Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Ilmiah Psikologi MANASA

2016, Vol. 5, No. 1, 1-14

WORK ENGAGEMENT KARYAWAN MRN TERHADAP IMPLEMENTASI


APLIKASI DATA ANALISIS SDM

Meirlyn Mewengkang dan Hana Panggabean


Magister Psikologi Profesi, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
meirlyn188@gmail.com; hanaatmoko@gmail.com

Abstrak

Corporate Human Resources (CHR) di MRN merupakan salah satu divisi yang menjadi
ujung tombak bagi MRN khususnya untuk pengelolaan sumber daya manusia. MRN
merupakan sebuah perusahaan inti yang membawahi sirkulasi MRN dan juga unit-unit bisnis
yang dimiliki. CHR MRN sangat diharapkan dapat memberikan analisis data guna membantu
pengambilan keputusan yang strategis, sehingga sejalan dengan visi yang dimiliki. Namun
fakta yang terjadi di MRN menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan di CHR masih
menyajikan laporan berupa data mentah yang sangat deskriptif. Data seperti ini kurang dapat
digunakan untuk pengambilan keputusan strategis di bidang SDM. Permasalahan yang
dihadapi tersebut menunjukkan adanya persoalan work engagement, dimana karyawan
kurang memiliki kemauan untuk mengupayakan kemampuan yang dimiliki semaksimal
mungkin untuk melakukan analisis data. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan skala Utrecht Work Engagement Scale-17 yang disebarkan kepada 55
karyawan CHR di MRN. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah anova one-way.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan CHR memiliki tingkat work
engagement pada kategori sedang, yaitu sebesar 69%, pada kategori rendah 18%, dan pada
kategori tinggi 13%. Dari hasil perhitungan statistik diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan pada data demografi masa kerja, dimana kelompok masa kerja 1-5 tahun
memiliki skor terendah dibandingkan dengan kelompok masa kerja yang lainnya. Mengingat
pentingnya untuk meningkatkan work engagement karyawan agar dapat mendukung
efektivitas perusahaan, maka dirancang sebuah intervensi untuk program sosialisasi,
penyusunan form rencana kerja karyawan dan pemberian feedback dari atasan yang disertai
dengan form monitoring.

Kata kunci: work engagement, corporate human resources, HR data analytic

Abstract

Corporate Human Resources (CHR) is a division at MRN that has a role to manage human
resources in the company. MRN is a holding company, supervising its business units, and
through its business units, mostly operates in mass media. In line with its vision, CHR MRN
is highly expected to provides data analysis to help higher management in making strategic
decision. But in fact, most of CHR’s employee only provides documentation data. This kind
data can’t be used for strategic decision making in Human Recources. This situation shows
there is indication of work engagement problem, where the employee’s lack of willingness to
make and provide analysis data. The data collection method used Utrecht Work Engagement
Scale-17 and 55 respondents at CHR’s MRN participated in this research. Data analysis
technique used in this research is anova one-way. The result of this research shows that 69%
CHR’s employees have work engagement in the middle level, an there is 18% in the low level,
and the rest is 13 % in the high level. Result of statistic calculation shows that there is
significant difference in demographic data, such as working period, where group of

1
employees that have 1-5 years working period have lowest score comparing with other group
of employees. Considering the importance of increasing work engagement to improve
company effectiveness, the suggested intervention designs are socialization program,
employee work plan form, feedback giving from superior, monitoring form.

Keywords: work engagement, corporate human resources, HR data analytic

Kinerja karyawan dalam perusahaan percetakan, radio, hotel, lembaga


memiliki peran yang besar demi pendidikan, event organizer, stasiun TV
tercapainya kinerja dan prestasi hingga universitas., dengan jumlah
perusahaan untuk menghadapi persaingan karyawan lebih dari 75.000 orang, yang
di era global saat ini (Bakker & tersebar di corporate dan unit bisnis.
Demerouti, 2008). Menurut Salanova, Secara khusus, CHR MRN sangat
Agut, Peiro, dan Jose (2005), karyawan diharapkan dapat memberikan hasil
yang memiliki kinerja yang baik analisis data guna membantu pengambilan
merupakan karyawan yang berkontribusi keputusan yang strategis dengan tujuan
secara penuh pada pekerjaannya dalam untuk mengembangkan sumber daya
pemenuhan efektivitas perusahaan. manusia yang dimiliki perusahaan,
Selanjutnya menurut Anditasari (2013), sehingga sejalan dengan visi yang dimiliki
dalam memenuhi tugas-tugasnya untuk oleh Corporate Human Resources MRN
mendukung efektivitas perusahaan, maka yaitu menjadi ‘Strategic Business Partner’
sangat dibutuhkan karyawan yang bagi Corporate dan Business Unit yang
memiliki kemauan yang tinggi untuk ada. Hasil analisis data tersebut akan
melakukan tugas-tugas yang lebih baik sangat membantu dalam pengambilan
dari yang biasanya dikerjakan, yaitu keputusan seperti strategi-strategi
karyawan yang mau bekerja ekstra dan rekrutmen, strategi pelatihan dan lain
mengupayakan sesuatu untuk pekerjaan di sebagainya agar lebih efektif.
atas apa yang diharapkan baik dalam Namun, fakta yang terjadi di MRN
waktu dan energi. Campbell (dalam menunjukkan bahwa CHR belum dapat
Parker, 2007) menyebutkan bahwa kinerja mendukung peran strategis tersebut.
yang buruk akan memberi dampak yang Sebagian besar departemen di CHR masih
buruk pada efektivitas perusahaan. menyajikan laporan berupa data
Selanjutnya menurut Campbell, meskipun dokumentasi pekerjaan yang belum
hanya sebagian kecil karyawan dalam disertai analisis dari data-data tersebut.
suatu perusahaan yang memperoleh hasil Contoh dari proses analisis terhadap data
penilaian kinerja tergolong rata-rata adalah seperti yang dilakukan oleh salah
bawah, hal ini tetap tidak bisa dibiarkan satu departemen di CHR yaitu talent
karena kinerja karyawan adalah faktor management department, dimana
kritikal dari individu, kelompok dan karyawan di departemen tersebut
penentu efektivitas perusahaan. merupakan departemen yang sudah
Indikasi permasalahan berkaitan dengan melakukan analisis data sejak tugas
penjelasan di atas ditemukan dalam tersebut digagas pada tahun 2012. Data
konteks penelitian ini, yaitu di Corporate dokumentasi human resources planning
Human Resources (selanjutnya disebut direkap berdasarkan masing-masing unit
CHR) yang ada di MRN. MRN merupakan bisnis yang terdiri dari total jumlah
sebuah perusahaan inti yang membawahi karyawan, jumlah posisi yang telah terisi
sirkulasi MRN dan 16 unit bisnis yang dan jumlah posisi yang masih belum terisi.
bervariasi di Indonesia. Unit bisnis Hasil rekapan tersebut dipilah kembali
tersebut meliputi media massa, toko buku, berdasarkan jumlah posisi yang

2
diprioritaskan untuk diisi. Kemudian dari setiap empat bulan sekali sesuai dengan
total yang diprioritaskan tersebut dibagi laporan kuartal pertama yang diminta,
masing-masing per bisnis unit yang dipilah meski belum secara optimal dilakukan
kembali berdasarkan masing-masing nama pada karyawan yang ada pada masing-
jabatan beserta jumlah yang dibutuhkan. masing departemen. Selanjutnya
Setelah didapatkan data jumlah yang manajemen membuat kebijakan dalam
dibutuhkan di masing-masing posisi penentuan Key Performance Indicator
tersebut, kemudian disusun strategi yang khusus berkaitan dengan data analisis
rekrutmen yang sesuai. Hasil rekrutmen dengan harapan dapat meningkatkan
tersebut kemudian dievaluasi dan dibuat relevansi tugas ini untuk karyawan.
laporannya berupa executive summary Namun dalam pelaksanaannya, pencapaian
yang telah disediakan templatenya yang KPI tersebut belum mencapai 100%,
disertai dengan rekomendasi dari proses tepatnya masih berada pada posisi tengah
yang telah dilakukan tersebut. Hasil (average). Dari hasil wawancara peneliti
analisis tersebut akan sangat membantu dengan GM MRN, didapatkan hasil bahwa
pimpinan departemen atau departemen karyawan CHR di MRN masih belum
yang lain sebagai dasar untuk pengambilan optimal dan belum sesuai harapan
keputusan selanjutnya. manajemen dalam pelaksanaan data
Jika analisis data dari aktivitas operasional analisis, padahal dari segi kemampuan,
tidak dilakukan maka karyawan kurang pada saat direkruit mereka semua telah
optimal dalam mendukung proses lolos dengan kemampuan analisa yang
pengambilan keputusan strategis yang memadai,
efektif, karena beban proses analisis data Janssen (2010), menyatakan bahwa data
jatuh ke pengambil keputusan di level analisis SDM mengacu pada penerapan
yang lebih tinggi seperti General Manager proses analitis dalam departemen sumber
(GM) dan Direktur, dimana proses daya manusia dari suatu organisasi yang
pengambilan keputusan dapat memakan bertujuan untuk memberikan pemahaman
waktu yang lebih lama dari target yang tentang setiap proses dengan cara
ditetapkan yang dapat berdampak pada mengumpulkan data dan kemudian
penetapan keputusan strategis baik untuk menggunakannya untuk membuat
proses selanjutnya ataupun pada lintas keputusan yang relevan dalam perusahaan.
fungsi departemen-departemen di CHR. Berdasarkan pengertian dari Janssen
Beberapa upaya telah dilakukan oleh (2010) ini, dapat kita pahami bahwa
pihak manajemen, antara lain sosialisasi apabila departemen CHR di MRN masih
mengenai proses data analisis sesuai belum optimal melakukan data analisis
dengan standar yang telah ditentukan, SDM maka hal tersebut akan menghambat
artinya sudah terjadi penyebaran informasi proses pengambilan keputusan strategis di
mengenai apa yang diharapkan oleh dalam perusahaan dalam hal inovasi
manajemen dari karyawan CHR. kualitas kerja yang dapat menunjang
Sosialisasi telah dilakukan dari pihak efektivitas pengambilan keputusan.
manajemen kepada seluruh department Berdasarkan penjelasan di atas,
head CHR yang kemudian disampaikan ke terlihat bahwa karyawan CHR di MRN
bawahan mereka masing-masing di kurang memiliki kemauan untuk
departemen yaitu supervisor yang memenuhi tugas analisis data yang
selanjutnya disampaikan ke staff di mengindikasikan adanya masalah work
departemen mereka. Para karyawan juga engagement pada karyawan tersebut.
diberikan fasilitas kerja yang memadai Anditasari (2013), menyebutkan bahwa
untuk menunjang pekerjaannya. Para semakin tinggi work engagement yang
atasan juga telah memberikan coaching dimiliki karyawan, maka apa yang
terkait tugas ini. Coaching dilakukan ditampilkan individu terhadap

3
pekerjaannya juga semakin baik, terlihat sedangkan employee engagement
dari kontribusi work engagement yaitu mencakup pada hubungan karyawan
sebesar 44,5% terhadap apa yang dengan organisasinya, yaitu karyawan
ditampilkan karyawan terhadap memiliki sikap positif dan kebanggaan
pekerjaannya tersebut. terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk dan kesediaan untuk berperilaku
mendapatkan gambaran mengenai work membantu rekan kerja untuk kepentingan
engagement karyawan Corporate Human organisasi. Begitu pula yang dikemukakan
Resources di MRN terhadap implementasi oleh Saks (2006), bahwa komitmen
aplikasi data analisis SDM. Dasar teori organisasi adalah kepatuhan karyawan
yang digunakan adalah teori work terhadap organisasi, dalam hal ini
engagement, serta faktor-faktor pendorong fokusnya pada organisasi, yaitu kesiapan
work engagement. karyawan untuk berusaha dengan sungguh-
Menurut Schaufeli dan Bakker (2003), sungguh atas nama organisasi serta
work engagement merupakan konstruk memiliki keinginan untuk
psikologi positif yaitu suatu keterlibatan mempertahankan keanggotaan didalam
yang penuh dari karyawan dimana ia organisasi. Sedangkan work engagement
merasa antusias dan senang dalam bekerja berfokus pada individu dalam bentuk
yang diwakili oleh tiga dimensi yaitu : tingkatan keterikatan individu tersebut
vigor (semangat), merupakan curahan pada pekerjaannya.
energi dan mental yang positif dalam Masalah work engagement pada karyawan
bekerja, kemauan atau keberanian untuk muncul ketika karyawan tidak mengetahui
sungguh-sungguh berusaha menyelesaikan apa yang diharapkan dari pekerjaannya,
pekerjaan dan tetap gigih meski menemui mereka tidak mengetahui apakah bisa
kesulitan, juga kemuan untuk mendapatkan sumber daya untuk
menginvestasikan segala upaya dalam menyelesaikan pekerjaannya, mereka tidak
suatu pekerjaan dan tetap bertahan mengetahui apakah dengan pekerjaannya
meskipun menghadapi kesulitan, dirinya dapat berpartisipasi terhadap
dedication (dedikasi), merupakan pengembangannya serta mendapatkan
karyawan yang terlibat secara kuat di umpan balik, dan mereka tidak merasa
dalam suatu pekerjaan dan memiliki rasa bahwa kontribusi yang diberikan pada
signifikan, antusias, inspirasi, bangga dan pekerjaannya dapat menguntungkan
tantangan dalam pekerjaannya dan organisasi dan mendapat apresiasi (Batista,
absorption (penyerapan), merupakan 2009).
karyawan yang berkonsentrasi secara Indikasi adanya masalah work engagement
penuh dalam bekerja, serius terhadap suatu pada karyawan dalam perusahaan yaitu
pekerjaan dan menikmati pekerjaan antara lain, karyawan yang memiliki work
tersebut, serta merasa bahwa waktu berlalu engagement rendah ditunjukkan dengan
dengan cepat dan sulit untuk melepaskan perilaku sering adanya keluhan ketika
diri dari pekerjaannya. Schaufeli dan diberikan tambahan tugas, ketika pulang
Bakker (2010), menjelaskan perbedaan terlambat, dan juga adanya perilaku
antara work engagement dengan beberapa kecurangan dalam absensi terutama pada
konsep dalam psikologi industri dan hari kerja. Karyawan cenderung bersedia
organisasi yang lainnya yaitu, work untuk lembur dikarenakan adanya insentif
engagement merupakan hubungan antara bukannya karena ada pekerjaan yang harus
karyawan dengan pekerjaan mereka, diselesaikan, mereka juga menunjukkan
dimana seseorang akan secara penuh kurang adanya antusias terhadap pekerjaan
mencurahkan seluruh energi dan yang dilakukan (Berlian, 2013). Masalah-
kemampuannya serta memiliki rasa masalah tersebut menjadi indikator dari
antusias untuk melakukan pekerjaannya, dampak work engagement terhadap

4
produktivitas, profitabilitas, keamanan di Meskipun work engagement karyawan
tempat kerja, dan ketidak hadiran merupakan sesuatu yang penting bagi
karyawan (Gallup, 2010). perusahaan, namun database internasional
Lockwood (2007) menyebutkan bahwa yang meliputi berbagai industri,
faktor-faktor yang mempengaruhi work menyatakan diperkirakan bahwa rata-rata
engagement antara lain budaya di dalam hanya 20% karyawan yang memiliki work
tempat bekerja, komunikasi engagement yang tinggi terhadap
organisasional, gaya manajerial yang pekerjaannya. Kelompok ini mengerjakan
memicu kepercayaan dan penghargaan tugas mereka dengan penuh semangat,
serta kepemimpinan yang dianut dan merasakan hubungan yang mendalam
reputasi perusahaan itu sendiri. Demerouti dengan perusahaan mereka dan berupaya
& Cropanza (dalam Bakker, dkk., 2011) untuk mendorong diri mereka berinovasi
menjelaskan bahwa work engagement bagi dan menggerakkan perusahaan agar lebih
karyawan sangat disarankan dan maju. Sedangkan 20% karyawan lainnya
bermanfaat bagi individu dan organisasi memiliki work engagement yang berada di
dengan harapan dapat mempengaruhi titik terendah terhadap pekerjaannya, dan
bagaimana individu tersebut melakukan 60% sisanya memiliki work engagement
pekerjaan mereka dan memenuhi tugas- pada taraf rata-rata, yaitu mereka tetap
tugas mereka. Meskipun begitu, secara melakukan pekerjaannya, tanpa banyak
khusus Beal, et al. (dalam Bakker & Bal, memanfaatkan sumber daya yang dimiliki
2010) menjelaskan bahwa work dalam pekerjaan mereka (Attridge, dalam
engagement karyawan akan menurun jika Schaufeli, 2012). Penelitian lainnya
karyawan tidak dapat mengalokasikan menyebutkan bahwa secara umum rata-
semua sumber daya yang dimiliki untuk rata karyawan yang memiliki work
tugas yang mereka kerjakan, misalnya engagement di wilayah Asia Pasifik
karena terus-menerus disibukkan dengan menurun dari 60% di tahun 2009 menjadi
tugas yang lain atau menerima telepon. 56% di tahun 2010. Penurunan tersebut
Bakker (2011) menjelaskan bahwa merupakan kemunduran terbesar dalam 15
karyawan yang memiliki work engagement tahun terakhir (Hewitt, dalam Chaudhary,
yang tinggi memiliki tiga keuntungan. Rangnekar, Barua & Kumar, 2014). Studi
Pertama, mereka menjadi lebih senang dan Gallup membagi work engagement
antusias, sehingga bisa menghasilkan job menjadi tiga kategori, yaitu pertama
resources yang akan berdampak pada “engaged” yang berarti bahwa karyawan
penyelesaian task performance dengan baik secara fisik dan psikologis
hasil yang lebih baik. Kedua, mereka akan berkontribusi penuh terhadap tugas-
lebih sehat baik secara fisik maupun tugasnya, kedua “not engaged” yang
psikologis, sehingga karyawan bisa berarti karyawan kurang memiliki motivasi
bekerja lebih fokus dalam menyelesaikan dan cenderung kurang berupaya dalam
pekerjaannya. Ketiga, mereka akan menjalankan tugasnya, dan ketiga
menyalurkan work engagement kepada “actively disengaged” yang menunjukkan
karyawan yang lain, sehingga hubungan karyawan tidak bahagia dan tidak
interpersonal dapat terjalin dengan baik produktif dalam melakukan tugas-
dan kinerja kelompok menjadi lebih baik. tugasnya. Hasil survei Gallup mengenai
Schaufeli (2012) menambahkan bahwa tiga kategori tersebut dari data tahun 2011-
karyawan yang memiliki work engagement 2012 yang telah dilakukan di 94 negara,
juga mempunyai inisiatif yang tinggi disebutkan bahwa 77% karyawan di
dalam mengerjakan tugas dan lebih Indonesia termasuk dalam kategori “not
termotivasi untuk belajar lebih dari apa engaged”, dan hanya sebesar 8% karyawan
yang ia kerjakan sehari-hari. yang masuk dalam kategori “engaged”.
Hasil tersebut membuat Indonesia berada

5
pada posisi yang lebih rendah pemimpin yang efektif mampu
dibandingkan negara-negara lain di mempengaruhi bawahannya untuk dapat
ASEAN, seperti Malaysia, Singapura, dan mencapai tujuan bersama.
Thailand yang termasuk dalam data survei Berdasarkan uraian di atas, maka dalam
Gallup tersebut. penelitian ini akan difokuskan untuk
Peningkatan work engagement karyawan mengukur tingkat work engagement
dalam perusahaan merupakan hal yang karyawan yang ditandai oleh vigor,
sangat penting agar dapat mendukung dedication, dan absorption terhadap
efektivitas perusahaan dengan adanya pekerjaan. Hasil pengukuran ini yang akan
kinerja yang baik dan produktif yang menjadi dasar dalam menentukan
ditampilkan oleh para karyawan yang rekomendasi solusi bagi perusahaan untuk
dimiliki. Faktor-faktor yang menjadi mengatasi masalah yang dihadapi.
pendorong munculnya work engagement
karyawan antara lain karakteristik METODE
pekerjaan, yaitu kebermaknaan psikologis
seorang karyawan dalam menjalankan Jenis Penelitian
tugasnya dapat dicapai melalui Jenis penelitian yang digunakan dalam
karakteristik tugas yang menyediakan penelitian ini adalah applied research
pekerjaan menantang, bervariasi, dengan pendekatan kuantitatif. Dalam
membutuhkan berbagai keterampilan, penelitian ini, pendekatan kuantitatif
kebebasan mengambil keputusan sendiri digunakan untuk mendapatkan gambaran
dan kesempatan untuk membuat suatu work engagement karyawan Corporate
kontribusi yang penting, termasuk juga Human Resources (CHR) di MRN.
kesempatan untuk mendapatkan feedback Variabel yang diukur dalam penelitian ini
atas pekerjaan yang dilakukan, dukungan adalah work engagement dengan tiga
organisasi dan supervisi atasan, yaitu dimensi didalamnya. Dimensi tersebut
keyakinan umum bahwa organisasi yaitu vigor, merupakan curahan energi dan
menghargai kontribusi karyawannya dan mental yang positif dalam bekerja,
peduli terhadap kesejahteraan mereka. kemauan atau keberanian untuk sungguh-
Dukungan dari organisasi dan supervisi sungguh berusaha menyelesaikan
atasan dapat menciptakan sebuah pekerjaan, dan tetap gigih meski menemui
kewajiban karyawan untuk peduli terhadap kesulitan. Juga kemauan untuk
kesejahteraan organisasi dan membantu menginvestasikan segala upaya dalam
organisasi mencapai tujuannya; suatu pekerjaan dan tetap bertahan
keterlibatan dalam pembuatan keputusan, meskipun menghadapi kesulitan.
yaitu dalam pengambilan keputusan sejauh Dedication, sebagai keterlibatan secara
mana karyawan merasa mampu kuat di dalam satu pekerjaan dan memiliki
menyuarakan ide mereka, atasan mereka rasa signifikan, antusias, insipirasi, bangga
mendengar pandangan karyawannya dan dan tantangan dalam pekerjaan itu.
menghargai kontribusi dari karyawan, Absorption, dalam bekerja karyawan
kesempatan karyawan untuk berkonsentrasi secara penuh, serius
mengembangkan pekerjaan mereka; terhadap suatu pekerjaan dan menikmati
komunikasi, yaitu interaksi yang terjadi pekerjaan tersebut, serta merasa bahwa
antara manajemen atau atasan dengan waktu berlalu dengan cepat dan sulit untuk
karyawannya harus berupa komunikasi dua melepaskan diri dari pekerjaan.
arah yaitu ke atas dan ke bawah dengan Definisi operasional dari work
jalur komunikasi yang tepat dalam engagement dalam penelitian ini adalah
kaitannya dengan tugas-tugas yang skor yang diperoleh dari alat ukur UWES
dilaksanakan oleh karyawannya; dan dimensi-dimensinya, semakin tinggi
kepemimpinan, yaitu seorang atasan atau

6
skor yang diperoleh subjek maka semakin = 4), Cukup Sering (skor = 5), Sering (skor
tinggi work engagement yang dimiliki. = 6), Selalu (skor = 7). Item-item dalam
alat ukur UWES diturunkan dari tiga
Partisipan Penelitian dimensi work engagement yaitu vigor (6
Penelitian ini merupakan penelitian item), dedication (5 item), dan absorption
populasi, oleh sebab itu seluruh karyawan (6 item).
CHR adalah responden dalam penelitian Hasil uji coba alat ukur dengan
ini. Karakteristik responden dalam menggunakan cronbach’s alpha
penelitian ini adalah seluruh karyawan menunjukkan UWES terbukti reliabel
CHR yang berstatus sebagai karyawan dengan nilai koefisien korelasinya sebesar
tetap, dengan mempertimbangkan bahwa 0.923. Untuk metode uji validitas
karyawan tidak tetap merupakan karyawan menggunakan teknik inter-item correlation
yang belum genap bekerja satu tahun di diketahui bahwa terdapat satu item yang
MRN, sehingga dinilai masih beradaptasi nilai koefisien korelasinya dibawah 0.3
dengan lingkungan kerja, dan belum dapat yaitu 0.215, sehingga diputuskan item
dilihat work engagement mereka di MRN. tersebut tidak dipakai. Selanjutnya untuk
Jumlah karyawan yang berpartisipasi item yang lainnya terbukti valid dalam
dalam penelitian ini sebanyak 55 orang. rentang skor antara 0.33 sampai dengan
0.91.
Instrumen Penelitian
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian Teknik Analisis Data
ini adalah Utrecht Work Engagement Dalam penelitian ini teknik analisis data
Scale-17 (UWES-17) yang disusun oleh yang digunakan adalah anova one-way.
Schaufeli & Bakker (2003). Skala ini Statistik deskriptif digunakan untuk
memiliki 17 item yang bersifat favorable memperoleh gambaran work engagement,
dan memiliki tujuh pilihan jawaban. baik secara keseluruhan maupun pada tiap
Pilihan jawaban skala tersebut yaitu Tidak dimensi. Anova one-way digunakan untuk
Pernah (skor = 1), Sangat Jarang (skor = melakukan uji beda berdasarkan data
2), Jarang (skor = 3), Kadang-kadang (skor demografis dan departemen yang ada.

Gambar 1. Rumus Anova One-way (Gravetter and Wallnau, 2013)

Karena jumlah item dari setiap dimensi responden dikonversikan ke skor standar
bervariasi, maka skor yang diperoleh dengan menggunaan z-score, kemudian

7
data responden dari z-score dikonversi ke mempertahankan kestabilan pekerjaan
skor standar (t-score) agar dapat dilakukan yang mereka tekuni.
pengkategorian untuk membedakan Pendidikan terakhir dari responden
responden dengan skor rendah, sedang dan penelitian ini terdiri dari empat kelompok,
tinggi. Untuk menginterpretasi skor yaitu dari SMA, D3, S1, dan S2, dan
standar dari hasil pengolahan data, maka sebagian besar responden berlatar
dapat menggunakan norma sebagai belakang pendidikan S1 yaitu sebesar 51%
berikut: ini menunjukkan bahwa responden terdiri
61 – 90 = Tinggi dari kalangan berpendidikan tinggi.
40 – 60 = Sedang Pendidikan mempunyai peranan penting
10 – 39 = Rendah dalam proses meningkatkan kualitas
kemampuan profesional seseorang.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pendidikan yang lebih tinggi
mengakibatkan produktivitas kerja yang
Tabel 1: Data Demografis Responden lebih tinggi (Pandapotan, 2013).
Penelitian Sebagian besar responden penelitian
Demografi Kelompok n % memiliki masa kerja antara satu sampai
Jenis Laki-laki 33 60% lima tahun yaitu sebesar 44%. Masa kerja
Kelamin Perempuan 22 40% mempunyai hubungan yang erat dengan
Usia 21 – 30 21 38% work engagement. Menurut Kreitner dan
31 – 40 14 25% Kinicki (2004) menyatakan bahwa
>40 20 36% semakin lama seorang karyawan
Pendidikan SMA 6 11%
mengabdikan dirinya pada sebuah
Terakhir D3 10 18%
S1 31 56%
perusahaan atau organisasi maka dapat
S2 8 15% mempengaruhi karyawan tersebut merasa
Masa Kerja 1-5 tahun 24 44% lebih betah atau cenderung mempunyai
6-15 tahun 14 25% work engagement yang tinggi dalam
>15 tahun 17 31% organisasi atau perusahaan tempat ia
Departemen OM 4 7% bekerja.
TM 9 16% Untuk mengetahui bagaimana gambaran
L&D 13 24% work engagement karyawan CHR apakah
REM 12 22% tergolong tinggi atau sebaliknya, maka
L&IR 5 9% dilakukan juga perhitungan persentase
HRIS 10 18%
work engagement karyawan sekaligus juga
FUHR 2 4%
Jabatan Non 21 38%
pada masing-masing dimensinya.
manajerial Perhitungan ini berdasarkan norma yang
Manajerial 34 62% dibagi dalam kategori tinggi, sedang, dan
rendah.
Berdasarkan data tabel yang
ditampilkan di atas menunjukkan bahwa
sebagian besar responden dalam penelitian
ini berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar
62%. Pada kategori usia, diketahui bahwa
sebagian besar responden dalam penelitian
ini berusia antara 21-30 tahun yaitu
sebesar 38%. Menurut Hurlock (2002)
kategori usia tersebut disebut dengan usia
produktif dimana pada usia ini seseorang
akan berusaha untuk tetap

8
Tabel 2: Persentase Responden maka kemungkinan dapat membawa
Berdasarkan Masing-Masing Kategori pengaruh pada karyawan yang lainnya.
Alat Ukur Rendah Sedang Tinggi Selanjutnya, pada dimensi vigor
UWES 18% 69% 13% perlu diperhatikan bahwa proporsi
Vigor 20% 67% 13% karyawan pada kategori rendah mencapai
Dedication 16% 73% 11% 20%. Hal ini menunjukkan bahwa
Absorption 15% 69% 16% karyawan yang kurang memiliki kemauan
untuk berusaha menyelesaikan
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan pekerjaannya lebih banyak daripada
bahwa sebagian besar karyawan CHR karyawan yang memiliki semangat dan
memiliki tingkat work engagement pada keberanian untuk menyelesaikan pekerjaan
kategori sedang. Hal ini menunjukkan mereka yaitu 16%.
bahwa sebanyak 69% karyawan CHR
cukup bersedia mengerjakan tugas-tugas Tabel 3: Statistik Deskriptif Data
mereka. Hasil yang didapatkan tersebut Demografi Masa Kerja
juga serupa dengan hasil pada masing- N Mean Std.
masing dimensi yaitu dimensi vigor Deviation
sebanyak 67%, dedication sebanyak 73%,
dan absorption sebanyak 69% yang juga UWES 1-5 24 75,71 10,204
tergolong pada kategori sedang. Meskipun 6-15 14 76,43 7,293
tingkatan work engagement karyawan >15 17 83,94 12,028
secara umum tidak jelek, namun demikian Total 55 78,44 10,673
pihak manajemen MRN mengharapkan Vig 1-5 24 30,67 4,565
karyawan memiliki tingkat work 6-15 14 31,86 3,697
engagement pada kategori tinggi, sehingga >15 17 33,88 4,961
mereka memiliki kemauan yang kuat Total 55 31,96 4,623
untuk melakukan tugas-tugas mereka. Ded 1-5 24 26,08 4,201
Selain itu juga, menurut Attridge (dalam
6-15 14 25,57 3,673
Schaufeli, 2012), dari database
>15 17 27,82 4,720
internasional rata-rata hanya 20% dari
karyawan dalam perusahaan yang Total 55 26,49 4,268
memiliki work engagement yang tinggi. Abs 1-5 24 18,96 3,141
Sedangkan hasil yang didapatkan di 6-15 14 19,00 3,374
lapangan work engagement pada kategori >15 17 22,24 3,562
tinggi tidak melebihi 20%, sehingga dapat Total 55 19,98 3,608
disimpulkan bahwa perolehan ini kurang
dapat mendukung apa yang diharapkan Tabel 4: Hasil Uji Beda Skor Standar
oleh manajemen dalam mencapai UWES Berdasarkan Masa Kerja
efektivitas perusahaan atau divisi CHR Dimensi p α Kesimpulan
secara khusus. Hal tersebut menunjukkan value
bahwa sebagian besar karyawan di CHR UWES 0.034 0.05 Terdapat
belum secara penuh terlibat pada aktivitas perbedaan yang
pekerjaan mereka karena tidak memiliki signifikan
semangat dan mendedikasikan diri mereka Vigor 0.088 0.05 Tidak terdapat
terhadap pekerjaan serta menghayati perbedaan yang
bahwa pekerjaan tersebut merupakan signifikan
bagian dari pribadi mereka. Jika dalam Dedication 0.288 0.05 Tidak terdapat
perbedaan yang
suatu lingkungan kerja terdapat karyawan
signifikan
yang kurang terlibat dalam pekerjaan, Absorption 0.006 0.05 Terdapat
perbedaan yang

9
signifikan keseluruhan UWES maupun pada masing-
masing dimensi yang ada berdasarkan
Berdasarkan hasil perhitungan yang jenis kelamin, usia, pendidikan,
dilakukan, diketahui bahwa tidak terdapat departemen, dan jabatan. Perbedaan yang
perbedaan yang signifikan pada skor rata- signifikan hanya terdapat pada masa kerja.
rata standard score responden baik secara

Gambar 2. Perbandingan Standard Score Antar Masa Kerja

Berdasarkan grafik di atas, secara umum yang panjang dari para karyawan membuat
terlihat bahwa pada kelompok partisipan mereka memiliki work engagement yang
dengan masa kerja lebih dari 15 tahun tinggi karena sudah memahami visi dan
merupakan karyawan yang menganggap misi perusahaan, selalu memiliki ide-ide
bahwa kinerjanya penting untuk dirinya baru, fokus dalam bekerja serta selalu
dan juga untuk organisasi, yang artinya ingin memberikan yang terbaik.
mereka yang paling bersedia untuk Untuk kelompok masa kerja 6 sampai 15
melakukan tugas-tugas pada tahun, terlihat bahwa dalam mengerjakan
departemennya. Kelompok masa kerja ini tugas mereka mau mencurahkan energi
tergolong dalam karyawan dengan masa yang dimiliki ke pekerjaan mereka (vigor),
kerja yang panjang di perusahaan. Menurut namun mereka merasa bahwa untuk
Kurniawati (2014), karyawan dengan masa mengerjakan tugas-tugas tersebut
kerja yang panjang di suatu perusahaan membutuhkan waktu yang sangat lama dan
merupakan karyawan yang telah kurang merasa signifikan (dedication). Hal
mengenali dan memberikan tersebut dapat berpengaruh pada kinerja
pengabdiannya kepada perusahaan mereka dan efektivitas perusahaan.
sekaligus semakin banyak pula Hal yang perlu diperhatikan pada grafik di
pengalaman yang mereka dapatkan, atas adalah temuan-temuan pada kelompok
sehingga semakin tinggi pula work masa kerja 1 sampai 5 tahun. Kelompok
engagement mereka. Dalam penelitian ini memiliki skor terendah jika
Kurniawati (2014), dijelaskan bahwa ada dibandingkan dengan dua kelompok
hubungan positif yang signifikan terhadap lainnya. Di satu sisi mereka merasa bangga
masa kerja dengan work engagement pada dengan pekerjaan yang dilakukan
karyawan. Secara umum, temuan ini (dedication), namun di sisi lain mereka
sejalan dengan studi tersebut. Masa kerja kurang mencerminkan kesiapan untuk

10
mengabdikan kemampuan mereka dalam Total 55 26,49 4,268 ,576
pekerjaan, bahkan dalam waktu tertentu Abs OM 4 17,00 4,082 2,041
mereka kurang memiliki keseriusan dalam TM 9 21,44 3,909 1,303
mengerjakan pekerjaannya (absorption), L&D 13 20,00 3,136 ,870
sehingga dapat dikatakan mereka kurang REM 12 20,42 4,274 1,234
L&IR 5 20,20 2,775 1,241
memiliki kemauan untuk mengupayakan
HRIS 10 19,50 3,598 1,138
sesuatu pekerjaan di atas yang diharapkan. FUHR 2 18,50 ,707 ,500
Temuan ini menjadi penting mengingat Total 55 19,98 3,608 ,487
kelompok masa kerja 1 sampai 5 tahun ini
merupakan kelompok karyawan yang Tabel 6: Hasil Uji Beda Skor Standar
menjadi harapan perusahaan di masa UWES berdasarkan Masa Kerja
depan. Dimensi p α Kesimpulan
value
Tabel 5: Statistik Deskriptif Data UWES 0.549 0.05 Tidak terdapat
Demografi Departemen perbedaan yang
N Mean Std. Std. signifikan
Deviation Error Vigor 0.344 0.05 Tidak terdapat
UWES OM 4 69,00 10,863 5,431 perbedaan yang
TM 9 81,33 12,510 4,170 signifikan
L&D 13 77,08 11,658 3,233 Dedication 0.723 0.05 Tidak terdapat
REM 12 81,50 7,833 2,261 perbedaan yang
L&IR 5 79,00 10,464 4,680 signifikan
HRIS 10 77,80 11,622 3,675 Absorption 0.573 0.05 Tidak terdapat
FUHR 2 76,50 2,121 1,500 perbedaan yang
Total 55 78,44 10,673 1,439 signifikan
Vig OM 4 27,75 4,113 2,056
TM 9 33,78 5,995 1,998 Berdasarkan hasil perhitungan yang
L&D 13 31,54 4,858 1,347 dilakukan, diketahui bahwa tidak terdapat
REM 12 33,25 2,598 ,750 perbedaan yang signifikan pada skor rata-
L&IR 5 33,00 4,899 2,191 rata responden baik secara keseluruhan
HRIS 10 30,80 4,894 1,548 UWES maupun pada masing-masing
FUHR 2 30,50 ,707 ,500 dimensi yang ada berdasarkan departemen.
Total 55 31,96 4,623 ,623
Data hasil penelitian ini juga dapat
Ded OM 4 24,25 3,096 1,548
TM 9 26,11 5,085 1,695 menjelaskan mengenai perbandingan skor
L&D 13 25,54 5,060 1,403 rata-rata pada masing-masing departemen
REM 12 27,83 3,380 ,976 yang ada di CHR. Berikut ini adalah grafik
L&IR 5 25,80 5,119 2,289 skor rata-rata standard score kelompok
HRIS 10 27,50 3,951 1,249 responden yang dikategorikan berdasarkan
FUHR 2 27,50 ,707 ,500 kelompok departemen:

11
Gambar 3: Perbandingan Standar Skor Antar Departemen

Berdasarkan grafik di atas, diketahui tidak mengherankan, karena departemen


bahwa perolehan departemen Talent REM adalah departemen yang mengelola
Management (TM) tergolong tinggi seluruh kompensasi dan benefit dari
dibandingkan dengan departemen yang seluruh karyawan di MRN, dimana
lain. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian aktivitas pekerjaan sehari-hari mereka
besar karyawan pada departemen tersebut yaitu harus mampu menganalisis data
merasa dapat memenuhi tugas-tugas karyawan terkait dengan keuangan,
mereka, mereka merasa bahwa mereka kesehatan, pinjaman, jamsostek, dan lain
adalah bagian dari sebuah tim dan sesuatu sebagainya. Dengan begitu kontribusi
yang lebih besar daripada diri mereka mereka terhadap data analisis seharusnya
sendiri, sehingga mereka dapat secara lebih kuat karena tugas mereka terkait
sungguh-sungguh berkontribusi dalam dengan nasib karyawan yang di MRN.
pekerjaannya (absorption). Tingginya Pada grafik perbandingan skor
kesediaan departemen ini untuk antar departemen di atas, yang perlu
berkontribusi penuh pada pekerjaannya diperhatikan adalah skor paling rendah
tidak mengejutkan, karena berkaitan yang diperoleh departemen Organizational
dengan tugas data analisis SDM dari Management (OM). Berdasarkan informasi
informasi yang didapatkan oleh peneliti di di lapangan, sebagian karyawan pada
lapangan, diketahui bahwa departemen departemen OM memang belum
TM adalah salah satu departemen yang melakukan data analisis. Meskipun atasan
berhasil memenuhi tugas tersebut yang telah memberi instruksi untuk tugas
diberlakukan mulai dari tugas ini digagas tersebut, namun sulit bagi karyawan untuk
untuk dilakukan di tahun 2012. Pencapaian melakukannya dan mereka merasa
dari departemen tersebut juga sejalan membutuhkan waktu yang sangat lama
dengan perolehan skor dari departemen untuk melakukannya, karena proses yang
Reward Employee Management (REM). dilakukan sangat panjang, antara lain
Skor yang diperoleh departemen tersebut mereka harus mengumpulkan data dari 16
lebih tinggi dibandingkan dengan unit bisnis yang ada di MRN, kemudian
departemen yang lain. Hal ini menjelaskan data tersebut dianalisis yang memerlukan
bahwa sebagian besar karyawan memiliki waktu yang tidak sedikit dan juga
pandangan positif terhadap pekerjaannya ketepatan serta ketelitian karena terkait
dan merasa bangga serta antusias untuk dengan data karyawan, dan juga mereka
mengerjakan setiap tugas yang diberikan harus membuat laporan yaitu berupa
(dedication). Pencapaian tersebut juga executive summary berdasarkan hasil

12
analisis yang dilakukan. Meskipun agar dapat mendukung efektivitas
membutuhkan proses yang panjang, perusahaan, maka rancangan intervensi
namun karyawan OM perlu memiliki yang disarankan adalah menerapkan
kemauan yang besar untuk melakukannya program sosialisasi. Program sosialisasi
karena hal ini akan sangat membantu yang disarankan merupakan penyebaran
untuk pengambilan keputusan strategis informasi yang diberikan langsung oleh
terkait human resources planning di pihak manajemen CHR kepada seluruh
seluruh unit bisnis sebanyak 16 unit bisnis level karyawan di CHR mulai dari admin,
yang ada di MRN. officer, supervisor dan manager. Hal
tersebut dilakukan agar seluruh karyawan
SIMPULAN DAN SARAN memperoleh informasi yang menyeluruh
dan adanya kesamaan informasi terkait
Simpulan yang didapatkan dari penelitian maksud dan tujuan dari pentingnya tugas
ini adalah secara keseluruhan karyawan tersebut dipenuhi oleh semua karyawan.
CHR MRN memiliki tingkat work Kemudian saran berikutnya adalah form
engagement pada kategori sedang. Hal rencana kerja karyawan dan pemberian
tersebut menunjukan bahwa sebagian besar feedback dari atasan yang disertai dengan
karyawan CHR di MRN cukup bersedia form monitoring. Keberadaan form
untuk memenuhi tugas-tugas mereka. tersebut akan membantu karyawan
Karena hasil yang diperoleh yaitu pada mengatasi kendala dalam melakukan
kategori sedang, dapat dijelaskan bahwa analisis data seperti yang dituntut oleh
sebagian besar karyawan belum secara pekerjaannya.
penuh terlibat pada tugas-tugas tertentu
karena belum memiliki semangat dan DAFTAR PUSTAKA
kemauan untuk mendedikasikan diri, serta
menghayati bahwa tugas tersebut Anditasari, P. (2013). Peran Work
merupakan bagian dari pribadi mereka engagement terhadap tampilan kerja
dalam bekerja. Tingkat work engagement operator tetap divisi produksi PT.
yang diharapkan dimiliki oleh karyawan Primarindo Asia Infrastructure, Tbk.
CHR adalah pada kategori tinggi, sehingga Bandung sebagai upaya
semua tugas yang diharapkan dapat meningkatkan tampilan kerja. Tesis
tercapai dengan optimal dan mendukung Universitas Padjadjaran.
proses pengambilan keputusan strategis Bakker, A.B., & Demerouti, E. (2008).
berjalan dengan efektif. Selanjutnya, Towards a model of work
diketahui bahwa ada pengaruh masa kerja engagement. Career Development
terhadap work engagement. Dimana pada International, 13 (3), 209-223.
kelompok masa kerja 1 sampai 5 tahun Bakker, A.B., & Bal, P.M. (2010). Weekly
yang memiliki skor terendah jika work engagement and performance:
dibandingkan dengan dua kelompok masa A study among starting teachers.
kerja yang lainnya. Hal lain juga dapat Journal of Occupational and
disimpulkan bahwa departemen TM dan Organizational Psychology. 83, 189-
REM memiliki skor lebih tinggi untuk alat 206.
ukur UWES dibandingkan dengan Bakker, A.B., Demerouti, E., &
departemen yang lainnya. Ini Brummelhuis, L.L.T. (2011). Work
menunjukkan bahwa tingkat keterlibatan engagement, performance, and active
mereka terhadap pemenuhan tugas-tugas learning: The role of
lebih tinggi jika dibandingkan dengan conscientiousness. Journal of
departemen yang lain yang ada di CHR. Vocational Behavior 80, 555-564.
Mengingat pentingnya untuk Batista, L. C., Shuck, M. B., Gutierrez, C.
meningkatkan work engagement karyawan C., & Baralt, S. (2009). The role of

13
leadership style in employee produktivitas karyawan. Skripsi
engagement. Proceedings of the Universitas Brawijaya.
Eighth Annual College of Education Parker, S. (2007). That is my job: How
& GSN Research. Diunduh pada employees role orientation affect
pada 18 Agustus 2014dari their job performance. Human
http://coeweb.fiu.edu Relation, 60(3), 403-434.
Berlian, Y. S. (2013). Peran leader Saks, A.M. (2006). Antecedents and
member exchange (LMX) terhadap consequences of employee
work engagement dengan engagement. Journal of Managerial
collectivism sebagai moderator. Psychology, 21(7), 600-619.
Tesis Universitas Gadjah Mada. Schaufeli, W. B. & Bakker, A. B. (2003).
Chaudhary, R., Rangnekar, S., Barua, & UWES – Utrecht work engagement
Kumar, M. (2014). Relationships scale: Test manual. Utrecht
between occupational self efficacy, University, Department of
human resource development Psychology.
climate, and work engagement. Schaufeli, W.B. & Bakker, A.B. (2010).
Business and Economics— Defining and measuring work
Management, 18, 370-383. engagement: Bringing clarity to the
Crabtree, S. (2013). Worldwide, 13% of concept. In A. B. Bakker & M.P.
Employees are Engaged at Work. Leiter (Eds.), Work engagement: The
Diunduh pada 20 Agustus 2014 dari Essential in Theory and Research.
http://www.gallup.com/poll/165269/ New York: Psychology Press.
worldwide-employees-engaged- Schaufeli, W. B. (2012). Work
work.aspx. engagement. What do we know and
Gravetter, F.J. & Wallnau, L.B (2013). where do we go?. Romanian Journal
Statistics for the behavioral sciences. of Applied Psychology, 14(1), 3-10.
9th edition. New York: Wadsworth
Hurlock, E., B. (2001). Developmental
psychology: A life-span approach.
Tata McGraw-Hill
Janssen, C. (2010). Human resources
analytics (HR Analytics). Diunduh
pada tanggal 17 Agustus 2014 dari
http://www.techopedia.com/definitio
n/28334/human-resources-analytics-
hr-analytics.
Kreitner, R., & Kinicki, A. (2004).
Organizational behavior. 5th
edition. New York: McGraw Hill.
Kurniawati, I. D. (2005). Masa kerja
dengan job engagement pada
karyawan. Jurnal Ilmiah Psikologi
Terapan, 2(2)
Lockwood, N. (2007). Leveraging
employee engagement for
competitive advantage HR strategic
role. SHRM Research, 1-11.
Pandapotan, E. T. (2013). Pengaruh
variabel pendidikan, upah, masa
kerja dan usia terhadap

14

Anda mungkin juga menyukai