02-2
INTERNET,
“PUPUK” UNTUK
PERTANIAN MASA KINI
IKHTISAR
1 dari 10 penduduk berusia 15 tahun ke atas yang bekerja adalah petani. Sayangnya,
persentase jumlah petani yang terbilang tinggi tersebut masih belum diikuti dengan
pendapatan yang tinggi pula.
Sektor pertanian adalah sektor yang paling tidak terdigitalisasi di Indonesia. Sektor
pertanian perlu memanfaatkan teknologi digital untuk mengoptimalkan produksi
dan penjualannya.
Transformasi digital di sektor pertanian salah satunya ditunjang oleh penggunaan
internet. Namun, faktanya adalah penggunaan internet oleh petani masih belum merata
di seluruh kalangan.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa petani yang menggunakan internet secara
signifikan memiliki pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak
menggunakan internet.
Agar potensi internet bisa dimaksimalkan oleh petani diperlukan adanya intervensi dari
pemerintah dan pemangku kepentingan yaitu dengan meningkatkan literasi internet
dan digital, perluasan infrastruktur yang merata, dan mendorong penduduk usia muda
untuk menekuni profesi sebagai petani.
1
Bernasib Miris di Negara Agraris Nasib miris yang dialami petani sejalan
dengan fenomena yang ada di tengah-
Petani bernasib miris di negara agraris. Kalimat tengah masyarakat seperti terlihat pada
ini nampaknya cukup menggambarkan word cloud Gambar 2. Word cloud ini dibuat
kondisi petani di Indonesia1 karena dengan melakukan text analysis, yaitu dengan
masih banyak penduduk Indonesia yang menghitung frekuensi kata-kata yang paling
menggantungkan hidup dengan bertani banyak muncul pada judul berita yang
tetapi pendapatannya masih jauh di bawah mengandung kata kunci “petani” yang dimuat
orang-orang yang tidak bekerja sebagai pada dua media online pada tahun 2022.
petani. Terlihat bahwa kata yang paling banyak
muncul adalah “panen”, “pupuk”, “tanam”,
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik dan “ekspor” yang merupakan kata-kata
(BPS), pada Agustus 2022 terdapat sekitar yang sangat berkaitan dengan pertanian.
20,24 juta penduduk berusia 15 tahun ke Namun, kata-kata bernada negatif terhadap
atas yang bekerja sebagai petani. Hal ini petani seperti “rugi”, “gagal”, dan “mahal” juga
terbilang banyak karena 1 dari 10 penduduk muncul pada judul berita. Hal ini sedikit
berusia 15 tahun ke atas yang bekerja adalah banyak mencerminkan permasalahan yang
petani. Sayangnya, persentase jumlah petani dialami petani, misalnya petani yang merugi
yang terbilang tinggi tersebut masih belum akibat gagal panen atau harga komoditas
diikuti dengan pendapatan yang tinggi pula. pertanian yang dibeli murah dari petani
Berdasarkan data Survei Angkatan Kerja tetapi menjadi mahal ketika sudah sampai
Nasional (Sakernas) Agustus tahun 2020 pada konsumen.
hingga 2022, terlihat adanya kesenjangan
pendapatan yang cukup besar antara petani Di sisi lain, revolusi digital telah memberikan
dan bukan petani seperti terlihat pada berbagai macam kemudahan bagi kita, baik
Gambar 1. dari aspek sosial maupun ekonomi. Sebagai
tahun 2021 dan 8.88% pada tahun 2022. dibandingkan Jawa, namun selisih antara
Sayangnya angka tersebut masih tetap yang menggunakan dengan yang tidak
terbilang sedikit, terutama jika dibandingkan menggunakan lebih besar di pulau Jawa.
dengan petani yang belum terkoneksi sama Sementara itu, 1 dari 10 petani di pulau
sekali dengan teknologi digital. Hal ini Sumatera menggunakan internet, namun
kemudian diperparah dengan ketimpangan yang tidak menggunakan internet jauh lebih
pada petani yang mengakses internet. banyak.
Tabel 1 Persentase petani menurut
Tabel 1 menunjukkan bahwa penggunaan karakteristik demografi dan geografi
internet oleh petani masih belum merata di dan penggunaan internet, 2022
seluruh kalangan. Dapat dilihat bahwa petani
yang menggunakan internet didominasi Menggunakan Internet2
Karakterisik
oleh lulusan SMP ke atas, terutama lulusan Ya (%) Tidak (%)
perguruan tinggi. Sementara itu, jika dilihat (1) (2) (3)
berdasarkan kelompok umur, persentase Pendidikan
yang menggunakan internet lebih besar Tidak/belum tamat SD 2 6
pada petani yang berumur di bawah 45 SD 7 8
tahun. Petani yang tinggal di perkotaan juga SMP 14 11
tercatat lebih banyak menggunakan internet, SMA 17 13
sejalan dengan akses internet yang lebih SMK 24 10
mudah di daerah perkotaan dibandingkan DI/II/III 26 11
pedesaan. Hal ini sejalan dengan persentase DIV 24 15
petani di pulau Jawa yang menggunakan S1/S2/S3 36 11
internet lebih besar dibandingkan dengan Kelompok Umur
yang tidak menggunakan internet. Meskipun 15-24 15 10
persentase petani di pulau Kalimantan 25-34 16 11
yang menggunakan internet lebih banyak
2 Total persentase tidak mencapai 100% karena petani selebihnya tidak menggunakan teknologi digital
(komputer, HP/smartphone, atau teknologi digital lainnya).
Penelitian yang dilakukan oleh Kaila & Berdasarkan hal tersebut, menjadi menarik
Tarp [7] dan Zhang et al [8] menyimpulkan untuk mengetahui bagaimana persebaran
bahwa secara umum internet mampu untuk petani yang memanfaatkan potensi tersebut.
meningkatkan kinerja pertanian. Terdapat Gambar 4 menunjukkan, internet utamanya
beberapa alasan yang mendasarinya: digunakan oleh petani untuk berkomunikasi
Pertama, internet memungkinkan petani (98.28%). Selanjutnya, sebanyak 25.7%
untuk mengakses berbagai informasi terkini petani memanfaatkan internet untuk
Gambar 6 Jumlah toko online yang menjual hasil pertanian menurut pulau , 2022
Penggunaan internet pada kenyataannya mampu menjadi “pupuk” bagi taraf ekonomi petani di
Indonesia saat ini. Hasil analisis data menunjukkan bahwa petani yang menggunakan internet
secara signifikan memiliki pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak
menggunakan internet. Meskipun demikian, perlu diperhatikan bahwa penggunaan internet
belum merata di seluruh kalangan, yaitu hanya terkonsentrasi pada petani di kelompok umur
muda dengan tingkat pendidikan tinggi. Sementara itu, dari segi tempat tinggal, lebih banyak
petani yang menggunakan internet di daerah perkotaan dan yang berada di Pulau Jawa,
Sumatera, dan Kalimantan. Agar potensi internet bisa dimaksimalkan oleh petani diperlukan
adanya intervensi dari pemerintah dan pemangku kepentingan yaitu dengan meningkatkan
literasi internet dan digital, perluasan infrastruktur yang merata, dan mendorong penduduk
usia muda untuk menekuni profesi sebagai petani.
Referensi
[1] Hoehe MR, Thibaut F. Going digital: how technology use may influence human brains and behavior
.
Dialogues Clin Neurosci. 2020 Jun;22(2):93-97. doi: 10.31887/DCNS.2020.22.2/mhoehe. PMID:
32699509; PMCID: PMC7366947.
[2] Goh, Lesly. (2022, 21 Januari). The Digital Transformation of Agriculture in Indonesia. Brooking
Institute. Diakses pada tanggal 7 Mei 2023. https://www.brookings.edu/blog/future-
development/2022/01/21/the-digital-transformation-of-agriculture-in-indonesia/
[3] World Bank. (2021). A Roadmap for Building the Digital Future of Food and Agriculture. Diakses
6 April 2023. https://www.worldbank.org/en/news/feature/2021/03/16/a-roadmap-for-building-
the- digital-future-of-food-and-agriculture
[4] FAO. (2023). Digital Agriculture. Diakses 11 April 2023. https://www.fao.org/digital-agriculture/en/
[5] Trendov, N. M., Varas, S., & Zeng, M. (2019). Digital Technologies in Agriculture and Rural Areas.
[6] Nguyen, T.-T., Nguyen, T. T., & Grote, U. (2023). Internet use and agricultural productivity in rural
Vietnam. Review of Development Economics, 1– 18. https://doi.org/10.1111/rode.12990
[7] Kaila, H., & Tarp, F. (2019). Can the internet improve agricultural production? Evidence from Viet
Nam. Agricultural Economics, 50(6), 675– 691.
[8] Zhang, J., Mishra, A. K., & Zhu, P. (2021). Land rental markets and labor productivity: Evidence from
rural China. Canadian Journal of Agricultural Economics, 69(1), 93– 115.
[9] Luthfia, A., Wibowo, D., Widyakusumastuti, M. A., & Angeline, M. (2021). The Role of Digital Literacy
on Online Opportunity and Online Risk in Indonesian Youth. Asian Journal for Public Opinion
Research, 9(2), 142–160. https://doi.org/10.15206/ajpor.2021.9.2.142
[10] Iswara, M.A. (2020, 13 Agustus). A land without farmers: Indonesia’s Agricultural Conundrum.
The Jakarta Post. Diakses 10 April 2023. https://www.thejakartapost.com/longform/2020/08/13/
a-land-without-farmers-indonesias-agricultural-conundrum.html
Reviewer
Dr. Iswadi Suhari Mawabagja, Ph.D.
Former Deputy Director of
Statistics Division, FAO UN
Editor
DATAin adalah artikel yang berfokus pada Usman Bustaman S.Si, M.Sc.
pemanfaatan sumber data alternatif untuk
Dhiar Niken Larasati SST, M.E.
memberikan gagasan yang berkaitan dengan isu
sosial ekonomi.