Anda di halaman 1dari 86

EMC-007

Modul Pembelajaran
Pengelolaan Keuangan Pemilu

Kurikulum Program S2 Konsentrasi Tata Kelola Pemilu


Modul Pembelajaran

Pengelolaan
Keuangan Pemilu
Penyusun:
Aidinil Zetra
(FISIP Universitas Andalas)
DAFTAR ISI

Daftar Isi...................................................................................................................iii
Pengantar..................................................................................................................1
Kompetensi................................................................................................................1
Pokok Bahasan..........................................................................................................2
Metode Pembelajaran...............................................................................................2
Metode Evaluasi........................................................................................................3
Rencana Program dan Kegiatan Pembelajaran...........................................................5
Bahan Ajar...............................................................................................................11
Bab I Konteks Politik Pengelolaan Keuangan Pemilu..............................................11
BAB II Perencanaan dan Penganggaran Pemilu......................................................16
BAB III Perencanaan dan Penganggaran Pemilu yang Responsif Gender...............24
BAB IV Prinsip-Prinsip Pengelolaan Keuangan Pemilu............................................28
BAB V Model-Model Pendanaan Pemilu.................................................................30
BAB VI Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Pemilu......................................34
BAB VII Teknik Penilaian Kewajaran Biaya Penyelenggaraan Pemilu (Electoral
Quality Spending)....................................................................................................36
BAB VIII Pengadaan Pemilu yang Berintegritas......................................................39
BAB IX Pelaksanaan Anggaran dan Perubahan Anggaran Pemilu: Mengatasi
Perubahan yang Tak Terduga dalam Asumsi Perencanaan....................................41
BAB X Pengawasan Keuangan Pemilu.....................................................................43
BAB XI Manajemen Aset Lembaga Penyelenggara Pemilu.....................................45
BAB XII Penganggaran Pemilu di Indonesia............................................................46
BAB XIII Teknik Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Pemilihan
Umum......................................................................................................................52
BAB XIV Isu-isu Strategis dalam Pengelolaan Keuangan Pemilu............................54
PENGANTAR

Mata kuliah Pengelolaan Keuangan Pemilu merupakan mata kuliah penting untuk
mengembangkan kapasitas lembaga penyelenggara pemilu, khususnya dalam
pengelolaan keuangan pemilu. Pengelolaan keuangan pemilu yang berkualitas tentu
saja berdampak terhadap kualitas penyelenggaraan pemilu. Tujuan diberikannya
mata kuliah ini adalah untuk memberikan bekal teoretis, analisis, maupun
keterampilan teknis yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan pemilu. Oleh
karena Pengelolaan Keuangan Pemilu merupakan mata kuliah wajib untuk
mahasiswa Magister Ilmu Politik dengan konsentrasi Tata Kelola Pemilu, peserta
kuliah yang mengikuti kelas mata kuliah ini tentu diharapkan sudah mendapatkan
bekal teoretis mengenai konsep dan metodologi Ilmu Politik atau mata kuliah lain
yang relevan dengan mata kuliah ini. Untuk itu, referensi pada kuliah-kuliah
tersebut menjadi dasar yang penting dalam mengikuti mata kuliah Pengelolaan
Keuangan Pemilu.

Substansi mata kuliah ini lebih banyak ditekankan pada politik anggaran dan
pembiayaan penyelenggaraan pemilu. Terdapat tiga hal penting yang menjadi
tumpuan kajian, yaitu: 1) Mekanisme politik dalam proses pembuatan kebijakan
anggaran pemilu di Indonesia, dan berbagai kebijakan yang terkait dengan
reformasi penganggaran pemilu di Indonesia, 2) Perencanaan dan penganggaran
terpadu, dan 3) Metodologi untuk meningkatkan kualitas demokrasi dan teknis
efisiensi administrasi pemilu melalui inisiatif perencanaan dan pembiayaan yang
efektif dalam penyelenggaraan pemilu untuk mewujudkan pemilu yang demokratis,
jurdil dan kompetitif. Penjelasan nomor 1) merupakan konsekuensi logis dari sistem
politik demokratis. Kebijakan anggaran pemilu, misalnya, bukan lagi menjadi
monopoli dari pemerintah sebagai lembaga eksekutif, atau KPU dan Bawaslu
sebagai penyelenggara pemilu, tetapi juga harus melibatkan unsur legislatif serta
unsur-unsur kekuatan politik lainnya. Sementara itu, seiring dengan reformasi
penganggaran publik, format kebijakan pada tingkat pusat dan daerah kini
mengalami perubahan yang signifikan sehingga mahasiswa dituntut untuk
memahami berbagai isu politik maupun ekonomi seputar pengelolaan keuangan
pemilu. Selanjutnya, efektivitas pembiayaan pemilu harus mampu mendukung
tercapainya penyelenggaraan pemilu yang demokratis untuk memilih pemimpin
yang berkualitas dan berkapabilitas untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Kompetensi

Kompetensi umum yang diharapkan dari mata kuliah ini adalah mahasiswa memiliki
kemampuan dalam mengelola keuangan pemilu berlandaskan pada nilai-nilai
profesionalitas, kemandirian, kejujuran, keadilan, kepastian hukum, transparansi,
proporsionalitas, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas.

Sedangkan kompetensi khusus yang diharapkan adalah:

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 1


1. Peserta ajar memahami konsep, teori, dan paradigma yang terkait dengan
pengelolaan keuangan pemilu;
2. Peserta ajar memahami prinsip-prinsip, kebijakan, prosedur, asumsi dalam
pengelolaan keuangan pemilu;
3. Peserta ajar mampu dan terampil dalam mengaplikasikan konsep, teori, prinsip,
kebijakan, dan prosedur yang terkait dengan pengelolaan keuangan pemilu.

Pokok Bahasan

Materi dalam mata kuliah pengelolaan keuangan pemilu ini dibagi ke dalam dua
belas pokok bahasan untuk 12 kali pertemuan dalam 1 semester. Adapun pokok-
pokok bahasan tersebut meliputi:
1. Konteks Politik Pengelolaan Keuangan Pemilu;
2. Perencanaan dan Penganggaran Pemilu;
3. Perencanaan dan Penganggaran Pemilu yang Responsif atas Gender;
4. Prinsip-prinsip Pengelolaan Keuangan Pemilu;
5. Model-model Pendanaan Pemilu;
6. Pelaksanaan dan Perubahan Anggaran Pemilu;
7. Pengawasan Keuangan Pemilu
8. Manajemen Aset Lembaga Penyelenggara Pemilu;
9. Penganggaran Pemilu di Indonesia
10. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran RKA Pemilu
11. Isu-isu strategis dalam Pengelolaan Keuangan Pemilu

Metode Pembelajaran

Oleh karena mahasiswa yang menjadi peserta pembelajaran ini adalah staf KPU
telah punya pengalaman dalam penyelenggaraan pemilu, termasuk dalam
pengelolaan keuangan pemilu maka metode pembelajaran yang paling sesuai untuk
mata kuliah ini adalah metode andragogy. Dengan metode andragogy mahasiswa
diharapkan dapat berpartisipasi aktif dalam berbagi dan memadukan pengalaman
lapangan yang berbeda-beda satu sama lain dan secara bersama-sama membangun
pemahaman dan keterampilan baru yang fasilitasi dosen pengampu. Namun
sebelum memulai proses belajar dosen perlu menjelaskan filosofi pendekatan
andragogi ini kepada mahasiswa, dan bedanya dengan pendekatan pedagogi yang
biasa digunakan pada proses pembelajaran konvensional. Sementara itu metode
pembelajaran yang dapat ditawarkan adalah metode “active learning” yaitu metode
pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas mahasiwa, atau disebut juga dengan
metode student centered learning.Dosen perlu menjelaskan bahwa metode
pembelajaran ini menempatkan mahasiswa sebagai peserta didik yang aktif dan
telah memiliki kesiapan konseptual untuk belajar. Dosen perlu juga mengingatkan
bahwa belajar menurut pendekatan ini bukan sekedar memahami fakta atau
informasi, tetapi merupakan peristiwa mental dan proses berpengalaman. Oleh
karena itu, setiap peristiwa pembelajaran menuntut keterlibatan intelektual-
emosional mahasiswa melalui asimilasi dan akomodasi kognitif untuk
mengembangkan pengetahuan, tindakan serta pengalaman langsung dalam rangka

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 2


membentuk ketrampilan (kognitif, motorik, dan sosial), penghayatan serta
internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap.

Dosen diharapkan tidak mendominasi proses pembelajaran, melainkan hanya


bertindak sebagai fasilitator dan mahasiswa diharapkan selalu aktif dari segi fisik,
mental, emosional, sosial, dan sebagainya. Selama sesi perkuliahan ini, dosen lebih
banyak memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk berinteraksi dengan materi
pembelajaran yang sedang dipelajarinya. Mahasiswa diharapkan aktif mempelajari
materi pembelajaran, aktif mengemukakan pendapat, tanya jawab,
mengembangkan pengetahuannya, memecahkan masalah, diskusi, dan menarik
kesimpulan. Jadi pada dasarnya dosen bukan menyampaikan materi pembelajaran,
tetapi bagaimana menciptakan kondisi agar terjadi proses belajar pada mahasiswa
sehingga dapat mempelajari materi pembelajaran sesuai tujuan yang telah
ditetapkan.

Untuk mendukung keberhasilan alternatif prosedur pembelajaran ”active learning”


di atas dibutuhkan daya dukung media dan sumber belajar yang cukup memadahi.
Media dan sumber belajar yang dapat digunakan misalnya laptop, LCD, jaringan
internet di ruang kelas, dan berbagai buku sumber yang relevan dengan kurikulum
atau topik-topik pembelajaran yang sedang dibahas.

Metode Evaluasi

Hal penting lain yang juga disepakati antara dosen dan mahasiswa pada sesi
pertama perkuliahan ini adalah terkait dengan metode evaluasi. Dosen dapat
menawarkan metode evaluasi dalam pembelajaran yang menekankan pada proses
pembelajaran dan evaluasi hasil belajar. Untuk evaluasi proses dosen akan melihat
keaktifan individu mahasiswa dalam kelompok dan kelas serta keberhasilan
kelompok dalam menyamakan pemahaman/persepsi semua anggotanya. Sedang
untuk evaluasi hasil dilihat dari kemampuan individu mahasiswa dalam
mengerjakan semua soal dalam setiap evaluasi formatif ditambah dengan
kemampuan individu mahasiswa dalam mengerjakan semua soal dalam evaluasi
sumatif.

Penilaian dan evaluasi berikut komposisi penilaian yang dapat ditawarkan dosen
kepada mahasiswa mencakup komponen-komponen sebagai berikut:

 Ujian Tengah Kuliah : 30%


 Ujian Akhir Kuliah : 30%
 Aktivitas kelas : 10%
 Pekerjaan Rumah, Kuis dan Makalah : 30%
Jumlah : 100%

Dengan pemeringkatan nilai sebagai berikut:


Nilai A > 90%
Nilai A 80% - 89%
Nilai B + 75% - 79%

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 3


Nilai B 70% - 74%
Nilai B - 65% - 69%
Nilai C 55% - 64%
Nilai D 45% - 54%
Nilai E <45%

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 4


RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN

Metode Pembelajaran Penilaian


Pokok
Minggu ke Tujuan Pembelajaran Media ajar Pustaka
bahasan Yang dilakukan Yang dilakukan
Metode Kriteria Bobot
mahasiswa dosen
1 1. Merumuskan kontrak Kontrak Belajar 1. Brainstorming 1. Memaparkan Pengamatan Kriteria dinilai 5% Pretorius, C & N.
1. Aktif dalam
belajar Pemaparan 2. Ceramah rancangan dilakukan -Keaktifan; Pretorius. (2009)
mengusulkan
2. Memperkenalkan umum studi 3. Tutorial materi dengan cara -ketelitian;
materi dan
rancangan Pengelolaan 4. Diskusi Kelas perkuliahan, menggunakan -kerjasama; Schick, A. 1998c.
metode
perkuliahan keuangan metode instrumen yang -kejujuran.
pembelajaran Rosen (2002:4)
Pemilu pembelajaran sudah
2. Aktif dalam
dan evaluasi. dirancang
diskusi kelas
2. Memaparkan sebelumnya
3. Aktif
materi umum
Mendengarka
perkuliahan
n paparan
dosen

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 5


2 Memperkenalkan 1. Pengertian 1. Brainstorming 1. Memaparkan Tugas mandiri Kriteria dinilai 10% Tanzi (1991)
1. Membaca bahan
Keuangan Pemilu Politik 2. Ceramah materi dan -Keaktifan;
ajar sebelum
dalam Konteks Publik keuangan 3. Tutorial perkuliahan, mengamati -kerjasama; Musgrave (1964)
kuliah
Keuangan Publik publik 4. Diskusi Kelas 2. Memfasilitasi diskusi -toleransi;
2. Aktif dalam Anderson (1966)
2. Aspek politik diskusi kelompok -kejujuran;
diskusi kelas Banfield (1961)
kebijakan mahasiswa dengan -keberanian
keuangan.
3. Aktif Mendengar- 3. Memberikan menggunakan mengemuka- Teuku Aliman
kan paparan (2007)
Keputusan contoh-contoh lembar kan pendapat
dosen
Politik dalam kasus pengamatan -sistematika
siklus 4. Melaksanakan 4. Memberi tugas berpikir
Anggaran tugas yang kepada
diberikan mahasiswa
dosen

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 6


3  Memperkenalkan 1. Perencanaan 1. Brainstorming 1. Memaparkan Pengamatan Kriteria dinilai 10%
1. Membaca
kepada mahasiswa Pemilu 2. Ceramah materi dilakukan -Keaktifan;
bahan ajar
perencanaan dan 2. Perencanaan 3. Tutorial perkuliahan, dengan cara -Kerjasama
sebelum
penganggaran pemilu Strategis 4. Diskusi Kelas 2. Memfasilitasi menggunakan kelompok;
kuliah
 Memberikan Pemilu diskusi instrumen yang -kejujuran.
2. Aktif dalam
pemahaman kepada 3. Penganggara mahasiswa sudah -Kemampuan
diskusi kelas
mahasiswa tentang n Pemilu 3. Memberikan dirancang logika
3. Aktif
beberapa pendekatan 4. Pentingnya contoh-contoh sebelumnya
Mendengar-
dalam perencanaan Anggaran kasus
kan paparan
dan penganggaran Pemilu 4. Memberi tugas
dosen
pemilu 5. Model kepada
4. Melaksanakan
Penyusunan mahasiswa
tugas yang
Anggaran
diberikan
Pemilu
dosen
6. Jenis
Anggaran
Pemilu
7. Model
Penetapan
dan
Persetujuan
Anggaran
Pemilu
4 Mengenalkan 1. Konsep dan 1. Brainstorming 1. Memaparkan Tugas mandiri Kriteria dinilai 5% Joko Sutarso (2011)
1.Membaca
Perencanaan dan Isu Gender 2. Ceramah materi dan -Keaktifan;
bahan ajar
Penganggaran yang dalam Politik 3. Tutorial perkuliahan, mengamati -kerjasama; Quinn, S. (2009),
sebelum kuliah
Resoponsif Gender 2. Perencanaan 4. Diskusi Kelas 2. Memfasilitasi diskusi -kerjasama; Supiandi, Yusuf,
2.Aktif dalam
Anggaran diskusi kelompok -kejujuran. (2008)
diskusi kelas
Pemilu Yang mahasiswa dengan
3.Aktif
Responsef 3. Memberikan menggunakan
Mendengar-kan

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 7


Gender contoh-contoh lembar WHO (2010)
paparan dosen
3. Kategori kasus pengamatan
4.Melaksanakan
anggaran 4. Memberi tugas
tugas yang
Responsif kepada
diberikan dosen
Gender mahasiswa
5 Menjelaskan Prinsip- 1. Transparansi 1. Brainstorming 1. Memaparkan Tugas Kriteria dinilai 10% International IDEA,
1. Membaca
Prinsip Pengelolaan 2. Efisiensi dan 2. Ceramah materi kelompok dan -Keaktifan; (2006)
bahan ajar
Keuangan Pemilu Efektivitas 3. Tutorial perkuliahan, mengamati -kerjasama;
sebelum
3. Integritas 4. Diskusi Kelas 2. Memfasilitasi diskusi kelas -kerjasama; Indra Bastian.
kuliah
4. Akuntabilitas diskusi dengan kejujuran. (2006)
2. Aktif dalam
mahasiswa menggunakan
diskusi kelas Mardiasmo dan
3. Memberikan lembar
3. Aktif Abdul Halim (1999)
contoh-contoh pengamatan
Mendengar-
kasus
kan paparan
4. Memberi tugas
dosen
kepada
4. Melaksanakan
mahasiswa
tugas yang
diberikan
dosen
6 Menjelaskan Model- 1. Pendanaan 1. Brainstorming 1. Memaparkan Tugas Kriteria dinilai 10% International IDEA,
1. Membaca
model Pendanaan Pemilu Oleh 2. Ceramah materi kelompok dan -Keaktifan; (2006)
bahan ajar
Pemilu negara 3. Tutorial perkuliahan, mengamati -kerjasama;
sebelum
2. Pendanaan 4. Diskusi Kelas 2. Memfasilitasi diskusi kelas -toleransi; Indra Bastian.
kuliah
Pemilu diskusi dengan -kejujuran; (2006)
2. Aktif dalam
Terpisah dari mahasiswa menggunakan -keberanian
diskusi kelas
APBN 3. Memberikan lembar mengemuka-
3. Aktif
3. Pendanaan contoh- pengamatan kan pendapat
Mendengar-
Pemilu contoh kasus -sistematika
kan paparan
Terintegrasi 4. Memberi berpikir

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 8


4. Pendanaan tugas kepada
dosen
Oleh Donor mahasiswa
4. Melaksanakan
5. Pendanaan
tugas yang
Pemilu
diberikan
Berbagai
dosen
Sumber
7 Mengenalkan Teknik Penyusunan 1. Brainstorming 1. Memaparkan Tugas Kriteria dinilai 7% International IDEA,
1. Membaca
Penyusunan Rencana 2. Ceramah materi kelompok dan -Keaktifan; (2006)
bahan ajar
Rencana Kerja dan Kerja dan 3. Tutorial perkuliahan, mengamati -kerjasama;
sebelum
Anggaran RKA Anggaran 4. Diskusi 2. Memfasilitasi diskusi -toleransi; Indra Bastian.
kuliah
Pemilu RKA Pemilu Kelompok diskusi kelompok -keberanian (2006)
2. Aktif dalam
mahasiswa dengan mengemuka-
diskusi kelas Mardiasmo dan
3. Memberi menggunakan kan pendapat
3. Melaksanaka Abdul Halim (1999)
tugas kepada lembar -sistematika
n tugas yang
mahasiswa pengamatan berpikir
diberikan
dosen
8 Mengenalkan  Teknik 1. Brainstorming 1. Memaparkan Tugas Kriteria dinilai Sony Yuwono, Agus
1. Membaca
teknik penilaian Penilaian 2. Ceramah materi kelompok dan -Keaktifan; Indrajaya (Tengku),
bahan ajar
kewajaran Kewajaran 3. Tutorial perkuliahan, mengamati -kerjasama; Hariyandi (2005)
sebelum
pembiayaan Biaya Pemilu 4. Diskusi Kelas 2. Memfasilitasi diskusi -toleransi;
kuliah
pemilu diskusi kelompok -keberanian Wahyudi
2. Aktif dalam
mahasiswa dengan mengemuka- Kumorotomo,
diskusi kelas
3. Memberi menggunakan kan pendapat Erwan Agus
3. Melaksanaka
tugas kepada lembar -sistematika Purwanto (2005)
n tugas yang
mahasiswa pengamatan berpikir
diberikan
dosen
9 Menjelaskan  Pengadaan 1. Brainstorming 1. Memaparkan Tugas Kriteria dinilai 7% Ade Maman
1. Membaca
pengadaan pemilu Pemilu yang 2. Ceramah materi kelompok dan -Keaktifan; Suherman (2010)
bahan ajar
yang berintegritas Berintegritas 3. Tutorial perkuliahan, mengamati -kerjasama;

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 9


dan akuntabel. 4. Diskusi Kelas 2. Memfasilitasi diskusi -kerjasama; Suswinarno. (2012)
sebelum
diskusi kelompok kejujuran.
kuliah
mahasiswa dengan
2. Aktif dalam
3. Memberi menggunakan
diskusi kelas
tugas kepada lembar
3. Melaksanaka
mahasiswa pengamatan
n tugas yang
diberikan
dosen
10 Menjelaskan  Pelaksanaan 1. Brainstorming 1. Memaparkan Tugas Kriteria dinilai 10% Indra Bastian.
1. Membaca
pelaksanaan dan dan 2. Ceramah materi kelompok dan -Keaktifan; (2006)
bahan ajar
perubahan anggaran Perubahan 3. Tutorial perkuliahan, mengamati -kerjasama;
sebelum
Anggaran 4. Diskusi Kelas 2. Memfasilitasi diskusi -toleransi; Sony Yuwono,
kuliah
diskusi kelompok -keberanian Agus Indrajaya
2. Aktif dalam
mahasiswa dengan mengemuka- (Tengku),
diskusi kelas
3. Memberi menggunakan kan pendapat
3. Melaksanaka Hariyandi (2005)
tugas kepada lembar sistematika
n tugas yang
mahasiswa pengamatan berpikir. Wahyudi
diberikan
dosen Kumorotomo,
Erwan Agus
Purwanto (2005)

11  Pengawasan 1. Brainstorming 1. Memaparkan Tugas mandiri Kriteria dinilai 6% Bohari (1992)


1. Membaca
Mendiskusikan Keuangan 2. Ceramah materi dan -Keaktifan; Didi Widayadi
bahan ajar
pengawasan Pemilu 3. Tutorial perkuliahan, mengamati -kerjasama; (2009)
sebelum
keuangan pemilu: 4. Diskusi Kelas 2. Memfasilitasi diskusi kelas -kemampuan Soemardjo
kuliah
siapa, bagaimana diskusi dengan analisisi;
2. Aktif dalam
dan mengapa mahasiswa menggunakan sistematika
diskusi kelas Tjitrosidojo (1981)
mengawasi. 3. Memberi lembar berpikir.
3. Melaksanaka
tugas kepada pengamatan

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 10


n tugas yang mahasiswa
diberikan
dosen
12 Mendiskusikan tata  Manajemen 1. Brainstorming 1. Memaparkan Tugas Kriteria dinilai 5% Doli. D. Siregar
1. Membaca
kelola aser lembaga Aset 2. Ceramah materi kelompok dan - Keaktifan; (2004)
bahan ajar
penyelenggara Lembaga 3. Tutorial perkuliahan, mengamati - kerjasama;
sebelum
pemilu dan regulasi Penyelengga 4. Diskusi Kelas 2. Memfasilitasi diskusi - kerjasama;
kuliah
yang melingkupinya. ra Pemilu diskusi kelompok - kejujuran.
2. Aktif dalam
mahasiswa dengan
diskusi kelas
3. Memberi menggunakan
3. Melaksanaka
tugas kepada lembar
n tugas yang
mahasiswa pengamatan
diberikan
dosen
13 Untuk mempertajam  Belajar dari 1. Brainstorming
1. Membaca
1. Memaparkan Tugas Kriteria dinilai 5% Departemen
pemahaman praktik: 2. Studi Kasus materi kelompok dan - Keaktifan; Keuangan (2005)
bahan ajar
mahasiswa tentang Penganggaran 3. Tutorial perkuliahan, mengamati - kerjasama;
sebelum
praktek dan Pemilu di 4. Diskusi Kelas 2. Memfasilitasi diskusi - kerjasama; Indra Bastian
kuliah
permasalahan Indonesia 5. Presentasi diskusi kelompok - kejujuran.
2. Aktif dalam (2006)
Penganggaran mahasiswa dengan -
diskusi kelas
Pemilu di Indonesia 3. Memberi menggunakan
3. Melaksanaka Sony Yuwono,
tugas kepada lembar
n tugas yang Agus Indrajaya
mahasiswa pengamatan
diberikan (Tengku),
dosen
Hariyandi (2005)
Wahyudi
Kumorotomo,
Erwan Agus
Purwanto (2005)

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 11


14 Memberikan Teknik 1. Brainstorming 1. Memaparkan Tugas Kriteria dinilai 5% Indra Bastian. 2006.
1. Membaca
pemahaman dan penyusunan 2. Studi Kasus materi kelompok dan - Keaktifan;
bahan ajar
keterampilan kepada Rencana Kerja 3. Tutorial perkuliahan, mengamati - kerjasama; Sony Yuwono, Agus
sebelum kuliah
mahasiswa tentang dan Anggaran 4. Diskusi Kelas 2. Memfasilitasi diskusi - kerjasama; Indrajaya (Tengku),
2. Aktif dalam
teknik penyusunan RKA Pemilihan 5. Presentasi diskusi kelompok - kejujuran.
diskusi kelas
Rencana Kerja dan Umum mahasiswa dengan -
3. Melaksanakan
Anggaran RKA 3. Memberi menggunakan
tugas yang Hariyandi (2005)
Pemilihan Umum tugas kepada lembar
diberikan
mahasiswa pengamatan
dosen
15 Mendiskusikan isu- Isu-isu 1. Brainstorming 1. Menyediakan Tugas Kriteria dinilai 5% Berbagai artikel
1.Membaca
isu strategis terkait strategis 2. Studi Kasus berbagai artikel kelompok dan - Keaktifan; dalam jurnal,
berbagai kasus
dengan pengelolaan terkait dengan 3. Diskusi Kelas yang terkait mengamati - kerjasama; kliping koran dan
terkait dengan
keuangan pemilu pengelolaan 4. Presentasi permasalahan diskusi - kejujuran sebagainya yang
pengelolaan
keuangan dalam kelompok - Keluasan dan
keuangan memuat informasi
pemilu pengelolaan dengan kedalaman
pemilu di tentang berbagai
keuangan menggunakan wawasan.
Indonesia permasalahan yang
pemilu lembar
2.Aktif dalam terkait dengan
2. Memfasilitasi pengamatan
diskusi keuangan pemilihan
diskusi
kelompok umum di Indonesia
mahasiswa
3.Melaksanakan
3. Memberi tugas
tugas yang
kepada
diberikan
mahasiswa
dosen

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 12


TINJAUAN MATA KULIAH

Deskripsi Mata Kuliah

Matakuliah ini merupakan matakuliah konsentrasi untuk program S2 Jurusan Politik


dan Pemerintahan Konsentrasi Tata Kelola Pemilu. Sebelum mempelajari
matakuliah ini, mahasiswa diwajibkan untuk lulus matakuliah pokok. Matakuliah ini
menjadi matakuliah dasar dalam kelompok matakuliah konsentrasi Tata Kelola
Pemilu.

Substansi mata kuliah ini lebih banyak ditekankan pada politik anggaran dan
pembiayaan penyelenggaraan pemilu. Terdapat tiga hal penting yang menjadi
tumpuan kajian, yaitu: 1) Mekanisme politik dalam proses pembuatan kebijakan
anggaran pemilu di Indonesia, dan berbagai kebijakan yang terkait dengan
reformasi penganggaran pemilu di Indonesia, 2) Perencanaan dan penganggaran
terpadu dan 3) Metodologi untuk meningkatkan kualitas demokrasi dan teknis
efisiensi administrasi pemilu melalui inisiatif perencanaan dan pembiayaan yang
efektif dalam penyelenggaraan pemilu untuk mewujudkan pemilu yang demokratis,
jurdil dan kompetitif. Yang pertama adalah merupakan konsekuensi logis dari sistem
politik demokratis. Kebijakan anggaran pemilu, misalnya, bukan lagi menjadi
monopoli dari pemerintah sebagai lembaga eksekutif, atau KPU dan Bawaslu
sebagai penyelenggara pemilu tetapi juga harus melibatkan unsur legislatif serta
unsur-unsur kekuatan politik lainnya. Sementara itu, seiring dengan reformasi
penganggaran publik, format kebijakan pada tingkat pusat dan daerah kini
mengalami perubahan yang signifikan sehingga mahasiswa dituntut untuk
memahamiberbagai isu politik maupun ekonomi seputar pengelolaan keuangan
pemilu.Selanjutnya, efektivitas pembiayaan pemilu harus mampu mendukung
tercapainya penyelenggaraan pemilu yang demokratis untuk memilih memimpin
yang berkualitas dan memiliki kapabilitas untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat.

Kegunaan Mata Kuliah Bagi Peserta Didik

Diharapkan mata kuliah ini berguna menghasilkan penyelenggara pemilu yang


berkualitas dari segi kemampuan pengelolaan keuangan mulai dari perencanaan,
penatausahaan, dan pertanggungjawaban keuangan pemilu. Melalui
pengembangan dan peningkatan kapasitas pengelola keuangan pemilu diharapkan
terselenggaranya pemilu yang berkualitas, efektif dan efisien. Pemilu yang
berkualitas menjadi pintu masuk bagi tercapainya cita-cita demokrasi. Dengan
demikian, para peserta didik yang berasal dari latar belakang sebagai masyarakat
umum, partai politik, birokrasi, dan terutama penyelenggara pemilu yang
mempelajari mata kuliah ini diharapkan mampu secara kognitif dan aplikatif
berkontribusi bagi penyelenggaraan pemilu yang berkualitas.

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 13


Tujuan Pembelajaran

Tujuan dari mata kuliah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran
dan keterampilan kepada mahasiswa dalam pengelolaan keuangan pemilu
berlandaskan kepada nilai-nilai profesionalitas, kemandirian, kejujuran, keadilan,
kepastian hukum, transparansi, proporsionalitas, akuntabilitas, efisiensi, dan
efektivitas.
Sedangkan kompetensi khusus yang diharapkan adalah:
1. Peserta ajar memahami konsep, teori dan paradigma yang terkait dengan
pengelolaan keuangan pemilu;
2. Peserta ajar memahami prinsip-prinsip, kebijakan, prosedur, asumsi dalam
pengelolaan keuangan pemilu;
3. Peserta ajar memiliki mampu dan terampil dalam mengaplikasikan konsep,
teori, prinsip, kebijakan dan prosedur yang terkait dengan pengelolaan
keuangan pemilu.

Susunan Bahan Ajar

Untuk mencapai kompetensi yang telah dipaparkan di atas peserta pembelajaran


perlu mempelajari pokok-pokok bahasan yang diberikan selama minimal 12 kali
pertemuan dalam 1 semester. Adapun pokok-pokok bahasan tersebut meliputi:
1. Konteks Politik Pengelolaan Keuangan Pemilu;
2. Perencanaan dan Penganggaran Pemilu;
3. Perencanaan dan Penganggaran Pemilu yang Responsif Gender;
4. Prinsip-prinsip Pengelolaan Keuangan Pemilu
5. Model-model Pendanaan Pemilu;
6. Pelaksanaan dan Perubahan Anggaran Pemilu;
7. Pengawasan Keuangan Pemilu
8. Manajemen Aset Lembaga Penyelenggara Pemilu;
9. Penganggaran Pemilu Di Indonesia
10. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran RKA Pemilu
11. Isu-isu strategis dalam pengelolaan keuangan pemilu

Petunjuk Penggunaan Bahan Ajar

Dalam modul ini, Bab 1 yang mendiskusikan konteks politik pengelolaan keuangan
pemilu yang diselenggarakan dalam satu sesi pertemuan tatap muka. Bab 2
memperkenalkan perencanaan dan penganggan pemilu mulai dari menyusun
rencana strategis, menyusun rencana operasional pada berbagai tingkatan
organisasi penyelenggara pemilu, mengidentifikasi dan dan menyusun biaya
kegiatan yang akan dilakukan dalam rencana tersebut; dan memodifikasi rencana
dalam menanggapi risiko yang teridentifikasi secara realistik dan kendala lingkungan
yang berubah. Materi ini akan diselenggarakan dalam satu sesi pertemuan tatap
muka. Bab 3 yang mendiskusikan perencanaan dan penganggaran pemilu yang
responsif gender yang dimulai dengan membahas konsep dan isu gender dalam
politik, dan dilanjutkan dengan perencanaan dan penganggaran, kategori, prinsip-

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 14


prinsip anggaran pemilu yang responsif gender, anggaran pemilu yang responsif
gender. Bab 4 yang mendiskusikan Prinsip-prinsip pengelolaan keuangan Pemilu
antara lain, prinsip taransparansi, efisiensi dan efektifitas serta integritas. Topik ini
akan diselenggarakan dalam satu sesi pertemuan tatap muka. Bab 5 membahas
model-model Pendanaan Pemilu yang akan diselenggarakan satu kali pertemuan
tatap muka. Bab 6 mendiskusikan Penyusunan rencana kerja dan anggaran Pemilu
yang dilaksanakan satu kali pertemuan. Bab 7 mendiskusikan teknik penilaian
kewajaran biaya penyelenggaraan pemilu (electoral quality spending) yang
membahas pengertian kualitas dan prinsip-prinsip belanja pemilu. Bab 8
mendiskusikan mekanisme pengadaan pemilu yang berintegritas yang
mendiskusikan kebijakan dan prosedur pengadaan pemilu. Bab 9 Mendiskusikan
pelaksanaan dan perubahan anggaran pemilu yang diselenggarakan dalam satu kali
pertemuan. Bab 10 mendiskusikan topik pengawasan keuangan pemilu yang
dilaksanakan satu kali pertemuan. Bab 11 mendiskusikan manajemen aset lembaga
penyelenggara pemilu Memberikan pemahaman tentang pengelolaan barang/aset
pemilu yang dimulai dari penatausahaan aset penyelenggara pemilu mencakup:
pembukuan, inventarisasi, dan pelaporan, manfaat pengelolaan aset pemilu serta
pengertian dan pengelolaan aset milik penyelenggara pemilu. Materi ini
disampaikan dalam satu kali pertemuan. Bab 12, 13 dan 14 mengajak mahasiswa
membicarakan kasus Indonesia tentang penganggaran Pemilu di Indonesia, teknik
penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Pemilihan Umum dan Isu-isu strategis
dalam pengelolaan keuangan pemilu. Ketiga bab ini akan didiskusikan dalam satu
kali pertemuan.

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 15


BAHAN AJAR

Bab I Konteks Politik Pengelolaan Keuangan Pemilu

Deskripsi singkat

Politik keuangan publik adalah kebijakan tentang keuangan publik yang dijalankan
dengan prinsip akuntabilitas serta membuka ruang partisipasi bagi warga
negara.Artinya, perumusan kebijakan keuangan publik bukan lagi hak Pemerintah
semata , namun merupakan keputusan bersama diantara para stakeholders di
bidang keuangan publik. Format politik keuangan publik terumuskan seiring dengan
penguatan demokrasidalam suatu negara termasuk di bidang keuangan publik.
Politik keuangan publik juga dipengaruhi oleh konteks lokal, nasional dan global
yang semakin kompleks. Seiring proses demokratisasi terutama di negara-negara
demokrasi baru telah banyak perubahan dilakukan baik dalam konteks politik
maupun administrasi, termasuk dalam pengelolaan keuangan publik.

Manfaat

Menjelaskan Konteks Politik Pengelolaan Keuangan Pemilu

Relevansi

Pembahasan terhadap sub topik Konteks Politik Pengelolaan Keuangan Pemilu


memiliki relevansi terhadap studi kepemiluan. Perbaikan penyelenggaraan pemilu
tidak lepas dari politik pengelolaan keuangan pemilu.

Learning Outcome

Mahasiswa memahami aspek-aspek politik keuangan publik dan keputusan politik


dalam siklus anggaran.

Penyajian

Pengertian Pengelolaan Keuangan Publik dan Keuangan Pemilu

Sebelum membahas politik pengelolaan keuangan pemilu, pengertian konseptual


tentang pengelolaan keuangan publik itu sendiri perlu didiskusikan terlebih dahulu.
Menurut McKinney (1986:2), pengelolaan keuangan publik adalah: "efficient raising
of resources and wise and accountable use of funds to the highest quality end
product possible.” Jadi, pengelolaan keuangan publik adalah peningkatan efisiensi

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 16


dan penggunaan sumber dana secara bijaksana dan bertanggung jawab yang akan
menjadikan hasil akhir berkualitas tinggi.

Pengertian lain dapat juga mengacu pada pendapat Coe (1989:xii), pengelolaan
keuangan publik dilakukan secara benar dan dievaluasi dengan efisien dan efektif.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pengelolaan keuangan publik adalah
semua aktivitas yang dilakukan pemerintah baik pemerintah pusat maupun daerah
dalam mengurus semua urusan negara, khususnya yang berhubungan dengan
aktivitas keuangan pemerintah, yang berawal dari manajemen penerimaan,
pengeluaran, sampai kebijakan pendapatan pengeluaran.

Humphrey, Guthrie, dan Olson (2005:2) mengatakan bahwa pengelolaan keuangan


publik baru atau sering juga disebut New Public Financial Management (NPFM)
merupakan bagian dari reformasi manajemen publik di bawah payung doktrin New
Public Management (NPM). Reformasi dalam konteks ini berarti perubahan yang
menguntungkan.Japan Bank of International Cooperation (JBIC) (2001:22) melihat
reformasi manajemen keuangan publik sebagai proses perbaikan terus-menerus
baik dilakukan secara inkremental maupun radikal yang melibatkan perubahan
kelembagaan (peraturan dan prosedur) dan organisasi. Terinspirasi dari reformasi
NPM ini, banyak negara khususnya negara-negara anggota OECD telah melakukan
perubahan yang mendasar dalam manajemen keuangan publik mereka.

Keuangan pemilu adalah bagian dari keuangan publik karena uang yang dikelola
untuk biaya penyelenggaraan pemilu pada umumnya adalah uang publik.
Pengertian keuangan pemilu adalah anggaran atau biaya pemilu yang dikeluarkan
oleh suatu negara untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh
lembaga penyelenggara pemilu dan lembaga lain untuk mengatur dan melakukan
proses pemilihan umum. Dengan demikian, pengelolaan keuangan publik adalah
peningkatan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber dana publik untuk
penyelenggaraan pemilu baik oleh lembaga penyelenggara pemilu maupun oleh
lembaga terkait secara bijaksana dan bertanggung jawab untuk mengasilkan pemilu
yang berkualitas.

Setelah membahas definisi pengelolaan keuangan publik dan keuangan pemilu,


maka apa yang dimaksud dengan politik pengelolaan keuangan pemilu? Sebagai
produk politik, pengelolaan keuangan pemilu tidak akan terlepas dari kedudukan
lembaga-lembaga politik dan pemerintahan, kepentingan aktor kebijakan serta
mekanisme pertanggungjawaban di antara lembaga-lembaga tersebut.

Aspek Politik Pengelolaan Keuangan Pemilu


Penganggaran pemilu dapat menjadi proses yang kompleks, apabila tidak terdapat
kesepakatan yang dapat diterima semua pihak yang terkait dengan bagaimana
pengalokasian sumber dana pemerintah untuk kegiatan pemilu. Ketidaksepakatan
tersebut biasanya disebabkan oleh masalah politis. Dalam hal ini, dapat dirujuk
pendapat Warsito Utomo yang mengatakan bahwa: Politic is about budgeting
bahkan ditambahkan lagi budgeting is about choices and choices are power and

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 17


politics (Wahyudi Kumorotomo dan Erwan Agus Purwanto. ed. 2005:v) sebab para
pengambil kebijakan memiliki konsep nilai-nilai dan kepentingan yang berbeda.

Kegiatan pemilu adalah fungsi utama dari sebuah negara demokratis. Oleh karena
itu, negara adalah sumber utama pendanaan penyelenggaraan pemilu. Anggaran
pemilu merupakan bagian dari anggaran publik yang terangkum di dalam anggaran
pendapatan dan perbelanjaan negara. Dengan demikian, perumusan anggaran
pemilu merupakan proses politik yang menyangkut kepentingan banyak
stakeholders. Kebijakan keuangan pemilu merupakan keputusan politik dari sebuah
proses politik yang dilakukan oleh pembuat keputusan pada lembaga-lembaga
publik, baik di tingkat pusat maupun daerah. Oleh karena itu, pemahaman tentang
interaksi politik di antara lembaga-lembaga tersebut terbilang sangat penting.

Untuk memahami kebijakan pengelolaan keuangan pemilu sebagai keputusan


politik dalam sebuah negara demokratis, pandangan Harold Laswell dalam bukunya
Politics: Who Gets What, When, How? (1936) dapat disimak sebagai berikut:“Politics
is power, the ability to achieve a desired outcome, through whatever means”.
Robert A. Dahl juga menyatakan dalam bukunya (Who Governs?, 1963): bahwa
pertanyaan tentang kekuasaan adalah siapa yang memegangnya, bagaimana ia bisa
benar-benar mempengaruhi tindakan, dan dalam hal apa saja pengaruh tindakan itu
terjadi.

Dari pandangan di atas, dapat dipahami bahwa kendati secara substansial kebijakan
keuangan pemilu menjadi harapan dan keinginan semua pihak untuk menghasilkan
pemilu yang demokratis dan berkualitas, namun proses perumusan kebijakan
anggarannya jelas melibatkan keputusan politik. Proses pengalokasian anggaran
pemilu selalu didasarkan pada kemauan dan proses politik, baik dilakukan oleh
perorangan maupun kelompok. Tidak dapat dihindari bahwa penggunaan dana
publik untuk biaya penyelenggaraan pemilu bagaimanapun tetap ditentukan oleh
kepentingan politik. Irene S. Rubin dalam The Politics of Public Budgeting (2000)
mengatakan bahwa dalam penentuan besaran maupun alokasi dana publik
senantiasa ada kepentingan politik yang diakomodasi oleh para pengambil
kebijakan. Alokasi anggaran sering juga mencerminkan kepentingan para perumus
kebijakan.

Fakta di berbagai negara demokrasi baru menunjukkan bahwa alokasi belanja


lembaga penyelenggara pemilu terutama yang menganut model lembaga di bawah
pemerintah/kementerian tidak bisa terlepas dari kepentingan politik. Bahkan pada
lembaga penyelenggara pemilu dengan model independen sekalipun, pembiayaan
berasal dari anggaran pendapatan belanja negara/daerah yang mengalami
intervensi politik dalam proses penganggarannya. Ada banyak aktor yang berperan
dalam politik anggaran ini, antara lain: pejabat yang dipilih, badan anggaran
parlemen, partai politik, tim anggaran birokrasi, dan lembaga penyelenggara
pemilu, serta agensi-agensi lain yang terkait dengan kegiatan pemilu seperti
Lembaga Pengawas Pemilu, Kepolisian, dan sebagainya. Perumusan anggaran
pemilu dalam konteks politik anggaran sering mengalami dilema di tengah tarik-
menarik kepentingan anggaran dari berbagai sektor, terutama sektor prioritas.

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 18


Misalnya, di negara-negara yang mengalami keterbatasan anggaran dan masih
menghadapi berbagai masalah sosial seperti kemiskinan, infrastruktur, pendidikan,
dan kesehatan.

Dengan demikian, agar anggaran pemilu benar-benar dapat menghasilkan pemilu


yang berkualitas, diperlukan upaya ekstra untuk memastikan agar penggunaannya
tidak menyeleweng ke kegiatan yang bertolak belakang dengan prinsip-prinsip
penggunaan anggaran negara. Jika dibiarkan terjadi, bukan hanya kepercayaan
masyarakat terhadap institusi lembaga penyelenggara pemilu, melainkan juga
tujuan pemilu untuk memilih pemimpin yang berkualitas dan mampu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat juga semakin sulit dicapai karena prinsip penggunaan
keuangan pemilu yang berkeadilan, tidak boros, tepat sasaran, proporsional, efektif
dan efisien tidak tercapai. Ketika penggunaan anggaran pemilu tidak berjalan
diametral dengan kesejahteraan rakyat, yang terjadi adalah hilangnya harapan
masyarakat terhadap sistem politik demokrasi itu sendiri.

Untuk menjelaskan bagaimana keputusan politik anggaran pemilu dalam siklus


anggaran, tulisan Teuku Aliman (2007) dapat dijadikan rujukan, yang menyebutkan
bahwa penyusunan anggaran merupakan salah satu proses politik, baik di tingkat
pusat maupun daerah, dimana secara konseptual merupakan siklus anggaran yang
terdiri atas tahap persiapan anggaran (preparation); Tahap ratifikasi
(approval/ratification); Tahap implementasi (implementation); hingga Tahap
pelaporan dan evaluasi (reporting and evaluation). Proses ini tidak hanya meliputi
sistem penganggaran dan pengalokasian sumber daya keuangan untuk
penyelenggaran pemilu, tetapi juga meliputi proses politik yang kompleks sesuai
dengan dasar-dasar kepentingan yang beraneka ragam (Sjahruddin Rasul; 2004: 39).

Penutup
Sebagai penutup dari sesi pertama ini, dosen meminta mahasiswa untuk melakukan
review atas beberapa literatur politik keuangan publik dan teori keuangan publik.
Sebagai persiapan untuk sesi berikutnya dari kuliah ini, dosen memberikan
penugasan pada mahasiswa untuk membaca buku yang dijadikan referensi.

Aktivitas

 Brainstorming
 Orientasi
 Presentasi Materi dalam Kelas
 Refleksi dan Umpan balik

Tugas
Tugas yang diberikan dosen pengampu berupa review terhadap satu tema jurnal
atau satu tema dalam buku yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan publik
dan keuangan pemilu.

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 19


Latihan
Latihan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan kunci yang bisa menjadi bahan
diskusi kelas pada sesi perkulihan:
1. Bagaimana pengelolaan keuangan publik dan keuangan pemilu?
2. Apa yang membedakan antara pengelolaan publik dan keuangan
pemilu?

Rangkuman
Keuangan pemilu adalah bagian dari keuangan publik karena uang yang dikelola
untuk biaya penyelenggaraan pemilu pada umumnya adalah uang publik.
Kebijakan keuangan pemilu menjadi harapan dan keinginan semua pihak
yaitu untuk menghasilkan pemilu yang demokratis dan berkualitas, namun
proses perumusan kebijakan anggarannya jelas melibatkan keputusan
politik.
Tes Formatif:
1. Jelaskanlah apa yang dimaksud dengan pengelolaan keuangan pemilu
sebagai bagian dari pengelolaan keuangan publik.
2. Jelaskan aspek-aspek politik pengelolaan keuangan pemilu.

Tindak lanjut
Menggunakan konsep-konsep keuangan publik dan keuangan pemilu, jelaskan
bagaimana aspek politik memegang peranan penting dalam perumusan kebijakan
anggaran? Sebutkan salah satu kasusnya.

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 20


Daftar Pustaka

Dahl, Robert Alan. (1961). Who Governs?: Democracy and Power in an American
City. Haven: Yale University Press.
Guthrie, J., dkk. (2005). Debating Public Sector Management and Financial
Management Reforms: An International Study. Greenwich, CT: Information
Age Publishers.
Jerome B. McKinney. (1989). Financial Management in Government and Non Profit
Agencies: A Practical and Integrative Approach. Westport, CT: Greenwood
Praeger Press.
Laswell, Harold. (1936). Politics: Who Gets What, When, How? New York: McGraw
Hill.
Musgrave, R. A. (1964). The Theory of Public Finance. Tokyo: McGraw-Hil Kogakusha
Ltd.
Purwanto, Erwan Agus, Wahyudi Kumorotomo (ed.). (2005). Birokrasi publik dalam
sistem politik semi-parlementer. Yogyakarta: Gava Media.
Rasul, Sjahruddin. (2004). Pengintegrasian Sistem Akuntabilitas Kinerja dan
Anggaran. Jakarta: Perum Percetakan Negara Republik Indonesia.
Rubin, Irene S. (1997). The politics of Public Budgeting: Getting and Spending,
Borrowing and Balancing. New York: Chathan House Publishers.
Tanzi, V. (1996). “Fiscal Federalism and decentralization: A Review of Some
Efficiency and Macroeconomic Aspects” dalam M. Bruno & B. Pleskovic
(eds.), Annual World Bank Conference on Development Economics.
Washington D.C.: Annual World Bank Conference.

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 21


BAB II Perencanaan dan Penganggaran Pemilu

Deskripsi singkat

Perencanaan dan penganggaran pemilu merupakan salah satu tahapan persiapan


pemilu yang memegang peranan kunci. Bab ini akan membahas secara mendasar
apa itu perencanaan, perencanaan pemilu, dan anggaran pemilu. Secara singkat,
perencanaan pemilu merupakan tahapan penting dalam tata kelola pemilu.
Sebagaimana diketahui bahwa tata kelola pemilu melibatkan ratusan tugas, ribuan
personil, dan jutaan pemilih. Sementara itu, pengertian anggaran pemilu yaitu suatu
rencana kegiatan penyelenggaraan pemilu dalam bentuk perolehan pendapatan
dan belanja dalam satuan finansial.

Manfaat
 Memperkenalkan Perencanaan dan Penganggaran Pemilu;
 Menyusun rencana strategis KPU;
 Menyusun rencana operasional KPU pada berbagai tingkatan organisasi;
 Mengidentifikasi dan dan menyusun biaya kegiatan yang akan dilakukan
dalam rencana tersebut; dan
 Memodifikasi rencana dalam menanggapi risiko yang teridentifikasi secara
realistis dan kendala lingkungan yang berubah.

Relevansi
Pembahasan mengenai perencanaan dan penganggaran pemilu memiliki relevansi
studi kepemiluan terutama dalam tahap persiapan pemilu: perencanaan dan
penganggaran pemilu. Pelajaran berharga dari perencanaan dan penganggaran
pemilu ini dapat memberikan perbaikan kelembagaan penyelenggara pemilu dan
demokratisasi di Indonesia.

Learning-outcome
Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami
perencanaan dan penganggaran pemilu yang responsif gender, serta memahami
keputusan politik dalam siklus anggaran dan model-model penganggaran pemilu.

Penyajian

Perencanaan Pemilu

“If you are failing to plan, you are planning to fail.” (Tariq Siddique)

Perencanaan sebagai salah satu fungsi manajemen mempunyai beberapa


pengertian sebagai berikut: (1)Pemilihan dan penetapan tujuan organisasi dan
penentuan strategi, langkah, kebijaksanaan, program, proyek, metode dan standar
yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. (2) Pemilihan sejumlah kegiatan untuk
diterapkan sebagai keputusan tentang apa yang harus dilakukan, kapan dan
bagaimana akan dilakukan serta siapa yang akan melaksanakannya. (3) Penetapan

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 22


secara sistematis pengetahuan tepat guna untuk mengontrol dan mengarahkan
kecenderungan perubahan menuju pada tujuan yang telah ditetapkan. (4) Kegiatan
persiapan yang dilakukan melalui perumusan dan penetapan keputusan, yang berisi
langkah-langkah penyelesaian suatu masalah atau pelaksanaan suatu pekerjaan
yang terarah pada pencapaian tujuan tertentu (Nawawi, 2003:52).

Perencanaan pemilu merupakan tahapan penting dalam tata kelola pemilu.


Sebagaimana diketahui, tata kelola pemilu melibatkan ratusan tugas, ribuan
personil dan jutaan pemilih. Untuk itu, perencanaan pemilu amat penting demi
memastikan bahwa semua personil yang terlibat dalam penyelenggaraan pemilu
memiliki pengetahuan dan kecakapan yang relevan dan sumber daya yang
diperlukan teralokasi dengan baik. Maka, tidak berlebihan jika dikatakan
perencanaan merupakan fondasi utama bagi terwujudnya akuntabilitas lembaga
penyelenggara pemilu. Jika perencanaan tidak efektif, maka tanggung jawab etis
dan profesional lembaga penyelenggara pemilu jelas akan terganggu.

Perencanaan Strategis Pemilu


Perencanaan strategis (Renstra) pemilu adalah suatu rencana jangka panjang yang
bersifat menyeluruh, memberikan rumusan ke mana pelaksanaan pemilu akan
diarahkan. Renstra ini merupakan alat manajemen bagi lembaga penyelenggara
pemilu untuk menentukan bagaimana kebijakan, program dan keputusan diambil,
perencanaan dan strategi operasional disusun, prioritas ditentukan, sumber daya
publik dialokasikan serta standar pelayanan untuk stakeholder ditetapkan dalam
berbagai kemungkinan perubahan lingkunganuntuk mencapai tujuan jangka
panjang yaitu mewujudkan pemilu dan demokrasi yang berkualitas.

Dengan demikian Renstra merupakan cetak biru untuk pelayanan dan penguatan
lembaga penyelenggara, integrasi, dan perbaikan lembaga penyelenggara pemilu.
Renstra dapat membantu lembaga penyelenggara pemilu dalam beroperasi dan
memahami lingkungan yang senantiasa berubah. Ia merupakan peta jalan yang
memandu dan memotivasi lembaga penyelenggara pemilu untuk satu periode, dan
memainkan peranan penting sebagai indikator bagi stakeholder dalam mengukur
kinerja lembaga penyelenggara pemilu.

Renstra pemilu yang efektif perlu menetapkan visi yang terbuka, demokratis dan
akuntabel, sejalan dengan mandat yang diterima lembaga penyelenggara pemilu
dan dilaksanakan dalam kerangka konstitusi dan undang-undang pemilu.
Penyusunan renstra pemilu perlu mempertimbangkan semua faktor yang dapat
mempengaruhi kinerja lembaga penyelenggara pemilu, seperti perubahan
lingkungan politik, sosial budaya, ekonomi, teknologi, hukum, peningkatan
penggunaan teknologi komunikasi dan informasi, kemungkinan konflik, partisipasi
stakeholder atau apatisme masyarakat pemilih, dan hubungan lembaga
penyelenggara pemilu dan pemerintah.

Renstra lembaga penyelenggara pemilu akan lebih baik jika ia mencakup lebih dari
satu siklus pemilu nasional, seperti kegiatan evaluasi pascapemilu dapat
menghasilkan perubahan yang signifikan terhadap penyelenggaraan pemilu ke
Pengelolaan Keuangan Pemilu | 23
depan. Renstra lembaga penyelenggara pemilu memperhitungkan faktor-faktor
lingkungan seperti meningkatnya penggunaan internet di seluruh dunia atau
meningkatnya permintaan untuk voting bagi warga yang berada di luar negara, yang
selama beberapa siklus pemilu dapat secara signifikan mengubah konteks di mana
pemilu dilakukan. Gambar 8 pada halaman 160 adalah contoh dari rencana strategis
ringkasan singkat, yang dikembangkan oleh badan pelaksana pemilu Australia.

Penganggaran Pemilu
Pengertian Anggaran Pemilu

Apa yang dimaksud dengan anggaran? Secara etimologi, "anggaran" merupakan


terjemahan dari kata "budget" dalam bahasa Inggris. Kata tersebut berasal dari
bahasa Perancis “baougette” yang berarti a small bag (sebuah tas kecil). Dalam
sejarah Inggris, istilah ini pertama kali digunakan di tahun 1733 ketika Menteri
Keuangan membawa tas kulit yang berisi proposal keuangan pemerintah yang akan
disampaikan kepada parlemen. Ketika itu, Menteri Keuangan mengatakan "open the
budget" (Edwards, et.al., 1959).

Wildavsky (1975) merumuskan pengertian anggaran sebagai: "...translating


financial resources into human purpose". Sedangkan Mardismo (2002:61)
mengartikan anggaran sebagai pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak
dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial.

Lalu, apa pula yang dimaksud dengan pengganggaran pemilu? Dari pengertian
anggaran di atas maka dapat dirumuskan pengertian anggaran pemilu yaitu suatu
rencana kegiatan penyelenggaraan pemilu dalam bentuk perolehan pendapatan
dan belanja dalam satuan finansial. Selain itu, penganggaran pemilu dapat juga
diartikan sebagai penentuan jumlah alokasi dana untuk tiap program dan kegiatan
dalam penyelenggaraan pemilu yang menggambarkan kondisi keuangan semua
lembaga penyelenggara pemilu, termasuk komisi pemilu, lembaga pengawas pemilu
dan agensi lain yang terkait dengan penyelenggaraan pemilu seperti kepolisian dan
pengadilan. Anggaran pemilu berisi estimasi mengenai apa yang akan dilakukan
masing-masing lembaga penyelenggara pemilu untuk menjalankan tugas pokok dan
fungsinya dalam satuan finansial.

Pentingnya Anggaran Pemilu


Apa pentingnya penganggaran pemilu? Penganggaran pemilu amat penting karena
ia merupakan pengalokasian uang publik yang amat terbatas di tengah-tengah
banyaknya kebutuhan anggaran pada berbagai sektor lainnya, demi sebuah harapan
terwujudnya sistem politik yang demokratis. Anggaran pemilu merupakan
instrumen penting untuk mewujudkan tata kelola pemilu yang baik sehingga
berkontribusi terhadap legitimasi demokrasi elektoral yang kompetitif dan
terpilihnya pemimpin yang berkualitas. Jika terjadi kesalahan dalam mengelola
anggaran pemilu, dapat dipastikan tata kekola pemilu tidak baik (bad electoral
governance) dan legitimasi hasil pemilu juga rendah. Untuk itu, pengelolaan

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 24


anggaran pemilu harus efektif, efisien, dan mampu merefleksikan prioritas
kebutuhan penyelenggaraan pemilu oleh lembaga penyelenggara, pengawas, dan
agensi penyelenggara pemilu lainnya secara transparan dan akuntabel.

Untuk menentukan tujuan anggaran pemilu, kita dapat merujuk pada pandangan
Shim et al. (1996:8). Tujuan anggaran pemilu adalah untuk: 1) menentukan standar
dan target kinerja penyelenggara pemilu; 2) mendorong efisiensi penyelenggaraan
pemilu; 3) sebagai benchmark untuk evaluasi pelaksanaan pemilu; 4)
mengindikasikan jumlah dana yang dibutuhkan untuk setiap program dan kegiatan
pemilu; dan 5) menunjukkan biaya awal dan biaya operasi minimum
penyelenggaraan pemilu.

Fungsi dan Model Penyusunan Anggaran Pemilu


Setelah mendiskusikan pentingnya dan tujuan dari anggaran publik, perlu
dipaparkan fungsi anggaran pemilu, yaitu:

1. Sebagai alat perencanaan pemilu yang digunakan oleh lembaga penyelenggara


pemilu pengawas dan lembaga terkait lainnya untuk mencapai pemilu yang
berkualitas.
2. Sebagai alat pengendali yang digunakan oleh lembaga penyelenggara pemilu
untuk menghindari adanya overspending, underspending, dan salah sasaran
dalam pengalokasian anggaran pemilu.
3. Sebagai instrumen manajemen keuangan pemilu bagi penyelenggara pemilu
yang dapat menentukan kredibilitas penyelenggara pemilu.
4. Sebagai alat koordinasi dan komunikasi lembaga penyelenggara pemilu dimulai
dari tingkat pusat, daerah, sampai pada tingkat pelaksana, karena dalam
merencanakan dan melaksanakan anggaran dibutuhkan koordinasi dan
komunikasi dari semua unit terkait.
5. Sebagai alat penilaian prestasi kerja lembaga penyelenggara pemilu, pengawas
dan agensi terkait yang sangat efektif karena bisa dilihat dari tercapai atau
tidaknya suatu anggaran pemilu tersebut akan mencerminkan kinerja semua
lembaga terkait.
6. Sebagai alat motivasi bagi lembaga penyelenggara pemilu, pengawas, dan
agensi terkait agar bekerja ekonomis, efektif, dan efisien agar tercapai tujuan
penyelenggaraan pemilu.

Terdapat dua jenis anggaran lembaga penyelenggara pemilu, yaitu: pertama,


anggaran untuk kegiatan rutin atau bersifat on going seperti gaji komisioner, dan
staf, peralatan kantor dan sebagainya. Kedua, anggaran untuk kegiatan tidak rutin
seperti meng-update pendaftaran pemilu, pendidikan untuk pemilih dan biaya
penyelenggaraan pemilihan umum. Perumusan kedua jenis anggaran tersebut
membutuhkan pendekatan berbeda.

Semua proses anggaran idealnya berhubungan dengan tujuan dan kegiatan yang
telah ditetapkan dalam Renstra lembaga penyelenggara pemilu dan berhubungan
dengan rencana kerja untuk beberapa tahun mendatang. Hubungan ini mendorong
penggunaan pendekatan 'program' atau 'kinerja' dalam penyusunan anggaran
Pengelolaan Keuangan Pemilu | 25
lembaga penyelenggara pemilu. Biaya dan anggaran lembaga ini harus terkait
dengan target dan tujuan keluaran yang spesifik.

Jadi, untuk menghindari adanya anggaran lembaga penyelenggara pemilu dengan


alokasi yang terlalu besar, kategori anggaran yang bersifat terlalu umum seperti
biaya kepegawaian, biaya pencetakan formulir, biaya transportasi, biaya keamanan,
biaya operasional kantor, atau yang pada umumnya sulit untuk ditentukan nilai
barang atau jasanya dalam lembaga penyelenggara pemilu, maka penyusunan
anggaran yang relevan dan terkait dengan satu program atau kegiatan yang spesifik
sangat diperlukan, seperti misalnya pengadaan pencetakan dan pendistribusian
surat suara, pelatihan staf adhoc, atau program sosialisasi untuk pemilih dan partai
politik peserta pemilu.

Penganggaran pemilu yang didasarkan pada Renstra lembaga penyelenggara pemilu


akan lebih lebih akuntabel dalam penggunaan dana publik serta lebih fokus dalam
pemberian pelayanan yang prima. Untuk itu, semua divisi dalam lembaga
penyelenggaraan pemilu perlu memiliki Renja (rencana kerja) individu yang
disesuaikan dengan tujuan strategis, yang menggambarkan outcome yang
dibutuhkan, berisi tujuan kinerja berdasarkan target output yang terukur dan
menentukan indikator yang dapat diverifikasi apakah target tersebut tercapai atau
tidak. Setiap rencana kerja harus bertujuan untuk mencapai objektif tertentu yang
memberikan kontribusi terhadap pencapaian tujuan strategis lembaga
penyelenggara pemilu secara keseluruhan, dan memiliki struktur anggaran yang
spesifik. Menghubungkan anggaran dengan Rencana Strategis akan memudahkan
dalam menentukan seberapa efektifkah dana yang telah dikeluarkan untuk
mencapai masing-masing tujuan, dan untuk menentukan item mana dan sejauh
mana permintaan dana dapat dikurangi, atau perlu ditambah.

Dalam penyusunan anggaran lembaga penyelenggara pemilu, baik berupa anggaran


operasional harian maupun anggaran untuk penyelenggaraan satu pemilu,
akanterdapat banyak uraian yang mendetil. Anggaran yang diusulkan sering berisi
hasil penggabungan semua item anggaran di mana beberapa item akan diberikan
untuk menjalankan fungsi tertentu, seperti pendaftaran partai politik atau
pendidikan untuk pemilih pemula dan sebagainya. Untuk keperluan internal
lembaga, biaya penyelenggaraan pemilu perlu juga disusun lebih rinci, misalnya
biaya untuk masyarakat, biaya operasional kantor dan untuk belanja bahan.

Untuk menyusun tingkat anggaran yang berbeda, pendekatan berbeda dapat


digunakan. Misalnya, lembaga penyelenggara pemilu mungkin diberitahu oleh
Kementerian Keuangan atau Kementerian Dalam Negeri bahwa total anggaran
untuk biaya operasional rutin lembaga ini akan dialokasikan sama dengan anggaran
tahun sebelumnya, atau hanya akan meningkat sejalan dengan tingkat inflasi
(dikenal dengan model anggaran inkremental atau baseline). Dalam kasus seperti
ini, lembaga penyelenggara pemilu membuat rincian biaya yang terkait dengan
tujuan dalam Renstra dan membuat pilihan yang sesuai dalam anggaran yang
tersedia. Dalam kondisi keterbatasan anggaran di mana perlu penghematan
anggaran, pemerintah dapat mengatakan bahwa semua lembaga yang didanai oleh

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 26


anggaran pendapatan dan perbelanjaan negara dapat dipotong dengan persentase
tertentu; untuk itu lembaga penyelenggara pemilu harus memilih antara di antara
item yang ada dalam Resntra. Di beberapa negara demokrasi yang stabil, anggaran
untuk kegiatan tertentu seperti memperbarui daftar pemilih atau
menyelenggarakan satu pemilu, dikalkulasi secara inkremental dengan menambah
dari anggaran sebelumnya dengan pertimbangan besaran angka inflasi, dan dalam
beberapa kasus pertumbuhan jumlah penduduk. Jadi, lembaga penyelenggara
pemilu harus mampu mempertimbangkan bagaimana pengelolaan kegiatan dengan
total anggaran yang terbatas sekaligus harus memenuhi tujuan yang sudah
ditetapkan dalam Rencana Strategis dan mengakomodir terjadinya peningkatan
harga. (International IDEA, 2006:213)

Salah satu alternatif pendekatan penyusunan anggaran yaitu model zero-based, di


mana setiap biaya untuk penyelenggaraan pemilu, atau kegiatan yang terkait
dengan pemilu, diperkirakan mencapai total anggaran yang dibutuhkan. Bidang
perencanaan dan keuangan sekretariat lembaga penyelenggara pemilu boleh jadi
bertanggung jawab untuk menyusunnya, atau mungkin juga dimulai dari masing-
masing divisi untuk memperkirakan biaya pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya
masing-masing. Biaya untuk setiap bidang kemudian akan diverifikasi untuk diteliti
dan dijustifikasi sesuai dengan Rencana Strategis.

Komponen anggaran tahun sebelumnya atau anggaran penyelenggaraan pemilu


periode sebelumnya dapat dijadikan acuan dalam proses penyusunan anggaran
pemilu. Setiap komponen anggaran harus dinilai dan disesuaikan dengan konteks
saat ini. Pendekatan ini sering digunakan ketika terjadi perubahan yang signifikan
setelah pemilu sebelumnya, atau jika diusulkan sebuah perubahan yang cukup
berarti, seperti penggunaan mesin voting atau perubahan dalam sistem pemilu.
Menurut International IDEA (2006:214) lembaga penyelenggara pemilu jarang
diberikan daftar isian kegiatan yang terbuka sehingga perlu dibuatkan pilihan dalam
susunan anggaran di mana biaya aktual lebih tinggi dibandingkan biaya yang
diperkirakan, atau muncul beberapa biaya yang tidak terduga. Ketika pendanaan
donor berbasis pada kegiatan, maka anggaran sering dibuat dengan menggunakan
model ini (International IDEA, 2006:214).

Jenis Anggaran Pemilu


1. Anggaran Operasional
Belanja operasional adalah anggaran yang digunakan untuk merencanakan
kebutuhan sehari-hari dalam menjalankan organisasi/lembaga penyelenggara
pemilu, yang isinya adalah berbagai pengeluaran organisasi secara rutin, misalnya
saja belanja administrasi umum dan belanja operasi dan pemeliharaan.

2 Anggaran Modal/investasi
Anggaran modal menunjukan rencana jangka panjang dan pembelanjaan atas aktiva
tetap yang tidak habis dalam satu periode saja, yang bermandat dan menambah
aset lembaga dan menambah anggaran rutin pemerintah.

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 27


Model Penetapan dan Persetujuan Anggaran Pemilu
Terdapat beberapa model penetapan dan persetujuan anggaran pemilu di berbagai
negara di dunia. Di negara-negara seperti Aljazair, Botswana, Islandia, Lesotho, Niue
dan Tonga, anggaran penyelenggaraan pemilu ditetapkan oleh lembaga legislatif
sebagai bagian dari proses penyusunan anggaran belanja tahunan dengan
berdasarkan pada anggaran belanja tahun sebelumnya dan laporan penggunaan
anggaran berjalan. Sedangkan di Filipina, kewenangan ini dipegang oleh
Departemen Anggaran dan Manajemen.

Model yang banyak diterapkan di berbagai negara adalah bahwa lembaga


penyelenggara pemilu menyusun anggaran mereka sendiri dan kemudian
menyampaikannya kepada pemerintah atau lembaga legislatif untuk mendapat
persetujuan. Nagara yang usulan anggaran pemilunya diajukan kepada pemerintah
adalah Angola, Burkina Faso, Kamerun, dan Chad. Sementara itu, negara yang
pengusulan anggaran pemilunya diajukan pada lembaga legislatif antara lain Bolivia,
Brazil, Gambia, Guam, Guyana, Meksiko, Mongolia, Pakistan, dan Venezuela. Model
lain adalah bahwa penyusunan anggaran dan proses persetujuan memerlukan
diskusi dengan Kementerian Keuangan. Di Korea Selatan, misalnya, lembaga
penyelenggara pemilu menyusun anggaran, yang kemudian disesuaikan dengan
Kementerian Perencanaan dan Anggaran, yang kemudian dipertimbangkan dan
disetujui oleh lembaga legislatif. Model lain juga berlaku di mana lembaga
legislatifnya tidak memiliki kewenangan sama sekali untuk mengubah atau menolak
setiap bagian dari anggaran pemilu yang diusulkan lembaga penyelenggara pemilu.
Contoh negaranya adalah Kosta Rika. Di negara lain, hanya bagian tertentu dari
anggaran yang diusulkan lembaga penyelenggara pemilu (misalnya yang
berhubungan dengan gaji dan tunjangan komisioner) tidak dapat diubah oleh
pemerintah. Sebaliknya, beberapa negara juga menerapkan kebijakan di mana
anggaran yang dapat diubah oleh pemerintah adalah anggaran yang bersifat rutin,
sedangkan anggaran pelaksanaan pemilu tidak dapat diubah. Lembaga
penyelenggara pemilu memberikan perkiraan anggaran tahunan pemilu kepada
pemerintah, tetapi diperbolehkan membelanjakan lebih dari perkiraan tersebut.
Mendekati pemilu, lembaga penyelenggara pemilu mengajukan rencana
pengeluaran tersebut pada badan anggaran legislatif. Model dual budgets seperti ini
diterapkan oleh Kamerun, Georgia, Liberia, Madagaskar, dan Rwanda.

Perencanaan dan Penganggaran dengan Pendekatan Siklus Pemilu


Mengeksplorasi konsep siklus pemilu, perlu dicatat bahwa keberhasilan kegiatan
pemilu sangat tergantung pada sejumlah kegiatan yang saling berhubungan yang
biasanya berlangsung selama beberapa tahun. Kegiatan ini membutuhkan tahapan
logis dan dilakukan dalam satu siklus pemilu. Perencanaan dan penganggaran mesti
meliputi semua tahapan siklus pemilu tersebut. Paling tidak, terdapat tiga tahapan
utama siklus pemilu sebagai basis dalam menyusun perencanaan dan anggaran,
yaitu: (1) periode pra-pemilu (kegiatan utamanya meliputi perencanaan operasional
untuk pemilu yang akan datang, persiapan dan pelaksanaan program-program
pelatihan dan informasi publik, dan pendaftaran partai dan pemilih); (2) periode
pemilihan umum (yang berfokus pada nominasi calon, kampanye, pemungutan

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 28


suara, penghitungan, pengumuman serta penyebarluasan hasil pemilu); dan (3)
periode pasca-pemilihan umum (yang berfokus pada review pelaksanaan pemilu,
mengidentifikasi prioritas reformasi, undang-undang dan, jika perlu, meninjau
kembali rencana strategis lembaga penyelenggara pemilu).

Mengeksplorasi bagaimana perencanaan dan penganggaran kegiatan


penyelenggaraan pemilu berdasarkan model siklus pemilu yang standar yang dapat
berada di luar kontrol lembaga penyelenggara pemilu. Oleh karena itu, lembaga
penyelenggara pemilu perlu mendorong perencanaan agar sesuai dengan urutan
tugas yang terstruktur selama siklus dan menjaga ketangkasan lembaga
penyelenggara pemilu untuk mengatasi perubahan yang tidak terduga.

Aktivitas
Kegiatan perkuliahan ini dilakukan dengan tatap muka dosen dengan mahasiswa di
dalam kelas dan kunjungan ke bagian anggaran KPU setempat. Dosen pengampu
mempresentasikan materi perkuliahan kemudian diselingi dengan tanya jawab dan
dilanjutkan dengan sesi diskusi kelompok. Mahasiswa juga diajak untuk berkunjung
ke bagian anggaran KPU sebagai proses belajar dari laboratorium langsung. Media
ajar yang digunakan adalah tampilan power point, dan penjelasan di white board
dengan referensi buku, jurnal, dan regulasi terkait dengan perencanaan dan
anggaran pemilu.

Tugas
Tugas yang diberikan berupa review mengenai studi kasus perencanaan dan
penganggaran pemilu di Indonesia.

Latihan
Latihan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan kunci yang menjadi bahan diskusi di
kelas:
1. Bagaimanakah perencanaan dan penganggaran pemilu?
2. Apa saja fungsi perencanaan dan fungsi penganggaran pemilu?

Rangkuman
Perencanaan strategis (Renstra) pemilu adalah suatu rencana jangka panjang yang
bersifat menyeluruh, memberikan rumusan ke mana pelaksanaan pemilu akan
diarahkan. Renstra ini merupakan alat manajemen bagi lembaga penyelenggara
pemilu untuk menentukan bagaimana kebijakan, program dan keputusan diambil,
perencanaan dan strategi operasional disusun, prioritas ditentukan, sumber daya
publik dialokasikan serta standar pelayanan untuk pemangku kepentingan
ditetapkan dalam berbagai kemungkinan perubahan lingkungan untuk mencapai
tujuan jangka panjang yaitu mewujudkan pemilu dan demokrasi yang berkualitas.

Penutup
Tes Formatif:
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan perencanaan dan penganggaran
pemilu?
2. Apa fungsi utama dalam perencanaan dan penganggaran pemilu?

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 29


Tindak Lanjut
1. Menggunakan konsep perencanan dan penganggaran tersebut, mohon jelaskan
(pilih satu) sistem perencanaan dan penganggaran di negara Angola, Burkina
Faso, Mongolia, Pakistan, dan Venezuela.

Daftar Pustaka
Edwards, et.al. (1959).
Mardismo (2002: 61).
Nawawi, Hadari. (2000). Manajemen Stratejik Organisasi Non Profit Di bidang
Pemerintahan dengan Ilustrasi Di Bidang Pendidikan. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Wildavsky, A. (1975). Budgeting: A Comparative Theory of Budgetary Processes.
Boston/Toronto: Little, Brown & Company.

Sumber Internet:
International IDEA, Electoral Management Design: The International IDEA
Handbook(Stockholm: International IDEA, 2006), diakses melalui
http://www.idea.int/publications/emd pada 19 Desember 2014.

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 30


BAB III Perencanaan dan Penganggaran Pemilu yang Responsif
Gender

Pendahuluan

Deskripsi Singkat
Kesenjangan akses, partisipasi politik, kontrol, dan manfaat antara perempuan dan
laki-laki dalam politik dan pemerintahan atau pelayanan publik secara langsung
menyebabkan ketidaksetaraan terhadap kedudukan politik perempuan dan laki-laki,
sehingga kesenjangan tersebut harus menjadi perhatian dalam menyusun
kebijakan/program sehingga kebijakan/program bisa lebih terfokus, efisien, dan
efektif dalam mencapai sasaran. Perencanaan dan penganggaran pemilu yang
responsif gender merupakan perencanaan dan penganggaran pemilu yang disusun
dengan mempertimbangkan empat aspek yaitu: akses dalam kegiatan pemilu,
partisipasi politik dan memilih, kontrol terhadap kegiatan pemilu, dan manfaat yang
dilakukan secara setara antara perempuan dan laki-laki dalam proses
penyelenggaraan pemilu.

Manfaat
Pemberian subtopik perencanaan dan penganggaran pemilu yang responsif gender
akan memberikan pemahaman tentang pentingnya memiliki perspektif gender.
Perspektif gender ini penting dalam perencanaan dan penganggaran untuk
memastikan adanya aksesibilitas yang menerapkan asas nisbah gender.

Relevansi
Pembahasan mengenai perencanaan dan penganggaran pemilu yang responsif
gender memiliki relevansi studi kepemiluan untuk memastikan aksesibitas yang pro-
gender sedari awal persiapan pemilu.

Learning outcome
Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami
perencanaan dan penganggaran pemilu yang responsif gender, memahami
keputusan politik dalam siklus anggaran dan model-model penganggaran pemilu.

Penyajian
Konsep dan Isu Gender dalam Politik
Gender merujuk pada perbedaan antara perempuan dan laki-laki sejak lahir,
tumbuh berkembang dan besar melalui proses sosialisasi di lingkungan keluarga dan
masyarakat. Lingkungan sosial mereproduksi pembedaan peran gender melalui
pemisahan kepantasan bagi perempuan dan laki-laki. Pembedaan peran gender
tidak bersifat universal, tetapi berbeda antara satu kebudayaan dengan kebudayaan
lainnya dan dapat berubah seiring dengan perkembangan zaman. Singkat kata,
gender adalah konsep yang mengacu pada peran dan tanggung jawab perempuan
dan laki-laki yang terjadi akibat dari dan dapat berubah oleh konstruksi/keadaan
sosial budaya masyarakat (WHO, 2010).

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 31


Gender mengacu pada peran, prilaku, kegiatan serta karakteristik sosial lainnya
yang dibentuk oleh suatu masyarakat atau budaya tertentu berdasarkan persepsi
yang pantas untuk perempuan atau laki-laki. Persepsi gender dipraktikkan melalui
perbedaan cara perempuan dan laki-laki dibesarkan, diajari berperilaku, dan
diharapkan untuk ‘menjadi perempuan’ dan ‘menjadi lelaki’ menurut budaya
masyarakatnya. Praktik ini direproduksi secara turun-temurun. Gender bukan
semata-mata perbedaan biologis; bukan jenis kelamin, bukan juga perempuan,
tetapi lebih merujuk pada arti sosial bagaimana menjadi perempuan dan menjadi
laki-laki.

Isu gender dalam bidang politik adalah masalah kesenjangan perempuan dan laki-
laki dalam hal akses, peran atau partisipasi, kontrol dan manfaat yang diperoleh
mereka dalam kehidupan politik. Kesenjangan akses, partisipasi politik, kontrol dan
manfaat antara perempuan dan laki-laki dalam politik dan pemerintahan atau
pelayanan publik secara langsung menyebabkan ketidaksetaraan terhadap
kedudukan politik perempuan dan laki-laki sehingga kesenjangan tersebut harus
menjadi perhatian dalam menyusun kebijakan/program supaya bisa lebih terfokus,
efisien, dan efektif dalam mencapai sasaran.

Tuntutan terhadap kesetaran gender antara laki-laki dan perempuan dianggap


penting karena dianggap sebagai sumber berbagai ketidakadilan gender. Dalam
kehidupan politik, hal tersebut dapat tercapai apabila peran perempuan dan laki-
laki dalam posisi seimbang. Dengan keseimbangan itu, peluang untuk saling
menindas semakin kecil. Demikian juga ketika jumlah perempuan dan laki-laki
dalam parlemen atau pemerintah pada umumnya dalam posisi setara (equal), maka
kepentingan perempuan tidak akan terpinggirkan, sebaliknya demikian pula
kepentingan laki-laki. Ada tiga metode kuota, yaitu: Pertama, kuota menuntut
undang-undang di mana perempuan harus memperoleh sekurang-kurangnya suatu
proporsi minimal dari wakil yang dipilih. Kuota ini dianggap sebagai sebuah
mekanisme transisional untuk memperkuat posisi perempuan. Kedua, partai-partai
yang ada didesak untuk menjadikan kandidat perempuan sebagai seorang kandidat
yang pasti jadi anggota parlemen. Ketiga, partai politik menentukan kuota informal
untuk menentukan jumlah anggota partainya yang berjenis kelamin perempuan
untuk duduk di kursi parlemen (Santi, 2001:26).

Salah satu strategi partai-partai politik untuk memperebutkan suara perempuan itu
adalah dengan menempatkan calon legislatif perempuan dalam daftar calon
legislatif. Ditambah lagi dengan dimasukkannya affirmative action yang dilakukan
oleh kaukus perempuan di DPR, LSM, dan aktivis perempuan lainnya.

Debat tentang rendahnya keterwakilan perempuan dalam politik terletak pada dua
perspektif tentang perempuan dalam keterwakilan politik, yaitu deskriptif dan
subtantif (Tremblay dan Pelletier: 2001). Perspektif deskriptif berpandangan bahwa
kelembagaan politik merupakan refleksi dari komposisi civil society sehingga dapat
merepresentasikan keragaman dalam masyarakat, termasuk gender. Model
keterwakilan deskriptif menghendaki peningkatan kehadiran perempuan dalam
kelembagaan selama hal itu merefleksikan proporsi populasi mereka secara lebih

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 32


baik. Sedangkan konsepsi subtantif atau feminis menekankan pada alasan bahwa
sifat ekseklusif perempuan terhadap kekuasaan politik karena keinginan, tuntutan,
dan kepentingan mereka selama ini tidak diartikulasikan dalam arena politik secara
baik dan memuaskan. Akibatnya, keinginan mempertahankan jumlah perempuan
yang terpilih itu adalah konsekuensi atas jumlah populasi perempuan pada
umumnya. Dalam pandangan ini, keterwakilan subtantif dari perempuan adalah
sinonim dengan keterwakilan feminis.

Perencanaan dan Penganggaran Pemilu yang Responsif Gender

Di Indonesia, perencanaan dan penganggaran publik responsif gender telah


diamanatkan oleh Permenkeu 104/2010 tentang Petunjuk Penyusunan dan
Penelaahan RKA-KL Tahun Anggaran 2011. Permenkeu tersebut secara eksplisit
menyatakan bahwa penyusunan anggaran perlu didahului oleh analisis gender.
Bahkan, sebelumnya dalam Inpres No. 9/2000, analisis gender wajib digunakan
dalam perencanaan dan penganggaran publik di Indonesia.

Perencanaan dan penganggaran pemilu yang responsif gender merupakan


perencanaan dan penganggaran pemilu yang disusun dengan mempertimbangkan
empat aspek, yaitu: akses dalam kegiatan pemilu, partisipasi politik dan memilih,
kontrol terhadap kegiatan pemilu , dan manfaat yang dilakukan secara setara antara
perempuan dan laki-laki dalam proses penyelenggaraan pemilu. Hal ini berarti
bahwa perencanaan dan penganggaran penyelenggaraan pemilu tersebut
mempertimbangkan aspirasi, kebutuhan, dan permasalahan pihak perempuan dan
laki-laki, baik dalam proses penyusunan maupun dalam pelaksanaan kegiatan
pemilihan umum. Perencanaan dan penganggaran pemilu yang responsif gender
bukanlah suatu proses yang terpisah dari sistem yang sudah ada, dan bukan pula
penyusunan rencana dan anggaran khusus untuk perempuan yang terpisah dari
laki-laki. Di samping itu, penyusunan perencanaan dan penganggaran pemilu yang
responsif gender bukanlah tujuan, melainkan sebuah kerangka kerja atau alat
analisis untuk mewujudkan pemilu yang adil. Dalam konteks perencanaan anggaran
pemilu, perencanaan responsif gender direfleksikan dalam dokumen Renstra dan
Rencana Kerja lembaga penyelenggara pemilu.

Perencanaan Pemilu Responsif Gender diharapkan dapat menghasilkan Anggaran


Pemilu Responsif Gender, di mana kebijakan pengalokasian anggaran pemilu
disusun untuk mengakomodasi kebutuhan penyelenggaraan pemilu yang berbeda
antara perempuan dan laki-laki. Anggaran Pemilu Responsif Gender ini direfleksikan
dalam dokumen Rencana Kerja Anggaran Lembaga Penyelenggara Pemilu dan
Daftar PA SKPD.

Berikut beberapa konsep tentang perencanaan dan penganggaran pemilu responsif


gender: Pertama, perencanaan pemilu responsif gender merupakan suatu proses
pengambilan keputusan untuk menyusun program dan kegiatan yang akan
dilaksanakan dalam rangka penyelenggaraan pemilu demi menjawab isu-isu atau
permasalahan gender dalam bidang politik. Kedua, perencanaan pemilu responsif

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 33


gender adalah perencanaan yang dilakukan dengan memasukkan perbedaan-
perbedaan pengalaman, aspirasi, kebutuhan, dan permasalahan perempuan dan
laki-laki dalam proses penyusunannya. Ketiga, penganggaran responsif gender
merupakan pengarusutamaan gender ke dalam siklus penganggaran pemilu yang
terdiri atas perencanaan, pembahasan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi.
Penganggaran pemilu responsif gender akan menghasilkan anggaran pemilu
responsif gender.

Keempat, anggaran pemilu yang responsif gender adalah anggaran yang responsif
terhadap kebutuhan laki-laki dan perempuan dalam politik dan penyelenggaraan
pemilu serta memberi manfaat kepada laki-laki dan perempuan secara setara dalam
kehidupan politik. Ciri utama anggaran pemilu responsif gender adalah menjawab
kebutuhan perempuan dan laki-laki dalam proses politik elektoral, serta
memberikan manfaat kepada perempuan dan laki-laki secara setara dalam
penyelenggaraan pemilu. Melalui anggaran pemilu responsif gender, kesenjangan
gender dalam kehidupan politik diharapkan dapat dihilangkan atau setidaknya
dapat dikurangi.

Kategori Anggaran Pemilu Responsif Gender


Anggaran pemilu responsif gender dapat dibagi atas 3 kategori, yaitu:
1. Anggaran khusus target gender, yaitu alokasi anggaran yang diperuntukkan
bagi memenuhi kebutuhan dasar khusus perempuan atau laki-laki. Contoh:
Program pelatihan relawan demokrasi untuk meningkatkan partisipasi politik
perempuan.
2. Anggaran kesetaraan gender, yaitu alokasi anggaran untuk mengatasi
masalah kesenjangan gender dalam kehidupan politik. Analisis gender akan
menyelidiki adanya kesenjangan dalam relasi antara laki-laki dan perempuan
terhadap akses ke dalam sistem politik dan pemerintahan, partisipasi politik,
kontrol terhadap kebijakan pemerintah dan manfaat terhadap sumber daya
yang ada. Kategori anggaran pemilu responsif gender ini juga termasuk
untuk alokasi program/kegiatan untuk keperluan kebutuhan strategis
gender, untuk mengejar kekurangan/ketertinggalannya. Contoh: program
beasiswa dengan kuota khusus bagi perempuan dalam bidang tata kelola
pemilu, bidang politik administrasi negara dan sebagainya untuk mencapai
kesetaraan partisipasi dan manfaat dalam jenjang pendidikan politik
sehingga perempuan lebih siap dalam memasuki dunia politik baik di
pemerintahan maupun di legislatif.
3. Anggaran pelembagaan kesetaraan gender, yaitu alokasi anggaran untuk
penguatan kelembagaan. Contoh: Penguatan lembaga kaukus perempuan di
legislatif, penguatan kelembagaan relawan demokrasi perempuan. Pelatihan
anggota parlemen dan pengurus parpol tentang kesetaraan gender dalam
politik.

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 34


Prinsip-prinsip Anggaran Pemilu Responsif Gender
Anggaran pemilu responsif gender adalah instrumen untuk menjadikan keseluruhan
perencanaan dan penganggaran pemilu memberikan manfaat secara adil bagi
perempuan dan laki-laki dalam politik dan penyelenggaraan pemilu. Untuk
Indonesia, mengacu pada PMK 104/2010, terdapat beberapa prinsip anggaran
pemilu responsif gender, sebagai berikut:
1. Anggaran pemilu responsif gender bukanlah anggaran yang terpisah untuk
laki-laki dan perempuan;
2. Anggaran pemilu responsif gender sebagai pola anggaran yang akan
menjembatani kesenjangan kedudukan, peran dan tanggung jawab antara
laki-laki dan perempuan dalam kehidupan politik;
3. Anggaran pemilu responsif gender bukanlah dasar yang “valid” untuk
meminta tambahan alokasi anggaran;
4. Adanya anggaran pemilu responsif gender tidak berarti adanya penambahan
dana yang dikhususkan untuk program perempuan;
5. Bukan berarti bahwa alokasi anggaran pemilu responsif gender hanya
berada dalam program khusus pemberdayaan perempuan;
6. Anggaran pemilu responsif gender bukan berarti ada alokasi dana 50% laki-
laki–50% perempuan untuk setiap kegiatan;
7. Tidak harus semua program dan kegiatan mendapat koreksi agar menjadi
responsif gender, namun ada juga kegiatan yang netral gender.

Aktivitas
Kegiatan perkuliahan ini dilakukan dengan tatap muka dosen dengan mahasiswa di
dalam kelas. Dosen pengampu mempresentasikan materi perkuliahan kemudian
diselingi dengan tanya jawab dan dilanjutkan dengan sesi diskusi kelompok. Media
ajar yang digunakan menggunakan tampilan power point, dan white board dengan
referensi buku, jurnal, dan regulasi terkait.

Tugas
Tugas yang diberikan berupa review buku mengenai studi perencanaan dan
penganggaran pemilu yang responsif gender.

Latihan
Latihan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan kunci yang menjadi bahan diskusi di
kelas:
1. Bagaimanakah perencanaan dan penganggaran pemilu yang responsif
gender di Indonesia?
2. Berikan contoh perencanaan dan penganggaran pemilu yang responsif
gender di negara lain.

Rangkuman
Perencanaan dan penganggaran pemilu yang responsif gender merupakan
perencanaan dan penganggaran pemilu yang disusun dengan mempertimbangkan
empat aspek yaitu: akses dalam kegiatan pemilu, partisipasi politik dan memilih,
kontrol terhadap kegiatan pemilu, dan manfaat yang dilakukan secara setara antara
perempuan dan laki-laki dalam proses penyelenggaraan pemilu. Hal ini berarti
Pengelolaan Keuangan Pemilu | 35
bahwa perencanaan dan penganggaran penyelenggaraan pemilu tersebut
mempertimbangkan aspirasi, kebutuhan dan permasalahan pihak perempuan dan
laki-laki, baik dalam proses penyusunan maupun dalam pelaksanaan kegiatan
pemilihan umum.

Penutup
Tes formatif
Tes Formatif:
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Perencanaan dan penganggaran pemilu
yang responsif gender!
2. Apa kebutuhan dan kepentingan dari Perencanaan dan penganggaran
pemilu yang responsif gender?

Tindak Lanjut
Elaborasi konsep Perencanaan dan penganggaran pemilu yang responsif gender di
negara-negara lain melalui studi kasus.

Daftar Pustaka
Joko Sutarso. (2011). Konstruksi Isu Gender dalam Politik Studi Kasus Pemilihan
Umum 2004. Komuniti, Vol. II, No. 2, Januari 2011.
Supiandi, Yusuf. (2008). Bunga Rampai Pengarusutamaan Gender, Jakarta:
Quinn, S. (2009). Gender Budgeting: Practical Implementation Handbook.
Strasbourg Cedex.
World Health Organization. (2010). Gender in Health. Geneva: WHO.

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 36


BAB IV Prinsip-Prinsip Pengelolaan Keuangan Pemilu

Deskripsi singkat
Pengelolaan keuangan pemilu mengenal empat prinsip yaitu transparansi, Efisiensi
dan Efektivitas, Integritas, dan akuntabilitas. Empat prinsip itu menjadi dasar bagi
bekerjanya sistem pemilu yang berintegritas.

Manfaat
Pemberian subtopik prinsip pengelolaan keuangan pemilu akan memberikan
pemahaman tentang pentingnya mengimplementasikan prinsip pengelolaan
keuangan pemilu.

Relevansi
Pembahasan mengenai prinsip pengelolaan keuangan pemilu penting untuk
memastikan penyelenggaran pemilu yang berintegritas menuju demokratisasi di
Indonesia.

Learning outcome
Setelah mengikuti mata kuliah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami prinsip-
prinsip pengelolaan keuangan pemilu

Penyajian
Prinsip-prinsip pengelolaan keuangan pemilu: Beberapa kebutuhan bagi
pengelolaan keuangan lembaga penyelenggara pemilu seperti penganggaran,
pengadaan, otorisasi pengeluaran, pelaporan keuangan dan pemeriksaan mungkin
terkandung dalam peraturan perundang-undangan, akuntansi dan kode pelaporan
keuangan, atau dalam peraturan lembaga penyelenggara pemilu atau peraturan
pemerintah. Sebuah kerangka hukum yang jelas untuk pengelolaan keuangan
lembaga penyelenggara pemilu memberikan kepastian, keteraturan dan
konsistensi, dan mendorong tata pemerintahan yang baik dalam lembaga
penyelenggara pemilu. Selain kerangka hukum, terdapat beberapa prinsip dasar
yang merupakan dasar dari kebijakan dan prosedur keuangan sebagai praktik
pengelolaan pemilu yang baik. IDEA Internasional (2006:219) mengemukakan
empat prinsip dalam pengelolaan keuangan pemilu, yaitu:

Transparansi
Transparansi keuangan menimbulkan kesadaran publik dan stakeholder tentang
struktur dan program lembaga penyelenggara pemilu, kebijakan dan tantangan
keuangan, dan dapat meningkatkan kepercayaan stakeholder terhadap kemampuan
lembaga penyelenggara pemilu. Transparansi keuangan juga mempromosikan tata
kelola pemilu yang baik dan berfungsi sebagai pencegah terjadinya korupsi dan
penipuan dalam lembaga penyelenggara pemilu. Ketika ada dugaan praktik-praktik
buruk atau tidak jujur, lembaga penyelenggara pemilu dapat lebih melindungi
kredibilitas dengan ketat memaparkan praktik-praktik tersebut, dan bukan
berusaha menyembunyikannya.

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 37


Transparansi dalam penyusunan, pembenaran dan persetujuan anggaran pemilu
akan membangun kepercayaan publik terhadap manajemen lembaga
penyelenggara pemilu. Pengawasan publik yang ketat dan akuntabilitas legislatif
memberikan lembaga penyelenggara pemilu kesempatan untuk secara terbuka
menunjukkan komitmennya terhadap integritas keuangan. Ini adalah praktik yang
baik untuk lembaga penyelenggara pemilu yang transparan dalam praktik
pengadaan, terutama pada saat metode jalur cepat harus digunakan untuk
memenuhi tenggat waktu pemilu.

Dorongan masyarakat diperlukan untuk pengungkapan audit keuangan dan laporan


tentang pemberian kontrak pengadaan, penjaga terhadap ketidakteraturan
keuangan dan korupsi atau patronase dalam kontrak pada lembaga penyelenggara
pemilu. Cara paling mendasar yang dapat dilakukan lembaga penyelenggara pemilu
demi mendorong transparansi keuangan adalah dengan menerbitkan laporan
kinerja tahunan, termasuk laporan keuangan yang telah diaudit, dan
mengirimkannya ke lembaga legislatif dan pemangku kepentingan lainnya,
termasuk partai politik dan masyarakat umum.

Efisiensi dan Efektivitas


Sebagai pengelola dana publik, lembaga penyelenggara pemilu memiliki kewajiban
untuk membelanjakan secara bertanggung jawab, efisien dan efektif dalam
mengelola sumber daya keuangan, manusia dan material. Pendekatan berbasis hasil
untuk anggaran lembaga penyelenggara pemilu, pemantauan secara berkala kinerja
staf, dan audit reguler laporan keuangan membantu meningkatkan efisiensi dan
efektivitas dalam penggunaan dana, yang dapat meningkatkan kepercayaan publik
terhadap manajemen pemilu.

Integritas
Komitmen semua anggota lembaga penyelenggara pemilu dan staf untuk
berintegritas dalam perilaku mereka adalah dasar integritas organisasi. Kode etik
dan kebijakan yang kuat dalam mengatasi konflik kepentingan mempromosikan
integritas. Integritas dalam pengelolaan keuangan meliputi transaksi moneter serta
isu-isu seperti menghormati kekayaan intelektual. Pengembangan sistem
manajemen keuangan yang terintegrasi dengan audit yang jelas akan memudahkan
ditemukannya dan dilaporkannya pelanggaran terhadap standar integritas
keuangan. Sebuah rezim yang berlaku sungguh-sungguh dalam penegakan sanksi
terhadap pelanggaran integritas akan meningkatkan kepercayaan publik terhadap
lembaga penyelenggara pemilu.

Akuntabilitas
Akuntabilitas merupakan aspek penting dari integritas pemilu. Pada gilirannya,
penyelenggara pemilu dan pembuat kebijakan yang bertanggung jawab atas
kualitas proses pemilihan yang dikelola penyelenggara pemilu.

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 38


Masyarakat berhak mengetahui dan memiliki informasi mengenai dana pemerintah
yang telah sesuai dengan hukum dan peraturan, apakah lembaga pemilu mencapai
hasil yang diharapkan, dan apakah mereka melakukan tugas secara efektif dan
efisien. Penyelenggara pemilu harus menggunakan sumber daya publik untuk
tujuan resmi dan bertanggung jawab atas penggunaan dana tersebut.

Penyelenggara pemilu bertanggung jawab untuk keputusan selama proses


pemilihan, serta atas konsekuensi dari keputusan tersebut. Mereka bertanggung
jawab atas rincian administrasi pemilu serta efektivitas dari proses pemilihan secara
keseluruhan. Akuntabilitas pemilu pada gilirannya tergantung pada prinsip
transparansi.

Aktivitas
Kegiatan perkuliahan ini dilakukan dengan tatap muka dosen dengan mahasiswa di
dalam kelas dan kunjungan ke NGO terkait dengan kepemiluan. Dosen pengampu
mempresentasikan materi perkuliahan kemudian diselingi dengan tanya jawab dan
dilanjutkan dengan sesi diskusi kelompok. Mahasiswa juga diajak untuk berkunjung
ke NGO pemilu sebagai proses belajar dari laboratorium langsung. Media ajar yang
digunakan menggunakan tampilan power point, dan white board dengan referensi
buku, jurnal, dan regulasi terkait dengan perencanaan dan anggaran pemilu.

Tes Formatif:
1. Jelaskanlah apa saja prinsip-prinsip pemilu tersebut!
2. Jelaskan implementasi dari prinsip-prinsip tersebut!

Tindak Lanjut
Menggunakan prinsip-prinsip pemilu untuk menganalisis implementasi kepemiluan
di Indonesia.

Daftar Pustaka
International IDEA, Electoral Management Design: he International IDEAHandbook
(Stockholm: International IDEA, 2006), diakses melalui
http://www.idea.int/publications/emd pada 9 Agustus 2013.

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 39


BAB V Model-Model Pendanaan Pemilu

Pendahuluan

Deskripsi Singkat
Terdapat lima model dalam pendanaan pemilu yaitu pendanaan oleh negara atau
pendanaan publik melalui APBN, model pendanaan oleh negara yang terpisah dari
APBN, model pendanaan pemilu terintegrasi, pendanaan pemilu oleh donor, dan
pendanaan pemilu dari pelbagai sumber.

Manfaat
Pemberian subtopik model pendanaan pemilu berfungsi untuk memberi
pengetahuann mengenai empat model pendanaan pemilu yang digunakan di
negara-negara di dunia.

Relevansi
Pembahasan mengenai model-model pendanaan pemilu memiliki relevansi studi
kepemiluan untuk memastikan pemilu yang berintegritas.

Learning outcome
Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami model-
model pendanaan pemilu serta mengetahui dan memahami kelebihan dan
kekurangan model-model pendanaan pemilu.

Penyajian

Siapa yang mendanai penyelenggaraan pemilu dan bagaimana mekanismenya?


Terdapat berbagai model pendanaan dalam penyelenggaraan kegiatan pemilu yang
diterapkan di beberapa negara. Di antara model tersebut adalah:
1. Pendanaan oleh Negara atau Pendanaan Publik melalui APBN
Dalam model ini, kegiatan pemilu dianggap sebagai fungsi utama dari sebuah
negara demokratis. Negara adalah sumber utama pendanaan penyelenggaraan
pemilu. Anggaran pemilu merupakan bagian dari anggaran pendapatan dan
perbelanjaan negara, namun model lembaga penyelenggara pemilu yang berbeda
dapat menerima sumber pendanaan mereka dengan metode dan cara yang
berbeda.

2. Model Pendanaan oleh Negara yang terpisah dari APBN


Pendanaan bagi banyak lembaga penyelenggara pemilu di bawah Model
Independen, misalnya di Albania, Ghana dan Kosovo, adalah bagian yang terpisah
dalam anggaran pendapatan dan belanja negara, yang dialokasikan langsung ke
lembaga penyelenggara pemilu oleh perbendaharaan negara. Bagi model yang lain,
anggaran lembaga penyelenggara pemilu ditopangkan pada anggaran kementerian
negara.

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 40


Anggaran untuk lembaga penyelenggara pemilu di bawah Model Pemerintah
biasanya bagian dari anggaran kementerian pemerintah yang bertanggung jawab
untuk melaksanakan proses pemilu, seperti di Cook Islands, Denmark dan
Singapura. Sementara itu, apabila menggunakan Model Campuran, anggaran
lembaga penyelenggara pemilu independen dan komponen-komponennya dapat
dialokasikan melalui Kementerian, seperti yang dilakukan oleh Kementerian Dalam
Negeri di Perancis.

3. Model Pendanaan Pemilu Terintegrasi


Anggaran pemilu terintegrasi satu item dalam anggaran nasional, atau dapat terdiri
dari banyak komponen yang tersebar di seluruh anggaran berbagai instansi
pemerintah. Anggaran pemerintah nasional, regional dan lokal dapat masing-
masing menyediakan dana untuk lembaga penyelenggara pemilu. Di Indonesia,
misalnya, dana KPU sepenuhnya berasal dari APBN baik untuk menyelenggarakan
pemilihan presiden maupun pemilu legislatif untuk tingkat nasional dan daerah,
namun Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota juga menyediakan sebagian besar
pendanaan untuk pemilihan gubernur dan bupati/walikota setempat yang dibantu
oleh dana APBN. Pengaturan seperti ini lebih sering terjadi di negara-negara federal.
Pendanaan untuk lembaga penyelenggara pemilu di Bosnia-Herzegovina, misalnya,
disediakan oleh empat tingkat pemerintahan; Jumlah yang dianggarkan masing-
masing bervariasi sesuai dengan jenis pemilu yang diadakan. Di India dan Meksiko,
Pemerintah Pusat menganggarkan dana lembaga penyelenggara pemilu untuk
pemilihan umum nasional, namun pemerintah daerah memberikan kontribusi dana
pada saat pemilu mereka bertepatan dengan pemilu nasional. Di Inggris, biaya
pemilu didanai oleh otoritas lokal dan diganti oleh Pemerintah Pusat sesuai dengan
skala yang telah ditetapkan.

4. Pendanaan Pemilu oleh Donor


Beberapa negara yang baru keluar dari konflik biasanya lebih mengandalkan pada
bantuan donor, melalui PBB atau badan lain, untuk membiayai seluruh atau
sebagian anggaran pemilu mereka. Contohnya adalah Kamboja (1993), Mozambik
(1994), Bosnia dan Herzegovina (1996), Timor-Leste (2000), Sierra Leone (2002),
Afghanistan (2004), Irak (2005) dan Palestina (2005-06). Bagi negara pasca-konflik,
bantuan donor untuk penyelenggaraan pemilu menjadi penting, terutama karena
kemampuan lembaga-lembaga negara telah menjadi lemah dalam mengumpulkan
pendapatan negara.

Bantuan donor dari PBB, European Commission, USAID dan sumber-sumber lain
telah memberikan kontribusi signifikan untuk mendanai proses pemilu di banyak
negara. Terdapat pola pertumbuhan bantuan donor regional. Misalnya, Afrika
Selatan dan negara-negara SADC lainnya menawarkan dukungan elektoral untuk
lembaga penyelenggara pemilu dari negara anggota SADC lain, dan OAS telah
memberikan bantuan regional di negara-negara seperti Haiti.

Pada demokrasi yang sedang berkembang seperti di Libya, bantuan mungkin


diperlukan untuk melaksanakan proses pemilu yang memenuhi kewajiban-
Pengelolaan Keuangan Pemilu | 41
kewajiban internasional. Bantuan juga mungkin diperlukan untuk memberikan
kesempatan kepada partai oposisi untuk ikut dalam pemilu dengan cara yang relatif
kompetitif. Di negara-negara yang ingin meningkatkan pelayanan pemilu mereka,
seperti Papua Nugini, kapasitas kelembagaan dan kesadaran mungkin tidak
mencukupi untuk dikembangkan dalam kegiatan yang berhubungan dengan biaya—
seperti pemilu non-fisik dalam wujud pelatihan dan pendidikan. Bahkan di negara-
negara demokrasi yang relatif terkonsolidasi, proyek utama di lapangan seperti
pengolahan data dan komunikasi mungkin juga memerlukan bantuan donor.
Beberapa negara demokrasi baru sangat tergantung kepada bantuan donor asing
untuk mendanai anggaran pemilu inti mereka.

Ketersediaan dana donor sangat dipengaruhi oleh siklus pendanaan donor tersebut
sehingga kemungkinan akan sulit untuk disinkronkan dengan waktu yang
dibutuhkan oleh lembaga penyelenggara pemilu. Bantuan donor biasanya
disalurkan secara langsung kepada lembaga penyelenggara pemilu atau bisa juga
melalui kementerian. Penyaluran dana secara langsung kepada lembaga
penyelenggara pemilu memudahkan pencairan dan memberikan garis langsung
dalam akuntabilitasnya. Di Kamboja, lembaga penyelenggara pemilu memiliki
rekening khusus di Kementerian Keuangan Kamboja yang dibentuk untuk
pendanaan manajemen pemilu dari semua sumber. Persyaratan akuntansi yang
berbeda dari beberapa donor juga dapat mempersulit mekanisme pelaporan
keuangan lembaga penyelenggaraan pemilu tersebut. Namun, sebaliknya,
persyaratan yang berbeda tersebut juga dapat mendorong lembaga penyelenggara
pemilu untuk meninjau dan memperbaiki sistem akuntabilitas keuangan mereka
sendiri.

Pengawasan terhadap dana donor dapat menjadi isu perdebatan. Menyalurkan


dana donor melalui Kementerian dapat menyebabkan penundaan atau
penyimpangan dalam penggunaan dana karena faktor birokrasi pemerintah atau
terjadinya korupsi, namun negara-negara tuan rumah dapat bersikeras untuk
memastikan prioritas pendanaan mereka, dibandingkan dari mengikuti donor.
Dengan dibentuknya panitia pengarah yang melibatkan perwakilan dari semua
donor, lembaga penyelenggara pemilu dan mungkin juga pemerintah dapat menjadi
solusi efektif, dan dapat mencegah terjadinya duplikasi anggaran. Penggunaan
lembaga formal maupun informal seperti UNDP untuk mengkoordinasikan semua
dana dari donor untuk lembaga penyelenggara pemilu juga bisa efektif. Di Indonesia
pada tahun 2004, proporsi yang signifikan dari dana bantuan pemilu dari beberapa
donor disalurkan melalui dana UNDP di bawah prioritas yang ditetapkan oleh KPU.

Lembaga penyelenggara pemilu harus berhati-hati bahwa bantuan donor harus


berdasarkan prioritas mereka dan tidak didorong oleh kepentingan konsultan yang
disediakan oleh donor atau penyedia peralatan dari negara donor. Bantuan teknis
yang diberikan oleh donor perlu menyertakan pelatihan dan transfer keterampilan
kepada staf pendamping lembaga penyelenggara pemilu agar lembaga
penyelenggara pemilu dapat menimba pengetahuan tentang proses pemilu pada
masa mendatang. Donor dapat memilih secara langsung kontraktor/pemasok
produk atau jasa untuk lembaga penyelenggara pemilu, tetapi hal ini bisa jadi

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 42


menimbulkan kritik masyarakat tentang adanya campur tangan asing. Donor juga
mungkin mewajibkan sistem, peralatan dan barang-barang lainnya yang mereka
berikan dibeli dari pemasok negara asal mereka. Namun, pengalaman menunjukkan
bahwa peralatan yang didatangkan dari luar, seperti peralatan untuk pendaftaran
pemilih di Timor-Leste pada tahun 2000, tidak sesuai digunakan untuk kondisi lokal.

Tabel 5.1.
Beberapa Keuntungan utama dan Kerugian
Pendanaan Donor Internasional untuk Proses Pemilu

Keuntungan Kerugian
 Dapat memastikan kegiatan pemilu  Dapat menimbulkan ketergantungan
dapat diselenggarakan pada dana asing dalam proses pemilu.
 Bantuan teknis yang didanai donor  Dapat menyebabkan praktik pemilu
dapat meningkatkan standar yang mahal dan tidak berkelanjutan.
administrasi pemilu.
 Bantuan dengan menerapkan standar  Kecuali dikoordinasikan dengan hati-
internasional dapat meningkatkan hati, dapat menyebabkan duplikasi
kebebasan dan kewajaran proses pendanaan.
pemilu.
 Transfer keterampilan melalui  Dapat berkonsentrasi pada kegiatan
bimbingan teknis dapat membuat yang profil tinggi di mana merugikan
perbaikan yang berkelanjutan dalam orang-orang penting.
proses pemilu.
 Bantuan donor yang dikoordinasikan  Tidak ada jaminan bahwa dana yang
dapat mengatasi kesenjangan kritis diterima dapat cair tepat waktu.
dalam anggaran lembaga
penyelenggara pemilu.
 Pendanaan dapat membantu lembaga  Kemungkinan solusi yang tidak efektif
penyelenggara pemilu dalam atau tidak sesuai dengan lingkungan
meningkatkan pelayanan dan yang diberikan kepada lembaga
kredibilitas dengan menerapkan penyelenggara pemilu.
teknologi tepat guna.
 Dapat mendorong lembaga  Mungkin sulit untuk menerapkan
penyelenggara pemilu dalam mekanisme akuntansi yang berbeda
meningkatkan manajemen keuangan yang diwajibkan oleh beberapa
dan proses akuntansi mereka. donor.
Sumber: The International IDEA, 2006:212

5. Model Pendanaan Pemilu dari Berbagai Sumber


Beberapa lembaga penyelenggara pemilu memiliki sumber pendapatan lain dalam
bentuk biaya nominasi, deposit hilang, atau denda yang dikenakan kepada peserta
pemilu yang melakukan pelanggaran kampanye pemilu atau peraturan lainnya.
Pendapatan ini penting untuk digunakan dan dilaporkan secara transparan dan
akuntabel. Lembaga penyelenggara pemilu mungkin juga menerima dana atau
sumbangan dari perusahaan besar, dunia usaha dan para dermawan. Untuk itu,

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 43


lembaga penyelenggara pemilu wajib berhati-hati dalam cara penggalangan dana
dari sektor korporasi ini agar tidak mempengaruhi persepsi tentang kejujuran
keuangan, imparsialitas atau kredibilitas mereka. Beberapa lembaga penyelenggara
pemilu, seperti di Australia, mengumpulkan sejumlah dana melalui
penyelenggaraan Pemilu atas nama badan-badan seperti asosiasi profesional atau
serikat buruh. Selain itu, di Mauritius, mengenakan biaya untuk mengembalikan
biaya cetak dari daftar pemilihan yang dibagikan kepada partai-partai politik.

Aktivitas
Kegiatan perkuliahan ini dilakukan dengan tatap muka dosen dengan mahasiswa di
dalam kelas. Dosen pengampu mempresentasikan materi perkuliahan kemudian
diselingi dengan tanya jawab dan dilanjutkan dengan sesi diskusi kelompok. Media
ajar yang digunakan menggunakan tampilan power point, dan white board dengan
referensi buku, jurnal, dan regulasi terkait dengan perencanaan dan anggaran
pemilu.

Tes Formatif:
1. Jelaskanlah model-model pendanaan pemilu?
2. Jelaskan apa perbedaan model-model pendanaan pemilu?

Tindak Lanjut
Menggunakan pengetahuan mengenai model-model pendanaan pemilu dengan
melakukan pemetaan negara-negara mana saja yang menggunakan model
pendanan pemilu tertentu.

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 44


BAB VI Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Pemilu: Biaya
Kepemiluan

Pendahuluan

Deskripsi Singkat
Biaya pemilu menjadi tiga kategori, yaitu biaya inti (atau biaya langsung), biaya
difusi (atau biaya tidak langsung), dan biaya integritas: biaya selain biaya inti. Selain
itu, pada negara transisi demokrasi atau demokrasi yang sedang berkembang
mengenal adanya biaya tambahan. Biaya untuk menjamin integritas pemilu sering
disponsori oleh lembaga di luar lembaga penyelenggara pemilu, terutama oleh
komunitas donor. Biaya tambahan tersebut tidak termasuk dalam analisis anggaran
Lembaga Penyelenggara Pemilu, meskipun anggaran berhubungan dengan fungsi
yang harus dilaksanakan Lembaga Penyelenggara Pemilu.

Manfaat
Pemberian subtopik penyusunan rencana kerja dan anggaran pemilu akan
memberikan pemahaman tentang pentingnya biaya pemilu dalam model
kepemiluan berbeda.

Relevansi
Pembahasan mengenai penyusunan rencana kerja dan anggaran pemilu untuk
memberi pemahaman mengenai model dan biaya pemilu untuk mencapai pemilu
yang berintegritas dan demokrasi yang baik.

Learning outcome
Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami rencana
kerja dan penganggaran, terutama terkait dengan biaya pemilu.

Penyajian
Apa yang perlu dibiayai dalam penyelenggaraan pemilu? Keuangan pemilu adalah
anggaran pemilu atau biaya yang dikeluarkan suatu negara untuk melaksanakan
berbagai kegiatan yang dilakukan oleh lembaga penyelenggara pemilu dan lembaga
lain untuk mengatur dan melakukan proses pemilihan umum. Beberapa biaya
pemilu mungkin mudah diidentifikasi, sementara yang lain mungkin sulit untuk
diukur karena mereka termasuk ke dalam anggaran pelayanan umum instansi
pemerintah lainnya.

Membandingkan biaya pemilu antarnegara sulit dilakukan, terutama karena adanya


item yang berbeda sehingga sulit untuk diidentifikasi dan dikuantifikasi sebagai
biaya pemilu di lingkungan pemilihan umum yang berbeda, dengan menggunakan
model manajemen pemilu yang berbeda. UNDP dan IFES yang telah mensponsori
Projek “Biaya Pendaftaran dan Pemilu” atau Cost of Registration and Elections
(CORE), membagi biaya pemilu menjadi tiga kategori:
1. Biaya inti (atau biaya langsung): Biaya rutin yang terkait dengan pelaksanaan
proses pemilu dalam lingkungan pemilu yang stabil;

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 45


2. Biaya difusi (atau biaya tidak langsung): Biaya jasa yang terkait dengan
pemilu yang tidak dapat dipisahkan dari anggaran umum lembaga yang
membantu melaksanakan proses pemilihan umum; dan
3. Biaya integritas: biaya selain biaya inti, yang diperlukan untuk memberikan
keselamatan, integritas, netralitas politik dalam satu proses pemilu.

Pada negara transisi demokrasi atau demokrasi yang sedang berkembang, biaya
untuk menjamin integritas pemilu sering disponsori oleh lembaga di luar lembaga
penyelenggara pemilu, terutama oleh komunitas donor. Biaya tambahan tersebut
tidak termasuk dalam analisis anggaran Lembaga Penyelenggara Pemilu, meskipun
anggaran berhubungan dengan fungsi yang harus dilaksanakan Lembaga
Penyelenggara Pemilu. Menurut UNDP dan IFES, biaya inti secara proporsional
adalah komponen tertinggi dalam demokrasi yang stabil, sebagai kemajuan dalam
menuju konsolidasi demokrasi yang cenderung mengarah pada penurunan biaya
integritas dan peningkatan biaya inti. Peningkatan hasil dari biaya inti dari tuntutan
peningkatan partisipasi dikembangkan melalui peningkatan pelaksanaan pemilu
yang dapat diakses, dan melalui penggunaan teknologi untuk mempercepat
pendaftaran pemilih, voting dan pengumuman hasil pemilu.

Proyek CORE yang dilakukan UNDP dan IFES lebih lanjut menunjukkan bahwa biaya
difusi cenderung lebih tinggi di negara-negara demokrasi yang stabil, terutama di
Eropa Barat, di mana proses pemilu lebih banyak dilaksanakan oleh lembaga
penyelenggara pemilu pemerintah di bawah Model Pemerintah atau Model
Campuran, dan di mana beberapa instansi pemerintah ikut serta dalam
mengimplementasikan pelayanan pemilu. Misalnya, Lembaga Pencatatan Sipil
Nasional bertanggung jawab untuk menyediakan data Pendaftaran Pemilu, seperti
di Hungaria dan Norwegia, yang menimbulkan biaya-biaya yang terkait dengan
kegiatan pemilu yang mungkin sulit dipisahkan dari biaya Pencatatan Sipil secara
keseluruhan. Bahkan, di mana pemerintah memiliki kebijakan cost recovery untuk
pelayanan pemilu lembaga pemerintah, biaya sebenarnya mungkin tidak akan
dikenakan.

Badan Penyelenggara Pemilu yang menggunakan Model Independen lebih mungkin


untuk memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan fungsi-fungsi pemilu sehingga
lebih tinggi dari biaya langsung dan lebih rendah dari biaya difusi dari lembaga
penyelenggara pemilu Model Pemerintah atau Model Campuran.

Biaya Inti Biaya Difusi Biaya Integritas


Atribut  Meliputi biaya Biaya pelayanan Biaya tambahan untuk
dasar tugas pendukung untuk menjamin integritas proses
pemilu. kegiatan pemilu yang pemilu kurang.
 Biasanya dialokasikan oleh • Biasanya dianggarkan oleh
teridentifikasi lembaga-lembaga Lembaga Penyelenggara
dalam anggaran lain. Pemilu atau otoritas lain yang
Lembaga • Sulit untuk bertanggung jawab dalam
Penyelenggara memisahkan dengan melaksanakan pemilu.
Pemilu atau biaya yang terkait • Mungkin sulit untuk

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 46


otoritas lainnya dengan pemilu. menghitung jika dialokasikan
 Mungkin sulit • Kemungkinan sulit pada beberapa instansi.
untuk mengukur untuk dihitung, • Biaya ini relevan dalam
dan karena sering terutama pada pasca-konflik
menggabungkan tersebar dalam atau demokrasi yang baru
jika dibagi antara anggaran di beberapa berkembang.
beberapa instansi lain.
instansi ..
Contoh Biaya untuk  Biaya pelayanan  Penggunaan tinta yang tidak
pendaftaran keamanan yang dapat terhapus dan
pemilih, Biaya disediakan oleh kontainer yang tidak dapat
untuk informasi kepolisian. diubah/diganggu, proses
bagi pemilih,  Biaya penyediaan eksternal pendaftaran
pencetakan surat data pemilih yang pemilu, dan kertas yang
suara, Biaya Voting, disediakan oleh aman dan khusus untuk
Biaya penghitungan lembaga pencetakan surat suara.
suara, dan pencatatan sipil.  Biaya misi perdamaian
pengumunan hasil  Dukungan logistik internasional terkait Pemilu
pemilu. oleh pemerintah,  Biaya politik yang wajar
seperti penyediaan seperti dana kampanye
transportasi atau partai, pemantauan oleh
tempat. media.
 Sistem layanan TI
statistik.
 Gaji guru yang
diperbantukan
sebagai polling dari
pejabat.

Sumber: The International IDEA, 2006:209

Aktivitas
Kegiatan perkuliahan ini dilakukan dengan tatap muka dosen dengan mahasiswa di
dalam kelas. Dosen pengampu mempresentasikan materi perkuliahan kemudian
diselingi dengan tanya jawab dan dilanjutkan dengan sesi diskusi kelompok. Media
ajar yang digunakan menggunakan tampilan power point, dan white board dengan
referensi buku, jurnal, dan regulasi terkait dengan perencanaan dan anggaran
pemilu.

Tes Formatif:
1. Jelaskanlah apa yang dimaksud dengan biaya kepemiluan?
2. Sebutkan negara-negara yang mengenal model biaya kepemiluan satu dan
lainnya?

Tindak Lanjut
1. Mampu mengindentifikasi model biaya kepemiluan yang diimplementasikan
di Indonesia.
2. Mampu memetakan model biaya kepemiluan beserta negara yang
menganut model biaya kepemiluan tersbeut.

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 47


BAB VII Teknik Penilaian Kewajaran Biaya Penyelenggaraan Pemilu
(Electoral Quality Spending)

Pendahuluan

Deskripsi Singkat

Kriteria belanja pemilu berkualitas wajib memenuhi prinsip efisien, ekonomis,


efektif, transparan, bertanggung jawab, keadilan, dan kepatutan.Belanja berkualitas
tentu akan menempatkan atribut prioritas untuk dilaksanakan dengan disiplin
tinggi. Kedisiplinan yang tinggi terhadap prioritas akan menentukan ketepatan
alokasi anggaran seperti yang ditunjukkan oleh indikator besaran alokasi belanja
modal dan alokasi belanja pegawai. Jadi ketepatan alokasi merupakan salah satu
atribut kualitas belanja

Manfaat

Pemberian subtopik teknik penilaian kewajaran biaya penyelenggaraan pemilu


(electoral quality spending) akan pentingnya memahami prinsip-prinsip
pembelanjaan dan alokasi pembelanjaan.

Relevansi

Pembahasan mengenai teknik penilaian kewajaran biaya penyelenggaraan pemilu


(electoral quality spending) memiliki relevansi studi kepemiluan untuk memastikan
pemilu yang berintegritas dan memenuhi prinsip dan etika kepemiluan.

Learning outcome

Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan dapat


memahami teknik penilaian kewajaran biaya penyelenggaraan
pemilu (electoral quality spending).

Penyajian
Pengertian Kualitas Belanja Pemilu
Kualitas sebagai kata benda diartikan sebagai an inherent or distinguish
characteristic, roperty, or attribute. Sebagai kata sifat, kualitas diartikan sebagai
having a high degree of excellence. Dengan demikian, kualitas belanja (atau belanja
yang berkualitas) berarti suatu “ukuran” atas belanja yang mempunyai karakteristik
dengan suatu derajat keutamaan yang tinggi. Atau dengan kata lain, belanja
berkualitas adalah belanja yang dialokasikan berdasarkan prioritas pembangunan
yang dilakukan secara efisien dan efektif, tepat waktu, transparan dan akuntabel.

Prinsip-prinsip Belanja Pemilu Berkualitas


Sesuai dengan prinsip dalam keuangan publik, semua yang berkaitan dengan
keuangan publik harus didasari peraturan perundang-undangan yang berlaku,
maka karakteristik yang melekat pada kualitas belanja pemilu seharusnya juga
Pengelolaan Keuangan Pemilu | 48
berbasis peraturan perudangan yang berlaku. Peraturan tentang pengelolaan
keuangan publik mengemukakan bahwa pengelolaan keuangan harus didasarkan
pada prinsip-prinsip: tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien,
ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas
keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat. Bagian penjelasan ayat
tersebut memberikan pengertian:
 Efisien merupakan pencapaian keluaran yang maksimum dengan masukan
tertentu atau penggunaan masukan terendah untuk mencapai keluaran
tertentu.
 Ekonomis merupakan perolehan masukan dengan kualitas dan kuantitas
tertentu pada tingkat harga yang terendah.
 Efektif merupakan pencapaian hasil program dengan target yang telah
ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan keluaran dengan hasil.
 Transparan merupakan prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat
untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang
keuangan daerah.
 Bertanggung jawab merupakan perujudan kewajiban seseorang atau satuan
kerja untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber
daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
 Keadilan adalah keseimbangan distribusi kewenangan dan pendanaannya.
 Kepatutan adalah tindakan atau suatu sikap yang dilakukan dengan wajar dan
proporsional.

Berdasarkan acuan normatif tersebut, kriteria belanja pemilu berkualitas wajib


memenuhi prinsip tersebut.

Armida Salsiah Alisjahbana (2007) mengaitkan belanja publik berkualitas dengan


dua hal: 1) fokus alokasi pada prioritas; 2) meningkatkan efisiensi belanja 1.
Berdasarkan pendapat di atas maka belanja pemilu berkualitas adalah belanja yang
fokus pada prioritas anggaran yang telah ditetapkan dalam renstra pemilu dan
efisien dalam melaksanakan anggaran tersebut. Meningkatkan kualitas belanja
pemilu merupakan salah satu cara mewujudkan pemilu yang berkualitas. Belanja
pemilu harus dapat diukur dari pencapaian indikator kinerja lembaga penyelenggara
pemilu. Belanja pemilu berkualitas dapat dicapai melalui linking performance
evaluation to electoral budgeting.

Azwar Abubakar (2012) juga berpendapat belanja berkualitas terkait dengan aspek
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan publik serta diperlihatkan dari
hasil pelaksanaan reformasi birokrasi, K/L/pemda seperti raihan opini WTP dari BPK,
instansi yang LAKIP-nya bagus, dan menurunnya Indeks Persepsi Korupsi (IPK).
Berdasarkan pendapat Azwar ini belanja pemilu dapat dikatakan berkualitas apabila
anggaran pemilu dikelola secara transparansi dan akuntabilitas yang diperlihatkan
dari hasil kinerja yang dicapai lembaga penyelenggara pemilu dan dilaporkan sesuai

1
Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2008: Meningkatkan Kualitas Belanja Kementerian/Lembaga.
Konferensi Pers pada kamis 16 Agustus 2007 di Departemen Keuangan.
Pengelolaan Keuangan Pemilu | 49
dengan standar laporan keuangan publik dan standar laporan kinerja dan bebas dari
tindak Korupsi.

Selain itu, terdapat dua belas indikator belanja berkualitas yang dapat
dikelompokkan ke dalam 5 atribut belanja berkualitas (Latent Variable), yaitu: 1)
Prioritas Belanja; 2) Ketepatan Alokasi Belanja; 3) Ketepatan Waktu; 4)
Akuntabilitas dan Transparansi, dan 5) Efektivitas dan efisiensi belanja (Cost
efficiency and effectiveness). Kelima latent variable tersebut secara kualitatif saling
terkait. Keterkaitannya dapat dijelaskan pada bahasan berikut. Sesuai dengan
“nature”-nya, anggaran merupakan sesuatu yang terbatas. Oleh karena itu, setiap
perencanaan dan penganggaran atas sebuah program dan kegiatan akan bermuara
pada keterbatasan anggaran. Keterbatasan anggaran tersebut memunculkan
“urutan pilihan” atau prioritas. Dalam bahasa manajemen keuangan, hal tersebut
dikenal sebagai “capital rationing”. Belanja berkualitas tentu akan menempatkan
atribut prioritas untuk dilaksanakan dengan disiplin tinggi. Kedisiplinan yang tinggi
terhadap prioritas akan menentukan ketepatan alokasi anggaran seperti yang
ditunjukkan oleh indikator besaran alokasi belanja modal dan alokasi belanja
pegawai. Jadi, ketepatan alokasi merupakan salah satu atribut kualitas belanja.
Selanjutnya, prioritas belanja yang telah ditentukan secara baik, dan kemudian
dianggarkan tidak akan berarti jika anggarannya tidak disusun tepat waktu, dan
demikian pula jika realisasi belanja maupun pendapatan tidak tepat waktu. Jadi,
atribut ketepatan waktu merupakan hal yang tidak kalah penting dalam belanja
yang berkualitas. Lebih jauh, belanja yang berkualitas dapat dipahami dengan jelas
bahwa belanja tersebut memenuhi konsep 3 E’s (Ekonomi, Efisien, dan Efektif).
Untuk itu, maka atribut tersebut haruslah sejalan atau didukung dengan atribut
ketepatan waktu dan ketepatan alokasi belanja. Selain itu, pastilah tuntutan atas
belanja pemerintah yang dikelola harus transparan dan akuntabel atas asas
ekonomis, efisiensi, dan efektivitas belanja yang dilakukan. Jadi atribut transparansi
dan akuntabilitas dapat dipahami sebagai salah satu atribut pada kualitas belanja.

Aktivitas
Kegiatan perkuliahan ini dilakukan dengan tatap muka dosen dengan mahasiswa di
dalam kelas dan kunjungan ke bagian anggaran KPU setempat. Dosen pengampu
mempresentasikan materi perkuliahan kemudian diselingi dengan tanya jawab dan
dilanjutkan dengan sesi diskusi kelompok. Mahasiswa juga diajak untuk berkunjung
ke bagian anggaran KPU sebagai proses belajar dari laboratorium langsung. Media
ajar yang digunakan menggunakan tampilan power point, dan white board dengan
referensi buku, jurnal, dan regulasi terkait dengan perencanaan dan anggaran
pemilu.

Tes Formatif:
1. Jelaskanlah apa saja prinsip-prinsip dalam teknik penilaian kewajaran biaya
penyelenggaraan pemilu (electoral quality spending)?
2. Jelaskan apakah belanja publik berkualitas tersebut?

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 50


Tindak Lanjut
Menggunakan konsep teknik penilaian kewajaran biaya penyelenggaraan pemilu
(electoral quality spending) untuk menganalisa belanja kepemiluan.

Daftar Bacaan
Kumorotomo, Wahyudi, dan Erwan Agus Purwanto. (2005). Anggaran berbasis
kinerja: konsep dan aplikasinya. Yogyakarta: Magister Administrasi Publik
Universitas Gadjah Mada, bekerja sama dengan Asosiasi DPRD Kota Seluruh
Indonesia.
Yuwono, Sony, Agus Indrajaya (Tengku), dan Hariyandi. (2005). Penganggaran
Sektor Publik. Jakarta: Bayumedia Publishing.

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 51


BAB VIII Pengadaan Pemilu yang Berintegritas

Pendahuluan

Deskripsi Singkat
Lembaga penyelenggara pemilu dapat membentuk panitia pengadaan internal
mereka sendiri untuk mengelola pengadaan secara mandiri. Hal ini akan
meningkatkan kontrol sebuah lembaga penyelenggara pemilu atas keputusan dan
waktu pengadaan, tetapi membuatnya harus bertanggung jawab untuk semua
pengadaan.

Manfaat
Pemberian subtopik pengadaan pemilu yang berintegritas akan memberikan
pemahaman tentang pentingnya mengetahui dan mengawasi pengadaan pemilu
demi terciptanya pemilu yang baik.

Relevansi
Pembahasan mengenai pengadaan pemilu yang berintegritas memiliki relevansi
studi kepemiluan untuk memastikan mekanisme demi menjalankan fungsi
pengawasan dan kontrol.

Learning outcome
Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami
pengadaan pemilu yang berintegritas.

Penyajian

Kebijakan dan Prosedur Pengadaan


Lembaga penyelenggara pemilu dengan Model Di Bawah Pemerintah dan Model
Campuran sering terikat oleh pedoman dan praktik pengadaan pemerintah.
Lembaga penyelenggara pemilu dengan Model Independen, dan Lembaga
penyelenggara pemilu independen di bawah Model Campuran dapat saja terikat
oleh persyaratan pengadaan pemerintah (seperti yang ditargetkan untuk
meningkatkan kejujuran dan efektivitas dalam pengadaan), atau mereka dapat
menentukan beberapa atau semua kebijakan dan prosedur pengadaan mereka.

Beberapa lembaga penyelenggara pemilu harus menggunakan pemerintahan umum


atau agensi pengadaan sektor publik untuk semua jenis pengadaan. Dalam
beberapa situasi, kompleksitas aturan pengadaan berarti bahwa sering lebih efektif
bagi lembaga penyelenggara pemilu untuk menggunakan agen pengadaan daripada
melakukan sendiri tugas tersebut secara internal. Lembaga penyelenggara pemilu
Pengelolaan Keuangan Pemilu | 52
harus menggunakan agensi pengadaan pemerintah secara luas, mungkin mendapat
persetujuan biaya pasca pengadaan atau melakukan beberapa pengadaan melalui
penunjukan langsung yang dibebaskan dari aturan pengadaan. Namun, praktik ini
umumnya dianggap sebagai tidak sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola yang baik
dan efisiensi.

Menggunakan lembaga pengadaan pemerintah secara luas tidak akan menghasilkan


pengadaan lembaga penyelenggara pemilu yang efektif, karena banyak birokrasi
pemerintah tidak dapat bekerja dengan jadwal yang sangat pendek dan ketat yang
umumnya dihadapi oleh lembaga penyelenggara pemilu dalam pengadaan barang
dan jasa pemilu. Lembaga penyelenggara pemilu dapat membentuk panitia
pengadaan internal mereka sendiri untuk mengelola pengadaan secara mandiri. Hal
ini akan meningkatkan kontrol sebuah lembaga penyelenggara pemilu atas
keputusan dan waktu pengadaan, tetapi membuatnya harus bertanggung jawab
untuk semua pengadaan.

Beberapa kritik masyarakat atau pemerintah terhadap kejujuran atau kepantasan


keputusan pengadaan lembaga penyelenggara pemilu dapat dengan cepat
merefleksikan kredibilitas keseluruhan lembaga penyelenggara pemilu. Lembaga
penyelenggara pemilu harus memastikan bahwa proses pengadaan yang mereka
lakukan sepenuhnya transparan, memenuhi standar kejujuran tertinggi, tidak
diskriminatif, termasuk proses tender yang benar-benar kompetitif, menentukan
pemenang tender dengan alasan obyektif yang dapat dibuktikan dan bebas dari
segala noda korupsi. Sebelum menyerahkan kewenangan untuk mengontrol
pengadaan kepada lembaga penyelenggara pemilu, ia harus memiliki kecukupan
sumber daya, keterampilan dan sistem kontrol, termasuk kode etik yang ditegakkan
dan menghindari konflik kepentingan.

Pemeriksaan dan review prosedur yang sungguh-sungguh amat diperlukan untuk


keputusan pengadaan utama, sebagai tindakan kontrol yang cukup teliti untuk
menahan tekanan dari setiap pengadaan yang cepat diperlukan karena
terlambatnya keputusan operasional atau tertundanya pencairan dana. Prosedur
pengadaan sebuah lembaga penyelenggara pemilu mungkin perlu disederhanakan
tanpa mengurangi integritas. Pemasok mesti memenuhi kualifikasi dan mengikuti
prosedur tender yang ketat. Prosedur prakualifikasi harus dilakukan secara
transparan. Ini adalah praktik yang baik untuk meminta peserta tender untuk
menerima kode etik lembaga penyelenggara pemilu.

(Catatan: Subtopik pengadaan pemilu ini sangat terkait dengan modul logistik dan
pengadaan barang)

Aktivitas
Kegiatan perkuliahan ini dilakukan dengan tatap muka dosen dengan mahasiswa di
dalam kelas. Dosen pengampu mempresentasikan materi perkuliahan kemudian
diselingi dengan tanya jawab dan dilanjutkan dengan sesi diskusi kelompok. Media
ajar yang digunakan menggunakan tampilan power point, dan white board dengan
referensi buku, jurnal, dan regulasi terkait.

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 53


Tugas
Tugas yang diberikan berupa review buku mengenai pengadaan pemilu yang
berintegritas.

Latihan
Latihan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan kunci yang menjadi bahan diskusi di
kelas:
1. Bagaimanakah pengadaan pemilu di Indonesia?
2. Berikan contoh pengadaan pemilu di negara lain!

Rangkuman
Lembaga penyelenggara pemilu harus memastikan bahwa proses pengadaan yang
mereka lakukan sepenuhnya transparan, memenuhi standar kejujuran tertinggi,
tidak diskriminatif, termasuk proses tender yang benar-benar kompetitif,
menentukan pemenang tender dengan alasan obyektif yang dapat dibuktikan dan
bebas dari segala noda korupsi.

Prosedur pengadaan sebuah lembaga penyelenggara pemilu mungkin perlu


disederhanakan tanpa mengurangi integritas. Pemasok mesti memenuhi kualifikasi
dan mengikuti prosedur tender yang ketat.

Penutup

Tes formatif
Tes Formatif
1. Jelaskanlah apa yang dimaksud proses pengadaan pemilu?
2. Apa kebutuhan dan kepentingan dari proses pengadaan pemilu?

Tindak Lanjut
Elaborasi konsep proses pengadaan pemilu di Indonesia dan negara-negara lain.

Daftar Bacaan
Suherman, Ade Maman. (2010). Pengadaan Barang dan Jasa (government
procurement): perspektif kompetisi, kebijakan ekonomi, dan hukum
perdagangan internasional. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Suswinarno. (2012). Aman dari Risiko dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Jakarta: Visi Media.

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 54


BAB IX Pelaksanaan Anggaran dan Perubahan Anggaran Pemilu:
Mengatasi Perubahan yang Tak Terduga dalam Asumsi Perencanaan

Pendahuluan

Deskripsi Singkat
Ketersediaan dana sangat penting sehingga panitia ad hoc dapat dibayar dan logistik
tidak terhambat. Keterlambatan dalam proses pencairan dana penyelenggaraan
pemilu dapat menimbulkan masalah yang besar dalam administrasi pemilu. Hal ini
dapat menunda keputusan atau keterlambatan waktu untuk melakukan proses
lelang dengan integritas yang tinggi atau mendapatkan pasokan barang yang
berkualitas. Keterlambatan pembayaran kepada pemasok dapat menyebabkan
gangguan pasokan peralatan pemilu dalam waktu yang kritis.

Memberikan lembaga penyelenggara pemilu kewenangan untuk melakukan kontrol


terhadap prosedur dan sistem pembayaran mereka sendiri akan meningkatkan
kredibilitas mereka sebagai lembaga independen dari pemerintah, dan dapat
menyebabkan proses pembayaran lebih cepat.

Manfaat
Pemberian subtopik pelaksanaan anggaran dan perubahan anggaran pemilu:
mengatasi perubahan yang tak terduga dengan asumsi perencanaan akan
memberikan pemahaman akan kebutuhan-kebutuhan kepemiluan yang bersifat
tidak rutin. Pemahaman ini akan berfungsi menjadi mekanisme mitigasi
perencanaan.

Relevansi
Pembahasan mengenai pelaksanaan anggaran dan perubahan anggaran pemilu:
mengatasi perubahan yang tak terduga dengan asumsi perencanaan terkait tahapan
perencanaan dan pengangaran sebagai bagian dari persiapan pemilu.

Learning outcome
Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami
pelaksanaan anggaran dan perubahan anggaran pemilu: mengatasi perubahan yang
tidak terduga dalam dalam asumsi perencanaan.

Penyajian
Ketersediaan Dana Anggaran
Di banyak negara, Perbendaharaan Negara memberikan dana kepada lembaga
penyelenggara pemilu dalam bentuk lump sum setelah mendapat persetujuan
legislatif, atau pada awal setiap tahun anggaran, seperti di Senegal. Hal ini berlaku
di mana lembaga penyelenggara pemilu memiliki otonomi atas keuangannya, dan
memiliki rekening bank sendiri, seperti di Gambia. Dalam beberapa kasus, dana
lembaga penyelenggara pemilu disimpan dan dikelola oleh Departemen Keuangan,
dan lembaga penyelenggara pemilu membuat permintaan resmi untuk kreditur dan
staf, terutama dengan cek. Anggaran lembaga penyelenggara pemilu dibebankan

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 55


pada Dana Konsolidasi di beberapa negara, misalnya Bhutan, Ghana, Sierra Leone,
Kepulauan Solomon, Tanzania, Uganda dan Zambia, tapi mungkin ada kendala
hukum dan administratif yang signifikan untuk diatasi sebelum menerapkan
pendekatan ini untuk dapat diterapkan di negara lain. Untuk lembaga
penyelenggara pemilu dengan Model di bawah Pemerintah atau Model Campuran,
dana untuk proses pemilihan dapat alokasikan kepada kementerian induk dan
disalurkan melalui kementerian itu, atau langsung melalui rekening bank bendahara
tersebut.

Selama pemilu, ketersediaan dana sangat penting sehingga panitia ad hoc dapat
dibayar dan logistik tidak terhambat. Adalah tidak pantas untuk menunda hari
pelaksanaan pemilu karena uang untuk membayar panitia lokal belum ditransfer ke
rekening Divisi. Sementara itu, adalah hal biasa untuk menunda pembayaran uang
selama beberapa bulan dalam menyelesaikan tagihan karena banyaknya biaya
pemilu yang perlu ditutupi sebelum hari pemilihan. Oleh karena itu, jumlah dana
yang tersedia perlu dipastikan pada waktu yang sangat penting ini sebagai bagian
dari perencanaan logistik untuk pemilu. Negara yang demokrasinya sedang tumbuh
sering gagal untuk mendanai proses pemilihan umum secara memadai dan tepat
waktu. Proses pengeluaran lembaga penyelenggara pemilu dan arus kas
dikendalikan oleh kementerian pemerintah dan tunduk pada peraturan dan
prosedur pemerintah sehingga mungkin ada keterlambatan dalam menyalurkan
dana yang kritis.

Keterlambatan dalam proses pencairan dana penyelenggaraan pemilu dapat


menimbulkan masalah besar dalam administrasi pemilu. Hal ini dapat menunda
keputusan atau keterlambatan waktu untuk melakukan proses lelang dengan
integritas yang tinggi atau mendapatkan pasokan barang berkualitas.
Keterlambatan pembayaran kepada pemasok dapat menyebabkan gangguan
pasokan peralatan pemilu dalam waktu yang kritis. Keterlambatan pembayaran
kepada gaji staf, seperti yang terjadi di Papua New Guinea, juga dapat mengancam
proses penyelenggaraan pemilu. Hal ini penting diperhatikan oleh baik lembaga
penyelenggara pemilu maupun pemerintah dalam menyepakati nota kesepahaman
mengenai pengaturan pencairan dana pemilu.

Jika kementerian mengontrol pencairan dana untuk lembaga penyelenggara pemilu,


maka lembaga penyelenggara pemilu dapat dianggap sebagai lembaga yang
dikendalikan oleh pemerintah. Hal ini dapat mengancam kredibilitas lembaga
penyelenggara pemilu. Bahkan, di mana lembaga penyelenggara pemilu secara
konstitusional independen terhadap pemerintah, menghubungkan antara
pemerintah dengan sistem pembayaran keuangan lembaga penyelenggara pemilu
untuk dapat membatasi otonominya.

Memberikan lembaga penyelenggara pemilu kewenangan untuk melakukan kontrol


terhadap prosedur dan sistem pembayaran mereka sendiri akan meningkatkan
kredibilitas mereka sebagai lembaga independen dari pemerintah, dan dapat
menyebabkan proses pembayaran lebih cepat. Namun, hal itu juga memberikan
beban kerja tambahan dan beban kontrol yang lebih besar kepada lembaga

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 56


penyelenggara pemilu untuk memastikan bahwa semua pembayaran dilakukan
dengan benar, tepat waktu dan dengan standar kejujuran yang tinggi. Sebelum
menyerahkan kewenangan kontrol pembayaran kepada lembaga penyelenggara
pemilu, ia harus memiliki sumber daya yang cukup, keterampilan dan sistem kontrol
untuk mengelola pembayaran sendiri. Sistem akuntabilitas yang kuat termasuk
audit internal dan eksternal serta pelaporan kepada para pemangku kepentingan,
seperti Komisi Legislatif sangat penting.

Aktivitas
Kegiatan perkuliahan ini dilakukan dengan tatap muka dosen dengan mahasiswa di
dalam kelas. Dosen pengampu mempresentasikan materi perkuliahan kemudian
diselingi dengan tanya jawab dan dilanjutkan dengan sesi diskusi kelompok. Media
ajar yang digunakan menggunakan tampilan power point, dan white board dengan
referensi buku, jurnal, dan regulasi terkait.

Tugas
Tugas yang diberikan berupa review anggaran mengenai studi pelaksanaan
anggaran dan perubahan anggaran pemilu: mengatasi perubahan yang tak terduga
dalam asumsi perencanaan.

Latihan
Latihan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan kunci yang menjadi bahan diskusi di
kelas:
1. Bagaimanakah pelaksanaan anggaran dan perubahan anggaran pemilu:
mengatasi perubahan yang tak terduga dalam asumsi perencanaan?
2. Berikan contoh pelaksanaan anggaran dan perubahan anggaran pemilu:
mengatasi perubahan yang tak terduga dalam asumsi perencanaan!

Rangkuman
Memberikan lembaga penyelenggara pemilu kewenangan untuk melakukan kontrol
terhadap prosedur dan sistem pembayaran mereka sendiri akan meningkatkan
kredibilitas mereka sebagai lembaga independen dari pemerintah, dan dapat
menyebabkan proses pembayaran lebih cepat. Namun, hal itu juga memberikan
beban kerja tambahan dan beban kontrol yang lebih besar kepada lembaga
penyelenggara pemilu untuk memastikan bahwa semua pembayaran dilakukan
dengan benar, tepat waktu, dan dengan standar kejujuran yang tinggi.

Penutup
Tes formatif
Tes Formatif:
1. Jelaskanlah apa yang dimaksud dengan pelaksanaan anggaran dan
perubahan anggaran pemilu: mengatasi perubahan yang tak terduga dalam asumsi
perencanaan!
2. Apakah fungsi dari pelaksanaan anggaran dan perubahan anggaran pemilu:
mengatasi perubahan yang tak terduga dalam asumsi perencanaan?

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 57


Tindak Lanjut
Elaborasi konsep pelaksanaan anggaran dan perubahan anggaran pemilu:
mengatasi perubahan yang tak terduga dalam asumsi perencanaan melalui studi
kasus.

Daftar Bacaan

Bastian, Indra. (2006). Akuntasi Sektor Publik. Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.
Kumorotomo, Wahyudi, Erwan Agus Purwanto. (2005). Anggaran berbasis kinerja:
konsep dan aplikasinya. Yogyakarta: Magister Administrasi Publik Universitas
Gadjah Mada, bekerja sama dengan Asosiasi DPRD Kota Seluruh Indonesia.
Yuwono, Sony, Agus Indrajaya (Tengku), dan Hariyandi. (2005). Penganggaran
Sektor Publik. Jakarta: Bayumedia Pub.

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 58


BAB X Pengawasan Keuangan Pemilu

Pendahuluan

Deskripsi Singkat
Terdapat empat standar level pengawasan dalam pengelolaan keuangan lembaga
penyelenggara pemilu, yaitu: Proses persetujuan pengadaan dan penganggaran,
pengawasan internal, monitoring internal, review internal dan evaluasi atau review
eksternal. Pengawasan internal dilakukan oleh staf lembaga penyelenggaraan
pemilu yang bertanggung jawab untuk mengelola sumber daya keuangan di semua
tingkatan. Termasuk kepala divisi, yang bertanggung jawab untuk memantau dan
menilai kinerja staf dan mengelola anggaran divisi mereka. Proses pengawasan
keuangan juga mencakup audit eksternal, yang biasanya diperlukan setidaknya
setiap tahun, dan sering setelah kegiatan pemilu dilaksanakan.

Manfaat
Pemberian subtopik pengawasan keuangan pemilu akan memberikan pemahaman
mengenai fungsi kontrol dalam keuangan berdasarkan prinsip transparansi dan
akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemilu yang baik.

Relevansi
Pembahasan mengenai pengawasan keuangan pemilu memiliki relevansi studi
kepemiluan untuk berjalannya fungsi kontrol menuju pemilu yang berintegritas.

Learning outcome
Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami
pengawasan keuangan pemilu secara baik.

Penyajian
Terdapat empat standar level pengawasan dalam pengelolaan keuangan lembaga
penyelenggara pemilu, yaitu: Proses persetujuan pengadaan dan penganggaran,
pengawasan internal, monitoring internal, review internal dan evaluasi atau review
eksternal. Pengawasan ini diperlukan untuk memastikan bahwa kesalahan dapat
diperbaiki, dan korupsi atau pelanggaran dapat dicegah. Tingkat yang paling dasar
dari prosedur pengawasan lembaga penyelenggara pemilu adalah prosedur
lembaga penyelenggara pemilu untuk menyetujui pengadaan dan otorisasi
penganggaran. Persetujuan anggaran di atas plafon anggaran yang ditetapkan lebih
efektif didelegasikan kepada staf sekretariat dengan senioritas yang tepat. Faktor
yang penting adalah difusi kontrol, misalnya dengan mewajibkan persetujuan
transaksi dari:
1. Area operasional yang menuntut komitmen keuangan;
2. Area kontrol keuangan yang memeriksa bahwa komitmen sejalan dengan
arah strategis lembaga pemyelenggara pemilu dan kebijakan keuangan;
dan
3. Area pencairan keuangan yang mengotorisasi pembayaran untuk
transaksi.

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 59


Pengawasan internal dilakukan oleh staf lembaga penyelenggaraan pemilu yang
bertanggung jawab untuk mengelola sumber daya keuangan di semua tingkatan.
Termasuk kepala divisi, yang bertanggung jawab untuk memantau dan menilai
kinerja staf dan mengelola anggaran divisi mereka. Secara keseluruhan, monitoring
keuangan adalah tanggung jawab divisi, biasanya divisi keuangan, yang bertanggung
jawab untuk mengelola biaya lembaga penyelenggara pemilu dan transaksi
keuangan melalui catatan akuntansi seperti buku besar, jurnal, dan suspense
account. Divisi ini juga biasanya mengendalikan seluruh anggaran dan menghasilkan
laporan keuangan berkala, termasuk proyeksi kas.

Beberapa lembaga penyelenggaraan pemilu memiliki anggota khusus subkomisi


bidang keuangan, yang memberi saran kepada sekretariat tentang masalah
keuangan dan juga mungkin memiliki mandat untuk menyetujui anggaran yang
diusulkan lembaga penyelenggara pemilu dan menunjuk auditor eksternal. Ini bisa
menjadi metode yang bijaksana untuk mengendalikan pengeluaran, meskipun
pekerjaan lembaga penyelenggara pemilu akan terkendala jika batas ditetapkan
terlalu rendah.

Lembaga penyelenggara pemilu juga dimungkinkan memiliki auditor internal,


anggota sekretariat yang bertujuan untuk memastikan keteraturan keuangan dan
keselarasan anggaran dan kinerja staf lembaga penyelenggara pemilu dengan arah
strategis. Untuk menjaga independensi, prosedurnya, audit internal biasanya
melapor langsung kepada seorang anggota Komisioner lembaga penyelenggara
pemilu atau kepala sekretariat, bukan melalui sebuah divisi dari sekretariat.
Sementara fungsi utama dari audit internal adalah untuk menjamin lembaga
penyelenggara pemilu dari akurasi dan integritas pengelolaan keuangan, ia juga bisa
memainkan pengembangan internal dan peran evaluasi dalam lembaga
penyelenggara pemilu. Hal ini dapat memberikan nasihat tentang persyaratan audit
berbagai sistem, terutama yang berbasis pada teknologi baru, dan memberikan
dorongan untuk perubahan melalui laporan evaluasi internal terhadap proses
operasional Lembaga penyelenggara pemilu.

Proses pengawasan keuangan juga mencakup audit eksternal, yang biasanya


diperlukan setidaknya setiap tahun, dan sering setelah kegiatan pemilu
dilaksanakan. Audit proses pemilu pada badan pelaksana pemilu pemerintah di
bawah lembaga penyelenggara pemilu Model di bawah Pemerintah dan Model
Campuran dapat menjadi bagian dari audit eksternal departemen induk. Audit
eksternal dapat dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan Pemerintah atau oleh
kontraktor swasta, yang meneliti transaksi keuangan lembaga penyelenggara
pemilu untuk periode berkenaan dan meneliti laporan apakah bebas dari
penyimpangan, dan juga mengidentifikasi bidang pengelolaan keuangan yang
memerlukan perbaikan.

Tahap akhir pengawasan keuangan meliputi penyampaian kepada publik, sering


melalui lembaga legislatif, seperti di Guyana dan Nigeria, tentang lembaga
penyelenggara pemilu atau laporan tahunan dan laporan keuangan yang diaudit.

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 60


Aktivitas
Kegiatan perkuliahan ini dilakukan dengan tatap muka dosen dengan mahasiswa di
dalam kelas. Dosen pengampu mempresentasikan materi perkuliahan kemudian
diselingi dengan tanya jawab dan dilanjutkan dengan sesi diskusi kelompok. Media
ajar yang digunakan menggunakan tampilan power point, dan white board dengan
referensi buku, jurnal, dan regulasi terkait.

Tugas
Tugas yang diberikan berupa review buku atau jurnal mengenai pengawasan
keuangan pemilu.

Latihan
Latihan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan kunci yang menjadi bahan diskusi di
kelas:

1. Bagaimanakah pengawasan pemilu di Indonesia?


2. Berikan alasn mengapa fungsi pengawasan memgang peranan penting!

Rangkuman
Terdapat dua macam pengawasan keuangan pemilu yaitu intenal dan eksternal.
Pengawasan internal dilakukan oleh staf lembaga penyelenggaraan pemilu
sementara audit eksternal dapat dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan
Pemerintah atau oleh kontraktor swasta, yang meneliti transaksi keuangan lembaga
penyelenggara pemilu untuk periode berkenaan dan meneliti laporan apakah bebas
dari penyimpangan, dan juga mengidentifikasi bidang pengelolaan keuangan yang
memerlukan perbaikan.

Penutup

Tes formatif
Tes Formatif:
1. Jelaskanlah apa yang dimaksud dengan pengawasan keuangan pemilu!
2. Apa kebutuhan dan kepentingan pengawasan keuangan pemilu!

Tindak Lanjut
Elaborasi konsep pengawasan keuangan pemilu di negara-negara lain melalui studi
kasus.

Daftar Bacaan
Bohari. (1992). Pengawasan keuangan negara. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Tjitrosidojo, Soemardjo. (1981). Beberapa aspek mengenai sistem pengawasan
keuangan negara dalam rangka pelaksanaan pembangunan yang efisien.
Jakarta: Balai Pembinaan Administrasi, Akademi Administrasi Negara.
Widayadi, Didi. (2009). Pengawasan akuntabilitas keuangan negara. Jakarta: Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 61


BAB XI Manajemen Aset Lembaga Penyelenggara Pemilu

Pendahuluan

Deskripsi Singkat
Aset lembaga penyelenggara pemilu adalah milik publik sehingga lembaga
penyelenggara pemilu memiliki tanggung jawab untuk melindungi nilai mereka
dengan mengendalikan semua aset, peralatan, bahan dan aset lain seperti
pembelian software. Tanggung jawab untuk manajemen aset harus jelas
diidentifikasi dalam struktur dan deskripsi pekerjaan staf badan pelaksana pemilu
itu. Waktu pembelian aset sangat penting untuk memastikan baik penggunaan dana
yang efisien maupun ketersediaan aset untuk kegiatan pemilu, dan kebutuhan
untuk mempertimbangkan isu-isu seperti produksi, lead time, biaya penyimpanan
dan fasilitas distribusi.

Manfaat
Pemberian subtopik manajemen aset lembaga penyelenggara pemilu akan
memberikan pemahaman tentang pentingnya pengelolaan asset dengan komitmen
dan tanggung jawab.

Relevansi
Pembahasan mengenai manajemen aset lembaga penyelenggara pemilu memiliki
relevansi studi kepemiluan untuk memastikan berfungsinya mekanisme control dan
sustainabilitas asset lembaga kepemiluan.

Learning outcome
Setelah mengikuti mata kuliah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami
manajemen aset lembaga penyelenggara pemilu dan pentingnya pengelolaan
manajemen asset tserbut.

Penyajian
Manajemen Aset
Aset lembaga penyelenggara pemilu adalah milik publik, sehingga lembaga
penyelenggara pemilu memiliki tanggung jawab untuk melindungi nilai mereka
dengan mengendalikan semua aset, peralatan, bahan dan aset lain seperti
pembelian software. Tanggung jawab untuk manajemen aset harus jelas
diidentifikasi dalam struktur dan deskripsi pekerjaan staf badan pelaksana pemilu
itu. Donor juga mungkin ingin memastikan bahwa lembaga penyelenggara pemilu
memiliki kapasitas untuk mengelola semua aset yang mereka berikan.

Pengawasan dasar terhadap aset lembaga penyelenggara pemilu ini termasuk


membuat nomor identifikasi untuk setiap aset lembaga penyelenggara pemilu pada
setiap item, memelihara keseluruhan dan meng- up-to-date daftarregistrasi aset,
memastikan bahwa terdapat bukti audit untuk transfer aset, melaksanakan
inventarisasi aset reguler, dan melakukan investigasi dan menegakkan sanksi yang

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 62


sesuai jika ada perbedaan yang ditemukan. Inventori aset perlu dilakukan
setidaknya setiap tahun. Daftar aset perlu untuk merekam semua data yang
relevan, termasuk nama aset, serial dan nomor ID, tanggal pembelian dan biaya,
lokasi saat ini dan riwayat lokasi, data penyusutan, nilai saat ini, kondisi saat ini,
tanggal inventori terakhir dan pembuangan.

Ketika membeli aset, lembaga penyelenggara pemilu perlu memahami siklus


penggunaan aset. Waktu pembelian aset sangat penting untuk memastikan baik
penggunaan dana yang efisien maupun ketersediaan aset untuk kegiatan pemilu,
dan kebutuhan untuk mempertimbangkan isu-isu seperti produksi lead time, biaya
penyimpanan dan fasilitas distribusi.

Manajemen Pengarsipan Aset


Pengarsipan bahan lembaga penyelenggara pemilu penting untuk melindungi
sejarah institusional dan memori dari lembaga penyelenggara pemilu, dan untuk
memastikan bahwa bahan referensi tersedia pada saat diperlukan. Kebijakan
pengarsipan harus menyertakan persyaratan untuk keamanan dokumen, struktur
dan lokasi hard-copy saat ini dan catatan elektronik (termasuk kebijakan back up
dokumen secara elektronik), untuk pengawetan

Aktivitas
Kegiatan perkuliahan ini dilakukan dengan tatap muka dosen dengan mahasiswa di
dalam kelas. Dosen pengampu mempresentasikan materi perkuliahan kemudian
diselingi dengan tanya jawab dan dilanjutkan dengan sesi diskusi kelompok. Media
ajar yang digunakan menggunakan power point, dan white board dengan referensi
buku, jurnal, dan regulasi terkait dengan

Tugas
Tugas yang diberikan berupa review buku mengenai studi perencanaan dan
penganggaran pemilu yang responsif gender.

Latihan
Latihan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan kunci yang menjadi bahan diskusi di
kelas:
1. Bagaimanakah perencanaan dan penganggaran pemilu yang responsif
gender di Indonesia?
2. Berikan contoh perencanaan dan penganggaran pemilu yang responsif
gender di negara lain.

Rangkuman
Lembaga penyelenggara pemilu perlu memahami siklus penggunaan aset. Waktu
pembelian aset sangat penting untuk memastikan baik penggunaan dana yang
efisien maupun ketersediaan aset untuk kegiatan pemilu, dan kebutuhan untuk
mempertimbangkan isu-isu seperti produksi lead time, biaya penyimpanan dan
fasilitas distribusi.

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 63


Penutup
Tes formatif
Tes Formatif:
1. Jelaskanlah apa yang dimaksud dengan manajemen aset lembaga
penyelenggara pemilu!
2. Apa fungsi dari manajemen aset lembaga penyelenggara pemilu?

Tindak Lanjut
Elaborasi konsep manajemen aset lembaga penyelenggara pemilu yang responsif
gender di negara-negara lain melalui studi kasus

Daftar Bacaan
D. Siregar, Doli. (2004). Manajemen aset: strategi penataan konsep pembangunan
berkelanjutan secara nasional dalam konteks kepala daerah sebagai CEO's
pada era globalisasi & otonomi daerah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sekretariat Nasional Forum Untuk Transparansi Anggaran. (2009). Verifikasi
Manajemen Aset Logistik KPUD. Jakarta: Sekretariat Nasional Forum untuk
Transparansi Anggaran.

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 64


BAB XII Penganggaran Pemilu di Indonesia

Pendahuluan

Deskripsi Singkat
Kebijakan Umum Pengelolaan Anggaran Pemilu
 Sistem Perencanaan dan Penganggaran Keuangan Pemilu
 Pengelolaan Keuangan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
 Pengelolaan Keuangan Pemilu Legislatif dan Presiden

Manfaat
Untuk mempertajam pemahaman mahasiswa tentang aturan, praktek dan
permasalahan dalam penganggaran pemilu di Indonesia

Relevansi
Pembahasan mengenai penganggaran pemilu penting untuk memahami tahapan
pertama, perencanaan dan penganggaran pemilu, dalam persiapan
penyelenggaraan pemilu.

Learning outcome
Setelah mengikuti mata kuliah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami
penganggaran pemilu di Indonesia

Penyajian
Tujuan Sesi Perkuliahan : Untuk mempertajam pemahaman mahasiswa
tentang aturan, praktik dan permasalahan dalam
penganggaran pemilu di Indonesia
Substansi Sesi Perkuliahan :  Kebijakan Umum Pengelolaan Anggaran Pemilu
 Sistem Perencanaan dan Penganggaran
Keuangan Pemilu
 Pengelolaan Keuangan Pemilu Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah
 Pengelolaan Keuangan Pemilu Legislatif dan
Presiden
Metode Perkuliahan :  Orientasi
 Pembentukan Kelompok
 Penugasan
 Eksplorasi
 Pengecekan Pemahaman dan Pendalaman
Materi
 Refleksi dan Umpan Balik

Kebijakan Umum Pengelolaan Anggaran Pemilu


Pengganggaran pemilu berasal dari alokasi APBN di bawah koordinasi Sekretariat
Komisi Pemilihan Umum. Pengalokasian anggaran tersebut sesuai dengan
Pengelolaan Keuangan Pemilu | 65
persetujuan dan pengawasan dari DPR. Tahapan perencanaan dan anggaran
merupakan tahapan pertama dari sebelas tahapan persiapan penyelenggaraan
pemilu. Secara umum, tahapan perencanaan dan anggaran tersebut mengacu
perundangan sebagai acuan utama, yaitu:
1. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara;
2. UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara;
3. Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana
Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga;
4. Peraturan Pemerintah No.8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan
Kinerja Instansi Pemerintah;
5. Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang
Negara/Daerah;
6. Peraturan Pemerintah No.71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintah;
7. Keputusan Presiden RI No. 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
8. Peraturan Meneteri Keuangan RI No. 113/PMK.05/2012 tentang Perjalanan
Dinas Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri, dan Pegawai Tidak
Tetap;
9. Peraturan Menteri Keuangan RI No. 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara
Pembayaran dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara

Biaya penyelenggara pemilu dialokasikan dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran


(DIPA) Komisi Pemilihan Umum baik untuk anggaran rutin maupun anggaran
kegiatan tahapan pemilu untuk keperluan kegiatan yang dilaksanakan oleh
penyelenggara pemilu yang terdiri dari KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupateri/Kota,
PPK, PPS, KPPS, Pantarlih, PPLN, KPPSLN, dan Pantarlih LN. Pada prinsipnya, pola
pencairan dan pertanggungjawabannya berpedoman pada Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 190/PMK.OS/2012 tentang Tata Cara Pembayaran dalam Rangka
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Namun demikian,
mengingat kegiatan Tahapan Pemilu memiliki karakteristik dan kekhasan tertentu,
agar pelaksanaan pemilu dapat berjalan lancar sesuai dengan peraturan perundang-
undangan, maka pelaksanaan kegiatan anggaran Tahapan Pemilu, perlu
pertimbangan karakteristik dan kekhasan kegiatan Tahapan Pemilu, yaitu:

1. Letak geografis PPK, PPS, KPPS, Pantarlih, PPLN,KPPSLN dan Pantarlih LN


berada jauh dengan Kuasa Pengguna Anggaran (Satker KPU dan
KPUKabupaten/Kota).
2. Masa bakti Badan Penyelenggara Pemilu Ad Hoc (PPK, PPS, KPPS, Pantarlih,
PPLN, KPPSLN dan Pantarlih LN) bersifat sementara dan jangka waktunya
sangat terbatas.
3. Sebagian besar personil pada Badan Penyelenggara Pemilu Ad Hoc adalah
masyarakat sekitar wilayah penyelenggaraan yang rata-rata belum
menguasai tata kelola keuangan negara secara memadai.

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 66


4. Pertanggungjawaban keuangan Badan Penyelenggara Pemilu Ad Hoc
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari
pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran pada satuan kerja induknya.

Sistem Perencanaan dan Penganggaran Keuangan Pemilu


Mekanisme yang sama berlaku juga dalam sistem perencanaan, penganggaran,
pengelolaan, dan pertanggungjawaban keuangan pemilu mengacu pada
perundangan dan regulasi di bawah ini:
1. UU No. 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum;
2. Peraturan KPU No. 5 Tahun 2008 tentang Tata Kerja KPU, KPU Provinsi, dan
KPU Kota/Kabupaten;
3. Peraturan KPU No. 6 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Sekretariat Jenderal KPU, Sekretariat KPU Provinsi, dan Sekretariat
Kabupaten/Kota;
4. Keputusan Komisi Pemilihan Umum No. 529/Kpts/KPU/2014 tentang
Pedoman Teknis Pembentukan dan Pertanggungjawaban Tim Pelaksana
Kegiatan di Lingkungan KPU, KPU/KIP Provinsi, dan KPU/KIP Kabupaten/Kota
Tahapan penganggaran mengenal lima subtahapan dari perencanaan hingga
tahapan pelaporan.

Subtahapan pertama, perencanaan dan penganggaran menjadi kunci utama yang


mempengaruhi kinerja lembaga negara. Kedua tahapan ini membutuhkan analisis
perencanaan, evaluasi realisasi dari tahun sebelumnya, analisis perkembangan
anggaran atas dasar hasil output dan outcome berdasarkan tujuan dari lembaga
pemerintah. Perencanaan dan penganggaran ini tertuang dalam dokumen Rencana
Anggaran Biaya (RAB), Term of Reference (ToR), dan Rencana Kerja Anggaran
Kementerian/Lembaga (RKA-KL).

Kewenangan untuk merencanakan, menyusun perencanaan, dan penganggaran


tidak berjalan secara mandiri oleh lembaga negara, namun DPR turut serta
mengontrol proses tersebut melalui mekanisme review dan pengesahan anggaran.

Subtahapan kedua, ratifikasi anggaran ini adalah tahapan yang membutuhkan


kemampuan komunikasi politik di antara dua lembaga negara yaitu lembaga
eksekutif dan lembaga legislatif. Dalam tahapan ini, lembaga eksekutif menjalankan
fungsi sebagai pihak yang mengajukan anggaran yang dibagi dalam satuan kerja
(satker) sementara lembaga legislatif menjalankan fungsi kontrol untuk menerima
atau menolak anggaran yang diajukan. Fungsi kontrol tersebut seringkali
berdasarkan kepentingan politik tertentu yang berimplikasi terhadap perubahan
anggaran dan perencanaan.

Subtahapan ketiga, implementasi anggaran. Sistem dan prosedur yang memadai


sangat mempengaruhi implementasi anggaran. Bagian keuangan menjadi satuan
kerja terpenting yang menjalankan kewenangan mengelola masuk dan keluarnya
dana.

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 67


Subtahapan keempat, pelaporan dan evaluasi terkait dengan prinsip akuntabilitas
dan transparansi yang membutuhkan sistem pengawasan internal yang kuat. Untuk
itu, sesuai Peraturan Menteri Keuangan No. 171/PMK.05/2007 tentang Sistem
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan, pasal 66 ayat (6) mengamanahkan untuk
melakukan review atas Laporan Keuangan (LK) untuk Laporan Realisasi Anggaran
dan Catatan atas Laporan Keuangan. Komisi Pemilihan Umum sebagai Unit
Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA) yang terdiri dari 1 UAPA-W (Unit Akuntansi
Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah) dan 12 UAKPA (Unit Akuntansi Kuasa
Pengguna Anggaran).

Mekanisme akses dana APBN membutuhkan serangkaian mekanisme yang telah


diatur dalam regulasi. Mekanisme-mekanisme dalam sistem anggaran KPU adalah
sebagai berikut:

Bendahara Negara menyampaikan bukti-bukti pengeluaran kepada Pejabat


Pembuat Komitmen (PPK) untuk menerbitkan Pembuatan Surat Permintaan
Pembayaran (SPP) yang ditindaklanjuti dengan Pembuatan Surat Perintah
Membayar (PP SPM) untuk diajukan ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
(KPPN). KPPN bertugas menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana Penggantian
Uang Persediaan (SP2D GUP) kepada Bendahara.

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 68


Mekanisme Pembayaran langsung dilakukan dengan Panitia Pemilihan Kecamatan
menyampaikan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) kepada Pejabat
Perbendaharaan Surat Perintah Membayar (PP SPM) yang akan ditindaklanjuti
dengan menerbitkan PP SPM Pembayaran Langsung untuk diajukan ke KPPN. KPPN
bertugas menerbitkan SP2D LS ke Bendahara atau pihak ketiga yang lain.

Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) mengajukan permintaan Tambahan Uang


Persediaan (TUP) ke KPPN. KPPN menyetujui permintaan TUP KPA. Berdasarkan
persetujuan KPPN, KPA memerintahkan PPK untuk menerbitkan SPP TUP. PPK
menerbitkan SPP TUP dan diajukan PP SPM yang ditindaklanjuti dengan
menerbitkan SPM TUP untuk diajukan ke KPPN. KPPN menerbitkan SP2D TUP
kepada Bendahara.

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 69


Dalam mengajukan Uang Persediaan (UP), Bendahara mengajukan kebutuhan UP
kepada KPA. Setelah KPA menyetujui, ia akan memerintahkan PPK untuk
menerbitkan SPP UP. PPK membuat SPP UP diajukan ke PP SPM. PP SPM
menerbitkan SPM UP diajukan kepada KPPN. Nantinya, KPPN bertugas menerbitkan
SP2D UP kepada Bendahara.

Mekanisme laporan pertanggungjawaban bendahara Satker KPU sesuai dengan


PERDIRJEN PB No. Per-47/PB/2009 dilaksakan dengan Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK), KPPN, dan internal KPU.

Sementara mekanisme penyampaian model-model keuangan satker KPU Provinsi,


Kabupaten/Kota dan biro keuangan KPU sebagai berikut:

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 70


Pengelolaan Keuangan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
Anggaran pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah dibebankan
pada APBD sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 114 ayat (5) Undang-Undang
Nomor 22/2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum berupa Belanja Hibah
Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Belanja hibah ini ditetapkan dalam
naskah perjanjian hibah daerah. Penganggaran Belanja Pemilu Gubernur dan Wakil
Gubernur dibebankan pada APBD Provinsi dan Penganggaran Belanja Pemilu
Bupati/Walikota dan Wakil Bupati/Walikota dibebankan pada APBD
Kabupaten/Kota. Belanja Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah ini yang
tercantum dalam APBD diuraikan menurut urusan: 1) Pemerintahan Umum; 2)
Organisasi Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah; 3) Kelompok Belanja Tidak
Langsung; 3) Jenis Belanja Hibah; 4) Obyek Belanja Hibah Pemilu Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah kepada KPU Provinsi, dan 5) Rincian Obyek Belanja Hibah
Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah kepada PanwasluProvinsi.

Belanja Hibah Pemilu Kepala Dearah dan Wakil Kepala Daerah tersebut digunakan
untuk kegiatan persiapan dan pelaksanaan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah yang dilaksanakan oleh KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota serta
kegiatan pengawasan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah oleh
Panwaslu Provinsi dan Panwaslu Kabupaten/Kota. Rincian belanja hibah pemilu
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah ini diperuntukkan untuk kebutuhan
meliputi:
a. Honorarium Ketua dan Anggota KPU, Sekretariat KPU, Anggota Pokja, PPK,
Sekretariat PPK, PPS, Sekretariat PPS, KPPS, Petugas Pemutakhiran Data
Pemilih, Panwaslu Sekretariat Panwaslu, Anggota Pokja Panwaslu Provinsi,
Kabupaten dan kecamatan dan Petugas Pengawas Pemilu Lapangan di
Desa/Kelurahan.

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 71


b. Uang lembur kepada KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota,PPK, PPS, Petugas
Pemutakhiran Data Pemilih, Panwaslu Provinsi, Panwaslu Kabupaten/Kota,
Panwaslu Kecamatan dan Petugas Pengawas Pemilu Lapangan di
Desa/Kelurahan.
c. Barang dan Jasa terdiri dari barang pakai habis, bahan/material, jasa publikasi,
jasa kantor, jasa konsultan audit dan advokasi hukum, pencetakan, BBM
kendaraan, sewa rumah/gedung/gudang, sewa sarana mobilitas, perlengkapan
dan peralatan, makanan dan minuman, perjalanan dinas, pendistribusian surat
suara, serta verifikasi dan rekapitulasi calon perseorangan.

Standar Penetapan Perhitungan honorarium, uang lembur, dan belanja barang dan
jasa tersebut tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 57
tahun 2009 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 44 Tahun
2007 tentang Pedoman Pengelolaan Belanja Pemilihan Umum Kepala Daerah dan
Wakil kepala Daerah. Anggaran ini ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah
dengan memperhatikan kemampuan keuangan daerah, tingkat inflasi masing-
masing daerah, dan mempertimbangkan besaran honorarium dan/atau uang
lembur Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden sebelumnya.

Rencana Kebutuhan Biaya ini disusun oleh KPU Provinsi/Kabupaten/Kota dan


Panwaslu Provinsi/Kabupaten/Kota untuk anggaran institusi dan jajarannya masing-
masing dan disampaikan kepada Kepala Daerah untuk ditampung dalam Rencana
Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah. Jika Satuan Kerja
Pengelola Keuangan Daerah belum terbentuk akan ditampung dalam Rencana
Kerja dan Anggaran Sekretariat Daerah. KPU Provinsi menyusun Rencana
Kebutuhan Biaya Pemilu. Kecuali jika Panwaslu belum terbentuk, penyusunan
Rencana Kebutuhan Biaya Panwaslu dilakukan oleh Sekretaris Daerah.

Apabila pemilu Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati serta
Walikota dan Wakil Walikota dalam satu daerah yang sama diselenggarakan
serentak pelaksanaan Pemilu dilakukandengan pendanaan bersama, mencakup
pembayaran honorarium, uang lembur, perlengkapan KPPS/TPS, pengangkutan,
pembiayaan pemutakhiran data pemilih dan perjalanan dinas. Provinsi dan
Kabupaten/Kota yang melakukan pendanaanbersama dalam rangka Pemilihan
Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara bersamaan menetapkan
besaran dana yang akan dibebankan kepada masing-masing pemerintah daerah
yang ditetapkan secara proporsional sesuai dengan beban kerja yang disepakati
bersama dan ditetapkan dalam Keputusan Gubernur. Jika Pemerintah Provinsi
mengalami keterbatasan kemampuan keuangan daerah untuk penyelenggaraan
Pemilihan Gubernur/Wakil Gubernur, Pemerintah Kabupaten/Kota di wilayahnya
dapat membantu pendanaan Pemilu Gubernur dan Wakil Gubernur, demikian pula
sebaliknya.

Rencana Kerja dan Anggaran dibahas bersama antara Tim Anggaran Pemerintah
Daerah dengan Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) atau
Sekretaris Daerah dengan mengikutsertakan KPU Provinsi dan KPU
Kabupaten/Kota dan Panwaslu Provinsi dan Panwaslu Kabupaten/Kota untuk

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 72


mengevaluasi Rencana Kebutuhan Biaya Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah sesuai dengan standar yang ditetapkan Kepala Daerah. Format RKA-PPKD
untuk belanja hibah Pemilu kepada KPU ini tercantum dalam Lampiran Peraturan
Menteri Dalam Negeri No. 57 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri No. 44 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Belanja
Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil kepala Daerah.

Jika Daerah mengalami keterbatasan kemampuan keuangan daerah, pemerintah


daerah dapat membentuk Dana Cadangan Belanja Pemilu Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Kepala SKPKD atau
Sekretaris Daerah menyusun DPA-PPKD belanja hibah Pemilu Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah setelah Peraturan Daerah tentang APBD dan Peraturan Kepala
Daerah tentang Penjabaran APBD ditetapkan. Sementara itu, Pejabat Pengelola
Keuangan Daerah selaku Bendahara Umum Daerah mengesahkan DPA-PPKD
setelah mendapat persetujuan Sekretaris Daerah selaku koordinator pengelolaan
keuangan daerah. Untuk tata tertib pengelolaan belanja hibah Pemilu Kepala
Daerah ini, Ketua KPU dan Panwaslu Provinsi/Kabupaten/Kota masing-masing
menetapkan Bendahara dan Sekretaris KPU/Panwaslu selaku atasan langsung
Bendahara yang bertugas dan bertanggung jawab untuk:

a. Melaksanakan pembayaran setelah meneliti kelengkapan dan menguji


kebenaran perhitungan tagihan serta menguji ketersediaan dana sesuai
dengan perintah bayar atasan langsung bendahara;
b. Wajib mengadakan pencatatan/pembukuan secara tertib dan teratur
terhadap setiap transaksi penerimaan dan pembayaran;
c. Bertanggung jawab atas isi dan keselamatan kas yang dikelola;
d. Bertanggung jawab secara pribadi atas pembayaran yang dilaksanakannya;
e. Membuat laporan realisasi penerimaan dan pengeluaran kas/barang;
f. Bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas kepada atasan langsung
bendahara.

Bendahara adalah Pegawai Negeri Sipil yang memiliki persyaratan atau


pengetahuan pengelolaan keuangan daerah dan tidak diperkenankan merangkap
sebagai Bendahara kegiatan lainnya.

Sedangkan atasan langsung bendahara mempunyai tugas dan tanggung


jawab meliputi:
a. Melakukan pengendalian terhadap penggunaan anggaran;
b. menandatangani ikatan perjanjian/kontrak pengadaan barang dan jasa dengan
pihak ketiga;
c. melakukan pengujian atas tagihan pihak ketiga sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan;
d. melakukan pemeriksaan kas bendahara Belanja Hibah Pemilu Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah;

Atasan Langsung Bendahara Belanja Hibah Pemilu bertanggung jawab kepada


Ketua KPU dan Panwaslu Provinsi/Kabupaten/Kota.

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 73


Bendahara Belanja Hibah Pemilu Kepala Daerah berhak menolak pembayaran
apabila tidak dilengkapi dengan bukti- bukti yang lengkap dan sah sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan. Kepala SKPKD atau Sekretaris Daerah selaku
Pengguna Anggaran mengajukan Surat Perintah Membayar Langsung (SPM-LS)
kepada Bendahara Umum Daerah (BUD) berdasarkan pengajuan permintaan dari
Ketua KPU dan Panwaslu Provinsi/Kabupaten/Kota. Pengajuan permintaan
pembayaran belanja hibah Pemilu kepada KPU dan Panwaslu
Provinsi/Kabupaten/Kota disesuaikan dengan tahapan penyelenggaraan pemilu
Kepala Daerah sebagaimana tercantum dalam DPAPPKD. Pertanggungjawaban
belanja hibah Pemilu Kepala Daerah bagi KPU dan Panwaslu
Provinsi/Kabupaten/Kota disampaikan kepada Pemerintah Daerah setelah
mendapatkan pengesahan Ketua KPU dan Panwalu Provinsi/KPU Kabupaten/Kota

Daerah yang belum menetapkan Peraturan Daerah tentang APBD tahun anggaran
berkenaan dapat menetapkan DPA-PPKD dengan Peraturan Kepala Daerah sebagai
dasar pengeluaran belanja hibah Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
untuk selanjutnya ditampung dalam Peraturan Daerah tentang APBD tahun
anggaran berkenaan.

Jika Daerah belum menganggarkan atau telah menganggarkan belanja hibah Pemilu
Kepala Daerah dalam APBD tahun anggaran berkenaan,akan tetapi belum sesuai
dengan kebutuhan, dapatmenyesuaikan anggaran mendahului Perubahan APBD
dengancara mengubah Peraturan Kepala Daerah tentang PenjabaranAPBD tahun
anggaran berkenaan sebagai dasar pelaksanaan,untuk kemudian ditampung dalam
Peraturan Daerah tentangPerubahan APBD tahun anggaran berkenaan.Penetapan
pengeluaran belanja hibah Pemilu Kepala Daerah mendahului penetapan APBD
tersebut dan penyesuaian anggaranmendahului perubahan APBD
diberitahukankepada DPRD. Penyediaan/penyesuaian belanja hibah Pemilu Kepala
Daerah dapat dilakukan dengan menggunakan Belanja TidakTerduga dan/atau
menggunakan dana dari hasil penjadwalan ulang capaian target kinerja program
dan kegiatan lainnya dalam tahun anggaran berjalan dan/atau memanfaatkan uang
kas yang tersedia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Perlu diingat bahwa penjadwalan ulang capaian target kinerja program dan kegiatan
lainnya dalam tahun anggaran berjalan tidak termasuk belanja pegawai, kegiatan-
kegiatan yang didanai dari Dana Alokasi Khusus, Pinjaman Daerah dan yang telah
mengikat perjanjian atau kerja sama dengan pihak ketiga.

Pengelolaan Keuangan Pemilu Legislatif dan Presiden


Anggaran belanja KPU, KPU Provinsi/Kabupaten/Kota, Bawaslu, Bawaslu Provinsi,
DKPP, Sekretariat Jenderal KPU, sekretariat KPU Provinsi/Kabupaten/Kota,
Sekretariat Jenderal Bawaslu, dan sekretariat Bawaslu Provinsi bersumber dari
APBN. Pendanaan penyelenggaraan dan pengawasan Pemilu Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah serta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden wajib dianggarkan dalam APBN.
Sekretaris Jenderal KPU mengoordinasikan pendanaan penyelenggaraan pemilu
yang dilaksanakan oleh KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK, PPS, KPPS,
Pengelolaan Keuangan Pemilu | 74
PPLN, dan KPPSLN. Sementara itu, Sekretaris Jenderal Bawaslu mengoordinasikan
pendanaan pengawasan Pemilu yang dilaksanakan oleh Bawaslu, Bawaslu Provinsi,
Panwaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Pengawas Pemilu Lapangan, dan
Pengawas Pemilu Luar Negeri.

Anggaran penyelenggaraan Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD, Pemilu


Presiden/Wakil Presiden yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang tentang
APBN dicairkan sesuai dengan tahapan penyelenggaraan Pemilu.

Kedudukan keuangan anggota KPU, Bawaslu, DKPP, KPU Provinsi, KPU


Kabupaten/Kota, dan Bawaslu Provinsi diatur dalam Peraturan Presiden.

Bahan Bacaan
Departemen Keuangan. (2005). Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penelaahan
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga dan Sistem
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat. Jakarta: CV. Eko Jaya.
Bastian, Indra. (2006). Akuntasi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.
Yuwono, Sony dan Agus Indrajaya (Tengku), Hariyandi. (2005). Penganggaran Sektor
Publik. Jakarta: Bayumedia Pub.
Kumorotomo, Wahyudi dan Erwan Agus Purwanto. (2005). Anggaran berbasis
kinerja: konsep dan aplikasinya. Yogyakarta: Magister Administrasi Publik
Universitas Gadjah Mada, bekerja sama dengan Asosiasi DPRD Kota Seluruh
Indonesia

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 75


BAB XIII Teknik Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA)
Pemilihan Umum

Tujuan Sesi Perkuliahan : Memberikan keterampilan tentang teknik


penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran
RKA Pemilihan Umum
Substansi Sesi Perkuliahan :  Teknik Penyusunan Rencana Keja dan
Anggaran Pemilihan Umum
 Memberikan keterampilan tentang
penyusunan belanja pemilu yang
berkualitas

Metode Perkuliahan :  Orientasi


 Pembentukan Kelompok
 Penugasan
 Eksplorasi
 Pengecekan Pemahaman dan
Pemdalaman Materi
 Refleksi dan Umpan Balik

Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Pemilu: Kasus Pemilu Kepala Daerah
Setelah mengetahui dan memahami konsep dan paparan teoretis tentang
penganggaran publik serta siklus anggaran, pada sesi ini dosen mengajak
mahasiswa untuk mempraktikkan teknik penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran
Pemilihan Umum. Pada sesi ini, dosen mengambil kasus Pemilihan Umum Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Dosen membagi mahasiswa ke dalam empat
kelompok. Tiap kelompok terdiri dari lebih kurang 5 anggota. Kelompok 1 adalah
KPU Provinsi X, Kelompok 2 KPU Kabupaten Y, Kelompok 3 adalah Panwaslu Provinsi
X dan Kelompok 4 adalah Panwaslu Kabupaten Y. Kemudian, dosen membagikan
lembar kasus Pemilihan Umum kepala Daerah Provinsi Y dan Kabupaten X. Dosen
meminta mahasiswa membaca dan memahami kasus serta kondisi wilayah masing-
masing. Kemudian dosen meminta masing-masing kelompok (KPU dan Panwaslu)
menyusun Belanja Hibah KPU dan Panwaslu dalam rangka Pemilu Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Y dan Kabupaten X untuk kebutuhan masing-
masing sesuai kondisi yang ada pada lembar kasus. Untuk memudahkan mahasiswa,
dosen membantu dengan Lembar Isian berikut:
1. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan DIPA KPU/KIP Provinsi dan KPU/KIP
Kabupaten/Kota Bagian Anggaran
2. Standar penetapan perhitungan honorarium dan/atau uang lembur KPU dan
Panwaslu Provinsi dan Kabupaten

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 76


3. Standar penetapan penghitungan kebutuhan pengadaan barang dan jasa
KPU dan Panwaslu Provinsi dan Kabupaten
4. Rencana kebutuhan biaya KPU Provinsi dan Kabupaten
5. Rencana kebutuhan biaya Panwaslu Provinsi dan Kabupaten
6. Formulir Rencana Kerja Anggaran-Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (RKA-
PPKD)
7. Dokumen Pelaksanaan Anggaran Provinsi/Kabupaten/Kota

Dosen mengawasi proses diskusi yang berlangsung di kelompok. Jika ada


pertanyaan mahasiswa, dosen dapat memberikan penjelasan dengan cara
mengingatkan kembali mahasiswa akan materi yang sudah dibahas pada sesi-sesi
sebelumnya. Dosen mengingatkan mahasiswa bahwa penyusunan rencana kerja
dan anggaran perlu mempertimbangkan prinsip-prinsip belanja berkualitas dan
regulasi yang berlaku.

Setelah diskusi kelompok selesai, mahasiswa diminta untuk bermain peran. Satu
kelompok diminta mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Pada saat satu
kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok, kelompok lain bertindak sebagai
Tim Anggaran Pemerintah Daerah dan anggota Badan Anggaran DPRD.

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 77


BAB XIV Isu-isu Strategis dalam Pengelolaan Keuangan Pemilu

Pendahuluan

Deskripsi Singkat
Masalah implementasi yang paling besar terletak pada pencairan anggaran untuk
investasi publik. Pencairan anggaran sering berjalan lambat. Akibatnya, sebagian
besar anggaran yang telah dicanangkan baru bisa dikeluarkan menjelang akhir
tahun anggaran, termasuk anggaran hibah pemilu.

Manfaat
Memberikan perspektif kepada mahasiswa tentang berbagai isu yang terkait
dengan isu-isu strategis dalam dalam pengelolaan keuangan pemilu.

Relevansi
Pembahasan mengenai isu-isu strategis dalam dalam pengelolaan keuangan pemilu
penting untuk memahami bagian penting dalam penyelenggaraan pemilu di
Indonesia.

Learning outcome
Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami isu-isu
strategis dalam pengelolaan keuangan pemilu.

Penyajian

Pada pertemuan ini, dosen mengajak mahasiswa untuk mengenal dan memahami
berbagai isu strategis dalam pengelolaan keuangan publik secara umum dan
pengelolaan keuangan pemilihan umum. Dosen memberikan arahan tentang cara
menganalisis isu publik khususnya pengelolaan anggaran publik. Untuk itu, dosen
mengawali sesi ini dengan mengingatkan kepada mahasiswa bahwa terdapat
banyak isu yang menjadi perdebatan berbagai kalangan, baik para praktisi,
akademisi, para auditor dan masyarakat luas. Kemudian dosen mengajak
mahasiswa mendiskusikan berbagai-bagai isu strategis tersebut.

Isu Pengelolaan Keuangan Publik dan Pemilu


Dosen mengingatkan kembali bahwa reformasi pengelolaan keuangan publik
merupakan hal yang sangat penting untuk menjamin bahwa sumber-sumber fiskal
yang baru dialokasikan dan digunakan secara efisien. Masalah implementasi yang
paling besar terletak pada pencairan anggaran untuk investasi publik. Pencairan
anggaran sering berjalan lambat. Akibatnya, sebagian besar anggaran yang telah
dicanangkan baru bisa dikeluarkan menjelang akhir tahun anggaran, termasuk
anggaran hibah pemilu. Dosen menambahkan bahw di samping itu terdapat
pengeluaran yang lebih kecil terhadap pengeluaran modal dibandingkan anggaran
awal. Kondisi ini di luar kenyataan di mana anggaran secara keseluruhan direvisi dan
dinaikkan dalam jumlah cukup besar pada pertengahan tahun.

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 78


Di samping berbagai isu implementasi, Dosen menyampaikan bahwa masih ada lagi
isu penyalahgunaan atau penyelewengan terhadap pengeluaran publik. Tambahan
sumber daya keuangan yang cukup besar kini mengalir ke pemerintah daerah dan
lembaga-lembaga publik seperti KPU, Panwaslu, dan sebagainya sehingga
penanganan masalah penyalahgunaan keuangan di tingkat daerah dan lembaga
publik kini sangat mendesak dilakukan. Dosen dapat menyitir hasil kajian yang
dilakukan oleh Bank Dunia (2007) yang menunjukkan bahwa sistem anggaran
Indonesia tidak fleksibel. Dokumen anggaran Indonesia terlalu rinci, membutuhkan
waktu yang sangat lama untuk menyiapkannya, dan juga menimbulkan banyak
komplikasi dalam implementasinya. Pembahasan dan diskusi parlemen terlalu
memfokuskan pada hal-hal yang sangat rinci, tidak melihat pada hubungan antara
kebijakan dan alokasi anggaran secara lebih luas, dan memakan waktu yang lama.
Fakta menunjukkan bahwa walaupun pemerintah telah menyetujui otorisasi
dokumen anggaran pada awal tahun, pengeluaran tetap berjalan lamban akibat
terdapatnya hambatan pada saat implementasi. Karena informasi rinci yang begitu
banyak, anggaran untuk setiap kegiatan sering harus menjalani proses revisi yang
panjang. Kerangka regulasi dan peraturan untuk pengadaan publik telah mengalami
peningkatan, tetapi kapasitas untuk melaksanakan pengadaan yang tepat waktu
dan transparan belum memuaskan.

Selain itu, Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan perangkat penting dalam sistem
transfer ini, yang mampu mendanai sekitar 70 persen dari seluruh pengeluaran di
daerah (provinsi dan kabupaten/kota) dan lebih dari 80 persen pengeluaran
kabupaten/kota. Jumlah anggaran yang telah ditransfer ke pemerintah daerah
mengalami peningkatan secara nominal sebanyak 47 persen terutama yang
menguntungkan bagi daerah-daerah paling miskin di Indonesia, yang mengalami
kenaikan pendapatan yang melonjak. Alokasi DAU bahkan mengalami peningkatan
sebesar 64 persen, dengan implikasi yang signifikan atas struktur perimbangan serta
dampak pemerataan. Daerah provinsi terpencil dengan angka kemiskinan yang
tinggi termasuk Provinsi Aceh, Papua, dan Maluku telah menerima peningkatan
alokasi anggaran sampai lebih dari 100 persen. Dana transfer ini akan terus
mendominasi sumber keuangan daerah, terutama pemerintah kabupaten/kota,
karena dasar dari pendapatan asli daerah mereka kecil sementara transfer dari
pusat sudah mencapai lebih dari 80 persen pendapatan daerah, dan bahkan akan
semakin bertambah. DAU sendiri sepertinya akan semakin dominan karena
pendapatan dari minyak dan gas diperkirakan akan mengalami penurunan
disebabkan menurunnya produksi minyak dan gas, setidaknya untuk beberapa
tahun ke depan. Saat ini, tantangan utama dalam pembangunan Indonesia
bukanlah mentransfer sumber daya dalam jumlah yang signifikan ke daerah-daerah
yang miskin, tetapi bagaimana menjamin bahwa sumber daya yang sudah ada
digunakan secara efektif. Banyak pemerintah daerah mengalami kesulitan untuk
membelanjakan tambahan sumberdayanya.

Terkait dengan anggaran pemeilihan umum, isu yang tering terjadi adalah karena
anggaran KPU dan Panwaslu untuk pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala
daerah berasal dari APBD maka anggota KPU sangat rawan terhadap munculnya
tekanan politik, negosiasi anggaran yang berujung pada sikap memihak

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 79


penyelenggara pemilu kepada calon incumbent. Tekanan yang sering dilakukan oleh
pemerintah daerah terhadap penyelenggara pemilu adalah keterlambatan dalam
pencairan dana sehingga mengganggu dalam pelaksanaan anggaran KPU dan
berdampak terhadap tahapan pelaksanaan pemilu. Hal ini diakui oleh Ketua KPU
dalam Rapat Koordinasi Nasional Review Pelaksanaan Anggaran Tahapan Pemilu
2014 dan Koordinasi Persiapan Penyusunan Anggaran, Program dan Tahapan
Pemilukada 2015, di Hotel Novotel, Jakarta Utara.

Masalah lain yang sering muncul adalah kinerja anggaran Komisi Pemilihan Umum
Daerah (KPUD) yang masih belum optimal. Penyerapan anggaran tidak dapat
dilaksanakan secara maksimal karena keterlambatan pelaksanaan kegiatan sehingga
terjadi pembengkakan penyerapan anggaran pada akhir tahun.

Selanjutnya, dosen menugaskan mahasiswa untuk mengidentifikasi berbagai isu lain


yang terkait dengan pengelolaan anggaran publik baik pusat, daerah maupun
pemilihan umum.

Aktivitas

Kegiatan perkuliahan ini dilakukan dengan tatap muka dosen dengan mahasiswa di
dalam kelas. Dosen pengampu mempresentasikan materi perkuliahan kemudian
diselingi dengan tanya jawab dan dilanjutkan dengan sesi diskusi kelompok. Media
ajar yang digunakan menggunakan tampilan power point, dan white board dengan
referensi buku, jurnal, dan regulasi terkait.

Tugas
Tugas yang diberikan berupa review buku/jurnal/kertas kerja mengenai studi isu-isu
strategis dalam dalam pengelolaan keuangan pemilu.

Latihan
Latihan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan kunci yang menjadi bahan diskusi di
kelas:
1. Bagaimanakah isu-isu strategis dalam dalam pengelolaan keuangan pemilu
di Indonesia?
2. Berikan contoh isu-isu strategis dalam dalam pengelolaan keuangan pemilu
di negara lain!

Rangkuman
Lembaga penyelenggara pemilu perlu memahami siklus penggunaan aset. Waktu
pembelian aset sangat penting untuk memastikan baik penggunaan dana yang
efisien maupun ketersediaan aset untuk kegiatan pemilu, dan kebutuhan untuk
mempertimbangkan isu-isu seperti produksi lead time, biaya penyimpanan dan
fasilitas distribusi.

Masalah implementasi yang paling besar terletak pada pencairan anggaran untuk
investasi publik. Fakta menunjukkan bahwa walaupun pemerintah telah menyetujui
otorisasi dokumen anggaran pada awal tahun, pengeluaran tetap berjalan lamban

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 80


akibat terdapatnya hambatan pada saat implementasi. Karena informasi rinci yang
begitu banyak, anggaran untuk setiap kegiatan sering harus menjalani proses revisi
yang panjang. Kerangka regulasi dan peraturan untuk pengadaan publik telah
mengalami peningkatan, tetapi kapasitas untuk melaksanakan pengadaan yang
tepat waktu dan transparan belum memuaskan.

Penutup

Tes formatif
Tes Formatif:
1. Jelaskanlah apa yang dimaksud dengan isu-isu strategis dalam pengelolaan
keuangan pemilu!
2. Apa kebutuhan dan kepentingan dari isu-isu strategis dalam pengelolaan
keuangan pemilu?

Tindak Lanjut
Elaborasi konsep isu-isu strategis dalam dalam pengelolaan keuangan pemilu yang
responsif gender di negara-negara lain melalui studi kasus

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 81


Daftar Pustaka

Ade Maman Suherman. (2010). Pengadaan Barang dan Jasa (government


procurement): perspektif kompetisi, kebijakan ekonomi, dan hukum. Jakarta:
Raja Grafido Persada.
Anderson, James E. (1966). Politics and the Economy. Boston: Little, Brown and
Company.
Joko Sutarso. (2011). “Konstruksi Isu Gender Dalam Politik Studi Kasus Pemilihan
Umum 2004” dalam KomuniTi, Vol. II, No. 2, Edisi Januari.
Banfield, Edward-C. (2011). Political-Influence: A New Theory of Urban Politics. New
York: The Free Press of Glencoe.
Bohari. (1992). Pengawasan keuangan negara. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Departemen Keuangan. (2005). Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penelaahan
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga dan Sistem
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat. Jakarta: CV. Eko Jaya.
Didi Widayadi. (2009). Pengawasan akuntabilitas keuangan negara. Jakarta: Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.
Doli D. Siregar. (2004). Manajemen aset: strategi penataan konsep pembangunan
berkelanjutan secara nasional dalam konteks kepala daerah sebagai CEO's
pada era globalisasi & otonomi daerah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hariyandi. (2005). Penganggaran Sektor Publik. Jakarta: Bayumedia Pub.
Indra Bastian. (2006). Akuntasi Sektor Publik. Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.
International IDEA, Electoral Management Design: he International IDEAHandbook
(Stockholm: International IDEA, 2006), diakses melalui
http://www.idea.int/publications/emd> pada 9 Meret 2015.
Mardiasmo dan Ambul Halim. (1999). Prinsip-prinsip dalam Manajemen
Pembiayaan Desentralisasi. Yogyakarta: MEP & KKD PPE FE UGM.
Musgrave, Richard A. (1959). The Theory of Public Finance: A Study in Public
Economy. New York: McGraw-Hill.
Pretorius, C & N. Pretorius. (2009). Review of Public Financial Management
Reform Literature: Evaluation Report EV698. London: DFID.
Quinn, S. (2009). Gender Budgeting: Practical Implementation Handbook.
Strasbourg Cedex.
Rosen, H. (2002). Public Finance. Boston: McGraw-Hill.
Schick, A. (1998). Look before you leapfrog. Washington: World Bank.
(http://wbln0018.worldbank.org/network/prem/premdoclib.nsf/c9d462accc
dced
Soemardjo Tjitrosidojo. (1981). Beberapa aspek mengenai sistem pengawasan
keuangan negara dalam rangka pelaksanaan pembangunan yang efisien.
Jakarta: Balai Pembinaan Administrasi, Akademi Administrasi Negara.
Sony Yuwono, Agus Indrajaya (Tengku), Hariyandi. (2005). Penganggaran Sektor
Publik. Jakarta: Bayumedia Pub.
Supiandi, Yusuf, Dr. H. (2008). Bunga Rampai Pengarusutamaan Gender, Jakarta:
Tanpa keterangan Penerbit.
Suswinarno. (2012). Aman dari Risiko dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Jakarta: Visi Media.
Tanzi, Vito. (1991). Public Finance in Developing Countries. Spanyol: Edward Elgar.

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 82


Wahyudi Kumorotomo, Erwan Agus Purwanto. (2005). Anggaran berbasis kinerja:
konsep dan aplikasinya. Yogyakarta: Magister Administrasi Publik Universitas
Gadjah Mada, bekerja sama dengan Asosiasi DPRD Kota Seluruh Indonesia.
World Health Organization. (2010). Gender in Health. Geneva: WHO.

Pengelolaan Keuangan Pemilu | 83

Anda mungkin juga menyukai