi Stunting


2.198 2.269 2.344
2.045
KESEHATAN
1.855 1.951 1,36 1,36 1,39 1,4 1,41 1,42
1,16 1,15
30,8%
551 537 556 578 544 533 536 520 28,9% 29,0% 29,6%
Rp1.138,5 T

10.292
27,5% 27,7% 26,9%

10.205
10.134
9.993
9.754

9.767

9.825
9.754
24,4%
(2015-2022) 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
21,6%
Rumah Sakit Umum Rumah Sakit Khusus Jumlah Puskesmas (Unit) Rasio Puskesmas per Kecamatan 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

Panjang Jalan Tol Beroperasi Pembangkit Listrik Jalan Nasional + Jalan Daerah
(Km) Kapasitas Bendungan
INFRASTRUKTUR 69,68 GW 74,53 GW 510.573
2014: 6,39 Miliar m3 (186 bendungan
2100 2545 53,06 GW 279.676
Rp2.779,8 T 784 2019: 7,05 Miliar m3 (186 bendungan)
85.056
(2015-2022) 2021 2021: 16,68 Miliar m3 (201 bendungan)
2014 2019
2014 2019 2021 2014 2019 2021

27
KEBIJAKAN FISKAL DALAM MENDUKUNG TRANSFORMASI EKONOMI
FUNGSI STABILISASI DAN DISTRIBUSI UNTUK
PENGUATAN FONDASI (JANGKA PENDEK)

Penghapusan
Penurunan
Kemiskinan Stunting Ekspektasi
Ekstrem Transformasi
Tema Ekonomi VISI
Kebijakan Fiskal Pengendalian Peningkatan INDONESIA
2024 Inflasi Investasi Produktivitas
MAJU 2045
Rendah → tinggi
“Mempercepat
Transformasi Penguatan
Nilai Tambah
Rendah → tinggi
EKONOMI
ke 5 Terbesar
di Dunia

Ekonomi yang Pembangunan


Kualitas Lingkungan
Infrastruktur Brown → clean & green
PENDAPATAN PERKAPITA
inklusif dan SDM
berkelanjutan”
Peningkatan Penguatan
Basis Ekonomi
Narrow →
23.199
US$

Nilai Deregulasi Broad-based & inklusif


Tambah SDA dan Institusi

PENGUATAN FUNGSI ALOKASI UNTUK DUKUNG


TRANSFORMASI EKONOMI (JANGKA MENENGAH-PANJANG)
29
FOKUS UNTUK MENDUKUNG TEMA PRIORITAS 2024

1. Penajaman intervensi Bansos seperti PKH,


1 Program pemberian makanan tambahan Kartu Sembako, bantuan untuk lansia,
dan suplemen peningkatan gizi A.l. Belanja Stunting K/L: A.l. Belanja Bansos K/L: disabilitas, mekanisme penyaluran subsidi,
Rp36,1 – 56,1 T Rp143,6 – 157,9 T serta meningkatkan peran Pemda melalui
2 Penyediaan air minum, Pendidikan, dan
bantuan sosial program padat karya dan BLT Desa

3 Program pendampingan, koordinasi dan 2. Optimalisasi tenaga pendamping dalam


dukungan teknis pemutakhiran data penerima manfaat
Penghapusan
4. Peningkatan kualitas penggunaan DAK Penanganan Kemiskinan 3. Pemanfaatan Regsosek untuk perbaikan
Stunting basis data Bansos, subsidi, dan berbagai
dan dana desa dalam upaya penanganan Ekstrem program bantuan Pemerintah bagi
stunting. masyarakat lainnya

1 Kemudahan Usaha dan Investasi melalui 1. Peningkatan produksi dan ketersediaan


penguatan sistem Online Single pangan strategis
Submission (OSS) 2. Pengendalian laju alih fungsi lahan
2. Penguatan kualitas kawasan industri di Peningkatan Pengendalian 3. Pemberian bantuan Pemerintah sektor
luar pulau jawa Investasi Inflasi pertanian yang tepat sasaran
3. Harmonisasi Peraturan untuk memberi 4. Penguatan tata kelola logistik nasional
kepastian hukum
5. Pengawasan harga dan operasi pasar
4 Optimalisasi DAK Fisik dan Non Fisik
untuk fasilitasi penanaman modal dan 6. Optimalisasi peran APBD untuk
A.l. Belanja Infrastruktur K/L: A.L Belanja Ketahanan Pangan
peningkatan infrastruktur daerah Rp194,5 – 204,5 T K/L: Rp41,3 – 52,3 T
pengendalian inflasi daerah
11
40
HARMONISASI KEBIJAKAN
FISKAL PUSAT DAN
DAERAH

12
KONSEPTUAL HARMONISASI KEBIJAKAN FISKAL PUSAT DAN DAERAH
Dalam Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal Regional - Implementasi UU HKPD

Pertumbuhan Ekonomi Daerah


Evaluasi Capaian Regional
Inflasi Daerah
Peluang, Tantangan, Tingkat Pengangguran Terbuka Tantangan
dan Penguatan Regional
Tingkat Kemiskinan Penguatan Potensi Wilayah
Rasio Gini

Penguatan Pertumbuhan Ekonomi Intervensi Fiskal dan Lokasi


Prioritas untuk:
Pengendalian Inflasi Sumatera
Arah dan Strategi Penurunan Kemiskinan Ekstrem Jawa
Kebijakan untuk Mendukung Penanganan Stunting Bali Nusra
Transformasi Ekonomi Peningkatan Investasi
Kalimantan
Sulawesi
Mandatory Spending:
Pendidikan, Kesehatan, Infrastruktur, Maluku Papua
Belanja Pegawai

• Defisit APBN dan APBD tidak melebihi 3% PDB


Batas Defisit APBD • Batas Maksimal Defisit APBD yang dibiayai dengan Pembiayaan Utang Daerah

Pemda yg memenuhi syarat dpt mengakses alternatif pembiayaan utang daerah dgn skema: Pinjaman
Alternatif Pembiayaan APBD Daerah, Pinjaman Daerah Syariah, Obligasi Daerah dan Sukuk Daerah, serta pembiayaan kreatif dengan
skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).

13
Harmonisasi Kebijakan Fiskal Pusat – Daerah untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi dan
Peningkatan Kesejahteraan yang Lebih Merata
PERTUMBUHAN EKONOMI TINGKAT KEMISKINAN PENGANGGURAN TERBUKA GINI RASIO
Mendorong pertumbuhan Perlu effort lebih untuk menurunkan Mendorong perluasan Melalui pemerataan pembangunan
ekonomi lebih merata dan tingkat kemiskinan dampak scaring kesempatan kerja untuk diharapkan akan mengurangi
Strategi Kebijakan berkeadilan disemua wilayah effect pandemi 2020 penurunan pengangguran ketimpangan antardaerah
melalui program padat karya

Growth Share 10.6


2022 (%) 5.8 2022 0.311
4.9 4.6 9.2
SUMATERA 5.3
22,04%
2014 0.350

5.5 6.5 2022 0.399


9.9
5.3
JAWA 8.6 6.5
2014 0.414
56,48%
5.7 13.8
2022 0.359
5.0
BALI NUSRA 12.9 3.6 3.7
2,72% 2014 0.396

5.3 2022 0.303


6.3 4.8
KALIMANTAN 5.2
6.0 4.6
9,23% 2014 0.364
6.9 12.3
6.3 2022 0.365
SULAWESI 11.2 4.5 3.7
7,03% 2014 0.411
9.8 20.0
10.0
MALUKU 5.3
17.7
5.0
6.1
4.8
2022 0.348

PAPUA 2,50% 2014 2022 2014 0.379


0.0
2014 2022 2014 2022

Sumber: Badan Pusat Statistik KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 14


TEMA:
PENGENDALIAN INFLASI

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 15


APBN BERPERAN PENTING DALAM PENGENDALIAN INFLASI UNTUK MENJAGA
DAYA BELI DAN MENEKAN ANGKA KEMISKINAN
Perkembangan Anggaran terkait Inflasi, 2014-2024 (Rp T) UPAYA PENGENDALIAN INFLASI:
Subsidi dan Kompensasi Energi Ketahanan Pangan
640,1 1 Dukungan subsidi dan kompensasi untuk
Reformasi subsidi energi 89,0
553,9
menjaga stabilitas harga dan daya beli
443,8 426,6
409,4
104,2
124,3
masyarakat;
67,6 274,4 273,0 104,3
230,7 207,5 197,6 240,0 225,0
74,5 85,9
551,2 2 Meningkatkan koordinasi antara pusat
86,5 429,6
341,8 111,6 100,7 100,0 80,7
199,9 187,1
339,6 322,3
dan daerah, serta melibatkan peran
119,1 106,8 97,6 153,5 144,3
otoritas moneter melalui TPIP dan TPID.
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 APBN Batas Batas
2023 Bawah Atas 3 Penguatan ketahanan pangan melalui
Proyeksi 2024
menjaga pasokan, distribusi dan stabilisasi
Perkembangan Inflasi IHK dan Komponen Inflasi Volatile Food & harga pangan.
Administered Price (%, yoy) 4 Mendorong Badan Pangan Nasional dalam
17, 6 Volatile Food Administered Price IHK
koordinasi kebijakan pangan melalui
13, 3
BUMN Pangan yaitu Bulog dan ID Food.
10, 9

8, 4 8, 7
5, 9 5, 6
4, 8 4, 3 4, 9

3,4 3,0 3, 6
3, 4 3,6 3, 2 5, 5
3, 6
3, 4 TERCAPAINYA TARGET INFLASI 2024
3, 1 2, 8

2,5% ± 1%
2, 7 1, 7 1, 9 2, 8
0, 7 3, 4 1, 8 1, 2
0, 4 0, 2 0, 5 0, 3
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023* 2024*
*angka estimasi

*volatile food a .l. meliputi beras, aneka cabai, aneka bawang, minyak goreng, telur dan daging ayam. 33
RATA-RATA TINGKAT INFLASI DAERAH
BERDASARKAN KARAKTERISTIK EKONOMI WILAYAH
❑ Daerah dengan sektor pertanian, kehutanan, dan
perikanan sebagai lapangan usaha utama
mempunyai rata-rata inflasi tahun 2022 (garis
kuning) yang relatif lebih rendah dibandingkan
daerah lainnnya.
❑ Hal ini menjadi indikasi mengenai pentingnya
belanja daerah terkait ketahanan pangan dalam
menjaga inflasi di tingkatan yang stabil dan
kondusif.
❑ Daerah sektor primer perlu diarahkan agar mampu
memenuhi rantai pasok makanan (volatile food)
bagi daerah lain, sehingga perlu didukung dengan
akses yang baik untuk mempercepat distribusi
bahan makanan.
❑ Berdasarkan data inflasi 90 daerah (25 kabupaten,
64 kota, dan 1 provinsi) dari hasil survey BPS
Sumber: Badan Pusat Statistik dan Kementerian Keuangan, data diolah
Data inflasi dihitung berdasarkan pola konsumsi di 90 daerah
17
Untuk pengendalian Inflasi daerah, Optimalisasi TPID Dan Penguatan Peran APBD
Dalam Penanganan Inflasi Perlu Terus Diperkuat.
KORELASI PORSI BELANJA INFLASI DALAM APBD DENGAN TINGKAT INFLASI
TANTANGAN DAN PERMASALAHAN
• Daerah-daerah dengan porsi realisasi Belanja terkait Inflasi terhadap total
Belanja Daerah yang relatif tinggi di Tahun 2022 cenderung mempunyai
tingkat inflasi yang rendah. Hal ini menandakan bahwa kebijakan penanganan
dampak inflasi melalui belanja terkait Ketahanan Pangan, Perlindungan
Sosial, dan BTT (Belanja Tidak Terduga) sudah di arah yang tepat dan perlu
dipertahankan.
• Ditengah gelombang ketidakpastian dan kondisi geopilitik, inflasi agar terus
dijaga agar terkendali diperlukan kebijakan TKD yang dapat menjaga
keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, dan kelancaran distribusi
perdagangan

STRATEGI KEBIJAKAN
• DAK Fisik diarahkan untuk ketahanan pangan dan peningkatan kualitas
EVALUASI BELANJA INFLASI DI DAERAH konektivitas jalan-jembatan kawasan ekonomi, kawasan pusat pariwisata,
kawasan pertanian (termasuk perkebunan, perikanan, peternakan);
• Maluku utara merupakan wilayah yang daerahnya mempunyai rata-
rata inflasi paling rendah di Tahun 2022. Belanja daerah di Maluku • Pemberian insentif fiskal untuk daerah dengan kinerja terbaik dalam
Utara terkait penanganan inflasi relatif tinggi, yaitu mencapai sekitar pengelolaan inflasi;
5% dari total Belanja Daerah. • Penggunaan Dana Desa untuk pembangunan infrastruktur demi menjamin
distribusi bahan pangan sehingga dapat menekan biaya logistik dan menjaga
• Sebaliknya, Sumatera Barat cukup terdampak inflasi di Tahun 2022. kestabilan harga pangan;
Belanja daerah di Sumatera Barat terkait penanganan inflasi relatif
rendah di Tahun 2022, yaitu di kisaran 3% dari total Belanja Daerah. • Peningkatan ketetapan sasaran belanja perlindungan sosial melalui peningkatan
kualitas basis data penerima manfaat dalam upaya menjaga daya beli
masyarakat.
18
18
TEMA:
PENURUNAN KEMISKINAN EKSTREM

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 19


HARUS ADA EXTRA EFFORT UNTUK MENCAPAI TARGET
PENGHAPUSAN KEMISKINAN EKSTREM DI TAHUN 2024
2022: 9.57% 2023: 7,5% – 8,5% 2024: 6,5% - 7,5%
11,25 11,22 10,86 Strategi Pencapaian Perkembangan Anggaran Perlinsos (Rp Triliun)
10,64
9,82 10,14 (BAU)
9,41 9,78 9,57 Target 6,5-7,5% (2024)
9,27 8,97 498,0
468,2 461,6 476,0
9,57 • Ketepatan Pensasaran;
293,8 308,4
6,18 5,81
8,5
• Komplementaritas atau
5,24 7,5
4,46 konvergensi;
3,63 (EXTRA EFFORT)
2,7
2,25
• Perbaikan pelaksanaan
2,16 2,04
1,34 (tepat waktu, tepat 2018 2019 2020 2021 Rea lisasi APBN 2023
0,64 jumlah, tepat sasaran)
2,04 2022
1,04
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
0,0 Untuk mencapai target kemiskinan esktrem 0% di 2024, agar setiap keluarga di
Kemiskinan Kemiskinan Ekstrem
desil 1 menerima bantuan Rp1,1 juta per bulan, perlu dilakukan strategi:

Target RPJMN Pengurangan beban pengeluaran;


Pada 2022, kedalaman
11 ✓ Memperbaiki ketepatan sasaran Desil 1
✓ Meningkatkan indeks PKH dan Sembako masing-masing
kemiskinan ekstrem maksimum:
sebesar 10%
Rp210 ribu/bulan/kapita Kebutuhan Anggaran
✓ Optimalisasi BLT Dana Desa
Untuk menghapus kemiskinan
Rp69,13 T 12 Peningkatan pendapatan;
ekstrem 0%, dibutuhkan program ✓ Tambahan Proyek padat karya K/L
yang menyasar seluruh individu ✓ Optimalisasi Padat Karya Tunai Desa (PKTD)
di desil 1 (27,4 juta jiwa)
Meningkatkan akses infrastruktur dasar (sanitasi, air minum,
(Sumber:TNP2K)
13 puskesmas)
30
Secara nasional, jumlah penduduk miskin ekstrem menurun pada tahun 2022,
namun terdapat 14 Provinsi yang mengalami peningkatan
Tantangan kebijakan fiskal ke depan adalah perbedaan karakteristik sosial atas rumah tangga, atau penduduk miskin di tiap – tiap
wilayah yang beragam, dan pentargetan sasaran agar lebih tepat.
Jumlah dan Persentase Kemiskinan Ekstrem per Provinsi
40
Efektivitas Pentargetan Bantuan Sosial

%RT Penerima Bantuan


1,000 12
30
900
800 10
20
700 8
600 10
500 6
0
400 Miskin 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
300 4
Ekstrem
200 2 Desil Pengeluaran Perkapita
100
0 0 BLT DD Bansos Rutin Pemda Bansos Tidak Rutin Pemda

Arah kebijakan fiskal perlu memperhatikan karakteristik wilayah dan diarahkan


2021 2022 %kemiskinan Ekstrem 2022
untuk memperbaiki pentargetan sasaran
Sumber: Susenas Maret 2022, diolah ❑ Bantuan sosial secara tunai atau dalam bentuk berbagai macam subsidi
layanan
• 14 Provinsi mengalami peningkatan jumlah penduduk miskin ekstrem (Prov ❑ Bantuan permodalan ultra mikro atau skema padat karya tunai untuk
kegiatan-kegiatan pembangunan infrastruktur layanan di wilayah - wilayah
Sumater Utara, Riau, Sumsel, Bengkulu, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat,
pedesaan.
Bali, NTB, NTT, Kalbar, Kalteng, Kalsel, Papua)
❑ Perbaikan akses layanan dasar di wilayah kantong- kantong kemiskinan
• Kurang dari 20% rumah tangga miskin ekstrem yang mendapatkan bantuan seperti infrastruktur konektivitas menuju fasilitas umum terutama pada
sosial (BLT Desa maupun Bansos Pemda). Sebaliknya juga, masih terdapat wilayah dominan tertinggal atau berkembang dalam hal infrastruktur sosial
rumah tangga tidak miskin (desil 5 hingga desil 10) yang mendapatkan dan ekonomi.
BLT Desa. ❑ Pemanfaatan satu data yaitu data P3KE (Pensasaran Percepatan
• Masih tingginya exclusion error dan inclusion error dalam hal pentargetan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem) dengan fokus pada desil 1 penerima
bantuan sosial, menunjukkan pentargetan sasaran perlu terus diperkuat. manfaat. Data tersebut harus dijadikan sebagai acuan dalam penyaluran
bantuan. 21
INTERVENSI FISKAL AKAN DIARAHKAN UNTUK MEMPERKUAT BELANJA PENGENTASAN
KEMISKINAN EKSTREM
KORELASI BELANJA PENGENTASAN KEMISKINAN EKSTREM DENGAN
PENURUNAN TINGKAT KEMISKINAN

STRATEGI INTERVENSI FISKAL


Kebijakan Transfer Ke Daerah terhadap pengentasan Kemiskinan
Ekstrem:
▪ Dana desa untuk bantuan langsung tunai serta bantuan sosial
pemerintah daerah untuk berbagai macam subsidi layanan seperti
jaminan kesehatan, transportasi, air minum serta bantuan
pendidikan
▪ Skema padat karya tunai pada kegiatan kegiatan DAK Fisik seperti
pada bidang sanitasi dan air minum
▪ DAK Fisik infrastruktur diarahkan untuk perbaikan akses layanan
EVALUASI DAN TANTANGAN dasar di wilayah wilayah kantong kemiskinan
• Daerah-daerah dengan porsi realisasi belanja terkait Pengentasan ▪ DAK Nonfisik melalui peningkatan kapasitas koperasi dan usaha
Kemiskinan Ekstrem terhadap total Belanja Daerah yang relatif mikro kecil dan peningkatkan kapasitas kelembagaan sentra
tinggi di Tahun 2022 cenderung berhasil menurunkan tingkat
industri kecil dan menengah
kemiskinan dari outlier)
• Beberapa Program dan kegiatan yang alokasinya tinggi antara ▪ Penggunaan data P3KE desil 1 sebagai sasaran untuk konvergensi
lain Pemberdayaan Sosial dan Perlindungan Sosial, sehingga program/kegiatan terkait kemiskinan ekstrem
perlu ada intervensi TKD untuk peningkatan belanja tersebut
terutama di wilayah dengan kemiskinan ekstrem tinggi. 22
22
TEMA:
PENANGANAN STUNTING

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 23


PENURUNAN STUNTING MENJADI KUNCI PRODUKTIVITAS SDM, SEHINGGA
PERLU DIPERCEPAT UNTUK PENCAPAIAN TARGET 2024 (14%)
2022: 21,6% 2023: Menurunkan ~3,8% 2024: Menurunkan ~3,8%
Perkembangan Prevalensi Stunting Untuk mencapai prevalensi Stunting 14% (2024) →
30.8
28.9 29
27.5
29.6
27.7 turun 3,8% per tahun
26.9
24.4 49.12
21.6
Rata-rata penurunan
Rp57,6 T
19.58
17.56
stunting 2019-2022 21.6
2,02% 17.8
14 Untuk penurunan 7.09
Stunting Stunting (Intervensi)
Stunting 3,8% 1.39
Sensitif Spesifik Pendampingan
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
• Intervensi pada 12 Provinsi prioritas, yaitu:
Rata-rata untuk penurunan stunting 2,02% ✓ 7 Provinsi prevalensi tertinggi (NTT, Sulbar, Aceh, NTB, Sulteng, Kalbar,
membutuhkan anggaran Rp30,6T Sulteng)
✓ 5 Provinsi dengan jumlah anak stunting terbesar (Jabar, Jateng, Jatim,
Rp Triliun

48.4
34,1
Banten dan Sumut).
25.4
30.6 32,95 • Intervensi spesifik : peningkatan gizi untuk ibu hamil kurang energi kronik
46.6
29.2
32,1 (KEK) dan balita kurus serta imunisasi.
28.5
21.9
• Intervensi sensitif: Penyediaaan fasilitas kesehatan (al. posyandu),
2019 2020 2021 2022 2023 penyediaan tambahan makanan dan minuman bernutrisi melalui bansos
dan penyediaan akses sumber air minum sehat
Spesifik Sensitif Pendampingan & Koordinasi
2424
Pencapaian target 14% memerlukan dukungan kebijakan yang memperhatikan
capaian eksisting dan karakteristik wilayah

STUNTING
29.08
❑ Angka stunting menunjukkan tren menurun setiap
tahunnya. Stunting wilayah Maluku Papua
25.15 24.36 22.86 20.00
SUMATERA
mengalami peningkatan dibandingkan dengan
26.78 24.02 23.18 21.25
seluruh wilayah pada tahun 2022.
JAWA 18.57

BALI NUSRA 32.65 31.60 31.61 26.70 25.33


❑ Daerah dengan kondisi infrastruktur layanan dasar
publik yang minim, dapat meningkatkan
KALIMANTAN 31.31 30.06 29.11 27.50 25.06 program/kegiatannya untuk meningkatkan layanan
air minum dan sanitasi
SULAWESI 32.71 31.32 30.27 28.62 27.07 ❑ Daerah yang telah memiliki layanan dasar publik
yang layak dapat mengarahkan program/kegiatannya
untuk mendukung intervensi spesifik antara lain
MALUKU 31.56 28.90 26.66 27.98 29.20 untuk imunisasi dan peningkatan gizi ibu hamil dan
PAPUA
2018 2019 2020 2021 2022
balita

Sumber data: Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), Kemenkes


Da ta Tahun 2020 berupa data SSGI prediksi pada l evel nasional dan provinsi

25
KUALITAS BELANJA STUNTING PERLU DIPERKUAT UNTUK MENDORONG PENURUNAN PREVALENSI
STUNTING
Belum terlihat adanya pola korelasi langsung antara besaran porsi belanja stunting dengan penurunan prevalensi stunting, efektivitas
penurunan prevalensi stunting dipengaruhi oleh kualitas penggunaan belanja stunting

BELANJA STUNTING DALAM APBD 2022 EVALUASI DAN TANTANGAN


0 20,000 40,000 60,000 80,000 • Realisasi total belanja stunting TA 2022 sebesar Rp88,26 T (89,24% dari
Belanja Lainnya anggaran), dengan porsi terbesar ada di belanja barang dan jasa. Alokasi
Belanja Modal anggaran stunting fokus kepada pelaksanaan program dan kegiatan yang
Belanja Barang dan Jasa ditunjukkan dari rendah nya porsi jenis belanja pegawai.
Belanja Pegawai • Kegiatan dari belanja non-pegawai diindikasikan masih didominasi kegiatan
Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa Belanja Modal Belanja Lainnya
yang bersifat administratif dan tidak terkait langsung dengan layanan
Realisasi 1,140 59,554 15,395 12,172 masyarakat.
Anggaran 2,363 64,074 18,723 13,739 • Kebijakan TKD didorong utk mengoptimalkan bauran intervensi (spesifik dan
sensitif) agar lebih efektif
KINERJA BELANJA STUNTING & PENURUNAN PREVALENSI STUNTING 2022
12.0 T STRATEGI KEBIJAKAN
II I
10.0 T
Jatim
▪ Mendorong kerjasama antar daerah utamanya dalam pengelolaan sampah, air minum
dan sanitasi melalui penerapan kebijakan sinergi pendanaan.
Realisasi Belanja terkait Stunting 2022

Jabar
DKI

8.0 T
Jateng ▪ DAU Earmarked bidang Pendidikan & Kesehatan
▪ DBH CHT untuk Kesehatan diarahkan untuk dukungan penanganan stunting
▪ DAK Non Fisik (BOK, BOKB, BOP PAUD, dan Dana Ketahanan Pangan dan Pertanian)
(Rp. Triliun)

6.0 T
▪ DAK Fisik Tematik Peningkatan Sumber Daya Manusia
Sumut ▪ DAK Fisik Tematik Penanganan Kawasan Kumuh
▪ Dana Desa diarahkan untuk mendukung penguatan kebijakan intervensi spesifik seperti
4.0 T Papua
Banten Sulsel

perbaikan gizi ibu hamil dan balita di pedesaan dan kebijakan intervensi sensitif seperti
Sumsel Aceh

Kaltim
peningkatan posyandu desa yang dilakukan sesuai dengan kewenangan desa
Riau NTT
2.0 T Lampung Kalsel Kalbar
Jambi Sulut Sulteng NTB
III Sultra IV
Bali Kepri
DIY Bengkulu
Malut
Sumbar
Kalteng
Papua Barat Sulbar ▪ Insentif Fiskal untuk mendorong peningkatan kinerja daerah dalam penurunan stunting
Babel Kaltara Gorontalo Maluku
0.0 T
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 45%
Prevalensi Stunting 2022
26
Intervensi sensitive dan spesifik terbukti berpengaruh terhadap penurunan
prevalensi stunting, dukungan APBD perlu terus diperkuat
Dari hasil path analysis, terlihat bahwa hanya bel
intervensi sensitive yang signifikan
berpengaruh terhadap ketiga jenis indeks dan
bel intervensi spesifik hanya signifikan pada
indek kesehatan.

Terlihat bahwa bel intervensi sensitive berpengaruh signifikan, total


effect dapat dihitungan dengan menjumlahkan koefisien tiap-tiap
jalur. Berdasarkan hal tersebut total effect bel intervensi sensitive
ke stunting adalah -0,20. Artinya 1% kenaikan bel intervensi
sensitive menurunkan 0,20% penurunan stunting.
27
TEMA:
PENINGKATAN INVESTASI

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 28


HARUS TERUS DILAKUKAN UPAYA PENINGKATAN DAYA SAING INVESTASI

PERBAIKAN REGULASI INSENTIF FISKAL UNTUK DAYA SAING


1 (Perppu No 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja)
2 INVESTASI

Dilakukan karena kebutuhan mendesak PMK Nomor 130


Tax Holiday tahun 2020
dalam mengantisipasi kondisi global, baik
yang terkait ekonomi maupun geopolitik. Super Deduction for PMK Nomor 153
Research and Development tahun 2020

Super Deduction for PMK Nomor


Keberadaan Perppu ini diharapkan dapat Vocation 128 tahun 2019
memberikan kepastian hukum, termasuk
bagi pelaku usaha Investment Allowance
PMK Nomor 16
tahun 2020

PP Nomor 78
Tax Allowance Tahun 2019
Merupakan upaya pembenahan regulasi
kemudahan berusaha untuk meningkatkan
investasi dan produktivitas. SWF UNTUK DORONG
3 INVESTASI

2932
PEMERATAAN INVESTASI DI LUAR JAWA BALI PERLU TERUS DIDORONG AGAR
PERTUMBUHAN EKONOMI SEMAKIN INKLUSIF
Pergeseran Porsi PMDN 2017-2021 • Hasil evaluasi investasi secara kewilayahan selama 5
tahun terakhir (2017-2021) menunjukkan bahwa porsi
(share) investasi mulai bergeser dari wilayah Jawa-Bali
ke wilayah luar Jawa-Bali
• Peningkatan investasi swasta (asing maupun dalam
negeri) perlu terus didorong melalui deregulasi
prosedur investasi, sinkronisasi dan harmonisasi
peraturan perizinan, termasuk meningkatkan Ease of
Doing Business (EoDB) Indonesia dan daerah, dan
dukungan infrastruktur.
• Ketersediaan infrastruktur yang memadai di daerah
seperti jalan, pelabuhan, bandara, listrik, dan air bersih
sebagai salah satu faktor yang berkontribusi pada daya
tarik investasi daerah.
STRATEGI KEBIJAKAN
• Penggunaan DAK fisik untuk konektivitas dan elektrifikasi
• DAK Tematik untuk Destinasi Pariwisata Prioritas
• DAK Tematik untuk Penguatan Kawasan Sentra Produksi Pangan
• DAK Non Fisik untuk memfasilitasi penanaman modal
• Hibah daerah diarahkan untuk peningkatan konektivitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah urban
• Insentif Perpajakan daerah
30
30
PENINGKATAN KUALITAS INFRASTRUKTUR DAERAH DAN KETERSEDIAAN
TENAGA KERJA FORMAL AKAN MENDUKUNG INVESTASI DI DAERAH

70000 70000

60000 JAWA BARAT 60000 JAWA BARAT


Investasi PMDN (miliar rupiah)

JAWA TIMUR DKI JAKARTA


JAWA TIMUR

Investasi PMDN (miliar rupiah)


50000 50000

40000 40000

30000 KALIMANTAN TIMUR JAWA TENGAH 30000 JAWA TENGAH KALIMANTAN TIMUR
RIAU BANTEN RIAU BANTEN
20000 20000
SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA
KALIMANTAN BARAT SUMATERA SELATAN SUMATERA SELATAN
LAMPUNG
LAMPUNG SULAWESI SELATAN 10000 NUSA TENGGARA KALIMANTAN BARAT
10000 KEP. RIAU KALIMANTAN KEP. RIAU
KALIMANTAN ACEH BARAT
NUSA TENGGARA ACEHBALI
BALI KEP. BANGKA KEP. BANGKA
TENGAH
TENGAH SUMATERA BARAT DI YOGYAKARTA TIMUR
BELITUNG 0 PAPUA GORONTALO
SULAWESI BARAT BELITUNG
0 PAPUA BARAT PAPUA BARAT
50 55 60 65 70 75 80 85 90 15 25 35 45 55 65 75
Jalan Mantab Nasional, Provinsi, Kab/Kota (persen) -10000
Tenaga Kerja Formal (persen)

Investasi dan Tenaga Kerja Formal Linear (Investasi dan Tenaga Kerja Formal)
Investasi dan Infrastruktur Jalan Mantab
Linear (Investasi dan Infrastruktur Jalan Mantab)

Korelasi positif antara nilai investasi dengan infrastruktur jalan Korelasi positif antara nilai investasi dengan tenaga kerja
mantap menunjukkan bahwa kualitas pembangunan formal menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga kerja
infrastruktur daerah berperan penting dalam meningkatkan terdidik, terlatih dan terampil berperan penting dalam
investasi, sehingga belanja daerah untuk mendukung meningkatkan investasi. Sehingga pemerintah daerah perlu
konektivitas dan akses perlu terus diperkuat. meningkatkan kualitas tenaga kerja formal setempat.
31
31
BELANJA WAJIB DAERAH:
▪ PENDIDIKAN
▪ KESEHATAN
▪ INFRASTRUKTUR
▪ BELANJA PEGAWAI

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 32


ANGGARAN BELANJA WAJIB DAERAH (MANDATORY SPENDING) BIDANG PENDIDIKAN
MENURUN SAAT PANDEMI COVID-19 (2021 DAN 2022), KUALITASNYA PERLU DITINGKATKAN

BELANJA WAJIB PENDIDIKAN DALAM APBD TAHUN 2018 - 2022


EVALUASI DAN TANTANGAN
370.00 365.03 29.20
29.10
360.00 356.22 29.00 ▪ Secara agregat nasional, besaran belanja wajib
352.94 28.80
350.00 28.68 28.60 pendidikan dalam APBD telah melebihi 20 persen, yaitu
340.00 334.58 28.40
28.20
rata-rata sebesar 28,3 persen (2018-2022).
330.00
▪ Pada Tahun 2022 masih terdapat 55 daerah yang belum
322.90 28.07 28.00
320.00 27.98 27.80

310.00
27.88 27.60 memenuhi belanja wajib Pendidikan (mayoritas berada
300.00
27.40
27.20
di wilayah Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat).
2018 2019 2020 2021 2022

Belanja Wajib Pendidikan Nasional (Triliun Rp) STRATEGI KEBIJAKAN


Persentase Belanja Wajib Pendidikan thd Belanja APBD Nasional
Strategi Kebijakan Fiskal Regional ke depan:
KEPATUHAN PEMDA DALAM PEMENUHAN BELANJA WAJIB PENDIDIKAN ▪ Mengarahkan kebijakan belanja wajib Pendidikan untuk
Belum Belum mendukung prioritas nasional antara lain peningkatan
Jumlah Memenuhi
Regional Memenuhi Menyampaikan pemerataan layanan pendidikan berkualitas.
Pemda
2021 2022 2021 2022 2021 2022 ▪ Melakukan updating budget tagging dan budget tracking
Sumatera 164 156 160 8 4 0 0
untuk memetakan subkegiatan yang berdampak pada
Jawa 119 117 118 1 0 1 0
kualitas mandatory spending Pendidikan.
Kalimantan 61 54 59 7 4 0 0
Sulawesi 87 80 84 6 2 1 0 ▪ Melakukan penguatan monitoring dan evaluasi atas
Bali Nusra 44 41 43 3 1 0 0 pemanfaatan anggaran Pendidikan daerah yang lebih
Maluku Papua 67 17 23 40 43 10 1 impactful.
Total 542 467 486 63 55 12 1
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 33
ANGGARAN BELANJA WAJIB DAERAH (MANDATORY SPENDING) BIDANG KESEHATAN TUMBUH
POSITIF, COMPLIANCE PEMDA TERUS MENINGKAT, PERLU DIPERTAHANKAN KINERJANYA

BELANJA WAJIB KESEHATAN DALAM APBD TAHUN 2018 - 2022


250.00 20.00 EVALUASI DAN TANTANGAN
205.86 18.00
▪ Compliance Pemda terhadap pemenuhan belanja wajib
188.77 193.64 17.16
200.00 175.62 16.00
160.29 15.97
150.00
14.52 14.00
12.00
kesehatan semakin baik. Dalam 5 thn terakhir anggaran
belanja wajib kesehatan terus meningkat.
13.89 14.14
10.00
100.00 8.00
6.00 ▪ Peringkat kepatuhan tertinggi pada wilayah Jawa
50.00 4.00
2.00
sebesar 99,16 persen dan terendah pada wilayah
0.00 0.00 Maluku Papua sebesar 77,61 persen.
2018 2019 2020 2021 2022
Belanja Wajib Kesehatan Nasional (Triliun Rp)
Persentase Belanja Wajib Kesehatan thd Belanja APBD Nasional STRATEGI KEBIJAKAN
Strategi Kebijakan Fiskal Regional ke depan:
KEPATUHAN PEMDA DALAM PEMENUHAN BELANJA WAJIB KESEHATAN ▪ Mengarahkan kebijakan belanja wajib Kesehatan untuk
Jumlah Memenuhi Belum Memenuhi Belum Menyampaikan mendukung prioritas nasional antara lain penurunan
Regional
Pemda 2021 2022 2021 2022 2021 2022 stunting.
Sumatera 164 160 164 4 0 0 0 ▪ Melakukan updating budget tagging dan budget tracking
Jawa 119 118 118 0 0 1 0 untuk memetakan subkegiatan dalam APBD yang
Kalimantan 61 59 63 2 0 0 0 berdampak pada kualitas mandatory spending
Sulawesi 87 85 86 1 0 1 0 Kesehatan.
Bali Nusra 44 43 44 1 0 0 0 ▪ Melakukan penguatan monitoring dan evaluasi atas
Maluku pemanfaatan anggaran Kesehatan daerah yang lebih
Papua 67 52 64 5 2 10 1
impactful.
Total 542 517 539 13 2 12 1
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 34
Penguatan belanja wajib bidang infrastruktur oleh Daerah melalui
kebijakan transisi belanja wajib infrastruktur minimal 40%
BELANJA WAJIB INFRASTRUKTUR 25% DARI DTU EVALUASI DAN TANTANGAN
600 35.00%
29.24% 30.24%
27.23% 27.57% 30.00% ❑ Rata-rata pemenuhan mandatory spending infrastruktur dari DTU terus
500 25.76%
mengalami kenaikan terutama dari tahun 2018 sebesar 25,76% menjadi
25.00% 30,24% pada tahun 2022.
400
20.00% ❑ Tingkat kepatuhan pemda dalam memenuhi ketentuan mandatory
300
15.00% spending mengalami kenaikan dan hampir terjadi di setiap region dengan
445 477 450
200
130
420 414
10.00%
capaian kepatuhan tertinggi di Jawa dengan nilai 96,64% dan capaian
115 124 123 125
kepatuhan terendah di Papua Maluku sebesar 58,21%.
100 5.00%
0 0.00%
2018 2019 2020 2021 2022 STRATEGI KEBIJAKAN
DTU yang diperhitungkan, Sumbu Kiri Belanja Wajib DTU, Sumbu Kiri ❑ Melakukan penguatan monev atas pemenuhan belanja wajib
% Belanja Wajib DTU
infrastruktur termasuk untuk pemanfaatannya agar lebih impactful.
❑ Melakukan budget tracking untuk memetakan subkegiatan yang
KEPATUHAN PEMDA DALAM PEMENUHAN BELANJA WAJIB INFRASTRUKTUR 25% DARI DTU berdampak pada kualitas belanja wajib infrastruktur.
Belum ❑ Mengarahkan kebijakan belanja wajib infrastruktur untuk mendukung
Total Memenuhi Belum Memenuhi prioritas nasional antara lain peningkatan investasi melalui perbaikan
Regional Menyampaikan
Pemda
2021 2022 2021 2022 2021 2022 konektivitas.
Sumatera 164 113 143 38 16 13 5 ❑ Evaluasi masa transisi belanja wajib infrastruktur akan
Jawa 119 104 115 13 3 2 1 mempertimbangkan kondisi infrastruktur dan kapasitas fiskal daerah.
Kalimantan 61 54 53 5 3 2 5
Sulawesi 87 59 75 25 6 3 6 Seiring dengan ditetapkannya UU HKPD, Pemda wajib mengalokasikan belanja
Bali Nusra 44 29 36 14 8 1 0 infrastruktur pelayanan publik paling rendah 40 % dari total belanja APBD di
Papua
luar belanja bagi hasil dan/atau transfer kepada Daerah dan/atau desa dengan
Maluku 67 22 39 22 20 23 8
TOTAL 542 381 461 117 56 44 25 masa transisi paling lama 5 tahun yaitu maksimal pada tahun 2027.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 35


PENGENDALIAN BELANJA WAJIB PEGAWAI MAKSIMAL 30 %

Sesuai amanat UU HKPD, Pemda wajib mengendalikan EVALUASI DAN TANTANGAN


belanja pegawai paling tinggi 30 persen dari total belanja ▪ Belanja pegawai menunjukkan tren yang menurun yaitu
APBD (tidak ikut memperhitungkan berbagai tunjangan sebesar Rp377,6 triliun (2020) menjadi Rp373,6 triliun
(2022). Adapun secara proporsi belanja pegawai secara
guru yang berasal dari Transfer ke Daerah seperti dana rata-rata tetap berada dikisaran 33 persen.
tunjangan penghasilan guru dan tambahan penghasilan ▪ Masih banyak pemda yang masih menganggarkan belanja
guru). Masa transisi pelaksanaannya paling lama 5 tahun pegawai lebih dari 30%, bahkan terdapat daerah khususnya
yaitu maksimal pada tahun 2027. kabupaten/kota yang menganggarkan lebih dari 50%.

STRATEGI KEBIJAKAN
Distribusi Daerah Berdasarkan Rata-rata Rasio Belanja
Strategi Kebijakan Fiskal Regional ke depan:
Pegawai terhadap Total Belanja Tahun 2018 - 2022
▪ Melakukan restrukturisasi belanja pegawai sehingga
Rasio Belanja Pegawai hanya mencakup gaji dan tunjangan melekat, tunjangan
Terhadap Total Belanja
Provinsi Kab/Kota kinerja daerah, serta iuran pensiun dan JKN. Hal ini
untuk mendorong efisiensi belanja pegawai di daerah.
>45% 0 37
Saat ini struktur belanja daerah juga termasuk
>30% - 45% 12 391
honorarium, insentif dan belanja pegawai lainnya.
>15% - 30% 21 75
<15% 1 5 ▪ daerah juga diharapkan untuk melakukan penyesuaian
Jumlah 34 508 kebijakan kepegawaian di daerah sehingga dapat
menekan cost belanja pegawai yang tinggi.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 36


ALTERNATIF PEMBIAYAAN DAERAH ▪ Dengan ditetapkannya UU HKPD, Pemda diberikan
akses untuk memanfaatkan berbagai instrumen
pembiayaan, yaitu Pinjaman Daerah, Obligasi
Perkembangan Nilai Komitmen dan Jumlah Pinjaman Daerah Daerah, dan Sukuk Daerah.
Pemda TA 2018 – 2022 ▪ kebijakan pembiayaan utang daerah pada tahun
30,000.00 80
2024 diarahkan untuk mendukung peningkatan
70 kualitas pelayanan kesehatan dan pendidikan,
revitalisasi industri, penguatan daya saing usaha, dan
25,000.00 24,142.38 67

60
percepatan pembangunan infrastruktur dasar dan
20,000.00 54
50
konektivitas.
16,554.22
▪ Strategi pembiayaan utang daerah didukung pula
15,000.00 40
dengan kebijakan pemberian penjaminan dan
30
dukungan insentif dari Pemerintah.
10,000.00 26
▪ Pemerintah juga melakukan penguatan kelembagaan
PT. Sarana Multi Infrastruktur selaku SMV (Special
20
15
5,000.00
2,613.12 11
3,697.38
10 Mission Vehicle) yang ditugaskan untuk memperluas
1,677.83
akses alternatif pembiayaan infrastruktur daerah.
- -
2018 2019 2020 2021 2022 ▪ Peran swasta sebagai mitra pembangunan melalui
Komitmen Pinjaman Daerah (miliar Rp) Jumlah Pemda Pinjaman Daerah skema KPBU perlu di dorong. Pemerintah telah
menyiapkan berbagai fitur pendukung, seperti sinergi
Pemda yang memanfaatkan instrumen pinjaman daerah masih sedikit. pendanaan pusat dan daerah, dan kebijakan
Jumlah pinjaman daerah dalam 5 tahun terakhir (2018-2022) sebesar rata- pembangunan infrastruktur yang mengutamakan
rata Rp9.736,9 miliar, meningkat dari Rp2.613,12 miliar di tahun 2018. elemen kualitas.
37
KEBIJAKAN PINJAMAN DAERAH BERDASARKAN KLASTERISASI PEMERINTAH DAERAH
Jangka Waktu
Klaster Jenis Pinjaman Fasilitas Tingkat Suku Bunga
Pinjaman
Klaster 1 - Pinjaman kegiatan Project Development 5-10 tahun Risk-based pricing (market
- Kapasitas fiskal (kapfis) tinggi dan sangat - Pinjaman program Facility (PDF) pricing)
tinggi
- Pemda dengan indikator sosio-ekonomi ideal
(IPM > angka nasional, % Kemiskinan <
angka nasional)
Klaster 2 - Pinjaman kegiatan Project Development 10-15 tahun Below market pricing
- Pemda berkapfis sedang dengan indikator - Pinjaman program Facility (PDF) (prioritas ke
sosio-ekonomi ideal Pemda tanpa riwayat
- Pemda berkapfis tinggi dan sangat tinggi, penyiapan proyek)
namun indikator sosio-ekonomi belum ideal
(IPM < angka nasional dan/atau %
Kemiskinan > angka nasional)
Klaster 3 - Pinjaman kegiatan, dengan Project Development 10-20 tahun Lebih rendah dari Klaster 2
- Pemda berkapfis sedang, namun indikator kinerja indikator tertentu Facility (PDF)
sosio-ekonomi belum ideal (IPM < angka - Pinjaman program (fokus di
nasional dan/atau % Kemiskinan > angka output berupa kebijakan)
nasional)
- Pemda berkapfis rendah dan sangat rendah
dengan indikator sosio-ekonomi ideal
Klaster 4 - Pinjaman kegiatan, dengan Project Development 20-30 tahun Lebih rendah dari Klaster 3
- Pemda berkapfis rendah & sangat rendah, kinerja indikator tertentu Facility (PDF) s.d. bunga 0%
namun indikator sosio-ekonomi belum ideal - Pinjaman program (fokus di
(IPM < angka nasional dan/atau % output berupa kebijakan)
Kemiskinan > angka nasional) 38
KEBIJAKAN UMUM
TRANSFER KE DAERAH
2024
39
KEBIJAKAN UMUM TKD TAHUN 2024
penguatan quality control terhadap TKD sejalan dengan fokus penguatan recovery dan reformasi struktural
KEBIJAKAN UMUM TKD 2024
Perkembangan TKD (Rp Triliun) Kebijakan umum TKD tahun 2024 diarahkan untuk mendukung
845.0
transformasi ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan melalui
peningkatan kualitas tata kelola dan kinerja pengelolaan TKD.
816.2 814.7 815.0 Pengalokasian TKD juga mempertimbangkan agenda nasional seperti
813.0
pembangunan IKN dan pemilihan umum serentak.

785.7 Meningkatkan sinergi kebijakan fiskal pusat dan daerah serta

762.5
01 harmonisasi belanja pusat dan daerah dari tahap perencanaan
hingga penganggaran.

Meningkatkan kualitas pengelolaan TKD melalui penguatan


02 implementasi UU HKPD terarah, terukur, akuntabel dan
transparan serta mendorong pemanfaatan teknologi informasi.
batas batas
Memperkuat penggunaan earmarking TKD pada sektor prioritas
bawah atas
2019 2020 2021 2022 2023 2024
03 untuk mendukung percepatan transformasi ekonomi antara lain
pendidikan, kesehatan, infrastruktur dan perlindungan sosial,
serta untuk pembayaran gaji P3K.
Meningkatkan efektivitas dan optimalisasi penggunaan TKD
04 dalam mendukung pencapaian program prioritas nasional
jangka pendek.
40
KEBIJAKAN UMUM JENIS DANA TKD TAHUN 2024 DALAM RANGKA MEMPERCEPAT
TRANSFORMASI EKONOMI YANG INKLUSIF DAN BERKELANJUTAN

Mempercepat Transformasi Ekonomi yang Inklusif dan Berkelanjutan

• Alokasi DBH memerhatikan daerah penghasil/


berbatasan/pengolah serta daerah lainnya dalam satu provinsi;
• Meningkatkan sinergi penggunaan DBH earmarked (DBH CHT,
• Pengalokasian mempertimbangkan kinerja desa;
DBH DR, dan DBH Sawit);
DBH • Penajaman penggunaan DBH untuk eksternalitas negatif; • Memperbaiki tata kelola Dana Desa;
• Memperkuat monitoring pelaksanaan kebijakan
DANA DESA fiskal nasional
• Sinergi kebijakan penggunaan DAU yang telah ditentukan
penggunaannya dengan program prioritas nasional;.
• Perbaikan klasterisasi penghitungan DAU;
DAU • Kebijakan penyaluran DAU berdasarkan kinerja Alokasi untuk kinerja tahun anggaran sebelumnya
dan penambahan frekuensi untuk kinerja tahun
anggaran berjalan atas kinerja pelaksanaan
INSENTIF Kebijakan Strategis Pemerintah
• Fokus untuk percepatan penurunan stunting, kemiskinan
FISKAL
ekstrem, pengendalian inflasi dan peningkatan investasi.
• Percepatan Pembangunan Infrastruktur Dasar dan Konektivitas,
pembangunan rendah karbon dan transisi energi,
DAK
41
Terima Kasih

42
Defisit APBD 2005-2022
▪ Defisit APBD merupakan 60.00

perhitungan
Pendapatan dikurangi 40.00 36.28
28.43
dengan Belanja pada
27.66
22.75 23.13
19.19 20.25
APBD 20.00 17.07
9.48 11.48 10.38
9.12
▪ APBD dianggarkan
6.88
0.08
defisit dalam kurun -

2005-2022, dengan -9.77


-6.47
-10.99
realisasi yang
-12.14
-20.00 -14.62 -16.31

cenderung surplus
▪ Realisasi Defisit APBD -40.00 -34.01
-40.52 -40.41
terjadi pada tahun 2009, -43.71
-48.17 -47.32 -49.52
2015, 2020, dan 2022* -60.00 -54.38 -54.38
-58.38 -58.88
-60.76 -60.60
-64.13 -63.02

% Realisasi Defisit -80.00 -74.51


Tahun
terhadap PDB
2009 0,1958% -100.00
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

2015 0,1054% Anggaran -9.77 -14.62 -34.01 -43.71 -48.17 -40.52 -40.41 -54.38 -54.38 -58.38 -64.13 -60.76 -47.32 -58.88 -49.52 -60.60 -74.51 -63.02
Realisasi 19.19 22.75 6.88 9.48 -10.99 9.12 27.66 28.43 11.48 36.28 -12.14 0.08 20.25 17.07 10.38 -6.47 23.13 -16.31
2020 0,0419%
Sumber: DJPK, diolah (2023)
2022 0,0833%
*data tahun 2022 unaudited

43
Batas Maksimal Defisit* APBD Tahun 2024

BMD terhadap PDB


Wilayah 2024 (Estimasi)
2023
Pesimis Moderat Optimis
Sumatera 0,0316% 0,0528% 0,0546% 0,0576%
Jawa 0,0581% 0,0885% 0,0929% 0,0966%
Bali Nusra 0,0080% 0,0135% 0,0139% 0,0147%
Kalimantan 0,0152% 0,0218% 0,0232% 0,0239%
Sulawesi 0,0127% 0,0218% 0,0224% 0,0238%
Maluku Papua 0,0131% 0,0183% 0,0197% 0,0199%
Total 0,1388% 0,2167% 0,2267% 0,2366%
*Defisit yang dimaksud adalah Defisit APBD yang ditutup dengan Pembiayaan Utang Daerah

▪ Batas maksimal defisit APBD secara agregat dan defisit APBD per daerah ditetapkan dengan mempertimbangkan
postur makro fiskal APBN, proyeksi pendapatan daerah, dan kapasitas fiskal daerah.
▪ Batas maksimal kumulatif defisit APBD untuk setiap wilayah pada tahun 2024 diarahkan berada pada rentang
0,013 persen sampai dengan 0,097 persen terhadap PDB tahun 2024.
44

Anda mungkin juga menyukai