Anda di halaman 1dari 28

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN .......................................................... iii
PERSEMBAHAN ............................................................................................... iv
MOTTO .............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi
DAFTAR ISI....................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xi
ABSTRAK .......................................................................................................... xii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................... 1
B. Fokus dan Subfokus Penelitian ........................................................ 5
C. Rumusan Masalah ............................................................................ 6
D. Tujuan Penelitian.............................................................................. 6
E. Manfaat Penelitian............................................................................ 6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teori................................................................................. 7
1. Teori Bentuk .............................................................................. 7
2. Teori Objektifikasi Perempuan .................................................. 9
B. Penelitian Relevan............................................................................ 13
C. Kerangka Berpikir ............................................................................ 16
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian.............................................................................. 18
B. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................... 19
C. Data dan Sumber Data ...................................................................... 19
D. Teknik Pengumpulan Data................................................................ 20
E. Teknik Analisis Data......................................................................... 22
F. Keabsahan Data................................................................................. 24

viii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Hasil Penelitian.................................................... 26
1. Sejarah Tari Jangger .................................................................. 26
2. Bentuk Gerak Tari Jangger......................................................... 28
3. Pendukung Tari Jangger ............................................................. 28
4. Gambaran Umum Subjek............................................................ 32
5. Keterlibatan subjek dalam kesenian tari Jangger ....................... 34
6. Bentuk Objektifikasi Perempuan Penari Jangger ....................... 39
B. PEMBAHASAN ............................................................................... 39
1. Bentuk Gerak tari Jangger ......................................................... 39
2. Bentuk objektifikasi perempuan terhadap perempuan penari
Jangger........................................................................................ 45
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ........................................................................................... 62
B. Saran.................................................................................................. 62
Daftar Pustaka ..................................................................................................... 64

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

ix
OBJEKTIFIKASI PEREMPUAN PENARI JANGGER

AZIZATUL HANAN
16470034

ABSTRAK

Penelitian ini mencoba untuk membuka dan melihat bagaimana


perempuan penari Jangger tradisi kemudian diobjektifikasi atau dijadikan sebagai
objek oleh orang-orang diruang lingkup dunia kerjanya. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis bentuk gerak pada tari Jangger, menggunakan teori tari
tradisional Sasak dari Tim YSB Pulayakendase dan mendeskripsikan bentuk
objektifikasi perempuan penari Jangger berdasarkan tujuh indikator perempuan
diobjektifikasi yang dikemukakan oleh Marta Nussbaum. Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan Studi Kasus sehingga data
yang diperoleh berupa kata-kata atau tulisan. Data primer dalam penelitian ini
bersumber dari wawancara, foto serta video, sementara untuk data sekunder
bersumber dari buku dan jurnal terkait. Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan cara wawancara, observasi, dan dokumentasi. Ditemukan dalam kasus ini
perempuan penari Jangger diobjektifikasi secara fisik dan verbal. Temuan ini
dilihat menggunakan tujuh indikator yang dikemukakan oleh Martha Nussbaum
yaitu: Instrumentality, Denial of Autonomy, Fungibility, Vialobility, Ownership,
Denial of Subjectivity.

Kata Kunci: Bentuk Gerak, Objektifikasi, Tari Jangger, Tim YSB Pulayakendase.

xii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tari Jangger merupakan bentuk kesenian tari tradisional masyarakat

Sasak. Begitu juga pada proses wawancara yang dilakukan bersama Lalu

Selamet selaku pelaku seni dan ketua sanggar kesenian, tari Jangger

merupakan bentuk kesenian masyarakat Lombok yang diadopsi dari budaya

Bali, yaitu jenis tarian pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang

disajikan dalam bentuk tari berpasangan disertakan dengan nyanyian. Penari

Jangger biasanya disebut dengan Jangger. Pada proses pertunjukannya,

biasanya Jangger tersebut menari yang disertai dengan bernyanyi, dalam

bahasa Sasak disebut besendaran atau bekayak, dengan ditemani oleh seorang

pengibing atau penari laki-laki, dengan alat musik gamelan sebagai musik

pengiringnya.Tari Jangger digolongkan sebagai tari bergembira atau tarian

pergaulan karena melibatkan antara perempuan dan laki-laki. Di Lombok tari

Jangger bersifat dikomersialisasikandan biasanya tarian ini diadakan pada

saat acara-acara kerakyatan, seperti begawe, khitanan, dan pernikahan

Sedangkan menurutLalu Malik Hidayat S.Pd. selaku pelaku seni, Tari

Jangger merupakan salah satu bentuk tari tradisional masyarakat Lombok

yang asal usulnya masih menjadi perdebatan dan perbincangan ditengah

masyarakat dan penggiat seni, sehingga terdapat banyak pendapat tentang

asal-usul kehadiran tari Jangger di tengah kebudayaan masyarakat Lombok.

Lalu Malik Hidayat S. Pd menerangkan bahwa tari Jangger merupakan

1
bentuk pertunjukan Gandrung yang disederhanakan dengan menghilangkan

beberapa bagian-bagian atau aturan-aturan yang ada pada tari Gandrung

sehingga terbentuklah pertunjukan yang lebih sederhana yang biasa disebut

dengan tari Jangger. Itu sebabnya tari Jangger seringkali disamakan dengan

tari Gandrung. Akan tetapi, pada kenyataannya tari Gandrung dan tari

Jangger merupakan tari yang berbeda, yang membedakan antara keduanya

yang paling mencolok terletak pada kostum yang dikenakan. Kostum yang

dikenakan pada tari Gandrung yaitu menggunakan, Gelung di kepala,

Bapang, dan Ampok-ampok yang menjadi keharusan pada tari Gandrung,

sedangkan pada tari Jangger hanya menggunakan kebaya,selendang dan ikat

kepala yang biasa masyarakat Lombok menyebutnya Sapukserta kipas

sebagai properti dalam tari Jangger. Perbedaan yang ada juga terdapat pada

bentuk pertunjukannya, bentuk yang dihadirkan pada pertunjukan tari

Gandrung bersifat lebih sakral, dan pada bentuk geraknya tari Gandrung

memiliki pakem gerak tersendiri yang lebih terstruktur. Sedangkan tari

Jangger ditampilkan dengan lebih sederhana dan penuh improvisasi gerak

yang dihadirkan secara spontan dalam pertunjukan. Kata Jangger diartikan

sebagai perempuan yang menari, di Lombok setiap perempuan yang menari

disebut Jangger(Wawancara Lalu Malik Hidayat S. Pd. 24 Juli 2021)

Seiring perkembangan zaman, tari Jangger mengalami banyak

perubahan dalam bentuk pertunjukannya. Dari hasil wawancara yang

dilakukan bersama Lalu Malik Hidayat S. Pd.24 Juli 2021. Bentuk pertujukan

tari Jangger yang berkembang sekarang ini, Penari Jangger hanya sekadar

2
menari tanpa disertai dengan besendaran atau bekayak. Tidak seperti dulu,

sekarang ini, kipas yang digunakan juga hanya kipas biasa tanpa disertai

dengan taji yaitu kipas yang dibekali dengan pisau kecil yang justru berfungsi

untuk melindungi penari Jangger dari ancaman yang ada, dan juga jarang

sekali dihadirkan babak penepekan, seringkali pengibing maju sendiri untuk

menari bersama penari Jangger tanpa harus ditepek terlebih dahulu, ini yang

kemudian memicu keributan dan kericuhan pada pertunjukan tari Jangger.

Pada babak pengibingan ini seharusnya para pengibing secara bergantian

mengibing dengan pengibing lainnya yang telah di tepek sebelumnya oleh

penariJangger, tidak diperbolehkan pengibing maju untuk mengibing jika

sebelumnya dibabak Penepekan belum pernah di tepek oleh si penari

Jangger. Hal ini dimaksudkan agar menghindari kericuhan dalam

pertunjukan tari Jangger yang disebabkan oleh pengibing yang secara berebut

ingin mengibing bersama penari Jangger.Perubahan yang terjadi juga ada

pada musik iringan dan waktu pementasannya, tari Jangger awalnyahanya

diiringi menggunakan alat musik gamelan. Sekarang, tari Janggeryang

berkembang saat ini sudah diiringi dengan musik tradisional lainnya seperti

pada Gendang Beleq dan musik modern seperti musik kecimol. Waktu

pementasannya juga tidak hanya di malam hari akan tetapi juga di pagi

hari.Pada pertunjukan tariJangger, jika penari Jangger menghadirkan

gerakan-gerakan yang lincah dan lentur, terlebih apabila penari

Janggerberparas cantik, dan memiliki bentuk tubuh yang ideal, ideal yang

dimaksudkan yaitu tubuh penari Jangger yang terlihat montok seperti bagian-

3
bagian tubuh tertentu terlihat lebih berisi seperti di bagian dada dan bokong,

maka akan meningkatkan komersialisasitari Jangger.Perubahan inilah yang

kemudian mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap penariJanggerdan

menghilangkan makna-makna kekuatan sosok perempuan atau penari

Jangger dalam kesenian tradisi tari Jangger, masyarakat menilai penari

Jangger dengan sebelah mata (Lalu Hidayat S.Pd, wawancara, 24 Juli 2021).

Pada prakteknya, perempuan penari Jangger sering kali dijadikan objek

pandangan-pandangan negatif penonton yang didominasi oleh kaum laki-laki.

Penari Jangger dianggap sebagai alat pemuas mata bagi para laki-laki.

Meskipun dalam bentuk geraknya, tari Jangger Lombok tidak menyajikan

bentuk gerak yang erotis seperti tarian-tarian sejenisnya yang ada diberbagai

daerah. Dalam pertunjukannya terdapat babak pengibingan yang disertai

dengan adegan nyawer atau saweran. Dalam proses mengibing inilah

pengibing (biasanya laki-laki) seringkali bertindak tidak patut dengan

berusaha menyentuh dan bertindak asusila terhadap penari Jangger. Akibat

tindakan tersebut, penari Jangger juga seringkali dirugikan dan mendapatkan

pelecehan, baik secara verbalmaupun fisik dari pengibing, penonton, maupun

masyarakat, baik itu ketika menari atau bahkan ketika berada diluar ranah

pertunjukan.

B. Fokus dan Subfokus Penelitian

Proses penelitian ini dilakukan oleh peneliti terkait dengan

objektifikasi terhadap perempuan penari Jangger. Dalam penelitian ini

difokuskan pada bentuk objektifikasi terhadap perempuan pada praktik

4
budaya tari Jangger dengan mengkaji mengenai bentuk gerak yang

dihadirkan oleh penari Jangger. Berdasarkan hal tersebut, peneliti berfokus

pada tindakan objektifikasi terhadap perempuan penari Jangger. Subfokus

pada penelitian ini yaitu, berfokus pada tari Jangger tradisi yang berkembang

saat ini seperti tari Jangger pada musik Gendang Beleq. Peneliti melakukan

penelitian dengan mewawancarai beberapa narasumber diantaranya yaitu

Lalu Selamet dan Lalu Malik Hidayat S. Pd, selaku penggiat seni, Ayu dan

Tika selaku penari Jangger sebagai sempel dalam penelitian ini, dan juga

bersama penonton atau pengibing.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, peneliti dapat

merumuskan masalah yaitu:

1. Bagaimana bentuk gerak pada tari Jangger?

2. Bagaimana bentuk objektifikasi perempuan penari Jangger?

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis bentuk gerak pada tari Jangger.

2. Untuk mendeskripsikan bagaimana bentuk objektifikasi perempuan penari

Jangger.

E. Manfaat Penelitian

Diharapkan penelitian ini bisa bermanfaat bagi:

1. Manfaat Peneliti

a. Sebagai bentuk syarat untuk menyelesaikan tugas akhir.

5
b. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemahaman yang

mendalam tentangbentuk gerak dan tindakan objektifikasi perempuan

terhadap penari Jangger.

2. Manfaat Sosial

Penelitian ini bisa memberikan gambaran kepada masyarakat

tentang bagaimana bentuk gerak dan tindakan objektifikasi perempuan

terhadap penari Jangger.

3. Manfaat Akademisi

Penelitian ini diharapkan bisa dijadikan rekomendasi atau refrensi

bagi penelitian selanjutnya.

6
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Deskripsi Teori

Tari merupakan suatu bentuk ekspresi dari tubuh manusia yang

melahirkan gerakan yang indah. Menurut Retno Tri Wulandari (Wulandari,

2015:2) tari merupakan bentuk gerak yang indah, lahir dari tubuh yang

bergerak, berirama, dan berjiwa sesuai dengan maksud dan tujuan tari.

Sedangkan menurut Amir Rohkyatmo tari adalah gerakan spontan yang

dipengaruhi oleh emosi yang kuat (Sedyawati, 1986:73). Tari adalah bentuk

kepekaan dari perasaan manusia yang secara spontan melahirkan suatu gerak

yang indah, lahir dari kekuatan tubuh yang bergerak, berirama, dan berjiwa

yang diekspresikan oleh penari itu sendiri.

1. Teori Bentuk Gerak Tim YSB Pulayakendase

Bentuk diartikan sebagai suatu wujud yang tampak yang dapat

dilihat dengan pancaindra. Bentuk tari adalah suatu wujud fisik yang

menunjukkan suatu gerakan dalam hal ini yang dimaksud adalah gerak

tari, yang dihasilkan oleh penari, gerakan telah disusun secara berurutan

demi memberi hasil yang memuaskan bagi penikmat, atau orang yang

menontonnya (Norharyani & Iryanti, 2018:52). Gerak merupakan refleksi

anggota tubuh manusia yang bergerak. Menurut para ahli dalam buku

Pengetahuan elementer tari dan beberapa masalah tari, Gerak didefinisikan

sebagai bentuk gejala yang paling utama dan sebagai bentuk media paling

tua dari manusia untuk menyampaikan keinginan-keinginannya atau

7
merupakan suatu bentuk refleksi spontan yang dihadirkan dari batin

ataupun perasaan manusia (Sedyawati, 1986:81), sedangkan menurut

Maizarti dan Saputri gerak merupakan media ekspresi dan penyampaian

keinginan dari seorang penari dan gerak menjadi substansi baku dari tari

dan sejauh mana gerak bisa mewakili maksud yang ingin disampaikan

(Maizarti & Saputri, 2017:4),

Berdasarkan jenisnya gerak dibedakan menjadi dua yaitu, Gerak

murni (pure movement) jenis gerak yang sering disebut gerak wantah

merupakan gerak yang tersusun dengan tujuan untuk memperoleh bentuk

yang artistik (keindahan) dan tidak memiliki maksud-maksud tertentu.

Gerak maknawi (gesture) atau yang disebut gerak tidak wantah merupakan

gerak yang memiliki arti atau makna tertentu yang telah diubah (dari

wantah menjadi tidak wantah). Contohnya gerak ulap-ulap pada tari Jawa

merupakan stilasi dari orang yang sedang melihat sesuatu yang jauh

letaknya, juga gerak nudhing dalam tarian Bali mempunyai arti marah atau

sedang marah (Wulandari, 2015:4).

Berdasarkan pengertian di atas gerak diartikan sebagai suatu

proses perpindahan sikap anggota tubuh manusia yang merupakan bentuk

ekspresi dari tubuh yang menghasilkan bentuk gerak yang indah. Oleh

karena itu, gerak dalam tari dihasilkan dari proses kreativitas manusia

yang diekspresikan dengan tubuh. Tim YSB Pulayakendase dalam buku

Tarian Tradisional Sasak menyebutkan berbagai macam bentuk gerak

tradisional tari Sasak yang biasanya digunakan pada tarian tradisional

8
sasak seperti pada tari Tandan mendet, Gandrung, Rudat, serta tari

Jangger (Pulayakendase, 2010).

2. Teori Objektifikasi Perempuan

Feminisme muncul sebagai bentuk perlawananperempuan atas

kontrol yang dilakukan laki-laki, dan sebagai perlindungan atas hak-hak

perempuan. Menurut Fakih dalam (Sugihastuti& Saptiawan, 2007:

95)feminismedihadirkan berdasarkan asumsi bahwa perempuan telah

ditindas dan dieksploitasi dan feminisme dianggap merupakan satu-

satunya jalan untuk mengakhiri penindasan dan eksploitasi tersebut. Seks

atau jenis kelamin dan gender perlu dipahami berkaitan dengan feminisme.

Mansour Fakih menjelaskan bahwa seks atau jenis kelamin merupakan

dua jenis kelamin individu atau manusia yang lahir dari pensifatan atau

pembagian dua jenis kelamin manusia sebagai ketentuan Tuhan yang

bersifat kodrat yang melekat secara permanen, dan merupakan ketentuan

biologis yang tidak bisa berubah (Fakih, 2013:8). Sedangkan gender

merupakan suatu sifat dan perilaku yang melekat pada jenis kelamin laki-

laki dan perempuan yang dibentuk oleh manusia secara kultural kehidupan

sosial budaya masyarakat (Fujiati, 2016: 28).

Dari perbedaan inilah yang kemudian memunculkan istilah

ketidaksetaraan gender yang dilanggengkan oleh budaya patriarki. Danik

Fujianti menganggap awal terbentuknya budaya patriarki yaitu dari

perbedaan pandangan masyarakat mengenai biologis antara laki-laki dan

perempuan (Fujiati, 2016: 42). Kaitannya dengan tubuh perempuan, dalam

9
budaya patriarki tubuh seringkali dijadikan sebagai objek seksual. Untuk

menguasai tubuh perempuan, laki-laki menerapkan pengendalian kontrol

terhadap gerak tubuh perempuan. Bhasin menerangkan dalam (Sugihastuti

& Saptiawan, 2007:93) patriarki merupakan sebuah sistem bahwa laki-laki

yang lebih mendominasi, mengemban kontrol terhadap perempuan, yang

kemudian perempuan dikuasai. Menurut Sindung Haryanto ideologi

patriarki dimana laki-laki seringkali menjadikan perempuan sebagai objek

seksual, dalam prakteknya terjadi juga padaberbagai bentuk kekerasan

seksual terhadap perempuan mulai dari tindakan melecehkan,

pemerkosaan, gurauan dan olok-olok yang menjurus pada pelecehan

seksual dan dalam pornografi (Haryanto, 2012: 121).

Dalam budaya patriarki, perempuan kerap kali dianggap lemah dan

seringkali direndahkan, sehingga melahirkan istilah objektifikasi.

Objektifikasi diartikan sebagai bentuk tindakan merendahkan derajat

seseorang dan memperlakukan seseorang sebagai benda tanpa

memperhatikan harga dirinya (Prastiyo, 2018:65). Robbi Eka Ariawan

beranggapan bahwa tindakan menguasai hak dan kehidupan seseorang

untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan dapat diartikan sebagai

bentuk Objektifikasi (Wardhana et al., 2019: 8). Dalam praktek tari

Jangger perempuan menjadi tokoh utama, dan sering kali menjadi objek

tatapan nakal laki-laki.

Martha Nussbaum menyebutkan tujuh indikator seseorang

dianggap diobjektifikasikan dalam buku The Philosophy Of Sex (Halwani

10
et al., 2017: 407), yaituinstrumentality, denial of autonomy, inertness,

fungibility, violability, ownership, denial of subjectivity.

a. Instrumentality diartikan bahwa pelaku objektifikasi memperlakukan

pihak yang diobjekkan sebagai alat untuk mencapai tujuannya. Pelaku

objektifikasi menjadikan pihak yang diobjekkan sebagai alat untuk

mencapai tujuannya seperti pemuas nafsu dan sebagainya.

b. Denial of autonomy diartikan bahwa pelaku objektifikasi

memperlakukan pihak yang diobjekkan sebagai sesuatu yang tidak

memiliki otonomi dan penentuan nasib sendiri. Pihak yang diobjekkan

dianggap tidak memiliki hak sepenuhnya atas dirinya dan hidupnya..

c. Inertness diartikan bahwa pelaku objektifikasi memperlakukan pihak

yang diobjekkan tidak memiliki agensi, dan mungkin juga dalam

aktivitas lainnya.

d. Fungibility diartikan bahwa pelaku objektifikasi memperlakukan pihak

yang diobjekkan sebagai sesuatu yang dianggap dapat dipertukarkan (a)

dengan objek lain yang sejenisnya, dan/atau (b) dengan objek lain yang

tidak sejenis. Pihak yang diobjekkan kerap kali dianggap tidak memiliki

otonomi atas tubuhnya sendiri, dianggap tidaklah berharga. Itu

sebabnya pihak yang diobjekkan dikatakan dapat ditukarkan dengan

objek yang lainnya.

e. Violability diartikan bahwa pelaku objektifikasi memperlakukan pihak

yang diobjekkan sebagai sesuatu yang tidak memiliki integritas-batasan,

11
sebagai sesuatu yang diperbolehkan untuk dirusak, dipukul, dan

dihancurkan.

Pihak yang diobjekkan kerap kali dianggap tidak berharga, tidak

memiliki hak keadilan, oleh karena itu pihak yang mengobjekkan

membenarkan tindakannya bahwa pihak yang diobjekkan diperbolehkan

untuk dipukul, dirusak dan dihancurkan, karena dapat digantikan dengan

objek lainnya.

a. Ownership diartikan bahwa pelaku objektifikasi memperlakukan pihak

yang diobjekkan sebagai sesuatu yang menjadi milik orang lain, dapat

diperjual belikan, dan sebagainya.

b. Denial Of Subjectivity diartikan bahwa pelaku objektifikasi

memperlakukan pihak yang diobjekkan sebagai sesuatu yang

pengalamannya dan perasaannya tidak perlu diperhitungkan.

Menyentuh dan menatap juga bisa dikatakan sebagai

tindakandalam memperlakukan manusia lain sebagai objek. Dalam praktik

tari Jangger, objektifikasi terjadi pada proses pengibingan yaitu menari

bersama antara perempuan penari Jangger bersama pengibing atau penari

laki-laki, dimana dalam hal ini penari laki-laki berusaha untuk menguasai

tubuh penari Jangger dengan berusaha melakukan pelecehan dengan

menyentuh mencolek bagian tubuh penari Jangger. Objektifikasi juga

sering dipraktikkan dalam adegan nyawer yaitu ketika

pengibingmemberikan uang pada penari Jangger, pada dasarnya uang

saweran dinilai hanya sebagai upah untuk penari Jangger karena bersedia

12
menemani pengibing menari bersama, akan tetapi sering kali uang saweran

dianggap sebagai media untuk memperoleh kontrol terhadap perempuan

penari Jangger.

B. Penelitian Relevan

1. Jurnal penelitian Eka Septianingsih,vol 4 (2) (2012), ISSN 2086-5465

(Septianingsih, 2012) yang berjudul “Eksploitasi Ekonomi Dan Eksploitasi

Seksual Para Penari Lengger”. Penelitian ini menghasilkan penelitian

tentang perkembangan yang terjadi pada tari Lengger, dalam penelitian ini

juga mendeskripsikan bentuk eksploitasi ekonomidan eksploitasi seksual

yang terjadi pada penari Lengger. Pada awal kemunculannya tari Lengger

digunakan pada upacara-upacara ritual yang berkaitan dengan kesuburan

yang kemudian saat ini berkembang sebagai tarian tontonan atau hiburan

yang lebih komersial. Hal ini membuat tari Lengger rentan akan

eksploitasi ekonomi dan eksploitasi seksual. Penelitian ini relevan dengan

penelitian yang peneliti lakukan. Pada penelitian ini latar belakang yang

mendorong perempuan mengambil resiko menjadi penari Lengger adalah

faktor ekonomi. Sementara itu, budaya patriarki yang menomorduakan

perempuan seringkali mendapatkan profesi yang dianggap sepele oleh

masyarakat termasuk menjadi penari Lengger. Pada bentuk

pertunjukannya penariLengger sering kali dilecehkan dengan meraba

bagian tubuh penari Lengger yang dilakukan oleh pengibing yang

direpresentasikan melalui tradisi suwelan yang artinya saweran. Perbedaan

13
penelitian ini terletak pada objek penelitiannya yaitu peneliti meneliti

tarian Jangger.

2. Jurnal penelitian oleh Risah Mursih, Vol. 1, No. 1, Desember 2018, ISSN

2655-464X (Mursih& Pertunjukkan, 2018: 19)yang berjudul “Tubuh

Perempuan Dalam Seni Pertunjukan Studi Kasus Tari Angguk Putri

Sripanglaras”. Bentuk pertunjukan dalam tari angguk putri berupa tarian

berkelompok antara pemuda dan pemudi yang menggambarkan rasa

sukaria menyambut panen tiba. Penelitian ini berfokus pada mengkaji

tubuh perempuan penari angguk putri. Dalam pertunjukan tari angguk

putri, tubuh perempuan menjadi daya tarik, dengan penggunaan kostum

ketat yang menonjolkan bentuk serta lekukan-lekukan tubuh penari, serta

gerakan-gerakan pinggul yang bergoyang-goyang menunjukkan kesan

sensual yang memicu ketertarikan kaum laki-laki untuk menyaksikan

pertunjukan tari angguk putri. Perbedaan penelitian ini terletak pada objek

penelitian dan fokus penelitian tentang bentuk gerak dan objektifikasi

terhadap perempuan penari Jangger.

3. Jurnal penelitian oleh Danik Fujianti, vol. 8, nomor. 1, Juni (2016), ISSN

2085-8353 (Fujiati, 2016) yang berjudul “Seksualitas Perempuan Dalam

Budaya Patriarki”dalam penelitian ini mengkaji bentuk kontrol patriarkhi

terhadap perempuan yang menjadikan perempuan tidak memiliki otoritas

atas tubuhnya, dengan membahas tentang seks atau jenis kelamin, gender

dan seksualitas. Penelitian ini membahas tentang isu-isu seksualitas

perempuan beserta hak-hak seksual perempuan. Dalam penelitian ini juga

14
membahas bagaimana patriarki mengontrol seksualitas perempuan, yaitu

perempuan kehilangan hak atas tubuhnya. Dan dari bentuk kontrol yang

dilakukan oleh patriarki membuat perempuan sering kali dianggap bahkan

menganggap dirinya sendiri sebagai sumber masalah jika terjadi suatu hal

terhadap tubuhnya. Oleh karena itu penelitian ini peneliti gunakan untuk

menambah referensi dan juga untuk membahas mengenai bentuk kontrol

budaya patriarki terhadap perempuan. Perbedaannya dalam penelitian ini

tidak mengangkat tentang kajian seni dan budaya.

15
C. Kerangka Berpikir

Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam bentuk

bagan atau skema sebagai berikut:

Penari Jangger.

Bentuk Gerak Objektifikasi Perempuan

Teori Bentuk Gerak Teori


Metode Kualitatif Objektifikasi
Perempuan

Hasil Penelitian

Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pikir

16
Keterangan:

Penelitian mengenai Bentuk Gerak Dan Objektifikasi PerempuanPenari

Jangger. Pada penelitian tersebut, peneliti mencari bagaimana objektifikasi

perempuan penari Jangger dengan mengkaji bagaimana bentuk gerak pada

tari Jangger. Dengan menggunakan teori bentuk dalam mengkaji bentuk

geraknya, dan menggunakan teori objektifikasi perempuan untuk melihat

bagaimana bentuk tindakan objektifikasi yang dilakukan terhadap perempuan

penari Jangger. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif

untuk dapat menemukan hasil dari penelitian.

17
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian atau research pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

memperoleh data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Harap, 2020:5).

Berdasarkan hal tersebut, jenis metode penelitian ini menggunakan metode

penelitian kualitatif dengan pendekatan Studi Kasus yang lebih menegaskan

pada fakta-fakta, kasus dan fenomena yang sebenarnya atau bersifat

naturalistik dan alamiyah. Menurut Sugiyono (Sugiyono, 2016:1) metode

penelitian kualitatif adalah metode penelitian naturalistik yang digunakan

untuk meneliti pada kondisi yang alamiah dalam kontak sosial secara alami

untuk memperoleh data secara mendalam. Dalam penelitian kualitatif peneliti

akan menyusun gambaran secara menyeluruh denagn menganalisis kata demi

kata dan menyusun hasil penelitian secara natural atau sesuai fakta di

lapangan.

Terkait dengan masalah penelitian tersebut, metode kualitatif bersifat

deskriptif dianggap tepat, guna memperoleh pemahaman yang lebih

mendalam serta mendeskripsikan suatu fenomena berdasarkan fakta-fakta

yang terjadi di lapangan mengenai objektifikasi perempuan penari Jangger.

Bogdan dan Biklen berpendapat penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif.

Data yang terkumpul tidak menekankan pada angka, tetapi lebih berbentuk

kata-kata atau gambar (Sugiyono, 2016:9).

18
B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni sampai selesai. Lokasi

dalam penelitian ini menyesuaikan dengan lokasi tempat tinggal penari

Jangger yang dijadikan sebagai sampel penelitian serta menyesuaikan dengan

lokasi tempat penari Jangger mendapatkan tawaran menari atau bekerja,

dengan mewawancarai beberapa narasumber seperti sekahe, penonton, dan

dua perempuan penari Jangger sebagai sampel.

C. Data dan Sumber Data

1. Data

Data merupakan kumpulan fakta-fakta yang terjadi dilapangan.

Dalam penelitian ini, data penelitian berupa data lisanyang diperoleh

peneliti bersumber dari hasil pengamatan dan observasi, dengan

mengumpulkan hasil-hasil wawancara dari pedoman wawancara yang

telah peneliti siapkan dan didukung dengan dokumentasi, dokumentasi

berupa video-video dan gambar pertunjukan tari Jangger.

2. Sumber Data

Berdasarkan sumber datanya, sumber data berupa sumber data

primer dan sumber data sekunder.

a. Sumber data Primer

Sumber data primer merupakan sumber data yang diperoleh

secara langsung (Sugiyono, 2016: 62).

1) Sumber data Primer bentuk gerak diperoleh dari hasil pengamatan

yang dilakukan peneliti secara langsung, melalui media-media

19
seperti youtube, dan dokumentasi berupa foto dan video terhadap

objek yang diteliti pada saat pertunjukan tari Jangger.

2) Sumber data Primer objektifikasi perempuan penari Jangger

bersumber dari proses wawancara yang dilakukan peneliti dengan

penari Jangger.

b. Sumber data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh

peneliti secara tidak langsung atau diperoleh dari orang lain (Sugiyono,

2016: 62). Sumber data sekunder diperoleh dari catatan seperti tesis,

jurnal, artikel dan buku-buku.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara yang dilakukan oleh

peneliti untuk memperoleh data dengan benar sesuai dengan fakta-fakta yang

terjadi di lapangan.Menurut Sugiyono (Sugiyono, 2016:63) pengumpulan

data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada natural setting (keadaan yang

alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak

pada observasi, wawancara mendalam (in depth interview) dan dokumentasi.

Maka teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini

yaitu:

1. Wawancara

Wawancara terhadap beberapa narasumber lain juga dilakukan

guna memastikan kembali apa yang telah dilakukan. Wawancaranya

sendiri adalah wawancara mendalam terhadap dua subjek penari Jangger,

20
serta pengibing atau penonton penari Jangger, sehingga penggalian

informasi dapat dilakukan dengan lebih fleksibel dan informan diharapkan

dapat lebih terbuka terhadap pertanyaan wawancara yang diajukan

peneliti. Selain itu, wawancara berstruktur juga dilakukan terhadap dua

orang pelaku seni guna melengkapi data yang dibutuhkan.

Berikut adalah paparan mengenai pihak-pihak yang menjadi

narasumber dalam penelitian ini.

a. Tika dan Ayu sebagai subjek utama penelitian ini. Wawancara yang

dilakukan lebih bertujuan untuk mengkonfirmasi apa yang ditemui

dalam proses observasi. Tujuannya adalah untuk mendapatkan

gambaran mengenai pengalaman, perasaan, reaksi, tindakan dan hal-

hal lain yang dialami subjek selama menjadi penari Jangger.

b. Adi selaku penonton atau Pengibing, wawancara dilakukan guna

memperoleh gambaran mengenai pandangan mereka terhadap praktik

tari Jangger yang berkembang saat ini, terkhusus terhadap para penari

Jangger. Data yang diperoleh menjadi data pendukung mengenai

objektifikasi yang dialami oleh para penari Jangger.

c. Lalu Selamet dan Lalu Malik Hidayat, S.Pd wawancara yang

dilakukan dengan tujuan utuk memperoleh gambaran mengenai tari

Jangger serta praktik tari Jangger yang berkembang saat ini guna

melengkapi data dalam penelitian.

21
2. Observasi

Nasution dalam (Sugiyono, 2016:64) menerangkan bahwa,

observasi merupakan dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya

dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta tentang dunia kenyataan yang

didapatkan melalui observasi. Observasi merupakan sebuah cara yang

dilakukan dengan cara turun langsung ke lapangan guna mendapatkan

gambaran atau data dari permasalahan-permasalahan yang menjadi dasar

penelitian. Dalam hal ini observasi merupakan tindakan awal yang

dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh informasi tentang bagaimana

bentuk gerak dapat mempengaruhi tindakan objektifikasi perempuan

penari Jangger.

3. Dokumentasi

Menurut Sugiyono (Sugiyono, 2016:82) dokumen merupakan

catatan peristiwa yang sudah berlalu atau yang pernah terjadi dan di

abadikan. Dokumentasi yang dilakukan peneliti guna memperoleh

dokumen-dokumen berupa, foto-foto, rekaman video serta arsipan-arsipan

yang ada tentang pertunjukan tari Jangger.

E. Teknik Analisis Data

Peneliti melakukan analisis data dengan mengambil informasi secara

lansung terhadap subjek penelitian dengan melakukan proses wawancara dan

observasi dengan cara menonton pertunjukan secara langsung guna

memperoleh data sesuai dengan peristiwa yang terjadi di lapangan. Kemudian

data yang telah diperoleh dianalisis menggunakan teori tari tardisional sasak

22
guna menganalisis bentuk gerak dan dengan mengguanakan teori

objektifikasi perempuan berdasarkan tujuh indikator yang dikemukakan oleh

Martha Nussbaum untuk menganalisis tindakan objektifikasi perempuan yang

dialami oleh para penari Jangger, hasil analisis data yang telah diperoleh,

selanjutnya digunakan untuk melihat dan mengetahui pengalaman subjek

dalam praktik tari Jangger.

Langkah-langkah analisi data yang dilakukan sebagai berikut

1. Reduksi Data

Jumlah data yang diperoleh di lapangan cukup banyak, sehingga

perlu dicatat dengan rinci dan teliti. Mereduksi data diartikan sebagai

bentuk merangkum data, memilih dan memfokuskan pada hal-hal yang

penting, dicari tema dan pola dengan menghilangkan yang tidak penting.

Data yang diperoleh akan memberikan gambaran yang lebih jelas dengan

melakukan reduksi data. Dengan demikian akan mempermudah peneliti

untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila

diperlukan (Sugiyono, 2016:92).

2. Data Display

Mendisplay data atau penyajian data merupakan langkah

selanjutnya yang dilakukan setelah mereduksi data.Melalui penyajian data,

maka data yang diperoleh terorganisasikan, tersusun dalam pola

hubungannya, sehingga akan semakin mudah dipahami (Sugiyono,

2016:95).

23
3. Verification

Penarikan kesimpulan dan verifikasi adalah langkah ketiga dalam

analisi data kualitatif menurut Miles and Huberman (dalam Sugiyono,

2016:99). Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara,

remang-remang, gelap atau belum pasti. Sehingga perlu dilakukan

verifikasi data untuk mendapatkan data yang tepat dan jelas dengan

diperkuat dengan bukti-bukti yang valid (Sugiyono, 2016).

Data-data yang telah didapatkan peneliti kemudian diperkuat

menggunakan teori-teori yang ada yang peneliti gunakan untuk menganalisis

data yang diperoleh dari prosoes penelitian yang dilakukan, dalam hal ini

peneliti menggunakan teori bentuk gerak dari Tim YSB Pulayakendase untuk

menganalisis bentuk-bentuk gerak yang digunakan pada tari Jangger. Peneliti

juga menggunakan teori Objektifikasi dari Martha Nussbaum untuk

menganalisis fenomena atau tindakan objektifikasi yang dilakukan oleh

beberapa pihak terhadap perempuan penari Jangger.

F. Keabsahan Data

Keabsahan data ditekankan pada validitas data. Menurut Sugiyono

(Sugiyono, 2016:117) validitas merupakan kesesuaian dan ketepatan antara

data yang dilaporkan dengan peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi

pada objek penelitian dengan tidak direkayasa atau dipalsukan. Berdasarkan

hal ini digunakan teknik triangulasi. Menurut Wiliam Wiersma Triangulasi

dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari

berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu (Sugiyono,

24
2016:125). Dengan demikian terdapat 3 macam triangulasi, yaitu triangulasi

sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu.

Dari ketiga macam triangulasi tersebut, peneliti lebih menekankan

menggunakan triangulasi sumber. Triangulasi Sumber digunakan untuk

menguji kredibilitas data, dilakukan dengan cara mengecek data yang sudah

diperoleh melalui beberapa sumber. Dalam hal ini, sumber datanya dari

pengamatan yang dilakukandisertakan dengan observasi, wawancara, dan

dokumentasi (Sugiyono, 2016: 127). Dengan menggunakan triangulasi

sumber dapat diperoleh data yang berbeda-beda dari beberapa narasumber

dan belum pasti kebenarannya. Dengan demikian peneliti mengecek hasil

observasi yang ditemukan di lapangan dan mencocokkan dengan hasil data

yang diperoleh dari beberapa narasumber. Data yang diperoleh dari hasil

observasi, objektifikasi yang terjadi pada perempuan penari Jangger

berupakata-kata yang menjurus pada merendahkan derajat penari

Janggeryang dilakukan oleh penonton pertunjukan tari Janggerselaras

dengan informasi yang diperoleh melalui wawancara bersama penari Jangger.

Bentuk objektifikasi yang peneliti temukan dilapangan juga berupa tindakan

melecehkan seperi menatap bagian-bagian intim tubuh perempuan penari

Jangger, kaitannya dengan ini perempuan penari Jangger seringkali tidak

menyadari hal tersebut.Dalam hal ini triangulasi berfungsi sebagai keabsahan

data untuk mencocokkan data yang diperoleh di lapangan sesuai fakta tanpa

direkayasa dan kemudian dikonfirmasi ke narasumber melalui wawancara.

25

Anda mungkin juga menyukai