Anda di halaman 1dari 6

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS TERBUKA
2020

IDENTITAS DAN DESKRIPSI MATA KULIAH

Nama : BILLYO RENTAS


NIM : 041236472
Nama Mata Kuliah : HUKUM ADMNINISTRASI NEGARA
Kode Mata Kuliah : ADPU4332
SKS : 3 SKS
Semester :2

Soal dan Jawaban

1. E Utreht mengawali deskripsi hukum administrasi dengan mengetengahkan berbagai  hal yaitu :
lapangan administrasi negara, hukum administrasi, ilmu pemerintahan dan publik administration,
hukum administrasi negara sebagai himpunan peraturan-peraturan istimewa, hukum adminstrasi negara
dan hukum tata negara, sumber-sumber hukum adminstrasi negara. Dalam telaahan ini hanya di
ketengahkan deskripsi tentang lapangan adminstrasi negara. Tidak berarti bahwa bagian lain nya tidak
penting.
Pertanyaanya :
Jelaskan bahwa makna administrasi dalam hukum administrasi negara adalah tidak sama dengan
administrasi dalam ilmu administrasi Negara
Jawaban :
Menurut Sondang P. Siangan Administrasi adalah keseluruhan proses kerja sama antara dua orang
manusia atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah
dibentukan.
Logemann dan Ultrecht yang melihat dan memaknai Hukum administrasi negara sebagai seperangkat
norma-norma yang menguji hubungan hukum istimewa yang diadakan untuk memungkinkan para
pejabat administrasi negara melakukan tugas mereka yang khusus. Pendapat ini didukung oleh J.M.
Baron de Grando yang menyatakan bahwa hukum administrasi adalah hal-hal yang secara khusus
mengatur hubungan timbal balik antara pemerintah dan rakyat sehingga titik berat objek HAN ada pada
hubungan istimewa tersebut sehingga perlu ada dalam normal peraturan. Ultecht berpendapat bahwa
Hukum Administrasi Negara melihat hukum administrasi negara meliputi beberapa ciri utama, yakni
menguji hubungan istimewa, adanya para pejabat pemerintah dan melaksanakan tugas-tugas istimewa.
Pengertian administrasi dalam Hukum administrasi negara adalah Peraturan-peraturan yang
berhubungan dengan administrasi saja atau administratif recht disebut Bestuur recht. Bestuur dapat
diartikan dengan fungsi pemerintahan / penguasa yang tidak meliputi fungsi Legislatif maupun
Yudikatif (Pemerintahan dalam arti sempit saja).

Administrasi negara adalah suatu studi mengenai bagaimana bermacam-macam badan pemerintah
diorganisasi, diperlengkapi dengan tenaga-tenaganya, dibiayai, digerakkan, dan dipimpin.” (Kencana,
2003:33). Administrasi Negara adalah suatu seni dan ilmu yang dipergunakan untuk mengatur urusan-
urusan negara.
Prof. Dr. Prajudi Admosudirdjo, Administrasi Negara mengandung 3 (tiga arti), yakni:
1. Administrasi Negara sebagai fungsi pemerintah untuk mengurus atau menangani urusan-urusan
kenegaraan (publik servicess) secara tertentu.
2. Administrasi Negara sebagai aparatur dan aparat pemerintah sebagai suatu organisasi untuk
mengendalikan keadaan pemerintahan negara.
3. Administrasi Negara sebagai proses penyelenggaraan berbagai macam tugas dan urusan pemerintah
secara terorganisasi, sistematika, metodis, dan teknis.
Ilmu admninistrasi negara menurut ahli :
 Menurut Abdurahman arifin : Ilmu administrasi negara adalah  Ilmu yang mempelajari pelaksanaan
dari politik negara.
 Menurut Dimock dan Koening : Ilmu administrasi negara adalah Ilmu yang mempelajari kegiatan
pemerintah dalam melaksanakan kekuasaan politiknya.
 Menurut Dwight Waoldo : Ilmu administrasi negara adalah Organisasi daripada manusia-manusia
dan peralatannya guna mencapai tujuan pemerintahan.

Sumber :
1. Buku Materi Pokok Hukum Administrasi Negara oleh Yos Johan Utama, 1.34)
2. Situs : https://butew.com/2018/10/02/pengertian-hukum-administrasi-negara-dan-ilmu-administrasi-negara/
3. Situs : https://.kompasiana.com/johari-upb/552a8fe3f17e61941fd623ab/ilmu-administrasi-negara

2. Untuk menegakkan kewenangan, negara membutuhkan keberadaaan satu instrumen hukum yang dapat
memberikan ancaman atau pemaksaan agar perundanggan yang diterbitkan dapat dilaksanakan.
Pertanyaannya :
Jelaskan jenis-jenis sanksi hukum yang dapat dikenakan oleh negara untuk menegakkan peraturan
perundang-undangan.
Jawaban :
Kedudukan negara sebagai badan publik diwujudkan dengan pemberian kekuasaan (powerness) dan
kewenangan (authority) untuk mengatur segala sesuatu dalam kehidupan pemerintahan sehari-hari.
Untuk menegakkan kewenangan tersebut, negara membutuhkan keberadaan satu instrumen hukum yang
dapat memberikan ancaman ataupun pemaksaan agar perundangan yang ditertibkan dalam rangka
pencapaian kesejahteraan umum dapat terlaksana. Karena itulah, negara diberikan satu kewenangan atas
fungsi yang diembannya untuk mengenakan sanksi-sanksi hukum yang dicantumkan dalam
perundangan sabagai unsur penegakan hukum tersebut.
Sanksi yang dikenakan oleh negara bisa berupa sanksi pidana, perdata, ataupun sanksi sanksi
asministrasi. Namun, terdapat perbedaan prinsip dalam hal penggunaan sanksi administrasi, seperti juga
bestuurdwang dengan pengenaan sanksi pidana ataupun perdata. Perbedaan itu terletak pada sasaran
dari pengenaan sanksi. Dalam sanksi pidana dan perdata, sasaran pengenaan sanksi adalah pribadi si
pelaku. Sementara itu, dalam sanksi administrasi, sasaran dari pengenaan sanksi adalah perbuatannya
sehingga tujuan dari pengenaan sanksi pun juga berbeda. Dalam sanksi pidana dan perdata, tujuan
penekanan sanksi adalah pemberian hukuman kepada si pelaku, sedangkan tujuan sanksi administrasi
adalah pemulihan keadaan semula, yakni keadaan semula, yakni keadaan tertib hukum yang berlaku.
Adapun jenis-jenis sanksi hukum yang dapat dikenakan oleh negara dalam upaya menegakkan hukum
peraturan perundang-undangan meliputi sanksi-sanksi:
1. Paksaan pemerintah (bestuurdwang)
2. Penarikan kembali keptusan yang menguntungkan,
3. Pengenaan denda asministratif,
4. Pengenaan uang paksa

Paksaan pemerintah (bestuurdwang) dilakukan dalam bentuk tindakan fisik atau tindakan nyata
(feitelijke handeling) yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengakhiri suatu keadaan yang
bertentangan dengan peraturan hukum. Tindakan pemerintah ini bersifat fisik bisa berupa:
1. Pengosongan paksa,
2. Penyitaan,
3. Penyegelan,
4. Pencabutan instalasi,

Sumber :
1. Buku Materi Pokok Hukum Administrasi Negara oleh Yos Johan Utama, 2.52-2.54

3. Pelanggaran terhadap ketentuan disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang terdapat dalam peraturan
perundang-undangan dapat dikenakan sanksi.
Pertanyaannya :
Jelaskan jenis hukuman disiplin atau sanksi yang dapat dikenakan kepada Pegawai Negeri Sipil
Jawaban :
Jenis Sanksi atau Disiplin Kepada Pegawai Negeri Sipil
Terhadap pelanggaran atas larangan-larangan yang tidak boleh dilakukan atau kondisi saat seorang
pegawai tidak melaksanakan kewajiban yang seharusnya dilaksanakan; dapat dikenankan salah satu
sanksi administrasi sebagaimana diatur dalam Pasal 77 PP Nomor 53 Tahun 2010 yang menrinci sanksi
tersebut sabagai berikut:
1. hukuman disiplin ringan,
2. hukuman disiplin sedang,
3. hukuman disiplin berat.

Pelanggaran terhadap larangan yang dapat dikenakan sanksi disiplin ringan, menurut ketentuan Pasal
11, meliputi pelanggaran larangan sebagaiman diatur dalam Pasal 11, meliputi pelanggaran larangan
sebagaimana diatur dalam Pasal 4 angka 5 sampai dengan 6 dan Pasal 4 angka 11 yang berdampak
negatif pada unit kerja. Lalu, tidak sengaja melanggar larangan yang diatur dalam Pasal 4 angka 9 dan
melanggar larangan yang diatur dalam Pasal 4 angka 10 PP Nomor 53 Tahun 2010.

Bentuk hukuman disiplin yang ringan dapat diperinci dalam tiga hal, yakni teguran lisan; teguran
tertulis; dan pernyataan tidak puas secara tertulis. Teguran lisan dimaksudkan sebagai penyampaian
pernyataan tidak senang yang berupa peringatan dari pimpinan terhadap pelanggaran yang dilakukan
oleh pegawai bawahannya. Apabila pernyataan tidak senang yang berupa peringatan tersebut
disampaikan dalamsuatu bentuk tertulis, hal itu dianggap bahwa atasan pegawai tersebut telah
mengenakan sanksi teguran tertulis. Isi dari sanksi tertulis dapat pula membuat substansi yang
menunjukkan perasaan tidak puas dari atasan terhadap perbuatan pelanggaran ataupun pengabaian suatu
kewajiban yang dilakukan bawahannya.
Dalam sanksi disiplin ringan ini, jenisnya meliputi beberapa hal:
1. penundaan kenaikan gajih berkala selama satu tahun;
2. penundaan kenaikan pangkat selama satu tahun; dan
3. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama satu tahun.

Sanksi disiplin sedang dikenakan bagi pegawai negeri sipil yang melakukan pelanggaran karena
mengabaikan kewajiban sebagaiaman diatur dalam Pasal 3 ayat 2 dan 3 :
1. mengucapkan sumpah/janji PNS,
2. mengucapkan sumpah/janji jabatan.
Pengambaian kewajiban yang dilakukan tanpa alasan, di samping pelanggaran atas kewajiaban yang
diatur dalam Pasal 3 angka 3 sampai dengan Pasal 3 angka 10 PP 53 Tahun 2010, menimbulkan dampak
negatif bagi instansi yang bersangkutan. Sanksi disiplin sedang juga dikenakan bagi pelanggaran
mengenai masuk kerja sabagaimana diatur dalam Pasal 3 angka 11 PP Nomor 53 Tahun 2010 dengan
sanksi yang berjenjang sebagai berikut.
1. Penundaan kenaikan gajih berkala selama satu tahun bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan
yang sah selama 16 sampai dengan 20 hari kerja..
2. Penundaan kenaikan pangkat selama satu tahun bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang
sah selama 21 sampai dengan 25 hari kerja.
3. Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama satu tahun bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa
alasan yang sah selama 26 sampai dengan 30 hari kerja.
Pelanggaran atas larangan yang bisa dikenakan sanksi disiplin sedang adalah pegawai negeri sipil
melakukan pelanggaran atas larangan sabagaimana diatur dalam Pasal 12 PP Nomor 53 Tahun 2010
yang meliputi pelanggaran atas larangan yang diatur dalam pasal 4 angka 5 dan angka 11 yang
berdampak negatif bagi instansi. Sanksi disiplin sedang juga dikenakan bagi pegawai yang melanggar
larangan yang diatur Pasal 4 angka 9 apabila dilakukan dengan sengaja serta bagi pegawai yang
melanggar ketentuan Pasal 4 angka 10, 12, 13 huruf b, 14 15 huruf a dan d.

Sanksi disiplin berat dikenakan kepada pegawai yang melakukan pelanggaran kewajibannya selaku
pegawai negeri, seperti pelanggaran kewajiban sebagaimana diatur dalam Pasal 3 angka 3 sampai 10
serta Pasal 3 angaka 3 ayat 11, dapat dikenakan sanksi disiplin berat dengan jenjang sebagai berikut.
1. Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama tiga tahun bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa
alasan yang sah selama 31 selama dengan 35 hari kerja.
2. Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah bagi PNS yang menduduki
jabatan struktural atau fungsional tertentu yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 36
sampai dengan 40 hari kerja.
3. Pembebasan dari jabatan bagi PNS yang menduduki jabatan struktural atau fungsional tertentu yang
tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 41 sampai 45 hari kerja.
4. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri atau pemberhentian tidak dengan
hormat sebagai PNS bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 46 hari kerja
atau lebih.
5. Pengenaan sanksi disiplin berat juga dikenakan kepada pegawai yang capaian sasaran kinerja per
tahun kurang dari 25% dan pelanggaran atas kewajiban sebagaimana diatur Pasal 3 angka 14 sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pengenaan sanksi disiplin berat terhadap pelanggaran larangan yang dilakukan PNS diatur dalam
ketentuan Pasal 13 PP Nomor 53 Tahun 2010. Sanksi disiplin berat tersebut dikenakan apabila PNS
melanggar larangan sebagaimana diatur dalam Pasal 4 angka 1 samapai dengan 4,7,8,12,13 dan huruf a,
15 huruf b dan c PP Nomor 53 Tahun 2010, tetapi juga dikenakan terhadap pelanggaran larangan Pasal
4 angka 5,6,11d. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaaan sendiri atau pemberhentian
tidak dengan hormat sabagai PNS bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 46
hari kerja atau lebih dilakukan apabila hal itu berdampak negatif bagi negara dan pemerintah.

Pejabat yang berhak menjatuhkan sanksi disiplin dapat dikelompokkan menjadi:


1. Presiden,
2. Pejabat pembina kepegawaian pusat,
3. Pejabat pembina kepegawaian daerah,
4. Sekretaris daerah,
5. Pejabat struktural eselon I,
6. Pejabat struktural eselon II,
7. Pejabat struktural eselon III,
8. Pejabat struktural eselon IV,
9. Pejabat struktural eselon V,
10. Kepala Perwakilan Republik Indonesia

Sumber :
1. Buku Materi Pokok Hukum Administrasi Negara oleh Yos Johan Utama, 3.41 -3.45

Anda mungkin juga menyukai