Anda di halaman 1dari 11

Mutu Benih Jagung dengan Perlakuan Fungisida

Selama Periode Simpan

Rahmawati dan Muhammad Aqil

Balai Penelitian Tanaman Serealia

Abstrak
Di beberapa wilayah, petani terkadang menunda penanaman akibat beberapa faktor
antara lain : iklim yang tidak mendukung, lahan belum siap dan tenaga kerja yang kurang
sehingga penanaman membutuhkan waktu yang lama. Akibatnya benih yang sudah diberi
fungisida tidak dapat ditanam dan tersimpan dengan kondisi tidak terkontrol, baik tempat
maupun suhu ruang penyimpanan. Oleh karenanya tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui ketahanan simpan benih yang telah diberi fungisida (saromil) sehingga dapat
menjadi acuan untuk penyimpanan benih bersaromil. Penelitian dilaksanakan pada bulan
Juni - Desember tahun 2020 di laboratorium pengujian mutu benih Balai Penelitian Tanaman
Serealia (Balitsereal), Maros Provinsi Sulawesi Selatan. Benih jagung yang digunakan dalam
penelitian adalah varietas Bisma 2018 dan 2019, Sukmaraga 2017 dan 2019, Srikandi Kuning
2018 dan 2019, Lamuru 2017 dan 2019. Pengamatan dilakukan terhadap bobot 1000 butir,
kadar air, daya hantar listrik, potensi tumbuh maksimum, kecepatan tumbuh benih, panjang
akar primer, pucuk dan jumlah akar sekunder. Penelitian ini menggunakan rancangan acak
lengkap dengan 4 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan pada penyimpanan suhu kamar (25-
26oC dan kelembaban relatif 50-58%) benih yang telah diberi fungisida (saromil) dengan
periode simpan 21 hari masih mempunyai mutu benih yang tinggi. Bahkan penyimpanan
suhu rendah (18-18,9oC dan Rh 50-55%) selama periode simpan 6 bulan mutu benihnya
sangat baik. Ketahanan simpan benih yang sudah diberi fungisida (saromil), dipengaruhi
oleh umur simpan benih, suhu dan kelembaban relatif ruang simpan.

Kata kunci : Mutu benih, fungisida, jagung, periode simpan

Pendahuluan
Kebutuhan jagung di Indonesia cukup tinggi diantaranya sebagai bahan pangan,
pakan ternak, bahan bakar dan bahan baku industri. Untuk itu diharapkan produksi jagung
terus meningkat karena selain kebutuhan dalam negeri, pemerintah juga mencanangkan untuk
mengekspor ke negara lain. Pada pertanaman jagung, salah satu kendala yang sering ditemui
dalam budidayanya adalah serangan penyakit bulai yang disebabkan oleh jamur
Peronosclerospora maydis. Gejala khas penyakit bulai pada tanaman jagung berupa klorotik
memanjang sejajar tulang daun, pertumbuhan tanaman yang terserang terhambat, dan pada
pagi hari dapat terlihat lapisan tepung putih dibawah permukaan daun (Jatnika dkk., 2013).
Tanaman yang terserang penyakit bulai tidak dapat menghasilkan biji (Ridwan dkk., 2015).
Salah satu cara penanganan penyakit bulai adalah dengan menggunakan fungisida pada benih
sebelum tanam.
Benih merupakan faktor utama yang sangat berperan dalam menentukan
keberhasilan pertanaman di lapangan. Mutu benih yang baik akan memberikan persentase
tanaman tumbuh yang tinggi dan keseragaman pertumbuhan tanaman di lapangan.
Pemberian fungisida pada benih sebelum tanam, diantaranya menggunakan saromil atau
ridomil yang berbahan aktif metalaksil yang mudah diperoleh serta harga pun terjangkau.
Pada umumnya cara pemberian fungisida saromil cukup sederhana yaitu dengan melarutkan
saromil dengan sedikit air sesuai yang direkomendasikan (1,25 – 2,5 gram dilarutkan ke
dalam 8 ml air untuk penggunaan 1 kg benih jagung). Selanjutnya larutan saromil dicampur
dengan benih dan diaduk hingga merata. Benih yang diberi saromil dengan takaran yang
berlebih dapat mematikan embrio biji sehingga benih tidak dapat tumbuh, sedangkan pada
tanaman konsentrasi fungisida yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan kerusakan pada
tanaman. Menurut Irawan et al., (2015), fungisida sintetik dengan konsentrasi tinggi dapat
berdampak negatif bagi tanaman, yaitu terjadinya fitotoksisitas (keracunan tanaman).
Di beberapa wilayah, petani terkadang menunda penanaman akibat beberapa faktor
antara lain : iklim yang tidak mendukung, lahan belum siap dan tenaga kerja yang kurang
sehingga penanaman membutuhkan waktu yang lama. Akibatnya benih yang sudah diberi
fungisida tidak dapat ditanam dan tersimpan dengan kondisi tidak terkontrol, baik tempat
maupun suhu ruang penyimpanannya. Kondisi penyimpanan yang tidak memenuhi syarat
dapat mempercepat kerusakan benih. Selain itu kerusakan benih juga terkait dengan lama
penyimpanan (Shelar, 2007), sedangkan Pratt, et al., (2009), menyatakan bahwa selama
penyimpanan benih, kualitas benih dapat bertahan seperti pada awal penyimpanan atau
mungkin akan mengalami penurunan kualitas hingga benih tidak dapat ditanam.
Oleh karenanya tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ketahanan simpan
benih yang telah diberi fungisida (saromil) sehingga dapat menjadi acuan untuk penyimpanan
benih bersaromil.

Metodologi
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni tahun 2020 di laboratorium pengujian mutu
benih Balai Penelitian Tanaman Serealia (Balitsereal), Maros Provinsi Sulawesi Selatan.
Benih jagung yang digunakan dalam penelitian adalah varietas Bisma 2018 dan 2019,
Sukmaraga 2017 dan 2019, Srikandi Kuning 2018 dan 2019, Lamuru 2017 dan 2019.
Pemberian saromil pada benih jagung sesuai petunjuk penggunaan yaitu :1,25 – 2,5 gram
dilarutkan ke dalam 8 ml air untuk penggunaan 1 kg benih jagung. Selanjutnya benih
dikering-anginkan sampai kering. Penyimpanan benih dilakukan dengan menggunakan
kemasan plastik dengan suhu ruang simpan 25-26oC dan kelembaban relatif 50-58% di ruang
laboratorium pengujian mutu benih balitsereal. Adapun perlakuan yang digunakan adalah
benih tanpa saromil, benih bersaromil tanpa periode simpan dan benih bersaromil yang
disimpan selama 21 hari. Pada penelitian lain, penyimpanan benih menggunakan suhu rendah
dengan kisaran suhu 18-18,9oC dan Rh 50-55%. Pengamatan dilakukan terhadap bobot 1000
butir, kadar air, daya hantar listrik, potensi tumbuh maksimum, kecepatan tumbuh benih,
panjang akar primer, pucuk dan jumlah akar sekunder. Penelitian ini menggunakan rancangan
acak lengkap dengan 4 ulangan.

Hasil dan Pembahasan

Penyimpanan Suhu Kamar


Kadar air yang terkandung dalam benih sangat berpengaruh terhadap mutu benih.
Salah satu syarat benih dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama adalah mempunyai
kadar air yang rendah. Pada benih jagung kadar air yang aman untuk penyimpanan adalah
berkisar 10 – 11%. Pengamatan kadar air pada semua perlakuan (dapat dilihat pada Tabel 1,
dan 3 ) menunjukkan nilai kadar air yang cukup aman. Hasil analisis kadar air pada benih
lama dan baru, menunjukkan hasil yang berbeda nyata antara perlakuan pada masing-masing
varietas. Peningkatan kadar air terjadi karena pemberian larutan saromil dan lama
penyimpanan yang memberikan peluang pada benih untuk menyerap kadar air di sekitarnya
terutama kadar air yang berasal dari larutan saromil.
Penyimpanan dengan suhu dan kelembaban relatif yang tinggi serta berfluktuasi,
berkontribusi pada peningkatan kadar air dan bobot 1000 biji (Isaac et al., 2016). Hasil
pengamatan menunjukkan bobot 1000 butir meningkat sejalan dengan meningkatnya kadar
air. Hasil penelitian Volenik et al, (2007), menunjukkan pada penyimpanan benih jagung
selama 34 hari dengan menggunakan suhu 0oC dan Rh 55%, kadar air jagung menurun 0,2%
dan pada suhu 20oC, Rh 55% kadar air jagung menurun 1,5%.
Nilai daya hantar listrik menunjukkan kondisi fisik benih pada saat diuji. Jika nilai
daya hantar listrik pada air rendaman benih tinggi, menunjukkan benih sudah mengalami
kerusakan fisik atau terjadi kebocoran membran sel. Kerusakan benih menyebabkan
penurunan kapasitas dan kualitas perkecambahan, viabilitas serta kekuatan baik karena
penuaan atau peran kondisi lingkungan yang merugikan (Kapoor et al., 2010). Pengamatan
daya hantar listrik menunjukkan nilai daya hantar listrik yang berbeda nyata pada masing-
masing varietas, baik pada benih baru maupun lama. Terjadi peningkatan nilai daya hantar
listrik dengan adanya pemberian saromil dan lama penyimpanan.
Pada benih baru, perlakuan tanpa saromil dan penyimpanan mempunyai nilai daya
hantar listrik yang sama antar varietas, sedangkan nilai daya hantar listrik pada perlakuan
lainnya berbeda. Nilai daya hantar listrik cukup rendah sehingga mengindikasikan bahwa
mutu benih di awal (pra perlakuan / kontrol) dalam kondisi yang baik dan sama pada semua
varietas. Hal yang sama terjadi pada benih lama (dapat dilihat pada Tabel 3), bahkan
perlakuan benih bersaromil dengan periode simpan 21 hari juga menunjukkan nilai daya
hantar listrik yang sama antara varietas. Peningkatan nilai daya hantar listrik disebabkan oleh
pemberian fungisida (saromil) dan diberikan sesuai rekomendasi sehingga tidak memberikan
pengaruh buruk terhadap mutu benih. Ini dibuktikan dari hasil pengamatan potensi tumbuh
maksimum dan kecepatan tumbuh benih menunjukkan nilai yang cukup tinggi.
Tabel 1. Rata-rata bobot 1000 butir, kadar air, daya hantar listrik, potensi tumbuh
maksimum, pada benih baru bersaromil.
Perlakuan Periode Bobot 1000 Kadar Air Daya Hantar Potensi
Simpan butir (%) Listrik Tumbuh
( hari) (g) (µs/cmg) Maksimum
(%)
Bisma 2019
Tanpa saromil 0 283,79 9,07 f      8,08 f 98,50 ab
Diberi saromil 0 286,92 9,70 e       14,98 e 98,75 ab
Diberi saromil 21 286,40       11,82 a       21,57 bc     99,25 a
Sukmaraga 2019
Tanpa saromil 0 224,49 7,67 h   8,65 f      98,75 ab
Diberi saromil 0 234,79       10,49 d 14,68 e   96,75 abc
Diberi saromil 21 233,30       12,03 a   19,60 cd    98,25 ab
Srikandi Kuning 2019
Tanpa saromil 0 238,04 9,26 f  11,75 ef    96,00 bcd
Diberi saromil 0 246,63       11,15 c   21.93 bc   95,25 cd
Diberi saromil 21 246,10       11,44 b 33,73 a   93,75 d
Lamuru 2019
Tanpa saromil 0 264,66 8,44 g 8,16 f    97,25 abc
Diberi saromil 0 266,00      10,66 d 15,63 de    97,00 abc
Diberi saromil 21 270,50      11,24 bc       25,70 b   97,75 abc
CV (%)        1,87       17,60   1,75
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
menurut uji DMRt 5%.

Hasil pengamatan menunjukkan benih yang telah diberi saromil baik yang di
produksi tahun 2017, 2018 dan 2019, mempunyai potensi tumbuh maksimum yang baik yaitu
di atas 90%, kecuali varietas Lamuru yang diproduksi tahun 2017 (benih lama) dengan
potensi tumbuh maksimum di bawah 90% (dapat dilihat pada Tabel 3).
Pada benih baru, hasil analisis menunjukkan tidak terjadi perbedaan potensi
tumbuh maksimum antara perlakuan pada masing-masing varietas. Begitu pula antar varietas
kecuali Srikandi Kuning 2019. Hal ini menunjukkan pemberian saromil tidak berpengaruh
terhadap mutu benih. Kondisi ruang penyimpanan benih bersuhu 25-26oC dan kelembaban
relatif 50-58%. Penyimpanan dengan kondisi tersebut cukup aman untuk menekan serangan
jamur. Dejene (2004), menyatakan bahwa pada suhu dan kelembaban relatif yang tinggi di
dalam gudang akan menurunkan viabilitas benih karena terjadi peningkatan serangan jamur
pada benih selama penyimpanan, sedangkan Tariq et al., (2005) menyatakan bahwa
kelembaban dan suhu yang tinggi meningkatkan infeksi A. flavus dan menurunkan daya
kecambah benih kedelai. Hasil penelitian Owolade et al., (2011) juga mencatat bahwa
semakin tinggi infeksi jamur pada benih, semakin rendah tingkat perkecambahannya.
Benih lama yang diproduksi tahun 2017 dan 2018, mempunyai potensi tumbuh
maksimum yang berbeda nyata antara perlakuan pada masing-masing varietas kecuali
varietas Srikandi Kuning 2018. Data yang diperoleh cukup bervariasi sehingga menunjukkan
ketidakstabilan mutu benih yang dipengaruhi oleh umur simpan benih. Akhter et al., (1992)
dan Subedi, (2005) menyatakan bahwa penurunan persentase perkecambahan mungkin
disebabkan oleh terjadinya penyimpangan kromosom yang terjadi akibat kondisi
penyimpanan benih dalam jangka waktu lama. Begitu pula Tiwari dan Das (2014),
menyatakan bahwa periode simpan yang lama pada benih menjadi salah satu faktor penyebab
terjadinya penurunan persentase daya berkecambah, sedangkan kemunduran benih juga
berhubungan dengan lama penyimpanan (Siadat et al., 2012). Daya simpan benih terutama
dipengaruhi oleh karakter genetik dan kondisi benih sebelum disimpan, masak fisiologis
benih serta faktor lingkungan sebelum dan sesudah panen (Mahesha et al., 2001).

Tabel 2. Rata-rata kecepatan tumbuh benih, panjang akar primer, pucuk dan jumlah akar
sekunder pada benih baru bersaromil.
Perlakuan Periode Kecepatan Panjang Akar Panjang Jumlah
Simpan Tumbuh Benih Primer (cm) Pucuk (cm) Akar
(hari) (%/etmal) Sekunder
Bisma 2019
Tanpa saromil 0 32,15 a 15,03 b 13,89 bc 4,38 abc
Diberi saromil 0 32,15 a 12,49 c 16,55 a     4,61 ab
Diberi saromil 21 32,38 a 14,71 b 10,72 e     4,71 a
Sukmaraga 2019
Tanpa saromil 0 31,76 a 15,30 ab 14,45 b 3,94 de
Diberi saromil 0 31,64 a 14,54 b 12,14 d 3,94 de
Diberi saromil 21 32,51 a 16,86 a 12,20 d      3,73 e
Srikandi Kuning 2019
Tanpa saromil 0 29,28 b 14,77 b 12,95 cd     4,34 abcd
Diberi saromil 0 29,81 b 14,23 b 12,14 d   4,28 bcd
Diberi saromil 21 30,23 b 14,20 b 10,77 e      3,94 de
Lamuru 2019
Tanpa saromil 0 31,98 a 15,32 ab 15,93 a   4,44 abc
Diberi saromil 0 31,82 a 14,53 b 12,63 d     4,31 abcd
Diberi saromil 21 32,28 a 14,48 b 12,38 d   4,06 cde
CV (%)   2,34 7,04 5,42  5,90
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
menurut uji DMRt 5%.

Hasil analisis pada kecepatan tumbuh benih untuk benih baru menunjukkan tidak
berbeda nyata antara perlakuan pada masing-masing varietas. Demikian pula antara varietas
kecuali Srikandi Kuning 2019. Selanjutnya pada benih lama, kecepatan tumbuh benihnya
sudah mulai mengalami penurunan dan nilai kecepatan tumbuh cukup bervariasi. Bahkan
pada varietas Lamuru 2017 nilai kecepatan tumbuh benih di bawah 27 %/etmal. Kondisi
benih yang sudah lama dan penyimpanan dengan suhu 25 - 26oC serta kelembaban relatif 50 -
58%, memungkinkan untuk terjadi penurunan kecepatan tumbuh benih lebih cepat. Shelar et
al., (2008), juga menyatakan bahwa pada kondisi tropis, benih akan kehilangan daya
berkecambah dengan lebih buruk. Kecepatan tumbuh benih sangat mempengaruhi tingkat
kevigoran suatu benih. Hasil penelitian Cheyed, (2020), menyimpulkan bahwa kemunduran
benih tidak dapat dihentikan dalam penyimpanan yang lama, terutama pada kondisi
penyimpanan biasa dimana benih mengalami fluktuasi lingkungan yang berdampak buruk
pada kelangsungan hidup benih. Oskouei et al (2014), mengamati bahwa benih yang
disimpan dapat mengalami banyak perubahan akibat deteriorasi yang terjadi secara alamiah.

Tabel 3. Rata-rata bobot 1000 butir, kadar air, daya hantar listrik, potensi tumbuh
maksimum, pada benih lama bersaromil.
Perlakuan Periode Bobot 1000 Kadar Air Daya Hantar Potensi
Simpan butir (%) Listrik Tumbuh
( hari) (g) (µs/cmg) Maksimum
(%)
Bisma 2018
Tanpa saromil 0 242,59 8,22 h 10,26 f     96,25 cd
Diberi saromil 0 244,54 9,01 g   17,60 de       94,75 e
Diberi saromil 21 248,77    11,12 c 23,33 a   93,00 f
Sukmaraga 2017
Tanpa saromil 0 283,79 8,03 i 9,90 f    96,50 bcd
Diberi saromil 0 284,92    10,80 d 19,11 cd    95,25 de
Diberi saromil 21 284,30    10,85 d 21,89 ab    98,00 ab
Srikandi Kuning 2018
Tanpa saromil 0 225,13 7,70 j 11,40 f     98,50 a
Diberi saromil 0 228,74    10,02 e 16,28 e    98,00 ab
Diberi saromil 21 228,70    11,46 b   22,59 ab    97,00 abc
Lamuru 2017
Tanpa saromil 0 274,93 9,11 f 9,88 f     88,00 g
Diberi saromil 0 281,39    11,49 b  20,82 bc     86,00 h
Diberi saromil 21 280,70    11,91 a       23,18 a     81,25 i
CV (%)      1,24       23,13               3,04
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
menurut uji DMRt 5%.

Tabel 4. Rata-rata kecepatan tumbuh benih, panjang akar primer, pucuk dan jumlah akar
sekunder pada benih lama bersaromil.
Perlakuan Periode Kecepatan Panjang Panjang Jumlah
Simpan Tumbuh Benih Akar Pucuk Akar
( hari) (%/etmal) Primer (cm) Sekunder
(cm)
Bisma 2018
Tanpa saromil 0 27,50 f 13,98 g 13,74 c 4,52 ab
Diberi saromil 0 30,27 c 17,10 b 15,37 a 4,50ab
Diberi saromil 21 29,63 d 14,24 fg 11,76 e      4,44 b
Sukmaraga 2017
Tanpa saromil 0 28,58 e 14,50 ef 14,58 b      3,69 f
Diberi saromil 0 30,09 c 15,66 c 11,14 f  3,90 de
Diberi saromil 21 30,44 c 14,73 e 10,28 g  3,83 ef
Srikandi Kuning 2018
Tanpa saromil 0 31,67 b 15,15 d 15,14 a 4,13 c
Diberi saromil 0 32,31 a 18,51 a 12,67 d    3,98 cde
Diberi saromil 21 31,77 b 14,48 ef 11,12 f  4,02 cd
Lamuru 2017
Tanpa saromil 0 22,69 i 12,59 i 11,91 e 4,65 a
Diberi saromil 0 26,06 g 14,89 de 10,13 g 4,67 a
Diberi saromil 21 24,87 h 13,48 h 9,37 h   4,50 ab
CV (%)          3,21   5,48      6,90      7,93
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
menurut uji DMRt 5%.

Pengamatan terhadap besaran kecambah juga termasuk parameter uji dalam


menentukan tingkat kevigoran suatu benih. Pada benih baru, panjang akar primer varietas
Srikandi Kuning 2019 dan Lamuru 2019 tidak berbeda nyata antara perlakuan pada masing-
masing varietas begitu pula antara varietas. Sedangkan, varietas Bisma dan Sukmaraga 2019
menunjukkan nilai yang bervariasi, namun dengan panjang akar primer yang cukup baik.
Pengamatan terhadap panjang pucuk menunjukkan perlakuan tanpa fungisida saromil pada
umumnya berbeda nyata dengan perlakuan lainnya pada masing-masing varietas, sedangkan
jumlah akar sekunder tidak berbeda nyata antar perlakuan pada masing-masing varietas.
Panjang akar primer dan pucuk pada benih lama berbeda nyata antara perlakuan pada
masing-masing varietas, sedangkan jumlah akar sekunder pada umumnya tidak berbeda nyata
antara perlakuan.
Penyimpanan Suhu Rendah
Pada penelitian lain, benih yang telah diberi fungisida (saromil) dengan periode
simpan 6 bulan disimpan dengan menggunakan suhu rendah (18-18,9 oC). Hasil analisis
menunjukkan potensi tumbuh maksimum berbeda nyata antara benih baru dan lama,
walaupun mutu benih masih sangat tinggi kecuali pada varietas Lamuru 2017. Nilai potensi
tumbuh maksimum di atas 90% kecuali Lamuru 2017 dengan persentase potensi tumbuh
maksimum hanya 82,50%.
Tabel 5. Rata-rata kadar air, daya hantar listrik, potensi tumbuh maksimum dan kecepatan
tumbuh benih jagung bersaromil dengan masa simpan 6 bulan.
Perlakuan Kadar Air Daya Hantar Potensi Tumbuh Kecepatan
(%) Listrik Maksimum Tumbuh Benih
(µs/cmg) (%) (%/etmal)
Benih baru
Bisma 2019 13,03b 18,70c 98,50ab 32,53a
Sukmaraga 2019 11,88cd 19,28c 99,00a 32,93a
Srikandi Kuning 2019 11,93c 14,60e 98,00b 32,53a
Lamuru 2019 11,50e 16,55d 98,75b 32,53a
Benih lama
Bisma 2018 12,98b 16,95d 93,25d 31,33b
Sukmaraga 2017 11,35f 19,13c 95,25c 31,55b
Srikandi Kuning 2018 13,23a 26,63b 92,50d 31,48b
Lamuru 2017 11,78d 28,98a 82,50e 27,35c
CV (%) 2,16         15,59         1,85 2,45
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
menurut uji DMRt 5%.

Pengamatan kecepatan tumbuh benih pada benih baru menunjukkan tidak berbeda
nyata antara varietas Bisma, Sukmaraga, Srikandi Kuning dan Lamuru dengan nilai yang
tinggi di atas 32 %/etmal. Adapun benih lama tidak berbeda nyata antara varietas Bisma,
Sukmaraga dan Srikandi Kuning, sedangkan Lamuru berbeda nyata dengan varietas lainnya
dengan nilai kecepatan tumbuh benih 27,35 %/etmal. Parameter uji lainnya menunjukkan
nilai yang baik walaupun berbeda nyata antara varietas baik pada benih baru maupun lama.
Tabel 6. Rata-rata panjang akar primer, pucuk dan jumlah akar sekunder benih jagung
bersaromil dengan masa simpan 6 bulan.
Perlakuan Panjang Akar Panjang Pucuk Jumlah
Primer (cm) Akar Sekunder
(cm)
Benih Baru
Bisma 2019 16,38d 16,38e 4,5a
Sukmaraga 2019 16,58cd 17,45cd 4,0c
Srikandi Kuning 2019 16,53cd 17,60c 4,0c
Lamuru 2019 17,25b 18,40ab 4,5a
Benih Lama
Bisma 2018 17,85a 18,68a 4,5a
Sukmaraga 2017 15.65e 18,18b 4,25b
Srikandi Kuning 2018 16,95bc 17,10d 4,0c
Lamuru 2017 14,33f 15,33f 4,0c
CV (%) 6,52 4,58 9,37
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
menurut uji DMRt 5%.

KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan pada penyimpanan suhu kamar (25-26oC dan
kelembaban relatif 50-58%) benih yang telah diberi fungisida (saromil) dengan periode
simpan 21 hari masih mempunyai mutu benih yang tinggi. Bahkan penyimpanan suhu
rendah (18-18,9oC dan Rh 50-55%) selama periode simpan 6 bulan mutu benihnya sangat
baik. Ketahanan simpan benih yang sudah diberi fungisida (saromil), dipengaruhi oleh umur
simpan benih, suhu dan kelembaban relatif ruang simpan.

DAFTAR PUSTAKA

Akhter FN, Kabir G, Mannan MA, Shaheen NN; Aging effect of wheat and barley seeds
upon germination mitotic index and chromosomal damage. J Islam Acad Sci, 1992; 5:
44-48.
Cheyed. Saddam H. 2020. Effect of Storage Method and Period on Vitality and Vigour of
Seed Wheat. Indian Journal of Ecology (2020) 47 Special Issue (10): 27-31.
Manuscript Number: S-324 NAAS Rating: 4.96.
Dejene M (2004). Grain storage methods and their effects on sorghum grain quality in
Hararge, Ethopia. PhD thesis Swedish university of Agriculture Sciences, pp. 1-29.
Irawan, A., Anggraeni, I., dan Christita, M. 2015, Identifikasi Penyebab Penyakit Bercak
Daun Pada Bibit Cempaka (Magnolia elegans (Blume) H.Keng) dan Teknik
Pengendaliannya, J Wasian, 2(2) : 87 – 94.
Isaac, O.T., E. A. Seweh, S. Apuri, B. K. Banful, S. Amoah. 2016. Effect of Storage Periods
on Seed Quality Characteristics of Three Soybean (Glycine max (L) Merrill)
Varieties. International Journal of Scientific Research in Science, Engineering and
Technology [(2)4: 823-830].
Jatnika, W., A. L. Abadi, dan L. Q. Aini. 2013. Pengaruh Aplikasi Bacillussp. dan
Pseudomonas sp. terhadap perkembangan penyakit bulai yang disebabkan oleh jamur
Peronosclerospora maydis pada tanaman jagung. Jurnal HPT, 1(4): 19-29.
Kapoor N, Arya A, Siddiqui MA, Amir A, Kumar H. 2010. Seed deterioration in chickpea
(Cicer arietinum L.) under accelerated aging. Asian J Plant Sci, 2010; 9(3): 158-162.
Mahesha, C. R., Channaveeraswami, A. S., Kurdikeri, M. B., Shekhargouda, M. and
Merwade, M. N. (200l). Storability of sunflower seeds harvested at different
maturity dates. Seed Res. 29(1): 98-102.
McDonald MB. 2004. Orthodox seed deterioration and its repair, In: Handbook of Seed
Physiology: Applications to Agriculture, Benech-Arnold R L and R.A. Sanchez
(Eds.). Food Products Press, New York, 2004; 273-304.
Oskouei B, Majidi EH, Hamidi A, Moradi F and Moghadam A 2014. Study on seed vigor
deterioration in hybrid corn (Zea mays), cv. single cross 704. Bulletin of
Environment, Pharmacology and Life Sciences 3(6): 207-210.
Owolade O. F.1, Olasoji J. O.1 and Afolabi C. G.2. 2011. Effect of storage temperature and
packaging materials on seed germination and seed-borne fungi of sorghum (Sorghum
bicolor (L.) Moench.) in South West Nigeria. African Journal of Plant Science Vol.
5(15), pp. 873-877.
Pratt, P., Bolin, P. and Godsey, C. (Eds.). (2009). Soybean Production Guide. Oklahoma
Cooperative Extension Service, Division of Agricultural Sciences and Natural
Resources, Oklahoma State University. Pp. 12-114.
Ridwan, H. M., M, Nurdin dan S. Ratih. 2015. Pengaruh Paenibacillus polymyxadan
Pseudomonas fluorescensdalam molase terhadap keterjadian penyakit bulai
(Perenosclerospora maydisL.) pada tanaman jagung manis. Agrotek Tropika, 3(1):
144-147.
Shelar, V. R. (2007). Strategies to Improve the Seed Quality and Storability of Soybean –
            A Review. Seed Technology Research Unit (NSP), Mathtme Phule Krighi Vidyprth,
Rahuri 413- 722, India. Agricultural Review, 28 (3): 188-196, 2007.
Shelar, V. R., Shaikh, R. S. and Nikam, A. S. (2008). Soybean seed quality during Storage:
A Review. Agric. Rev., 29 (2): 125 – 131.
Siadat SA, Moosavi A, Sharafizadeh M. 2012. Effect of seed priming on antioxidant activity
and germination characteristics of Maize seeds under different aging treatments.
Research Journals of Seed Science, 2012; 5(2): 51-62.
Subedi KD, Ma BL; Seed priming does not improve corn Yield in a humid temperate
environment. Agron. J, 2005; 97: 211-218.
Tariq. M., S. Dawar and F.S. Mehdi. 2005. Effect of moisture and storage temperature on
seed borne mycoflora of soybean. Int .J. Biol. Biotech., 2(4): 947-958.
Tiwari RKS and Das K 2014. Impact of differential storage conditions on seed germination
and viability of some medicinal plants. African Journal Agric. Research 9(20): 1578-
1585.
Volenik, Mirna., Vlatka Rozman, Irma Kalinovic, Anita Liska, Darko Kis, Branimir Simic.
2007. Influence of Relative Humidity and Temperature on the Changes in Grain
Moisture in Stored Soybean and Maize. Agriculturae Conspectus Scientifi cus | Vol.
72 (2007) No. 3 (215-219).

Anda mungkin juga menyukai