007 Modul Pengelolaan Keuangan Pemilu
007 Modul Pengelolaan Keuangan Pemilu
Modul Pembelajaran
Pengelolaan Keuangan Pemilu
Pengelolaan
Keuangan Pemilu
Penyusun:
Aidinil Zetra
(FISIP Universitas Andalas)
DAFTAR ISI
Daftar Isi...................................................................................................................iii
Pengantar..................................................................................................................1
Kompetensi................................................................................................................1
Pokok Bahasan..........................................................................................................2
Metode Pembelajaran...............................................................................................2
Metode Evaluasi........................................................................................................3
Rencana Program dan Kegiatan Pembelajaran...........................................................5
Bahan Ajar...............................................................................................................11
Bab I Konteks Politik Pengelolaan Keuangan Pemilu..............................................11
BAB II Perencanaan dan Penganggaran Pemilu......................................................16
BAB III Perencanaan dan Penganggaran Pemilu yang Responsif Gender...............24
BAB IV Prinsip-Prinsip Pengelolaan Keuangan Pemilu............................................28
BAB V Model-Model Pendanaan Pemilu.................................................................30
BAB VI Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Pemilu......................................34
BAB VII Teknik Penilaian Kewajaran Biaya Penyelenggaraan Pemilu (Electoral
Quality Spending)....................................................................................................36
BAB VIII Pengadaan Pemilu yang Berintegritas......................................................39
BAB IX Pelaksanaan Anggaran dan Perubahan Anggaran Pemilu: Mengatasi
Perubahan yang Tak Terduga dalam Asumsi Perencanaan....................................41
BAB X Pengawasan Keuangan Pemilu.....................................................................43
BAB XI Manajemen Aset Lembaga Penyelenggara Pemilu.....................................45
BAB XII Penganggaran Pemilu di Indonesia............................................................46
BAB XIII Teknik Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Pemilihan
Umum......................................................................................................................52
BAB XIV Isu-isu Strategis dalam Pengelolaan Keuangan Pemilu............................54
PENGANTAR
Mata kuliah Pengelolaan Keuangan Pemilu merupakan mata kuliah penting untuk
mengembangkan kapasitas lembaga penyelenggara pemilu, khususnya dalam
pengelolaan keuangan pemilu. Pengelolaan keuangan pemilu yang berkualitas tentu
saja berdampak terhadap kualitas penyelenggaraan pemilu. Tujuan diberikannya
mata kuliah ini adalah untuk memberikan bekal teoretis, analisis, maupun
keterampilan teknis yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan pemilu. Oleh
karena Pengelolaan Keuangan Pemilu merupakan mata kuliah wajib untuk
mahasiswa Magister Ilmu Politik dengan konsentrasi Tata Kelola Pemilu, peserta
kuliah yang mengikuti kelas mata kuliah ini tentu diharapkan sudah mendapatkan
bekal teoretis mengenai konsep dan metodologi Ilmu Politik atau mata kuliah lain
yang relevan dengan mata kuliah ini. Untuk itu, referensi pada kuliah-kuliah
tersebut menjadi dasar yang penting dalam mengikuti mata kuliah Pengelolaan
Keuangan Pemilu.
Substansi mata kuliah ini lebih banyak ditekankan pada politik anggaran dan
pembiayaan penyelenggaraan pemilu. Terdapat tiga hal penting yang menjadi
tumpuan kajian, yaitu: 1) Mekanisme politik dalam proses pembuatan kebijakan
anggaran pemilu di Indonesia, dan berbagai kebijakan yang terkait dengan
reformasi penganggaran pemilu di Indonesia, 2) Perencanaan dan penganggaran
terpadu, dan 3) Metodologi untuk meningkatkan kualitas demokrasi dan teknis
efisiensi administrasi pemilu melalui inisiatif perencanaan dan pembiayaan yang
efektif dalam penyelenggaraan pemilu untuk mewujudkan pemilu yang demokratis,
jurdil dan kompetitif. Penjelasan nomor 1) merupakan konsekuensi logis dari sistem
politik demokratis. Kebijakan anggaran pemilu, misalnya, bukan lagi menjadi
monopoli dari pemerintah sebagai lembaga eksekutif, atau KPU dan Bawaslu
sebagai penyelenggara pemilu, tetapi juga harus melibatkan unsur legislatif serta
unsur-unsur kekuatan politik lainnya. Sementara itu, seiring dengan reformasi
penganggaran publik, format kebijakan pada tingkat pusat dan daerah kini
mengalami perubahan yang signifikan sehingga mahasiswa dituntut untuk
memahami berbagai isu politik maupun ekonomi seputar pengelolaan keuangan
pemilu. Selanjutnya, efektivitas pembiayaan pemilu harus mampu mendukung
tercapainya penyelenggaraan pemilu yang demokratis untuk memilih pemimpin
yang berkualitas dan berkapabilitas untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Kompetensi
Kompetensi umum yang diharapkan dari mata kuliah ini adalah mahasiswa memiliki
kemampuan dalam mengelola keuangan pemilu berlandaskan pada nilai-nilai
profesionalitas, kemandirian, kejujuran, keadilan, kepastian hukum, transparansi,
proporsionalitas, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas.
Pokok Bahasan
Materi dalam mata kuliah pengelolaan keuangan pemilu ini dibagi ke dalam dua
belas pokok bahasan untuk 12 kali pertemuan dalam 1 semester. Adapun pokok-
pokok bahasan tersebut meliputi:
1. Konteks Politik Pengelolaan Keuangan Pemilu;
2. Perencanaan dan Penganggaran Pemilu;
3. Perencanaan dan Penganggaran Pemilu yang Responsif atas Gender;
4. Prinsip-prinsip Pengelolaan Keuangan Pemilu;
5. Model-model Pendanaan Pemilu;
6. Pelaksanaan dan Perubahan Anggaran Pemilu;
7. Pengawasan Keuangan Pemilu
8. Manajemen Aset Lembaga Penyelenggara Pemilu;
9. Penganggaran Pemilu di Indonesia
10. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran RKA Pemilu
11. Isu-isu strategis dalam Pengelolaan Keuangan Pemilu
Metode Pembelajaran
Oleh karena mahasiswa yang menjadi peserta pembelajaran ini adalah staf KPU
telah punya pengalaman dalam penyelenggaraan pemilu, termasuk dalam
pengelolaan keuangan pemilu maka metode pembelajaran yang paling sesuai untuk
mata kuliah ini adalah metode andragogy. Dengan metode andragogy mahasiswa
diharapkan dapat berpartisipasi aktif dalam berbagi dan memadukan pengalaman
lapangan yang berbeda-beda satu sama lain dan secara bersama-sama membangun
pemahaman dan keterampilan baru yang fasilitasi dosen pengampu. Namun
sebelum memulai proses belajar dosen perlu menjelaskan filosofi pendekatan
andragogi ini kepada mahasiswa, dan bedanya dengan pendekatan pedagogi yang
biasa digunakan pada proses pembelajaran konvensional. Sementara itu metode
pembelajaran yang dapat ditawarkan adalah metode “active learning” yaitu metode
pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas mahasiwa, atau disebut juga dengan
metode student centered learning.Dosen perlu menjelaskan bahwa metode
pembelajaran ini menempatkan mahasiswa sebagai peserta didik yang aktif dan
telah memiliki kesiapan konseptual untuk belajar. Dosen perlu juga mengingatkan
bahwa belajar menurut pendekatan ini bukan sekedar memahami fakta atau
informasi, tetapi merupakan peristiwa mental dan proses berpengalaman. Oleh
karena itu, setiap peristiwa pembelajaran menuntut keterlibatan intelektual-
emosional mahasiswa melalui asimilasi dan akomodasi kognitif untuk
mengembangkan pengetahuan, tindakan serta pengalaman langsung dalam rangka
Metode Evaluasi
Hal penting lain yang juga disepakati antara dosen dan mahasiswa pada sesi
pertama perkuliahan ini adalah terkait dengan metode evaluasi. Dosen dapat
menawarkan metode evaluasi dalam pembelajaran yang menekankan pada proses
pembelajaran dan evaluasi hasil belajar. Untuk evaluasi proses dosen akan melihat
keaktifan individu mahasiswa dalam kelompok dan kelas serta keberhasilan
kelompok dalam menyamakan pemahaman/persepsi semua anggotanya. Sedang
untuk evaluasi hasil dilihat dari kemampuan individu mahasiswa dalam
mengerjakan semua soal dalam setiap evaluasi formatif ditambah dengan
kemampuan individu mahasiswa dalam mengerjakan semua soal dalam evaluasi
sumatif.
Penilaian dan evaluasi berikut komposisi penilaian yang dapat ditawarkan dosen
kepada mahasiswa mencakup komponen-komponen sebagai berikut:
Substansi mata kuliah ini lebih banyak ditekankan pada politik anggaran dan
pembiayaan penyelenggaraan pemilu. Terdapat tiga hal penting yang menjadi
tumpuan kajian, yaitu: 1) Mekanisme politik dalam proses pembuatan kebijakan
anggaran pemilu di Indonesia, dan berbagai kebijakan yang terkait dengan
reformasi penganggaran pemilu di Indonesia, 2) Perencanaan dan penganggaran
terpadu dan 3) Metodologi untuk meningkatkan kualitas demokrasi dan teknis
efisiensi administrasi pemilu melalui inisiatif perencanaan dan pembiayaan yang
efektif dalam penyelenggaraan pemilu untuk mewujudkan pemilu yang demokratis,
jurdil dan kompetitif. Yang pertama adalah merupakan konsekuensi logis dari sistem
politik demokratis. Kebijakan anggaran pemilu, misalnya, bukan lagi menjadi
monopoli dari pemerintah sebagai lembaga eksekutif, atau KPU dan Bawaslu
sebagai penyelenggara pemilu tetapi juga harus melibatkan unsur legislatif serta
unsur-unsur kekuatan politik lainnya. Sementara itu, seiring dengan reformasi
penganggaran publik, format kebijakan pada tingkat pusat dan daerah kini
mengalami perubahan yang signifikan sehingga mahasiswa dituntut untuk
memahamiberbagai isu politik maupun ekonomi seputar pengelolaan keuangan
pemilu.Selanjutnya, efektivitas pembiayaan pemilu harus mampu mendukung
tercapainya penyelenggaraan pemilu yang demokratis untuk memilih memimpin
yang berkualitas dan memiliki kapabilitas untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat.
Tujuan dari mata kuliah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran
dan keterampilan kepada mahasiswa dalam pengelolaan keuangan pemilu
berlandaskan kepada nilai-nilai profesionalitas, kemandirian, kejujuran, keadilan,
kepastian hukum, transparansi, proporsionalitas, akuntabilitas, efisiensi, dan
efektivitas.
Sedangkan kompetensi khusus yang diharapkan adalah:
1. Peserta ajar memahami konsep, teori dan paradigma yang terkait dengan
pengelolaan keuangan pemilu;
2. Peserta ajar memahami prinsip-prinsip, kebijakan, prosedur, asumsi dalam
pengelolaan keuangan pemilu;
3. Peserta ajar memiliki mampu dan terampil dalam mengaplikasikan konsep,
teori, prinsip, kebijakan dan prosedur yang terkait dengan pengelolaan
keuangan pemilu.
Dalam modul ini, Bab 1 yang mendiskusikan konteks politik pengelolaan keuangan
pemilu yang diselenggarakan dalam satu sesi pertemuan tatap muka. Bab 2
memperkenalkan perencanaan dan penganggan pemilu mulai dari menyusun
rencana strategis, menyusun rencana operasional pada berbagai tingkatan
organisasi penyelenggara pemilu, mengidentifikasi dan dan menyusun biaya
kegiatan yang akan dilakukan dalam rencana tersebut; dan memodifikasi rencana
dalam menanggapi risiko yang teridentifikasi secara realistik dan kendala lingkungan
yang berubah. Materi ini akan diselenggarakan dalam satu sesi pertemuan tatap
muka. Bab 3 yang mendiskusikan perencanaan dan penganggaran pemilu yang
responsif gender yang dimulai dengan membahas konsep dan isu gender dalam
politik, dan dilanjutkan dengan perencanaan dan penganggaran, kategori, prinsip-
Deskripsi singkat
Politik keuangan publik adalah kebijakan tentang keuangan publik yang dijalankan
dengan prinsip akuntabilitas serta membuka ruang partisipasi bagi warga
negara.Artinya, perumusan kebijakan keuangan publik bukan lagi hak Pemerintah
semata , namun merupakan keputusan bersama diantara para stakeholders di
bidang keuangan publik. Format politik keuangan publik terumuskan seiring dengan
penguatan demokrasidalam suatu negara termasuk di bidang keuangan publik.
Politik keuangan publik juga dipengaruhi oleh konteks lokal, nasional dan global
yang semakin kompleks. Seiring proses demokratisasi terutama di negara-negara
demokrasi baru telah banyak perubahan dilakukan baik dalam konteks politik
maupun administrasi, termasuk dalam pengelolaan keuangan publik.
Manfaat
Relevansi
Learning Outcome
Penyajian
Pengertian lain dapat juga mengacu pada pendapat Coe (1989:xii), pengelolaan
keuangan publik dilakukan secara benar dan dievaluasi dengan efisien dan efektif.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pengelolaan keuangan publik adalah
semua aktivitas yang dilakukan pemerintah baik pemerintah pusat maupun daerah
dalam mengurus semua urusan negara, khususnya yang berhubungan dengan
aktivitas keuangan pemerintah, yang berawal dari manajemen penerimaan,
pengeluaran, sampai kebijakan pendapatan pengeluaran.
Keuangan pemilu adalah bagian dari keuangan publik karena uang yang dikelola
untuk biaya penyelenggaraan pemilu pada umumnya adalah uang publik.
Pengertian keuangan pemilu adalah anggaran atau biaya pemilu yang dikeluarkan
oleh suatu negara untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh
lembaga penyelenggara pemilu dan lembaga lain untuk mengatur dan melakukan
proses pemilihan umum. Dengan demikian, pengelolaan keuangan publik adalah
peningkatan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber dana publik untuk
penyelenggaraan pemilu baik oleh lembaga penyelenggara pemilu maupun oleh
lembaga terkait secara bijaksana dan bertanggung jawab untuk mengasilkan pemilu
yang berkualitas.
Kegiatan pemilu adalah fungsi utama dari sebuah negara demokratis. Oleh karena
itu, negara adalah sumber utama pendanaan penyelenggaraan pemilu. Anggaran
pemilu merupakan bagian dari anggaran publik yang terangkum di dalam anggaran
pendapatan dan perbelanjaan negara. Dengan demikian, perumusan anggaran
pemilu merupakan proses politik yang menyangkut kepentingan banyak
stakeholders. Kebijakan keuangan pemilu merupakan keputusan politik dari sebuah
proses politik yang dilakukan oleh pembuat keputusan pada lembaga-lembaga
publik, baik di tingkat pusat maupun daerah. Oleh karena itu, pemahaman tentang
interaksi politik di antara lembaga-lembaga tersebut terbilang sangat penting.
Dari pandangan di atas, dapat dipahami bahwa kendati secara substansial kebijakan
keuangan pemilu menjadi harapan dan keinginan semua pihak untuk menghasilkan
pemilu yang demokratis dan berkualitas, namun proses perumusan kebijakan
anggarannya jelas melibatkan keputusan politik. Proses pengalokasian anggaran
pemilu selalu didasarkan pada kemauan dan proses politik, baik dilakukan oleh
perorangan maupun kelompok. Tidak dapat dihindari bahwa penggunaan dana
publik untuk biaya penyelenggaraan pemilu bagaimanapun tetap ditentukan oleh
kepentingan politik. Irene S. Rubin dalam The Politics of Public Budgeting (2000)
mengatakan bahwa dalam penentuan besaran maupun alokasi dana publik
senantiasa ada kepentingan politik yang diakomodasi oleh para pengambil
kebijakan. Alokasi anggaran sering juga mencerminkan kepentingan para perumus
kebijakan.
Penutup
Sebagai penutup dari sesi pertama ini, dosen meminta mahasiswa untuk melakukan
review atas beberapa literatur politik keuangan publik dan teori keuangan publik.
Sebagai persiapan untuk sesi berikutnya dari kuliah ini, dosen memberikan
penugasan pada mahasiswa untuk membaca buku yang dijadikan referensi.
Aktivitas
Brainstorming
Orientasi
Presentasi Materi dalam Kelas
Refleksi dan Umpan balik
Tugas
Tugas yang diberikan dosen pengampu berupa review terhadap satu tema jurnal
atau satu tema dalam buku yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan publik
dan keuangan pemilu.
Rangkuman
Keuangan pemilu adalah bagian dari keuangan publik karena uang yang dikelola
untuk biaya penyelenggaraan pemilu pada umumnya adalah uang publik.
Kebijakan keuangan pemilu menjadi harapan dan keinginan semua pihak
yaitu untuk menghasilkan pemilu yang demokratis dan berkualitas, namun
proses perumusan kebijakan anggarannya jelas melibatkan keputusan
politik.
Tes Formatif:
1. Jelaskanlah apa yang dimaksud dengan pengelolaan keuangan pemilu
sebagai bagian dari pengelolaan keuangan publik.
2. Jelaskan aspek-aspek politik pengelolaan keuangan pemilu.
Tindak lanjut
Menggunakan konsep-konsep keuangan publik dan keuangan pemilu, jelaskan
bagaimana aspek politik memegang peranan penting dalam perumusan kebijakan
anggaran? Sebutkan salah satu kasusnya.
Dahl, Robert Alan. (1961). Who Governs?: Democracy and Power in an American
City. Haven: Yale University Press.
Guthrie, J., dkk. (2005). Debating Public Sector Management and Financial
Management Reforms: An International Study. Greenwich, CT: Information
Age Publishers.
Jerome B. McKinney. (1989). Financial Management in Government and Non Profit
Agencies: A Practical and Integrative Approach. Westport, CT: Greenwood
Praeger Press.
Laswell, Harold. (1936). Politics: Who Gets What, When, How? New York: McGraw
Hill.
Musgrave, R. A. (1964). The Theory of Public Finance. Tokyo: McGraw-Hil Kogakusha
Ltd.
Purwanto, Erwan Agus, Wahyudi Kumorotomo (ed.). (2005). Birokrasi publik dalam
sistem politik semi-parlementer. Yogyakarta: Gava Media.
Rasul, Sjahruddin. (2004). Pengintegrasian Sistem Akuntabilitas Kinerja dan
Anggaran. Jakarta: Perum Percetakan Negara Republik Indonesia.
Rubin, Irene S. (1997). The politics of Public Budgeting: Getting and Spending,
Borrowing and Balancing. New York: Chathan House Publishers.
Tanzi, V. (1996). “Fiscal Federalism and decentralization: A Review of Some
Efficiency and Macroeconomic Aspects” dalam M. Bruno & B. Pleskovic
(eds.), Annual World Bank Conference on Development Economics.
Washington D.C.: Annual World Bank Conference.
Deskripsi singkat
Manfaat
Memperkenalkan Perencanaan dan Penganggaran Pemilu;
Menyusun rencana strategis KPU;
Menyusun rencana operasional KPU pada berbagai tingkatan organisasi;
Mengidentifikasi dan dan menyusun biaya kegiatan yang akan dilakukan
dalam rencana tersebut; dan
Memodifikasi rencana dalam menanggapi risiko yang teridentifikasi secara
realistis dan kendala lingkungan yang berubah.
Relevansi
Pembahasan mengenai perencanaan dan penganggaran pemilu memiliki relevansi
studi kepemiluan terutama dalam tahap persiapan pemilu: perencanaan dan
penganggaran pemilu. Pelajaran berharga dari perencanaan dan penganggaran
pemilu ini dapat memberikan perbaikan kelembagaan penyelenggara pemilu dan
demokratisasi di Indonesia.
Learning-outcome
Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami
perencanaan dan penganggaran pemilu yang responsif gender, serta memahami
keputusan politik dalam siklus anggaran dan model-model penganggaran pemilu.
Penyajian
Perencanaan Pemilu
“If you are failing to plan, you are planning to fail.” (Tariq Siddique)
Dengan demikian Renstra merupakan cetak biru untuk pelayanan dan penguatan
lembaga penyelenggara, integrasi, dan perbaikan lembaga penyelenggara pemilu.
Renstra dapat membantu lembaga penyelenggara pemilu dalam beroperasi dan
memahami lingkungan yang senantiasa berubah. Ia merupakan peta jalan yang
memandu dan memotivasi lembaga penyelenggara pemilu untuk satu periode, dan
memainkan peranan penting sebagai indikator bagi stakeholder dalam mengukur
kinerja lembaga penyelenggara pemilu.
Renstra pemilu yang efektif perlu menetapkan visi yang terbuka, demokratis dan
akuntabel, sejalan dengan mandat yang diterima lembaga penyelenggara pemilu
dan dilaksanakan dalam kerangka konstitusi dan undang-undang pemilu.
Penyusunan renstra pemilu perlu mempertimbangkan semua faktor yang dapat
mempengaruhi kinerja lembaga penyelenggara pemilu, seperti perubahan
lingkungan politik, sosial budaya, ekonomi, teknologi, hukum, peningkatan
penggunaan teknologi komunikasi dan informasi, kemungkinan konflik, partisipasi
stakeholder atau apatisme masyarakat pemilih, dan hubungan lembaga
penyelenggara pemilu dan pemerintah.
Renstra lembaga penyelenggara pemilu akan lebih baik jika ia mencakup lebih dari
satu siklus pemilu nasional, seperti kegiatan evaluasi pascapemilu dapat
menghasilkan perubahan yang signifikan terhadap penyelenggaraan pemilu ke
Pengelolaan Keuangan Pemilu | 23
depan. Renstra lembaga penyelenggara pemilu memperhitungkan faktor-faktor
lingkungan seperti meningkatnya penggunaan internet di seluruh dunia atau
meningkatnya permintaan untuk voting bagi warga yang berada di luar negara, yang
selama beberapa siklus pemilu dapat secara signifikan mengubah konteks di mana
pemilu dilakukan. Gambar 8 pada halaman 160 adalah contoh dari rencana strategis
ringkasan singkat, yang dikembangkan oleh badan pelaksana pemilu Australia.
Penganggaran Pemilu
Pengertian Anggaran Pemilu
Lalu, apa pula yang dimaksud dengan pengganggaran pemilu? Dari pengertian
anggaran di atas maka dapat dirumuskan pengertian anggaran pemilu yaitu suatu
rencana kegiatan penyelenggaraan pemilu dalam bentuk perolehan pendapatan
dan belanja dalam satuan finansial. Selain itu, penganggaran pemilu dapat juga
diartikan sebagai penentuan jumlah alokasi dana untuk tiap program dan kegiatan
dalam penyelenggaraan pemilu yang menggambarkan kondisi keuangan semua
lembaga penyelenggara pemilu, termasuk komisi pemilu, lembaga pengawas pemilu
dan agensi lain yang terkait dengan penyelenggaraan pemilu seperti kepolisian dan
pengadilan. Anggaran pemilu berisi estimasi mengenai apa yang akan dilakukan
masing-masing lembaga penyelenggara pemilu untuk menjalankan tugas pokok dan
fungsinya dalam satuan finansial.
Untuk menentukan tujuan anggaran pemilu, kita dapat merujuk pada pandangan
Shim et al. (1996:8). Tujuan anggaran pemilu adalah untuk: 1) menentukan standar
dan target kinerja penyelenggara pemilu; 2) mendorong efisiensi penyelenggaraan
pemilu; 3) sebagai benchmark untuk evaluasi pelaksanaan pemilu; 4)
mengindikasikan jumlah dana yang dibutuhkan untuk setiap program dan kegiatan
pemilu; dan 5) menunjukkan biaya awal dan biaya operasi minimum
penyelenggaraan pemilu.
Semua proses anggaran idealnya berhubungan dengan tujuan dan kegiatan yang
telah ditetapkan dalam Renstra lembaga penyelenggara pemilu dan berhubungan
dengan rencana kerja untuk beberapa tahun mendatang. Hubungan ini mendorong
penggunaan pendekatan 'program' atau 'kinerja' dalam penyusunan anggaran
Pengelolaan Keuangan Pemilu | 25
lembaga penyelenggara pemilu. Biaya dan anggaran lembaga ini harus terkait
dengan target dan tujuan keluaran yang spesifik.
2 Anggaran Modal/investasi
Anggaran modal menunjukan rencana jangka panjang dan pembelanjaan atas aktiva
tetap yang tidak habis dalam satu periode saja, yang bermandat dan menambah
aset lembaga dan menambah anggaran rutin pemerintah.
Aktivitas
Kegiatan perkuliahan ini dilakukan dengan tatap muka dosen dengan mahasiswa di
dalam kelas dan kunjungan ke bagian anggaran KPU setempat. Dosen pengampu
mempresentasikan materi perkuliahan kemudian diselingi dengan tanya jawab dan
dilanjutkan dengan sesi diskusi kelompok. Mahasiswa juga diajak untuk berkunjung
ke bagian anggaran KPU sebagai proses belajar dari laboratorium langsung. Media
ajar yang digunakan adalah tampilan power point, dan penjelasan di white board
dengan referensi buku, jurnal, dan regulasi terkait dengan perencanaan dan
anggaran pemilu.
Tugas
Tugas yang diberikan berupa review mengenai studi kasus perencanaan dan
penganggaran pemilu di Indonesia.
Latihan
Latihan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan kunci yang menjadi bahan diskusi di
kelas:
1. Bagaimanakah perencanaan dan penganggaran pemilu?
2. Apa saja fungsi perencanaan dan fungsi penganggaran pemilu?
Rangkuman
Perencanaan strategis (Renstra) pemilu adalah suatu rencana jangka panjang yang
bersifat menyeluruh, memberikan rumusan ke mana pelaksanaan pemilu akan
diarahkan. Renstra ini merupakan alat manajemen bagi lembaga penyelenggara
pemilu untuk menentukan bagaimana kebijakan, program dan keputusan diambil,
perencanaan dan strategi operasional disusun, prioritas ditentukan, sumber daya
publik dialokasikan serta standar pelayanan untuk pemangku kepentingan
ditetapkan dalam berbagai kemungkinan perubahan lingkungan untuk mencapai
tujuan jangka panjang yaitu mewujudkan pemilu dan demokrasi yang berkualitas.
Penutup
Tes Formatif:
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan perencanaan dan penganggaran
pemilu?
2. Apa fungsi utama dalam perencanaan dan penganggaran pemilu?
Daftar Pustaka
Edwards, et.al. (1959).
Mardismo (2002: 61).
Nawawi, Hadari. (2000). Manajemen Stratejik Organisasi Non Profit Di bidang
Pemerintahan dengan Ilustrasi Di Bidang Pendidikan. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Wildavsky, A. (1975). Budgeting: A Comparative Theory of Budgetary Processes.
Boston/Toronto: Little, Brown & Company.
Sumber Internet:
International IDEA, Electoral Management Design: The International IDEA
Handbook(Stockholm: International IDEA, 2006), diakses melalui
http://www.idea.int/publications/emd pada 19 Desember 2014.
Pendahuluan
Deskripsi Singkat
Kesenjangan akses, partisipasi politik, kontrol, dan manfaat antara perempuan dan
laki-laki dalam politik dan pemerintahan atau pelayanan publik secara langsung
menyebabkan ketidaksetaraan terhadap kedudukan politik perempuan dan laki-laki,
sehingga kesenjangan tersebut harus menjadi perhatian dalam menyusun
kebijakan/program sehingga kebijakan/program bisa lebih terfokus, efisien, dan
efektif dalam mencapai sasaran. Perencanaan dan penganggaran pemilu yang
responsif gender merupakan perencanaan dan penganggaran pemilu yang disusun
dengan mempertimbangkan empat aspek yaitu: akses dalam kegiatan pemilu,
partisipasi politik dan memilih, kontrol terhadap kegiatan pemilu, dan manfaat yang
dilakukan secara setara antara perempuan dan laki-laki dalam proses
penyelenggaraan pemilu.
Manfaat
Pemberian subtopik perencanaan dan penganggaran pemilu yang responsif gender
akan memberikan pemahaman tentang pentingnya memiliki perspektif gender.
Perspektif gender ini penting dalam perencanaan dan penganggaran untuk
memastikan adanya aksesibilitas yang menerapkan asas nisbah gender.
Relevansi
Pembahasan mengenai perencanaan dan penganggaran pemilu yang responsif
gender memiliki relevansi studi kepemiluan untuk memastikan aksesibitas yang pro-
gender sedari awal persiapan pemilu.
Learning outcome
Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami
perencanaan dan penganggaran pemilu yang responsif gender, memahami
keputusan politik dalam siklus anggaran dan model-model penganggaran pemilu.
Penyajian
Konsep dan Isu Gender dalam Politik
Gender merujuk pada perbedaan antara perempuan dan laki-laki sejak lahir,
tumbuh berkembang dan besar melalui proses sosialisasi di lingkungan keluarga dan
masyarakat. Lingkungan sosial mereproduksi pembedaan peran gender melalui
pemisahan kepantasan bagi perempuan dan laki-laki. Pembedaan peran gender
tidak bersifat universal, tetapi berbeda antara satu kebudayaan dengan kebudayaan
lainnya dan dapat berubah seiring dengan perkembangan zaman. Singkat kata,
gender adalah konsep yang mengacu pada peran dan tanggung jawab perempuan
dan laki-laki yang terjadi akibat dari dan dapat berubah oleh konstruksi/keadaan
sosial budaya masyarakat (WHO, 2010).
Isu gender dalam bidang politik adalah masalah kesenjangan perempuan dan laki-
laki dalam hal akses, peran atau partisipasi, kontrol dan manfaat yang diperoleh
mereka dalam kehidupan politik. Kesenjangan akses, partisipasi politik, kontrol dan
manfaat antara perempuan dan laki-laki dalam politik dan pemerintahan atau
pelayanan publik secara langsung menyebabkan ketidaksetaraan terhadap
kedudukan politik perempuan dan laki-laki sehingga kesenjangan tersebut harus
menjadi perhatian dalam menyusun kebijakan/program supaya bisa lebih terfokus,
efisien, dan efektif dalam mencapai sasaran.
Salah satu strategi partai-partai politik untuk memperebutkan suara perempuan itu
adalah dengan menempatkan calon legislatif perempuan dalam daftar calon
legislatif. Ditambah lagi dengan dimasukkannya affirmative action yang dilakukan
oleh kaukus perempuan di DPR, LSM, dan aktivis perempuan lainnya.
Debat tentang rendahnya keterwakilan perempuan dalam politik terletak pada dua
perspektif tentang perempuan dalam keterwakilan politik, yaitu deskriptif dan
subtantif (Tremblay dan Pelletier: 2001). Perspektif deskriptif berpandangan bahwa
kelembagaan politik merupakan refleksi dari komposisi civil society sehingga dapat
merepresentasikan keragaman dalam masyarakat, termasuk gender. Model
keterwakilan deskriptif menghendaki peningkatan kehadiran perempuan dalam
kelembagaan selama hal itu merefleksikan proporsi populasi mereka secara lebih
Keempat, anggaran pemilu yang responsif gender adalah anggaran yang responsif
terhadap kebutuhan laki-laki dan perempuan dalam politik dan penyelenggaraan
pemilu serta memberi manfaat kepada laki-laki dan perempuan secara setara dalam
kehidupan politik. Ciri utama anggaran pemilu responsif gender adalah menjawab
kebutuhan perempuan dan laki-laki dalam proses politik elektoral, serta
memberikan manfaat kepada perempuan dan laki-laki secara setara dalam
penyelenggaraan pemilu. Melalui anggaran pemilu responsif gender, kesenjangan
gender dalam kehidupan politik diharapkan dapat dihilangkan atau setidaknya
dapat dikurangi.
Aktivitas
Kegiatan perkuliahan ini dilakukan dengan tatap muka dosen dengan mahasiswa di
dalam kelas. Dosen pengampu mempresentasikan materi perkuliahan kemudian
diselingi dengan tanya jawab dan dilanjutkan dengan sesi diskusi kelompok. Media
ajar yang digunakan menggunakan tampilan power point, dan white board dengan
referensi buku, jurnal, dan regulasi terkait.
Tugas
Tugas yang diberikan berupa review buku mengenai studi perencanaan dan
penganggaran pemilu yang responsif gender.
Latihan
Latihan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan kunci yang menjadi bahan diskusi di
kelas:
1. Bagaimanakah perencanaan dan penganggaran pemilu yang responsif
gender di Indonesia?
2. Berikan contoh perencanaan dan penganggaran pemilu yang responsif
gender di negara lain.
Rangkuman
Perencanaan dan penganggaran pemilu yang responsif gender merupakan
perencanaan dan penganggaran pemilu yang disusun dengan mempertimbangkan
empat aspek yaitu: akses dalam kegiatan pemilu, partisipasi politik dan memilih,
kontrol terhadap kegiatan pemilu, dan manfaat yang dilakukan secara setara antara
perempuan dan laki-laki dalam proses penyelenggaraan pemilu. Hal ini berarti
Pengelolaan Keuangan Pemilu | 35
bahwa perencanaan dan penganggaran penyelenggaraan pemilu tersebut
mempertimbangkan aspirasi, kebutuhan dan permasalahan pihak perempuan dan
laki-laki, baik dalam proses penyusunan maupun dalam pelaksanaan kegiatan
pemilihan umum.
Penutup
Tes formatif
Tes Formatif:
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Perencanaan dan penganggaran pemilu
yang responsif gender!
2. Apa kebutuhan dan kepentingan dari Perencanaan dan penganggaran
pemilu yang responsif gender?
Tindak Lanjut
Elaborasi konsep Perencanaan dan penganggaran pemilu yang responsif gender di
negara-negara lain melalui studi kasus.
Daftar Pustaka
Joko Sutarso. (2011). Konstruksi Isu Gender dalam Politik Studi Kasus Pemilihan
Umum 2004. Komuniti, Vol. II, No. 2, Januari 2011.
Supiandi, Yusuf. (2008). Bunga Rampai Pengarusutamaan Gender, Jakarta:
Quinn, S. (2009). Gender Budgeting: Practical Implementation Handbook.
Strasbourg Cedex.
World Health Organization. (2010). Gender in Health. Geneva: WHO.
Deskripsi singkat
Pengelolaan keuangan pemilu mengenal empat prinsip yaitu transparansi, Efisiensi
dan Efektivitas, Integritas, dan akuntabilitas. Empat prinsip itu menjadi dasar bagi
bekerjanya sistem pemilu yang berintegritas.
Manfaat
Pemberian subtopik prinsip pengelolaan keuangan pemilu akan memberikan
pemahaman tentang pentingnya mengimplementasikan prinsip pengelolaan
keuangan pemilu.
Relevansi
Pembahasan mengenai prinsip pengelolaan keuangan pemilu penting untuk
memastikan penyelenggaran pemilu yang berintegritas menuju demokratisasi di
Indonesia.
Learning outcome
Setelah mengikuti mata kuliah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami prinsip-
prinsip pengelolaan keuangan pemilu
Penyajian
Prinsip-prinsip pengelolaan keuangan pemilu: Beberapa kebutuhan bagi
pengelolaan keuangan lembaga penyelenggara pemilu seperti penganggaran,
pengadaan, otorisasi pengeluaran, pelaporan keuangan dan pemeriksaan mungkin
terkandung dalam peraturan perundang-undangan, akuntansi dan kode pelaporan
keuangan, atau dalam peraturan lembaga penyelenggara pemilu atau peraturan
pemerintah. Sebuah kerangka hukum yang jelas untuk pengelolaan keuangan
lembaga penyelenggara pemilu memberikan kepastian, keteraturan dan
konsistensi, dan mendorong tata pemerintahan yang baik dalam lembaga
penyelenggara pemilu. Selain kerangka hukum, terdapat beberapa prinsip dasar
yang merupakan dasar dari kebijakan dan prosedur keuangan sebagai praktik
pengelolaan pemilu yang baik. IDEA Internasional (2006:219) mengemukakan
empat prinsip dalam pengelolaan keuangan pemilu, yaitu:
Transparansi
Transparansi keuangan menimbulkan kesadaran publik dan stakeholder tentang
struktur dan program lembaga penyelenggara pemilu, kebijakan dan tantangan
keuangan, dan dapat meningkatkan kepercayaan stakeholder terhadap kemampuan
lembaga penyelenggara pemilu. Transparansi keuangan juga mempromosikan tata
kelola pemilu yang baik dan berfungsi sebagai pencegah terjadinya korupsi dan
penipuan dalam lembaga penyelenggara pemilu. Ketika ada dugaan praktik-praktik
buruk atau tidak jujur, lembaga penyelenggara pemilu dapat lebih melindungi
kredibilitas dengan ketat memaparkan praktik-praktik tersebut, dan bukan
berusaha menyembunyikannya.
Integritas
Komitmen semua anggota lembaga penyelenggara pemilu dan staf untuk
berintegritas dalam perilaku mereka adalah dasar integritas organisasi. Kode etik
dan kebijakan yang kuat dalam mengatasi konflik kepentingan mempromosikan
integritas. Integritas dalam pengelolaan keuangan meliputi transaksi moneter serta
isu-isu seperti menghormati kekayaan intelektual. Pengembangan sistem
manajemen keuangan yang terintegrasi dengan audit yang jelas akan memudahkan
ditemukannya dan dilaporkannya pelanggaran terhadap standar integritas
keuangan. Sebuah rezim yang berlaku sungguh-sungguh dalam penegakan sanksi
terhadap pelanggaran integritas akan meningkatkan kepercayaan publik terhadap
lembaga penyelenggara pemilu.
Akuntabilitas
Akuntabilitas merupakan aspek penting dari integritas pemilu. Pada gilirannya,
penyelenggara pemilu dan pembuat kebijakan yang bertanggung jawab atas
kualitas proses pemilihan yang dikelola penyelenggara pemilu.
Aktivitas
Kegiatan perkuliahan ini dilakukan dengan tatap muka dosen dengan mahasiswa di
dalam kelas dan kunjungan ke NGO terkait dengan kepemiluan. Dosen pengampu
mempresentasikan materi perkuliahan kemudian diselingi dengan tanya jawab dan
dilanjutkan dengan sesi diskusi kelompok. Mahasiswa juga diajak untuk berkunjung
ke NGO pemilu sebagai proses belajar dari laboratorium langsung. Media ajar yang
digunakan menggunakan tampilan power point, dan white board dengan referensi
buku, jurnal, dan regulasi terkait dengan perencanaan dan anggaran pemilu.
Tes Formatif:
1. Jelaskanlah apa saja prinsip-prinsip pemilu tersebut!
2. Jelaskan implementasi dari prinsip-prinsip tersebut!
Tindak Lanjut
Menggunakan prinsip-prinsip pemilu untuk menganalisis implementasi kepemiluan
di Indonesia.
Daftar Pustaka
International IDEA, Electoral Management Design: he International IDEAHandbook
(Stockholm: International IDEA, 2006), diakses melalui
http://www.idea.int/publications/emd pada 9 Agustus 2013.
Pendahuluan
Deskripsi Singkat
Terdapat lima model dalam pendanaan pemilu yaitu pendanaan oleh negara atau
pendanaan publik melalui APBN, model pendanaan oleh negara yang terpisah dari
APBN, model pendanaan pemilu terintegrasi, pendanaan pemilu oleh donor, dan
pendanaan pemilu dari pelbagai sumber.
Manfaat
Pemberian subtopik model pendanaan pemilu berfungsi untuk memberi
pengetahuann mengenai empat model pendanaan pemilu yang digunakan di
negara-negara di dunia.
Relevansi
Pembahasan mengenai model-model pendanaan pemilu memiliki relevansi studi
kepemiluan untuk memastikan pemilu yang berintegritas.
Learning outcome
Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami model-
model pendanaan pemilu serta mengetahui dan memahami kelebihan dan
kekurangan model-model pendanaan pemilu.
Penyajian
Bantuan donor dari PBB, European Commission, USAID dan sumber-sumber lain
telah memberikan kontribusi signifikan untuk mendanai proses pemilu di banyak
negara. Terdapat pola pertumbuhan bantuan donor regional. Misalnya, Afrika
Selatan dan negara-negara SADC lainnya menawarkan dukungan elektoral untuk
lembaga penyelenggara pemilu dari negara anggota SADC lain, dan OAS telah
memberikan bantuan regional di negara-negara seperti Haiti.
Ketersediaan dana donor sangat dipengaruhi oleh siklus pendanaan donor tersebut
sehingga kemungkinan akan sulit untuk disinkronkan dengan waktu yang
dibutuhkan oleh lembaga penyelenggara pemilu. Bantuan donor biasanya
disalurkan secara langsung kepada lembaga penyelenggara pemilu atau bisa juga
melalui kementerian. Penyaluran dana secara langsung kepada lembaga
penyelenggara pemilu memudahkan pencairan dan memberikan garis langsung
dalam akuntabilitasnya. Di Kamboja, lembaga penyelenggara pemilu memiliki
rekening khusus di Kementerian Keuangan Kamboja yang dibentuk untuk
pendanaan manajemen pemilu dari semua sumber. Persyaratan akuntansi yang
berbeda dari beberapa donor juga dapat mempersulit mekanisme pelaporan
keuangan lembaga penyelenggaraan pemilu tersebut. Namun, sebaliknya,
persyaratan yang berbeda tersebut juga dapat mendorong lembaga penyelenggara
pemilu untuk meninjau dan memperbaiki sistem akuntabilitas keuangan mereka
sendiri.
Tabel 5.1.
Beberapa Keuntungan utama dan Kerugian
Pendanaan Donor Internasional untuk Proses Pemilu
Keuntungan Kerugian
Dapat memastikan kegiatan pemilu Dapat menimbulkan ketergantungan
dapat diselenggarakan pada dana asing dalam proses pemilu.
Bantuan teknis yang didanai donor Dapat menyebabkan praktik pemilu
dapat meningkatkan standar yang mahal dan tidak berkelanjutan.
administrasi pemilu.
Bantuan dengan menerapkan standar Kecuali dikoordinasikan dengan hati-
internasional dapat meningkatkan hati, dapat menyebabkan duplikasi
kebebasan dan kewajaran proses pendanaan.
pemilu.
Transfer keterampilan melalui Dapat berkonsentrasi pada kegiatan
bimbingan teknis dapat membuat yang profil tinggi di mana merugikan
perbaikan yang berkelanjutan dalam orang-orang penting.
proses pemilu.
Bantuan donor yang dikoordinasikan Tidak ada jaminan bahwa dana yang
dapat mengatasi kesenjangan kritis diterima dapat cair tepat waktu.
dalam anggaran lembaga
penyelenggara pemilu.
Pendanaan dapat membantu lembaga Kemungkinan solusi yang tidak efektif
penyelenggara pemilu dalam atau tidak sesuai dengan lingkungan
meningkatkan pelayanan dan yang diberikan kepada lembaga
kredibilitas dengan menerapkan penyelenggara pemilu.
teknologi tepat guna.
Dapat mendorong lembaga Mungkin sulit untuk menerapkan
penyelenggara pemilu dalam mekanisme akuntansi yang berbeda
meningkatkan manajemen keuangan yang diwajibkan oleh beberapa
dan proses akuntansi mereka. donor.
Sumber: The International IDEA, 2006:212
Aktivitas
Kegiatan perkuliahan ini dilakukan dengan tatap muka dosen dengan mahasiswa di
dalam kelas. Dosen pengampu mempresentasikan materi perkuliahan kemudian
diselingi dengan tanya jawab dan dilanjutkan dengan sesi diskusi kelompok. Media
ajar yang digunakan menggunakan tampilan power point, dan white board dengan
referensi buku, jurnal, dan regulasi terkait dengan perencanaan dan anggaran
pemilu.
Tes Formatif:
1. Jelaskanlah model-model pendanaan pemilu?
2. Jelaskan apa perbedaan model-model pendanaan pemilu?
Tindak Lanjut
Menggunakan pengetahuan mengenai model-model pendanaan pemilu dengan
melakukan pemetaan negara-negara mana saja yang menggunakan model
pendanan pemilu tertentu.
Pendahuluan
Deskripsi Singkat
Biaya pemilu menjadi tiga kategori, yaitu biaya inti (atau biaya langsung), biaya
difusi (atau biaya tidak langsung), dan biaya integritas: biaya selain biaya inti. Selain
itu, pada negara transisi demokrasi atau demokrasi yang sedang berkembang
mengenal adanya biaya tambahan. Biaya untuk menjamin integritas pemilu sering
disponsori oleh lembaga di luar lembaga penyelenggara pemilu, terutama oleh
komunitas donor. Biaya tambahan tersebut tidak termasuk dalam analisis anggaran
Lembaga Penyelenggara Pemilu, meskipun anggaran berhubungan dengan fungsi
yang harus dilaksanakan Lembaga Penyelenggara Pemilu.
Manfaat
Pemberian subtopik penyusunan rencana kerja dan anggaran pemilu akan
memberikan pemahaman tentang pentingnya biaya pemilu dalam model
kepemiluan berbeda.
Relevansi
Pembahasan mengenai penyusunan rencana kerja dan anggaran pemilu untuk
memberi pemahaman mengenai model dan biaya pemilu untuk mencapai pemilu
yang berintegritas dan demokrasi yang baik.
Learning outcome
Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami rencana
kerja dan penganggaran, terutama terkait dengan biaya pemilu.
Penyajian
Apa yang perlu dibiayai dalam penyelenggaraan pemilu? Keuangan pemilu adalah
anggaran pemilu atau biaya yang dikeluarkan suatu negara untuk melaksanakan
berbagai kegiatan yang dilakukan oleh lembaga penyelenggara pemilu dan lembaga
lain untuk mengatur dan melakukan proses pemilihan umum. Beberapa biaya
pemilu mungkin mudah diidentifikasi, sementara yang lain mungkin sulit untuk
diukur karena mereka termasuk ke dalam anggaran pelayanan umum instansi
pemerintah lainnya.
Pada negara transisi demokrasi atau demokrasi yang sedang berkembang, biaya
untuk menjamin integritas pemilu sering disponsori oleh lembaga di luar lembaga
penyelenggara pemilu, terutama oleh komunitas donor. Biaya tambahan tersebut
tidak termasuk dalam analisis anggaran Lembaga Penyelenggara Pemilu, meskipun
anggaran berhubungan dengan fungsi yang harus dilaksanakan Lembaga
Penyelenggara Pemilu. Menurut UNDP dan IFES, biaya inti secara proporsional
adalah komponen tertinggi dalam demokrasi yang stabil, sebagai kemajuan dalam
menuju konsolidasi demokrasi yang cenderung mengarah pada penurunan biaya
integritas dan peningkatan biaya inti. Peningkatan hasil dari biaya inti dari tuntutan
peningkatan partisipasi dikembangkan melalui peningkatan pelaksanaan pemilu
yang dapat diakses, dan melalui penggunaan teknologi untuk mempercepat
pendaftaran pemilih, voting dan pengumuman hasil pemilu.
Proyek CORE yang dilakukan UNDP dan IFES lebih lanjut menunjukkan bahwa biaya
difusi cenderung lebih tinggi di negara-negara demokrasi yang stabil, terutama di
Eropa Barat, di mana proses pemilu lebih banyak dilaksanakan oleh lembaga
penyelenggara pemilu pemerintah di bawah Model Pemerintah atau Model
Campuran, dan di mana beberapa instansi pemerintah ikut serta dalam
mengimplementasikan pelayanan pemilu. Misalnya, Lembaga Pencatatan Sipil
Nasional bertanggung jawab untuk menyediakan data Pendaftaran Pemilu, seperti
di Hungaria dan Norwegia, yang menimbulkan biaya-biaya yang terkait dengan
kegiatan pemilu yang mungkin sulit dipisahkan dari biaya Pencatatan Sipil secara
keseluruhan. Bahkan, di mana pemerintah memiliki kebijakan cost recovery untuk
pelayanan pemilu lembaga pemerintah, biaya sebenarnya mungkin tidak akan
dikenakan.
Aktivitas
Kegiatan perkuliahan ini dilakukan dengan tatap muka dosen dengan mahasiswa di
dalam kelas. Dosen pengampu mempresentasikan materi perkuliahan kemudian
diselingi dengan tanya jawab dan dilanjutkan dengan sesi diskusi kelompok. Media
ajar yang digunakan menggunakan tampilan power point, dan white board dengan
referensi buku, jurnal, dan regulasi terkait dengan perencanaan dan anggaran
pemilu.
Tes Formatif:
1. Jelaskanlah apa yang dimaksud dengan biaya kepemiluan?
2. Sebutkan negara-negara yang mengenal model biaya kepemiluan satu dan
lainnya?
Tindak Lanjut
1. Mampu mengindentifikasi model biaya kepemiluan yang diimplementasikan
di Indonesia.
2. Mampu memetakan model biaya kepemiluan beserta negara yang
menganut model biaya kepemiluan tersbeut.
Pendahuluan
Deskripsi Singkat
Manfaat
Relevansi
Learning outcome
Penyajian
Pengertian Kualitas Belanja Pemilu
Kualitas sebagai kata benda diartikan sebagai an inherent or distinguish
characteristic, roperty, or attribute. Sebagai kata sifat, kualitas diartikan sebagai
having a high degree of excellence. Dengan demikian, kualitas belanja (atau belanja
yang berkualitas) berarti suatu “ukuran” atas belanja yang mempunyai karakteristik
dengan suatu derajat keutamaan yang tinggi. Atau dengan kata lain, belanja
berkualitas adalah belanja yang dialokasikan berdasarkan prioritas pembangunan
yang dilakukan secara efisien dan efektif, tepat waktu, transparan dan akuntabel.
Azwar Abubakar (2012) juga berpendapat belanja berkualitas terkait dengan aspek
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan publik serta diperlihatkan dari
hasil pelaksanaan reformasi birokrasi, K/L/pemda seperti raihan opini WTP dari BPK,
instansi yang LAKIP-nya bagus, dan menurunnya Indeks Persepsi Korupsi (IPK).
Berdasarkan pendapat Azwar ini belanja pemilu dapat dikatakan berkualitas apabila
anggaran pemilu dikelola secara transparansi dan akuntabilitas yang diperlihatkan
dari hasil kinerja yang dicapai lembaga penyelenggara pemilu dan dilaporkan sesuai
1
Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2008: Meningkatkan Kualitas Belanja Kementerian/Lembaga.
Konferensi Pers pada kamis 16 Agustus 2007 di Departemen Keuangan.
Pengelolaan Keuangan Pemilu | 49
dengan standar laporan keuangan publik dan standar laporan kinerja dan bebas dari
tindak Korupsi.
Selain itu, terdapat dua belas indikator belanja berkualitas yang dapat
dikelompokkan ke dalam 5 atribut belanja berkualitas (Latent Variable), yaitu: 1)
Prioritas Belanja; 2) Ketepatan Alokasi Belanja; 3) Ketepatan Waktu; 4)
Akuntabilitas dan Transparansi, dan 5) Efektivitas dan efisiensi belanja (Cost
efficiency and effectiveness). Kelima latent variable tersebut secara kualitatif saling
terkait. Keterkaitannya dapat dijelaskan pada bahasan berikut. Sesuai dengan
“nature”-nya, anggaran merupakan sesuatu yang terbatas. Oleh karena itu, setiap
perencanaan dan penganggaran atas sebuah program dan kegiatan akan bermuara
pada keterbatasan anggaran. Keterbatasan anggaran tersebut memunculkan
“urutan pilihan” atau prioritas. Dalam bahasa manajemen keuangan, hal tersebut
dikenal sebagai “capital rationing”. Belanja berkualitas tentu akan menempatkan
atribut prioritas untuk dilaksanakan dengan disiplin tinggi. Kedisiplinan yang tinggi
terhadap prioritas akan menentukan ketepatan alokasi anggaran seperti yang
ditunjukkan oleh indikator besaran alokasi belanja modal dan alokasi belanja
pegawai. Jadi, ketepatan alokasi merupakan salah satu atribut kualitas belanja.
Selanjutnya, prioritas belanja yang telah ditentukan secara baik, dan kemudian
dianggarkan tidak akan berarti jika anggarannya tidak disusun tepat waktu, dan
demikian pula jika realisasi belanja maupun pendapatan tidak tepat waktu. Jadi,
atribut ketepatan waktu merupakan hal yang tidak kalah penting dalam belanja
yang berkualitas. Lebih jauh, belanja yang berkualitas dapat dipahami dengan jelas
bahwa belanja tersebut memenuhi konsep 3 E’s (Ekonomi, Efisien, dan Efektif).
Untuk itu, maka atribut tersebut haruslah sejalan atau didukung dengan atribut
ketepatan waktu dan ketepatan alokasi belanja. Selain itu, pastilah tuntutan atas
belanja pemerintah yang dikelola harus transparan dan akuntabel atas asas
ekonomis, efisiensi, dan efektivitas belanja yang dilakukan. Jadi atribut transparansi
dan akuntabilitas dapat dipahami sebagai salah satu atribut pada kualitas belanja.
Aktivitas
Kegiatan perkuliahan ini dilakukan dengan tatap muka dosen dengan mahasiswa di
dalam kelas dan kunjungan ke bagian anggaran KPU setempat. Dosen pengampu
mempresentasikan materi perkuliahan kemudian diselingi dengan tanya jawab dan
dilanjutkan dengan sesi diskusi kelompok. Mahasiswa juga diajak untuk berkunjung
ke bagian anggaran KPU sebagai proses belajar dari laboratorium langsung. Media
ajar yang digunakan menggunakan tampilan power point, dan white board dengan
referensi buku, jurnal, dan regulasi terkait dengan perencanaan dan anggaran
pemilu.
Tes Formatif:
1. Jelaskanlah apa saja prinsip-prinsip dalam teknik penilaian kewajaran biaya
penyelenggaraan pemilu (electoral quality spending)?
2. Jelaskan apakah belanja publik berkualitas tersebut?
Daftar Bacaan
Kumorotomo, Wahyudi, dan Erwan Agus Purwanto. (2005). Anggaran berbasis
kinerja: konsep dan aplikasinya. Yogyakarta: Magister Administrasi Publik
Universitas Gadjah Mada, bekerja sama dengan Asosiasi DPRD Kota Seluruh
Indonesia.
Yuwono, Sony, Agus Indrajaya (Tengku), dan Hariyandi. (2005). Penganggaran
Sektor Publik. Jakarta: Bayumedia Publishing.
Pendahuluan
Deskripsi Singkat
Lembaga penyelenggara pemilu dapat membentuk panitia pengadaan internal
mereka sendiri untuk mengelola pengadaan secara mandiri. Hal ini akan
meningkatkan kontrol sebuah lembaga penyelenggara pemilu atas keputusan dan
waktu pengadaan, tetapi membuatnya harus bertanggung jawab untuk semua
pengadaan.
Manfaat
Pemberian subtopik pengadaan pemilu yang berintegritas akan memberikan
pemahaman tentang pentingnya mengetahui dan mengawasi pengadaan pemilu
demi terciptanya pemilu yang baik.
Relevansi
Pembahasan mengenai pengadaan pemilu yang berintegritas memiliki relevansi
studi kepemiluan untuk memastikan mekanisme demi menjalankan fungsi
pengawasan dan kontrol.
Learning outcome
Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami
pengadaan pemilu yang berintegritas.
Penyajian
(Catatan: Subtopik pengadaan pemilu ini sangat terkait dengan modul logistik dan
pengadaan barang)
Aktivitas
Kegiatan perkuliahan ini dilakukan dengan tatap muka dosen dengan mahasiswa di
dalam kelas. Dosen pengampu mempresentasikan materi perkuliahan kemudian
diselingi dengan tanya jawab dan dilanjutkan dengan sesi diskusi kelompok. Media
ajar yang digunakan menggunakan tampilan power point, dan white board dengan
referensi buku, jurnal, dan regulasi terkait.
Latihan
Latihan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan kunci yang menjadi bahan diskusi di
kelas:
1. Bagaimanakah pengadaan pemilu di Indonesia?
2. Berikan contoh pengadaan pemilu di negara lain!
Rangkuman
Lembaga penyelenggara pemilu harus memastikan bahwa proses pengadaan yang
mereka lakukan sepenuhnya transparan, memenuhi standar kejujuran tertinggi,
tidak diskriminatif, termasuk proses tender yang benar-benar kompetitif,
menentukan pemenang tender dengan alasan obyektif yang dapat dibuktikan dan
bebas dari segala noda korupsi.
Penutup
Tes formatif
Tes Formatif
1. Jelaskanlah apa yang dimaksud proses pengadaan pemilu?
2. Apa kebutuhan dan kepentingan dari proses pengadaan pemilu?
Tindak Lanjut
Elaborasi konsep proses pengadaan pemilu di Indonesia dan negara-negara lain.
Daftar Bacaan
Suherman, Ade Maman. (2010). Pengadaan Barang dan Jasa (government
procurement): perspektif kompetisi, kebijakan ekonomi, dan hukum
perdagangan internasional. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Suswinarno. (2012). Aman dari Risiko dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Jakarta: Visi Media.
Pendahuluan
Deskripsi Singkat
Ketersediaan dana sangat penting sehingga panitia ad hoc dapat dibayar dan logistik
tidak terhambat. Keterlambatan dalam proses pencairan dana penyelenggaraan
pemilu dapat menimbulkan masalah yang besar dalam administrasi pemilu. Hal ini
dapat menunda keputusan atau keterlambatan waktu untuk melakukan proses
lelang dengan integritas yang tinggi atau mendapatkan pasokan barang yang
berkualitas. Keterlambatan pembayaran kepada pemasok dapat menyebabkan
gangguan pasokan peralatan pemilu dalam waktu yang kritis.
Manfaat
Pemberian subtopik pelaksanaan anggaran dan perubahan anggaran pemilu:
mengatasi perubahan yang tak terduga dengan asumsi perencanaan akan
memberikan pemahaman akan kebutuhan-kebutuhan kepemiluan yang bersifat
tidak rutin. Pemahaman ini akan berfungsi menjadi mekanisme mitigasi
perencanaan.
Relevansi
Pembahasan mengenai pelaksanaan anggaran dan perubahan anggaran pemilu:
mengatasi perubahan yang tak terduga dengan asumsi perencanaan terkait tahapan
perencanaan dan pengangaran sebagai bagian dari persiapan pemilu.
Learning outcome
Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami
pelaksanaan anggaran dan perubahan anggaran pemilu: mengatasi perubahan yang
tidak terduga dalam dalam asumsi perencanaan.
Penyajian
Ketersediaan Dana Anggaran
Di banyak negara, Perbendaharaan Negara memberikan dana kepada lembaga
penyelenggara pemilu dalam bentuk lump sum setelah mendapat persetujuan
legislatif, atau pada awal setiap tahun anggaran, seperti di Senegal. Hal ini berlaku
di mana lembaga penyelenggara pemilu memiliki otonomi atas keuangannya, dan
memiliki rekening bank sendiri, seperti di Gambia. Dalam beberapa kasus, dana
lembaga penyelenggara pemilu disimpan dan dikelola oleh Departemen Keuangan,
dan lembaga penyelenggara pemilu membuat permintaan resmi untuk kreditur dan
staf, terutama dengan cek. Anggaran lembaga penyelenggara pemilu dibebankan
Selama pemilu, ketersediaan dana sangat penting sehingga panitia ad hoc dapat
dibayar dan logistik tidak terhambat. Adalah tidak pantas untuk menunda hari
pelaksanaan pemilu karena uang untuk membayar panitia lokal belum ditransfer ke
rekening Divisi. Sementara itu, adalah hal biasa untuk menunda pembayaran uang
selama beberapa bulan dalam menyelesaikan tagihan karena banyaknya biaya
pemilu yang perlu ditutupi sebelum hari pemilihan. Oleh karena itu, jumlah dana
yang tersedia perlu dipastikan pada waktu yang sangat penting ini sebagai bagian
dari perencanaan logistik untuk pemilu. Negara yang demokrasinya sedang tumbuh
sering gagal untuk mendanai proses pemilihan umum secara memadai dan tepat
waktu. Proses pengeluaran lembaga penyelenggara pemilu dan arus kas
dikendalikan oleh kementerian pemerintah dan tunduk pada peraturan dan
prosedur pemerintah sehingga mungkin ada keterlambatan dalam menyalurkan
dana yang kritis.
Aktivitas
Kegiatan perkuliahan ini dilakukan dengan tatap muka dosen dengan mahasiswa di
dalam kelas. Dosen pengampu mempresentasikan materi perkuliahan kemudian
diselingi dengan tanya jawab dan dilanjutkan dengan sesi diskusi kelompok. Media
ajar yang digunakan menggunakan tampilan power point, dan white board dengan
referensi buku, jurnal, dan regulasi terkait.
Tugas
Tugas yang diberikan berupa review anggaran mengenai studi pelaksanaan
anggaran dan perubahan anggaran pemilu: mengatasi perubahan yang tak terduga
dalam asumsi perencanaan.
Latihan
Latihan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan kunci yang menjadi bahan diskusi di
kelas:
1. Bagaimanakah pelaksanaan anggaran dan perubahan anggaran pemilu:
mengatasi perubahan yang tak terduga dalam asumsi perencanaan?
2. Berikan contoh pelaksanaan anggaran dan perubahan anggaran pemilu:
mengatasi perubahan yang tak terduga dalam asumsi perencanaan!
Rangkuman
Memberikan lembaga penyelenggara pemilu kewenangan untuk melakukan kontrol
terhadap prosedur dan sistem pembayaran mereka sendiri akan meningkatkan
kredibilitas mereka sebagai lembaga independen dari pemerintah, dan dapat
menyebabkan proses pembayaran lebih cepat. Namun, hal itu juga memberikan
beban kerja tambahan dan beban kontrol yang lebih besar kepada lembaga
penyelenggara pemilu untuk memastikan bahwa semua pembayaran dilakukan
dengan benar, tepat waktu, dan dengan standar kejujuran yang tinggi.
Penutup
Tes formatif
Tes Formatif:
1. Jelaskanlah apa yang dimaksud dengan pelaksanaan anggaran dan
perubahan anggaran pemilu: mengatasi perubahan yang tak terduga dalam asumsi
perencanaan!
2. Apakah fungsi dari pelaksanaan anggaran dan perubahan anggaran pemilu:
mengatasi perubahan yang tak terduga dalam asumsi perencanaan?
Daftar Bacaan
Bastian, Indra. (2006). Akuntasi Sektor Publik. Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.
Kumorotomo, Wahyudi, Erwan Agus Purwanto. (2005). Anggaran berbasis kinerja:
konsep dan aplikasinya. Yogyakarta: Magister Administrasi Publik Universitas
Gadjah Mada, bekerja sama dengan Asosiasi DPRD Kota Seluruh Indonesia.
Yuwono, Sony, Agus Indrajaya (Tengku), dan Hariyandi. (2005). Penganggaran
Sektor Publik. Jakarta: Bayumedia Pub.
Pendahuluan
Deskripsi Singkat
Terdapat empat standar level pengawasan dalam pengelolaan keuangan lembaga
penyelenggara pemilu, yaitu: Proses persetujuan pengadaan dan penganggaran,
pengawasan internal, monitoring internal, review internal dan evaluasi atau review
eksternal. Pengawasan internal dilakukan oleh staf lembaga penyelenggaraan
pemilu yang bertanggung jawab untuk mengelola sumber daya keuangan di semua
tingkatan. Termasuk kepala divisi, yang bertanggung jawab untuk memantau dan
menilai kinerja staf dan mengelola anggaran divisi mereka. Proses pengawasan
keuangan juga mencakup audit eksternal, yang biasanya diperlukan setidaknya
setiap tahun, dan sering setelah kegiatan pemilu dilaksanakan.
Manfaat
Pemberian subtopik pengawasan keuangan pemilu akan memberikan pemahaman
mengenai fungsi kontrol dalam keuangan berdasarkan prinsip transparansi dan
akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemilu yang baik.
Relevansi
Pembahasan mengenai pengawasan keuangan pemilu memiliki relevansi studi
kepemiluan untuk berjalannya fungsi kontrol menuju pemilu yang berintegritas.
Learning outcome
Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami
pengawasan keuangan pemilu secara baik.
Penyajian
Terdapat empat standar level pengawasan dalam pengelolaan keuangan lembaga
penyelenggara pemilu, yaitu: Proses persetujuan pengadaan dan penganggaran,
pengawasan internal, monitoring internal, review internal dan evaluasi atau review
eksternal. Pengawasan ini diperlukan untuk memastikan bahwa kesalahan dapat
diperbaiki, dan korupsi atau pelanggaran dapat dicegah. Tingkat yang paling dasar
dari prosedur pengawasan lembaga penyelenggara pemilu adalah prosedur
lembaga penyelenggara pemilu untuk menyetujui pengadaan dan otorisasi
penganggaran. Persetujuan anggaran di atas plafon anggaran yang ditetapkan lebih
efektif didelegasikan kepada staf sekretariat dengan senioritas yang tepat. Faktor
yang penting adalah difusi kontrol, misalnya dengan mewajibkan persetujuan
transaksi dari:
1. Area operasional yang menuntut komitmen keuangan;
2. Area kontrol keuangan yang memeriksa bahwa komitmen sejalan dengan
arah strategis lembaga pemyelenggara pemilu dan kebijakan keuangan;
dan
3. Area pencairan keuangan yang mengotorisasi pembayaran untuk
transaksi.
Tugas
Tugas yang diberikan berupa review buku atau jurnal mengenai pengawasan
keuangan pemilu.
Latihan
Latihan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan kunci yang menjadi bahan diskusi di
kelas:
Rangkuman
Terdapat dua macam pengawasan keuangan pemilu yaitu intenal dan eksternal.
Pengawasan internal dilakukan oleh staf lembaga penyelenggaraan pemilu
sementara audit eksternal dapat dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan
Pemerintah atau oleh kontraktor swasta, yang meneliti transaksi keuangan lembaga
penyelenggara pemilu untuk periode berkenaan dan meneliti laporan apakah bebas
dari penyimpangan, dan juga mengidentifikasi bidang pengelolaan keuangan yang
memerlukan perbaikan.
Penutup
Tes formatif
Tes Formatif:
1. Jelaskanlah apa yang dimaksud dengan pengawasan keuangan pemilu!
2. Apa kebutuhan dan kepentingan pengawasan keuangan pemilu!
Tindak Lanjut
Elaborasi konsep pengawasan keuangan pemilu di negara-negara lain melalui studi
kasus.
Daftar Bacaan
Bohari. (1992). Pengawasan keuangan negara. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Tjitrosidojo, Soemardjo. (1981). Beberapa aspek mengenai sistem pengawasan
keuangan negara dalam rangka pelaksanaan pembangunan yang efisien.
Jakarta: Balai Pembinaan Administrasi, Akademi Administrasi Negara.
Widayadi, Didi. (2009). Pengawasan akuntabilitas keuangan negara. Jakarta: Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.
Pendahuluan
Deskripsi Singkat
Aset lembaga penyelenggara pemilu adalah milik publik sehingga lembaga
penyelenggara pemilu memiliki tanggung jawab untuk melindungi nilai mereka
dengan mengendalikan semua aset, peralatan, bahan dan aset lain seperti
pembelian software. Tanggung jawab untuk manajemen aset harus jelas
diidentifikasi dalam struktur dan deskripsi pekerjaan staf badan pelaksana pemilu
itu. Waktu pembelian aset sangat penting untuk memastikan baik penggunaan dana
yang efisien maupun ketersediaan aset untuk kegiatan pemilu, dan kebutuhan
untuk mempertimbangkan isu-isu seperti produksi, lead time, biaya penyimpanan
dan fasilitas distribusi.
Manfaat
Pemberian subtopik manajemen aset lembaga penyelenggara pemilu akan
memberikan pemahaman tentang pentingnya pengelolaan asset dengan komitmen
dan tanggung jawab.
Relevansi
Pembahasan mengenai manajemen aset lembaga penyelenggara pemilu memiliki
relevansi studi kepemiluan untuk memastikan berfungsinya mekanisme control dan
sustainabilitas asset lembaga kepemiluan.
Learning outcome
Setelah mengikuti mata kuliah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami
manajemen aset lembaga penyelenggara pemilu dan pentingnya pengelolaan
manajemen asset tserbut.
Penyajian
Manajemen Aset
Aset lembaga penyelenggara pemilu adalah milik publik, sehingga lembaga
penyelenggara pemilu memiliki tanggung jawab untuk melindungi nilai mereka
dengan mengendalikan semua aset, peralatan, bahan dan aset lain seperti
pembelian software. Tanggung jawab untuk manajemen aset harus jelas
diidentifikasi dalam struktur dan deskripsi pekerjaan staf badan pelaksana pemilu
itu. Donor juga mungkin ingin memastikan bahwa lembaga penyelenggara pemilu
memiliki kapasitas untuk mengelola semua aset yang mereka berikan.
Aktivitas
Kegiatan perkuliahan ini dilakukan dengan tatap muka dosen dengan mahasiswa di
dalam kelas. Dosen pengampu mempresentasikan materi perkuliahan kemudian
diselingi dengan tanya jawab dan dilanjutkan dengan sesi diskusi kelompok. Media
ajar yang digunakan menggunakan power point, dan white board dengan referensi
buku, jurnal, dan regulasi terkait dengan
Tugas
Tugas yang diberikan berupa review buku mengenai studi perencanaan dan
penganggaran pemilu yang responsif gender.
Latihan
Latihan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan kunci yang menjadi bahan diskusi di
kelas:
1. Bagaimanakah perencanaan dan penganggaran pemilu yang responsif
gender di Indonesia?
2. Berikan contoh perencanaan dan penganggaran pemilu yang responsif
gender di negara lain.
Rangkuman
Lembaga penyelenggara pemilu perlu memahami siklus penggunaan aset. Waktu
pembelian aset sangat penting untuk memastikan baik penggunaan dana yang
efisien maupun ketersediaan aset untuk kegiatan pemilu, dan kebutuhan untuk
mempertimbangkan isu-isu seperti produksi lead time, biaya penyimpanan dan
fasilitas distribusi.
Tindak Lanjut
Elaborasi konsep manajemen aset lembaga penyelenggara pemilu yang responsif
gender di negara-negara lain melalui studi kasus
Daftar Bacaan
D. Siregar, Doli. (2004). Manajemen aset: strategi penataan konsep pembangunan
berkelanjutan secara nasional dalam konteks kepala daerah sebagai CEO's
pada era globalisasi & otonomi daerah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sekretariat Nasional Forum Untuk Transparansi Anggaran. (2009). Verifikasi
Manajemen Aset Logistik KPUD. Jakarta: Sekretariat Nasional Forum untuk
Transparansi Anggaran.
Pendahuluan
Deskripsi Singkat
Kebijakan Umum Pengelolaan Anggaran Pemilu
Sistem Perencanaan dan Penganggaran Keuangan Pemilu
Pengelolaan Keuangan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
Pengelolaan Keuangan Pemilu Legislatif dan Presiden
Manfaat
Untuk mempertajam pemahaman mahasiswa tentang aturan, praktek dan
permasalahan dalam penganggaran pemilu di Indonesia
Relevansi
Pembahasan mengenai penganggaran pemilu penting untuk memahami tahapan
pertama, perencanaan dan penganggaran pemilu, dalam persiapan
penyelenggaraan pemilu.
Learning outcome
Setelah mengikuti mata kuliah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami
penganggaran pemilu di Indonesia
Penyajian
Tujuan Sesi Perkuliahan : Untuk mempertajam pemahaman mahasiswa
tentang aturan, praktik dan permasalahan dalam
penganggaran pemilu di Indonesia
Substansi Sesi Perkuliahan : Kebijakan Umum Pengelolaan Anggaran Pemilu
Sistem Perencanaan dan Penganggaran
Keuangan Pemilu
Pengelolaan Keuangan Pemilu Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah
Pengelolaan Keuangan Pemilu Legislatif dan
Presiden
Metode Perkuliahan : Orientasi
Pembentukan Kelompok
Penugasan
Eksplorasi
Pengecekan Pemahaman dan Pendalaman
Materi
Refleksi dan Umpan Balik
Belanja Hibah Pemilu Kepala Dearah dan Wakil Kepala Daerah tersebut digunakan
untuk kegiatan persiapan dan pelaksanaan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah yang dilaksanakan oleh KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota serta
kegiatan pengawasan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah oleh
Panwaslu Provinsi dan Panwaslu Kabupaten/Kota. Rincian belanja hibah pemilu
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah ini diperuntukkan untuk kebutuhan
meliputi:
a. Honorarium Ketua dan Anggota KPU, Sekretariat KPU, Anggota Pokja, PPK,
Sekretariat PPK, PPS, Sekretariat PPS, KPPS, Petugas Pemutakhiran Data
Pemilih, Panwaslu Sekretariat Panwaslu, Anggota Pokja Panwaslu Provinsi,
Kabupaten dan kecamatan dan Petugas Pengawas Pemilu Lapangan di
Desa/Kelurahan.
Standar Penetapan Perhitungan honorarium, uang lembur, dan belanja barang dan
jasa tersebut tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 57
tahun 2009 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 44 Tahun
2007 tentang Pedoman Pengelolaan Belanja Pemilihan Umum Kepala Daerah dan
Wakil kepala Daerah. Anggaran ini ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah
dengan memperhatikan kemampuan keuangan daerah, tingkat inflasi masing-
masing daerah, dan mempertimbangkan besaran honorarium dan/atau uang
lembur Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden sebelumnya.
Apabila pemilu Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati serta
Walikota dan Wakil Walikota dalam satu daerah yang sama diselenggarakan
serentak pelaksanaan Pemilu dilakukandengan pendanaan bersama, mencakup
pembayaran honorarium, uang lembur, perlengkapan KPPS/TPS, pengangkutan,
pembiayaan pemutakhiran data pemilih dan perjalanan dinas. Provinsi dan
Kabupaten/Kota yang melakukan pendanaanbersama dalam rangka Pemilihan
Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara bersamaan menetapkan
besaran dana yang akan dibebankan kepada masing-masing pemerintah daerah
yang ditetapkan secara proporsional sesuai dengan beban kerja yang disepakati
bersama dan ditetapkan dalam Keputusan Gubernur. Jika Pemerintah Provinsi
mengalami keterbatasan kemampuan keuangan daerah untuk penyelenggaraan
Pemilihan Gubernur/Wakil Gubernur, Pemerintah Kabupaten/Kota di wilayahnya
dapat membantu pendanaan Pemilu Gubernur dan Wakil Gubernur, demikian pula
sebaliknya.
Rencana Kerja dan Anggaran dibahas bersama antara Tim Anggaran Pemerintah
Daerah dengan Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) atau
Sekretaris Daerah dengan mengikutsertakan KPU Provinsi dan KPU
Kabupaten/Kota dan Panwaslu Provinsi dan Panwaslu Kabupaten/Kota untuk
Daerah yang belum menetapkan Peraturan Daerah tentang APBD tahun anggaran
berkenaan dapat menetapkan DPA-PPKD dengan Peraturan Kepala Daerah sebagai
dasar pengeluaran belanja hibah Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
untuk selanjutnya ditampung dalam Peraturan Daerah tentang APBD tahun
anggaran berkenaan.
Jika Daerah belum menganggarkan atau telah menganggarkan belanja hibah Pemilu
Kepala Daerah dalam APBD tahun anggaran berkenaan,akan tetapi belum sesuai
dengan kebutuhan, dapatmenyesuaikan anggaran mendahului Perubahan APBD
dengancara mengubah Peraturan Kepala Daerah tentang PenjabaranAPBD tahun
anggaran berkenaan sebagai dasar pelaksanaan,untuk kemudian ditampung dalam
Peraturan Daerah tentangPerubahan APBD tahun anggaran berkenaan.Penetapan
pengeluaran belanja hibah Pemilu Kepala Daerah mendahului penetapan APBD
tersebut dan penyesuaian anggaranmendahului perubahan APBD
diberitahukankepada DPRD. Penyediaan/penyesuaian belanja hibah Pemilu Kepala
Daerah dapat dilakukan dengan menggunakan Belanja TidakTerduga dan/atau
menggunakan dana dari hasil penjadwalan ulang capaian target kinerja program
dan kegiatan lainnya dalam tahun anggaran berjalan dan/atau memanfaatkan uang
kas yang tersedia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Perlu diingat bahwa penjadwalan ulang capaian target kinerja program dan kegiatan
lainnya dalam tahun anggaran berjalan tidak termasuk belanja pegawai, kegiatan-
kegiatan yang didanai dari Dana Alokasi Khusus, Pinjaman Daerah dan yang telah
mengikat perjanjian atau kerja sama dengan pihak ketiga.
Bahan Bacaan
Departemen Keuangan. (2005). Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penelaahan
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga dan Sistem
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat. Jakarta: CV. Eko Jaya.
Bastian, Indra. (2006). Akuntasi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.
Yuwono, Sony dan Agus Indrajaya (Tengku), Hariyandi. (2005). Penganggaran Sektor
Publik. Jakarta: Bayumedia Pub.
Kumorotomo, Wahyudi dan Erwan Agus Purwanto. (2005). Anggaran berbasis
kinerja: konsep dan aplikasinya. Yogyakarta: Magister Administrasi Publik
Universitas Gadjah Mada, bekerja sama dengan Asosiasi DPRD Kota Seluruh
Indonesia
Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Pemilu: Kasus Pemilu Kepala Daerah
Setelah mengetahui dan memahami konsep dan paparan teoretis tentang
penganggaran publik serta siklus anggaran, pada sesi ini dosen mengajak
mahasiswa untuk mempraktikkan teknik penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran
Pemilihan Umum. Pada sesi ini, dosen mengambil kasus Pemilihan Umum Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Dosen membagi mahasiswa ke dalam empat
kelompok. Tiap kelompok terdiri dari lebih kurang 5 anggota. Kelompok 1 adalah
KPU Provinsi X, Kelompok 2 KPU Kabupaten Y, Kelompok 3 adalah Panwaslu Provinsi
X dan Kelompok 4 adalah Panwaslu Kabupaten Y. Kemudian, dosen membagikan
lembar kasus Pemilihan Umum kepala Daerah Provinsi Y dan Kabupaten X. Dosen
meminta mahasiswa membaca dan memahami kasus serta kondisi wilayah masing-
masing. Kemudian dosen meminta masing-masing kelompok (KPU dan Panwaslu)
menyusun Belanja Hibah KPU dan Panwaslu dalam rangka Pemilu Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Y dan Kabupaten X untuk kebutuhan masing-
masing sesuai kondisi yang ada pada lembar kasus. Untuk memudahkan mahasiswa,
dosen membantu dengan Lembar Isian berikut:
1. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan DIPA KPU/KIP Provinsi dan KPU/KIP
Kabupaten/Kota Bagian Anggaran
2. Standar penetapan perhitungan honorarium dan/atau uang lembur KPU dan
Panwaslu Provinsi dan Kabupaten
Setelah diskusi kelompok selesai, mahasiswa diminta untuk bermain peran. Satu
kelompok diminta mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Pada saat satu
kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok, kelompok lain bertindak sebagai
Tim Anggaran Pemerintah Daerah dan anggota Badan Anggaran DPRD.
Pendahuluan
Deskripsi Singkat
Masalah implementasi yang paling besar terletak pada pencairan anggaran untuk
investasi publik. Pencairan anggaran sering berjalan lambat. Akibatnya, sebagian
besar anggaran yang telah dicanangkan baru bisa dikeluarkan menjelang akhir
tahun anggaran, termasuk anggaran hibah pemilu.
Manfaat
Memberikan perspektif kepada mahasiswa tentang berbagai isu yang terkait
dengan isu-isu strategis dalam dalam pengelolaan keuangan pemilu.
Relevansi
Pembahasan mengenai isu-isu strategis dalam dalam pengelolaan keuangan pemilu
penting untuk memahami bagian penting dalam penyelenggaraan pemilu di
Indonesia.
Learning outcome
Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami isu-isu
strategis dalam pengelolaan keuangan pemilu.
Penyajian
Pada pertemuan ini, dosen mengajak mahasiswa untuk mengenal dan memahami
berbagai isu strategis dalam pengelolaan keuangan publik secara umum dan
pengelolaan keuangan pemilihan umum. Dosen memberikan arahan tentang cara
menganalisis isu publik khususnya pengelolaan anggaran publik. Untuk itu, dosen
mengawali sesi ini dengan mengingatkan kepada mahasiswa bahwa terdapat
banyak isu yang menjadi perdebatan berbagai kalangan, baik para praktisi,
akademisi, para auditor dan masyarakat luas. Kemudian dosen mengajak
mahasiswa mendiskusikan berbagai-bagai isu strategis tersebut.
Selain itu, Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan perangkat penting dalam sistem
transfer ini, yang mampu mendanai sekitar 70 persen dari seluruh pengeluaran di
daerah (provinsi dan kabupaten/kota) dan lebih dari 80 persen pengeluaran
kabupaten/kota. Jumlah anggaran yang telah ditransfer ke pemerintah daerah
mengalami peningkatan secara nominal sebanyak 47 persen terutama yang
menguntungkan bagi daerah-daerah paling miskin di Indonesia, yang mengalami
kenaikan pendapatan yang melonjak. Alokasi DAU bahkan mengalami peningkatan
sebesar 64 persen, dengan implikasi yang signifikan atas struktur perimbangan serta
dampak pemerataan. Daerah provinsi terpencil dengan angka kemiskinan yang
tinggi termasuk Provinsi Aceh, Papua, dan Maluku telah menerima peningkatan
alokasi anggaran sampai lebih dari 100 persen. Dana transfer ini akan terus
mendominasi sumber keuangan daerah, terutama pemerintah kabupaten/kota,
karena dasar dari pendapatan asli daerah mereka kecil sementara transfer dari
pusat sudah mencapai lebih dari 80 persen pendapatan daerah, dan bahkan akan
semakin bertambah. DAU sendiri sepertinya akan semakin dominan karena
pendapatan dari minyak dan gas diperkirakan akan mengalami penurunan
disebabkan menurunnya produksi minyak dan gas, setidaknya untuk beberapa
tahun ke depan. Saat ini, tantangan utama dalam pembangunan Indonesia
bukanlah mentransfer sumber daya dalam jumlah yang signifikan ke daerah-daerah
yang miskin, tetapi bagaimana menjamin bahwa sumber daya yang sudah ada
digunakan secara efektif. Banyak pemerintah daerah mengalami kesulitan untuk
membelanjakan tambahan sumberdayanya.
Terkait dengan anggaran pemeilihan umum, isu yang tering terjadi adalah karena
anggaran KPU dan Panwaslu untuk pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala
daerah berasal dari APBD maka anggota KPU sangat rawan terhadap munculnya
tekanan politik, negosiasi anggaran yang berujung pada sikap memihak
Masalah lain yang sering muncul adalah kinerja anggaran Komisi Pemilihan Umum
Daerah (KPUD) yang masih belum optimal. Penyerapan anggaran tidak dapat
dilaksanakan secara maksimal karena keterlambatan pelaksanaan kegiatan sehingga
terjadi pembengkakan penyerapan anggaran pada akhir tahun.
Aktivitas
Kegiatan perkuliahan ini dilakukan dengan tatap muka dosen dengan mahasiswa di
dalam kelas. Dosen pengampu mempresentasikan materi perkuliahan kemudian
diselingi dengan tanya jawab dan dilanjutkan dengan sesi diskusi kelompok. Media
ajar yang digunakan menggunakan tampilan power point, dan white board dengan
referensi buku, jurnal, dan regulasi terkait.
Tugas
Tugas yang diberikan berupa review buku/jurnal/kertas kerja mengenai studi isu-isu
strategis dalam dalam pengelolaan keuangan pemilu.
Latihan
Latihan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan kunci yang menjadi bahan diskusi di
kelas:
1. Bagaimanakah isu-isu strategis dalam dalam pengelolaan keuangan pemilu
di Indonesia?
2. Berikan contoh isu-isu strategis dalam dalam pengelolaan keuangan pemilu
di negara lain!
Rangkuman
Lembaga penyelenggara pemilu perlu memahami siklus penggunaan aset. Waktu
pembelian aset sangat penting untuk memastikan baik penggunaan dana yang
efisien maupun ketersediaan aset untuk kegiatan pemilu, dan kebutuhan untuk
mempertimbangkan isu-isu seperti produksi lead time, biaya penyimpanan dan
fasilitas distribusi.
Masalah implementasi yang paling besar terletak pada pencairan anggaran untuk
investasi publik. Fakta menunjukkan bahwa walaupun pemerintah telah menyetujui
otorisasi dokumen anggaran pada awal tahun, pengeluaran tetap berjalan lamban
Penutup
Tes formatif
Tes Formatif:
1. Jelaskanlah apa yang dimaksud dengan isu-isu strategis dalam pengelolaan
keuangan pemilu!
2. Apa kebutuhan dan kepentingan dari isu-isu strategis dalam pengelolaan
keuangan pemilu?
Tindak Lanjut
Elaborasi konsep isu-isu strategis dalam dalam pengelolaan keuangan pemilu yang
responsif gender di negara-negara lain melalui studi kasus