UNIVERSITAS TERBUKA
2020
Soal
1. Apa arti pentingnya mempelajari Ilmu Negara dalam mempelajari hukum?
2. Apa kelemahan mendasar hakikat negara menurut Teori Hukum Murni?
3. Persamaan dan perbedaan asal mula Negara menurut Thomas Hobbes dan John Locke menurut Teori
Perjanjian?
Jawaban
2. HTN dan HAN. Hukum Tata Negara (HTN) dan Hukum Administrasi Negara (HAN) dalam
memandang obyeknya yaitu Negara dari sifat dan pengertian yang spesifik/kongkrit yang
objeknya sudah terikat pada tempat, keadaan dan waktu jadi misalnya Indonesia,Malaysia.
Kemudian daripada Negara khusus tersebut dipelajari lebih mendalam susunan-
susunan,wewenang,serta tugas dan kewajiban daripada peralatan Negara tersebut. Dengan
demikian alangkah lebih baiknya di sebutkan secara rinci tentang kedua ilmu tersebut,yaitu:
Hukum Tata Negara pertama-tama menentukan apa dan mana saja masyarakat hukum dengan
jenjang tingkatannya, kemudian merumuskan lingkup peranan terhadap wilayah serta warganya
selanjutnya menentukan kekuasaan seperti apa yang diserahkan kepada aneka lembaga dalam
tiap masyarakat hukum . hukum tentang pendistribusian kekuasaan fungsi-fungsi negara kepada
lembaga- lembaga negara
Hukum Administrasi Negara adalah kumpulan ketentuan yang wajib ditaati oleh lembaga
kekuasaan/pejabat atasan maupun bawahan, setiap kali melasanakan karya/peranan berdasarkan
Hukum Tata Negara . Yaitu hukum yang mengatur cara bekerjanya lembaga- lembaga tersebut
dalam menggunakan fungsi-fungsi yang diberikat dalam HTN
Manfaat dan kegunaan Ilmu Negara pada bidang Hukum Tata Negara yaitu Ilmu Negara merupakan
dasar dalam penyelenggaraan praktek ketatanegaraan yang diatur dalam Hukum Tata Negara lebih
lanjut dengan kata lain Ilmu Negara yang mempelajari konsep, teori tentang Negara merupakan dasar
dalam mempelajari Hukum Tata Negara.
Hubungan ilmu Negara dengan hukum tata Negara spesifikan internal khusus ilmu Negara dengan
hukum tata Negara sama-sama mempersoalkan Negara sebagai obyek kajiannya hukum tata Negara
mempelajari suatu Negara dengan system ketata negaraan tertentu.
Hubungan antara Ilmu Negara dan hukum sebenarnya agak bersahaja dalam teori kedaulatan negara
dalam beberapa bentuknya. Hukum tidak lain dari padakemauan negara yang telah dinyatakan. Wujud
negara terdiri atas paksaan kemauannya secara tidak terbatas akan orang-orang lain, inilah perumusan
memerintah dan dalam pemeritahan itu terletak asas negara sebagaimana dikemukakan Jellineck bahwa
negara mempunyai kekuasaan memerintah maka memerintah berarti mempunyai kecakapan untuk
dijalankan dengan tiada bersyarat, Hanya negara mempunyai kekuasaan itu untuk memaksakan dengan
tiada bersyarat kemauannya kepada lain kemauan. Negara ialah bentuk ikatan manusia-manusia yang
tinggal di dalamnya yang diperlengkapi dengan kekuasaan memerintah yang asli Persamaan Ilmu
Negara dan Hukum Tata Negara:
Ilmu Negara dan Hukum Tata Negara memiliki pokok bahasan yang sama, yaitu negara.
Ilmu Negara dan Hukum Tata Negara termasuk ilmu sosial dan memiliki obyek penelitian yang
sama, yaitu manusia yang berkeinginan hidup dan berkembang dalam tata kehidupan bernegara.
Selanjutnya, pembedaan antara hukum dan bukan hukum berkaitan erat dengan definisi ilmiah
keilmuan. Menurutnya sebuah definisi harus bermanfaat bagi tujuan teoritik dari istilah-istilah itu,
sehingga konsep hukum tidak mempunyai konotasi apapun dengan moral, tetapi menunjukan pada suatu
teknik organisasi sosial tertentu. (Kelsen, 2011: 5)
Kelsen berpendapat, keadilan merupakan bagian dari moral yang harus dipisahkan dari hukum, dan
untuk memisahkannya butuh usaha yang seriuas. Menurutnya selalu ada pencampuradukan dalam
pemikiran politik yang tidak ilmiah dan pembicaraan umum, oleh sebab kecenderungan ideologis untuk
membuat hukum positif tampak adil. Meskipun begitu, teori hukum murni tidak menolak konsep hukum
yang adil, akan tetapi secara teoritis hukum murni tidak dapat menjawab permasalahan tersebut, karena
adil bersifat subjektif. Keadilan sendiri menurut Kelsen adalah kebahagiaan sosial. (Kelsen, 2011: 6)
Kebahagian yang dimaksud, adalah kesepakatan sosial yang secara konkrit tercipta dari norma yang sah,
tidak berdasarkan norma indvidu. Menurut Kelsen, berlakunya norma tersebut tidak berdasarkan
efektifitasnya akan tetapi berdasarkan kevaliditasannya, maka dalam hal ini kekuatan negara menjadi
sangat penting. (Kelsen, 7)
Berkaitan dengan hubungan Negara dan hukum, Kelsen mengkritisi Austin yang menganut pandangan
tradisional yang menganggap bahwa hukum dan Negara sebagai dua intensitas yang berbeda. Padahal
Austin mempunyai pandangan yang tidak terlalu jauh sebagaimana teoritisi hukum yang lain, yaitu
menganggap Negara sebagai pembentuk hukum, sebagai kekuasaan dan otoritas moral di balik hukum,
dan sebagai pencipta dunia hukum.
Berdasarkan teori hukum murni, Negara merupakan tatanan sosial yang harus identik dengan hukum,
paling tidak dengan tatanan hukum spesifik yang relaif sentralistis, yakni tatanan hukum nasional yang
membedakan dengan hukum internasional yang desentralistis. Teori hukum murni menghilangkan
dualisme antara hukum dan keadilan, sebagaimana menghilangkan dualisme antara hukum dan Negara.
(Kelsen, IX).
3. Persamaan dan perbedaan asal mula negara menurut Thomas Hobbes dan John Locke
Thomas Hobbes (1558-1676) menggambarkan keadaan yang kacau balau, ketika setiap manusia
berperang dengan manusia lain. Menurut Hobbes, setiap manusia memiliki keinginan yang sangat kuat
untuk memiliki kekuasaan demi kekuasaan dan keinginannya hanya akan diberhentikan oleh ajal.
Walaupun sebenarnya manusia juga berkeinginan untuk hidup damai dan rukun, namun tingkatannya
masih kalah dari kekuasaan. Akibat pandangan Hobbes bagi hidup bermasyarakat dan bernegara
diungkapkannya dengan keadaan alami (state of nature), suatu keadaan di mana fitrah dan tabiat
manusia terdapat tanpa ada hambatan dan restriksi apapun. Dengan sendirinya, potensi perselisihan dan
perang dengan kekerasan sekalipun akan terjadi untuk mempertahankan kebebasannya, tentunya dengan
menguasai akan lebih efektif. Wajar jika seperti itu, Hobbes melupakan pertimbangan akal budi manusia
yang sebenarnya dapat mempengaruhi tindakan mereka.
Hobbes lantas memberi solusi berupa kontrak sosial dan manusia, yang selalu dihantui ketakutan, akan
terdorong untuk melakukan perjanjian dengan memilih penguasa di antara mereka. Pihak-pihak yang
berjanji menyerahkan kekuatan dan kekuasaannya kepada sang penguasa. Namun, menjadi masalah
ketika sang penguasa tidak mengikatkan diri pada perjanjian, hal ini menyebabkan sang penguasa
memiliki kekuatan dan kekuasaan yang absolut. Walaupun sang penguasa memiliki kekuasan absolut,
menurut Hobbes seseorang dapat menentang jika sudah menyakiti secara jasmaniah.Teori Kontrak
Sosial-nya menganut aliran pactum subyectionis.
John Locke (1632-1704) bertentangan dengan Hobbes dalam hal ini. Tidak seperti pemikiran Hobbes
yang memuat nilai-nilai hewan pada manusia, Locke menganggap adanya nilai kemanusiaan. Locke
menganggap penguasa absolut yang notabene manusia biasa akan dapat terpengaruh sifat kotor manusia
dan memperburuk kondisi. Oleh karena itu, solusi Locke adalah menyusun badan legislatif yang
membuat hukum, badan eksekutif yang melaksanakan, dan kekuasaan federatif yang menyangkut dalam
pembuatan perjanjian dan persekutuan. Sempat menyinggung tentang pentingnya pengadilan, namun
Locke melupakan badan yudikatif begitu saja.
Kelemahan pemikiran Locke adalah berkurangnya peran pemerintah, mengingat eksekutif tergantung
legislatif. Selain itu, penyuburan dinasti ekonomi menyebabkan si miskin tanpa milik tidak memiliki
suara. Locke juga jauh mementingkan masalah mayoritas daripada minoritas. Walaupun banyak
kelemahan, pemikirannya sangat berpengaruh di negara-negara Barat, teorinya tentang pemisahan
kekuasaan (separation of powers) dikembangkan oleh Montesquieu. Pemikiran Locke tentang Kontrak
Sosial untuk selanjutnya diikuti oleh Rousseau, tentunya dengan perbedaan, seperti perbedaan mendasar
Kontrak Sosial versi Locke dan Hobbes. Teori Kontrak Sosial-nya menganut aliran pactum unionis dan
pactum subyectionis.
Jika ditilik, asal usul negara menurut Locke yaitu kehidupan individu bebas dan sederajat. Teori Kontrak
Locke mengelompokkan manusia pada dua masa, pra-negara dan bernegara. Keduanya juga
memasukkan nilai kemanusiaan pada pemikirannya, tidak seperti Hobbes. Teori Kontrak Sosial Locke
yang menganut kedua aliran, pactum unionis dan pactum subyectionis. Para penguasa menurut
keduanya sama-sama berkurang kekuasaannya, tidak mutlak. Jika Locke mengenal keterwakilan rakyat,
di mana legislatif merupakan amanah rakyat, Pemikiran Locke tentang kekuasaan legislatif dan
eksekutif dipisahkan namun dapat saling mempengaruhi, Inggris menurutnya sebagai contoh terbaik,
walaupun kenyataan berkata lain. Locke mengaburkan kekuasaan judikatif, namun pemikiran Locke
memiliki rangka untuk dikembangkannya Trias Politika oleh Montesquieu.