Anda di halaman 1dari 25

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Pendukung Keputusan

2.1.1 Konsep Dasar Sistem Pendukung Keputusan

Konseep SPK pertama kali diperkenalkan pada awal tahun 1970-an oleh

Scott Morton. Scott Morton mendefinisikan SPK sebagai “system berbasis

computer interaktif, yang membantu para pengambil keputusan untuk

menggunakan data dan berbagai model untuk memecahkan masalah tidak

terstruktur “. SPK dirancang untuk menunjang seluruh tahapan pembuatan

keputusan yang dimulai dari tahap mengidentifikasi masalah,memilih data yang

relevan , menentukan pendekatan yang digunakan dalam proses pembuatan

keputusan, sampai pada kegiatan mengevaluasi pemilihan alternatif.

2.1.2 Pengertian Sistem Pendukung Keputusan (SPK)

Pengambilan keputusan adalah proses pemilihan diantara berbagai

alternatif  aksi yang bertujuan untuk memenuhi satu atau beberapa sasaran.

Pengambilan keputusan pada hakikatnya pemilihan alternatif yang paling kecil

resikonya, menjadi alat bantu bagi para pengambil keputusan untuk memperluas

kapabilitas untuk dilaksanakan dalam rangka pencapaian organisasi.

7
8

Pendapat tentang pengertian sistem pendukung keputusan dikembangkan

oleh beberapa para ahli

1.Litle (1970)

Sistem pendukung keputusan adalah sebuah himpunan kumpulan prosedur

berbasis model unutk memproses data dan pertimbangan unutk membantu

manajemen dalam pembuatan keputusannya.

2. Bonczek (1980)

Sistem pendukung keputusan sebagai sebuah sistem berbasis komputer yang

terdiri atas komponen antara lain komponen sistem bahasa (language), komponen

sistem pengetahuan (knowledge),dan komponen sistem pemrosesan masalah

(problem processing) yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya.

3. Keen (1980)

Sistem pendukung keputusan adalah sistem berbasis komputer yang dibangun

lewat sebuah proses adaptif dari pembelajaran , pola – pola penggunaan dan

evolusi sistem.

4. Hick (1993)

Sistem pendukung keputusan sebagai sekumpulan alat komputer yang terintegrasi

yang mengijinkan seorang decision maker untuk berinteraksi langsung dengan

komputer unutk menciptakan informasi yang berguna dalam membuat keputusan

semi terstruktur dan keputusan tak terstruktur yang tidak terantisipasi.


9

5. Raymond McLeod, Jr.(1998)

Sistem pendukung keputusan merupakan sebuah sistem yang menyediakan

kemampuan untuk penyelesaian masalah dan komunikasi untuk permasalahan

yang bersifat semi- terstruktur.

2.1.3 Komponen – Komponen SPK

Karateristik dan kapabilitas kunci dari system pendukung keputusan

tersebut membolehkan para pengambil keputusan untuk membuat keputusan yang

lebih baik dann lebih konsisten pada satu cara yang dibatasi waktu. Kemampuan

tersebut disediakan oleh berbagai komponen utama system pendukung keputusan ,

yaitu :

1. Subsistem Manajemen Data

Subsistem manajemen data memasukkan satu database yang berisi data yang

relevan unutk situasi dan dikelola oleh perangkat lunak yang disebut Sistem

Manajemen Database (DBMS).

2. Subsistem Manajemen Model

Subsistem Manajemn Model merupakan paket perangkat lunak yang memasukkan

model keuangan, statistik, ilmu manajemen, atau model kuantitatif lainnya yang

memberikan kapabilitas analitik dan manajemen perangkat lunak yang

tepat.Perangkat lunak ini sering disebut Sistem Manajemen Basis Model

(MBMS).
10

3. Subsistem Antarmuka Pengguna

Pengguna berkomunikasi dan memerintahkan system pendukung keputusan

melalui subsistem ini.Pengguna adalah bagian yang dipertimbangkan dari sistem.

4. Subsistem Manajemen Berbasis Pengetahuan

Subsistem ini dapat mendukung semua subsistem lain atau bertindak sebagai

suatu komponen independen. Ia memberikan indeligensi untuk memperbesar

pengetahuan si pengambik keputusan. Pengetahuan dapat disediakan Via Server

Web.

SPK dapat memberikan berbagai manfaat dan keuntungan.manfaat dapat

yang diambil dari SPK adalah :

1. SPK memperluas kemampuan pengambilan keputusan dalam memproses data /

informasi bagi pemakainya.

2. SPK membantu pengambilan keputusan unutk memecahkan masalah terutama

berbagai masalah yang kompleks dan tidak terstruktur.

3. SPK dapat menghasilkan solusi dengan lebih cepat serta hasilnya dapat

diandalkan.

4. Walaupun suatuSPK mungkin saja tidak mampu memecahkan masalah yang

dihadapi oleh pengambil keputusan, namnun dia dapat menjadi stimulan bagi

pengambil keputusan dalam memahami persoalannya, karena mampu

menyajikan berbagai alternatif pekerjaan.


11

2.1.4 Karateristik Dan Kemampuan SPK

Konsep sistem pendukung keputusan pertama kali diperkenalkan pada

tahun 197-an oleh Michael S.Scott Morton dengan istilah Managemen Decision

Model (Spraque, 1982). Konsep SPK ditandai dengan sistem interaktif berbasis

komputer yang membantu pengambil keputusan memanfaatkan data dan model

untuk menyelesaikan maslah yang tidak terstruktur.

Pada dasarnya SPK dirancang untuk mendukung seluruh tahap

pengambilan keputusan mulai dari mengidentifikasi masalah, memilih data yang

relevan, menentukan pendekatan yang digunakan dalam proses pengambilan

keputusan ,sampai mengevaluasi pemilihan interaktif. Peranan SPK dalam

konteks keseluruhan sistem informasi ditujukan untuk memperbaiki kinerja

melalui aplikasi teknologi informasi. Terdapat sepuluh karateristik dasar sistem

pendukung keputusan yang efektif. Yaitu :

1. Mendukung proses pengambilan keputusan , menitikberatkan pada

management by perception

2. Adanya interface manusia/mesin dimana manusia (sebagai pengguna) tetap

mengonrol proses pengambilan keputusan .

3. Mendukung pengambilan keputusan untuk membahas masalah terstruktur,

semiterstruktur, dan tidak terstruktur.

4. Menggunakan model-model matematis dan statistik yang sesuai.

5. Memiliki kapabilitas dialog untuk memperoleh informasi sesuai dengan

kebutuhan-model interakif.
12

6. Output ditunjukkan untuk personil organisasi dalam semua tingkatan

7. Memiliki subsistem-subsistem yang terintegritas sedemikian rupa sehingga

dapat berfungsi sebagai kesatuan sistem.

2.1.5 Teknik Pengambilan Keputusan

Langkah –langkah pengambilan keputusan, terdiri dari :

a. Tahap identifikasi

Tahap ini adalah tahap pengenalan masalah atau kesempatan muncul dan

diagnosis dibuat. Sebab tingkat diagnosis tergantung dari kompleksitas

masalah yan dihadapi.

b. Tahap Pengembangan

Tahap ini merupakan aktivitas pencarian prosedur atau solusi standar yang ada

atau mendesain solusi yang baru. Proses desain ini merupakan proses pencarian

dan percobaan dimana pembuatan keputusan hanya mempunyai ide solusi ideal

yang tidak jelas.

c. Tahap Seleksi

Tahap ini pilihan solusi dibuat dengan 3 cara pembentukan seleksi yakni

dengan penilaian pembuatan keputusan berdasarkan pengalaman atau intuisi,

bukan analisis logis, dengan alternatif yang logis dan sitematis, dan dengan

tawar-menawar saat seleksi melibatkan kelompok pembuatan keputusan dan

semua manuver politik yang ada. Kemudian keputusan diterima secara formal

dan ototissi dilakukan.


13

2.2 Metode Weighted product (WP)

metodeweighted product menggunakan teknik perkalian untuk

menghubungkan rating atribut, dimana rating setiap atribut harus dipangkatkan

terlebih dahulu dengan bobot atribut yang bersangkutan. Proses ini sama halnya

dengan proses normalisasi. Metode Weighted Product (WP) adalah salah satu

metode penyelesaian untuk masalah MADM (MultiAtribute Decision

Making).Metode ini mengevaluasi beberapa alternatif terhadap sekumpulan

atribut atau kriteria, dimana setiap atribut saling tidak bergantung satu dengan

yang lainnya. Menurut Yoon(Kusmarini,2006).

Langkah – langkah metode WP

Langkah – langkah penyelesaian masalah MADM dengan WP adalah sebagai

berikut :

1. Menentukan kriteria kriteria Yaitu kriteria yang akan dijadikan acuan dalam

pengambilan keputusan, yaitu Ci dan sifat dari masing-masing kriteria.

2. Menentukan rating kecocokan Yaitu rating kecocokan setiap alternatif pada

setiap kriteria, dan buat matriks keputusan.

3. Melakukan normalisasi bobot Bobot Ternormalisasi = Bobot setiap kriteria

/penjumlahan semua bobot kriteria.

4. Menentukan nilai vector S

Dengan cara mengalikan seluruh kriteria bagi sebuah alternatif dengan bobot

sebagai pangkat positif untuk kriteria benefit dan bobot berfungsi sebagai

pangkat negatif pada kriteria cost.


14

5. Menghitung vector V Yaitu nilai yang akan digunakan untuk perangkingan

atau preferensi relatif dari setiap alternatif menggunakan persamaan

6. Merangking nilai vector V (sebagai kesimpulan tahap akhir ).

2.2.1 Bahasa Pemrograman PHP

PHP adalah bahasa pemrograman web server – side yang bersifat open

source. PHP merupakan script yang terintegrasi dengan HTML yang berada pada

server (server side HTML embedded scripting).PHP adalah script yang digunakan

untuk membuat halaman website yang dinamis. Dinamis berarti halaman yang

akan ditampilkan dibuat saat halamam itu diminta oleh client. Mekanisme ini

menyebabkan informasi yang diterima client selali yang terbaru atau up to

date.Semua script PHP dieksekusi pada server dimana script tersebut dijalankan.

Pada awalnya PHP adalah singkatan dari “ Persona Home Page Tools”

selanjutnya diganti menjadi FI(“Forms Interpreter”). Sejak versi 3.0, nama bahasa

ini diubah menjadi “PHP:Hypertext Prepocessor” dengan singkatannya “PHP”.

PHP versi terbaru adalah versi ke-5.

Keunggulan PHP yaitu :

a. PHP mudah dibuat dan dijalankan, maksudnya PHP dapat berjalan dalam

Web Server dan dalam Sistem Operasi yang berbeda pula.

b. PHP adalah Software open-source yang gratis dan bebas didistribusikan

kembali di bawah lisensi GPL(GNU Public License). User dapat


15

mendownload kode-kode PHP tanp harus mengeluarkan uang atau khawatir

dituntut oleh pihak pencipta PHP.

c. PHP bisa dioperasikan pda platform Linux atupun Windows.

d. PHP sangan efisien, karena PHP hanya memerlukan resource system yang

sangat sedikit dibanding dengan bahasa pemrograman lain.

e. Ada banyak Web Server yang mendukung PHP, seperti Apache, PWS, IIS,

dan lain-lain.

f. PHP juga didukung oleh banyak database, seperti MySQL, PostgreSQL,

Interbase, SQL, dan lain-lain.

g. Bahasa pemrogrmn PHP sintaknya sederhana, singkat dan mudah untuk

dipahami.

h. HTML-embedded, artinya PHP adalah bahasa yang dapat ditulis dengan

menempelkan pada sintak-sintak HTML.

2.2.2 Basis Data (Database)

Basis data atau batabase adlah kumpulan data yang disimpan secara

sistematis di dalam komputer yang dapat diolah atau dimanipulasi menggunakan

perangkat lunak (program aplikasi) untuk menghasilkan informasi. Pendefinisian

basis data meliputi spesifikasi berupa tipe data, struktur data dan juga batasan-

batasan data yang akan disimpan. Basis data menjadi penting karena dapat
16

mengorganisasi data, menghindari publikasi data, hubungan antar data yang tidak

jelas dan juga update yang rumit.

Proses memasukkan dan mengambil data dari media penyimpanan data

memerlukan perangkat lunak yan disebut dengan sistem manajemen basis data

(DBMS). DBMS merupakan sistem perangkat lunak yang memungkinkan

pengguna database (database user)untuk memelihara, mengontrol dan mengakses

data secara praktis dan efisien. Ada beberapa fungsi yang harus ditangani DBMS

yaitu mengolah pendefinisiaan data, menangani permintaan pemakai untuk

mengakses data, memeriksa sekuriti dan integriti data yang didefinisikan oleh

DBA ( Database Administrator ), menangani kegagalan dalam pengaksesan data

yang disebabkan oleh kerusakan sistem maupun disk dan menangani unjuk kerja

semua fungsi secara efisien.

Tujuan utama dari DBMS adalah untuk memberikan tinjauan abstrak data

kepada pengguna. Jadi sistem menyembunyikan informasi tentang bagaimana data

disimpan, dipelihara dan tetap bisa diambil(diakses) secara efisien. Pertimbangan

efisien di sini adalah bagaiman merancang struktur data yang kompleks tetapi

masih tetap bisa digunakan oleh pengguna awan tanpa mengetahui kopleksitas

strukturnya.

2.2.3 Entity Relationship Diagram (ERD)

Entity Relationship Diagram (ERD) merupakan penggambaran hubungan

antara beberapa entity yang digunakan untuk merancang database yang akan

diperlukan. Sebuah ERD memiliki beberapa jenis model yaitu :


17

1. Conceptual Dta Model (CDM)

Merupakan model yng universal dan dapat menggambarkan semua struktur

logic database (DBMS), dan tidak bergantung dari software atau

pertimbangan struktur data storage. Sebuah CDM dapat diubah langsung

menjadi PDM.

2. Physical Data Model ( PD )Merupakan model ERD yang telah mengacu pada

pemilihan software DBMS yang spesifik. Hal ini sering kali berbeda

dikarenakan oleh struktur database yang bervariasi, mulai dari model

schema, tipe data penyimpanan dan sebagainya.

2.2.4 Diagram Konteks

Menurut Jogianto (2005) Diagram Konteks adalah diagram yang terdiri

dari suatu proses dan menggambarkan ruang lingkup suatu sistem. Diagram

konteks merupakan level tertinggi dari DFD yang menggambarkan seluruh input

ke sistem atau output dari sistem. Dan akan memberi gambaran tentang

keseluruhan sistem. Sistem dibatasi oleh boundary (dapat digambarkan dengan

garis putus). Dalam diagram konteks hanya ada satu proses. Tidak boleh ada store

dalam diagram konteks.

2.2.5 Data Flow Diagram (DFD)

DFD sering digunakan untuk menggambarkan suatu sistem yang telah ada

atau sistem baru yang akan dikembangkan secara logika tanpa

memepertimbangkan lingkungan fisik dimana data tersebut mengalir. DFD

merupakan alat yang digunakan pada metodologi pengembangan sistem yang


18

tersruktur dan dapat mengembangkan arus data di dalam sistem dengan terstruktur

yang jelas. Menurut Wijaya (2007) Data Flow Diagram (DFD) adalah gambaran

grafis yang memperlihatkan aliran data dari sumbernya dalam obyek kemudian

melewati suatu proses yang mentransformasikan ke tujuan yang lain, yang ada

pada objek lain. Dengan demikian data flow diagram adalah alat yang digunakan

dalam menggambarkan aliran data melalui sistem dan kerja atau pengolahan yang

dilakukan oleh sistem terebut.

Tabel 2.1 Simbol – Simbol DFD

Simbol Makna Contoh

Entity
Barang

Dta aliran Permintaan laporan

Proses
Input data
barang

Data store

Data barang

2.2.6 Flowchart

Flowchart proses merupakan teknik penggambaran rekayasa industrial

yang memecah dan menganalisa langkah-langkah selanjutnya dalam suatu

prosedur atau sistem. Flowchart disusun dengan simbol-simbol dan simbol ini

dipakai sebagai alat bantu menggambarkan proses didalam program. Flowchart


19

adalah gambaran dalam bentuk diagram alir dari algoritma-algoritma dalam suatu

program yang menyatakan arah alur program tersebut.

Berikut adalah beberapa simbol yang digunakan dalam menggambarkan

flowchart :

Tabel 2.2 Simbol – Simbol Flowchart

( Sumber : Nurul Qolbi at 6:39 AM )

Keterangan
Simbol Nama
Pemulaan/akhir
TERMINATOR program

Proses
PROSES perhitungan/proses
pengolahan data

Proses input/output
INPUT/OUTPUT DATA data,
parameter,informasi

Arah aliran program


GARIS ALIR (FLOW
LINE)
Penghubung akan
OFFPAGE keluar masuknyasuatu
CONNECTOR prosedur

Penghubung bagian
ONPAGE CONNECTOR flowchart pada satu
halaman

Proses
PREPARATION inisialisasi/pemberian
harga awal
20

Permulaansub
PREDEFINED program/proses
PROCESS menjalankan sub
program

Perbandingan
DECISION pernyataan,penyeleksia
n data yang
memberikan pilihan
untuk langkah
selanjutnya
Dokumen output/ input
DOCUMENT pada proses manual

Menunjukkan
HARDDISK input/output

2.2.7 Pengertian Pemberian Kredit

Undang-Undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998 pasal 1 ayat 11

mendefinisikan kredit sebagai penyediaan uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan dan kesepakatan pinjam

meminjam antara bank dengan pihak peminjam yang mewajibkan pihak peminjam

untuk melunasi tagihan setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Menurut Suhari,Sukur &Eniyati (2009) dalam pemberiam kredit terdapat dua

pihak yang berkepentingan langsung, Yaitu pihak yang berlebihan uang atau yang

disebut dengan pemberi kredit (Kreditur) dan pihak yang

kekurangan/membutuhkan uang atau disebut dengan penerima kredit (debitur).


21

Didalam dunia perbankan terdapat beberapa unsur jenis kredit :

a. Jenis – Jenis Kredit

1. Kredit menurut waktu pembayaran

2. Kredit menurut penggunanya

b.Jaminan Kredit

Undang-Undang Perbankan Nomor 14 tahun 1976 tentang pokok

perbankan ayat 1, menyebutkan bahwa Bank Umum tidak memberikankredit

tanpa jaminan kepada siapapun. Pernyataan tersebut berarti pihak yang akan

menjadi penerima dana harus memiliki jaminan yang memadai untuk fasilitas

kredit yang akan diterima oleh nasabah. Begitu pula yang dilakukan oleh

perusahaan yang diteliti yaitu pada PT. BPR Pijer Podi, perusahaan mewajibkan

calon nasabah untuk memiliki jaminan berupa BPKP kendaraan yang memadai

dan sesuai standar pemberian kredit.

c. Kegunaan Jaminan

Adapun kegunaan dari jaminan yang diberikan oleh nasabah kepada perusahaan

penyedia dana adalah sebagai berikut:

1. Memberikan hak dan kuasa kepada perusahaan untuk mendapatkan

pelunasan.

2. Memberikan jaminan agar nasabah ikut berperan dalam transaksi yang

dibiayai dengan kredit.


22

3. Memberikan dorongan kepada debitur untuk memenuhi syarat-syarat di

dalam perjanjian kredit khususnya mengenai pembayaran kembali yang telah

disetujui.

Menurut beberapa para ahli tentang pemberian kredit adalah :

Brymont P.Kent:Pengertian kredit menurut pendapat Brymont P. Kent adalah hak

untuk menerima pembayaran atau kewajiban melakukan pembayaran pada waktu

diminta atau pada waktu yang akan datang, karena penyerahan barang-barang

pada waktu sekarang. 

Rolling G. Thomas: Menurutnya, pengertian kredit adalah kepercayaan si

peminjam untuk membayar sejumlah uang pada masa yang akan datang.

Fungsi Pemberian Kredit adalah Sebagai Berikut :

1. Kredit sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional:Bantuan

kredit digunakan para usahawan untuk memperbesar volume usaha

produksinya. Peningkatan usaha nantinya diharapkan akan meningkatkan

profit.

2. Kredit sebagai alat stabilitas ekonomiBahwa dalam menghadapi keadaan

perekonomian yang kurang sehat, maka kredit dapat sebagai alat stsbilitas

ekonomi misalnya dalam usaha pengendalian inflasi, peningkatan ekspor

serta pemenuhan kebutuhan pokok rakyat.Pada awal dekade 1970an, Teologi

Pembebasan mulai berkembang dari Amerika Latin yang dengan cepat cepat
23

mewarnai Gereja-Gereja di dunia, termasuk Asia (Dewan Gereja Asia/DGA)

dan kemudian sampai pula

2.3 Sejarah BPR Pijer Podi Kekelengen

Di Indonesia (Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia/PGI) termasuk

GBKP (Gereja Batak Karo Protestan). Teologi ini menyuarakan terjadinya

pembebasan dari ketertindasan, termasuk juga ketertindasan finansial/kemiskinan.

Pergumulan teologis di kalangan Gereja Indonesia mengenai hal tersebut

tergambar dalam Konsultasi Teologi tahun 1970 di Sukabumi yang menghasilkan

konsep “Pergumulan Rangkap” dan Sidang Raya DGI tahun 1971 di Pematang

Siantar dengan thema : “Diutus Ke Dalam Dunia”. Dewan Gereja Asia

menjabarkan lebih lanjut Teologi ini dengan melihat peran penting lembaga

keuangan mikro seperti Credit Union dan Rural Bank (Bank Perkreditan Rakyat)

sebagai alat yang efektif untuk pembebasan dari kemiskinan tersebut. Fenomena

perkembangan Grameen Bank di Bangladesh yang digagas Prof. Muhammad

Yunus kemudian menjadi inspirasi penting bagi implementasi Teologi

ini.Pendirian bank perkreditan rakyat di lingkungan pelayanan GBKP digagas

oleh Pdt Borong Tarigan setelah pada tahun 1976 mengikuti kursus Dewan Gereja

Asia yang diadakan di Filipina. Dalam pertemuan tersebut semakin kuat

kesadaran bahwa Gereja bisa efektif berpartisipasi dalam pembangunan global,

khususnya dalam rangka melawan kemiskinan, jika memiliki lembaga keuangan

yang berorientasi pada kebutuhan jemaat dan masyarakat di sekitarnya.Gagasan

tersebut juga disampaikan kepada rekan-rekan sesama Pendeta GBKP dan


24

mendapat sambutan hangat terhadap tujuan pokoknya yaitu untuk melawan

kemiskinan dengan memerangi praktek rentenir demi meningkatkan kesejahteraan

jemaat dan masyarakat. Namun terhadap gagasan bahwa sarana yang dipakai

untuk mencapai tujuan tersebut adalah bank perkreditan rakyat,banyak yang tidak

antusias bahkan menentangnya. Kalangan yang berbeda pendapat menganggap

bahwa Gereja belum siap untuk memiliki bank dan lebih baik memilih sarana

koperasi/CU yang lebih sederhana.

Walaupun kontroversi masih terjadi namun gagasan Pdt. Borong Tarigan

tersebut kemudian didukung penuh oleh rekan-rekannya terutama yaitu Pdt. DR.

E.P. Gintings, Pdt Musa Sinulingga, Pdt. Selamat Barus, Pdt. Usman S. Meliala,

dan Pt. Drs. Jhony Ginting. Pdt. Borong Tarigan yang kemudian menjadi Kepala

Biro Padat Karya pada Departemen Partisipasi Pembangunan GBKP

mengakomodasi gagasan untuk mengembangkan CU namun hal tersebut

dilaksanakan tetap dalam rangka mewujudkan gagasan yang lebih besar yaitu

pendirian Bank Perkreditan Rakyat yang mungkin lebih rumit daripada CU tetapi

diyakini lebih kokoh secara manajerial dan lebih mampu meraih kepercayaan

masyarakat. Dalam perkembangannya, walaupun terdapat beberapa perbedaan

pendapat namun secara umum telah muncul kesadaran di kalangan Pendeta GBKP

bahwa praktek rentenir di Tanah Karo sangat merugikan dan menjajah masyarakat

luas dan jemaat GBKP khususnya.Manakala perlawanan terhadap cengkeraman

rentenir itu tidak dapat lagi sepenuhnya diharapkan dari pihak-pihak lain termasuk

pemerintah maka Gereja perlu ikut terjun langsung untuk mengatasi permasalahan

tersebut. Pada sisi lain dana-dana yang dikelola Gereja untuk kesejahteraan sosial
25

seringkali tidak bisa berkembang karena salah kelola. Karena itu muncul

kesadaran bahwa Gereja perlu memiliki lembaga keuangan mikro yang baik dan

kuat sebagai sumbangsih Gereja terhadap kesejahteraan masyarakat/jemaat

dengan melampaui batas-batas suku, agama, ras, dan golongan (SARA).

Karena tidak ada rohaniwan GBKP yang memiliki pengalaman dan

kemampuan teknis untuk mendirikan bank perkreditan rakyat maka gagasan yang

telah ada sejak tahun 1976 tersebut tak kunjung terwujud. Baru pada tahun 1990

Pdt Borong Tarigan menemukan orang yang memiliki kemampuan tersebut, yaitu

Mangara Pintor Ambarita, mantan Kepala Cabang BRI Kabanjahe, yang juga

memiliki komitmen untuk memajukan lembaga keuangan mikro. MP Ambarita

kemudian diundang dan diminta untuk secara teknis mewujudkan gagasan yang

telah ada tersebut agar menjadi kenyataan. MP Ambarita kemudian membuat surat

dan dokumen-dokumen yang diperlukan untuk pengurusan ijin prinsip dan ijin

operasional PT BPR Pijer Podi Kekelengen. Pada tanggal 23 Desember 1991

didirikanlahlah PT BPR Pijer Podi Kekelengen yang dituangkan dalam Akta no

60 Notaris Pagit Maria Tarigan, SH. Pada hari yang sama langsung pula dibuat

pula surat pengajuan permohonan persetujuan prinsip pendirian PT. Bank

Perkreditan Rakyat Pijer Podi Kekelengen kepada Departemen Keuangan RI

dengan surat No. 001/BPR-PPK/1991 tanggal 23 Desember 1991 yang ditanda

tangani oleh Pdt. Borong Tarigan. Surat tersebut kemudian diterima oleh

Departemen Keuangan pada tanggal 27 Desember 1991 dan kemudian membuat

surat balasan dengan surat nomor : S – 149/MK.13/1992 tanggal 28 Januari 1992

yang memberikan persetujuan prinsip pendirian bank perkreditan rakyat yang


26

selanjutnya harus diikuti dengan pengajuan ijin operasional. Persiapan demi

persiapan terus dilakukan untuk melengkapi persyaratan pengajuan permohonan

ijin operasional, namun kendala demi kendala terus juga mengiringi yang hampir

menimbulkan keputusasaan. Surat permohonan ijin operasional diajukan kepada

Departemen Keuangan dengan surat bernomor 002/BPR-PPK/1992 dan 003/BPR-

PPK/1992 namun masih belum memenuhi syarat. Kemudian dengan bantuan Ir.

Jusman Purba yang melakukan penyempurnaan proposal permohonan ijin

operasional tersebut maka diajukan kembali permohonan ijin operasional kepada

Departemen Keuangan melalui surat no. 04/BPR-PPK/1992 tertanggal 1 Oktober

1992. Surat tersebut akhirnya direspon oleh Departemen Keuangan RI dengan

menerbitkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor :

Kep-081/KM.17.1992 tentang Pemberian Ijin Usaha/Operasional BPR Pijer Podi

Kekelengen tertanggal 13 Nopember 1992. Sehubungan dengan persiapan-

persiapan operasionalnya maka baru pada tanggal 11 Januari 1993, PT BPR Pijer

Podi Kekelengen memulai operasionalnya kepada publik. Seiring dengan

perkembangan perusahaan maka Kantor Cabang juga dibuka antara lain di

Berastagi (1995), Hamparan Perak (1996), Perumnas Simalingkar Medan (2002),

dan Simpang Selayang Medan (2014). Pemegang saham pengendali perusahaan

ini adalah Yayasan Ate Keleng Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) sementara

itu Direktur Utama perusahaan ini pada awal berdirinya yaitu MP Ambarita dan

Komisaris Utama yaitu Pt. Drs Johny Ginting. Para pegawai perdana ketika

peresmian operasional perdana kepada publik 11 Januari 1993 adalah Amosi

Telaumbanua SE, Erlinawaty Sukatendel BA, Ir. Ester Murniati Tarigan, Dra.
27

Etna Rosini br Barus, Helpiani Kaban, Dra Jubileum Sinulaki, Dra. Leleh Ginting,

Dra. Lusia Peranginangin, Dra. Muriati Ginting, Robin Sinuraya BBA, Dra.

Rosianna Sembiring, dan Dra. Srimalasinha Sebayang. Seiring dengan

perkembangan perusahaan terdapat pula penambahan anggota Direksi, antara lain:

Ir Rido Tarigan (1997), Amosi Telaumbanua, SE (2000), dan Pdt. Bumaman

Teodeki Tarigan, S.Si, SIP (2008).

Dewan Komisaris BPR-PPK sejak awal berdirinya sampai saat ini terdiri

dari rohaniwan GBKP. Regenerasi Dewan Komisaris terjadi pada tahun 2006

dengan pengunduran diri Pdt. Borong Tarigan (Komisaris Utama) dan Pt. Drs

Johny Ginting (Komisaris Anggota) Bersamaan dengan itu Pdt. Agustinus

Pengarapen Purba diangkat sebagai Komisaris Anggota yang baru dan Pdt. Dr. EP

Gintings diangkat menjadi Komisaris Utama. Regenerasi kembali terjadi pada

tahun 2010 dengan berhentinya DR. M.P. Ambarita (Direktur Utama), Pdt. DR.

E.P. Gintings (Komisaris Utama) dan Pdt. U.S. Meliala (Komisaris Anggota).

Pada awal berdirinya, BPR ini hanya memiliki modal dasar sebesar Rp. 50 juta

dimana hanya Rp. 28 juta dalam bentuk uang tunai. Pada saat ini (September

2016), total asset perusahaan telah mencapai Rp. 131,2 miliar. Pemegang Saham

Pengendali BPR ini adalah Yayasan Ate Keleng GBKP. Susunan kepengurusan

saat ini yaitu Pdt. Agustinus Pengarapen Purba (Komisaris Utama), Pdt. Selamat

Barus (Komisaris Anggota), Ir. Rido Tarigan (Komisaris Anggota), Pdt.

Bumaman Teodeki Tarigan, MM (Direktur Utama), Amosi Telaumbanua, SE

(Direktur Operasional), dan Drs. Rendra Amor Ginting (Direktur Pengawasan).

Selama 5 tahun berturut-turut (2011-2015), BPR kita mendapatkan Infobank BPR


28

Award dari Majalah Infobank, majalah ekonomi – perbankan terkemuka di

Indonesia. Pada tahun 2013 kita juga berhasil meraih Anugerah BPR Indonesia

(ABPRI) Award untuk 3 kategori yaitu Human Capital, Marketing, dan Finance

serta pada tahun 2014 meraih peringkat 2 dalam Corporate Social Responsibility

dan peringkat 2 The Most Strategic CEO. Pada saat ini seluruh kantor PT BPR

Pijer Podi Kekelengen telah terhubung secara online dan didukung oleh lebih dari

130 unit mesin Electronic Data Capture (EDC) untuk melayani nasabah,

khususnya apabila melakukan transaksi di luar kantor.

2.3.1 Visi, Misi

Visi BPR Pijer Podi :Membantu Meningkatkan perekonomian masyarakat

khususnya ekonomi lemah.

Misi BPR Pijer Podi :Memberikan tingkat suku bunga kredit yang rendah, dan

pelayanan langsung ke nasabah.


29

2.3.2 Logo BPR Pijer Podi

Gambar 2.1 Logo BPR Pijer Podi

Sumber : PT. BPR Pijer Podi Kekelengen


30

2.3.3 Struktur Organisasi

RUPS

Direktur
utama Dewan
komisaris

Direktur Direktur
operasional
kepatuhann
n

Pemimpin
Kadiv Kadiv Kadiv Kadiv
Cabang
Operasional Pemasaran SKAI
SKTI Wakil
Pemimpin Staff Eksekutif Staf eksekutif
1.AO Cabang Pengemanga Suditor
1.Teller Staff SKTI kepathandan
n SDM manajemen
2.CAO SKAI
2.Saff kerumah resiki
tanggaan

Staff Teller Staff SKTI Team-Team Staff Staff Perkreditan


kerumahtang pelayanan Tabungan (CA,CAO,RO)
gaan (AO) Dan
Deposito
(FO)

Gambar 2.2 Struktur Organisasi

Sumber : PT BPR Pijer Podi Kekelengen


31

AO =Account Officer

CA =Credit Analyst

CAO =Credit Administration Officer

FO =Funding Officer

RO =Remedial Officer

SKAI =Satuan Kerja Audit Internal

SKTI =Satuan Kerja Teknologi Informasi

Anda mungkin juga menyukai