Anda di halaman 1dari 14

Anggota kelompok

01 02 03 04

Indarti Wasamsi Geovan Audy Sobri


Asal Usul Budaya "Tegak Atap"
di Provinsi Bengkulu (1)

Dalam salah satu pepatah mengatakan bahwa Rumahku adalah


Istanaku, oleh sebab itu sekiranya perlu memanjatkan rasa syukur
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan rezeki.
Rasa Syukur ini dalam kebiasaan orang Bengkulu khususnya di
Bengkulu Tengah diwujudkan dalam bentuk budaya "Tegak Atap".
Asal Usul Budaya "Tegak
Atap" di Provinsi Bengkulu
(2)
Budaya “Tegak Atap “ di lingkungan masyarakat Srikuncoro
dilakukan oleh masyarakat ketika salah satu warga masyarakat
mendirikan rumah dan hendak menaikkan rangka atap maka
sudah menjadi budaya bahwa menaikkan rangka atap tersebut
dilakukan oleh keluarga dan warga masyarakat sekitar secara
bergotong royong. Biasanya masyarakat sekitar sekedar
diundang secara lisan dan getuk tular (pesan berantai) saja oleh
si pemilik hajat.
nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah
pada tradisi "TEGAK ATAP"
Kerjasama
Rasa tanggung jawab untuk
mencapai satu tujuan

Gotong royong Rasa Peduli


Ringan sama Di Jinjing, Tumbuh rasa saling
Berat sama di pikul. peduli dengan sesama
Implementasi penerapan nilai
karakter dalam budaya “Tegak Atap” Implementasi Pendidikan
Menurut KHD (2009), “pendidikan dan
pengajaran merupakan usaha persiapan dan
persediaan untuk segala kepentingan hidup
manusia.

Penerapan Karakter

Penerapan nilai karakter dalam budaya “Tegak Atap”


yang mengandung nilai gotong royong, kerjasama,
rasa peduli di sekolah bias berupa adanya
pembiasaan anak bekerjasama membersihkan
Gambar ilustrasi "tegak atap" lingkungan kelas dan sekolah dalam regu piketnya.
Salam
Budaya

Terimakasih
Hasil Diskusi Kelompok 2 Pertanyaan

1. Apa Kekuatan Konteks social kultural di daerah anda yang sejalan dengan
pemikiran KHD?
2. Bagaimana pemikiran KHD dapat dikontekstualkan disesuikan dengan
nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi
penguatan karakter murid sebagai individu sekaligus sebagai anggota
masyarakat pada konteks local social budaya di daerah anda?
3. Sepakati satu kekuatan pamikiran KHD yang menebalkan laku murid di
kelas atau sekolah anda sesuai dengan konteks local social budaya di
daerah anda yang dapat diterapkan.

Hasil diskusi:

1. Budaya Gotong Royong , Peduli Lingkungan dan Kerjasama


2. Budaya “Tegak Atap “ di lingkungan masyarakat Srikuncoro dilakukan
oleh masyarakat ketika salah satu warga masyarakat mendirikan rumah
dan hendak menaikkan rangka atap maka sudah menjadi budaya bahwa
menaikkan rangka atap tersebut dilakukan oleh keluarga dan warga
masyarakat sekitar secara bergotong royong. Biasanya masyarakat sekitar
sekedar diundang secara lisan dan getuk tular (pesan berantai) saja oleh si
pemilik hajat. Namun warga sekitar dengan penuh kesadaran dan rasa
peduli akan terpanggil dan dating untuk bersama –sama membantu
menaikkan rangka atap tersebut. Diakhir pekerjaan biasanya mereka akan
dijamu dengan makan bersama .
Budaya ini bias menjadi contoh bagi peserta didik melihat adanya nilai
gotong royong, kerjasama, rasa peduli yang terjadi di masyarakat.
Dengan melihat nilai nilai ini siswa dapat melihat contoh langsung
dimana nilai luhur karakter budaya bangsa yang dapat mereka terapkan
pula sebagai bekal kelak mereka selain sebagai makhluk individu di
masyarakat yang memiliki kemerdekaan berkehendak ( hak untuk
memiliki tempat tinggal sesuai keinginan) Juga sebagai makhluk social
di masyarakat yang herus memiliki sikap peduli terhadap lingkungan dan
warga masyarakat lainnya, sikap gotong royong dan bekerjasama.
3.Pemikiran KHD Pengajaran merupakan proses Pendidikan
dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup
anak secara lahir dan batin. Sedangkan Pendidikan
(opvoeding) memberi tuntunan terhadap segala kekuatan
kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi- tingginya baik
sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota
masyarakat. Jadi menurut KHD (2009), “pendidikan dan
pengajaran merupakan usaha persiapan dan
persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup
bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya”
Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam
masyarakat.

Implementasi penerapan nilai karakter dalam budaya “Naik Atap” yang


mengandung nilai gotong royong, kerjasama, rasa peduli di sekolah bias
berupa adanya pembiasaan anak bekerjasama membersihkan lingkunag
kelas dan sekolah dalam regu piketnya. Selain nilai gotong royong,
kerjasama, rasa peduli melaksanakan tugas piket dengan penuh kesadaran
juga akan muncul dari budaya ini sehingga tertanam dan tumbuh dalam diri
siswa sebagai bekal mereka hidup di masyarakat nantinya.
Kesimpulan Presentasi Kelompok 2 :

Seiring perkembangan zaman, dibeberapa tempat tradisi “Naik Atap” sudah mulai
ditinggalkan. Namun nilai-nilai luhur budi pekerti yang terdapat di dalamnya
tetap dapat kita tanamkan dalam pendidikan di sekolah. Dan tradisi kebudayaan ini
perlu tetap dikenalkan kepada peserta didik . Sebagaimana pemikiran KHD bahwa
pendidikan dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan dalam penanaman karakter
pada anak.

Anda mungkin juga menyukai