Anda di halaman 1dari 26

Laporan Praktikum Eelektrometalurgi

Modul Temperatur Elektrolit

Disusun oleh:
Rachel Figo P R
21133019

Dosen Pengampu:
Ir. Bouman T Situmorang, S.T., M.T, IPU

Rudiansyah, S.T., M. T

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI METALURGI


POLITEKNIK ENERGI DAN PERTAMBANGAN
BANDUNG KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBERDAYA
MINERAL 2023
DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR.........................................................................................i

DAFTAR TABEL....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1

1.2 Tujuan...........................................................................................................................2

1.3 Sasaran Pembelajaran.............................................................................................2

BAB II METODOLOGI PENELITIAN..................................................................................3

2.1 Tinjauan Pustaka.......................................................................................................3

2.1.1 Tembaga...............................................................................................................4

2.1.2 Electrorefining.....................................................................................................5

2.1.3 Hukum Faraday dan Efesiensi Arus..............................................................5

2.1.4 Rapat Arus (Current Density /CD)..................................................................6

2.1.5 Pengaruh Ph........................................................................................................7

2.1.6 Pengaruh Temperatur.....................................................................................10

2.2 Prosedur percobaan...............................................................................................11

2.3 Alat dan Bahan.........................................................................................................11

2.3.1 Alat dan Bahan Percobaan............................................................................11

2.3.2 Gambar Percobaan..........................................................................................13

BAB III DISKUSI DAN PEMBAHASAN...........................................................................16

3.1 Diskusi dan Pembahasan...................................................................................16


BAB IV KESIMPULAN........................................................................................................20

i
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Skematik sel Elektrorefinng Tembaga..................................................................3
Gambar 2. 2 Diagram Pourbaix Tembaga..................................................................................9
Gambar 2. 3 Menyiapkan sampel awal....................................................................................13
Gambar 2. 4 Penimbangan Katoda...........................................................................................13
Gambar 2. 5 Membuat larutan CuSO4 dengan Aquades..........................................................14
Gambar 2. 6 Pengukuran Temperatur sesuai dengan yang telah di tentukan..........................14
Gambar 2. 7 Memberikan aliran listrik menggunakan rectifier...............................................14
Gambar 2. 8 Mengecek Volt Ampere......................................................................................15
Gambar 2. 9 Ampermeter.........................................................................................................15
Gambar 2. 10 Hasil katoda menempel pada katoda.................................................................15

i
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 Pengamatan Pengaruh Variasi Waktu
Tabel 3. 2 Hasil Pengamatan Pengaruh Variasi Waktu

i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Temperatur elektrolisis merupakan faktor penting dalam proses refining tembaga.
Refining tembaga adalah proses pemurnian tembaga mentah menjadi tembaga murni dengan
menggunakan elektrolisis. Pada proses elektrolisis, anoda tembaga mentah dan katoda murni
dicelupkan ke dalam larutan elektrolit, dan ketika arus listrik dialirkan, ion tembaga dari
anoda berpindah ke katoda, membentuk lapisan tembaga murni. Salah satu faktor yang dapat
memengaruhi efisiensi dan kualitas refining tembaga adalah temperatur elektrolisis (Gupta,
2013).

Temperatur elektrolisis mempengaruhi beberapa aspek dalam proses refining tembaga.


Pertama, temperatur dapat memengaruhi laju reaksi elektrokimia. Peningkatan suhu dapat
meningkatkan laju reaksi elektrokimia dan meningkatkan efisiensi proses refining tembaga.
Selain itu, temperatur juga dapat mempengaruhi konduktivitas larutan elektrolit. Semakin
tinggi temperatur, semakin tinggi konduktivitas larutan elektrolit, yang memungkinkan arus
listrik mengalir dengan lebih baik(Zhang, 2018).

Selain itu, temperatur juga dapat memengaruhi stabilitas dan kualitas lapisan tembaga
yang dihasilkan. Pada temperatur yang terlalu tinggi, dapat terjadi pelelehan atau oksidasi
berlebihan pada permukaan tembaga, yang dapat mengurangi kualitas lapisan yang
dihasilkan. Oleh karena itu, pengaturan temperatur elektrolisis yang tepat sangat penting
untuk memastikan kualitas dan keandalan hasil refining tembaga(Wang, 2006).

Pengendalian temperatur elektrolisis dalam proses refining tembaga dapat dilakukan


dengan menggunakan sistem pendingin atau pemanas yang sesuai. Sistem ini bertujuan untuk
menjaga temperatur elektrolisis pada tingkat yang diinginkan, mengoptimalkan efisiensi
proses, dan memastikan kualitas lapisan tembaga yang dihasilkan. Selain itu, pemantauan
temperatur secara terus-menerus juga penting untuk mengidentifikasi perubahan temperatur
yang tidak diinginkan dan mengambil tindakan yang diperlukan (Chmielarz, 2019).

1.2 Tujuan

• Mahasiswa dapat mengetahui mengetahui proses Electrorefining Tembaga, beserta


1
pengaruh parameter proses Electrorefining seperti Variasi waktu (t) dan kaitannya
dengan efisiensi arus;
• Mahasiswa dapat mengoperasi proses Electrorefining pada tembaga.

1.3 Sasaran Pembelajaran


Setelah melakukan percobaan, mahasiswa tentunya bisa mengetahui proses
Electrorefining yang sedang dilakukan oleh mahasiswa dengan baik dan benar, mengetahui
proses Electrorefining Tembaga, beserta pengaruh parameter proses Electrorefining seperti
Variasi waktu (t) dan kaitannya dengan efisiensi arus.

2
BAB II METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Electrorefining Tembaga adalah pemurnian logam Tembaga dengan cara elektrolisis,


dimana logam Tembaga yang akan dimurnikan dicetak sebagai anoda. Proses Electrorefining
Tembaga akan menempatkan anoda Tembaga (sekitar 99,3 % kadar Tembaga) dalam larutan
elektrolit bersama-sama dengan katoda, dan melewatkan arus antara anoda dan katoda
melalui sirkuit eksternal. Pada elektropotensial yang diterapkan, Tembaga dan unsur - unsur
yang kurang mulia larut dalam elektrolit, sedangkan unsur-unsur lebih mulia daripada
Tembaga, seperti emas dan perak, akan mengendap. Penerapan potensial listrik spesifik pada
sel Elektrometalurgi sederhana, ion Tembaga bermigrasi dari anoda dan terdeposisi di katoda
mejadi katoda Tembaga, sesuai dengan reaksi Oksidasi – Reduksi berikut, reaksi dibawah ini
terjadi dengan kondisi penggunaan Katoda berupa Tembaga dan Anoda berupa Tembaga juga
:

Cu (Anoda) E° = -0.34 Volt

-
 Cu(s) (Katoda) E° = +0.34 Volt

Gambar 2. 1 Skematik sel Elektrorefinng Tembaga

3
Dalam proses Electrorefining Tembaga agar permukaan Tembaga yang
mengendap pada katoda ditambahakan reagent. Reagent adalah zat yang
ditambahkan ke dalam elektrolit yang berguna untuk meningkatkan kualitas katoda. Contoh
dari reagent adalah :

1. Glue, Reagent yang berguna untuk menghambat pertumbuhan nodule.


2. Thiourea, Reagent yang berguna untuk memperhalus permukaan katoda
dengan cara memperkecil butiran kristal Tembaga.
3. Aviton, bekerja bersama Thiourea untuk memperhalus katoda.
4. H2SO4 (FA), berguna untuk menyeimbangkan kebutuhan Asam Sulfat bebas di
dalam elektrolit.
5. HCl, berguna untuk memperhalus butir kristal Tembaga dan mengatur
kekerasan Tembaga.

2.1.1 Tembaga

Tembaga memiliki peran penting dalam bidang elektrometalurgi. Elektrometalurgi


adalah proses pengolahan logam yang menggunakan reaksi elektrokimia untuk memisahkan
logam dari senyawa atau bijihnya. Dalam konteks ini, tembaga sering digunakan sebagai anoda
atau katoda dalam sel elektrokimia(Gupta,2008).
Dalam proses elektrometalurgi tembaga, anoda tembaga mentah dicelupkan ke dalam
larutan elektrolit, sedangkan katoda biasanya terbuat dari tembaga murni. Ketika arus listrik
dialirkan melalui sel elektrokimia, ion tembaga dari anoda berpindah ke katoda, membentuk
lapisan tembaga murni pada katoda. Proses ini dikenal sebagai elektrodeposisi
tembaga(Vargel,2004).
Elektrometalurgi tembaga juga dapat digunakan dalam pemurnian tembaga dari bijihnya.
Proses pemurnian tembaga dengan elektrometalurgi melibatkan peleburan bijih tembaga dalam
peleburan elektrolitik, di mana bijih berperan sebagai anoda. Ketika arus listrik dialirkan melalui
sel elektrokimia, tembaga terlarut dari bijih dipindahkan ke katoda dan kemudian diendapkan
sebagai tembaga murni(King,2014).

4
2.1.2 Electrorefining

Electrorefining (pemurnian elektrik) adalah metode yang digunakan untuk


memurnikan logam lebih lanjut. Misalnya logam tembaga mentah, dicetak menjadi
lempeng, yang digunakan sebagai anoda dalam sel elektrolisis yang mengandung
larutan Cu SO4 dalam H2SO4. Lembaran tipis tembaga murni digunakan sebagai
katoda, dan tembaga yang larut pada anoda diendapkan dalam bentuk yang lebih
murni pada katoda, sampai mempunyai kemurnian 99,97 % tembaga. Hasil lembaran
tembaga murni pada katoda kemudian diproses lanjut, dan diantaranya digunakan
sebagai serbuk tembaga.

2.1.3 Hukum Faraday dan Efesiensi Arus

Proses Electrorefining Tembaga, secara prinsipnya dapat diterapkan


Hubungan Faraday (Faraday’s Law) dalam perhitungan jumlah Tembaga yang
terdepositkan sebagai hubungan Linier terhadap jumlah muatan Listrik (Arus Listrik)
dan durasi proses Elektrolisis pada Elektroda. Hubungan antara besaran muatan listrik
dan durasi proses Elektrolisis terhadap kuantitas deposit (teoritis) Tembaga pada
Katoda dapat ditulis menjadi Persamaan 1:

Persamaan 1
Dengan:
= Berat logam terdepositkan (teoritis) pada Katoda (gr)
e = Massa Atom relatif per bilangan Oksidasi (tanpa satuan) i
= Arus listrik (Ampere)

t = waktu (detik)

F = Konstanta Faraday (96,500 Coulomb/ mol = A.s/ mol =


J/mol.V)

Berdasarkan hukum Faraday diatas terlihat, bahwa jumlah deposit hasil proses
elektrolisis pada umumnya, terkait erat dengan Arus Listrik dan Durasi/ waktu proses
elektrolisis, dan efisiensi Arus Listrik yang terlibat dalam sel Elektrolisis menjadi
faktor penting dalam evaluasi berat logam yang terdeposisi secara aktual pada kutub
Katoda, sehingga dari Persamaan 1 diatas dapat dituliskan menjadi Persamaan 2,
seperti berikut :

5
Persamaan 2

Persamaan 3
Persamaan 4

Dengan :
W = Berat logam terdepositkan (aktual) pada Katoda (gr) I
= Arus listrik (Ampere)
Aw = Berat Atom t
= Waktu (detik)
z = Valensi atau Bilangan Oksidasi
F = Konstanta Faraday (96,500 Coulomb/ mol = A.s/ mol =
J/mol.V)

As = Total luas permukaan Katoda (cm2) N


= Jumlah Katoda
Ac = Luas area Katoda (cm2)
Pada Persamaan 2 terlihat, hubungan antara Berat deposit aktual
dengan Berat teoritis, maupun hubungan nilai Arus teoritis (sumber set Rectifier/
Travo/ Sumber tegangan) dan nilai Arus listrik aktual (terukur pada sel Elektroda)
diartikan sebagai parameter evaluasi Efisiensi Arus.

2.1.4 Rapat Arus (Current Density /CD)

Besaran Rapat Arus memainkan salah satu peranan penting dalam penentuan
hasil akhir deposisi logam Tembaga pada Katoda. Rapat Arus dapat didefinisikan
sebagai jumlah arus listrik yang mengalir melalui Katoda per Meter persegi luasan
permukaan Katoda (A/M2). Rapat Arus yang tinggi dapat mempercepat proses
deposisi logam Tembaga pada kutub Katoda, namun jika Rapat Arus yang diberikan
berlebih, maka dapat menyebabkan proses Pasivasi pada Kutub Anoda Tembaga,
karena Anoda akan melepas ion-ion Cu2+ lebih cepat dibanding ion-ion Cu2+
berpindah melalui cara konveksi.

Nilai Rapat Arus dapat ditentukan dengan menghitung Luasan Total


permukaan Katoda (yang tercelup kedalam elektrolit) dan mencatat jumlah Arus

6
Listrik aktual yang mengalir melalui Katoda, dengan menggunakan Amperemeter,
hubungan matematis seperti terlihat pada Persamaan 5 dibawah ini :

Persamaan 5

Dimana :

CD = Rapat Arus (Ampere/M2) I

= Arus listrik (Ampere)

A = Luas permukaan (M2)

Pada Persamaan 3 terlihat, bahwa Rapat Arus ditentukan oleh jumlah Arus
Listrik yang mengalir pada Elektroda dan juga luasan permukaan Elektroda yang
tercelup dalam elektrolit.

2.1.5 Pengaruh Ph

Nilai pH pada larutan elektrolit mempengaruhi tingkat kestabilan logam


maupun ion-ion logam yang akan dideposisikan pada Katoda, hal ini dapat dilihat
pada hubungan Elektropotensial vs pH dan biasa dijumpai pada diagram Pourbaix.
Penyederhanaan hubungan antara Elektropotensial suatu Logam maupun ion-ion
terhadap pH (atau Konstanta Produk/ Reaktan) dirumuskan dalam persamaan Nerst
seperti terlihat pada Persamaan 6 dibawah ini:

Persamaan 6

Dimana :

E = Elektrik Potensial (Non Equilibrium/ V)

E° = Elektrik Potensial (Standard/ V)


T = Temperatur Absolut (K)
R = Konstanta Gas Universal (8.3145 J K-1 mol-1 ) z
= valensi (tanpa unit)
F = Konstanta Faraday (96,485 Coulomb/ mol of Elektron) K
= Konstanta Kesetimbangan (Produk / Reaktan)

7
Rumusan Persamaan Nerst diatas adalah pondasi dalam memvisualisasikan
hubungan Elektrik Potensial terhadap pH dari suatu logam tertentu, sebagai pengantar
berikut penggunaan Persamaan Nerst dalam memvisualisasikan hubungan Elektrik
Potensial (E) vs pH atau biasa disebut diagram Pourbaix.

8
Gambar 2. 2 Diagram Pourbaix Tembaga

Pada Gambar 2 terlihat Diagram Pourbaix Tembaga, dimana garis putus-putus


(a) merepresentasikan Reaksi evolusi Hidrogen (H2O – O2), pada kondisi Standard ( T
= 25°C, P0 = 1 atm), seperti pada Persamaan 7 berikut:

2H+ + 2e- ↔ H2

Dimana nilai K (Konstanta Kesetimbangan) dapat dituliskan menjadi :

Persamaan 7

log K = log ( ) – 2 log Persamaan 8


Dengan memasukan nilai log K pada Persamaan 8 diatas kedalam Persamaan 6
diatas maka didapat Persamaan 10 :

Persamaan 9

Persamaan 10

9
Dengan :

b = slope = 0.0592V z = 2

= – log

Terlihat jelas bahwa pada Persamaan 10, nilai pH mempengaruhi langsung


nilai Elektrik Potensial (E) yang berimplikasi pada kestabilan suatu senyawa, baik
dalam fasa Ion, Unsur maupun senyawa. Pada Gambar 2, perhatian khusus untuk garis
(1), karena melibatkan reaksi setengah sel
-
sebagai referensi penentuan nilai pH ideal untuk
diterapkan pada proses Electrorefining Tembaga.

2.1.6 Pengaruh Temperatur

Kinetika reaksi kimia (laju reaksi) secara langsung dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti Suhu reaksi, Konsentrasi reaktan, Tekanan, Luas permukaan dan
Katalisator secara umum, tidak terkecuali pada proses elektrosisi dan dalam hal ini
proses Electrorefining Tembaga. Merujuk kembali kedalam persamaan Nerst, dapat
dilihat bahwa variable T (Temperatur) memegang peranan langsung dalam
menentukan nilai Elektropotensial dalam keadaan equilibrium.

Temperatur mempengaruhi secara linier terhadap nilai Elektrik potensial,


selain itu pula peningkatan Temperatur dapat membantu kelarutan garam CuSO4
dalam larutan elektrolit, menurunkan massa jenis dan kekentalan larutan elektrolit dan
mempercepat laju reaksi.

1
2.2 Prosedur percobaan

1. Persiapkan lembar Tembaga sebagai Katoda dengan meng-amplas kasar kemudian


halus hingga permukaan Tembaga halus dan rata serta tidak tertutup produk oksida.
2. Persiapkan Larutan Elektrolit CuSO4 dengan kadar 0,2 Molar.
3. Timbang berat Katoda awal dan akhir percobaan.
4. Rangkai Rectifier/ Travo sesuai dengan jumlah sel elektrolisis yang dibutuhkan.
5. Ukur luas permukaan plat Katoda dan Anoda (ukur aktual tercelup dan luasan total).
6. Susun rangkaian proses Electrorefining Tembaga.
7. Atur besaran arus listrik sesuai instruksi di Tabel hasil pengamatan.
8. Atur variasi durasi proses elektrolisis sesuai dengan instruksi di Tabel hasil
pengamatan.
9. Amati bahan anoda, katoda dan elektrolit. Apa yang terjadi di anoda,katoda dan
elektrolit
10. Keluarkan katoda
11. Hitung perubahan berat pada Katoda.
2.3 Alat dan Bahan

2.3.1 Alat dan Bahan Percobaan


No Alat atau Bahan Qty Unit

1 Rectifier / Travo 1 EA

2 Plat Tembaga 12 EA

3 Plat Timbal 3 EA

4 Baker Glass (1 Liter) 10 EA

5 Baker Glass (2 Liter) 3 EA

6 Garam CuSO4 500 gram

7 Larutan CuSO4 4,3 Liter

8 Ampere Meter 1 EA

9 Larutan H2SO4 4 Liter

1
No Alat atau Bahan Qty Unit

10 Kabel Tembaga 10 Meter

11 Tissue 1 EA

12 Kertas Amplas (#1000) 6 Lembar

13 Kertas Amplas (#500) 6 Lembar

14 Kertas Amplas (#200) 4 Lembar

15 Kertas Amplas (#100) 4 Lembar

16 Neraca Timbang 2 EA

17 Roll Kabel (10 Meter) 3 EA

18 Insulation Tape (Electric Tape) merk 3M 2 EA

19 Hand Gloves (Rubber) 1 Kotak

20 Mask (Medis) 1 Kotak

21 Pipet 3 EA

22 Spatula 2 EA

23 Cawan Petri 4 EA

24 Hair Dryer 1 EA

25 Capit Kabel (Hitam) 10 EA

26 Capit Kabel (Merah) 10 EA

27 Reagen (Thiourea) 100 miliLiter

28 Reagen (Glue) 100 miliLiter

29 Reagen (Aviton) 100 miliLiter

30 Tiang Pegangan Kabel Elektroda 2 Meter

31 pH Meter 1 EA

32 Kertas Lakmus (1 - 14) 1 EA

33 Aqua Dest 10 Liter

34 Clamp 10 EA

1
35 Magnetic Heater 1 EA

No Alat atau Bahan Qty Unit

36 Termometer 1 EA
2.3.2 Gambar Percobaan
No Gambar Percobaan

Gambar 2. 3 Menyiapkan
sampel awal

Gambar 2. 4 Penimbangan Katoda

1
3

Gambar 2. 5 Membuat larutan CuSO4


dengan Aquades

Gambar 2. 6 Pengukuran
Temperatur sesuai dengan yang
telah di tentukan
5

Gambar 2. 7 Memberikan
aliran listrik menggunakan
rectifier

1
6

Gambar 2. 8 Mengecek Volt Ampere

Gambar 2. 9 Ampermeter

Gambar 2. 10 Hasil katoda menempel


pada katoda

1
BAB III DISKUSI DAN PEMBAHASAN
3.1 Diskusi
1. Apakah biasanya pengotor-pengotor utama Tembaga dan pengotor-pengotor minor
yang ada pada anoda Tembaga? Bagaimana sifat dan perilakunya dalam proses
Electrorefining Tembaga?
Umumnya, zat-zat yang paling umum mencemari tembaga meliputi besi,
timah, arsenik, selenium, antimon, dan nikel. Namun, ada juga zat-zat pencemar yang
lebih jarang ditemukan dalam tembaga, seperti emas, perak, dan platina. Ketika proses
Electrorefining tembaga dilakukan, tembaga dan unsur-unsur yang kurang berharga
akan larut dalam elektrolit, sementara unsur-unsur yang lebih berharga, seperti emas,
perak, dan platina, akan terendapkan. Dengan demikian, perilaku dan karakteristik
mereka dalam proses ini berbeda.
2. Pengotor ada yang mengendap dan ada yang melarut. Bagaimana yang terjadi dengan
elektrolit apabila logam-logam tersebut ikut melarut ?
Jika logam-logam tersebut larut dalam elektrolit, ion-ion positif dari logam-
logam tersebut akan dilepaskan ke dalam larutan. Sebagai contoh, ketika tembaga
(Cu) larut dalam air, ion tembaga positif (Cu2+) akan dilepaskan ke dalam larutan.
Demikian juga, ketika seng (Zn) larut dalam air, ion seng positif (Zn2+) akan
dilepaskan ke dalam larutan.
Ion-ion positif yang dilepaskan ini memiliki muatan positif dan akan bergerak
bebas di dalam larutan. Mereka dapat membentuk arus listrik karena akan tertarik oleh
muatan negatif pada elektrode negatif, sementara elektrode positif akan menarik ion-
ion negatif yang dilepaskan oleh elektrolit.
Dalam elektrolit, ion-ion positif dan ion-ion negatif bergerak bebas di dalam
larutan, memungkinkan arus listrik mengalir melalui larutan tersebut. Oleh karena itu,
elektrolit memiliki kemampuan untuk menghantarkan listrik dan digunakan dalam
berbagai aplikasi, seperti baterai, elektroplating, elektrolisis, dan lain sebagainya.

1
3. Faktor apa saja yang berpengaruh terhadap jumlah Tembaga yang diendapkan di
katoda ?
 Semakin tinggi konsentrasi tembaga dalam larutan elektrolit, semakin besar
jumlah tembaga yang dapat diendapkan pada katoda.
 Besaran Rapat Arus (CD) memiliki peran penting dalam menentukan hasil
akhir deposisi tembaga pada katoda.
 pH larutan elektrolit mempengaruhi stabilitas logam dan ion-logam yang
diendapkan pada katoda, yang dapat dilihat dalam hubungan
Elektropotensial vs pH dan umumnya ditunjukkan dalam diagram
Pourbaix.
 Suhu memiliki pengaruh linier terhadap nilai potensial listrik, selain itu,
peningkatan suhu dapat meningkatkan kelarutan garam CuSO4 dalam larutan
elektrolit, menurunkan massa jenis dan viskositas larutan elektrolit, serta
mempercepat laju reaksi.
 Waktu elektrolisis yang lebih lama menghasilkan jumlah tembaga yang lebih
besar, tetapi juga meningkatkan risiko terakumulasi pengotor pada katoda.
 Bentuk katoda yang digunakan mempengaruhi luas permukaan dan
kecepatan endapan tembaga.

4. Apabila luas permukaan katoda yang tercelup di dalam elektrolit = 90 mm x 90 mm.


Current Density (CD) = 300 A/m2, waktu operasi selama 7 hari, maka :
• Hitunglah berat endapan Tembaga di katoda !
Diketahui
CD = 300 A/m2
A = 90 mm x 90 mm = 8100 mm2 -> 0,0081 m2 t

= 7 hari = 604800 detik

Dijawab

= 300 =
= 300 x 0,0081 = 2,43 A -> I

Wth

= 483,54 gr/ 7 hari

• Hitunglah tebal lempengan katoda yang dihasilkan !


Diketahui

1
Berat jenis tembaga : 8,96 g/cm3

• Apabila CD dinaikkan menjadi 330 A/m2 dengan kondisi operasi yang sama berapa
kenaikan produksi yang dihasilkan ? i = 330 x 0,0081 = 2,67

Kenaikan W (Cu) = 531,89 – 483,54 = 48,35 Kg/7 hari

5. Berikanlah analisa hasil perolehan data percobaan dari masing-masing variabel yang
diujikan!
Dalam eksperimen ini, kita akan menguji pengaruh dari beberapa variabel
terhadap proses Electrorefining. Variabel yang akan diuji meliputi waktu, jenis
reagen, tegangan, dan arus listrik.
Setelah melakukan percobaan, berikut adalah hasil perolehan data untuk setiap variabel:

Variabel yang diujikan: Temperatur, reagen, tegangan, dan arus listrik

Variabel terukur: Berat katoda (gr)

Luas permukaan anoda dan katoda yang tercelup Katoda :


= P (11 cm) x L (5 cm) =

0,0055 m2 x 2 = 0,011 m2
Anoda :
= P ( 10,5 cm ) x L (5 cm)
= 0,00525 m2 x 2 = 0,0105 m2

1
Berat Deposit/
Berat Berat
Konsentrasi pH Temperatur Luas Luas Arus Waktu Berat Katoda
Tegangan Katoda Katoda
No Elektrolit larutan Elektrolit Permukaan Permukaan Listrik Elektrolisis Akhir - Berat
(V) Awal Akhir
CuSO4 (M) Elektrolit (°C) Katoda (M2) Anoda (M2) (A) (detik) Katoda Awal
(gr) (gr)
(gr)

1 0,7 0,2 4,58 40,1 0,18 0,0105 0,657 6 menit 179,126 179,225 0,099

2 0,7 0,2 2,89 51 0,18 0,0105 0,688 6 menit 177,483 177,586 0,103

3 0,7 0,2 3,25 61 0,18 0,0105 2,601 6 menit 177,502 177,587 0,085

4 0,7 0,2 3,39 64 0,18 0,0105 0,545 6 menit 179,141 179,215 0,074

Table 1 Pengamatan Pengaruh Temperatur


3.2 Pembahasan

Kami melakukan praktikum elektrometalurgi di Politeknik Energi dan Pertambangan


Bandung. Kelompok 5 kami melakukan praktikum dengan variasi suhu pada larutan CuSO4
0,2 M (58 gram) dengan suhu yang telah ditentukan yaitu 40, 50, 60, dan 70 derajat Celsius.
Pada awal latihan, kami menyiapkan sampel dengan 58 gram CuSO4, yang kemudian
dilarutkan dalam air suling hingga volumenya mencapai 1000 ml. Setelah persiapan sampel
selesai, langkah selanjutnya adalah menghaluskan permukaan anoda dan katoda untuk
menghilangkan kontaminan yang masih menempel. Hal ini penting karena kotoran dapat
mempengaruhi berat asli sebelum pencelupan. Selanjutnya, mari buat rangkaian untuk
penyearah yang akan kita gunakan.
Saat praktikum dimulai, kami memasukkan larutan CuSO4 ke dalam oven selama 15
menit untuk menaikkan suhu. Sambil menunggu larutan dalam oven, kami menyiapkan alat
seperti pH meter untuk mengukur suhu larutan setelah keluar dari oven dan magnetic stirrer
untuk menjaga kestabilan suhu larutan. Kami menggunakan dua cangkir untuk membuat
pelatihan lebih mudah dan lebih cepat.
Setelah gelas dikeluarkan dari oven, kami mengukur suhu sebenarnya menjadi 40,1
°C pada gelas pertama dan 51 °C pada gelas kedua. Kami kemudian merendam katoda dan
anoda dalam larutan CuSO4 selama 6 menit. Berat akhir uji pada suhu aktual 40,1 °C adalah
179,225 gram, sedangkan pada suhu 51 °C adalah 177,586 gram. Kami kemudian
membersihkan permukaan katoda pada suhu 60°C dan 70°C untuk digunakan kembali.
Eksperimen selanjutnya dilakukan dengan perubahan suhu nyata 61 °C. Setelah
larutan dimasukkan ke dalam oven hingga mencapai suhu yang diinginkan, kami mengukur
suhu dengan pH meter. Meskipun kami merencanakan suhu 70°C, kami hanya mencapai
64°C karena sulitnya menaikkan suhu. Pada suhu sebenarnya 61°C dan 64°C, kita
mendapatkan berat akhir masing-masing 177,587 gram dan 179,215 gram. Dalam percobaan
dengan fluktuasi suhu, kami mengamati peningkatan berat awal dan akhir, meskipun tidak
terlalu signifikan. Penurunan berat akhir dapat disebabkan oleh reaksi elektrokimia pada
proses elektrolisis larutan tembaga (CuSO4). Ion tembaga (Cu2+) dari larutan bermigrasi ke
katoda dan direduksi menjadi logam tembaga (Cu). Kehilangan berat katodik akhir
dipengaruhi oleh konsentrasi larutan CuSO4, yang berubah dengan perubahan suhu. Dengan
berkurangnya konsentrasi larutan, berat akhir katoda juga berkurang. 

2
BAB IV

KESIMPULAN

Tujuan dari electrorefining adalah untuk mendapatkan tembaga murni. Electrocleaning


menggunakan prinsip elektrolisis dengan anoda inert dan katoda stainless steel. Dari
percobaan elektrorefining tembaga dengan fluktuasi suhu, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:  

 Kelompok 5 melakukan praktikum elektrometalurgi dengan menggunakan variasi


suhu pada larutan CuSO4 0,2 M.
 Preparasi sampel dilakukan dengan melarutkan 58 gram CuSO4 dalam aquades
hingga mencapai volume 1000 ml.
 Permukaan anoda dan katoda dihaluskan sebelum praktikum untuk menghilangkan
pengotor yang dapat mempengaruhi berat awal sebelum melakukan pencelupan.
 Rangkaian pada rectifier dibuat untuk digunakan dalam praktikum.
 Larutan CuSO4 dimasukkan ke dalam oven selama 15 menit untuk mencapai suhu
yang ditentukan.
 Alat seperti pH meter dan magnetic stirrer digunakan untuk mengukur suhu larutan
dan menjaganya tetap stabil.
 Percobaan pertama dilakukan pada suhu 40,1°C dan 51°C dengan berat akhir masing-
masing sebesar 179,225 gram dan 177,586 gram.
 Permukaan katoda dibersihkan untuk digunakan pada suhu 60°C dan 70°C.
 Percobaan selanjutnya dilakukan pada suhu aktual 61°C dan 64°C dengan berat
akhir masing-masing sebesar 177,587 gram dan 179,215 gram.
 Dalam percobaan dengan variasi suhu, terdapat kenaikan berat awal dan berat akhir,
meskipun tidak terlalu signifikan.
 Penurunan berat akhir pada katoda dapat disebabkan oleh reaksi elektrokimia dalam
proses elektrolisis larutan tembaga (CuSO4).
 Penurunan berat akhir pada katoda dipengaruhi oleh konsentrasi larutan CuSO4 yang
berubah dengan variasi suhu.

2
DAFTRA PUSTAKA

Gupta, C. K., & Mukherjee, P. S. (2013). Hydrometallurgy in Extraction Processes (Vol.


1). CRC Press.
Gupta, C. K., & Mukherjee, P. S. (2008). Hydrometallurgy in Extraction Processes (Vol.
2). CRC Press.
Wang, J., & Inoue, A. (2006). Thermal Stability and Adhesion of Electroplated Copper
Film on Polyimide Substrates. Materials Transactions, 47(11), 2716-2720.
Chmielarz, L., & Ardelean, H. V. (2019). Thermoelectric Peltier Modules for Precision
Temperature Control. In Handbook of Thermoelectrics (pp. 661-682). Elsevier.
Vargel, C. (2004). Corrosion of Aluminium. Elsevier.
King, R. P., & Sole, K. C. (2014). Alloys of Copper and Zinc (Brasses). In Springer
Handbook of Electrochemical Energy (pp. 35-60). Springer.

Anda mungkin juga menyukai