Anda di halaman 1dari 3

Di suati hari, ada seorang guru cantik yang bertanya kepada murid tentang

mata pelajaran yang paling disukai.

Guru: "Anak-anak, ibu ingin bertanya, apa pelajaran yang paling kalian
sukai?"

Sifa: "Bahasa Inggris bu!"

Amel: "Kesenian bu!"

Ifan: "Olahraga bu!"

Guru: "Bagus semuanya, kamu kamu sigit? Apa pelajaran yang kamu
sukai?"

Sigit: "Pelajaran kosong bu"

Guru: "#!#@!$$"

Dalam sebuah mata kuliah sistem hukum Indonesia, dosen mengatakan


bahwa hukum di Indonesia itu ibarat pisau tajam ke bawah dan tumpul ke
atas.

Perkara hukum selalu tajam ke bawah yaitu rakyat dilapisan bawah,


sedangkan hukum untuk para pejabat tumpul, artinya banyak pejabat yang
melakukan korupsi bebas dari tuntutan. Maka terjadilah perdebatan dalam
kelas tersebut.

Dosen: “Apakah kalian setuju dengan pengibaratan hukum Indonesia yang


tumpul ke atas dan tajam ke bawah?”

Joni: “Saya sangat setuju pak, karena dalam kenyataannya memang itulah
yang terjadi”.

Ifan: “Benar sekali pak, bagi orang yang tak berduit akan merasakan
seberapa tajam pisau itu pak. Sedangkan bagi orang yang berduit bisa saja
menghentikan hukum dengan duit yang dimilikinya”.

Dosen: “Memang benar, namun lebih mending hukum Indonesia ibarat


pisau”.

Adam: “Maksudnya pak?”

Dosen: “Jika hukum ibarat pisau masih mending yang salah dan berduit
tetap dihukum, meskipun hukumnya ringan. Daripada hukum ibarat Tuhan,
pasti yang di atas selalu benar dan tidak bisa disalahkan”.

- ---------?????
Pak Ifan adalah kepala SMP Negeri, sudah 7 hari beliau opname di rumah
sakit karena penyakit jantung. Suatu hari itu Citra mengirim pesan singkat
kepada ibu Desi selaku wakil kepala sekolah. Saat ibu Desi membaca pesan
singkat tersebut, ibu Desi seketika menangis.

"Bu, kok menangis?" tanya ibu Gea yang berada di sebelahnya.

"Pak Ifan, Bu... beliau meninggal." Jawabnya sambil menangis.

"Innalilahi wa inna ilahiroji'un Ibu tahu darimana?" tanya bu Gea kaget.

"Ibu baca saja sendiri pesan ini dari ibu Citra." Kata bu Desi sambil
memberikan ponsel kepada ibu Gea.

"Astaga, Bu.. Pak Ifan tidak meninggal dunia." Kata bu Gea sambil ketawa.

"Lalu?" tanya bu Desi kaget.

"Beliau baru saja meninggalkan rumah sakit, bukan meninggal dunia. Ibu sih
nggak baca pesan yang bawah." Kata bu Gea dengan kesal.

"Astaga! Maaf, Bu.. saya khilaf." Kata bu Desi datar sambil mengusap air
matanya.

Bapak Presiden hendak membeli kue dan bertanya pada ibu tua penjual kue
di dekat jalan.

Bapak: "Sudah berapa lama jualan kue?"

Ibu: "Sudah hampir 30 tahun."

Bapak: "Terus anak ibu mana, kenapa tidak ada yang bantu?"

Ibu: "Anak saya ada 4, yang ke-1 di KPK, ke-2 di POLDA, ke-3 di Kejaksaan
dan yang ke-4 di DPR, jadi mereka sibuk sekali pak..."

Bapak Presiden kemudian menggeleng-gelengkan kepala karena kagum..


Lalu berbicara ke semua hadirin yang menyertai beliau.

"Meskipun hanya jualan kue, ibu ini bisa menjadikan anaknya sukses dan
jujur tidak korupsi... karena kalau mereka korupsi pasti kehidupan Ibu ini
sudah sejahtera dan tinggal di rumah mewah..."

Bapak: "Apa jabatan anak di POLDA, KPK, KEJAKSAAN dan DPR?"

Ibu: "Sama...jualan kue juga.."

Bapak presiden pun tercengang akan jawaban yang diberikan Ibu penjual
kue. Situasi kembali normal dan bapak presiden kembali membawa kue ke
kantornya.

Anda mungkin juga menyukai