Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Neo Konseling

Volume 00 Number 00 20XX


ISSN: Print 1412-XXXX – Online XXXX-XXXX
DOI: 10.24036/xxxxxxxxxxx-x-xx
Received Month DD, 20YY; Revised Month DD, 20YY; Accepted Month DD, 20yy
Avalaible Online: http://neo.ppj.unp.ac.id/index.php/neo

PACARAN DAN DAMPAK NEGATIF PADA REMAJA DI


SEKOLAH
Annisa Salsabila, Daharnis
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
e-mail: bylaasalsa@gmail.com

Abstract
Remaja adalah masa di mana peralihan antara anak-anak menuju dewasa. Remaja juga merupakan masa di
mana individu memiliki kebutuhan yang kuat untuk disukai dan diterima oleh kawan sebaya atau
sekelompoknya. Pacaran yang merupakan trend zaman sekarang menjadi salah satu hal seseorang diterima
dan menerima seseorang lainnya dalam hubungan pertemanan. Tanpa melihat dari dampak negatif yang
akan terjadi, remaja dengan bangganya melakukan hubungan berpacaran. Tujuan artikel ini dibuat untuk
memberikan pengetahuan mengenai bagaimana remaja dalam dunia percintaan dan pacaran. Selain itu
juga untuk memberi pengetahuan apa saja dampak yang mungkin bisa terjadi jika remaja melakukan
hubungan pacaran. Metode yang digunakan adalah konsep dan literatur review. Di mana artikel ini
menjelaskan secara konsep dan mengambil sumber yang terkait dari buku dan jurnal artikel. Dalam artikel
ini hal yang paling diperdalam yaitu mengenai dampak negatif pacaran pada remaja yang masih sekolah.
Sumber-sumber serta kutipan kutipan yang diperoleh membantu untuk memperluas pengetahuan terutama
untuk saya dan juga pembaca agar memiliki pengetahuan yang lebih mendetail.

Keywords: “Pacaran”,”Remaja”.

How to Cite: Salsabila, A & Daharnis. 2023. Pacaran dan dampak negatif bagi remaja disekolah. Jurnal
Neo Konseling, Vol (N): pp. XX-XX, DOI: 10.24036/XXXXXXXXXX-X-XX

This is an open access article distributed under the Creative Commons 4.0 Attribution License, which permits unrestricted use,
distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properly cited. ©2019 by author

Introduction
Menurut Robert J Havighurst pacaran adalah hubungan antara laki-laki dan perempuan yang diwarnai
dengan keintiman di mana keduanya terlibat dalam perasaan cinta dan saling mengakui sebagai pacar serta dapat
memenuhi kebutuhan dari kekurangan pasangannya. Masa remaja ialah suatu masa peralihan dari masa anak-
anak menuju masa dewasa dan pada masa ini paling banyak terjadi konflik pada diri seorang individu. Masa ini
juga merupakan masa di mana seseorang memiliki kebutuhan yang kuat untuk disukai dan diterima oleh kawan
sebaya atau sekelompoknya. Pacaran pada ruang lingkup remaja sekarang bisa mengakibatkan banyak dampak
negatif yang akan merusak kehidupan remaja. Hal inilah menjadi salah satu faktor mengapa Saya mengangkat
judul ini dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan bagaimana pacaran remaja dan apa saja dampak negatif
yang bisa terjadi pada remaja. Alasan-alasan remaja berpacaran itu tidak seimbang dengan dampak negatif yang
akan terjadi nantinya.
Melihat di zaman sekarang banyaknya remaja yang berpacaran sehingga menjadikan pacaran adalah
kebiasaan yang dibanggakan dan harus dilakukan oleh setiap remaja, padahal ini adalah suatu persepsi salah
yang harus dihilangkan. Salah satu remaja berpacaran yaitu adanya tekanan sosial, artinya adanya tekanan
berasal dari teman atau lingkungan sosialnya yang mengharuskan remaja untuk berpacaran. Hal ini berkaitan
juga dengan mengkritikan sosial, remaja berpacaran untuk menghindari kritikan sosial, kritikan-kritikan yang
berasal dari lingkungan atau temannya yang akan mengakibatkan kegelisahan dalam hatinya jika tidak segera
melakukan hubungan pacaran. Adapun beberapa dampak negatif yang bisa dialaimi remaja yaitu: Kehilagan jati
diri, terjadinya kerenggangan hubungan orang tua dan anak, renggangnya hubungan pertemanan, terganggu nya
psikis dan mental, dan hilangnya masa depan yang cerah.

Method

1
Jurnal Neo Konseling, Vol 1 No 1 2019 2

Metode yang digunakan dalam pembuatan artikel ini yaitu konsep dan literatur review. Di mana dalam artikel
ini nantinya terdapat pengertian dan tujuan dari sebuah pokok permasalahan yang nantinya dikembangkan dalam
artikel ini. Pembuatan artikel ini mengutip dari sumber buku dan artikel. Buku-buku yang dikutip ada yang dari
online dan ada juga dikutip secara langsung. Karakteristik artikel yang digunakan yaitu artikel jurnal. Artikel-
artikel terdapat pada Google scholar. Berisi mengenai pengertian pacaran, konsep remaja, dan pacaran remaja
serta dampak negatif yang diakibatkan oleh hubungan pacaran pada remaja. Artikel dicari dengan kata kunci
"Pacaran" dan "Remaja". Analisis data yang digunakan adalah analisis tematik, yaitu analisis yang dilakukan
dengan cara melakukan pengelompokan pada tema-tema khusus.

Results and Discussion


PENGERTIAN PACARAN
Menurut Robert J Havighurst pacaran adalah hubungan antara laki-laki dan perempuan yang diwarnai
dengan keintiman di mana keduanya terlibat dalam perasaan cinta dan saling mengakui sebagai pacar serta dapat
memenuhi kebutuhan dari kekurangan pasangannya. Kebutuhan yang dimaksud dalam hal ini meliputi empati,
saling mengerti dan menghargai antar pribadi, berbagi rasa, saling percaya dan setia dalam rangka memilih
pasangan hidup. Artinya di sini pacaran itu menjadi sebuah relasi heteroseksual di mana kedua belah pihak yang
menjalin suatu hubungan tersebut memiliki ketergantungan satu sama lainnya. Pada remaja alasan berpacaran
antara lain yaitu untuk bersantai-santai, bersenang-senang (having fun) dan menikmati diri mereka itu
diungkapkan oleh Degenova&Rice (2005:146). Alasan lainnya yaitu adanya tekanan dan tuntutan sosial dari
teman-teman maupun lingkungan sekitarnya, selain itu salah satu alasan remaja berpacaran yaitu untuk
menghindari kritik sosial. Menurut Santrock (2003:239) alasan individu berpacaran yaitu Proses
sosialisasi,untuk menjalin keakraban dengan lawan jenis dan eksperimen serta penggalian hal-hal seksual,
berpacaran dapat menjadi alat untuk memilih dan menyeleksi pasangan. Dalam proses pacaran dan terlaksananya
pacaran ialah suatu keadaan dimana meliputi berbagai aktivitas sosial antara dua orang kemudian mengharuskan
seseorang itu terlibat dalam suatu interaksi sosial. Serangkaian aktivitas tersebut diwarnai dengan adanya rasa
kepemilikan dan keterbukaan diri serta adanya keterikatan emosi antara pria dan wanita yang belum menikah
dengan tujuan untuk saling mengenal dan melihat kesesuaian antara satu sama lain sebagai sebuah pertimbangan.

TENTANG REMAJA
Masa remaja ialah suatu masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa, dan pada masa ini
paling banyak terjadinya konflik pada diri seorang individu. Menurut Sarwono (2011:23) masa ini menuntut
kesabaran dan pengertian yang luar biasa dari orang tua. Ada masa ini terjadinya perubahan-perubahan penting
baik secara fisik maupun psikis seorang individu. Kondisi fisik dan psikis remaja yang mengalami perubahan itu
menjadikan keadaan remaja sangat labil. Chasiyah (2009:11) mengungkapkan bahwa masa remaja adalah suatu
perkembangan yang ditandai dengan proses perubahan kesadaran individu. King (2012) masa remaja dimulai
sekitar pada usia 12 tahun dan berakhir pada usia 18 sampai 21 tahun. Menurut Monks (2008) remaja merupakan
masa transisi dari anak-anak hingga dewasa, fase remaja tersebut mencerminkan cara berpikir remaja masih
dalam koridor berpikir konkret, kondisi ini disebabkan pada masa ini terjadi suatu proses pendewasaan pada diri
remaja. Monks juga mengungkapkan bahwa masa tersebut berlangsung dari usia 12 sampai 21 tahun dengan
pembagian sebagai berikut:
1. Remaja awal (Early adolescent) umur 12-15 tahun : pada tahap ini terjadi perubahan-perubahan pada
tubuh individu dan pengembangan pikiran-pikiran baru sehingga individu cepat tertarik pada lawan
jenis, mudah terangsang secara erotis, contohnya dengan dipegang bahunya saja oleh lawan jenis ia
sudah akan berfantasi erotik.
2. Remaja Madya (middle adolescent) berumur 15-18 tahun: pada tahap ini remaja membutuhkan teman-
teman, di mana remaja senang jika banyak teman yang mengakuinya. Kecenderungan mencintai pada
diri sendiri dengan menyukai teman-teman yang sama dengan dirinya. Selain itu pada tahap ini remaja
memiliki kondisi kebingungan karena ia tidak tahu mau memilih yang mana antara peka atau tidak
peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimistis, idealitas atau materialis dsb.
3. Remaja akhir (late adolescent) berumur 18-21 tahun: pada tahap ini merupakan tahap di mana masa
konsilidasi menuju periode dewasa yang mana ditandai dengan pencapaian 5 hal yaitu ;
a. Minat yang akan makin mantap terhadap fungsi intelek;
b. Egonya akan mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain dan dalam pengalaman-
pengalaman yang baru;

(Title)
Author name 1, Author name2 3

c. Terbentuk identitas seksual yang tidak berubah lagi;


d. Egosentrisme diganti dengan keseimbangan dan kepentingan diri sendiri dengan orang lain;
e. Tumbuh dinding yang memisahkan diri pribadinya (privateself).
Perkembangan pada remaja meliputi; perkembangan fisik, perkembangan kognitif, perkembangan
emosi, dan perkembangan sosial.Dalam proses perkembangan, remaja mengalami keterlibatan interaksi dengan
banyak orang dan lingkungan serta dengan lawan jenisnya. Dari sebuah interaksi inilah, biasanya remaja muncul
rasa ketertarikan dengan lawan jenis. Rasa ketertarikan ini yang kemudian direlasikan dalam sebuah hubungan
yang disebut dengan pacaran.

PACARAN REMAJA
Pacaran pada lingkungan remaja beberapa waktu belakangan ini menjadi kegiatan yang sering
dilakukan oleh para remaja atau dalam persepsi beberapa remaja menganggap bahwa pacaran adalah sebuah
kegiatan yang harus dilakukan. Beberapa sekolah yang berada di Indonesia membuat peraturan larangan untuk
siswa-siswi berpacaran, hal ini tidak lain adalah untuk kebaikan dan keselamatan diri para siswa-siswi sekolah
tersebut. Namun peraturan larangan berpacaran ini justru adalah salah satu peraturan yang paling banyak
dilanggar oleh siswa-siswi di sekolah. Remaja yang merupakan masa peralihan antara anak-anak dan dewasa,
mengakibatkan remaja memiliki kekurangan ketidakstabilan emosionalnya. Selain itu juga pada masa remaja ini
adalah masa di mana individu memiliki ketenangan jika ia merasa diterima oleh teman-temannya, begitu
sebaliknya ia akan gelisah apabila merasa ia tidak diterima dalam ruang lingkup pertemanannya. Dalam artian
sempit hidup remaja adalah jika ia bisa diterima dengan baik oleh teman-temannya. Nah, salah satu alasan
remaja berpacaran adalah untuk menghindari kritik sosial dari teman-temannya dan ia bisa diterima dengan baik
oleh teman-temannya. Selain yang dijelaskan di atas alasan remaja berpacaran secara umum,yaitu :
1. Bersantai santai atau bersenang-senang (having fun)
2. Adanya tekanan sosial
3. Ingin menjalin keakraban dari lawan jenis (socialisation proces) dan mendapatkan kebutuhan dicintai
dan mencintai.
Remaja yang berpacaran juga dipengaruhi oleh beberapa faktor:
1. Pengaruh teman sebaya : teman sebaya memiliki peran penting dalam kehidupan remaja, seperti yang
telah dijelaskan di atas tadi bahwa remaja memiliki kebutuhan yang kuat untuk disukai dan diterima
oleh kawan sebaya atau sekelompoknya maka dari itu ia akan melakukan apapun agar ia bisa diterima
oleh teman sebaya dan sekelompoknya.
2. Pengaruh media teknologi: Dunia teknologi yang berkembang pesat juga merupakan salah satu faktor
yang menyebabkan remaja berpacaran, karena dari media massa seperti televisi, radio, CD, majalah,
gadget beserta media sosial yang ada di dalam benda tersebut. Kehidupan-kehidupan orang luar yang
bisa dengan mudah diakses oleh internet atau media massa lainnya menjadikan remaja tahu bagaimana
proses berpacaran, baik dari ruang lingkup dalam negeri maupun di luar negeri.
3. Kurangnya kasih sayang: Remaja yang kurang mendapatkan kasih sayang atau mungkin ia merasa
mendapatkan kasih sayang yang kurang dari orang tuanya atau keluarganya merupakan salah satu faktor
mengapa remaja mencari kasih sayang di luar dalam ruang lingkup keluarganya dengan melakukan
proses berpacaran dengan lawan jenis. Proses pacaran yang remaja lakukan tak lain dan tak bukan untuk
mendapatkan atau mengisi kekurangan kasih sayang yang ia rasakan.

Masa pacaran merupakan suatu hal yang selalu diinginkan oleh semua remaja. Mereka
mengasumsikan bahwa pacaran menjadi suatu trend dalam pergaulan remaja masa kini tanpa mengetahui
dampak dari pacaran tersebut. Dari pacaran yang mereka lakukan memberikan kebanggaan tersendiri bagi
mereka di hadapan teman-teman. Di sekolah, apabila seorang siswa atau siswi melakukan hubungan
berpacaran baik dengan siswa atau siswi di sekolah tersebut atau di sekolah lain, hal ini sudah termasuk ke
dalam sebuah perilaku menyimpang. Hisyam & MM mengungkapkan bahwa perilaku menyimpang ialah
semua tindakan yang bertentangan dan norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem tata sosial
masyarakat. Jika dalam konteks sekolah perilaku menyimpang ini merupakan semua tindakan yang
bertentangan dengan norma-norma di sekolah. Jadi, jika siswa-siswi tersebut melakukan pelanggaran atas
aturan-aturan yang telah berlaku di sekolah maka siswa-siswi tersebut sudah melakukan perilaku
menyimpang. Gaya berpacaran remaja pada zaman sekarang ini merupakan salah satu perilaku menyimpang
di dalam ruang lingkup suatu negara Indonesia. Karena ada beberapa remaja yang mengikuti gaya

Jurnal Neo Konseling, Open Access Journal: http://neo.ppj.unp.ac.id/index.php/neo


Jurnal Neo Konseling, Vol 1 No 1 2019 4

berpacaran bangsa asing yang memang berpacarannya dengan gaya yang bebas. Hal ini juga merupakan
perilaku menyimpang karena sudah melanggar dan menentang norma-norma yang ada di negara kita.
Namun meskipun pacran merupakan salah satu perilaku menyimpang tetap saja banyak remaja yang
melakukannya. Hal ini tidak lain dan tidak bukan karena lingkungannya yang kini dipenuhi dengan orang-
orang yang melakukan hubungan berpacara sehingga menjadi sebuah kebiasaan yang mana jika tidak
dilakukan akan banyak mendatangkan perpektif buruk untuk remaja tersebut.
Dari hasil survei kesehatan reproduksi Remaja, remaja Indonesia pertama kali pacaran pada usia 12
tahun. Perilaku pacar remaja juga semakin permisif yakni sebanyak 92% remaja berpegangan tangan saat
pacaran, 82% berciuman, 93% rabaan petting. Perilaku-perilaku tersebut kemudian memicu remaja
melakukan hubungan seksual (Ekasari & Rosidawati, 2019). Hasil survei yang telah diungkapkan tersebut
dapat kita lihat bahwa berpacaran memiliki banyak dampak negatif bagi para remaja terutama remaja
wanita. Obsesi remaja pada percintaan mengakibatkan remaja tersebut menjadi tidak bisa mengontrol diri
dalam melakukan proses sebelum atau sedang berpacaran. Contohnya, pada remaja wanita yang mengagumi
atau memiliki ketertarikan dan rasa yang mendalam untuk seorang lawan jenis, maka ia rela melakukan
apapun untuk seorang tersebut. Penjelasan di atas merupakan salah satu hal yang akan terjadi jika seorang
remaja berpacaran dan tidak bisa mengontrol diri. Remaja yang berpacaran dan terobsesi akan sebuah
perasaan akan mengakibatkan dan berdampak banyak pada remaja. Beberapa dampak negatif yang bisa
terjadi jika seorang remaja berpacaran dan tidak bisa mengontrol diri :
a. Kehilangan jati diri : seorang remaja yang terlalu terobsesi akan sebuah perasaannya terhadap
seseorang biasanya akan melakukan apapun agar bisa memikat perhatian seseorang yaitu
kagumi, bahkan ia rela merubah karakteristiknya sesuai dengan keinginan orang yang ia
kagumi, mengakibatkan seorang remaja tersebut kehilangan jati dirinya sendiri.
b. Memiliki hubungan yang renggang dengan orang tua : beberapa orang tua tidak mengizinkan
anak-anaknya untuk berpacaran, karena mengingat banyaknya dampak negatif yang akan
mempengaruhi kehidupan anak-anaknya. Namun bagi anak-anak yang menganggap pacaran
sebuah hal yang harus dilakukan, dengan dilandaskan sebuah perasaan cinta yang tidak bisa ia
kontrol maka ia akan dengan entengnya berbohong kepada orang tuanya, dan mencari cara
bagaimana ia bisa tetap melaksanakan hubungan berpacaran. Hal ini juga yang membuat anak
menghindar dari orang tuanya karena merasa takut, sehingga jika terus dilakukan maka
hubungan antara anak dan orang tua akan merenggang.
c. Renggangnya hubungan pertemanan: tidak bisa dipungkiri walaupun seseorang melakukan
proses berpacaran karena adanya pengaruh dari seorang teman tapi berpacaran jugalah yang
bisa membuat seseorang merenggang dari sebuah hubungan pertemanannya. Karena biasanya
remaja apalagi remaja yang baru saja kasmaran itu dunianya akan penuh dengan seorang
pacarnya saja. Hal inilah yang mengakibatkan hubungan pertemanannya dengan orang lain
merenggang.
d. Terganggunya proses belajar: remaja yang berpacaran waktunya akan mulai terbagi - bagi,
karena adanya penyaliban waktu khusus untuk seorang pacar. Waktu yang seharusnya untuk
belajar bisa saja ia pergunakan untuk melakukan interaksi dengan pacarnya entah melalui
chat,telepon, video call atau mungkin jumpa secara langsung.
e. Terganggunya psikis dan mental : remaja yang memiliki ketidakstabilan emosional, jika ia
berada di dalam titik kebahagiaan dengan kasmara kasmara yang baru ia dapatkan atas
perlakuan seorang pacar kemudian ia ditinggalkan oleh seorang pacar tersebut dalam keadaan
bahagia akan mengakibatkan remaja tersebut patah hati mendalam, yang kemudian bisa
mengakibatkan terganggu mental dan psikis seorang remaja tersebut.
f. Hilangnya masa depan yang cerah : hal ini biasa lebih dominan kepada seorang remaja wanita.
Jika seorang remaja wanita tidak bisa mengontrol diri dan menjaga dirinya maka ia bisa saja
dengan cuma-cuma memberikan tubuhnya kepada seorang pacar atas dasar cinta, yang mana
akan sangat merugikan remaja wanita tersebut, karena ia akan kehilangan harga dirinya hanya
karena perasaan cinta yang tidak terkontrol.
Ada banyak lagi dampak-dampak negatif dari pacaran yang dilakukan oleh remaja. Sebagai seorang
remaja harus mampu mengontrol diri dan perasaan agar tidak terjerumus ke dalam dampak negatif dari pacaran
tersebut. Jika seorang remaja merasa kurang kasih sayang ia bisa datang kepada gurunya atau lebih tepatnya
kepada guru BK, di mana nantinya remaja tersebut akan dibantu untuk menyelesaikan dari permasalahan yang
ada di dirinya dan guru BK juga akan memberikan pemahaman serta guru BK akan memberikan kasih sayang
kepada seorang rersebut, jadi seorang remaja yang kekurangan kasih sayang, atau merasa dirinya kurang
mendapatkan kasih sayang, tidak harus melakukan proses pacaran untuk memperoleh rasa kasih sayang tersebut.

(Title)
Author name 1, Author name2 5

Conclusion
Pacaran adalah hubungan antara laki-laki dan perempuan yang diwarnai dengan keimanan di mana
keduanya terdapat dalam perasaan cinta dan saling mengakui sebagai pacar serta dapat memenuhi kebutuhan
dari kekurangan pasangannya. Masa remaja ialah suatu masa di mana seseorang memiliki kebutuhan disenangi
dan diterima oleh teman sebayanya atau sekelompoknya. Masa remaja juga merupakan masa peralihan antara
anak-anak menuju dewasa. Pacaran pada ruang lingkup remaja sekarang bisa mengakibatkan banyak dampak
negatif yang akan merusak kehidupan remaja. Pacaran beberapa waktu belakangan ini menjadi kegiatan yang
sering dilakukan oleh para remaja. Hal ini tidak terlepas karena lingkungannya yang memicu terjadinya
kebiasaan dan kebanggaan untuk remaja melakukannya. Alasan remaja berpacaran yaitu : bersantai-santai atau
bersenang-senang, adanya tekanan sosial, untuk menghindari kritik sosial, dan melakukan sosialization process
serta mendapatkan kebutuhan dicintai dan mencintai. Remaja yang berpacaran juga memiliki beberapa faktor
yang mempengaruhinya, yaitu : pengaruh dari teman sebaya, pengaruh media teknologi dan kurangnya kasih
sayang. Dalam konteks sekolah pacaran merupakan salah satu perilaku yang menyimpang karena yang
melanggar peraturan yang dibuat oleh pihak sekolah. Eka Sari dan rosidawati (2019) mengungkapkan bahwa
dari hasil survei kesehatan reproduksi Remaja remaja Indonesia pertama kali pacaran pada usia 12 tahun,
perilaku pacar remaja juga semakin permisif yakni sebanyak 92% remaja berpegangan tangan saat pacaran, 82%
berciuman, 93% rabaan petting. Perilaku tersebut yang kemudian memicu remaja melakukan hubungan seksual.

Acknowledgment
Dari metode yang telah dilaksanakan dalam pembuatan artikel ini literatur review Saya sedikit memiliki
kendala seperti kesulitan untuk mencari kutipan kutipan yang pas dari tema yang saya angkat. Kesulitan dalam
pemilihan kata-kata dan penyusunan kata-kata yang kurang tepat. Di sini sudah pasti artikel ini bukanlah yang
paling sempurna dan banyak sekali kekurangan. Saya berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran agar
kedepannya saya bisa menjadi yang lebih baik. Saya harap juga artikel banyak kekurangan ini dan yang telah
saya sampaikan dapat membantu pembaca untuk bisa lebih teliti dan mengangkat tema.

References
Chasiyah, dkk. (2009). Perkembangan Peserta Didik.. Surakarta: Yuma Pustaka & Learing Resources Center
FKIP-UNS.
DeGenova, Mary.K., & Rice, Philip.F. (2005). Intimate Relationships, Marriages, and Families (6th ed.).
England Phsycology Research Journal. Diperoleh pada tanggal 20 mei 2023 dari
eprints.uny.ac.id/.../bab%202%20-%20NIM.%200810.
Ekasari, M. F., & Rosidawati, A. J. (2019). Pengalaman pacaran pada remaja awal. Wahana Inovasi: Jurnal
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat UISU, 8(1).
Hisyam, C. J., & MM, M. S. (2021). Perilaku Menyimpang: Tinjauan Sosiologis. Bumi Aksara.
King, L. A. (2012). Psikologi Umum : Sebuah Pandangan Apresiatif Buku 2. Jakarta: Salemba Humanika.
Mönks, F.J., Knoers, A.M.P., & Haditono, S.R. 2008. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai
Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sarwono. 2011. Psikologi Remaja Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Press.

Jurnal Neo Konseling, Open Access Journal: http://neo.ppj.unp.ac.id/index.php/neo


Jurnal Neo Konseling, Vol 1 No 1 2019 6

Santrock, John W. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.

(Title)

Anda mungkin juga menyukai