Anda di halaman 1dari 4

Nama : Miftahul Aulia

Kelas : C/34
Mata Kuliah : Bahasa Indonesia

Circle Pertemanan
Setiap orang dipastikan hidup berdampingan bersama manusia lain, dan akan saling
berinteraksi. Jalinan hubungan akan saling mengikat manusia sebagai hasil dari interaksi
yang tejadi antara manusia satu dan manusia lainnya. Keluarga, teman, sahabat, kelompok
masyarakat, adalah hasil dari hubungan sosial itu. Hal ini berarti menjadikan manusia tidak
bisa hidup sendiri. Jadi, setiap orang akan selalu membutuhkan orang lain didalam hidupnya.
Abraham Maslow melalui teori piramida psikologi humanistik menempatkan
kebutuhan sosial pada urutan ketiga kebutuhan manusia. Manusia perlu memiliki sebuah
jalinan dengan manusia lainnya. Menurut maslow jika kebutuhan sosial ini gagal terpenuhi
maka akan menjadi sebab munculnya gangguan perilaku dan jiwa (Alwisol, 2009). Tuntutan
untuk memenuhi kebutuhan ini akan manusia jalani dalam kehidupannya.
Abraham Maslow dalam Alwisol (2009: 201), melalui teori piramida sosial
menjelaskan bahwa kebutuhan sosial berada pada urutan ketiga dalam hierarki kebutuhan
manusia.
Dalam piramida psikologi Humanistik, Abraham Maslow mengenai kebutuhan
manusia, kebutuhan akan sosial menempati urutan ketiga. Manusia perlu memiliki sebuah
jalinan dengan manusia lainnya. Menurut maslow jika kebutuhan sosial ini gagal terpenuhi
maka akan menjadi sebab munculnya gangguan perilaku dan jiwa (Alwisol, 2009). Tuntutan
untuk memenuhi kebutuhan ini akan manusia jalani dalam kehidupannya.
Sebagai makhluk sosial, dapat disadari jika di perkuliahan ini akan mendapati
berbagai macam jalinan hubungan. Salah satu contohnya, adalah circle, circle sendiri jika
diartikan adalah lingkaran. Namun circle adalah bahasa gaul dari geng atau sekelompok
orang yang terbatas. Pola interaksi serta pengaruh yang terjadi dalam peer group akan
membentuk suatu lingkaran pergaulan atau circle pergaulan dengan pola circle pertemanan
yang unik (Suhaida, Hos & Ambo, 2018). Contohnya saja si A adalah anggota circle Pojok
Kanan yang beranggotakan empat orang. Circle ini terbentuk karena mareka selalu duduk
dibangku pojok kanan dan saling bercengkrama. Menemui fenomena dalam kelas ini,
membawa saya ke dalam berbagai pandangan. Bahwa circle ada di mana-mana dan
kehadirannya membawa berbagai dampak pada kehidupan baik secara positif dan negatif.
Jika ingin beradaptasi dan meningkatkan kemampuan bersosial, maka masuk dalam
circle adalah suatu pilihan. Apalagi sebagai seorang mahasiswa, masuk ke dalam suatu
kelompok pertemanan dirasa perlu untuk berbagai tujuan. Ada yang membentuk circle untuk
ambisi bersama mencapai ipk yang sempurna. Ada pula yang membentuk circle untuk saling
menghibur dan melakukan hobi yang sama atau aktivitas yang menyenangkan, untuk
menghindari stressor kuliah. Kepentingan-kepentingan ini yang menjadi alasan mengapa
circle diperlukan dalam perkulihan.
Secara positif, circle pertemanan yang baik akan menjadikan orang-orang dalam
anggotanya berkembang. Karena demi tujuan yang ingin dicapai, seseorang akan berjuang
demi hal tersebut. Mendorong orang-orang untuk produktif, bekerjasama, gotong-royong,
tenggang rasa, berempati dan lain-lain. Sedangkan secara negatif, circle bisa juga membawa
seseorang mencapai tujuan yang salah karena di dalamnya terdapat orang-orang yang bisa
dikatakan kurang baik. Maka bisa merubah karakter seseorang demi circle tersebut. Seperti,
melupakan jati dirinya ketika ingin memenuhi beberapa ekspektasi kelompoknya, atau
sekadar ikut-ikutan melakukan sesuatu agar tidak dijauhi. Yang paling parah, sebuah circle
pertemanan mampu mengubah gaya hidup seseorang. Beberapa dampak ini adalah buah hasil
dari adanya circle pertemanan. Dapat disimpulkan jika circle pertemanan akan saling
mempengaruhi orang-orang dan lingkungan sekitarnya.
Berarti dengan adanya circle ini diharapkan menjadi wadah untuk kreativitas dari jiwa
muda-mudi saat ini. Apalagi sebagai mahasiswa yang diharapkan mampu merealisasikan
tujuan dan cita-cita mulianya. Alangkah baiknya jika fenomena circle ini menjadi pacuan
untuk menggelorakan semangat. Berkompetensi secara sehat dan baik, serta menghindari
dampak buruknya. Memilah dan memilih circle sebelum terjun ke dalam suatu kelompok
pertemanan sangat diperlukan, agar fungsi circle yang baik dan benar dapat terealisasikan.
Biasanya kelompok terbatas ini memiliki hobi dan tujuan yang sama (IlyasNur, 2022).

Pandangan Nanda tentang circle pertemanan:


Nanda merupakan mahasiswa aktif di perguruan tinggi swasta Banjarmasin. Usianya
juga tidak jauh dari usia penulis, yaitu 19 Tahun. Ia memiliki kepribadian yang riang dan
hangat. Hingga karena ini ia memiliki banyak teman baik dari kelasnya atau orang lain dari
jurusan berbeda. Menghadapi tentang fenomena circle, ia juga memiliki hal ini di lingkup
pertemanannya. Dalam wawancara, Nanda membagikan pengalaman pahit dan manisnya
mengenai circle kepada penulis.
Nanda membeberkan jika ia pernah salah dalam memilih teman yang ada dalam
circle-nya. Circle nanda sendiri memiliki nama, yaitu circle “ambiz”, yang beranggotakan 6
orang perempuan. Salah satu orang dalam circle yang nanda miliki ini, awalnya adalah teman
dekat nanda sekampung, namun kemudian menjadi tidak akrab karena mareka pernah
bersitegang akan suatu masalah. Ketidakcocokkan nanda dengan temannya ini membawa
dampak buruk bagi ia sendiri. Pada akhirnya teman nanda ini memutuskan untuk tidak lagi
bergabung dalam circle ini dan masuk ke-circle lain yang ia rasa cocok dengannya. Nanda
menjadi jarang berkomunikasi dengan temannya ini, dan ia sedikit tertutup kepada siapa saja
yang dekat dengan temannya itu.
Walaupun kejadian tersebut menjadi pengalaman pahit bagi nanda. Namun nanda
menyadari jika teman-temannya yang lain yang masih bertahan dalam circle tersebut,
merupakan teman yang baik. Ia senang bisa mengerjakan tugas bersama atau bersantai
dikantin jika waktu istirahat tiba. Mareka juga tak jarang melakukan hobi yang sama, yaitu
menyanyi untuk menghibur diri. Ia juga bersemangat saat manggung di kampus, karena circle
ini mendukungnya dan telah menjadi support system baginya.
Menurut Swaji dkk. (2022), secara emosional kelompok teman sebaya akan
mendatangkan pengaruh besar bagi seorang individu dalam kelompok. Hal tersebut senada
dengan pendapat Nanda yang menyatakan bahwa circle adalah fenomena di zaman sekarang
yang tidak dapat dihindari. Tetapi ketergantungan terhadap teman atau circle perlu lebih
dikurangi. Masih menurut Nanda, perlu menjaga keseimbangan antara kendali atas diri
sendiri dan pengaruh orang terdekat. Agar pengalaman pahit yang pernah didapatkan selain
menjadi pelajaran juga sebagai pengingat jika setiap orang harus lebih selektif dalam
menerjunkan diri ke dalam circle.
References
Alwisol. (2009). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.

Sawji, Gusti Abimanyu Putra, Ike Mardiati Agustin. (2022). Fenomena Circle Pergaulan Pada
Mahasiswa Tingkat Akhir. Jurnal Keperawatan Jiwa, 10, (1).

Alwisol. (2009). Psikologi Pendidikan. Malang: UMM Press.


Arfinda, D. (2022).
Riyadi, M. D. (2022).
Rian & Arfinda, D. (2022).
Sawiji, S., Putra, G. A., & Agustin, I. M. (2022). Fenomenologi Circle Pergaulan pada
Mahasiswa Tingkat Akhir. Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ): Persatuan Perawat
Nasional Indonesia, 10(1), 81-90.
Suhaida, S., Hos, H. J., & Upe, A. (2018). PERGAULAN BEBAS DI KALANGAN
PELAJAR (Studi Kasus Di Desa Masaloka Kecamatan Kepulauan Masaloka Raya
Kabupaten Bomabana). Jurnal Neo Societal, 3(2).
IlyasNur, M. (2022, Maret 13). Circle Pertemanan. Kompasiana. Retrieved from:
https://www.kompasiana.com/yaasn/622df909bb4486364c3dd663/circle-pertemanan
Amin, M., Wajdi, R., & Syukri, S. (2020). Perilaku Komunikasi Toxic Friendship (Studi
terhadap Mahasiswa Fisip Universitas Muhammadiyah Makassar). Jurnal Komunikasi
Dan Organisasi J-KO, 2(2), 93-111.

Anda mungkin juga menyukai