Anda di halaman 1dari 4

NAMA : Saka Putra Grah Hutama

NIM : E1A016139

KELAS : A (GAB)

NO. UJIAN :4

Tanda Tangan :

LEMBAR JAWAB UJIAN HUKUM KEPEGAWAIAN

1. Konsep dasar dari manajemen adalah “the right man on the right place”
(penempatan orang yang tepat pada tempat yang tepat). 2 (dua) hal yang perlu
diperhatikan yaitu :
a. Adanya analisis tugas jabatan (job analisys) yang baik, suatu analisis yang
menggambarkan tentang ruang lingkup, sifat-sifat tugas dan syarat-syarat
menduduki jabatan.
b. Adanya Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (kecakapan pegawai sehingga dapat
diketahui sifat, kecakapan, disiplin, prestasi kerja, dan lain-lain dari masing-
masing pegawai.
Bagaimana analisis saudara mengenai kebijakan penyederhanaan birokrasi yang
saat ini diimplementasikan di pemerintahan Indonesia! (bobot nilai 40)
2. Hukuman disiplin bagi PNS yang melanggar kewajiban dan larangan terbagi
menjadi 3 (tiga), yaitu hukuman disiplin ringan, sedang dan berat. Jelaskan
indikator yang digunakan untuk menentukan jenis hukuman disiplin tersebut?
(bobot nilai 30)
3. Jelaskan makna dari bagan di atas, dan apa implikasi hukum dari tidak
terpenuhinya prosedur tersebut ? (bobot nilai 30)

JAWABAN ;

1) A. Menurut saya mengenai job analisys merupakan langkah yang bagus bagi
pemerintah Indonesia, karena pada saat pemerintahan orde baru pejabat yang
menduduki suatu jabatan merupakan orang-orang yang kurang memiliki
keahlian atau berkompeten pada bidangnya. Oleh karena itu saya setuju
dengan adanya model job analisys ini. Karena dengan adanya model ini
seseorang yang ditempatkan pada jabatan tertentu dapat bekerja dengan baik
dan produktif sesuai dengan keahlian dan kompetensi yang dimilikinya.

B. Menurut saya mengenai adanya penilaian pelaksanaan pekerjaan


merupakan langkah yang sangat bagus, karena pada saat orde baru dalam
melakukan penilaian terhadap pegawai sangat kurang, sehingga tidak ada
inovatif baru yang diciptakan seorang pegawai. Oleh karena itu saya sangat
setuju dengan adanya model ini, karena dengan adanya model ini PNS dapat
diarahkan sebagai pengendalian perilaku kerja produktif yang disyaratkan
untuk mencapai hasil kerja yang disepakati.

2) Indikator yang digunakan dalam menentukan penjatuhan hukuman disiplin,


yaitu :
 Hukuman Ringan : “Apabila Pelanggaran berdampak negatif bagi unit
kerja”
 Hukuman Sedang : “Apabila Pelanggaran berdampak negatif bagi
instansi yang bersangkutan”
 Hukuman Berat : “Apabila pelanggaran berdampak negatif pada
pemerintahan dan/atau negara.

Artinya seorang PNS yang melanggar dan menimbulkan hal negatif bagi
unit kerja akan dikenakan sanksi hukuman disiplin ringan, seorang PNS
yang melanggar dan menimbulkan hal negatif bagi instansi tempat dia kerja
akan dijatuhkan sanksi disiplin ringan sedangkan seorang yang melanggar
dan menimbulkan dampak negatif bagi pemerintahan dan/atau negara akan
dijatuhkan hukuman disiplin berat ( Dasar Hukum : Pasal 8, Pasal 9, dan
Pasal 10 PP Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin PNS)

3) Makna bagan diatas, yaitu :


 Upaya Administrasi adalah prosedur yang dapat ditempuh oleh PNS
yang tidak puas terhadap hukuman disiplin yang dijatuhkan kepadanya
berupa keberatan atau banding adminitrasi.
 Keberatan adalah upaya adminitrasi yang dapat ditempuh oleh PNS
yang tidak puas terhadap hukuman disiplin yang dijatuhkan oleh
pejabat yang berwenang menghukum kepada atasan pejabat yang
berwenang menghukum.
 Banding adminitratif adalah upaya administratif yang dapat ditempuh
oleh PNS yang tidak puas terhadap hukuman disiplin berupa
pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri atau
pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS yang dijatuhkan oleh
pejabat yang berwenang menghukum kepada Badan Pertimbangan
Kepegawaian.
 Implikasinya adalah mencermati hal tersebut, pada dasarnya hak untuk
membela kepentingan hukum merupakan salah satu bentuk hak asasi
yang dimiliki oleh seseorang/ sekelompok oran. Untuk itu, hak untuk
membela kepentingan hukum, khususnya dalam hubungannya dengan
KeputusanTUN telah dicantumkan dalam Pasal 53 ayat (1) UU No. 51
Tahun 2009 tentang Perubahan kedua atas UU No. 5 Tahun 1986
tentang Peradilan Tata Usaha Negara, bahwa orang atau badan hukum
perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan
TUN berhak untuk mengajukan gugatan tertulis kepada pengadilan
yang berwenang yang berisi tuntutan agar Keputusan TUN yang
disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah, dengan atau tanpa
disertai tuntutan ganti rugi dan/atau direhabilitasi. (dikutip dari buku
Hukun kepegawaian Di Indonesia halaman : 187-188 karya Sri Hartini
dan Tedi Sudrajat)

Anda mungkin juga menyukai