Anda di halaman 1dari 28

ANALISIS SISTEM PENDIDIKAN

Sistem Pendidikan
di Indonesia
sekarang sedang
memasuki tahap
pengembangan
sekarang dan untuk
masa depan. Tetapi
Sistem Pendidikan
ini tak luput dari
masalah-masalah
mengenai
pendidikan di Indonesia ini.
Melalui artikel ini saya akan menyampaikan beberapa hal mengenai analisis saya
terhadap Sistem Pendidikan di Indonesia sebagai berikut :

v Beberapa permasalahan pendidikan di Indonesia

v Analisis permasalahan
v Penyelesaian melalui penerapan teknologi informasi
v Paradigma baru dan e-Education
v Beberapa pemikiran tentang penerapan e-Education

Seperti yang kita sudah ketahui bahwa sudah banyak permasalahan pendidikan di
Indonesia yang sudah banyak terjadi dikarenakan kapasitas institusi pendidikan yang
terbatas yang meliputi:
Ø Ruang
Ø Guru
Ø Fasilitas dan sarana prasarana
Dan ini semua merupakan hal pertama yang menghalangi perkembangan pendidikan di
Indonesia. Keadaan yang sekarang terjadi adalah minimnya batas-batas institusional
dalam hal pendidikan mengenai ruang lingkup pembelajaran.
Proses pembelajaran siswa/i yang terjadi saat ini yaitu “Pendidikan Terbatasi oleh
Ruang” sehingga perkembangan pendidikan menjadi sangat lambat, dan juga tidak
fleksibel terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di kemudian hari. Ini terjadi karena
siswa lebih di kekang oleh pendidikan terbatas oleh ruang.
mengatasi hal-hal di atas dapat dilakukan dengan menggunakan konsep :

Tidak ada konsep


ruang secara fisis
Maksudnya adalah
siswa/i melakukan
kegiatan
pembelajaran tidak
hanya dikekang
oleh suatu ruangan
yang terbatas,
tetapi siswa/i juga
melakukan
kegiatan
pembelajaran di luar ruangan, konsep ini bertujuan agar pembelajaran tidak terus terpaku
pada area tertentu saja.
Karena wawasan pendidikan bukan hanya ditemukan dan diajarkan di dalam ruang saja,
karena memerlukan sumber wawasan dari sisi luar ruang pembelajaran.

Konsep E-Education

Konsep e-
education
merupakan
konsep
strategis
untuk
mengatasi
keterbatasan
kapasitas
institusi
pendidikan
dalam menyediakan pendidikan bagi masyarakat Indonesia. Konsep ini terdiri dari
beberapa hal sebagai berikut :
 Sebuah sistem virtual, parallel dengan system nyata/fisis
 Bukan sekedar network, Internet, dan aplikasi berbasis Web
 Komponen-komponen non-fisis: tugas, diskusi, ujian, dsb®dalam format virtual
Konsep ini lebih tertuju kepada pemanfaatan dan juga efektifiktas dari teknologi yang
ada. Sehingga dapat mempermudah pembelajaran bagi guru dan juga siswa/i serta
meningkatkan dan memajukan system pendidikan sekarang.
Konsep ini tidak luput dari persoalan-persoalan pengimplementasian di system
pendidikan yang meliputi:
Ø Mahal: infrastruktur, materi, sosialisasi
Ø Tidak bias diterapkan untuk semua bidang studi
Ø Perubahan paradigma:
• Pendidikan sebagai layanan (service)
• Institusi pendidikan sebagai penyedia layanan (service
provider)

Tidak mudah untuk menanggulangi masalah dari infrastruktur, materi, juga


mensosialisasikannya, tetapi hal ini bukanlah penghalang untuk meningkatkan system
pendidikan sekarang yang bersifat konvensional (pendidikan terbatas oleh ruang) kepada
sistem yang non konvensional (pendidikan tidak terbatas oleh ruang).
Seperti yang kita ketahui bahwa konsep ini tidak sepenuhnya dapat diterapkan di semua
bidang, tetapi konsep ini membantu meningkatkan dan juga meringankan beberapa
bidang studi yang ada sehingga proses pembelajaran dapat dilakukan lebih efektif dari
sebelumnya.
Kemudian mengenai perubahan paradigm pendidikan sebenarnya terjadi dikarenakan
perkembangan teknologi yang berhubungan dengan konsep ini.

Informasi
mengenai ilmu
pengetahuan dan
teknologi (IPTEK),
dahulu hanya
didapatkan melalui
penyampaian
materi oleh guru di
lembaga
pendidikan dan
dengan membaca
buku.
Tetapi, sekarang hal
itu bisa didapatkan
melalui media teknologi berupa E-education. Dan perubahan paradigma ini tidaklah
sepenuhnya berefek positif.
Oleh karena itu untuk menerapkan konsep E-education ini harus dilakukan dengan hati-
hati agar tidak berefek buruk bagi system pendidikan di Indonesia.
ANALISIS PENDIDIKAN SEBAGAI SUATU SISTEM

A. PENGERTIAN PENDIDIKAN, PENGERTIAN SISTEM, KAITAN


PENDIDIKAN DENGAN SISTEM

Pendidikan sebagai suatu sistem adalah rangkaian kata dari pendidikan dan
sistem. Untuk itu, sebelum menganalis tentang pendidikan sebagai suatu sistem yang
dikaitakan dengan masalah-masalah pendidikan yang terjadi di indonesia maka
terlebih dahulu diuraikan pengertian pendidikan, pengertian sistem, kaitan pendidikan
dengan sistem.

Pendidikan adalah usaha untuk memanusiakan manusia. Subyek, obyek atau


sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu manusia untuk
menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaannya. Oleh karena keberadaan
manusia yang tidak dapat terlepas dari lingkungannya maka berlangsungnya proses
pendidikan itu selamanya akan berkaitan erat dengan lingkungan dan akan saling
mempengaruhi secara timbal balik. Potensi-potensi manusia dapat dikembangkan
melalui pengalaman. Pengalaman itu terjadi karena adanya interaksi secara efektif
dan efisien antara manusia dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun
lingkungan sosial manusia. Interaksi manusia dengan lingkungannya secara efektif
dan efisien yang memberikan pengalaman yang dapat mengembangkan potensi-
petensi kemanusiaan itulah yang disebut pendidikan. Sedangkan sistem yang berasal
bari bahasa Yunani, yakni systema yang berarti sehimpunan bagian atau komponen
yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan suatu keseluruhan. Istilah
sistem merupakan suatu konsep yang bersifat abstrak. Sistem dapat diartikan
sebagaiseperangkat komponen atau unsur-unsur yang saling berinteraksi untuk
mencapai satu tujuan.

Dari pengertian pendidikan dan sistem berdasarkan dari suatu sumber,


pendidikan dan sistem tersirat memiliki hubungan yang erat sehingga keduanya dapat
dikaji sebagai berikut: pendidikan adalah usaha untuk memanusiakan manusia dengan
tujuan untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi kemanusiaannya. Potensi
kemanusiaan yang ingin dikembangkan tentunya adalah potensi yang positif. Untuk
menumbuhkembangkan potensi-potensi manusia dibutuhkan hal-hal lain untuk
mencapai potensi yang baik diantaranya dari lingkungan, manusia lain, alat-alat yang
bisa membantu menubuhkembangkan potensi positif, dan dasar/nilai yang ditetapkan
atau disepakati sebagai tujuan dari potensi positif. Lingkungan yang dapat
mengembangakan potensi positif manusia terdiri atas lingkungan keluarga,
masyarakat. Manusia lain sebagai pendidik dari setiap lingkungan berbeda-beda dan
memiliki karakter yang berbeda-beda yaitu dari segi lingkungan keluarga yaitu
orangtua yang merupakan fokus utama berkembangnya potensi manusia, dari segi
lingkungan masyarakat dengan sebutan masyarakat, dari lingkungan sekolah yang
disebut lingkungan sekolah. Dasar nilai yang ditetapkan dari setiap lingkungan
dengan pelaku yang berbeda sebagai suatu kesepakatan dari masing-masing
lingkungan sebagai tujuan untuk mengembangkan potensi positif manusia. Dan hal-
hal yang lain yang berpengaruh dalam mengembangkan potensi positif manusia.

Berdasarkan pengertian sistem bahwa sistem adalah komponen atau unsur-unsur


yang saling berinteraksi untuk mencapai satu tujuan. Menurut Sodiqin (2015) sistem
merupakan istilah yang memiliki makna sangat luas dan dapat digunakan sebagai
sebutan yang melekat pada sesuatu. Suatu perkumpulan atau organisasi adalah
sebagai sistem, yang kemudian orang menyebutnya dengan istilah sistem organisasi.
Pendidikan sebagai sebuah sistem, yang kemudian orang menyebutnya dengan istilah
sistem pendidikan. Berdasarkan kutipan tersebut jelas bahwa sistem dapat melekat
pada sesuatu apabilah sesuatu sebagai tempat melekat memiliki komponen-komponen
dengan pencapaian satu tujuan. Selain itu, sistem dapat dikaji berdasarkan makna
dalam kaitannya dengan pendidikan yakni dalam pendidikan yang bertujuan untuk
menumbuhkembangkan potensi manusia harus memiliki hal-hal sebagai penunjang
agar dapat mengembangankan potensi manusia. Hal-hal dalam penunjang tujuan
mengarah pada pengertian sistem bahwa komponen atau unsur yang saling
berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. Jadi dapat dikatakan bahwa hal-hal yang
sebagai penunjang dalam pendidikan merupakan komponen atau unsur-unsur dan hal-
hal penunjang tersebut juga memiliki tujuan yang sama yaitu menumbuhkembangkan
potensi manusia. Sehingga pendidikan merupakan merupakan cakupan sistem dan
dikatakanlah bahwa pendidikan adalah sebagai sistem. Jika dianalogikan kaitan
anatara sistem dengan pendidikan, komponen pendidikan memiliki banyak komponen
dari komponen yang umun hingga bagian-bagian komponen yang paling kecil dan
komponen tersebut tidak dapat dibedakan jika tidak di tata dengan baik sehingga
sehingga membutuhkan sistem agar setiap komponen mengarah pada tujuan utama.

B. PENDIDIKAN SEBAGAI SUATU SISTEM

Pada bagian sebelumnya telah diuraikan tentang pengertian pendidikan,


pengertian sistem dan kaitan antara pendidikan dan sistem. Maka pada bagian ini
akan diuraikan tentang cakupan pendidikan dalam suatu sistem sebelum membahas
pokok utama yaitu tentang analisi pendidikan sebagai suatu sistem. Analsis tidak
dapat berjalan dengan baik apabilah tidak mengetahui cakupan dalam pendidikan
sebagai sistem lebih dalam.

Kembali kita telaah pengertian sisitem. Sistem adalah sebagai suatu strategi, cara
berpikir, atau model berpikir. Semua yang ada di dunia bisa dipandang sebagai suatu
sistem mulai dari yang besar seperti tata surya, bumi, Negara, orang, peredaran
darah, sampai dengan satu biji gigi dapat dipandang atau dipikir sebagai suatu
sistem. Begitu pula pendidikan dapat dilaksanakan sebagai sistem, kalau suatu
sekolah dipandang sebagai sistem, maka sistem-sistem lain yang ada di sekitarnya
seperti perumahan, pasar, sungai, dan sebagainya disebut suprasistem. Antara sistem
dengan suprasistem ada kalanya berhubungan dan ada kalanya tidak. Bila tidak
berhubungan maka disebut sistem tertutup seperti jam, kipas, dan lain
sebagainya.Sebaliknya Bila sistem itu berhubungan, maka disebut sistem terbuka
seperti pasar manusia, dan sebagainya.Ciri-ciri sistem terbuka adalah sebagai berikut:

1) Memiliki deferensiasi, yaitu spesialisasi-spesialisasi

2) Ada kestabilan yang dinamis

3) Ada prinsip equifinalty, yaitu banyak jalan untuk mencapai tujuan

4) Mengimpor energi, materi, dan informasi dari luar.

5) Memiliki pemproses. Pendidikan memproses peserta didik dalam proses belajar


mengajar.

6) Menghasilkan output atau mengekspor materi, energi, dan informasi. Pendidikan


disamping menghasilkan lulusan, juga memberi pengaruh positif terhadap pembangunan
masyarakat.

7) Merupakan kejadian yang berantai.

8) Memproses input pendidikan (peserta didik) merupakan kegiatan yang berulang-ulang


dan berkaitan. Pendidikan merupakan sistem terbuka, sebab tidak mungkin pendidikan
dapat melaksanakan fungsinya dengan baik bila ia mengisolasi diri dengan
lingkungannya. Pendidikan berada di masyarakat, ia adalah milik masyarakat. Itulah
sebabnya pemerintah menegaskan bahwa pendidikan adalah menjadi tanggung jawab
pemerintah/sekolah, orang tua, dan masyarakat. Model/sistem terbuka:
Gambar di atas,
mengilustrasikan apa
yang biasanya di
sebut “model sistem
terbuka”. Disebut
terbuka karena
menggambarkan model sistem pada umumnya yang berlaku atau terdapat pada
berbagai bidang, termasuk bidang pendidikan. Dalam bidang pendidikan: Sisterm
baru merupakan masukan mentah (raw input)yang akan diproses menjadi tamatan
(output).Guru dan tenaga non guru, administrasi, sekolah, kurikulum, anggaran
pendidikan, sarana dan prasarana merupakan instrumental (instrumental input)
yang memungkinkan dilaksanakannya pemrosesan masukan mentah menjadi
tamatan.Corak budaya dan kondisi ekonomi masyarakat sekitar, kependudukan,
politik, dan keamanan Negara merupakan factor lingkugan atau masukan
lingkugan (environmental input) yang secara langsung atau tidak langsung
berpengaruh terhadap berperannya masukan instrumenl dalam pemrosesan
masukan mentah.
Pendidikan sebagai sistem dapat ditinjau dari dua hal :
1. Sistem pendidikan secara mikro
Pendidikan secara mikro lebih menekankan pada unsur pendidik dan peserta
didik, sebagai upaya mencerdaskan peserta didik melalui proses interaksi dan
komunikasi. Oleh karena itu, fungsi pendidik adalah sebagai penyampai
materi melalui kegiatan pembelajaran di kelas maupun di luar kelas.
2. Sistem pendidikan secara makro
Sistem pendidikan menyangkut berbagai hal atau komponen yang lebih luas
lagi, yaitu :
a. Input (masukan), berupa sistem nilai dan pengetahuan, sumber
daya manusia, masukan instrumental berupa kurikulum, silabus, dll.
Sedangkan masukan sarana termasuk di dalam fasilitas dan sarana
pendidikan yang harus disiapkan. Unsur masukan (input), contohnya
peserta didik.
b. Proses, yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan proses
belajar atau proses pembelajaran di sekolah maupun di luar sekolah. Dalam
komponen proses ini termasuk di dalamnya telaah kegiatan belajar dengan
segala dinamika dan unsur yang mempengaruhinya, serta telaah kegiatan
pembelajaran yang dilakukan pendidik untuk memberi kemudahan kepada
peserta didik dalam terjadinya proses pembelajaran. Unsur proses
contohnya metode atau cara yang digunakan dalam proses pembelajaran.
c. Keluaran (Output), yaitu hasil yang diperoleh pendidikan
bukan hanya terbentuknya pribadi yang memiliki pengetahuan, sikap, dan
keterampilan sesuai yang diharapkan. Namun juga keluaran pendidikan
mencakup segala hal yang dihasilkan berupa kemampuan peserta didik
(human behavior), produk jasa (services) dalam pendidikan seperti hasil
penelitian, produk barang berupa karya intelektual ataupun karya yang
sifatnya fisik material.

Komponen-Komponen Dalam Sistem Pendidikan


Secara sederhana, komponen-komponen dalam sistem pendidikan dapat
digambarkan dengan bagan sebagai berikut :
1. Input Pada Sistem Pendidikan

Input pada sistem pendidikan dibedakan dalam tiga jenis, yaitu input mentah (raw
input), input alat (instrumental input), dan input lingkungan (environmental input).
Masukan mentah (raw input) akan diproses menjadi tamatan (output) dan input pokok
dalam sistem pendidikan adalah dasar pendidikan, tujuan pendidikan, dan anak didik atau
peserta didik.

1) Dasar Pendidikan

Pendidikan sebagai proses timbal balik antara pendidik dan anak didik
dengan melibatkan berbagai faktor pendidikan lainnya, diselenggarakan
guna mencapai tujuan pendidikan dengan senantiasa didasari oleh nilai-
nilai tertentu. Nilai-nilai itulah yang kemudian disebut sebagai dasar
pendidikan.

2) Tujuan Pendidikan

Sebagai suatu komponen pendidikan, tujuan pendidikan menduduki posisi


penting di antara komponen-komponen pendidikan lainnya. Dapat
dikatakan bahwa segenap komponen dari seluruh kegiatan pendidikan
dilakukan semata-mata terarah kepada atau ditujukan untuk pencapaian
tujuan tersebut. Dengan tujuan pendidikan diharapkan terbentuknya
manusia yang utuh dengan memperhatikan aspek jasmani dan rohani, aspek
diri (individualitas) dan aspek sosial, aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor, serta segi serba keterhubungan manusia dengan dirinya
(konsentris), dengan lingkungan sosial dan alamnya (horizontal), dan
dengan Tuhannya (vertikal).

Tujuan pendidikan menurut jenisnya terbagi dalam beberapa jenis yaitu


tujuan nasional, institusional, kurikuler, dan instruksional.

Tujuan nasional adalah tujuan pendidikan yang ingin dicapai oleh suatu
bangsa; tujuan institusional adalah tujuan pendidikan yang ingin dicapai
oleh suatu lembaga pendidikan; tujuan kurikuler adalah tujuan pendidikan
adalah tujuan pendidikan yang ingin dicapai oleh suatu mata pelajaran
tertentu; dan tujuan instruksioal adalah tujuan yang ingin dicapai oh suatu
pokok atau sub-pokok bahasan tertentu.

3) Anak didik (Peserta Didik)

Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan


potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang,
dan jenis pendidikan tertentu.

Peserta didik berstatus sebagai subjek didik karena peserta didik (tanpa
pandang usia) adalah subjek atau pribadi yang otonom, yang ingin diakui
keberadaannya dan ingin mengembangkan diri (mendidik diri) secara terus-
menerus guna memecahkan masalah-masalah hidup yang dijumpai
sepanjang hidupnya.

2. Process Pada Sistem Pendidikan

Proses pendidikan merupakan kegiatan mobilisasi segenap komponen


pendidikan oleh pendidik terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan.
Kualitas proses pendidikan menggejala pada dua segi, yaitu kualitas
komponen dan kualitas pengelolaannya. Kedua segi tersebut satu sama lain
saling bergantung.

Adapun komponen-komponen yang saling berkesinambungan pada


proses pendidikan adalah sebagai berikut:

(1) Pendidik dan Non Pendidik

Pendidik ialah orang yang memikul tanggung jawab untuk membimbing.


Pendidik berbeda dengan pengajar sebab pengajar berkewajiban untuk
menyampaikan materi pelajaran kepada murid, sedangkan pendidik tidak
hanya bertanggung jawab menyampaikan materi pengajaran, tetapi juga
membentuk kepribadian anak didik.

Pendidik adalah orang yang dengan sengaja memengaruhi orang lain untuk
mencapai tingkat kemanusiaan yang lebih tinggi. Dengan kata lain pendidik
adalah orang yang lebih dewasa yang mampu membawa peserta didik kearah
kedewasaan. Sedangkan secara akademis, pendidik adalah tenaga
kependidikakn, yakni anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan
diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikana yang beerkualifiksi
sebagai pendidik, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor,
instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya,
serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Jadi, pendidik
merupakan tenaga profesioanal yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan tugas proses pembelajaran,melakukan pembimbingan dan
pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian pada masyarakat.

Namun jika ditinjau dari lembaga pendidikan pendidikan mencullah


beberapa individu yang tergolong pada pendidik. Guru sebagai pendidik
dalam lembaga sekolah, orang tua sebagai pendidik dalam lingkungan
keluarga, dan pimpinan masyarakat baik formal maupum non formal sebagai
pemdidik dilingkungan masyarakat.

Non pendidik yang sering disebut sebagai tenaga kependidikan adalah


anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang
penyelenggaraan pendidikan. Atau juga bisa diartikan merupakan tenaga
yang bertugas merencanakan dan melaksanakan administrasi, pengelolaan,
pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses
pendidikan pada satuan pendidikan.

(2) Kurikulum (Materi Pendidikan)

Materi pendidikan yang sering juga disebut dengan istilah kurikulum karena
kurikulum menunjukkan makna pada materi yang disusun secara sistematika
guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Lester D. Crow dan Alice Crow,
yang melakukan penelitian tentang hasil studi terhadap anak menyarankan
hubungan salah satu komponen pendidikan, yaitu kurikulum dengan anak
didik adalah sebagai berikut:
a. Kurikulum hendaknya disesuaikan dengan keadaan
perkembangan anak.

b. Isi kurikulum hendaknya mencakup keterampilan,


pengetahuan, dan sikap yang dapat digunakan anak dalam
pengalamannya sekarang dan berguna untuk menghadapi kebutuhannya
pada masa yang akan datang.

c. Anak hendaknya didorong untuk belajar, karena


kegiatannya sendiri dan tidak sekadar menerima pasif apa yang dilakukan
oleh guru.

d. Materi yang dipelajari anak harus mengikuti minat dan


keinginan anak sesuai dengan taraf perkembangannya dan bukan
menurut keputusan orang dewasa tentang minat mereka.

(3) Prasarana dan Sarana

Prasarana pendidikan adalah segala macam alat yang tidak secara langsung
digunakan dalam proses pendidikan sedangkan sarana pendidikan adalah
segala macam alat yang digunakan secara langsung dalam proses
pendidikan. Prasarana pendidikan dapat juga diartikan segala macam
peralatan, kelengkapan, dan benda-benda yang digunakan guru dan murid
untuk memudahkan penyelenggaraan pendidikan dan sarana pendidikan
dapat juga diartikan segala macam peralatan yang digunakan guru untuk
memudahkan penyampaian materi pelajaran. Perbedaan sarana pendidikan
dan prasarana pendidikan adalah pada fungsi masing-masing, yaitu sarana
pendidikan untuk “memudahkan penyampaian (mempelajari) materi
pelajaran”, sedangkan prasarana pendidikan untuk “memudahkan
penyelenggaraan pendidikan”.

(4) Administrasi

Administrasi pendidikan adalah segenap kegiatan yang berkenaan dengan


penataan sumber, penggunaan, dan pertanggungjawaban dana pendidikan di
sekolah atau lembaga pendidikan. Kegiatan yang ada dalam administrasi
pembiayaan meliputi tiga hal, yaitu: penyusunan anggaran, pembukuan, dan
pemeriksaan.

(5) Anggaran
Anggaran adalah biaya yang dipersiapkan dengan suatu rencana terperinci.
Secara lebih khusus dapat dikatakan bahwa anggaran adalah rencana yang
disusun secara terorganisasikan untuk menerima dan mengeluarkan dana
bagi suatu periode tertentu.

3. Enviromental Pada Sistem Pendidikan

Proses pendidikan selalu dipengaruhi oleh lingkungan yang ada di


sekitarnya, baik lingkungan itu menunjang maupun menghambat proses
pencapaian tujuan pendidikan. Lingkungan yang mempengaruhi proses
pendidikan tersebut, yaitu:
1) Lingkungan keluarga.

2) Lingkungan sekolah atau lembaga pendidikan.

3) Lingkungan masyarakat.

4) Lingkungan keagamaan, yaitu nilai-nilai agama yang hidup dan


berkembang di sekitar lembaga pendidikan.

5) Lingkungan sosial budaya, yaitu nilai-nilai sosial dan budaya yang hidup
dan berkembang di sekitar lembaga pendidikan.

6) Lingkungan alam, baik keadaan iklim maupun geografisnya.

7) Lingkungan ekonomi, yaitu kondisi ekonomi yang ada di sekitar lembaga


pendidikan dan masyarakat sekitar.

8) Lingkungan keamanan, baik keamanan di sekitar lembaga pendidikan


maupun di luar lembaga pendidikan.

9) Lingkungan politik, yaitu keadaan politik yang terjadi pada daerah di


mana lembaga pendidikan tersebut berdiri atau melaksanakan pendidikan.
4. Output Pada sistem Pendidikan
Output pada sistem pendidikan adalah hasil keluaran dari proses yang
terjadi di dalam sistem pendidikan. Adapun output pada sistem pendidikan
adalah:

1) Lulusan (Tamatan)
Lulusan pendidikan adalah hasil dari proses pendidikan agar sesuai dengan
tujuan pendidikan tersebut. Diharapkan lulusan yang dihasilkan dapat
memberikan nilai-nilai kehidupan bagi dirinya, lingkungan, dan Tuhannya.
Setidaknya, lulusan tersebut dapat mentransformasikan (mengembangkan
dan melestarikan) budaya yang ada di lingkungan, kepribadiannya dapat
terbentuk dengan baik, menjadi warga negara yang baik yang didasarkan
atas landasan-landasan pendidikan, serta mampu bersaing di dunia kerja.

Jika proses yang terjadi di dalam komponen-komponen pendidikan yang


sudah dijelaskan di atas berjalan dengan baik tanpa adanya hambatan maka
hasil lulusan tersebut pun akan baik. Oleh sebab itu, proses
berkesinambungan dari komponen-komponen pendidikan menentukan hasil
nyata dari pendidikan tersebut yang didasarkan kepada tujuan dan dasar
pendidikan.

2) Putus Sekolah

Kadang kala proses komponen-komponen pendidikan yang terjadi tidak


sesuai dengan apa yang sudah direncanakan sebab adanya hambatan yang
ada pada komponen-komponen tersebut sehingga peserta didik yang
menjadi input dalam sistem pendidikan akan berhenti untuk
melangsungkan pendidikannya (putus sekolah). Dengan kata lain, putus
sekolah disebabkan oleh berbagai macam faktor hambatan pendidikan, baik
dari diri peserta didik, proses pendidikan yang terjadi, maupun lingkungan
sekitar pendidikan.

Komponen-komponen pendidikan yang telah dijelaskan berinteraksi secara


berkesinambungan saling melengkapi dalam sebuah proses pendidikan
guna mencapai tujuan pendidikan. Proses pendidikan pada hakikatnya
adalah interaksi komponen tersebut dalam sebuah proses pencarian,
pembentukan, dan pengembangan sikap serta perilaku anak didik hingga
mencapai batas optimal (Mahmud, 2009: 87).

Sistem pendidikan tersebut secara rinci dapat digambarkan sebagai berikut:


C.

ANALISIS PENDIDIKAN SEBAGAI SUATU SISTEM

Pendidikan sebagai suatu sistem terdiri atas komponen-komponen yang saling


berkaitan satu dengan yang lain apabilah salah satu komponen mengalami masalah
maka akan perpengaruh pada komponen yang lain. Sebagai contoh masalah terjadi di
banta-bantaeng yaitu orang tua murid melaporkan seorang guru ke kantor polisi
karena sang guru mencubit anaknya yang terjadi pada bulan agustus 2016.
Berdasarkan informasi yang saya peroleh bahwa guru N (Nurmayani) dipolisikan
orang tua murid karena membuat siswa tersebut memiliki luka memar di tubuhnya.
Guru N memberikan hukuman karena murid tersebut ribut saat guru N sedang shalat
Duha. Orang tua murid sempat melakukan mediasi dengan guru N namun tidak
menemukan titik terang tapi makin menambah permasalah karena ada kata-kata dari
guru yang menyinggung perasaan orang tua murid sehingga orang tua murid tidak
mau melanjutkan mediasi dan melaporkan guru N ke kantor polisi sebagai tindak
kekerasan guru terhadap anak dengan dugaan melanggar pasal 80 ayat 1 UU nomor
35 tahun 2014 tentang perlindungan anak.

Kejadian tersebut adalah satu dari sekian banyak kejadian terjadi di sekitar kita.
Mulai dari kekerasan, pencabulan, perkelahian antar pelajar dan masih banyak lagi.
Tentunya dari masalah-masalah tersebut terdapat kesalahan dari pelaksaaan
pendidikan di lapangan. Sistem telah di susun dengan baik disertai dengan penjelasan
komponen-komponen yang rinci namun pada kenyataannya tidak berjalan dengan
baik. Telah diketahui bahwa apabilah ada salah satu komponen dalam sistem yang
bermasalah maka akan berkaitan dengan komponen lain ataupun mempengaruhi
komponen lain. Seperti contoh masalah yang di jelaskan sebelumnya bahwa guru
dilaporkan orangtua murid karena guru melakukan tindak kekerasan pada anaknya.
Suatu kejadian yang berujung pada hal yang tidak baik. Secara umum kita melihat
bahwa gurulah yang menjadi penyebab masalah utamanya namun jika dikaji secara
tepat dengan berdasarkan pada pandangan bahwa pendidikan sebagai suatu sistem
tentunya ada banyak komponen lain yang berpengaruh terhadap masalah ini.

Pelaku utama atau komponen utama yang menurut pandangan umum bermasalah
dalam kejadian tersebut adalah guru N selaku pendidik dalam lembaga sekolah.
Pendidik dalam lembaga sekolah memiliki sistem yang lebih ketat dalam
pelaksaannya dan diatur oleh pemerintah. Pendidik dapat disebut sebagai pendidik
apabilah telah melalui pendidikan khusus keguruan dan memiliki tingkat
kepropesionalan yang memadai hingga akhirnya layak dikatakan sebagai pendidik.
Calon pendidik jika ingin menjadi pendidik yang profesional harus menjalani proses
pendidikannya dengan benar pula. Namun jika disesuaikan dengan kenyataan yang
sering terjadi di kalangan masyarakat misalnya seorang orang tua rela membayar
berapapun asal anaknya bisa sekolah atau perguruan tinggi yang bergensi dan pada
saat sang anak memasuki bangku sekolah, sang anak tidak dapat menerima pelajaran
dengan baik sehingga nilai sang anak tidak memenuhi syarat untuk lulus dan
menyebabkan orang tua harus membayar lagi agar anaknya bisa lulus maupun saat
selesai kuliah sang anak tidak mendapat pekerjaan sehingga orang tua membayar lagi
agar sang anak bisa bekerja disuatu instansi. Itulah contoh proses yang tak seharusnya
yang sering terjadi di masyarakat. Dengan contoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa
pendidik yang tidak profesinal bisa diakibatkan proses pendidikan yang dijalaninya
tidak dilakukan dengan cara yang benar. Dan hal ini dapat disimpulkan sementara
bahwa kejadian ini dapat pula terjadi pada guru N. Disamping hal itu, dapat pula
diakibatkan oleh sistem pada lembaga pendidikan yang tidak berjalan dengan benar
sehingga menghasilkan lulusan yang tidak profesional. Sesuai dengan kenyataan yang
terjadi di masyarakat, setiap tahun ribuan hingga ratusan lulusan yang dikeluarkan
dari universitas namun hanya beberapa lulusan yang mendapat pekerjaan karena pada
kenyataannya lulusan yang dikeluarkan adalah rata-rata lulusan yang siap kembang
bukan lulusan yang siap kerja disamping karena lahan pekerjaan yang kurang namun
jika memang menghasilkan lulusan yang siap kerja maka akan mampu menciptakan
lapangan pekerjaan. Berdasarkan kejadian ini maka perlu dikaji “apa yang salah
dengan sistem pendidikan di indonesia?”. Sehingga dapat pula disimpulkan bahwa
kejadian ini bisa terjadi pada guru N yang disebabkan oleh sistem dalam proses
pendidikan yang dilaluinya tidak berjalan dengan semestinya.

Seorang pendidik dalam lembaga sekolah memiliki sistem dalam


pelaksanaannya yang berkaitan dengan komponen-komponen lain. Pendidik dalam
melaksanakan proses pembelajaran harus mengetahui tujuan pendidikan, pendidik
harus memahami kurikulum serta melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan
kurikulum, sarana dan prasana yang memadai, administrasi dalam sekolah berjalan
dengan baik, anggaran yang memadai serta lingkungan yang mendukung sehingga
mampu menghasilkan lulusan yang baik sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan. Namun pada pelaksanaannya, ada banyak pelaksanaan yang tidak sesuai
pada jalurnya. Misalnya, pendidik tidak memahami kurikulum maupun tidak
melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum. Apabilah
dikaitkan dengan kenyataan yang terjadi saat ini yaitu adanya perubahan kurikulum
dari kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013. Suatu perubahan yang diharapkan
dapat meningkatkan sistem pendidikan di indonesia. Namun pada kenyataannya,
perubahan ini berdampak pada guru yang terbiasa menggunakan kurikulum
sebelumnya akibatnya terdapat guru-guru yang tidak menerapkan kurikulum 2013
dengan tepat sehingga pelaksanaan proses pembelajaran tidak mencapai tujuan
pendidikan yakni kognitif, afektif dan psikomotor. Contoh lain, dapat dilihat sarana
dan prasarana yang tidak memadai atau penggunaannya yang tidak tepat. Terkait
masalah sarana dan prasana, begitu banyak sekolah yang belum memiliki sarana dan
prasaran yang memadai di indonesia yang pastinya akan berpengaruh dalam
berlangsungnya proses pendidikan namun ada pula sekolah yang memiliki prasana
yang memadai namun tidak dimanfaatkan dengan baik atau tidak dirawat. Dan dari
segi sarana yang merupakan peralataan atau perlengkapan yang digunakan untuk
memudahkan penyampaian materi pelajaran yang dapat dikategorikan sebagai alat
peraga atau media pembelajaran. Ada kalanya terjadi alat peraga yang telah
disediakan tidak digunakan dalam proses pembelajaran karena gurunya tahu
menggunakannya. Selain itu, pendidik harus mengetahui tahap-tahap perkembangan
peserta didik, harus menjalani proses pembelajaran yang sesuai dengan tahap
perkembangan anak. Sesuai masalah kekerasan yang di lakukan guru N yang
memberikan murid hukuman karena ribut saat guru sedang melaksanakan shalat Duha
tindakan tersebut berbenturan dengan tahap perkembangan anak pada masa sekolah
dasar. Menurut Kohlberg dalam Fiana(2013) melukiskan tiga tingkatan alasan moral.
Pada tingkatan pertama yaitu Pra-Conventional Morality (anak usia 4 – 10 tahun)
anak masih dibawah pengawasan orang tua, tunduk pada peraturan untuk
mendapatkan hadiah atau menghindari hukuman. Berdasarkan pendapat Kohlberg
bahwa anak tunduk pada peraturan untuk mendapatkan hadiah bukan hukuman
sehingga hukuman yang diberikan guru N membawa dampak psikis pada anak karena
tidak sesuai dengan tahap perkembangannya bahkan bisa mempengaruhi hal lain
dalam diri anak atau menimbukkan masalah baru.

Itulah contoh-contoh masalah yang terjadi dimasyarakat sesuai dengan informasi


yang saya ketahui dengan peninjauan masalah dari sisi pendidik. Yang dapat
disimpulkan sesuai masalah utama yaitu orang tua murid melaporkan seorang guru
karena telah melakukan kekerasaan pada anaknya.
Peninjauan yang lain dapat dilakukan dari komponen peserta didik. Peserta didik
dalam proses pembelajarannya tidak belajar dengan baik. Pendidik yang melakukan
proses pembelajaran dengan baik jika peserta didik menjalani dengan sungguh-
sungguh maka peserta didik tidak akan mencapai tujuan pendidikan yang seharusnya
terutama tujuan afektif. Namun hal ini tidak terlepas dari lingkungan selain
lingkungan sekolah yaitu lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat namun
yang paling berpengaruh adalah lingkungan keluarga. Sesuai dengan masalah,
masalah yang dialami anaknya di sekolah langsung ditanggapi dari sisi negatif dengan
perbandingan-perbandingan menurut pandangan keluarga tersebut. Karena
bagaimanapun keluarga adalah tempat anak memperoleh pendidikan yang paling
dasar.

Dari semua komponen-komponen yang telah dijelaskan yang kemungkinan bisa


menyebabkan terjadinya masalah di banta-bantaeng tersebut. Seharusnya harus
dipahami dari semua penggerak komponen terutama guru sebagai pendidik bahwa
pendidikan akan berjalan dengan semestinya jika semua penggerak melakukannya
yang semestinya pula dan masing-masing penggerak harus memahami tugasnya
masing masing atau memahami tindakan yang sesuai dengan posisinya sebagai salah
satu komponen penggerak.
DAFTAR PUSTAKA

SODIQIN RUSTAM ALI. 2015. PENGERTIAN PENDIDIKAN SEBAGAI SUATU


SISTEM. HTTP://RUSTAMALIS.BLOGS.UNY.AC.ID/2015/10/26/PENGERTIAN-
PENDIDIKAN-SEBAGAI-SUATU-SISTEM/. DI AKSES 4 AGUSTUS 2016

Fiana Wiwit. 2013. Tugas Meresum Perkembangan Peserta


Didik.https://wiwitcuwitcuwit.wordpress.com/2013/05/07/tugas-meresum-
perkembangan-peserta-didik-mata-kuliyah-perkembangan/. Di akses 7 agustus 2016

Diposting oleh dalfiana ym di 00.53 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat
EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Lokasi: Daya, Biring Kanaya, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha untuk memanusiakan manusia. Subyek, obyek atau sasaran
pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu manusia untuk
menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaannya. Potensi-potensi manusia dapat
dikembangkan melalui pengalaman. Pengalaman itu terjadi karena adanya interaksi
secara efektif dan efisien antara manusia dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik
maupun lingkungan sosial manusia. Interaksi manusia dengan lingkungannya secara
efektif dan efisien yang memberikan pengalaman yang dapat mengembangkan potensi-
petensi kemanusiaan itulah yang disebut pendidikan.
Interaksi manusia dengan lingkungannya dalam ruang lingkup pendidikan mengandung
banyak aspek atau elemen-elemen yang sifatnya sangat kompleks. Kompleksitas elemen-
elemen yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi dalam ruang lingkup
pendidikan itu membentuk suatu sistem yang disebut sistem pendidikan. Untuk itu
kelompok kami mengkaji dalam makalah analisis pendidikansebagai sistem.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat kita ambil rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apa Pengertian Pendidikan ?
2. Apa Pengertian Sistem ?
3. Bagaimana Pendidikan Sebagai Sistem ?
4. Apa saja komponen-Komponen Dalam Sistem Pendidikan ?
5. Bagaimana Analisis Terhadap Pendidikan Sebagai Sistem ?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan
Pendidikan menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang system
pendidikan nasional yaitu, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinyauntuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Pendidikan atau pedagogi memiliki beberapa pengertian. Pendidikan (pedagogi) secara
etimologis adalah bersala dari bahasa Yunani, terdiri dari kata “PAIS”, artinya anak, dan
“AGAIN”, diartikan membimbing. Jadi sederhananya adalah bimbingan yang diberikan
kepada anak.
Sedangkan secara Definitif pendidikan (pedagogie) adalah suatu kegiatan bimbingan
yang dilakukan secara sadar ataupun secara sengaja yang dilakukan orang dewasa kepada
orang yang belum dewasa (baca : anak) sehingga timbul hubungan antara keduanya yang
bertujuan untuk mendewasakannya. [1]

B. Pengertian Sistem
Sistem berasal bari bahasa Yunani, yakni systema yang berarti sehimpunan bagian atau
komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan suatu kesatuan.
Beberapa definisi system menurut ahli :
1. Menurut Zahara Idris, mengemukakan bahwa sistem adalah kesatuan yang terdiri
atas komponen-komponen atau elemen-elemen atau unsur-unsur sebagai sumber-sumber
yang mempunyai hubungan fungsional yang teratur, tidak acak, dan saling membantu
untuk mencapai suatu hasil (produk).
2. Menurut Tatang M. Amirin, Sistem dapat pula diartikan sebagai suatu himpunan
komponen yang saling berkaitan yang bersama-sama berfungsi untuk mencapai suatu
tujuan.
3. Menurut Musanef, bahwa Sistem adalah suatu sarana yang menguasai keadaan
pekerjaan agar dalam menjalankan tugas dapat diatur, dan sistem adalah suatu tatanan
dari hal hal yang paling berkaitan dan berhubungan sehingga membentuk satu kesatuan
dan satu keseluruhan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan, sistem merupakan suatu himpunan
atau kesatuan yang terdiri atas komponen-komponen atau elemen-elemen atau unsur-
unsur sebagai sumber-sumber yang mempunyai hubungan fungsional yang teratur,
tersusun secara sistematis (tidak acak), dan saling membantu untuk mencapai suatu
tujuan, dimana masing-masing mempunyai tujuan sendiri yang semuanya berkaitan
terurut dalam bentuk yang logis.
Berdasarkan uraian diatas dapat dikemukakan ciri-ciri umum dari suatu sistem sebagai
berikut:
1. system merupakan suatu kesatuan yang terstruktur.
2. Kesatuan terdiri dari sejumlah komponen yang saling berpengaruh.
3. Mesing-masing komponen memiliki fungsi tertentu dan secara bersama-sama
melakukan fungsi struktur, yaitu mencapai tujuan.[2]
Contoh tubuh manusia terdiri dari jaringan daging, otak, urat-urat, anggota gerak (tangan
dan kaki), dll. Yang tiap komponennya mempunyai fungsi masing-masing yang
satudengan yang lain, satu sama lain saling berkaitan sehingga mencapai tujuan.
Oleh karena itu, proses pendidikan merupakan sebuah system yang disebut sebagai
system pendidikan. Secara teoritis, suatu system pendidikan terdiri dari komponen-
komponen atau bagian-bagian yang menjadi inti dari proses pendidikan.

C. Pendidikan Sebagai Sistem


Sistem pendidikan pada hakikatnya adalah seperangkat sarana yang diperoleh untuk
membudayakan nilai-nilai budaya masyarakat yang dapat mengalami perubahan-
perubahan bentuk dan model sesuai dengan tuntutan kebutuhan hidup masyarakat dalam
rangka mengejar cita-cita hidup yang sejahtera lahir maupun batin.
Pendidikan sebagai sistem dapat ditinjau dari dua hal :
1. Sistem pendidikan secara mikro
Pendidikan secara mikro lebih menekankan pada unsur pendidik dan peserta didik,
sebagai upaya mencerdaskan peserta didik melalui proses interaksi dan komunikasi. Oleh
karena itu, fungsi pendidik adalah sebagai pengyampai materi melalui kegiatan
pembelajaran di kelas maupun di luar kelas.
2. Sistem pendidikan secara makro
Sistem pendidikan menyangkut berbagai hal atau komponen yang lebih luas lagi, yaitu :
a. Input (masukan), berupa sistem nilai dan pengetahuan, sumber daya manusia,
masukan instrumental berupa kurikulum, silabus, dll. Sedangkan masukan sarana
termasuk di dalam fasilitas dan sarana pendidikan yang harus disiapkan. Unsur masukan
(input), contohnya peserta didik.
b. Proses, yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan proses belajar atau proses
pembelajaran di sekolah maupun di luar sekolah. Dalam komponen proses ini termasuk di
dalamnya telaah kegiatan belajar dengan segala dinamika dan unsur yang
mempengaruhinya, serta telaah kegiatan pembelajaran yang dilakukan pendidik untuk
memberi kemudahan kepada peserta didik dalam terjadinya proses pembelajaran.
Unsur proses contohnya metode atau cara yang digunakan dalam proses pembelajaran.
c. Keluaran (Output), yaitu hasil yang diperoleh pendidikan bukan hanya
terbentuknya pribadi yang memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan sesuai yang
diharapkan. Namun juga keluaran pendidikan mencakup segala hal yang dihasilkan
berupa kemampuan peserta didik (human behavior), produk jasa (services) dalam
pendidikan seperti hasil penelitian, produk barang berupa karya intelektual ataupun karya
yang sifatnya fisik material. [3]

D. Komponen-Komponen Dalam Sistem Pendidikan


Secara sederhana, komponen-komponen dalam sistem pendidikan dapat digambarkan
dengan bagan sebagai berikut :

1. Input Pada Sistem Pendidikan


Input pada sistem pendidikan dibedakan dalam tiga jenis, yaitu input mentah (raw input),
input alat (instrumental input), dan input lingkungan (environmental input). Masukan
mentah (raw input) akan diproses menjadi tamatan (output) dan input pokok dalam sistem
pendidikan adalah dasar pendidikan, tujuan pendidikan, dan anak didik atau peserta didik.
a. Dasar Pendidikan
Pendidikan sebagai proses timbal balik antara pendidik dan anak didik dengan melibatkan
berbagai faktor pendidikan lainnya, diselenggarakan guna mencapai tujuan pendidikan
dengan senantiasa didasari oleh nilai-nilai tertentu. Nilai-nilai itulah yang kemudian
disebut sebagai dasar pendidikan.
b. Tujuan Pendidikan
Sebagai suatu komponen pendidikan, tujuan pendidikan diharapkan terbentuknya
manusia yang utuh dengan memperhatikan aspek jasmani dan rohani, aspek diri
(individualitas) dan aspek sosial, aspek kognitif, afektif, dan psikomotor, serta segi serba
keterhubungan manusia dengan dirinya (konsentris), dengan lingkungan sosial dan
alamnya (horizontal), dan dengan Tuhannya (vertikal).
c. Anak didik (Peserta Didik)
Peserta didik sebagai subjek karena peserta didik (tanpa pandang usia) yang ingin
mengembangkan diri (mendidik diri) secara terus-menerus guna memecahkan masalah-
masalah hidup yang dijumpai sepanjang hidupnya. Ciri khas peserta didik yang perlu
dipahami oleh pendidik adalah:
1) Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan
insan yang unik.
2) Individu yang sedang berkembang.
3) Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.
4) Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.[4]

2. Process Pada Sistem Pendidikan


Proses pendidikan merupakan kegiatan mobilisasi segenap komponen pendidikan oleh
pendidik terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan. Kualitas proses pendidikan
menggejala pada dua segi, yaitu kualitas komponen dan kualitas pengelolaannya. Kedua
segi tersebut satu sama lain saling bergantung.
Adapun komponen-komponen yang saling berkesinambungan pada proses pendidikan
adalah sebagai berikut:
a. Pendidik dan Non Pendidik
Pendidik ialah orang yang memikul tanggung jawab untuk membimbing. Pendidik
berbeda dengan pengajar sebab pengajar berkewajiban untuk menyampaikan materi
pelajaran kepada murid, sedangkan pendidik tidak hanya bertanggung jawab
menyampaikan materi pengajaran, tetapi juga membentuk kepribadian anak didik.
Non pendidik yang sering disebut sebagai tenaga kependidikan adalah anggota
masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan
pendidikan. (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1, BAB 1 Ketentuan Umum). Atau juga bisa
diartikan merupakan tenaga yang bertugas merencanakan dan melaksanakan administrasi,
pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses
pendidikan pada satuan pendidikan. (UU No.20 THN 2003, PSL 39 (1)).

b. Kurikulum (Materi Pendidikan)


Kurikulum menunjukkan makna pada materi yang disusun secara sistematika guna
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Lester D. Crow dan Alice Crow, yang melakukan
penelitian tentang hasil studi terhadap anak menyarankan hubungan salah satu komponen
pendidikan, yaitu kurikulum dengan anak didik adalah sebagai berikut:
1) Kurikulum hendaknya disesuaikan dengan keadaan perkembangan anak.
2) Isi kurikulum hendaknya mencakup keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang
dapat digunakan anak dalam pengalamannya sekarang dan berguna untuk menghadapi
kebutuhannya pada masa yang akan datang.
3) Anak hendaknya didorong untuk belajar, karena kegiatannya sendiri dan tidak
sekadar menerima pasif apa yang dilakukan oleh guru.
4) Materi yang dipelajari anak harus mengikuti minat dan keinginan anak sesuai
dengan taraf perkembangannya dan bukan menurut keputusan orang dewasa tentang
minat mereka.[5]
c. Prasarana dan Sarana
Prasarana pendidikan adalah segala macam alat yang tidak secara langsung digunakan
dalam proses pendidikan : alat kebersihan
sedangkan sarana pendidikan adalah segala macam alat yang digunakan secara langsung
dalam proses pendidikan : alat peraga di lab IPA
Prasarana pendidikan dapat juga diartikan segala macam peralatan, kelengkapan, dan
benda-benda yang digunakan guru dan murid untuk memudahkan penyelenggaraan
pendidikan dan sarana pendidikan dapat juga diartikan segala macam peralatan yang
digunakan guru untuk memudahkan penyampaian materi pelajaran.

d. Administrasi
Administrasi pendidikan adalah segenap kegiatan yang berkenaan dengan penataan
sumber, penggunaan, dan pertanggungjawaban dana pendidikan di sekolah atau lembaga
pendidikan. Kegiatan yang ada dalam administrasi pembiayaan meliputi tiga hal, yaitu:
penyusunan anggaran, pembukuan, dan pemeriksaan.
e. Anggaran
Anggaran adalah biaya yang dipersiapkan dengan suatu rencana terperinci. Secara lebih
khusus dapat dikatakan bahwa anggaran adalah rencana yang disusun secara
terorganisasikan untuk menerima dan mengeluarkan dana bagi suatu periode tertentu.

3. Enviromental Pada Sistem Pendidikan


Proses pendidikan selalu dipengaruhi oleh lingkungan yang ada di sekitarnya, baik
lingkungan itu menunjang maupun menghambat proses pencapaian tujuan pendidikan.
Lingkungan yang mempengaruhi proses pendidikan tersebut, yaitu:
1. Lingkungan keluarga.
2. Lingkungan sekolah atau lembaga pendidikan.
3. Lingkungan masyarakat.
4. Lingkungan keagamaan, yaitu nilai-nilai agama yang hidup dan berkembang di
sekitar lembaga pendidikan.
5. Lingkungan sosial budaya, yaitu nilai-nilai sosial dan budaya yang hidup dan
berkembang di sekitar lembaga pendidikan.
6. Lingkungan alam, baik keadaan iklim maupun geografisnya.
7. Lingkungan ekonomi, yaitu kondisi ekonomi yang ada di sekitar lembaga
pendidikan dan masyarakat sekitar.
8. Lingkungan keamanan, baik keamanan di sekitar lembaga pendidikan maupun di
luar lembaga pendidikan.
9. Lingkungan politik, yaitu keadaan politik yang terjadi pada daerah di mana lembaga
pendidikan tersebut berdiri atau melaksanakan pendidikan.

4. Output Pada sistem Pendidikan


Output pada sistem pendidikan adalah hasil keluaran dari proses yang terjadi di dalam
sistem pendidikan. Adapun output pada sistem pendidikan adalah:
a) Lulusan (Tamatan)
Lulusan pendidikan adalah hasil dari proses pendidikan agar sesuai dengan tujuan
pendidikan tersebut. Diharapkan lulusan yang dihasilkan dapat memberikan nilai-nilai
kehidupan bagi dirinya, lingkungan, dan Tuhannya.
proses berkesinambungan dari komponen-komponen pendidikan menentukan hasil nyata
dari pendidikan tersebut yang didasarkan kepada tujuan dan dasar pendidikan.
b) Putus Sekolah
Kadang kala proses komponen-komponen pendidikan yang terjadi tidak sesuai dengan
apa yang sudah direncanakan sebab adanya hambatan yang ada pada komponen-
komponen tersebut sehingga peserta didik yang menjadi input dalam sistem pendidikan
akan berhenti untuk melangsungkan pendidikannya (putus sekolah). Dengan kata lain,
putus sekolah disebabkan oleh berbagai macam faktor hambatan pendidikan, baik dari
diri peserta didik, proses pendidikan yang terjadi, maupun lingkungan sekitar pendidikan.
[6]

Sistem pendidikan tersebut secara rinci dapat digambarkan sebagai berikut:

E.

Analisis Terhadap Pendidikan Sebagai Sistem


Agar terlaksana masing-masing fungsi yang menunjang usaha pencapaian tujuan, di
dalam suatu sistem diperlukan bagian-bagian yang akan melaksanakan fungsi tersebut.
Bagian suatu sistem yang melaksanakan fungsi untuk menunjang usaha mencapai tujuan
sistem disebut komponen. Dengan demikian, jelas bahwa sistem itu terdiri atas
komponen-komponen dan masing-masing komponen itu memiliki fungsi khusus.
Semua komponen dalam sistem pembelajaran haruslah saling berhubungan satu dengan
yang lain. Sebagai missal dalam proses pembelajaran disajikan penyampaian pesan
melalui media, maka diperlukan adanya aliran listrik untuk membantu menyalakan atau
menghidupkan media tersebut. Jika aliran listrik tidak berfungsi, maka akan
menimbulkan kesulitan bagi guru dalam melangsungkan pembelajaran. Dengan dasar
inilah, pendekatan sistem dalam pembelajaran memerlukan hubungan antara komponen
yang satu dengan yang lain.
Penggabungan yang menimbulkan keterpaduan yang menyatakan bahwa suatu
keseluruhan itu mempunyai nilai atau kemampuan yang lebih tinggi apabila
dibandingkan dengan jumlah bagian-bagian. Dalam kaitan dengan kegiatan
pembelajaran, para guru sebaiknya berusaha menjalin keterpaduan antara sesama guru,
antar guru dengan siswa, atau antar materi, guru, media, dan siswa. Sebab apalah artinya
materi yang disiapkan kalau tidak ada siswa yang menerima, demikian juga sebaliknya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinyauntuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan,akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan Negara.
Sistem berarti sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur
dan merupakan suatu kesatuan.
Komponen adalah bagian dari sistem yang melaksanakan fungsi untuk menunjang usaha
mencapai tujuan sistem. Karena pendidikan dikatakan sebagai sistem, maka komponen-
komponen pendidikan itu meliputi peserta didik, pendidik, materi pendidikan, alat dan
metode, lingkungan pendidikan, dan lain-lain yang menunjang usaha mencapai tujuan.
Pendidikan sebagai sistem terdiri dari sejumlah komponen, antara lain : raw input (sistem
baru), output (tamatan), instrumental input (guru, kurikulum), environmental input
(budaya, kependudukan, politik, dan keamanan).

B. Saran
Demikian makalah ini kami susun. Semoga apa yang telah kami uraikan diatas mengenai
“Metode Pendidikan” dapat bermanfaat bagi kita semua. Dan kami menyadari sebagai
manusia biasa tidak luput dari kesalahan tidak terkecuali dengan makalah yang kami
susun. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi
terciptanya makalah yang lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi. Ilmu Pendidikan. Jakarta. Rineka Cipta.1991.


Binti Maunah. Landasan Pendidikan. Yogyakarta. TERAS. 2009.
Bukhari Umar. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta. Amzah. 2010.
Hadisusanto.dkk. Pengantar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta. UNY press.1995.
Tatang M Amirin. Pokok-pokok Teori Sistem. Jakarta Rajawali Pers.1992.
Umar Tirtahardja dan La Sula. Pengantar Pendidikan. Jakarta. PT Rineka Cipta. 2000.

[1] Binti Maunah, Landasan Pendidikan, TERAS, Yogyakarta, 2009, hlm 3.

[2] Tatang M. Amirin, Pokok-pokok Teori Sistem, Rajawali Pers, Jakarta, 1992, hlm 83.
[3] Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta 1991, hal 102.

[4] Umar Tirtahardja dan La Sula, Pengantar Pendidikan, PT Rineka Cipta, Jakarta,
2000. Hal.52

[5] Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, Amzah, Jakarta, 2010, hal. 288.
[6] Hadisusanto.dkk, Pengantar Ilmu Pendidikan, UNY press, Yogyakarta, 1995, hal 128.

Saya seorang newbie dikaskus ini,ijinkan saya menyampaikan pendapat saya sebagai
siswa mengenai sistem pendidikan di Indonesia ini

Beberapa hal yang perlu dibenahi di sistem pendidikan indonesia:

1.Hapus rangking

Menurut saya,ranking hanya menjadi tolak ukur yang hanya menilai aspek kuantitatif
bukan aspek kualitatif. Disamping itu membuat para siswa yang hanya mementingkan
nilai namun praktek lapangannya nol besar, hal ini tentu bertolak belakang dengan tujuan
lembaga pendidikan sebenarnya, yang sebenarnya ingin para siswa nya memiliki
pengetahuan yang berguna dan dapat diamalkan, saran dari saya mengenai masalah ini
adalah Departemen Pendidikan dapat mempertimbangkan lagi agar sekolah yang berada
di Indonesia mengatasi masalah ini dengan menghapus rangking.

2.Sekolah sistem keminatan


Beban pelajaran di sekolah yang begitu banyak membuat siswa menjadi tidak terfokus
pada pelajaran yang menjadi potensi dirinya dan membebani dirinya begitu berat.
Misalnya, ada seorang siswa yang sangat pintar kimia namun kurang menyukai pelajaran
seni, jika dibiarkan terus menerus ini membuat siswa tersebut kurang menggali potensi
dirinya , bukan tidak mungkin jika terus digali potensi dirinya suatu saat ia akan mewakili
Indonesia di olimpiade internasional kimia, saran dari saya adalah hendak nya
Departemen Pendidikan melakukan revisi dengan menambahkan “Sistem Keminatan”
dimana para siswa dapat memilih beban pelajarannya sendiri.

3.Hapus tes masuk perguruan tinggi negeri untuk semua

Tes masuk di perguruan tinggi negeri membuat para siswa menjadi stress dan tertekan
secara emosional.Tes masuk perguruan tinggi negeri terlampau menyulitkan siswa dan
terciptanya diskriminasi antara mahasiswa dari perguruan tinggi negeri dan mahasiswa
dari perguruan tinggi swasta karena mengganggap masuk perguruan tinggi swasta hanya
dengan modal “kantong” sudah bisa berkuliah dan juga tes masuk perguruan tinggi negeri
membuat diskriminasi antara “si bodoh” dan “si pintar”, “Si pintar” dapat dengan mudah
masuk Perguruan tinggi negeri , sedangkan “si bodoh” matian- matian untuk dapat masuk
perguruan tinggi negeri, memang perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta itu
sama saja, namun orang Indonesia menganggap mahasiswa perguruan tinggi negeri itu
lebih pintar karena melewati tes masuk yang sulit dibandingkan dengan perguruan tinggi
swasta

4.Jangan hapus UN
Menurut saya UN itu jangan dihapus tetapi perbaiki caranya, bagi sebagian orang ingin
UN itu dihapus tapi menurut saya itu adalah tindakan bodoh, karena UN adalah salah satu
cara untuk menilai berhasil atau tidakkah implementasi program pendidikan pemerintah
dan juga menjadi nilai yang paling holisitik dibandingkan penilaian guru disekolah yang
terkesan "pilih-pilih", selain itu nilai UN dapat juga sebagai penentu untuk masuk
PTN,jadi siswa kelas 12 SMA tidak perlu mengikuti SNMPTN untuk masuk pergururan
tinggi seperti uraian diatas, tenaga siswa sudah habis untuk UN tapi masih harus
mengikuti SNMPTN, ironi bukan?

5.Moral,moral dan moral


Pendidikan moral sangat penting untuk ditanamkan sejak kecil,karena moral merupakan
sikap dasar yang harus dipahami sedari kecil, negara maju lainnya sudah menanamkan
pendidikan moral dari kecil. Indonesia kapan?

6.Melakukan survei sosial terlebih dahulu sebelum implementasi


Departemen pendidikan hendaknya melakukan survei sosial kepada para siswa dan para
pengajar diseluruh indonesia terlebih dahulu mengenai suatu kebijakan yang akan
diimplementasikan, hal ini bertujuan agar kebijakan tidak asal tebang dan sembarangan,
harus memperhatikan aspek siswa dan pengajar

7.Membuat siswa senang sekolah


Jika semua hal yang diatas diterapkan, bukan tidak mungkin Indonesia akan menjadi
negara dengan sistem pendidikan terbaik dan negara dengan tingkat stress pelajar yang
rendah di dunia. Hal ini membuat siswa senang sekolah dan menyadari secara penuh
bahwa sekolah di Indonesia itu dikhususkan untuk semua golongan, para siswa tentu
tidak dapat membuat alasan malas sekolah karena beban pelajaran ia yang tentukan
sendiri. Kurikulum 2013 sudah bagus karena menghapus program akselerasi yang
membuat diskriminasi sosial dan menanamkan pendidikan karakter tetapi banyak hal
yang belum diatasi.

Sekian dari saya, maaf bila ada kata yang kurang berkenan di hati dan tulisan saya
terkesan lancang karena tulisan ini berasal dari pengalaman saya sebagai siswa.

Anda mungkin juga menyukai