Anda di halaman 1dari 10

Edisi 2023.

02-2

INTERNET,
“PUPUK” UNTUK
PERTANIAN MASA KINI

IKHTISAR
„ 1 dari 10 penduduk berusia 15 tahun ke atas yang bekerja adalah petani. Sayangnya,
persentase jumlah petani yang terbilang tinggi tersebut masih belum diikuti dengan
pendapatan yang tinggi pula.
„ Sektor pertanian adalah sektor yang paling tidak terdigitalisasi di Indonesia. Sektor
pertanian perlu memanfaatkan teknologi digital untuk mengoptimalkan produksi
dan penjualannya.
„ Transformasi digital di sektor pertanian salah satunya ditunjang oleh penggunaan
internet. Namun, faktanya adalah penggunaan internet oleh petani masih belum merata
di seluruh kalangan.
„ Hasil analisis data menunjukkan bahwa petani yang menggunakan internet secara
signifikan memiliki pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak
menggunakan internet.
„ Agar potensi internet bisa dimaksimalkan oleh petani diperlukan adanya intervensi dari
pemerintah dan pemangku kepentingan yaitu dengan meningkatkan literasi internet
dan digital, perluasan infrastruktur yang merata, dan mendorong penduduk usia muda
untuk menekuni profesi sebagai petani.

1
Bernasib Miris di Negara Agraris Nasib miris yang dialami petani sejalan
dengan fenomena yang ada di tengah-
Petani bernasib miris di negara agraris. Kalimat tengah masyarakat seperti terlihat pada
ini nampaknya cukup menggambarkan word cloud Gambar 2. Word cloud ini dibuat
kondisi petani di Indonesia1 karena dengan melakukan text analysis, yaitu dengan
masih banyak penduduk Indonesia yang menghitung frekuensi kata-kata yang paling
menggantungkan hidup dengan bertani banyak muncul pada judul berita yang
tetapi pendapatannya masih jauh di bawah mengandung kata kunci “petani” yang dimuat
orang-orang yang tidak bekerja sebagai pada dua media online pada tahun 2022.
petani. Terlihat bahwa kata yang paling banyak
muncul adalah “panen”, “pupuk”, “tanam”,
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik dan “ekspor” yang merupakan kata-kata
(BPS), pada Agustus 2022 terdapat sekitar yang sangat berkaitan dengan pertanian.
20,24 juta penduduk berusia 15 tahun ke Namun, kata-kata bernada negatif terhadap
atas yang bekerja sebagai petani. Hal ini petani seperti “rugi”, “gagal”, dan “mahal” juga
terbilang banyak karena 1 dari 10 penduduk muncul pada judul berita. Hal ini sedikit
berusia 15 tahun ke atas yang bekerja adalah banyak mencerminkan permasalahan yang
petani. Sayangnya, persentase jumlah petani dialami petani, misalnya petani yang merugi
yang terbilang tinggi tersebut masih belum akibat gagal panen atau harga komoditas
diikuti dengan pendapatan yang tinggi pula. pertanian yang dibeli murah dari petani
Berdasarkan data Survei Angkatan Kerja tetapi menjadi mahal ketika sudah sampai
Nasional (Sakernas) Agustus tahun 2020 pada konsumen.
hingga 2022, terlihat adanya kesenjangan
pendapatan yang cukup besar antara petani Di sisi lain, revolusi digital telah memberikan
dan bukan petani seperti terlihat pada berbagai macam kemudahan bagi kita, baik
Gambar 1. dari aspek sosial maupun ekonomi. Sebagai

Sumber: Diolah dari Sakernas Agustus 2020-2022


Gambar 1 Perbandingan rata-rata pendapatan petani dan bukan petani selama seminggu terakhir.
1 Definisi petani mengacu pada konsep BPS yaitu orang yang mengusahakan usaha pertanian tanaman
pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan atas resiko sendiri dengan
tujuan untuk dijual, baik sebagai petani pemilik maupun petani penggarap (sewa/kontrak/bagi hasil). Buruh
tani (baik sebagai pekerja tetap maupun tidak tetap) dan pekerja tidak dibayar di sektor pertanian tidak
termasuk sebagai petani.

2 DATAin Edisi 2023.02-2


Sumber: Diolah dari 175 judul berita yang dikumpulkan dari 2 media online
Gambar 2 Kata yang paling banyak muncul pada judul berita dengan kata kunci “petani” pada tahun
2022
contoh, revolusi digital memungkinkan kita jauh telah meningkatkan akses petani kecil
untuk mengakses informasi secara real time terhadap informasi, pasar, meningkatkan
melalui internet [1]. Kita juga dapat terhubung produksi dan produktivitas, merampingkan
dan berinteraksi dengan orang lain tanpa rantai pasokan, dan mengurangi biaya
mengenal jarak dengan menggunakan alat operasional [4].
digital dan media sosial. Revolusi digital juga
telah mengubah cara orang-orang bekerja, Menurut Trendov et al. [5], transformasi
misalnya melalui remote working. Selain itu, digital di sektor pertanian salah satunya
platform e-commerce telah mengefisienkan ditunjang oleh penggunaan internet.
waktu dan tenaga penggunanya untuk Lebih jauh, Nguyen, Nguyen, dan Grote
membeli barang-barang tanpa datang ke [6] menemukan bahwa penggunaan
toko fisik. internet oleh petani di Vietnam terbukti
mampu meningkatkan produktivitas
Oleh karena itu, sudah saatnya sektor mereka yang diukur dari efisiensi produksi
pertanian juga mengikuti perkembangan dan pendapatan. Dengan kata lain,
zaman dan memanfaatkan teknologi digital penggunaan internet memiliki potensi untuk
untuk mengoptimalkan produksi dan meningkatkan taraf ekonomi petani. Oleh
penjualannya. Pasalnya, menurut Goh[2], karena itu, pada artikel ini akan dibahas
sektor pertanian adalah sektor yang mengenai penggunaan internet oleh petani
paling tidak terdigitalisasi di Indonesia. Ini di Indonesia dan hubungannya dengan
terbukti pada tingginya proporsi petani pendapatan petani, kemudian memberikan
yang tidak menggunakan teknologi digital rekomendasi kebijakan untuk meningkatkan
yang mencapai angka lebih dari 80% seperti penggunaan internet pada petani.
terlihat pada Gambar 3. Padahal, pertanian
digital dapat membantu meningkatkan Akses Terbatas, Minim Ekualitas
hasil panen, mengurangi kerugian dan
pemborosan pangan, dan membantu petani Berdasarkan hasil Sakernas Agustus 2021
menerima upah yang adil untuk apa yang dan 2022, proporsi petani yang mengguna-
mereka hasilkan [3]. Selain itu, penyebaran kan internet di Indonesia terpantau
teknologi seluler dan penginderaan jarak mengalami peningkatan, yakni 6,22% pada

DATAin Edisi 2023.02-2 3


Sumber: Diolah dari Susenas 2021 dan 2022
Gambar 3 Penggunaan internet pada petani di Indonesia (%), 2021 dan 2022

tahun 2021 dan 8.88% pada tahun 2022. dibandingkan Jawa, namun selisih antara
Sayangnya angka tersebut masih tetap yang menggunakan dengan yang tidak
terbilang sedikit, terutama jika dibandingkan menggunakan lebih besar di pulau Jawa.
dengan petani yang belum terkoneksi sama Sementara itu, 1 dari 10 petani di pulau
sekali dengan teknologi digital. Hal ini Sumatera menggunakan internet, namun
kemudian diperparah dengan ketimpangan yang tidak menggunakan internet jauh lebih
pada petani yang mengakses internet. banyak.
Tabel 1 Persentase petani menurut
Tabel 1 menunjukkan bahwa penggunaan karakteristik demografi dan geografi
internet oleh petani masih belum merata di dan penggunaan internet, 2022
seluruh kalangan. Dapat dilihat bahwa petani
yang menggunakan internet didominasi Menggunakan Internet2
Karakterisik
oleh lulusan SMP ke atas, terutama lulusan Ya (%) Tidak (%)
perguruan tinggi. Sementara itu, jika dilihat (1) (2) (3)
berdasarkan kelompok umur, persentase Pendidikan
yang menggunakan internet lebih besar Tidak/belum tamat SD 2 6
pada petani yang berumur di bawah 45 SD 7 8
tahun. Petani yang tinggal di perkotaan juga SMP 14 11
tercatat lebih banyak menggunakan internet, SMA 17 13
sejalan dengan akses internet yang lebih SMK 24 10
mudah di daerah perkotaan dibandingkan DI/II/III 26 11
pedesaan. Hal ini sejalan dengan persentase DIV 24 15
petani di pulau Jawa yang menggunakan S1/S2/S3 36 11
internet lebih besar dibandingkan dengan Kelompok Umur
yang tidak menggunakan internet. Meskipun 15-24 15 10
persentase petani di pulau Kalimantan 25-34 16 11
yang menggunakan internet lebih banyak
2 Total persentase tidak mencapai 100% karena petani selebihnya tidak menggunakan teknologi digital
(komputer, HP/smartphone, atau teknologi digital lainnya).

4 DATAin Edisi 2023.02-2


Menggunakan Internet2 misalnya teknik dan teknologi baru yang
Karakterisik dapat meningkatkan produksi seperti teknik
Ya (%) Tidak (%)
pembibitan dan pemupukan, pilihan alat
(1) (2) (3)
operasional yang lebih efektif dan efisien,
35-44 14 11
atau bahkan berbagi informasi mengenai
45-54 10 10
prakiraan cuaca untuk meminimalisir
55-64 5 8
terjadinya gagal panen yang disebabkan
65+ 2 5
oleh cuaca buruk. Kedua, internet mampu
Klasifikasi Wilayah
menghilangkan halangan antara petani dan
Kota 13 8
konsumen. Penjualan dan promosi melalui
Desa 8 9
media sosial, misalnya, mampu menjem-
Pulau
batani petani untuk langsung menjual hasil
Sumatera 10 13
pertaniannya ke konsumen. Dengan itu,
Jawa 10 5
diharapkan nilai tambah yang didapatkan
Bali & Nusra 6 10
petani bisa lebih besar dibandingkan dengan
Kalimantan 11 8
menjual ke tengkulak. Terakhir, menurut
Sulawesi 6 11
Nguyen, Nguyen, dan Grote [6], internet
Maluku & Papua 2 7
memungkinkan petani untuk mendapatkan
Sumber: Diolah dari Sakernas Agustus 2022
input produksi, misalnya benih dan pupuk,
Internet Sebagai “pupuk” Untuk yang lebih murah sehingga mampu menekan
biaya produksi.
Tumbuh

Penelitian yang dilakukan oleh Kaila & Berdasarkan hal tersebut, menjadi menarik
Tarp [7] dan Zhang et al [8] menyimpulkan untuk mengetahui bagaimana persebaran
bahwa secara umum internet mampu untuk petani yang memanfaatkan potensi tersebut.
meningkatkan kinerja pertanian. Terdapat Gambar 4 menunjukkan, internet utamanya
beberapa alasan yang mendasarinya: digunakan oleh petani untuk berkomunikasi
Pertama, internet memungkinkan petani (98.28%). Selanjutnya, sebanyak 25.7%
untuk mengakses berbagai informasi terkini petani memanfaatkan internet untuk

Sumber: Diolah dari Sakernas Agustus 2022


Gambar 4 Persentase petani menurut tujuan penggunaan internet

DATAin Edisi 2023.02-2 5


Gambar 5 Jumlah toko online pada marketplace yang menjual khusus produk pertanian, 2013-2022

Gambar 6 Jumlah toko online yang menjual hasil pertanian menurut pulau , 2022

berjualan melalui media sosial. Sementara petani yang memanfaatkan e-commerce


itu, terdapat 19.15% petani menggunakan untuk memasarkan produk-produk
internet sebagai media promosi produk yang hasil pertanian. Padahal, pemanfaatan
dihasilkan. Terakhir, proporsi petani yang platform e-commerce untuk menjual
memanfaatkan internet untuk berjualan di hasil pertanian juga bisa menjadi salah
marketplace/ e-commerce masih terbilang satu faktor untuk meningkatkan
sedikit yaitu hanya sebesar 1.94%. penghasilan petani. Terlebih lagi, berbelanja
secara online semakin marak dilakukan
Tingginya proporsi petani yang menggunakan oleh masyarakat, terutama semenjak masa
internet sebagai media komunikasi dapat pandemi Covid-19. Pergeseran preferensi
dimanfaatkan oleh pemerintah untuk masyarakat dalam memilih tempat belanja
membantu meningkatkan produktivitas tersebut pun masih berlanjut hingga saat
petani, misalnya dengan membuat Whatsapp ini. Sama seperti penjualan melalui media
Group kelompok tani untuk berbagi informasi sosial, penjualan melalui e-commerce dapat
seputar pengelolaan sawah, ladang, atau lebih menguntungkan petani karena dapat
perikanan/pertambakan. memperpendek rantai dari petani ke
konsumen.
Hal yang juga perlu menjadi perhatian
adalah bahwa masih sangat sedikit Potensi pemanfaatan e-commerce juga

6 DATAin Edisi 2023.02-2


Gambar 7 Perbedaan pendapatan petani berdasarkan penggunaan dan pemanfaatan internet
didukung oleh fakta bahwa jumlah toko yang tidak menggunakan internet4,5.
online yang menjual produk-produk hasil Selanjutnya, apabila dirinci berdasarkan
pertanian (sayur mayur, seafood segar, beras, tujuan penggunaannya, pendapatan
buah, telur) terus mengalami peningkatan petani yang memanfaatkan internet untuk
dari tahun ke tahun3 seperti terlihat pada berkomunikasi, melakukan promosi, dan
Gambar 5. melakukan penjualan baik melalui sosial
media maupun marketplace memiliki rata-
Namun demikian, harus diakui bahwa rata pendapatan yang lebih tinggi.
sebaran toko online produk-produk hasil
pertanian saat ini masih terkonsentrasi di Perlu diperhatikan bahwa meskipun terlihat
Pulau Jawa, seperti terlihat pada Gambar6. gap pendapatan yang jauh antara petani
Pada tahun 2022, terdapat 348 toko online yang menggunakan marketplace dan yang
yang menjual produk pertanian dan 83% tidak menggunakan, hasil uji beda rata-
diantaranya berada di Pulau Jawa. Oleh rata menunjukkan perbedaan yang tidak
karena itu, diperlukan adanya upaya- signifikan. Ini dimungkinkan terjadi karena
upaya intervensi untuk mendorong adopsi banyaknya nilai ekstrim (outlier) pada petani
marketplace di wilayah lainnya, sehingga yang memanfaatkan marketplace yang
manfaat e-commerce dapat dirasakan secara menyebabkan rata-rata pendapatan menjadi
merata oleh seluruh petani di Indonesia. jauh lebih besar. Padahal, sesungguhnya,
tanpa nilai ekstrim tersebut, rata-rata
Internet sebagai “pupuk” terhadap pendapatan petani yang memanfaatkan
bertumbuhnya sektor pertanian juga dapat marketplace adalah sekitar 3,1 juta rupiah.
ditilik melalui pendapatan petani (Gambar Berdasarkan hasil investigasi lebih lanjut
7). Secara umum, rata-rata pendapatan terhadap petani dengan nilai ekstrim
petani yang menggunakan internet secara tersebut, ditemukan bahwa petani-petani
signifikan lebih besar dibandingkan mereka
3 Data toko online diperoleh dari salah satu marketplace/ e-commerce platform terbesar di Indonesia.
4 Signifikansi perbedaan pendapatan diuji dengan menggunakan uji beda rata-rata (t-test) dengan α = 5%.
5 Pendapatan yang dimaksud adalah pendapatan dalam seminggu terakhir yang dihitung pada saat
pengumpulan data Sakernas Agustus 2022.

DATAin Edisi 2023.02-2 7


tersebut adalah petani dengan pendidikan terpenuhi. Pembangunan infrastruktur di
tinggi (50% diantaranya berpendidikan S1+) area pedesaan menjadi tantangan tersendiri,
dan petani yang dibantu oleh karyawan/ mengingat aksesibilitas internet dan
buruh (66,67%). Oleh karena itu, peranan teknologi digital di area pedesaan masih
literasi digital dan besarnya usaha terindikasi kurang dibandingkan wilayah perkotaan.
berperan dalam adopsi penggunaan Literasi mengenai internet dan teknologi
marketplace. digital juga menjadi poin yang tidak kalah
penting untuk mewujudkan petani yang
Menuju Petani “Melek” Internet melek internet. Infrastruktur yang sudah
memadai pun tidak akan bisa digunakan jika
Menurut Trendov et al. [5], terdapat beberapa petani masih belum memiliki pengetahuan
kondisi yang mempengaruhi berjalannya yang cukup mengenai penggunaan dan
transformasi digital di sektor pertanian, pemanfaatan internet untuk kehidupan
yaitu: sehari-hari maupun untuk menunjang
1. Kebutuhan dasar penggunaan teknologi, pekerjaannya.
seperti: ketersediaan, konektivitas,
jangkauan, pengetahuan teknologi Intervensi yang bisa dilakukan sudah
informasi dan komunikasi, dan kebijakan selayaknya berfokus setidaknya pada dua hal
yang mendukung transformasi digital. yaitu:

2. Kondisi pendukung, seperti: penggunaan 1. Meningkatkan literasi internet petani,


internet, kepemilikan ponsel dan media terutama pada kelompok umur di atas 45
sosial, keterampilan digital, literasi tahun dan memiliki tingkat pendidikan
internet, dan sebagainya. rendah. Hal ini karena pada faktanya,
sebagian besar petani yang menggunakan
Kondisi tersebut sejalan dengan temuan internet merupakan lulusan SMP ke atas
pada Tabel 1, dimana dari segi ketersediaan dan berumur di bawah 45 tahun. Padahal,
dan konektivitas, petani yang tinggal di berdasarkan hasil Sakernas 2022, petani
daerah perkotaan dan berada di Pulau di Indonesia didominasi oleh kelompok
Jawa, Kalimantan, dan Sumatera lebih umur tua (67,24% berusia 45+) dan
banyak menggunakan internet. Di samping tingkat pendidikan rendah (29,11% tidak
itu, petani yang menggunakan internet bersekolah/tidak tamat SD; 54,26% SMP
lebih banyak berada pada kelompok umur ke bawah).
muda dan tingkat pendidikan yang tinggi.
Fenomena tersebut sejalan dengan temuan Strategi lainnya, adalah mendorong
Luthfia et.al [9] bahwa penduduk usia muda penduduk usia muda (millennial) yang
memiliki tingkat literasi/ keterampilan digital telah melek internet untuk berkarir
yang lebih tinggi karena mereka lebih banyak sebagai petani. Program intervensi yang
menghabiskan waktu dengan internet. dapat dilakukan adalah meningkatkan
investasi pada sektor pertanian serta
Oleh karena itu, terdapat dua fokus penting mengadakan program mentorship untuk
yang perlu diperhatikan untuk membuat petani-petani muda [10].
petani lebih “melek” internet, yakni 2. Memperluas infrastruktur internet
infrastruktur dan literasi digital. Infrastruktur hingga ke pelosok, mengingat penduduk
yang memadai dibutuhkan agar ketersediaan, yang berprofesi sebagai petani
konektivitas dan jangkauan internet dapat terkonsentrasi di daerah pedesaan
(78,61%).

8 DATAin Edisi 2023.02-2


Kesimpulan

Penggunaan internet pada kenyataannya mampu menjadi “pupuk” bagi taraf ekonomi petani di
Indonesia saat ini. Hasil analisis data menunjukkan bahwa petani yang menggunakan internet
secara signifikan memiliki pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak
menggunakan internet. Meskipun demikian, perlu diperhatikan bahwa penggunaan internet
belum merata di seluruh kalangan, yaitu hanya terkonsentrasi pada petani di kelompok umur
muda dengan tingkat pendidikan tinggi. Sementara itu, dari segi tempat tinggal, lebih banyak
petani yang menggunakan internet di daerah perkotaan dan yang berada di Pulau Jawa,
Sumatera, dan Kalimantan. Agar potensi internet bisa dimaksimalkan oleh petani diperlukan
adanya intervensi dari pemerintah dan pemangku kepentingan yaitu dengan meningkatkan
literasi internet dan digital, perluasan infrastruktur yang merata, dan mendorong penduduk
usia muda untuk menekuni profesi sebagai petani.

Referensi
[1]  Hoehe MR, Thibaut F. Going digital: how technology use may influence human brains and behavior
.
Dialogues Clin Neurosci. 2020 Jun;22(2):93-97. doi: 10.31887/DCNS.2020.22.2/mhoehe. PMID:
32699509; PMCID: PMC7366947.
[2]  Goh, Lesly. (2022, 21 Januari). The Digital Transformation of Agriculture in Indonesia. Brooking
Institute. Diakses pada tanggal 7 Mei 2023. https://www.brookings.edu/blog/future-
development/2022/01/21/the-digital-transformation-of-agriculture-in-indonesia/
[3]  World Bank. (2021). A Roadmap for Building the Digital Future of Food and Agriculture. Diakses
6 April 2023. https://www.worldbank.org/en/news/feature/2021/03/16/a-roadmap-for-building-
the- digital-future-of-food-and-agriculture
[4]  FAO. (2023). Digital Agriculture. Diakses 11 April 2023. https://www.fao.org/digital-agriculture/en/
[5]  Trendov, N. M., Varas, S., & Zeng, M. (2019). Digital Technologies in Agriculture and Rural Areas.
[6]  Nguyen, T.-T., Nguyen, T. T., & Grote, U. (2023). Internet use and agricultural productivity in rural
Vietnam. Review of Development Economics, 1– 18. https://doi.org/10.1111/rode.12990
[7]  Kaila, H., & Tarp, F. (2019). Can the internet improve agricultural production? Evidence from Viet
Nam. Agricultural Economics, 50(6), 675– 691.
[8]  Zhang, J., Mishra, A. K., & Zhu, P. (2021). Land rental markets and labor productivity: Evidence from
rural China. Canadian Journal of Agricultural Economics, 69(1), 93– 115.
[9]  Luthfia, A., Wibowo, D., Widyakusumastuti, M. A., & Angeline, M. (2021). The Role of Digital Literacy
on Online Opportunity and Online Risk in Indonesian Youth. Asian Journal for Public Opinion
Research, 9(2), 142–160. https://doi.org/10.15206/ajpor.2021.9.2.142
[10]  Iswara, M.A. (2020, 13 Agustus). A land without farmers: Indonesia’s Agricultural Conundrum.
The Jakarta Post. Diakses 10 April 2023. https://www.thejakartapost.com/longform/2020/08/13/
a-land-without-farmers-indonesias-agricultural-conundrum.html

DATAin Edisi 2023.02-2 9


Penanggungjawab Pelaksana
Dr. Muchammad Romzi
Direktur Analisis dan
Pengembangan Statistik

Reviewer
Dr. Iswadi Suhari Mawabagja, Ph.D.
Former Deputy Director of
Statistics Division, FAO UN

Editor
DATAin adalah artikel yang berfokus pada Usman Bustaman S.Si, M.Sc.
pemanfaatan sumber data alternatif untuk
Dhiar Niken Larasati SST, M.E.
memberikan gagasan yang berkaitan dengan isu
sosial ekonomi.

Pembaca dipersilakan mengutip artikel DATAin


dengan menyebut sumber aslinya asalkan tidak
untuk kepentingan komersial. Pandangan
Penulis
tulisan merupakan cerminan
pemikiran dari penulis. Dewi Lestari Amaliah, SST, M.B.A.
Nensi Fitria Deli, SST
Redaksi DATAin
Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik
Badan Pusat Statistik
bigdata.bps.go.id
pms@bps.go.id
Tata Letak
Nensi Fitria Deli, SST
Maulana Faris, SST
I N. Setiawan, S.Tr.Stat
Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710
Telp : (021) 3841195, 3842508, 3810291-4, Fax : (021) 3857046
Homepage : http://www.bps.go.id E-mail : bpshq@bps.go.id

Anda mungkin juga menyukai