Anda di halaman 1dari 16

A.

PENGERTIAN

1. Pergaulan

Pergaulan (interpersonal relationship) adalah hubungan antar manusia

Yang dibina akibat kebutuhan hidup manusia sebagai makhluk sosial untuk

Saling berinteraksi satu dengan yang lain yang dalam kesehariannya selalu

Membutuhkan orang lain. Pergaulan juga merupakan salah satu HAM dan

Tidak boleh dibatasi, apalagi dengan melakukan diskriminasi, sebab hal itu

Melanggar HAM. Jadi pergaulan antar manusia harusnya bebas, tetapi tetap

Mematuhi norma hukum, norma agama, norma budaya, serta norma

Bermasyarakat. Jadi, dalam membina pergaulan harus teratur atau dibatasi

Aturan dan norma sehingga tidak merugikan pihak lain.

2. Remaja

Masa remaja adalah masa transisi/ peralihan dari masa kanak-kanak

Menuju dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis &

Psikososial. Remaja terbagi menjadi beberapa tahap yaitu remaja awal (13-14

Tahun), remaja tengah (15-17 tahun), dan remaja akhir (18-21 tahun)

Istilah “Remaja” berasal dari bahasa latin “Adolescere” yang berarti

Remaja. Mencakup kematangan mental, emosi, social, dan fisik. Pandangan

Ini diungkapkan oleh Jhon Pieget, :secara psikologi masa remaja adalah usia

Saat individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia saat anak tidak

Lagi merasa dibawah tingkat orang yang lebih tua, melainkan berada dalam

Tingkat yang sama. Presepsi umum tentang remaja merupakan kelompok yang

Biasanya tidak berada dengan kelompok manusia yang lain, ada yang

Berpendapat bahwa remaja adalah kelompok orang-orang yang sering

Menyusahkan orang tua. Remaja merupakan kelompok manusia yang penuh

Dengan potensi berdasarakan catatan sejarah remaja Indonesia yang penuh

Vitalitas, semangat patriotisme yang menjadi harapan penerus bangsa Perlu


Dilakukan pembinaan remaja oleh orang tua dan guru harus memahami

Kejiwaan dan dunia mereka. Bila tidak akan menimbulkan efek yang tidak

Diharapkan.

Masa remaja melalui 6 perkembangan yaitu

a. Perkembangan Motorik
b. Perkembangan Kognitif
c. Perkembangan Sosial Pribadi
d. Perkembangan Emosi
e. Perkembangan Komunikasi
f. Perkembangan Spritual

3. Kenakalan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kenakalan dengan kata dasar

Nakal adalah suka berbuat tidak baik, suka mengganggu, dan suka tidak

Menurut. Sedangkan kenakalan adalah perbuatan nakal, perbuatan tidak baik

Dan bersifat mengganggu ketenangan orang lain ; tingkah laku yang

Melanggar norma kehidupan masyarakat. Kenakalan remaja di era modern ini

Sudah melebihi batas yang sewajarnya. Definisi kenakalan remaja menurut

Para ahli, salah satunya adalah Kartono seorang ilmuan sosiologi

Mengemukakan pendapatnya bahwa Kenakalan Remaja atau dalam bahasa

Inggris dikenal dengan istilah juvenile delinquency merupakan gejala

Patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian

Sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang

Menyimpang”. Dan Santrock mengatakan bahwa ”Kenakalan remaja

Merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak dapat diterima

Secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal.

Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari

Norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut


Akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Banyak anak

Dibawah umur yang sudah mengenal Rokok, Narkoba, Freesex, dan terlibat

Banyak tindakan kriminal lainnya.

4. Kenakalan Anak

Istilah baku tentang kenakalan remaja dalam konsep psikologi adalah

Juvenily delinquency. Secara etimologis dapat dijabarkan bahwa

Juvenile berarti anak. Jika meenyangkut subjek/pelaku, maka juvenile

Delinquency berarti anak penjahat atau anak jahat.

Pada awalnya juvenile delinquency diartikan sebagai kenakalan anakanak, namun manakala
masyarakat merasakan dampak negatif yang Ditimbulkannya, maka timbul kesimpang siuran dalam
mengartikan juvenile Delinquency tersebut, sebab rata-rata pelakunya adalah para remaja yang

Tentu dilihat dari umur, sudah tidak bisa lagi disebut sebagai anak-anak.

Pergeseran pengertian juvenile delinquency, dari kenakalan anak menjadi

Kenakalan remaja, dapat dipahami karena para delinkuen kebanyakan bukan

Anak-anak, tapi para remaja, walau dalam praktik hukum di pengadilan

Dianggap termasuk yurisdiksi pengadilan anak („Juvenile Court).

Terlepas dari adanya kerancuan pengertian tersebut, yang jelas dambaan

Seluruh masyarakat pada dasarnya sama, yaitu terciptanya kehidupan yang

Damai, untuk menciptakan kedamian itu diperlukan adanya norma-norma/

Hukum/ aturan. Untuk menegakkan hukum/ norma/ aturan dalam kehidupan

Diperlukan adanya kesadaran berperilaku sesuai dengan norma/ hukum/

Aturan yang berlaku bagi anggota masyarakat itu.

Sehubungan dengan hal tersebut dikatakan bahwa

“ tempat dari kesadaran hukum adalah sebagai perantara atau mediator

Antara hukum dengan perilaku manusia. Hukum, baik sebagai kaidah

Maupun perilaku yang ajeg atau unik, mempunyai tujuan agar kehidupan

Manusia dalam masyarakat berlangsung dalam keadaan damai. Kedamaian

Tersebut akan tercapai dengan mengusahakan, agar hukum itu dipatuhi”.

Perbuatan para delinkuen bukan hanya berakibat negatif pada pelaku,


Tapi lebih jauh lagi perbuatan melawan hukum/ norma/ tata aturan yang ada

di masyarakat, yang dirasakan langsung oleh masyarakat sebagai bentuk

„kejahatan‟ yang telah merusak kedamaian hidup dan kehidupan masyarakat

tersebut, sehingga adalah hal yang seharusnya dilakukan oleh semua orang

sebagai anggota masyarakat untuk mengupayakan bagaimana tindak

delinkuensi ini bisa ditekan dan bahkan kalau bisa hilang sama sekali.

Menurut B. Simanjuntak, kenakalan siswa adalah perbuatan anak yang

melanggar norma-norma, baik norma sosial, norma hukum, norma

kelompok, mengganggu ketentraman masyarakat sehingga yang berwajib

mengambil tindakan pengasingan.

Kenakalan anak/remaja merupakan perbuatan pelanggaran norma-norma

baik norma hukum maupun norma sosial. Menurut Paul Moedikdo, SH

kenakalan remaja adalah :

a. Perbuatan yang dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi

anak-anak merupakan kenakalan jadi semua yang dilarang oleh hukum

pidana, seperti mencuri, menganiaya dan sebagainya.

b. Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu untuk

menimbulkan keonaran dalam masyarakat.

c. Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi

sosial.

5. Etika Dan Etiket

Bergaul adalah hal yang sangat diperlukan oleh remaja untuk mencari jati

dirinya yang sebenarnya. Namun dalam bergaul, remaja rentan mencoba halhal baru yang kerap kali
merusak masa depannya. Akibat pergaulan yang

salah tersebut etika dan etiket dari remaja mulai merosot. Etika dan etiket

mempunyai arti yang berbeda. Perbedaan antara etika dan etiket yaitu

a. Etika merupakan falsafah moral yang dilandasi agama, budaya,

perilaku mana yang baik dan buruk.

b. Etiket adalah aturan sopan santun dan tata cara pergaulan yang baik

antara sesama manusia. Etiket bisa disebut sebagai golden rules

yang menyatakan “perlakukan orang lain sebagaimana kamu ingin


diperlakukan”. Karena itu, orang yang memahami etiket

memperlakukan orang lain dengan baik dan respek, sehingga akan

lebih diterima dalam pergaulan.

Etiket remaja tidak hanya mengenai cara bergaul yang benar, tetapi juga

Menyangkut tentang berkehidupan dengan lingkungan manusia, alam dan

Segala isinya termasuk flora dan fauna. Bila berkaitan hubungan dengan

Sesama manusia maka komunikasi dan sosialisasi sangat memerlukan etika.

Etika tersebut bisa saja mengenai cara berpacaran yang benar, aturan sopan

Santun yang umum, sampai cara bergaul yang baik dalam situasi yang

Spesifik. Etika remaja juga meliputi komunikasi dengan orang lain, cara

Bersikap di depan umum, cara berbusana yang pantas untuk setiap

Kesempatan. Remaja yang memahami etiket akan lebih berhasil dalam

Pergaulan. Berinteraksi dengan orang lain tidak membuatnya sengsara, malah

Membuat suasana hati ceria.

Remaja juga diingatkan untuk belajar berbagai tata krama, dari mulai tata

Krama menghadiri pesta, bersilaturahmi, bepergian, mengemudi di jalan raya,

Merokok, sampai tata krama bergaul dengan orang lain dan lawan jenis,

Berkata tidak untuk ajakan kencan seks, narkoba dan miras. Remaja harus

Diberi pengertian, agar mereka tumbuh menjadi remaja yang penuh empati.

Untuk mencapai sukses dalam banyak hal, paling esensial yang perlu dimiliki

Oleh remaja dan generasi muda sekarang ini adalah etiket. Etiket harus

Bersandarkan pada etika. Etiket adalah kebutuhan hakiki.

Untuk urusan berpacaran, remaja juga harus punya etiket. “Menembak”

Atau mengutarakan cinta juga ada etiketnya, demikian halnya sopan-santun

Dalam berkencan, yang paling utama adalah ’say no to sex’. Jangan tertipu

Oleh janji-janji manis cowok. Misalnya, “Aku akan bertanggungjawab kok,

Aku akan nikahin kamu”. Cowok yang gampang berjanji biasanya gampang

Mengingkari.
B. PEMBAHASAN

Pergaulan remaja tidak hanya berdampak negative tapi juga ada yang positif.

Berikut pembahasannya.

1. Pergaulan Positif

Pergaulan positif dari remaja membawa dampak yang positif pula untuk

remaja tersebut. Berikut beberapa gambar dari pergaulan positif.

2. Pergaulan Negatif

Pergaulan negative dari remaja menyebabkan kenakalan remaja. Berikut

Beberapa contoh kenakalan remaja.

a. Mengkonsumsi Alcohol
Alcohol merupakan substansi utama yang sering dikonsumsi oleh

Remaja dan sering berhubungan dengan kecelakaan kendaraan

Bermotor yang merupakan penyebab utama kematian remaja. Menurut clinical and experimental
research, remaja yang mengkonsumsi

Narkoba berkurang ingatannya 10%.

b. Penggunaan Narkoba

Remaja yang menggunakan narkoba bukan berarti memiliki moral

Yang lemah. Banyaknya zat candu yang terdapat pada narkoba

Membuat remaja sulit melepaskan diri dari jerat narkoba jika tak

Dibantu oleh orang-orang yang berada disekitarnya.


c. Aborsi

Saat ini tiap hari ada 100 remaja yang melakukan aborsi karena

kehamilan diluar nikah. Jika dihitung per tahun, 36 ribu janin dibunuh

oleh remaja dari rahimnya. Ini menunjukkan pergaulan seks bebas di

kalangan remaja Indonesia begitu memprihatinkan.

c. Hubungan Pra-Nikah

Beberapa factor yang mempengaruhi remaja untuk melakukan

Hubungan seks pra nikah karena membaca buku porno dan menonton

Blue film. Adapun motivasi utama melakukan senggama adalah suka

Sama suka, pengaruh teman, kebutuhan biologis, pengaruh ekonomi,

Dan merasa kurang taat pada nilai agama.

d. Glamour

Glamour adalah hidup berfoya-foya penuh kemewahan. Hal ini sering

Dilakukan remaja untuk memenuhi gengsinya.

e. Kebut-Kebutan di Jalananan

Kebut-kebut di jalananan mengganggu keamanan lalu lintas dan

Membahayakan jiwa serta orang lain.

f. Membolos sekolah
Membolos sekolah lalu bergelandangan sepanjang jalan dan kadangkadang pergi ke warnet
untuk bermain game.

g. Perjudian

Perjudian dan bentuk-bentuk permainan lain dengan taruhan, seperti

Permainan domino, remi dan lain-lain.

h. Berkelahi

Perkelahian antar geng, antar kelompok, antar sekolah, sehingga harus

Melibatkan pihak yang berwajib.

3. Dampak

a. Pergaulan Positive

Pergaulan positif dari remaja membawa dampak yang baik pula bagi

remaja. Berikut contohnya.

 Masa depan lebih terjamin

 Orang tua merasa bangga

 Prestasi dapat diraih

 Cita-cita dapat diwujudkan

 Waktu tidak tebuang cuma-cuma

 Memiliki bekal ketrampilan di masa depan (jika mengikuti

ekskul)

 Mempunyai banyak teman

 Nama baik tetap terjaga, dll.

b. Pergaulan Negative

Dampak dari pergaulan negative dari remaja yaitu

 Untuk pelaku:

 Berdosa kepada Tuhan dan diri sendiri

 Mencemarkan bait Allah


 Sekolah mereka terganggu

 Jarang pulang kerumah

 Membuang-buang waktu untuk hal yang sia-sia

 Masa depan menjadi berantakan

 Dikucilkan masyarakat

 Aborsi

 Tertular Penyakit menular kelamin (PMS)

 Hamil di luar nikah

 Nama baik keluarga, sekolah, dan diri sendiri rusak

 Hilangnya kepercayaan orangtua

 Masa depan menjadi suram

 Hilangnya harga diri di depan masyarakat

 Penyesalan seumur hidup

 Penderitaan seumur hidup

 Kematian di usia muda

 Dianggap sebagai sampah masyarakat.

b. Untuk orangtua:

 Mendapat malu dan sindiran tetangga

 Frustasi

 Harus mengeluarkan uang untuk hal yang sia-sia

 Mendapat kerugian baik mental, fisik, dan rohani.

 Merasa berdosa.

4. Penyebab Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja-remaja

yang gagal dalam menjalani proses-proses perkembangan jiwanya,

baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya. Masa

kanak-kanak dan masa remaja berlangsung begitu singkat, dengan

perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat. Secara

psikologis, kenakalan remaja merupakan wujud dari konflik-konflik

yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun


remaja para pelakunya. Seringkali didapati bahwa ada trauma dalam

masa lalunya, perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari

lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi lingkungan, seperti

kondisi ekonomi yang membuatnya merasa rendah diri, dan

sebagainya. Penyebab kenakalan remaja antara lain

1. `Faktor Internal (Dalam)

a. Reaksi frustasi diri

Dengan semakin pesatnya usaha pembangunan, modernisasi yang

berakibat pada banyaknya anak remaja yang tidak mampu

menyesuaikan diri terhadap berbagai perubahan sosial itu. Mereka

lalu mengalami banyak kejutan, frustasi, ketegangan batin dan

bahkan sampai kepada gangguan jiwa.

b. Gangguan pengamatan dan tanggapan pada anak remaja

Adanya gangguan pengamatan dan tanggapan di atas sangat

Mengganggu daya adaptasi dan perkembangan pribadi anak yang

Sehat. Gangguan pengamatan dan tanggapan itu, antara lain :

Halusinasi, ilusi dan gambaran semua. Tanggapan anak tidak

Merupakan pencerminan realitas lingkungan yang nyata, tetapi

Berupa pengolahan batin yang keliru, sehingga timbul interpretasi

Dan pengertian yang salah. Sebabnya ialah semua itu diwarnai

Harapan yang terlalu muluk, dan kecemasan yang berlebihan.

c. Gangguan berfikir dan intelegensi pada diri remaja

Berfikir mutlak perlu bagi kemampuan orientasi yang sehat dan

Adaptasi yang wajar terhadap tuntutan lingkungan. Berpikir juga

Penting bagi upaya pemecahan kesulitan dan permasalahan hidup

Sehari-hari. Jika anak remaja tidak mampu mengoreksi pekiranpekirannya yang salah dan tidak
sesuai dengan realita yang ada,

Maka pikirannya terganggu.


d. Gangguan perasaan pada anak remaja

Perasaan memberikan nilai pada situasi kehidupan dan

Menentukan sekali besar kecilnya kebahagiaan serta rasa

Kepuasan. Perasaan bergandengan dengan pemuasan terhadap

Harapan, keinginan dan kebutuhan manusia. Jika semua tadi

Terpuaskan, orang merasa senang dan bahagia. Gangguangangguan fungsi perasaan itu antara lain :

1) Inkontinensi emosional ialah tidak terkendalinya perasaan yang

Meledak-ledak, tidak bisa dikekang.

2) Labilitas emosional ialah suasana hati yang terus menerus

Berganti-ganti dan tidak tetap. Sehingga anak remaja akan cepat

Marah, gelisah, tidak tenang dan sebagainya.

3) Ketidak pekaan dan mempunyai perasaan biasa disebabkan

Oleh sejak kecil anak tidak pernah diperkenalkan dengan kasih

Sayang, kelembutan, kebaikan dan perhatian.

4) Kecemasan merupakan bentuk “ketakutan” pada hal-hal yang

Tidak jelas, tidak riil, dan dirasakan sebagai ancaman yang tidak

Bisa dihindari.

2. Faktor Eksternal (Luar)

Selain faktor dari dalam ada juga faktor yang datang dari luar anak

Tersebut, antara lain :

a. Keluarga

Tidak diragukan bahwa keluarga memegang peranan penting dalam

Pembentukan pribadi remaja dan menentukan masa depannya.


Mayoritas remaja yang terlibat dalam kenakalan atau melakukan

Tindak kekerasan biasanya berasal dari keluarga yang berantakan,

Keluarga yang tidak harmonis di mana pertengkaran ayah dan ibu

Menjadi santapan sehari-hari remaja. Bapak yang otoriter,

Pemabuk, suka menyiksa anak, atau ibu yang acuh tak acuh, ibu

Yang lemah kepribadian dalam atri kata tidak tegas menghadapi

Remaja, kemiskinan yang membelit keluarga, kurangnya nilai-nilai

Agama yang diamalkan dll semuanya menjadi faktor yang

Mendorong remaja melakukan tindak kekerasan dan kenakalan.

Struktur keluarga anak nakal pada umumnya menunjukkan

Beberapa kelemahan/cacat di pihak ibu, antara lain ialah sebagai

Berikut:

1) Ibu ini tidak hangat, tidak mencintai anak-anaknya, bahkan

Sering membenci dan menolak anak laki-lakinya, sama sekali tidak

Acuh terhadap kebutuhan anaknya.

2) Ibu kurang mempunyai kesadaran mengenai fungsi kewanitaan

Dan keibuannya; mereka lebih banyak memiliki sifat ke jantanjantanan.

3) Reaksi terhadap kehidupan anak-anaknya tidak adekuat, tidak

Cocok, tidak harmonis. Mereka tidak sanggup memenuhi kebutuhan

Anak-anaknya, baik yang fisik maupun yang psikis sifatnya

4) Kehidupan perasaan ibu-ibu tadi tidak mantap, tidak konsisten,

Sangat mudah berubah dalam pendiriannya, tidak pernah

Konsekuen., dan tidak bertanggung jawab secara moral.

Beberapa kelemahan di pihak ayah yang mengakibatkan anaknya

Menjadi nakal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1) Mereka menolak anak laki-lakinya.


2) Ayah-ayah tadi hampir selalu absen atau tidak pernah ada di
Tengah keluarganya, tidak perduli, dan sewenang-wenang terhadap

Anak dan istrinya.

3) Mereka pada umumnya alkoholik, dan mempunyai prestasi

Kriminalitas, sehingga menyebarkan perasaan tidak aman

(insekuritas) kepada anak dan istrinya.

4) Ayah-ayah ini selalu gagal dalam memberikan supervisi dan

Tuntunan moral kepada anak laki-lakinya.

5) Mereka mendidik anaknya dengan disiplin yang terlalu ketat

Dan keras (otoriter) atau dengan disiplin yang tidak teratur, tidak

Konsisten.

Selain itu, ada juga beberapa faktor yang datang dari keluarga

Antara lain : 1) Rumah tangga berantakan. Bila rumah tangga terus –

Menerus dipenuhi konflik yang serius, menjadi retak, dan akhirnya

Mengalami perceraian, maka mulailah serentetan kesulitan bagi

Semua anggota keluarga, terutama anak-anak. Pecahlah harmonis

Dalam keluarga, dan anak menjadi sangat bingung, dan merasakan

Ketidakpastian emosional. Dengan rasa cemas, marah dan risau

Anak mengikuti pertengkaran antara ayah dengan ibu. Mereka tidak

Tahu harus memihak kepada siapa. Batin anak menjadi sangat

Tertekan, sangat menderita, dan merasa malu akibat ulah orang tua

Mereka. Ada perasaan ikut bersalah dan berdosa, serta merasa malu

Terhadap lingkungan.

2) Perlindungan lebih dari orang tua. Bila orang tua terlalu banyak

Melindungi dan memanjakan anak-anaknya, dan menghindarkan

Mereka dari berbagai kesulitan atau ujian hidup yang kecil, anakanak pasti menjadi rapuh dan tidak
akan pernah sanggup belajar Mandiri. Mereka akan selalu bergantung pada bantuan orang tua,

Merasa cemas dan bimbang, ragu selalu; aspirasi dan harga-dirinya tidak bisa tumbuh berkembang.
Kepercayaan dirinya menjadi Hilang.
3) Penolakan orang tua. Ada pasangan suami-istri yang tidak

Pernah bisa memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu. Mereka

Ingin terus melanjutkan kebiasaan hidup yang lama, bersenangsenang sendiri seperti sebelum
menikah. Mereka tidak mau

Memikirkan konsekuensi dan tanggung jawab selaku orang dewasa

Dan orang tua. Anak-anaknya sendiri ditolak, dianggap sebagai

Beban, sebagai hambatan dalam meniti karir mereka. Anak mereka

Anggap Cuma menghalang-halangi kebebasan bahkan Cuma

Merepotkan saja.

5) Pengaruh buruk dari orang tua. Tingkah laku kriminal, asusila

(suka main perempuan, korup, senang berjudi, mabuk-mabukan,

Kebiasaan minum dan menghisap rokok berganja, bertingkah

Sewenang-wenang, dsb) dari orang tua atau salah seorang anggota

Keluarga bisa memberikan pengaruh menular atau infeksius kepada

Anak. Anak jadi ikut-ikutan kriminal dan asusila, atau menjadi antisosial. Dengan begitu kebiasaan
buruk orang tua mengkondisionir

Tingkah laku dan sikap hidup anak-anaknya.

b. Lingkungan sekolah yang tidak menguntungkan

Sekolah kita sampai waktu sekarang masih banyak berfungsi

Sebagai “sekolah dengar” daripada memberikan kesempatan luas

Untuk membangun aktivitas, kreativitas dan inventivitas anak.

Dengan demikian sekolah tidak membangun dinamisme anak, dan

Tidak merangsang kegairahan belajar anak. Selanjutnya, berjam-jam

Lamanya setiap hari anak-anak harus melakukan kegiatan yang

Tertekan, duduk, dan pasif mendengarkan, sehingga mereka menjadi jemu, jengkel dan apatis. Di
kelas, anak-anak-terutama

para remajanya sering mengalami frustasi dan tekanan batin,

merasa seperti dihukum atau terbelenggu oleh peraturan yang

"tidak adil". Di satu pihak pada dirinya anak ada dorongan naluriah
untuk bergiat, aktif dinamis, banyak bergerak dan berbuat; tetapi di

pihak lain anak dikekang ketat oleh disiplin mati di sekolah serta

sistem regimentasi dan sistem sekolah-dengar. Ada pula guru yang

kurang simpatik, sedikit memiliki dedikasi pada profesi, dan tidak

menguasai didaktik-metodik mengajar. Tidak jarang profesi

guru/dosen dikomersialkan, dan pengajar hanya berkepentingan

dengan pengoperan materi ajaran belaka. Perkembangan

kepribadian anak sama sekali tidak diperhatikan oleh guru, sebab

mereka lebih berkepentingan dengan masalah mengajar atau

mengoperkan informasi belaka.

c. Media elektronik

TV, video, film dan sebagainya nampaknya ikut berperan merusak

mental remaja. Padahal mayoritas ibu-ibu sibuk menyuruh anaknya

menonton TV sebagai upaya menghindari tuntutan anak yang tak

ada habisnya. Sebuah penelitian lapangan yang pernah dilakukan di

Amerika menunjukkan bahwa film-film yang memamerkan tindak

kekerasan sangat berdampak buruk pada tingkah laku remaja. Anak

yang sering menonton film-film keras lebih terlibat dalam tindak

kekerasan ketika remaja dibandingkan dengan teman-temannya

yang jarang menonton film sejenis. Polisi Amerika menyebutkan

bahwa sejumlah tindak kekerasan yang pernah ditangani polisi

ternyata dilakukan oleh remaja persis sama dengan adegan-adegan

film yang ditontonnya. Ternyata anak meniru dan

mengindentifikasi film-film yang ditontonnya.

d. Pengaruh pergaulan

Di usia remaja, anak mulai meluaskan pergaulan sosialnya dengan

teman-teman sebayanya. Remaja mulai betah berbicara berjam-jam melalui telepon. Topik
pembicaraan biasanya seputar pelajaran,

film, TV atau membicarakan cowok/ cewek yang ditaksir dsb.

Anda mungkin juga menyukai