Anda di halaman 1dari 7

Nama : Candra S.K.

Putri

Fakultas : Ekonomi

Prodi : D3 Akuntansi

Kelompok : Raja Pramudha Wardhani

Peran Mahasiswa dalam Pergerakan Sosial

Pendahuluan

Muatan lokal merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang mengembangkan


keterampilan yang relevan dengan karakteristik dan potensi daerah, termasuk
keunggulan daerah, materi yang tidak dapat dikelompokkan dalam mata pelajaran
yang ada. Muatan mata pelajaran lokal dapat ditentukan oleh satuan pelajaran,
tetapi tidak terbatas pada kompetensi mata pelajaran.

Pembangunan karakter telah menjadi fondasi kehidupan setiap bangsa.


Diharapkan pendidikan karakter berbasis budaya dan kearifan lokal tidak hanya
dapat meningkatkan khazanah budaya Indonesia, tetapi juga dapat meningkatkan
harkat dan martabat bangsa Indonesia di kancah dunia. Kearifan sebagai gagasan
lokal yang dianut masyarakat memberikan kontribusi yang besar dalam
pembentukan karakter. Fungsi kecerdasan lokal diciptakan dan dihubungkan
dengan situasi global Dalam Jurnal Wagiran, pendidikan berbasis pengetahuan
Lokalitas merupakan pendidikan yang mengajarkan siswa untuk tetap melekat
pada situasi spesifik yang mereka hadapi (Wagiran, 2012). Nilai-nilai intelektual
lokal dalam masyarakat sangat erat kaitannya dengan kepribadian yang akan
dibentuk. Tanpa disadari, nilai-nilai budaya dan intelektual lokal masih ada di
masyarakat dan dapat dijadikan sebagai muatan pendidikan karakter. Meskipun
nilai-nilai tradisi intelektual lokal berbeda, namun memiliki kesamaan ketika
nilai-nilai tradisional disinkronkan dengan proses sosiokultural atau psikologis.
Seperti dikutip dalam Jurnal Pendidikan, Dr Ali Mustadi, profil kepribadian dalam
konteks keseluruhan proses sosiokultural dapat dikelompokkan menjadi:
Olah Hati (kutipan mental dan emosional). Pikiran (Kutipan Intelektual),
Olah Raga dan Gerak (Kutipan Fisik dan Gerak), dan Olah Raga Rasa dan
Kemauan (Kutipan Emosional dan Kreatif) (Mustadi. 2010). Hubungannya
dengan kearifan lokal sebagai landasan karakter, rasa dan karsa memiliki
kontribusi yang sangat besar. Dengan kearifan lokal ini akan lebih bermakna
dalam membina kepribadian siswa. Mengutip dari artikel Asriati, perlu
menghidupkan kembali budaya lokal (local wisdom) yang terkait dengan
konstruksi pendidikan karakter, karena pada gilirannya akan membawa kearifan
lokal kepada peserta didik (Asriati). , dua ribu tiga belas).

Di antara nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat yang bersumber


dari agama, ada pula yang bersumber dari adat. Kearifan lokal di komunitas ini
mengajarkan kiat-kiat siswa untuk meningkatkan pengetahuan dan prestasi,
bekerja keras, berbicara lancar, menghormati orang lain, peduli lingkungan,
kreatif, cinta dan bersatu. Pendidikan karakter. harus didasarkan pada kearifan
lokal dan nilai-nilai budaya. kata Asriati. upaya yang diperlukan adalah upaya
substansial kearifan lokal, misalnya kecanggihan dipandang sebagai keramahan
sejati, harga diri digelembungkan dalam upaya mengembangkan prestasi, dll.
(Asriati, 2013). Keanekaragaman budaya negeri ini sangat relevan jika dikaitkan
dengan pendidikan karakter berbasis kearifan lokal. Kearifan lokal dapat berupa
nyanyian, peribahasa, ritual adat, petuah bijak. Salah satunya adalah kearifan lokal
yang ada di sekitar wilayah Yogyakarta dan sekitarnya. DIY/Yogyakarta:
Sendirian sambil bercanda (perlahan selagi aman : hati-hati), Sambatan
(dukungan). Kearifan Solo yaitu, Ngono yo ngoo nego ojo ngojo (melakukan tapi
tidak melakukan), dan Jawa Timur dengan ajaran Siro yo ingsun, ingsun yo siro
(kesetaraan internasional atau egalitarianisme), ugo (persaudaraan) (Encyclopedia
of Ethnic States in Indonesia, 1995 dalam Journal of the role of locality in
character education yang ditulis oleh Fajarini, 2014). Kearifan lokal bersifat
adaptif untuk menjaga keharmonisan dengan lingkungan, dengan karakter ini,
pendidikan paling tepat bila didasarkan pada budaya dan kearifan lokal. Karakter
berbasis kearifan lokal memiliki implikasi emosional yang mendalam bagi para
peserta, khususnya sekolah dasar.
Pembahasan

Dalam segala bidang kehidupan, mahasiswa menempati posisi yang unik


dan dianggap sebagai orang yang sangat cerdas. Mahasiswa dengan berbagai cara
dipaksa untuk berpartisipasi dalam perubahan menjadi lebih baik. Yang
merupakan harapan masyarakat luas bagi mahasiswa dipandang sebagai agen
perubahan sosial.

Selain itu, mahasiswa lebih mengarah aktif dan cenderung fleksibel, artinya
mereka dapat bekerja di hampir semua kelas sosial. Ketika orang membutuhkan
bantuan, mahasiswa bersedia turun tangan dan memberikan apa yang dibutuhkan,
baik secara mental maupun fisik. Dan ketika berhadapan dengan kelompok
mandarin juga harus mengikuti kebijaksanaannya. Akibatnya, mahasiswa
memiliki peran strategis dalam segala bidang kehidupan dan dipandang sebagai
agen perubahan.

Mahasiswa memiliki peran besar dalam proses perubahan sosial. Merekalah


yang mewariskan nilai-nilai dari generasi ke generasi. Sebagai mahasiswa yang
merupakan bagian dari masyarakat intelektual, mereka menempati posisi strategis
dengan berpartisipasi dalam pekerjaan sosial menuju kemandirian masyarakat,
dalam bidang ekonomi, politik, kemasyarakatan, kemasyarakatan dan budaya.
Dan sebagai masyarakat terpelajar, mahasiswa merupakan salah satu faktor kunci
penentu transformasi bangsa menuju pemerataan dan kesejahteraan.

Oleh karena itu, jika kita menganalisis posisi mahasiswa secara sederhana,
mereka adalah karakter rata-rata. Artinya dalam kehidupan bermasyarakat,
mahasiswa menjadi bagian atau anggota masyarakat dan pejabat serta kaum
intelektual juga dapat berpartisipasi.

Berbicara tentang gerakan intelektual mahasiswa, kita langsung berpikir


tentang gerakan yang dilakukan oleh anak muda dengan banyak kegiatan seru
seperti pertemuan, ceramah ilmiah, konferensi, seminar, dll. di dalam dan di luar
kampus. Dan ketika mereka bergabung dengan sebuah organisasi, mereka
menampilkan diri mereka sebagai kelompok yang penting dan konstruktif dalam
ketidaksetaraan sosial, kebijakan politik, ekonomi, dan masalah lainnya.
Mahasiswa dalam kesadarannya sangat menentang bentuk-bentuk penyimpangan
yang terjadi di lingkungannya. Akhirnya, idealisme seringkali muncul dan
mendesak mereka untuk memperjuangkan aspirasinya. Di sinilah pemikiran kritis
dan konstruktif berperan.

Berbagai kegiatan dilakukan mahasiswa untuk menunjukkan rasa


kepeduliannya terhadap masyarakat. Namun, jelas bahwa beberapa gerakan
mahasiswa kurang memiliki visi yang jelas, kurang perspektif. Hal ini
dikarenakan mahasiswa kurang memiliki kesadaran terhadap suatu gerakan yang
cenderung euforia. Kini peran mahasiswa seakan semakin tergerus oleh perubahan
sosial, kini hanya segelintir mahasiswa yang bertahan dalam melakukan gerakan
reformasi.

Lebih ironis lagi, gerakan mahasiswa telah melakukan tindakan anarki dan
vandalisme. Oleh karena itu, sudah sewajarnya mahasiswa menyadari peran dan
kewajibannya untuk mengemban misi bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Oleh karena itu, jadilah mahasiswa sebagai agen perubahan.
Kesimpulan

Fungsi mahasiswa sebagai pengendali sosial sangat penting. Fungsi


mahasiswa adalah untuk mengontrol hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai
keadilan dalam masyarakat. Hal ini dilakukan dengan memberikan saran, kritik
dan solusi terhadap permasalahan sosial masyarakat dan bangsa. Sebagai lulusan
yang berkualitas, mahasiswa diharapkan mampu menjadi jembatan masyarakat
melawan kesewenang-wenangan birokrasi.

Referensi

https://www.kompas.com/stori/read/2021/08/29/110000279/sejarah-
gerakan-mahasiswa-di-indonesia-sejak-1908-hingga-reformasi

https://www.kompasiana.com/ahmadmuhibullah/55112ac2813311793cbc73
72/peran-mahasiswa-dan-pergerakan-mahasiswa

https://onlinelearning.binus.ac.id/2022/01/12/8-peran-dan-fungsi-
mahasiswa-bagi-kehidupan-
bermasyarakat/#:~:text=Fungsi%20mahasiswa%20sebagai%20kontrol%20sosial,s
osial%20di%20masyarakat%20maupun%20bangsa.

Anda mungkin juga menyukai