Anda di halaman 1dari 9

BAGIAN 7

KINERJA PERBANKAN

PENDAHULUAN
Penilaian kinerja merupakan proses pengukuran organisasi dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Penilaian kinerja dapat juga diartikan
sebagai penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian
organisasi, dan personilnya, berdasarkan visi, misi, standar organisasi yang telah
ditetapkan sebelumnya. Organisasi pada dasarnya dioperasikan oleh sumber daya
manusia, maka penilaian kinerja sesungguhnya merupakan penilaian atas perilaku
manusia dalam melaksanakan peran dalam organisasi (Torkamani, 2012; 3289).
Proses penilaian kinerja diawali dengan menentukan tujuan organisasi, kemudian
dilanjutkan dengan analisa kinerja untuk mengetahui harapan pimpinan
organisasi dalam pelaksanaan. Proses evaluasi kinerja, organisasi dapat
menggunakan berbagai macam ukuran yang berbeda untuk perencanaan,
pengukuran, dan evaluasi organisasi (Simon, 2012; 218). Keseimbangan antara
pengukuran kinerja finansial dan non finansial ini akan dapat membantu
organisasi dalam mengetahui dan mengevaluasi kinerjanya secara keseluruhan
(Sampurno, 2010; 248).

A. PENGUKURAN KINERJA BISNIS


Bila kita menilai kinerja suatu bisnis, mula-mula harus
diperhitungkan konsekuensi keuangan dan ekonomi dari keputusan
manajemen yang mempengaruhi investasi, operasional dan pembiayaan.
Penciptaan nilai bagi para pemegang saham mensyaratkan hasil yang
positif dari bidang bidang tersebut, yang akan menghasilkan pola aliran
kas (cash flow) yang menguntungkan.
1. Analisa rasio dan kinerja
Banyaknya alat yang dapat dipakai untuk mengukur kinerja,
maka perlu diingat bahwa untuk mengukur kinerja suatu bisnis dapat
digunakan teknik yang berbeda denngan cara tertentu. Seseorang
K i n e r j a P e r b a n k a n | 70
dapat saja menggunakan semua ukuran dan rasio yang ada, namun
hanya dengan beberapa dari rasio dan ukuran pun, jika
dikombinasikan secara tepat, sudah bisa memberikan informasi dan
gambaran yang benar-benar dibutuhkan oleh seorang analis untuk
menentukan keputusan.
Terdapat tiga kelompok yang berkepentingan dalam berhasi;
atau tidaknya suatu bisnis, yaitu: Pemilik (investor); Manajer; dan
Kreditur.

2. Rasio sebagai sebuah system


Rasio – rasio yang dibahas dalam bagian ini memiliki beberapa
kesamaan elemen, karena diturunkan dari komponen – kompponen
kunci laporan keuangan yang sama, dalam kenyataannya, rasio – rasio
ini seringkali berhubungan dan dapat dipandang sebagai suatu system.
Seorang analis dapat mnegubah beberapa rasio menjadi sebuah
tampilan yang dinamis yang menyoroti elemen – elemen yang
merupakan sumber dana paling penting yang digunakan manajemen
untuk mempengaruhi kinerja operasional. Dalam analisis internal,

K i n e r j a P e r b a n k a n | 71
banyak perusahaan yang menerapkan system rasio dan standar yang
memisahkannya ke dalam komponen serangkaian keputusan yang
mempengaruhi kinerja operasional, keseluruhan return, dan harapan
pemegang saham. Bagian ini akan menyajikan hubungan antara rasio
yang dibahas dnegan menggunakan dua parameter kunci yang
dipisahkan ke dalam elemennya masing-masing. Return on Assets,
untuk menilai kinerja manajemen, dan Return on Equity, yang
memberikan ukuran kunci dari sudut pandang pemilik.
Penggerak TSR dan nilai pemegang saham merupakan pola
aliran dana yang diterima, dan yang lebih penting lagi, merupakan hal
yang diharapkan dalam pasar modal. Hal ini merepresentasikan sudut
pandang ekonomi yang lebih penting dari sekedar hasil hubungan dan
laporan akuntansi, dan menunjukkan penilaian pasar sebagai
mekanisme aliran dana seperti yang telah dibuktikan oleh banyak
studi empiris.
Kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi
keuangan bank pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek
penghimpunan dana maupun penyaluran dana yang biasa diukur
dengan indikator kecukupan modal, likuiditas dan profitabilitas bank
(Jumingan, 2008:239). Salah satu faktor penilaian kinerja bank seperti
yang diatur dalam PBI No.6/10/PBI/2004 adalah faktor finansial yang
digunakan sebagai penilaian kesehatan bank untuk menilai baik
buruknya suatu kondisi bank yang terdiri dari faktor permodalan,
kualitas aset, rentabilitas, likuiditas, dan sesitivitas terhadap risiko
pasar. Faktor-faktor ini dikenal dengan rasio CAMELS (Capital, Asset
Quality, Management, Earning, Liquidity, Sensitivity to market risk).

K i n e r j a P e r b a n k a n | 72
B. APLIKASI HUBUNGAN EFISIENSI OPERASIONAL DENGAN
KINERJA PROFITABILITAS BANK UMUM SWASTA NASIONAL
DEVISA
Menurut Siamat (1993) Risiko yang dihadapi bank antara lain
sebagai berikut: (1) Risiko kredit, merupakan risiko kegagalan atau
ketidakmampuan nasabah mengembalikan jumlah pinjaman telah diterima
dari bank beserta bunganya sesuai jangka waktu yang telah ditentukan; (2)
Risiko investasi, berkaitan dengan kemungkinan terjadinya kerugian
akibat penurunan nilai pokok dari portofolio surat-surat berharga.
Penurunan nilai surat-surat berharga tersebut bergerak berlawanan arah
dengan tingkat bunga umum. Oleh karena itu dalam situasi tingkat suku
bunga yang berfluktuasi bank akan menghadapi kemungkinan risiko
perubahan harga pasar atas portofolio investasinya; (3) Risiko operasional,
merupakan ketidakpastian mengenai kegiatan usaha bank. Untuk
meminimalkan risiko – risiko tersebut maka perbankan perlu bertindak
rasional dalam arti lebih memperhatikan masalah efisiensi. Masalah
efisiensi dirasakan semakin penting pada saat ini dan dimasa mendatang
karena adanya permasalahan yang mungkin timbul sebagai akibat
kompetensi usaha yang bertambah ketat, dan meningkatkan mutu
kehidupan yang berakibat pada meningkatnya standar kepuasan
konsumen.
Ukuran efisiensi yang digunakan adalah efisiensi operasional bank
mengacu kepada pendapat Anthanassopaulus et.al (1997) bahwa tujuan
pokok bank adalah sebagai front office untuk meraih pasar dengan menjual
produk produk keuangan perbankan kepada nasabah/debitur baru dan
secara bersamaan memberikan pelayanan bagi nasabah/debitur yang telah
ada dengan menggunakan sumber daya yang ada secara optimal
sebagaimana penelitian adalah sebagai berikut: Kesowo (2001) berusaha
menguji hubungan antara tingkat efisiensi operasional terhadap kinerja
profitabilitas 40 bank umum swasta nasional devisa di Indonesia (1995-

K i n e r j a P e r b a n k a n | 73
1999). Hasil regresi memberikan bukti semakin efisien kinerja operasional
suatu bank maka keuntungan yang diperoleh akan semakin besar.
1. Profitabilitas (ROA)
Profitabilitas merupakan gambaran kinerja fundamental
perusahaan yang ditinjau dari tingkat efesiensi dan efektifitas operasi
perusahaan dalam memperoleh laba (Horngren, 1993:369). Tingkat
efesiensi sebuah perusahaan dapat diketahui jika profit yang
dihasilkan pada setiap akhir periode dibandingkan dengan kekayaan
atau modal yang digunakan untuk menghasilkan profit tersebut. ROA
adalah tingkat kemampuan perusahaan yang mencerminkan sejauh
mana total investasi perusahaan mampu menghasilkan laba bersih
perusahaan (Harmono, 2009:235).
2. CAR (Capital Adequance Ratio)
CAR merupakan bahagian dari modal yang dijadikan alat ukur dalam
kesanggupan bank membangun kepercayaan masyarakat sehingga
bank dapat menarik dana pihak ketiga (DPK). CAR memperlihatkan
seberapa besar aktiva bank yang mengandung risiko seperti kredit,
penyertaan, surat berharga, dan tagihan pada bank lain dapat dibiayai
dari modal sendiri disamping memperoleh dana dari sumber-sumber
diluar bank, (Margareta, 2007:63).
3. BOPO (Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional)
BOPO merupakan rasio efesiensi yang mengukur beban operasional
terhadap pendapatan operasional. Biaya operasional merupakan biaya
yang dikeluarkan oleh bank dalam rangka menjalankan aktivitas
pokok, seperti biaya bunga, biaya tenaga kerja, biaya pemasaran dan
biaya operasi lainnya, sedangkan pendapatan operasional merupakan
pendapatan utama bank yaitu pendapatan bunga yang diperoleh dari
penempatan dana dalam bentuk kredit dan pendapatan operasi lainnya.
4. LDR (Loan to Deposite Ratio)
LDR adalah suatu pengukuran tradisional yang menunjukkan deposito
berjangka, giro, tabungan, dan lain-lain yang digunakan dalam
K i n e r j a P e r b a n k a n | 74
memenuhi permohonan kredit nasabahnya. Penyaluran kredit
merupakan kegiatan utama bank, oleh karena itu perhitungan LDR
digunakan untuk mengetahui serta (Hariyani, 2010:54). menilai
seberapa jauh bank memiliki kondisi sehat dalam menjalankan operasi
atau kegiatan usahanya.
5. Pengaruh CAR terhadap ROA
CAR wajib dimiliki oleh setiap perbankan minimum 8% sebagai
jaminan bahwa bank mampu menanggung risiko dari setiap
kredit/aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi maka bank
tersebut mampu membiayai kegiatan operasional dan memberikan
kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas. CAR yang besar
mampu menutupi penurunan aktiva sebagai akibat dari kerugian bank
yang disebabkan oleh aktiva beresiko dengan modal yang dimiliki
disamping sumber dana lainnya seperti dana dari masyarakat ataupun
pinjamam lainnya.
Sebagai contoh paling simpel, pada saat bank memiliki dana
sebesar Rp. 100.000.000 maka dana yang tersisa setelah dipotong
untuk pemberian kredit, kpr atau lainnya adalah CAR. Dana yang
tersisa tersebut dianjurkan oleh BI sebesar 8% dari modal tersebut.
Inilah analogi dasar dari CAR, jadi apabila nilai CAR kecil yakni 0%
ataupun minus maka bank tidak memiliki modal lagi. Sehingga
muncul pertanyaan, bagaimana bank menutupi kerugian aktiva
beresiko tanpa modal. Dengan CAR tinggi, bank mampu menutupi
penurunan aktiva yang diakibatkan Aktiva Tertimbang Menurut
Resiko (ATMR), otomatis semakin kecil resiko bank menghadapi
kebangkrutan dan laba semakin meningkat dan tentunya diikuti
naiknya profitabilitas bank (ROA).
Hasil penelitian Sukarno dan Syaichu (2006), Yuliani (2007)
dan Ponco (2008), Winarni (2011), menunjukkan bahwa CAR
berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas (ROA).

K i n e r j a P e r b a n k a n | 75
6. Pengaruh BOPO terhadap ROA
Biaya opersional terhadap pendapatan operasional (BOPO)
merupakan alat ukur kinerja bank dilihat dari segi efesiensi dan
efektivitas suatu bank dalam mengelola manajemen laba. Pada
umumnya, suatu biaya yang besar yang dikeluarkan bank tanpa
diiringi pendapatan yang sebanding atau jauh lebih besar dari
pendapatan maka pihak bank akan mengalami resiko kerugian. Hal
inilah yang harus diantisipasi pihak bank untuk dapat mengelola
aktiva atau semua faktor produksi yang dimiliki menjadi beban
dengan sebaik mungkin (efektif dan efesien).
Jika bank dapat mengendalikan biaya dengan baik atau
semaksimal mungkin maka laba bank meningkat dan diikuti pula
tingkat profitabilitas bank. Begitu pula sebaliknya. Teori ini sesuai
dengan hasil penelitian Sukarno dan Syaichu (2006), Yuliani (2007),
Winarni (2005), Ponco (2009) dan Winarni (2011), yang
menunjukkan bahwa BOPO berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap profitabilitas (ROA), artinya semakin kecil rasio BOPO
maka semakin besar keuntungan yang diperoleh bank.
7. Pengaruh LDR tehadap ROA
LDR menunjukkan seberapa besar dana bank disalurkan ke
perkreditan. Semakin tinggi LDR maka laba bank akan semakin
meningkat, dengan meningkatnya laba bank maka kinerja bank juga
meningkat (Dendawijaya, 2005:116). Rendahnya LDR mencerminkan
rendahnya kontribusi perbankan untuk membantu menggerakkan
sektor perekonomian. Namun, apabila LDR di atas 110% (maksimum
sesuai ketentuan BI) berarti likuiditas bank kurang baik karena jumlah
DPK tidak mampu menutupi kredit yang disalurkan sehingga bank
harus menggunakan dana antarbank (call money) untuk menutupi
kekurangannya atau bahkan modalnya sendiri.Hasil penelitian
Sukarno dan Syaichu (2007), Ponco (2008) menunjukkan bahwa LDR
berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas (ROA).
K i n e r j a P e r b a n k a n | 76
C. APLIKASI HUBUNGAN EFISIENSI OPERASIONAL DENGAN
KINERJA PROFITABILITAS BANK UMUM SWASTA NASIONAL
DEVISA (JURNAL)
Jurnal Nasional oleh Luh Eprima Dewi, Nyoman Trisna Herawati.
SE.,M.Pd.,A. Luh Gede Erni Sulindawati. SE.,M.Pd.,Ak. Volume: 3 No. 1
Tahun 2015 dengan Judul “ Analisis Pengaruh Nim, Bopo, Ldr, Dan Npl
Terhadap Profitabilitas (Studi Kasus Pada Bank Umum Swasta Nasional
Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013 )” yang
berisi mengenai:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Net Interest
Margin (NIM), Biaya Operasional/Pendapatan Operasional (BOPO), Loan
to Deposit Ratio (LDR) , dan Net Performing Loan (NPL) terhadap
profitabilitas Bank Umum Swasta Nasional yang terdaftar pada Bursa
Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2013. Penelitian ini menggunakan data
skunder yang diperoleh melalui dokumentasi berupa laporan keuangan
tahunan dari Bank Umum swasta Nasional. Analisis data dilakukan
dengan analisis kuantitatif berupa analisis regresi berganda serta uji asumsi
klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas, uji
heteroskedastisitas, dan uji autokolerasi. Berdasarkan hasil penelitian
ditemukan bahwa Net Interest Margin (NIM), Biaya
Operasional/Pendapatan Operasional (BOPO), Net Performing Loan
(NPL), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh terhadap
profitabilitas baik secara parsial maupun secara simultan. Kelemahan
dalam penelitian ini adalah periode yang digunakan kurang up to date serta
tolok ukur dari profitabilitas hanya dilihat dalam bentuk Return on Assets
(ROA). Kelebihan dalam penelitian ini adalah objek yang diteliti berbeda
dari yang lainnya yaitu tidak hanya terpaku pada Bank Umum Swasta
Nasional Devisa tetapi juga pada Bank Umum Swasta Nasional Non-
Devisa.

K i n e r j a P e r b a n k a n | 77
KESIMPULAN
Kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan bank pada
suatu periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun
penyaluran dana yang biasa diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas
dan profitabilitas bank (Jumingan, 2008:239). Salah satu faktor penilaian kinerja
bank seperti yang diatur dalam PBI No.6/10/PBI/2004 adalah faktor finansial
yang digunakan sebagai penilaian kesehatan bank untuk menilai baik buruknya
suatu kondisi bank yang terdiri dari faktor permodalan, kualitas aset, rentabilitas,
likuiditas, dan sesitivitas terhadap risiko pasar.
Terdapat tiga kelompok yang berkepentingan dalam berhasi; atau tidaknya
suatu bisnis, yaitu: Pemilik (investor), Manajer dan Kreditur. Kinerja keuangan
bank merupakan gambaran kondisi keuangan bank pada Tantangan bagi para
analis dan manajer adalah untuk terus memperhatikan implikasi aliran dana
sebagai akibat keputusan yang berdasarkan analisis akuntansi. Rasio dan data
akuntansi dapat bergesekan dengan pilihan – pilihan ekonomi dalam jangka
pendek, dan sebagian dari data dan rasio akuntansi tersebut bermanfaat dalam
keputusan-keputusan tertentu. Dalam jangka panjang, ukuran seperti return on
equity dan return on net assets akan sejalan dengan hasil aliran dana.

K i n e r j a P e r b a n k a n | 78

Anda mungkin juga menyukai