MODUL
PENGEMBANGAN KURIKULUM,
SILABUS DAN RPP
DI SEKOLAH INKLUSI
Program Peningkatan Kompetensi Guru
Sekolah Inklusi
Ediyanto
Asep Sunandar
Silvana Rahma Iswahyudi
i
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021
Korespondensi Penulis
Ediyanto
Doctor of Philosophy in Education
Hiroshima University
Telp.: +62 817532635
Email: ediace09@yahoo.co.id
Asep Sunandar
Doktor Manajemen Pendidikan
Universitas Negeri Malang
Telp.: +6281-2212-7371
Email: asep.sunandar.fip@um.ac.id
Korespondensi Institusi
i
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021
MODUL
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah Inklusi
Program Peningkatan Kompetensi Guru Sekolah Inklusi
Ediyanto;
Asep Sunandar;
Silvana Rahma Iswahyudi.
@2021
Published by:
ISBN : 978-623-91137-7-3
e-ISBN : 978-623-91137-8-0
i
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Allah SWT karena buku yang berjudul “Modul 4
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah Inklusi” ini
dapat terselesaikan. Buku ini dibuat untuk pelatihan guru dan kepala
sekolah pendidikan inklusi Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP
di Sekolah Inklusi yang didanai oleh PNBP Universitas Negeri Malang
tahun 2021.
Pada buku ini, kita juga dapat belajar menyusun rencana pengembangan
sekolah inklusi berdasarkan studi kasus yang mereka buat pada satu
satuan pendidikan di jenjang pendidikan informal, dasar, menengah
atau tinggi.
Buku ini jauh dari kata sempurna, sehingga perlu kiranya untuk selalu
diperbaiki melalui kritik dan saran pembaca. Akhirnya, ucapan terima
kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya buku ini. Mudah-mudahan buku ini dapat bermanfaat
bagi semua. Aamiin.
Penulis
i
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021
DAFTAR ISI
Halaman Judul ....................................................... i
Korespondensi Penulis .......................................... ii
Halaman Pengesahan ............................................. iii
Kata Pengantar ...................................................... iv
Daftar Isi ............................................................... v
Peta Kedudukan Modul ......................................... 1
Bab 1 Pendahuluan................................................. 4
Bab 2 Materi Modul .............................................. 9
Bab 3 Evaluasi ....................................................... 72
Kunci Jawaban ...................................................... 83
Daftar Pustaka ....................................................... 84
v
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
MODUL PENGEMBANGAN KURIKULUM, SILABUS, DAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
1
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
FAKTOR GURU
FAKTOR SISWA
SUPPORTING
ALAT
SKILL
PERLAKUAN KHUSUS
CAPACITY BUILDING
2
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
pendapat bahwa siswa ABK seharusnya bersekolah di sekolah khusus/
sekolah luar biasa (sebanyak 86.67%). Orang tua dan guru menunjukkan
sikap yang negatif terhadap penerapan pendidikan inklusi. Hal ini
ditunjukkan melalui pernyataan tidak setuju jika siswa ABK berada dalam
satu kelas dengan siswa non ABK. Orang tua masih mengkhawatirkan
masih banyak kekurangan pada pendidikan inklusi jika siswa ABK belajar
bersama siswa non ABK. Mereka berpendapat bahwa siswa ABK
seharusnya bersekolah di sekolah khusus/sekolah luar biasa. Keterampilan
guru dalam memberikan layanan pendidikan inklusi perlu terus
ditingkatkan. Peningkatan keterampilan itu melalui pendidikan dan
pelatihan, atau studi lanjut ke program studi PLB. Diperlukan kolaborasi
guru reguler dengan guru PLB dalam memberikan layanan pendidikan
inklusi di sekolah.
Pokok bahasan materi pelatihan bagi guru di sekolah inklusi
sebagai berikut: 1) Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi, 2)
Manajemen Pendidikan Inklusi, 3) Identifikasi dan Asesmen Anak
Berkebutuhan Khusus, 4) Pengembangan Kurikulum, Silabus, dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Program Individual, dan 5)
Pengembangan Sarana, Prasarana, dan Media Pembelajaran. Sedangkan
pada modul ini dibahas tentang Pengembangan Kurikulum, Silabus, dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Program Individual.
3
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
BAB I
PENDAHULUAN
Indikator Utama:
Mampu menganalisis landasan dan konsep pendidikan inklusi
sehingga dapat diimplementasikan dengan baik dalam lingkungan
sekolah (P) (K) (S).
B. Deskripsi
Modul ini terdiri dari tiga indikator pencapaian yatu pengetahuan,
keterampilan dan sikap. Masing-masing indikator pencapaian
terintegrasi di dalam materi-materi yang dipaparkan. Peserta program
mempelajari keseluruhan modul ini dengan cara yang berurutan.
Pemahaman setiap materi pada modul Pengembangan Kurikulum,
4
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
Silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Program Individual
ini diperlukan untuk memahami pengembangan kurikulum, silabus,
dan rencana pelaksanaan pembelajaran program individual pendidikan
inklusi secara lengkap. Setiap kegiatan belajar disertai dengan latihan
atau evaluasi yang menjadi alat ukur tingkat penguasaan peserta
program setelah mempelajari materi dalam modul ini.
Indikator Pencapaian dalam modul ini yaitu:
a. Pengetahuan
1. Peserta Program mampu menjelaskan konsep pengembangan
kurikulum pendidikan inklusi dengan tepat.
2. Peserta Program mampu memodifikasi pengembangan
kurikulum pendidikan inklusi dengan tepat sesuai kondisi
empirik.
3. Peserta Program mampu menjelaskan konsep silabus
pendidikan inklusi dengan tepat.
4. Peserta Program mampu menjelaskan konsep RPP di
pendidikan inklusi untuk anak berkebutuhan khusus.
5. Peserta Program mampu menganalisis konsep pengembangan
RPP di pendidikan inklusi untuk anak berkebutuhan khusus
dengan tepat.
b. Keterampilan
1. Peserta Program mampu menerapkan konsep pengembangan
kurikulum pendidikan inklusi dengan tepat.
2. Peserta Program mampu menerapkan konsep pengembangan
silabus di pendidikan inklusi.
3. Peserta Program mampu menerapkan konsep mengembangkan
RPP di pendidikan inklusi untuk anak berkebutuhan khusus.
5
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
4. Peserta Program mampu merancang pengembangan RPP di
pendidikan inklusi dengan tepat.
c. Sikap
1. Peserta Program mampu mengikuti pemaparan materi konsep
pengembangan kurikulum pendidikan inklusi secara aktif.
2. Peserta Program mampu mengikuti pemaparan materi konsep
silabus pendidikan inklusi secara aktif.
3. Peserta Program mampu mengikuti pemaparan materi konsep
mengembangkan RPP di pendidikan inklusi untuk anak
berkebutuhan khusus secara aktif.
4. Peserta Program mampu menunjukkan hasil mengembangkan
RPP pendidikan inklusi sesuai dengan kondisi emprik.
Isi materi yang terdapat dalam modul ini beupa:
1. Pengertian Kurikulum
2. Jenis Kurikulum Pendidikan inklusi
3. Komponen Kurikulum
4. Model Pengembangan Kurikulum
5. Muatan Kurikulum Pendidikan Inklusi
6. Contoh pengembangan kurikulum sekolah inklusi
7. Pengertian silabus
8. Manfaat Silabus
9. Prinsip pengembangan silabus
10. Pengorganisasian dan tatalaksana Tim pengembangan silabus
11. Prosedur pengembangan silabus
12. Langkah-langkah pengembangan silabus
13. Format silabus pendidikan inklusi
14. Contoh silabus pendidikan inklusi
15. Pengertian RPP
6
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
16. Tujuan RPP
17. Unsur- unsur yang diperhatikan dalam modifikasi RPP
18. Prinsip-prinsip penyusunan RPP
19. Modifikasi RPP
20. Format RPP pendidikan inklusi
21. Contoh RPP pendidikan inklusi
C. Waktu
Tatap Muka : 4 jam
Kerja Mandiri : 16 jam
Jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menguasai kompetensi yang
menjadi target program
D. Prasyarat
Guru atau kepala sekolah di sekolah inklusi.
E. Evaluasi
Setelah mengikuti program pelatihan peningkatan kompetensi guru
sekolah inklusi, maka peserta program dinyatakan lulus apabila telah
memenuhi ketuntasan minimal pada kemampuan kognitif 60%,
kemampuan psikomotor 60%, dan kemampuan afektif 80%. Apabila
peserta program belum memenuhi ketentuan minimal maka sebaiknya
mengulangi materi dengan baik.
7
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
2. Pahamilah setiap indikator keberhasilan yang ingin dicapai
sebelum membaca isi materi.
3. Bacalah isi setiap materi modul dengan teliti.
4. Pahamilah isi setiap materi pokok dengan baik.
5. Baca dan pahamilah setiap rangkuman yang diberikan pada akhir
materi pokok.
6. Kerjakan soal-soal evaluasi di akhir materi pokok dengan memilih
jawaban yang tepat.
7. Kerjakan soal-soal evaluasi tersebut dengan cermat dan teliti.
8. Lakukan kegiatan kerja mandiri untuk peningkatan kemampuan
kognitif, psikomotorik, dan afektif.
9. Ulangilah membaca jika masih ada kesulitan dalam menjawab dan
mengerjakan soal evaluasi.
8
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
BAB II
MATERI MODUL
A. Tujuan
Tujuan yang ditentukan setelah mempelajari modul ini adalah
peserta memiliki pemahaman tentang hakekat kurikulum, silabus dan
RPP dalam setting sekolah inklusi, serta memiliki kemampuan untuk
memodifikasi kurikulum, Silabus dan RPP dalam konteks
pembelajaran inklusi.
B. Uraian Materi
1. Pengembangan Kurikulum Sekolah Inklusi
1) Pengertian Kurikulum
Kurikulum memiliki kedudukan yang sangat strategis
karena kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan.
Melalui kurikulum, sumber daya manusia dapat diarahkan, dan
kemajuan suatu bangsa akan ditentukan. Kurikulum harus
dikembangkan sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik,
kebutuhan pembangunan nasional, serta perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Meningkatnya kecenderungan anak berkebutuhan
bersekolah di sekolah-sekolah regular yang disebut dengan
pendidikan inklusi. Pendidikan inklusi adalah pendidikan yang
menyertakan semua anak secara bersama-sama dalam suatu iklim
dan proses pembelajaran dengan layanan pendidikan yang layak
dan sesuai kebutuhan individu peserta didik tanpa membeda-
bedakan anak yang berasal dari latar belakang etnik/suku, kondisi
9
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
sosial, kemampuan ekonomi, afiliasi politik, bahasa, geografis
(keterpencilan) tempat tinggal, jenis kelamin, agama/ kepercayaan,
dan perbedaan kondisi fisik atau mental. Dalam kebersamaan
tersebut perlu ada penyesuaian komponen-komponen pendidikan
terhadap kebutuhan khusus peserta didik.
Pendidikan inklusif sebagai wacana baru dalam bidang
pendidikan memerlukan pedoman dalam sistem
penyelenggaraannya. Sehubungan dengan hal tersebut perlu
disusun pedoman dalam pengembangan kurikulum dalam
penyelenggaraan sekolah inklusi.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Kurikulum berisi seperangkat rencana dan pengaturan tentang
kompetensi yang dibakukan untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional dan cara pencapaiannya disesuaikan dengan keadaan dan
kemampuan daerah dan sekolah.
Dalam hal ini diversifikasi kurikulum diperlukan
mengingat keberagaman karakteristik peserta didik, daerah dan
sekolah sehingga cara penyampaian dan pencapaian kompetensi
harus disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan daerah dan
sekolah, Jadi, pengertian diversifikasi kurikulum adalah pelayanan
pendidikan dengan cara menyesuaikan, memperluas, dan
memperdalam kompetensi dan materi pelajaran dalam rangka
untuk melayani keberagaman penyelenggaraan satuan pendidikan,
kebutuhan serta kemampuan daerah dan sekolah ditinjau dari segi
1
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
geografis, budaya, serta kemampuan, kebutuhan dan minat peserta
didik.
Kurikulum dalam modul ini memiliki pengertian sebagai
perangkat rencana atau pengaturan pelaksanaan pembelajaran atau
pendidikan yang di dalamnya mencakup pengaturan tentang
tujuan, isi (materi), proses dan evaluasi. Tujuan merupakan apa
yang akan dicapai dalam pembelajaran, materi apa yang akan
dipelajari, proses berarti apa yang akan dilakukan untuk mencapai
tujuan dan evaluasi merupakan apa yang harus dilakukan untuk
mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan. Kurikulum dapat
bersifat makro, artinya pengaturan tentang empat hal tersebut
dalam skala nasional, tetapi juga bisa bersifat mikro yaitu
pengaturan tentang empat hal dalam konteks pembelajaran di
kelas.
Dalam Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 angka 19 disebutkan
bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, teknik penilaian, serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, pemerintah dalam hal ini
Departemen Pendidikan Nasional telah menetapkan Standar Isi dan
Standar Kompetensi lulusan, yang meliputi Standar Kompetensi
(SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Untuk pengembangan
kurikulum selanjutnya diserahkan pada satuan pendidikan masing-
masing yang nantinya dikenal sebagai Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan. Substansi pengembangan kurikulum yang lebih rinci
dilakukan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan, Standar
1
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
Kelompok Mata Pelajaran, dan Standar Kompetensi Mata
Pelajaran. Kurikulum ini dikembangkan di tingkat satuan
pendidikan dengan mengingat kondisi daerah dan kondisi
kemampuan peserta didik.
1
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
pendidikan) secara sempit (tradisional) adalah sejumlah mata
pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan peserta didik
di sekolah untuk memperoleh ijazah. The curriculum has mean
the subject taught in school or the course of study (Ragan,
1966 dalam Arifin, 2012: 3). Pendapat serupa dikemukakan
oleh Hutchins (dalam Sanjaya, 2010: 4) yang menyatakan “the
curriculum should include grammar, reading, rhetoric and
logic, and mathematic, and addition at the secondary level
introduce the great books of the western world.” Kurikulum
itu harus mencakup tata bahasa, membaca, retorika dan logika,
dan matematika, dan di samping itu sebagai tambahan di
tingkat yang lebih tinggi memperkenalkan dunia barat.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka implikasi
pengertian kurikulum secara tradisional terhadap pengajaran
menyangkut tiga hal. Pertama, setiap siswa harus menguasai
seluruh mata pelajaran yang telah ditentukan. Kedua, setiap
siswa harus menempuh proses pengajaran mulai awal hingga
akhir program dan menempatkan seorang guru pada posisi
yang sangat penting dan sangat menentukan terhadap
keberhasilan siswa. Ketiga, keberhasilan siswa memperoleh
ijazah sangat ditentukan oleh seberapa jauh ia menguasai
seluruh mata pelajaran yang telah ditentukan dan lazimnya
dituangkan dalam bentuk skor yang diperoleh setelah
mengikuti tes atau ujian.
Dalam pandangan modern kurikulum tidak sekedar
sejumlah mata pelajaran, akan tetapi mencakup semua
pengalaman belajar (learning experiences) yang dialami oleh
siswa dan mempengaruhi perkembangan pribadinya.
1
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
Sebagaimana diungkapkan oleh B. Othanel Smith, W.O.
Standley, dan J. Harlan Shores, kurikulum bukan hanya
sebagai mata pelajaran, tetapi juga pengalaman-pengalaman
potensial yang dapat diberikan kepada peserta didik.
Menurut (Prayitno, 2009: 292) kurikulum adalah arah dan
isi proses pembelajaran dalam rangka pengembangan
pancadaya dengan muatan unsur-unsur hakikat manusia dalam
bingkai dimensi kemanusiaaan. Dalam hal ini, kurikulum
bukan sekedar kumpulan sejumlah mata pelajaran melainkan
sejumlah besar pengalaman yang hendak dijalani dan
diperoleh peserta didik secara terstruktur dan terprogram
dalam satuan rangkaian panjang kegiatan pembelajaran.
2) Dimensi Kurikulum
S. Hamid Hasan (1988, dalam Arifin, 2012: 8) berpendapat
ada empat dimensi kurikulum yang saling berhubungan, yaitu
“kurikulum sebagai suatu ide atau konsepsi, kurikulum sebagai
suatu rencana tertulis, kurikulum sebagai suatu kegiatan (proses),
dan kurikulum sebagai suatu hasil belajar”. Selanjutnya, Nana Sy.
Sukmadinata (2005, dalam Arifin, 2012: 8) meninjau kurikulum
dari tiga dimensi, yaitu “kurikulum sebagai ilmu, kurikulum
sebagai sistem, dan kurikulum sebagai rencana”.
1
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
Dari dua pendapat di atas sedikitnya ada enam dimensi
kurikulum, yaitu:
Gambar 1. Dimensi Kurikulum
Dimensi Kurikulum
Disiplin Ilmu
Rencana
Kegiatan Sistem
1
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
kurikulum setiap orang tentu berbeda, sekalipun orang-orang
tersebut berada dalam satu keluarga. Perbedaan ide dari orang-
orang tersebut sangat penting untuk dianalisis bahkan dapat
dijadikan landasan pengembangan kurikulum.
Dimensi kurikulum sebagai suatu ide, biasanya dijadikan
langkah awal dalam pengembangan kurikulum, yaitu ketika
melakukan studi pendapat. Dari sekian banyak ide-ide yang
berkembang dalam studi pendapat tersebut, maka akan dipilih
dan ditentukan ide-ide mana yang dianggap paling kreatif,
inovatif, dan konstruktif sesuai dengan visi-misi dan tujuan
pendidikan nasional. Pemilihan ide-ide tersebut pada akhirnya
akan dipilih dalam sebuah pertemuan konsultatif berdasarkan
tingkat pengambil keputusan yang tertinggi. Di Indonesia,
pengambil keputusan yang tertinggi adalah Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan. Beliau juga sebagai penentu
kebijakan kurikulum yang berlaku secara nasional. Mengingat
pengaruhnya yang begitu kuat dan besar, serta memiliki
kedudukan yang sangat strategis, maka tim pengembang
kurikulum biasanya akan mengacu kepada ide atau konsep
kurikulum menurut menteri tersebut. Selanjutnya, ide-ide
Mendikbud dituangkan dalam sebuah kebijakan umum sampai
menjadi dimensi kurikulum sebagai rencana.
1
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
merupakan realisasi dari dimensi kurikulum sebagai ide.
Aspek-aspek penting yang perlu dibahas, antara lain:
pengembangan tujuan dan kompetensi, struktur kurikulum,
kegiatan dan pengalaman belajar, organisasi kurikulum,
manajemen kurikulum, hasil belajar, dan sistem evaluasi.
Kurikulum sebagai ide harus mengikuti pola dan ketentuan-
ketentuan kurikulum sebagai rencana. Dalam praktiknya,
seringkali kurikulum sebagai rencana banyak mengalami
kesulitan karena ide-ide yang ingin disampaikan terlalu umum
dan banyak yang tidak dimengerti oleh para pelaksana
kurikulum.
1
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
refleksi dan realisasi dari dimensi kurikulum sebagai rencana
tertulis. Apa yang dilakukan peserta didik di kelas juga
merupakan implementasi kurikulum. Artinya, antara
kurikulum sebagai ide dengan kurikulum sebagai kegiatan
(proses) merupakan suatu rangkaian yang berkesinambungan,
suatu kesatuan yang utuh. Tidak ada alasan untuk mengatakan
dimensi kurikulum sebagai suatu kegiatan bukan merupakan
kurikulum, karena semua kegiatan di sekolah maupun di luar
sekolah atas tanggung jawab sekolah merupakan bagian dari
kurikulum.
1
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
adalah untuk memperbaiki, menyempurnakan atau mengganti
kurikulum dalam dimensi sebagai rencana.
Hasil belajar sebagai bagian dari kurikulum terdiri atas
berbagai domain, seperti pengetahuan, keterampilan, sikap dan
nilai-nilai. Secara teoritis, domain hasil belajar tersebut dapat
dipisahkan, tetapi secara praktis domain tersebut harus bersatu.
Hasil belajar juga banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor,
diantaranya faktor guru, peserta didik, sumber belajar, dan
lingkungan. Kurikulum sebagai hasil belajar merupakan
kelanjutan dan dipengaruhi oleh kurikulum sebagai kegiatan
serta kurikulum sebagai ide.
Menurut Zainal Arifin (2009, dalam Arifin, 2012: 11) hasil
belajar memiliki beberapa fungsi utama, yaitu “sebagai
indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah
dikuasai peserta didik, sebagai lambang pemuasan hasrat ingin
tahu, sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan,
sebagai indikator interen dan eksteren dari suatu institusi
pendidikan, dan dapat dijadikan indikator terhadap daya serap
(kecerdasan) peserta didik”.
1
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
Sekolah Guru Atas, Pendidikan Guru Agama (PGA) dan lain-
lain. Pada tingkat universitas ada juga program studi
pengembangan kurikulum, baik di jenjang S1 (sarjana), S2
(magister) maupun S3 (Doktor). Semua peserta didiknya wajib
mempelajari tentang kurikulum. Tujuan kurikulum sebagai
suatu disiplin ilmu adalah untuk mengembangkan ilmu tentang
kurikulum dan sistem kurikulum.
3) Komponen Kurikulum
Secara umum terdapat empat komponen utama yang harus ada di
dalam kurikulum, yaitu (1) tujuan (2) materi/ isi (3) proses dan
(evaluasi).
2
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
a. Tujuan
Tujuan merupakan seperangkat kemampuan atau
kompetensi yang akan akan dicapai setelah siswa
menyelesaikan program pendidikan dalam kurun waktu yang
telah ditentukan. Tujuan pendidikan atau pembelajaran secara
umum terbagi ke dalam tiga jenis kemampuan, yaitu
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Dilihat dari
ruang lingkupnya, maka tujuan pendidikan dapat dibedakan ke
dalam 4 tingkatan, yaitu tujuan pendidikan nasional, tujuan
pendidikan lembaga/institusi, tujuan kurikuler, dan tujuan
instruksional. Tujuan penting dalam pendidikan untuk
dicermati dan dipahami oleh guru adalah tujuan pendidikan
pada level lembaga dan tujuan pembelajaran pada level
pengajaran. Jadi terdapat empat jenis kompetensi dalam
kurikulum yang harus dicermati oleh guru yang tujuannya
berkaitan dengan pendidikan inklusi yaitu: 1) standar
kompetensi lulusan, 2) standar kompetensi, 3) kompetensi
dasar, dan indikator keberhasilan.
b. Isi
Materi merupakan isi atau substansi yang harus dipelajari
oleh siswa supaya bias mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Materi pembelajaran bias berupa informasi, konsep, teori, dan
lain-lain. Materi pembelajaran harus relevan atau mendukung
terhadap pencapaian kompetensi dasar dan standar
kompetensi.
2
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
c. Proses
Proses merupakan kegiatan atau aktivitas yang akan
dijalani oleh siswa supaya bisa menguasai materi yang
diajarkan dan bias mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan, proses kurang lebih memiliki pengertian yang
sama dengan kegiatan belajar mengajar atau pengalaman
belajar, yaitu serangkaian kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan bersama guru, baik di dalam maupun diluar
kelas. Proses pembelajaran biasanya terkait dengan
penggunaan metode mengajar, pemakaian media
pembelajaran. Pengalokasian waktu, penggunaan sumber
belajar, pengelolaan kelas dan lain-lain.
d. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses kegiatan yang dilakukan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan tujuan-tujuan pendidikan
yang telah ditetapkan. Kegiatan evaluasi bertujuan untuk
mengetahui keberhasilan atau ketuntasan belajar siswa dalam
menguasai kompetensi yang menjadi tujuan pembelajaran.
Evaluasi juga dilakukan untuk mengetahui pembelajaran
berjalan efektif atau tidak dengan adanya evaluasi akan
mengetahui keberhasilan pembelajaran.
2
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
pengembangan kurikulum dalam sistem dan pengelolaan
pendidikan yang sentralistik tentunya akan berbeda dengan sistem
dan pengelolaan pendidikan yang desentralistik. Model
pengembangan dalam kurikulum yang sifatnya subjek akademis
berbeda dengan kurikulum humanistik, teknologis dan rekonstruksi
sosial.
Model merupakan abstrak dunia nyata atau representasi
peristiwa kompleks atau
sistem dalam bentuk naratif, matematis, grafis, serta lambang-
lambang lainnya. Lebih lanjut ditegaskan model bukanlah realitas,
akan tetapi merupakan representasi realitas yang dikembangkan
dari keadaan. Dengan demikian, model pada dasarnya berkaitan
dengan rancangan yang dapat menerjemahkan sesuatu ke dalam
realitas, yang sifatnya lebih praktis.
Model berfungsi sebagai sarana untuk mempermudah
berkomunikasi, atau sebagai petunjuk yang bersifat perspektif
untuk mengambil keputusan atau sebagai petunjuk perencanaan
untuk kegiatan pengelolaan. Model pengembangan kurikulum yang
abstrak berikut ini adalah model yang biasanya digunakan dalam
banyak proses pengembangan kurikulum. Dalam model ini,
kurikulum lebih banyak mengambil posisi pertama yaitu sebagai
rencana dan kegiatan. Ide yang dikembangkan pada awal lebih
banyak berfokus pada kualitas apakah yang harus dimiliki dalam
belajar suatu disiplin ilmu, teknologi, agama, seni dan sebagainya.
Pada fase pengembangan ide, permasalahan pendidikan
hanya terbatas pada masalah transfer dan transmisi. Masalah yang
muncul di masyarakat atau ide tantangan masyarakat masa depan
tidak menjadi kepedulian kurikulum. kegiatan evaluasi diarahkan
2
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
untuk menemukan kelemahan kurikulum yang ada, model yang
tersedia dan dianggap sesuai untuk suatu kurikulum baru dan
diakhiri dengan melihat hasil kurikulum berdasarkan tujuan yang
terbatas.
Secara konseptual, model kurikulum dapat dibedakan
menjadi empat macam, yaitu pertama; model kurikulum subjek
akademik (KSA), sebagai pendidikan klasik yang dipengaruhi oleh
filsafat pendidikan perenialisme dan esensialisme. Kedua; model
kurikulum humanistik (rasa kemanusiaan atau berhubungan dengan
kemanusiaan atau rasa kemanusiaan) yang banyak dipengaruhi
oleh filsafat pendidikan progresivisme dan romantisisme, ketiga;
model interaksionisme dan keempat; model kurikulum teknologis
atau berbasis kompetensi (KBK).
Kurikulum dan hasil belajar berfokus pada aktivitas peserta
didik dan hasil belajar yang dapat dicapai. Kemudian di dalamnya
memuat seperangkat hasil belajar untuk peserta didik yang
menjelaskan tentang hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai
oleh peserta didik di sekolah. Untuk memperkaya pengalaman
dalam membangun kurikulum, berikut ini diuraikan beberapa
pendekatan-pendekatan dan model-model pengembangan
kurikulum.
Dalam pengembangan kurikulum ada beberapa model yang
dapat digunakan, setiap model memiliki kekhasan tertentu baik
dilihat dari keluasan pengembangan kurikulumnya itu sendiri
maupun dilihat dari tahapan pengembangannya sesuai dengan
pendekatannya:
2
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
2
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Mendiagnos Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
is
Instalasi
dan
Desemina
Gambar. 2 Model Pengembangan Kurikulum Taba
kebutuhan
2
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
lembaga pendidikan. Dalam ringkasannya model ini mencerminkan
dua pengaruh luas, yaitu pertama; pengaruh Dewey yang dapat dilihat
dalam tiga sumber besar Tyler obyektivitas pendidikan. Kedua;
orientasi sikap dari para pendidik seperti Bobbit dan Thorndike yang
mempengaruhi konsepnya, bahwa tujuan dari pendidikan yaitu untuk
membawa perubahan dalam sikap siswa. Penekanan Tyler dalam
merancang kurikulum harus sesuai dengan tujuan dan misi suatu
instansi pendidikan. Hal fundamental dalam pengembangan
kurikulum adalah:
a) Berhubungan dengan tujuan pendidikan yang
ingin dicapai
b) Berhubungan dengan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan
c) Pengorganisasian pengalaman belajar
d) Berhubungan dengan evaluasi.
2
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
Objectives
Evaluation
Gambar. 3 Model Pengembangan Kurikulum Tyler
2
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
ia membutuhkan orang lain untuk membantu memperlancar atau
mempercepat perubahan itu hal itu adalah penjelasan dari Carl
Rogers. Salah satu cara untuk proses itu adalah melalui proses
pendidikan. Hal ini juga dikatakan bahwa kurikulum diperlukan
dalam rangka mengembangkan individu yang berbeda, luwe dan
adaptif terhadap situasi perubahan. Kurikulum tersebut hanya dapat
disusun dan diterapkan oleh unsur-unsur pendidikan serta yang
lainnya yang terbuka, luwes dan berorientasi pada proses.
Tahap 1
Penilaian
target
sistem
Tahap 2 Pengalaman
belajar yang
inisiatif bagi guru
Tahap 3 Pengembangan
pengalaman
belajar yang
intensif di dalam
Tahap 4
Keterlibatan wali
murid dalam
pengalaman
belajar
Kelompok Vertikal
2
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
Menurutnya model kurikulum harus bersifat simpel,
komprehensif dan sistematis. Model yang dikembangkannya dapat
digunakan beberapa bagian. Satu; untuk menyempurnakan kurikulum
sekolah dalam bidang-bidang khusus, misalnya pada bidang studi
tertentu di sekolah baik dalam tataran perencanaan kurikulum maupun
dalam proses pembelajaran, dua; Model ini juga dapat digunakan
untuk membuat keputusan dalam merancang suatu program
kurikulum, tiga; model ini dapat digunakan dalam mengembangkan
program pembelajaran secara khusus.
Supriyanto (2012: 31) menyebutkan bahwa model
pengembangan kurikulum pendidikan khusus di sekolah inklusi dapat
berupa model kurikulum reguler penuh, model kurikulum reguler
dengan modifikasi, dan model kurikulum PPI.
a) Model Kurikulum Reguler Penuh
Pada model ini anak yang berkebutuhan khusus mengikuti
kurikulum reguler sama seperti anak yang lainnya di dalam kelas
yang sama. Program layanan khususnya lebih diarahkan kepada
proses pembimbingan belajar, motivasi dan ketekunan belajarnya.
3
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
c) Model kurikulum PPI
Pada model kurikulum ini guru mempersiapkan program
pendidikan individual (PPI) yang dikembangkan bersama tim
pengembang yang melibatkan guru pembimbing khusus, kepala
sekolah, orang tua, dan tenaga ahli yang terkait.
Model ini diperuntukan pada anak yang mempunyai
hambatan belajar yang tidak memungkinkan untuk mengikuti
proses belajar (sekalipun telah dimodifikasi) berdasarkan
kurikulum reguler dan atau anak dengan kecerdasan serta bakat
istimewa. ABK seperti ini dapat dikembangkan potensi
belajarnya dengan menggunakan PPI dalam setting kelas reguler,
sehingga mereka bisa mengikuti belajar sesuai dengan fase
perkembangan, potensi/ bakat yang dimiliki, serta kebutuhannya.
Pada dasarnya, program pembelajaran individual (PPI) juga
diterapkan di sekolah luar biasa (SLB), hal ini dikarenakan
walaupun di SLB menggunakan kurikulum khusus SLB, tetapi
keberagaman hambatan, kemampuan dan kebutuhan yang
terdapat pada masing-masing anak memiliki varian keberagaman
cukup tinggi yang akhirnya berkorelasi pada penyesuaian
program pembelajaran yang akan diterapkan bagi mereka.
3
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
Alasannya anak tersebut tidak mengalami hambatan intelegensi.
Namun demikian perlu penyesuaian proses, yakni anak tunanetra
menggunakan huruf Braille, dan tunarungu wicara menggunakan
Bahasa isyarat dalam penyampaiannya.
b) Model substansi
Beberapa bagian kurikulum anak rata-rata ditiadakan dan diganti
dengan yang kurang lebih setara. Model kurikulum ini untuk ABK
dengan melihat situasi dan kondisinya.
c) Model omisi
Bagian dari kurikulum umum untuk mata pelajaran tertentu
ditiadakan total, karena tidak memungkinkan bagi ABK untuk
dapat berpikir setara dengan anak rata-rata.
d) Model modifikasi
Kurikulum siswa rata-rata/regular disesuaikan dengan kebutuhan
dan kemampuan/potensi ABK. Modifikasi kurikulum ke bawah
diberikan kepada anak tunagrahita dan modifikasi kurikulum ke
atas (eskalasi) untuk anak gifted and talented. Menurut Ifdali
(2010, dalam Supriyanto, 2012: 33) Modifikasi/pengembangan
kurikulum pendidikan inklusi dapat dilakukan oleh Tim
Pengembang Kurikulum yang terdiri atas guru-guru yang mengajar
di kelas inklusi bekerja sama dengan berbagai pihak yang terkait,
terutama guru pembimbing khusus (guru Pendidikan Luar Biasa)
yang sudah berpengalaman mengajar di Sekolah Luar Biasa, dan
ahli Pendidikan Luar Biasa (GPK), yang dipimpin oleh Kepala
3
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
Sekolah Dasar Inklusi dan sudah dikoordinir oleh Dinas
Pendidikan.
2. Silabus
1) Pengertian Silabus
Silabus pada dasarnya merupakan rencana pembelajaran
jangka panjang pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran
tertentu yang mencakup standar kompetensi kompetensi dasar,
materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator,
penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus
sebagai suatu rencana pembelajaran diperlukan sebab proses
pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam jangka waktu yang
sudah ditentukan. Selain itu, proses pembelajaran sendiri pada
hakikatnya merupakan suatu proses yang ditata dan diatur
sedemikian rupa menurut langkah-langkah tertentu agar dalam
pelaksanaannya dapat mencapai hasil yang diharapkan dan
kompetensi dasar dapat tercapai secara efektif.
Memperhatikan hal di atas, salah satu peran yang harus
dilakukan pengawas sekolah adalah bagaimana mengarahkan
pihak pengelola sekolah, khususnya guru, agar dalam penyusunan
silabus didasarkan atas pertimbangan yang matang supaya siswa
memiliki pengalaman belajar yang bermakna. Silabus yang
dikembangkan dengan tepat dan efektif akan sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan pelaksanaan pembelajaran. Komponen-
komponen dalam silabus tersebut harus disusun dan
dikembangkan secara sistematis dan sistemik, dan dalam
pengembangannya harus berorientasi pada standar kompetensi
dan kompetensi dasar yang telah dikembangkan oleh BSNP.
3
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
Silabus merupakan produk utama dari pengembangan
kurikulum sebagai suatu rencana tertulis pada suatu satuan
pendidikan yang harus memiliki keterkaitan dengan produk
pengembangan kurikulum lainnya, yaitu proses pembelajaran.
Silabus dapat dikatakan sebagai kurikulum ideal (ideal/potential
curriculum), sedangkan proses pembelajaran merupakan
kurikulum aktual (actual/real curriculum).
Silabus juga merupakan hasil atau produk pengembangan
desain pembelajaran, seperti Pola Dasar Kegiatan Belajar
Mengajar (PDKBM) dan Garis-garis Besar Program
Pembelajaran (GBPP). Dalam silabus tersebut memuat
komponen-komponen minimal dari kurikulum satuan pendidikan.
Untuk mengadakan pengkajian terhadap kurikulum yang sedang
dilaksanakan pada suatu satuan pendidikan, bisa dilakukan
melalui penelaahan silabus yang telah dikembangkan dan
diberlakukan. Dari pengkajian terhadap silabus bisa memberikan
berbagai informasi, di antaranya dapat dilihat apakah kurikulum
sebagai suatu teori telah diterjemahkan dengan baik. Melalui
silabus dapat ditelaah standar kompetensi dan kompetensi yang
akan dicapai, materi yang akan dikembangkan, proses yang
diharapkan terjadi, serta bagaimana cara mengukur keberhasilan
belajar. Dari silabus juga akan tampak apakah hubungan antara
satu komponen dengan komponen lainnya harmonis atau tidak.
Karena itu kedudukan silabus dalam telaah kurikulum tingkat
satuan pendidikan sangatlah penting.
Silabus merupakan salah satu tahapan dalam
pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan, khususnya
untuk menjawab “apa yang harus dipelajari?”, juga merupakan
3
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
penjabaran lebih lanjut tentang pokok-pokok program dalam satu
mata pelajaran yang diturunkan dari standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang telah ditetapkan ke dalam rincian kegiatan
dan strategi pembelajaran, kegiatan dan strategi penilaian, dan
pengalokasian waktu.
Silabus pada dasarnya merupakan program yang bersifat
makro yang harus dijabarkan lagi ke dalam program-program
pembelajaran yang lebih rinci, yaitu rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP). Silabus merupakan program yang
dilaksanakan untuk jangka waktu yang cukup panjang (satu
semester), menjadi acuan dalam mengembangkan RPP yang
merupakan program untuk jangka waktu yang lebih singkat.
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau
kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar
kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan
sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar
kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator
pencapaian kompetensi untuk penilaian.
2) Manfaat Silabus
Dengan memperhatikan beberapa pengertian di atas, pada
dasarnya silabus merupakan acuan utama dalam suatu kegiatan
pembelajaran. Beberapa manfaat dari silabus ini, di antaranya:
a. Sebagai pedoman/acuan bagi pengembangan
pembelajaran lebih lanjut, yaitu dalam penyusunan RPP,
pengelolaan kegiatan pembelajaran, penyediaan sumber
3
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
belajar, dan pengembangan sistem penilaian. Memberikan
gambaran mengenai pokok-pokok program yang akan
dicapai dalam suatu mata pelajaran.
b. Sebagai ukuran dalam melakukan penilaian keberhasilan
suatu program pembelajaran.
c. Dokumentasi tertulis (written document) sebagai
akuntabilitas suatu program pembelajaran.
3
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
harus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik,
intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik.
c. Sistematis, maksudnya bahwa komponen-komponen
dalam silabus harus saling berhubungan secara fungsional
dalam mencapai kompetensi. Silabus pada dasarnya
merupakan suatu sistem, oleh karena itu dalam
penyusunannya harus dilakukan secara sistematis.
d. Konsisten, maksudnya bahwa dalam silabus harus nampak
hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara
kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman
belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian.
e. Memadai, maksudnya bahwa cakupan indikator, materi
pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem
penilaian cukup memadai untuk menunjang pencapaian
kompetensi dasar yang pada akhirnya mencapai standar
kompetensi.
f. Aktual dan Kontekstual, maksudnya bahwa cakupan
indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber
belajar, dan sistem penilaian memperhatikan
perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam
kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
g. Fleksibel, maksudnya bahwa keseluruhan komponen
silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik,
pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di
sekolah dan tuntutan masyarakat.
h. Menyeluruh, maksudnya bahwa komponen silabus
mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif,
afektif, psikomotor).
3
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
4) Prosedur pengembangan Silabus
Untuk memperoleh silabus yang berkualitas dan sesuai dengan
prinsip-prinsip sebagaimana telah diuraikan di atas, diperlukan
prosedur pengembangan silabus yang tepat. Prosedur
pengembangan silabus yang disarankan yaitu melalui tahapan:
perancangan, validasi, pengesahan, sosialisasi, pelaksanaan, dan
evaluasi. Secara singkat, langkah-langkah pengembangan silabus
dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Perancangan (Design).
Tahap ini diawali dengan kegiatan menganalisis
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat
dalam standar isi, dilanjutkan dengan menetapkan materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator
pencapaian kompetensi, jenis penilaian, alokasi waktu,
dan sumber belajar yang diperlukan. Produk dari tahap ini
yaitu berupa draf awal silabus untuk setiap mata pelajaran
(disarankan dalam bentuk matriks agar memudahkan
dalam melihat hubungan antar komponen).
b. Validasi.
Tahap ini dilakukan untuk mengetahui apakah draf
awal silabus yang telah disusun itu sudah tepat atau masih
memerlukan perbaikan dan penyempurnaan lebih lanjut,
baik berkenaan dengan ruang lingkup, urutan penyajian,
substansi materi pokok, maupun cakupan isi dalam
komponen-komponen silabus yang lainnya. Tahap
validasi bisa dilakukan dengan cara meminta tanggapan
dari pihak-pihak yang dianggap memiliki keahlian untuk
itu, seperti ahli disiplin keilmuan mata pelajaran. Apabila
3
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
setelah dilakukan validasi ternyata masih banyak hal yang
perlu diperbaiki, maka sebaiknya secepatnya dilakukan
penyempurnaan atau perancangan ulang sampai diperoleh
silabus yang siap diimplementasikan. Hal ini terutama
sekali apabila silabus itu dikembangkan oleh suatu tim
yang dibentuk dari perwakilan beberapa sekolah yang
hasilnya akan dijadikan acuan oleh guru dalam menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran.
c. Pengesahan.
Tahap ini dilakukan sebelum silabus final
diimplementasikan dengan tujuan agar memperoleh
pengesahan dari pihak yang dianggap kompeten. Tahap
pengesahan ini merupakan pertanda bahwa silabus
tersebut secara resmi sudah bisa dijadikan pedoman oleh
guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran,
melaksanakan proses pembelajaran, dan penilaian.
d. Sosialisasi.
Tahap ini dilakukan terutama apabila silabus
dikembangkan pada level yang lebih luas dan dilakukan
oleh tim yang secara khusus dibentuk dan dipercaya untuk
mengembangkannya. Silabus final yang dihasilkan dan
telah disahkan perlu disosialisasikan secara benar dan
tepat kepada guru sebagai pelaksana kurikulum.
e. Pelaksanaan.
Tahap ini merupakan kulminasi dari tahap-tahap
sebelumnya yang diawali dengan kegiatan penyusunan
rencana pelaksanaan pembelajaran sampai dengan
pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran.
3
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
f. Evaluasi.
Tahap ini dilakukan untuk mengetahui apakah silabus
yang telah dikembangkan itu mencapai sasarannya atau
sebaliknya. Dari hasil evaluasi ini dapat diketahui sampai
dimana tingkat ketercapaian standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Dengan
demikian, silabus dapat segera diperbaiki dan
disempurnakan.
Materi
Analisis Pokok/Pembelajar Kegiatan Pembelajaran
SI/SK/KD an Indikator
Alokasi Waktu
Penilaian
Sumber Belajar
4
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
serta perlu juga dituliskan standar kompetensi mata pelajaran yang
akan dicapai. Proses penyusunan silabus setelah mengisi identitas
mata pelajaran terdiri atas tujuh langkah utama sebagai berikut:
1) Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
2) Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran
3) Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
4) Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi
5) Penentuan Jenis Penilaian
6) Menentukan Alokasi Waktu
7) Menentukan Sumber Belajar
4
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
spesifik dan terukur dalam satu kompetensi dasar. Apabila
rangkaian indikator dalam satu kompetensi dasar sudah tercapai,
berarti target kompetensi dasar tersebut sudah terpenuhi Standar
kompetensi dan kompetensi dasar ini berlaku secara nasional,
ditetapkan oleh BSNP. Para pengembang silabus perlu mengkaji
secara teliti standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran dengan memperhatikan hal-hal berikut:
1) Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau
tingkat kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan
urutan yang ada dalam standar isi
2) Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi
dasar dalam mata pelajaran
3) Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi
dasar antar mata pelajaran.
4
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
4) Kebermanfaatan bagi peserta didik;
5) Struktur keilmuan;
6) Aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran;
7) Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan
lingkungan; dan
8) Alokasi waktu.
4
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai
peserta didik. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut.
1) Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan
kepada para pendidik, khususnya guru, agar dapat
melaksanakan proses pembelajaran secara profesional.
2) Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang
harus dilakukan oleh peserta didik secara berurutan untuk
mencapai kompetensi dasar.
3) Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai
dengan hierarki konsep materi pembelajaran.
4) Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal
mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan
pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu kegiatan siswa
dan materi.
4
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
4
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah
memenuhi kriteria ketuntasan.
5) Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman
belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran.
Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan
tugas observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan
baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik
wawancara, maupun produk/hasil melakukan observasi
lapangan yang berupa informasi yang dibutuhkan.
4
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
yang tersedia pada struktur kurikulum. Khusus untuk SMK/MAK
menggunakan penggalan silabus berdasarkan satuan kompetensi.
4
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
4
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
4
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
menggu
nakan
alat
peraga
5
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
3. RPP
1) Pengertian RPP
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana
yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian
pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang
ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus
(Kunandar, 2011:263).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa “Perencanaan
proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pembelajaran
yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, sumber
belajar, dan penilaian hasil belajar”. Menurut Permendiknas
Nomor 41 Tahun 2007, komponen RPP adalah: Identitas mata
pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator
pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi
waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian
hasil belajar, dan sumber belajar.
2) Tujuan RPP
Tujuan rencana pelaksanaan pembelajaran adalah untuk:
(1) mempermudah, memperlancar dan meningkatkan hasil proses
belajar-mengajar; (2) dengan menyusun rencana pembelajaran
secara profesional, sistematis dan berdaya guna, maka guru akan
mampu melihat, mengamati, menganalisis, dan memprediksi
program pembelajaran sebagai kerangka kerja yang logis dan
terencana (Kunandar, 2011: 264).
Fungsi rencana pembelajaran adalah sebagai acuan bagi guru
untuk melaksanakan kegiatan belajar-mengajar (kegiatan
5
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
pembelajaran) agar lebih terarah dan berjalan secara efektif dan
efisien (Kunandar, 2011: 264).
4) Prinsip-prinsip RPP
RPP pada dasarnya merupakan kurikulum mikro yang
menggambarkan tujuan/kompetensi, materi/isi pembelajaran,
kegiatan belajar, dan alat evaluasi yang digunakan. Efektivitas
RPP tersebut sangat dipengaruhi beberapa prinsip perencanaan
pembelajaran berikut:
a) Perencanaan pembelajaran harus berdasarkan kondisi
siswa.
5
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
b) Perencanaan pembelajaran harus berdasarkan kurikulum
yang berlaku.
c) Perencanaan pembelajaran harus memperhitungkan waktu
yang tersedia
d) Perencanaan pembelajaran harus merupakan urutan
kegiatan pembelajaran yang sistematis.
e) Perencanaan pembelajaran bila perlu dilengkapi dengan
lembaran kerja/tugas dan atau lembar observasi.
f) Perencanaan pembelajaran harus bersifat fleksibel.
g) Perencanaan pembelajaran harus berdasarkan pada
pendekatan sistem yang mengutamakan keterpaduan
antara tujuan/kompetensi, materi, kegiatan belajar dan
evaluasi.
Prinsip-prinsip tersebut harus dijadikan landasan dalam
penyusunan RPP. Selain
itu, secara praktis dalam penyusunan RPP, seorang guru harus
sudah menguasai bagaimana menjabarkan kompetensi dasar
menjadi indikator, bagaimana dalam memilih materi
pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi dasar, bagaimana
memilih alternatif metode mengajar yang dianggap paling sesuai
untuk mencapai kompetensi dasar, dan bagaimana
mengembangkan evaluasi proses dan hasil belajar.
5
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
5) Contoh RPP Pendidikan Inklusi
A. Standar Kompetensi
1.1 Memahami matahari sebagai pusat tata surya dan interaksi
bumi dalam tata surya
B. Kompetensi Dasar
2.1 Mendeskripsikan sistem tata surya dan posisi penyusun tata
surya.
5
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
D. Indikator
Regular ABK (Slow Learner)
● Menjelaskan pengertian tata surya ● Menjelaskan pengertian tata surya
● Mengidentifikasi kelompok benda ● Menyebutkan nama planet dalam
langit (planet, satelit, asteroid, dll) sistem tata surya
● Mengurutkan nama-nama planet ● Menyebutkan tiga macam benda
dalam sistem tata surya langit
● Menjelaskan pergerakan planet
mengelilingi matahari
E. Tujuan Pembelajaran
Regular ABK (Slow Learner)
● Setelah membaca buku materi, ● Dengan membaca buku dan
siswa dapat menjelaskan penjelasan guru, siswa dapat
pengertian tata surya menjelaskan pengertian tata
surya
● Dengan menyimak video ● Dengan menyimak video
pembelajaran, siswa dapat pembelajaran, siswa dapat
mengidentifikasi kelompok menyebutkan nama planet dalam
benda langit sistem tata surya dengan stimulus
yang diberikan guru
● Dengan mengamati alat peraga, ● Dengan menyimak video, siswa
siswa dapat mengurutkan nama- dapat menyebutkan 3 macam benda
nama planet dalam sistem tata langit.
surya
● Dengan menyimak video
pembelajaran, siswa dapat
menjelaskan pergerakan planet
mengelilingi matahari.
5
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
F. Materi Ajar (Materi Pokok)
Tata surya merupakan suatu sistem yang terdiri alas
matahari dan benda-benda langit yang beredar mengelilinginya.
Karena diedari oleh benda-benda langit di sekelilingnya. matahari
dikatakan sebagai pusat tata surya. Dalam peredarannya, benda-
benda langit tersebut mempunyai lintasan edar tertentu yang
berbentuk elips dengan matahari terletak pada salah satu
fokusnya. Peredaran benda langit mengelilingi matahari disebut
revolusi. Adapun bidang edar yang terbentuk oleh bumi disebut
ekliptika. Dalam revolusinya, anggota tata surya pada suatu saat
berada pada jarak yang paling dekat dengan matahari
(periheLium) dan pada saat yang lain berada pada jarak yang
paling jauh dari matahari (aphelium). Hal itu dijelaskan oleh
Johannes Kepler seperti berikut.
[1] Lintasan planet berbentuk elips dengan matahari
terletak pada salah satu titik fokusnya.
[2] Garis hubung planet dan matahari menyapu luasan
yang sama dalam waktu yang sama (AMB = CMD).
Artinya, gerak planet akan cepat jika dekat matahari dan
lambat jika jauh dari matahari. Penjelasan Kepler tersebut
selanjutnya disebut hukum Kepler. Penjelasan pertama disebut
hukum I Kepler, sedangkan penjelasan kedua disebut hukum II
Kepler. Selain kedua hukum itu, sebenarnya masih ada hukum III
Kepler. Hukum ini menjelaskan perbandingan jarak antara planet
dan matahari. Mengapa gerakan planet-planet sangat teratur?
Peredaran planet mengitari matahari dikendalikan oleh gaya tarik-
menarik antara planet dan matahari yang disebut gaya gravitasi.
Jika jarak antara planet dan matahari makin dekat, gaya gravitasi
5
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
yang terjadi di antara keduanya makin besar. Akibatnya. gerak
revolusi planet semakin cepat. Sebaliknya jika jarak antara
matahari dan planet makiu jauh. gaya gravitasi yang terjadi di
antara keduanya makin kecil. Akibatnya. gerak revolusi planet
makin lambat. Hal ini sesuai dengan hukum Kepler.
Mengapa planet-planet dan anggota tata surya lainnya
beredar mengelilingi matahari? Massa matahari sangat besar.
sekitar 333.000 kali massa bumi. Adapun massa planet terbesar
(Yupiter) hanya sekitar 300 kali massa bumi. Jadi, massa
matahari hampir-hampir merupakan massa keseluruhan tata
surya. Perbedaan massa yang sangat besar inilah yang
menyebabkan seluruh anggota tata surya beredar mengelilingi
matahari.
Planet merupakan anggota tata surya yang berukuran
besar. Selain berevolusi, planet juga melakukan rotasi. yaitu
berputar pada sumbunya. Semua sumbu rotasi planet hampir
mendekati tegak lurus terhadap bidang orbitnya, kecuali sumbu
rotasi planet Uranus. Sumbu rotasi planet Uranus hampir sejajar
terhadap bidang orbitnya. Setiap planet mempunyai periode
revolusi dan rotasi tertentu. Sampai sekarang, jumlah planet
anggota tata surya yang telah diketahui ada 8 buah. Planet-planet
tersebut adalah Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter,
Saturnus, Uranus. dan Neptunus.
Berdasarkan kedudukan garis edarnya planet-planet dapat
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu planet dalam dan planet luar.
Planet dalam adalah planet yang garis edarnya terletak di antara
garis edar bumi dan matahari yaitu Merkurius dan Venus.
Adapun planet luar adalah planet-planet yang jarak garis edarnya
5
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
dari matahari lebih jauh dari pada garis edar bumi. Yang
termasuk planet luar adalah Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, dan
Neptunus. Di antara planet-planet tersebut yang dapat dilihat
langsung dengan mata adalah Merkurius, Venus, Mars, Yupiter,
dan Saturnus.
Venus dan Yupiter merupakan planet yang tampak paling
terang Venus hanya tampak di pagi hari atau sore hari. Venus
mengalami perubahan wajah seperti bulan. Orang sering
menyebut Venus sebagai bintang kejora. Adapun Yupiter
merupakan planet yang paling besar. Itulah sebabnya, Yupiter
tampak dari bumi sebagai bintang besar yang bercahaya terang.
Yupiter selalu dikelilingi kabut yang mempunyai cincin. Planet
lain yang juga bercincin adalah Saturnus. Bahkan, cincin
Saturnus tampak lebih jelas dan indah. Itulah sebabnya Saturnus
juga disebut planet bercincin.
5
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
H. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Waktu Fase Reguler ABK
1. kegiatan Menyampaikan ● guru mengajak siswa untuk berdoa ● siswa ABK berdoa besama
pendahuluan tujuan dan bersama dengan anak yang regular
apersepsi 15 memotivasi siswa ● memotivasi siswa dengan semampunya
menit menunjukkan gambar yang beraneka ● siswa ABK dimotivasi dengan
macam yang berkaitan dengan alam memperhatikan gambar tata
semesta surya
● mengajukan pertanyaan sederhana ● siswa ABK diyakinkan
“siapa yang meciptakan tata bahwa alam semesta adalah
surya?” cipataan
Allah
2. Kegiatan Inti Eksplorasi dalam ● Siswa dapat menyebutkan 5 nama- ● Siswa menyebutkan 2 nama-nama
20 menit kegiatan eksplorasi nama planet yang diketahui planet yang diketahui
guru
40 Menit Elaborasi ● Memfasilitasi siswa melalui ● Siswa siswa melalui pemberian
Dalam kegiatan pemberian materi dari buku, video materi video dan alat peraga
elaborasi guru dan alat peraga tentang sistem tata tentang sistem tata surya
surya dengan
perhatian guru dan semampu siswa
20 menit Konfirmasi ● Guru melakukan Tanya jawab ● Guru mengulangi materi
Dalam kegiatan dengan siswa tentang hal-hal yang secarasingkat dan mudah untuk
konfirmasi guru belum diketahui siswa tentang mengkonfirmasi pemahaman
sistem tata surya siswa
● Memberikan penguatan dan
kesimpulan
5
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
3. Kegiatan Kegiatan penutup ● Guru memberikan pujian kepada ● Siswa diberikan pujian
Penutup oleh guru siswa yang mengerjakan dengan ● Siswa diberikan nilai
6
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
6
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
I. Alat/ Sumber
1. Buku materi IPA tentang tata surya
2. Video pembelajaran tata surya
3. Alat peraga
J. Penilaian
Reguler ABK
● Tes Tulis ● Tes tulis
● Kelompok ● Tes lisan
● Hasil kliping ● Karya tugas kelompok
Mengetahui,
Kelapa Sekolah SD Inklusi Nurul Iman Malang, 27 Januari 2021
Guru Kelas
6
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
bahagia. Program merdeka belajar ini dilahirkan dari banyaknya
keluhan di sistem pendidikan. Salah satunya keluhan soal
banyaknya peserta didik yang dipatok oleh nilai-nilai tertentu.
Program “Merdeka Belajar” ini disampaikan pada acara
Rapat Koordinasi Bersama Dinas Pendidikan Provinsi dan
Kabupaten/Kota di Jakarta pada 11 Desember 2019 oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan. Program “Merdeka Belajar” ini
meliputi Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN), Ujian
Nasional (UN), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan
Peraturan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Zonasi. Empat
program pokok kebijakan pendidikan tersebut akan menjadi arah
pembelajaran ke depan yang fokus pada peningkatan kualitas
sumber daya manusia.
Berdasarkan surat edaran atau Siaran PERS Nomor:
408/sipres/A5.3/XII/2019 tentang Empat Pokok Kebijakan
Pendidikan “Merdeka Belajar” dimana salah satu pokok
kebijakan tersebut adalah mengenai Rencana Pelaksanaan
Pembelajaraan (RPP) yang selama ini dianggap cukup
membebani administrasi guru. Selanjutnya, Siaran Pers ini
dipertegas kembali dengan Surat Edaran Nomor 14 Tahun 2019
tentang Penyederhanaan RPP yang mana Kemendikbud
kedepannya akan menyederhanakan dengan memangkas beberapa
komponen. Di dalam Surat Edaran Nomor 14 Tahun 2019
tersebut, disampaikan beberapa hal sebagai berikut.
1. Penyusunan Rencana Pelaksanan Pembelajaran (RPP)
dilakukan dengan prinsip efisien, efektif, dan berorientasi
pada peserta didik.
6
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
2. Bahwa dari 13 (tiga belas) komponen RPP yang telah diatur
dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan
Dasar dan Menengah, yang menjadi komponen inti
adalah: tujuan pembelajaran, langkah-langkah (kegiatan)
pembelajaran, dan penilaian pembelajaran (assesment),
sedangkan komponen lainnya bersifat sebagai pelengkap.
3. Sekolah, kelompok guru mata pelajaran sejenis dalam
sekolah, Kelompok Kerja Guru/Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (KKG/MGMP), dan individu guru secara bebas
dapat memilih, membuat, menggunakan, dan
mengembangkan format RPP secara mandiri untuk sebesar-
besarnya keberhasilan belajar peserta didik.
4. RPP yang telah dibuat tetap dapat didigunakan dan dapat
pula disesuaikan dengan ketentuan sebagaimana dimaksud
pada angka 1, 2, dan 3.
6
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
perlu dilaksanakan. Penyelarasan tersebut diupayakan melalui
penyederhanaan model RPP tanpa mengurangi hakikat dan
urgenitas dari RPP.
6
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
penilaian pembelajaran dianggap lebih efisien dan efektif.
Nantinya, guru memiliki banyak waktu untuk mempersiapkan
dan mengevaluasi proses pembelajaran.
Tanpa mengurangi hakikat dan urgenitas dari Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), rumusan komponen dan
jumlah halaman disederhanakan menjadi 3 (tiga) komponen dan
disajikan dalam 1 (satu) halaman. Penyederhanaan tersebut
menjadi salah satu upaya memerdekaan guru dari beban ke-
administrasian. Dengan penyederhanaan RPP menjadi 3 (tiga)
komponen dalam 1 (satu) halaman dapat memerdekaan guru dan
meningkatkan kualitas dalam mempersiapkan materi dan juga
penyampaiannya pada peserta didik.
6
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
berarti penulisan RPP dilakukan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Ketiga, penyusunan RPP harus berorientasi pada
peserta didik, yang berarti penulisan RPP dilakukan dengan
mempertimbangkan kesiapan, ketertarikan, dan kebutuhan
belajar peserta didik di kelas, sehingga nantinya dapat
meningkatkan minat belajar peserta didik.
Kebijakan Merdeka Belajar mengenai penyusunan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) satu halaman tidak masalah
jika diterapkan saat ini, asalkan sesuai dengan prinsip efektif,
efisien, dan berorientasi pada peserta didik. Jadi, dalam
penyurunan RPP tidak memerlukan persyaratan banyaknya
jumlah halaman. Selain itu, tidak ada standar baku dalam
penulisan RPP, sehingga guru bebas untuk membuat, memilih,
mengembangkan, dan menggunakan RPP sesuai dengan prinsip
efektif, efisien, dan berorientasi pada peserta didik. Guru juga
memiliki kebebasan untuk menggunakan format RPP yang
sudah dibuat sebelumnya, maupun memodifikasi menjadi
format RPP satu halaman sesuai dengan prinsip efektif, efisien,
dan berorientasi pada peserta didik.
Komponen penyederhanaan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dalam kebijakan merdeka belajar seperti
yang telah disebutkan di atas, meliputi: tujuan pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, dan asesmen atau penilaian
pembelajaran. Pada tujuan pembelajaran, ditulis dengan
merujuk pada Kurikulum 2013 dan juga disesuaikan dengan
kebutuhan belajar peserta didik. Sementara itu, untuk kegiatan
belajar dan assesmen dalam RPP ditulis secara efisien sesuai
6
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
dengan pembelajaran dan tentunya tidak membuang-buang
waktu.
Hal yang penting dalam sebuah RPP bukan tentang
penulisannya, melainkan tentang proses refleksi guru terhadap
pembelajaran yang terjadi. Dengan RPP itu sendiri, nantinya
guru dapat melakukan refleksi terhadap pembelajaran di kelas.
Refleksi yang dimaksud adalah apakah hal yang ingin
disampaikan sudah sesuai dengan apa yang tersampaikan
kepada peserta didik atau belum. Dengan demikian, pada
hakekatnya penulisan RPP dilakukan secara efektif dan efisien
untuk meningkatkan kualitas SDM anak-anak negeri.
c) Format RPP satu lembar
Berikut model format RPP sesuai dengan edaran
kemendikbud No.14 Tahun 2019:
6
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
6
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
d) Contoh Format Pengembangan RPP 1 Lembar untuk
sekolah inklsui
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Satuan Pendidikan :
………………………………………………
Mata Pelajaran/Tema :
………………………………………………
Kelas/Semester :
………………………………………………
Materi Pokok :
………………………………………………
Alokasi Waktu :
………………………………………………
1. Tujuan Pembelajaran
2. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
2.1. Alat dan Bahan
2.1.1. Alat :
Reguler ABK
2.1.2. Bahan :
Reguler ABK
2.1.3. Pertanyaan :
Reguler ABK
7
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
2.2. Siswa berlatih praktik/mengerjakan tugas pada buku
Reguler ABK
2.4.2. Penlaian
Reguler ABK
Mengetahui......................................................................................., 20….
Kepala Sekolah Guru Kelas
[………………….] [……………….]
C. Rangkuman
Kurikulum dalam modul ini memiliki pengertian sebagai perangkat
rencana atau pengaturan pelaksanaan pembelajaran atau pendidikan
yang di dalamnya mencakup pengaturan tentang tujuan, isi (materi),
proses dan evaluasi. Tujuan merupakan apa yang akan dicapai dalam
pembelajaran, materi apa yang akan dipelajari, proses berarti apa yang
akan dilakukan untuk mencapai tujuan dan evaluasi merupakan apa
yang harus dilakukan untuk mengetahui keberhasilan pencapaian
7
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
tujuan. Kurikulum dapat bersifat makro, artinya pengaturan tentang
empat hal tersebut dalam skala nasional, tetapi juga bisa bersifat
mikro yaitu pengaturan tentang empat hal dalam konteks
pembelajaran di kelas.
Dalam silabus tersebut memuat komponen-komponen minimal dari
kurikulum satuan pendidikan. Untuk mengadakan pengkajian
terhadap kurikulum yang sedang dilaksanakan pada suatu satuan
pendidikan, bisa dilakukan melalui penelaahan silabus yang telah
dikembangkan dan diberlakukan. Dari pengkajian terhadap silabus
bisa memberikan berbagai informasi, di antaranya dapat dilihat
apakah kurikulum sebagai suatu teori telah diterjemahkan dengan
baik. Melalui silabus dapat ditelaah standar kompetensi dan
kompetensi yang akan dicapai, materi yang akan dikembangkan,
proses yang diharapkan terjadi, serta bagaimana cara mengukur
keberhasilan belajar. Dari silabus juga akan tampak apakah hubungan
antara satu komponen dengan komponen lainnya harmonis atau tidak.
Karena itu kedudukan silabus dalam telaah kurikulum tingkat satuan
pendidikan sangatlah penting.
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk
mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi
dan dijabarkan dalam silabus. Lingkup Rencana Pembelajaran paling
luas mencakup satu kompetensi dasar yang terdiri atas satu indikator
atau beberapa indikator untuk satu kali pertemuan atau lebih. RPP
merupakan persiapan yang harus dilakukan guru sebelum mengajar.
Persiapan disini dapat diartikan persiapan tertulis maupun persiapan
mental, situasi emosional yang ingin dibangun, lingkungan belajar
7
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
yang produktif, termasuk meyakinkan pembelajar untuk mau terlibat
secara penuh.
berdasarakan konsep Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
dengan format yang sudah ada selama ini dianggap bersifat kaku.
Sehingga, kebijakan merdeka belajar dalam pemangkasan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dari yang awalnya 13 komponen
menjadi 3 komponen dianggap lebih efisien dan efektif, yang nantinya
guru memiliki banyak waktu untuk mempersiapkan dan mengevaluasi
proses pembelajaran. Penyusunan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) harus memiliki dan memerhatikan prinsip
utamanya, yaitu: (1) efisien, penyusunan RPP harus efisien berarti
penulisan RPP dilakukan dengan tepat dan tidak banyak
menghabiskan waktu dan tenaga; (2) efektif, penyususan RPP harus
efektif berarti penulisan RPP dilakukan untuk mencapai tujuan
pembelajaran; dan (3) berorientasi pada peserta didik, berarti
penulisan RPP dilakukan dengan mempertimbangkan kesiapan,
ketertarikan, dan kebutuhan belajar peserta didik di kelas, sehingga
nantinya dapat meningkatkan minat belajar peserta didik.
7
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
BAB III
EVALUASI
A. Tes Kognitif
1. Secara etimologis istilah kurikulum berasal dari bahasa Yunani
curir dan curere yang bermakna ....
A. Pelari dan Lintasan
B. Pelari dan Medali
C. Pelari dan Penghargaan
D. Pelari dan Atletik
7
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
D. Dimensi system
7
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
B. Penerapan kurikulum
C. Evaluasi kurikulum
D. Monitoring kurikulum
7
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
12. Bahwa tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi silabus harus
di sesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik, hal ini
merupakan maksud prinsip silabus yang …
A. Ilmiah
B. Relevan
C. Konsisten
D. Memadai
7
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
usianya yang berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan disebut
dengan …
A. Standar Kompetensi
B. Indikator
C. Isi
D. Kompetensi Dasar
7
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
C. Asesmen, Kegiatan Inti, dan Penilaian
D. Tujuan Pembelajaran, kegiatan inti dan Evaluasi
7
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
B. Tes Psikomotorik
Buatlah RPP berdasarkan kondisi empirik di sekolah dengan format
dibawah ini!
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Satuan Pendidikan :
Mata Pelajaran/Tema :
Kelas/Semester :
Materi Pokok :
Alokasi Waktu :
1. Tujuan Pembelajaran
2. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
2.1. Alat dan Bahan
2.1.1. Alat :
Reguler ABK
2.1.2. Bahan :
Reguler ABK
2.1.3. Pertanyaan :
Reguler ABK
8
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
2.3. Siswa mempresentasikan hasil kerja
kelompok/individu
Reguler ABK
2.4.2. Penlaian
Reguler ABK
Mengetahui....................................................................................., 20….
Kepala Sekolah Guru Kelas
[………………….] [……………….]
8
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
C. Penilaian Sikap
Contoh:
Saya rutin mandi dua kali sehari 1 9 10
2 3 4 5 6 7 8
8
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
9. Pemahaman Langkah-langkah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
pengembangan silabus
8
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
8
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
KUNCI JAWABAN
A. Penilaian Kognitif
1. C
2. D
3. B
4. A
5. B
6. C
7. B
8. B
9. C
10. A
11. A
12. B
13. C
14. D
15. A
16. A
17. B
18. B
19. D
20. A
8
Ediyanto; Asep Sunandar; Silvana Rahma Iswahyudi
Pengembangan Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah
Inklusi
DAFTAR PUSTAKA
Kunandar. 2011. Guru Profesional (Implementasi Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan dan Sukses dalam Sertifikasi Guru).
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Latifah, Ainul. 2020. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas X SMA. (Tidak
diterbitkan)
Niron Dominika, M. (2009). Bahan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru
Dalam Jabatan Pengawas Sertifikasi Guru Rayon 11.
Yogyakarta: Universitas Yogyakarta.
Penyusun, T. (2017). Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
Guru Matematika SMA Terintegrasi Penguatan Pendidikan
Karakter. Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Penyusun, T. (2010). Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif. Jakarta:
Kementerian Pendidikan Nasional.
Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan
Dasar dan Menengah.
Surat Edaran atau Siaran PERS Kemendikbud Nomor:
408/sipres/A5.3/XII/2019 tentang Empat Pokok Kebijakan
Pendidikan “Merdeka Belajar”.
Surat Edaran Kemendikbud Nomor 14 Tahun 2019 tentang
Penyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Pratiwi, I. P. (2020). Manajemen Pelaksanaan Modifikasi RPP Pada
Sekolah Inklusi SDN Semangat Dalam 2 Banjarmasin.