lahir kurang dari 2500 gram. Sebagian besar organ tubuhnya juga belum berfungsi dengan baik, karena
kelahirannya yang masih dini. Maka dari itu, perlu diberikan perawatan khusus untuknya.
1. Penyebab Prematur
Kelahiran prematur bisa disebabkan adanya masalah pada ibu hamil, juga pada janin itu sendiri. Ibu
hamil yang mengalami masalah seperti letak plasenta yang menutupi jalan lahir, lepasnya plasenta
sebelum waktunya melahirkan, pendarahan sebelum melahirkan serta ketuban pecah dini, mempunyai
risiko mengalami kelahiran prematur. Adanya gangguan organ reproduksi, seperti adanya kelainan dalam
rahim atau leher rahim karena adanya miom (tumor jaringan otot), juga bisa menyebabkan janin lahir
prematur.
Bila selama kehamilan ibu mengalami gangguan penyakit, seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi
(hipertensi), asma, kencing manis (diabetes melitus), kelainan kelenjar tiroid, infeksi ginjal atau infeksi
lainnya, serta kondisi kekurangan gizi (malnutrisi), bisa pula memicu kelahiran prematur. Hal lain yang
dianggap punya andil dalam kelahiran prematur adalah kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol,
serta kondisi stres.
Dari segi janin, bila janin memiliki cacat bawaan, maka ada kemungkinan ia lahir sebelum waktunya.
Kehamilan kembar, juga banyak menyebabkan janin lahir prematur.
Gangguan kesehatan yang dialami bayi prematur cukup rentan dan bisa mengancam jiwanya. Ancaman
yang paling berbahaya adalah kesulitan bernapas. Hal ini akibat paru-paru serta seluruh sistem
pernapasannya, seperti otot dada dan pusat pernafasan di otak, belum dapat bekerja secara sempurna.
Karena lapisan lemak yang masih tipis, bayi prematur juga tidak memiliki perlindungan yang cukup
dalam menghadapi suhu luar yang memang lebih dingin dibanding suhu dalam rahim ibu. Bayi prematur
akan lebih sering mengalami penurunan suhu tubuh dibawah normal (hipotermia). Selain itu, mekanisme
pengontrol suhu tubuh bayi prematur memang belum mampu bekerja sempurna sehingga meski di dalam
ruang yang bersuhu normal pun, bayi sering mengalami kedinginan.
Hati dan ginjal bayi prematur juga belum siap bekerja secara sempurna. Hati (lever) bertugas mengolah
zat-zat makanan yang masuk ke dalam tubuh sekaligus penawar racun (detoksifikas). Sedangkan ginjal,
bertugas mengatur dan mengolah pembuangan di dalam tubuh. Karena hati dan ginjal bayi prematur
belum sempurna kerjanya, maka semua pemasukan dan pengeluaran pada tubuh bayi prematur harus
benar-benar diperhatikan. Bila tidak, kedua organ ini akan rusak dan bayi semakin rentan terhadap
penyakit.
Bayi prematur juga mudah mengalami pendarahan di otak. Hal ini akibat pembuluh darah yang masih
sangat halus dan mudah pecah bila kekurangan zat asam atau kedinginan. Sementara pendarahan di otak
kelak dapat menimbulkan gangguan perkembangan, misalnya keterlambatan dalam perkembangan
motorik seperti lambat berjalan, maupun kognitif seperti lambat bicara, dan sebagainya.
3. Inkubator
Seperti bayi normal, bayi prematur juga memperoleh kekebalan tubuh dari ibunya. Tapi, pada bayi
prematur kekebalan yang didapat Iebih sedikit daripada bayi normal, karena sebelum daya tahan itu
terbentuk cukup, ia sudah harus dilahirkan. Inilah yang menyebabkan bayi prematur sangat rentan
terhadap penyakit infeksi.
Di rumah sakit, bayi yang lahir prematur akan diletakkan dalam alat khusus, yaitu inkubator. Inkubator
merupakan alat yang dilengkapi dengan pengatur suhu dan kelembaban udara agar bayi selalu hangat.
Bila bayi prematur lahir dengan berat badan di bawah 2000 gram, maka suhu dalam inkubator harus
berkisar antara 32 derajat Celcius. Bila berat badannya kurang dari 2500 gram, suhu inkubator harus
sekitar 30 derajat Celcius. Suhu inkubator akan diturunkan secara bertahap setiap 10-14 hari sebanyak
satu derajat Celcius, sehingga akhirnya bayi bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan luarnya.
Selain berfungsi sebagai penghangat, inkubator juga berfungsi melindungi bayi dari bahaya infeksi. Di
tempat ini, tersedia juga alat penyinaran sinar biru bagi bayi prematur yang mengalami peningkatan kadar
bilirubin dalam darahnya (bayi kuning/jaundice) sebagai akibat hati bayi yang belum bekerja sempurna.
Biasanya, bayi dalam inkubator akan dibiarkan telanjang untuk mempermudah pemantauan, yang bisa
dilihat dari gerak pernafasan serta warna kulit. Dengan demikian, bila ada kelainan, bisa segera diketahui.
Selain itu, bayi prematur juga mendapat bantuan pernafasan dalam bentuk bantuan oksigen sejumlah
tertentu. Hal ini pun harus dilakukan dengan hati-hati, sebab keseimbangan kadar oksigen dan karbon
dioksida bayi prematur harus diperhatikan benar. Bila jumlah oksigen pada bayi prematur terlalu sedikt,
jumlah karbondioksidanya akan meningkat. Akibatnya, pembuluh darah di otak akan melebar, bahkan
bisa pecah dan mengakibatkan pendarahan di otak. Sebaliknya, bila oksigen terlalu banyak, maka
pembuluh-pembuluh darah bisa menyempit yang mengakibatkan sel-sel tubuh bayi kurang mendapat
makanan.
Bayi prematur juga akan menjalani pemeriksaan darah untuk mengetahui fungsi mekanisme pertukaran
zat dalam tubuh. Selain dilakukan juga pemeriksaan dengan alat Ultra Sonografi (USG) untuk melihat
apakah terjadi kelainan di otak, seperti terjadi pendarahan, edema (pembengkakan) otak, dan lain-lain.
Lamanya pemantauan dan perawatan bayi prematur yang satu dengan yang lain tidak sama. Itu karena,
kematangan bayi prematur tidak berdasarkan usia kandungan ketika ia dilahirkan atau Iamanya
perawatan, melainkan dilihat dari perkembangan kemampuannya dalam bernafas, mempertahankan suhu
tubuh, mengisap dan menelan (sehingga orang tuanya bisa langsung menyusuinya), serta mampu
mencerna makanan yang masuk dalam tubuhnya. Dengan kata lain, bergantung dari kesiapan semua
organ tubuhnya untuk bekerja normal. Hal ini bisa diketahui melalui pemantauan yang memang terus
menerus dilakukan petugas rumah sakit.
4. Peran orangtua
Bayi prematur yang berada dalam inkubator juga memerlukan kasih sayang dari orangtua melalui
sentuhan-sentuhan halus pada kulit bayi. Orang tua bisa memasukkan tangannya melalui lubang
inkubator yang memang bisa dibuka. Berikan belaian lembut pada tubuh bayi, mulai dari kepala, leher,
badan, tangan sampai ke kaki bayi. Sambil membelainya, berbicaralah padanya dengan suara yang
lembut. Tentu saja sebelum melakukannya, orang tua perlu meminta izin dahulu dengan dokter dan pihak
rumah sakit.
Selain sentuhan, yang tak kalah penting adalah Anda tetap bisa memberikan ASI. Mengingat refleks
mengisap dan menelan bayi prematur belum baik, apalagi organ pencernaannya pun belum bekerja
sempurna, maka pemberian makan bayi haruslah dilakukan secara hati-hati. Tentu saja cara pemberian
ASI bayi prematur ini berbeda dari bayi yang lahir normal. Yaitu, dengan memompa ASI lebih dahulu,
baru kemudian diberikan kepada si buah ati melalui bantuan pipa halus.
Memang keinginan Anda untuk memberikan ASI dengan memeluk dan menyentuhnya untuk sementara
waktu tidak bisa terwujud. Namun, anda toh, bisa melakukannya nanti ketika ia sudah pulang ke rumah.
Yang penting, pada saat si kecil menjalani masa-masa kritisnya ini, anda telah berusaha melakukan yang
terbaik yang memang bisa dan boleh Anda lakukan.
Belum lagi efek sentuhan yang dapat memberikan rasa aman dan kasih sayang pada si kecil. Sejak
dilahirkan, seorang bayi akan mulai secara aktif mempelajari cara merasakan dan mengekspresikan cinta.
la pun secara aktif mulai mencari sentuhan lembut, yang memang merupakan ekspresi pertama kasih
sayang yang sekaligus akan memberikan rasa aman baginya, yang akan terus berpengaruh pada
perkembangan emosi seorang anak.
Untuk mengejar “ketinggalannya” dengan bayi normal, setelah pulang ke rumah, Anda bisa terus
melakukan sentuhan dengan bayi Anda, melalui cara yang dikenal dengan kanggaroo Care. Yaitu,
memberi sentuhan kasih dengan cara mirip kangguru menggendong anaknya. Pengalaman ini ditemukan
secara tidak sengaja di rumah sakit di Boston terhadap seorang bayi prematur yang diletakkan di dada
ibunya (kulit bayi dan kulit ibu saling menyentuh). Dengan cara ini, ternyata kondisi bayi prematur
membaik. Setelah diperiksa, ternyata kadar oksigen dalam darah bayi meningkat, sementara kadar karbon
dioksidanya (CO2) menurun. Tekanan darah bayi pun stabil dan pernafasannya menjadi teratur. Rupanya,
posisi menelungkup dan menempel di dada ibu itu mirip dengan suasana dalam rahim ibu, di mana suara
pernafasan dan detak jantung ibu bisa terdengar bayi. lntinya, bayi merasa nyaman dan tenang. Sejak itu,
cara ini menjadi model untuk perawatan bayi prematur.
Category: Pelajaran
Kirimkan Ini lewat Email
Makalah Tentang Bayi Prematur
Makalah Tentang Bayi Prematur
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Periode segera setelah lahir merupakan awal dari kehidupan yang tidak menyenangkan bagi bayi. Hal
tersebut disebabkan oleh perbedaan antara lingkungan kehidupan sebelumnya dan sekarang. Bagi bayi
prematur atau bayi yang lahir disertai penyulit atau komplikasi, tentunya proses adaptasi ini akan menjadi
lebih sulit untuk dilaluinya. Bahkan, seringkali menjadi pemicu timbulnya komplikasi lain yang
menyebabkan bayi tersebut tidak mampu melanjutkan kehidupan ke fase lanjut (meninggal).Bayi berat
badan lahir rendah atau prematur mempunyai kemungkinan lebih besar untuk menderita sakit atau
kematian daripada bayi lain. Oleh karenanya, diperlukan pengawasan ekstra yang dilakukan beberapa jam
sampai beberapa hari setelah bayi itu dilahirkan.
Penilaian dan tindakan pada bayi berat badan lahir rendah sangatlah penting karena dapat mencegah
terjadinya gangguan kesehatan pada bayi yang dapat menimbulkan cacat atau kematian.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
Untuk meningkatkan pengetahuan pembaca mengenai bayi berat badan lahir rendah (BBLR),Pembaca
mengetahui dan mampu mengaplikasikan bagaimana penatalaksanaan maupun rencana asuhan
keperawatan yang dapat diberikan terhadap bayi berat badan lahir rendah (BBLR)
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Bayi berat badan lahir rendah ( BBLR ) dapat dikelompokkan menjadi :
2. Bayi Dismatur
Bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari berat badan yang seharusnya untuk masa kehamilannya,
yaitu berat badan dibawah persentil 0 pada kurva pertumbuhan intra uterin, bisa disebut dengan bayi kecil
untuk masa kehamilan.
B. Etiologi
Ada tiga faktor yang menjadi penyebab kelahiran bayi BBLR, yakni :
1. Faktor ibu
a.Toksemia gravidarum, yaitu preeklampsi dan eklampsi
b.Kelainan bentuk uterus (misalnya uterus bikornis, inkompeten serviks)
c.Tumor (misalnya mioma utery, sistoma)
d. Ibu yang menderita penyakit antara lain :
1)Akut dengan gejala panas tinggi (misalnya tifus abdominalis, malaria)
2) Kronis (misalnya TBC, penyakit jantung, gromerulonefritis kronis)
e. Trauma pada masa kehamilan antara lain :
1) Fisik (misalnya jatuh)
2) Psikologis (misalnya stress)
f. Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
2. Faktor janin
a. Kehamilan ganda
b. Hidramnion
c. Ketuban pecah dini
d. Cacat bawaan
e. Infeksi (misalnya rubeoll, sifilis, toksoplasmosis)
f. Insufisiensi plasenta
g. Inkomptibilitas darah ibu dan janin ( faktor Rhessus, golongan darah
A, B dan
3. Faktor plasenta
a. Plasenta previa
b. Solutio plasenta
C. Manifestasi Klinis
Tanda klinis atau penampilan yang tampak sangat bervariasi, bergantung pada usia kehamilan saat bayi
dilahirkan. Makin prematur atau makin kecil umur kehamilan saat dilahirkan makin besar pula
perbedaannya dengan bayi yang lahir cukup bulan. Adapun tanda dan gejala dari bayi prematur adalah :
C. Patofisiologi
Berdasarkan beberapa faktor etiologi yang telah disebutkan, hal itu akan menyebakan gangguan sirkulasi
utero plasenta. Akibatnya, akan terjadi insufisiensi plasenta, yang menyebabkan suplai nutrisi dan
oksigen ke janin tidak adekuat. Hal ini lama-kelamaan akan menyebabkan gangguan pertumbuhan intra
uteri dan lahirlah bayi BBLR.Neonatus dengan imaturitas pertumbuhan dan perkembangan atau bayi
BBLR tidak dapat menghasilkan kalori melalui peningkatan metabolisme. Hal ini disebabkan karena
respon menggigil bayi tidak ada atau kurang, sehingga tidak dapat menambah aktivitas. Sumber utama
kalori bila ada stress dingin atau suhu lingkungan rendah adalah thermogenesis nonshiver. Sebagai
respon terhadap rangsangan dingin, tubuh bayi akan mengeluarkan norepinefrin yang menstimulus
metabolisme lemak dari cadangan lemak coklat untuk menghasilkan kalori yang kemudian dibawa oleh
darah ke jaringan. Stres dingin dapat menyebabkan hipoksia, metabolisme asidosis dan hipoglikemia.
Peningkatan metabolisme sebagai respon terhadap stre dingin akan meningkatkan kebutuhan kalori dan
oksigen. Bila oksigen yang tersedia tidak dapat memenuhi kebutuhan, tekanan oksigen berkurang
(hipoksia) dan keadaan ini akan menjadi lebih buruk karena volume paru menurun akibat berkurangnya
oksigen darah dan kelainan paru (paru yang imatur). Keadaan ini dapat sedikit tertolong oleh
haemoglobin fetal (HbF) yang dapat mengikat oksigen lebih banyak sehingga bayi dapat bertahan lebih
lama pada kondisi tekanan oksigen yang kurang.
D. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada bayi berat badan lahir rendah atau prematur dapat dilakukan dengan beberapa cara,
yaitu :
E. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Masalah yang berkaitan dengan ibu
Penyakit seperti hipertensi, toksemia, placenta previa, abrupsio placenta, incompeten servikal,
kehamilan kembar, mal nutrisi dan diabetes mellitus. Status social ekonomi yang rendah dan tiadanya
perawatan sebelum kelahiran. Riwayat kelahiran premature atau aborsi, penggunaan obat-obatan, seperti
alcohol, rokok dan kafein. Riwayat ibu ; umur dibawah 16 tahun atau diatas 35 tahun dan latar belakang
pendidikan rendah, jarak kehamilan yang berdekatan, ataupun penyakit hubungan seksual.
b. Bayi pada saat kelahiran
Umur kehamilan biasanya antara 24-37 minggu, rendahnya berat badan pada saat kelahiran, SGA, atau
terlau besar di banding umur kehamilan ; berat biasanya kurang dari 2500 gr ; kurus, lapisan lemak
subkutan sedikit atau tidak ada ; kepala relative lebih besar disbanding badan, 3 cm lebih besar dibanding
lebar dada ; kelainan fisik yang mungkin terlihat ; nilai APGAR pada satu sampai lima menit, 0-3
menunjukkan kegawatan yang parah, 4-6 kegawatan sedang, dan 7-10 normal.
c. Kardiovaskular
Denyut jantung rata-rata 120-160/menit pada bagian apical dengan ritme yang teratur ; pada saat
kelahiran, kebisingan jantung terdengar pada seperempat bagian intercostals, yang menunjukkan aliran
darah dari kanan ke kiri karena hipertensi atau atelektasis paru.
d. Gastrointestinal
Penonjolan abdomen ; pengeluaran mekonium biasanya terjadi dalam waktu 12 jam; refleks menelan dan
menghisap yang lemah ; ketidaknormalan konginetal lain.
e. Integumen
Kulit yang bewarna merah atau merah muda, kekuning-kuningan, sianosis atau campuran bermacam
warna ; sedikit vernik kasiosa, dengan rambut lanugo di sekujur tubuh ; kurus, kulit tampak transparan,
halus dan mengkilat ; edema yang menyeluruh atau dibagian tertentu yang terjadi pada saat kelahiran,
kuku pendek belum melewati ujung jari, rambut jarang atau tidak ada sama sekali, ptekie atau ekimosis.
f. Muskuloskeletal
Tulang kapilago telinga belum tumbuh sempurna, lembut dan lunak ; tulang tengkorak dan tulang rusuk
lunak ;gerakan lemah dan tidak aktif atau letargi.
g. Neurologis
Refleks dan gerakan pada tes neurologis tanpa tidak resisten, gerak refleks hanya berkembang sebagian ;
menelan, mengisap, dan batuk sangat lemah atau tidak efektif ; tidak ada atau menurunnya tanda
neurologis ; mata mungkin menutup atau mengatup apabila umur belum mencapai 25 sampai 26 ; suhu
tubuh tidak stabil, biasanya hipotermia ; gemetar, kejang, mata berputar-putar, biasanya bersifat
sementara, tetapi mungkin juga ini mengindikasikan adanya kelainan neurologis.
h. Paru
Jumlah pernapasan rata-rata antara 40 sampai 60 permenit diselingi dengan apnea ; pernapasan tidak
teratur, dengan laring nasal (nasal melebar), dengkuran, retraksi (interkostal, suprasternal, substernal) ;
terdengar gemerisik.
i. Ginjal
Berkemih terjadi setelah 8 jam kelahiran ; ketidak mamapuan untuk melarutkan ekskresi kedalam urin.
j. Reproduksi
Bayi perempuan; Clitoris yang menonjol dengan labia minora yg belum berkembang; bayi laki-laki:
skrotum yg belum berkembang sempurna dengan ruga yang kecil. Testis tidak turun ke skrotum.
k. Sikap
Tangis yang lemah, tidak aktif dan tremor.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola nafas tak efektif b/d ketidakmatangan paru karena kurangnya produksi surfaktan
b. Kerusakan pertukaran gas b/d ketidakadekuatan kadar surfaktan, imaturitas otot arteriol pulmonal, SSP
dan sistem neuromuskular.
c.Resti hipotermia atau hipertermia b/d perubahan suhu lingkungan
d.Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d simpanan glikogen, zat besi dan kalsium tidak
cukup, metabolisme yang tinggi, hilangnya kalori dan asupan kalori yang tidak adekuat.
e. Resti injuri b/d retardasi pertumbuhan intra uteri
E .Resti kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan berlebihan, peningkatang suhu lingkungan,
ginjal imatur
1) Tujuan : bebas dari tanda-tanda dehidrasi atau glikosuria dengan masukan cairan sama dengan
haluaran
2) Intervensi dan Rasional
Dapatkan seri BB setiap hari dengan skala yang sama pada waktu yang sama
BB merupakan indikator paling sensitif dari keseimbangan cairan
Bandingkan masukan dan haluaran cairan setiap shift dalam periode 24 jam
Haluaran harus 1-3 ml/kg/jam, sementara kebutuhan terapi cairan ± 80-100 ml/kg/hari pada hari pertama
kehidupan, meningkat sampai 120-140 ml/kg/hari pada hari ketiga pasca-kelahiran
Evaluasi turgor kulit, membran mukosa dan fontanel anterior
Kehilangan/perpindahan cairan yang minimal dapat dengan cepat menimbulkan dehidrasi, terlihat oleh
turgor kulit yang buruk, membran mukosa kering dan fontanel cekung.Pantau pemeriksaan laboratorium
Ht dehidrasi meningkatkan kadar Ht di atas nilai normal 45%-53%, Berikan cairan paenteral
Penggantian cairan menambah volume darah
F. Resti injuri b/d retardasi pertumbuhan intra uteri
1) Tujuan : bebas dari kejang dan tanda-tanda kerusakan SSP
2) Intervensi dan Rasional
kaji upaya pernafasan. perhatikan adanya pucat atau sianosis distres pernafasan dan hipoksia
mempengaruhi fungsi serebral dan dapat merusak atau melemahkan dinding pembuluh darah serebral,
meningkatkan resiko ruptur, ukur lingkar kepala, sesuai indikasi membantu mendeteksi kemungkinan
peningkatan TIK atau hidrosefalus, yang mungkin merupakan akibat dari hemoragi subdural , berikan
oksigen hipoksemia meningkatkan resiko kelemahan atau kerusakan SSP yang permanen
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bayi berat badan lahir rendah ( BBLR ) dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu Bayi Prematur atau Bayi
Pre-Term dan Bayi Dismatur. Bayi prematur adalah bayi yang berumur kehamilan 37 minggu tanpa
memperhatikan berat badan. Sebagian besar bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram
adalah bayi prematur. Sedangkan bayi dismatur adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari
berat badan yang seharusnya untuk masa kehamilannya, yaitu berat badan dibawah persentil 0 pada kurva
pertumbuhan intra uterin, bisa disebut dengan bayi kecil untuk masa kehamilan.
Ada tiga faktor yang menjadi penyebab kelahiran bayi BBLR, yakni faktor ibu yang meliputi toksemia
gravidarum, yaitu preeklampsi dan eklampsi, kelainan bentuk uterus (misalnya uterus bikornis,
inkompeten serviks), tumor (misalnya mioma utery, sistoma), ibu yang menderita penyakit seperti tifus
abdominalis, malaria, TBC, penyakit jantung, serta gromerulonefritis kronis, juga adanya trauma pada
masa kehamilan antara lain, baik fisik maupun psikologis. Faktor berikutnya adalah faktor janin yang
meliputi kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini, cacat bawaan, Infeksi (misalnya rubeoll,
sifilis, toksoplasmosis), insufisiensi plasenta, Inkomptibilitas darah ibu dan janin ( faktor Rhessus,
golongan darah A,B dan O). Faktor lainnya yaitu faktor plasenta, meliputi plasenta previa dan solutio
plasenta.
Tanda klinis atau penampilan yang tampak sangat bervariasi, bergantung pada usia kehamilan saat bayi
dilahirkan. Makin prematur atau makin kecil umur kehamilan saat dilahirkan makin besar pula
perbedaannya dengan bayi yang lahir cukup bulan.
B. Saran
Penulis mengharapkan agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita, menambah ilmu pengetahuan serta
wawasan bagi para pembaca khususnya bagi mahasiswa keperawatan, namun penulis menyadari makalah
ini jauh dari kesempurnaan, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi
perbaikan makalah selanjutnya
.DAFTAR PUSTAKA
Faktor resiko yang mungkin berperan dalam terjadinya persalinan prematur adalah:
1. Ukuran kecil
2. Berat badan lahir rendah (kurang dari 2,5 kg)
3. Kulitnya tipis, terang dan berwarna pink (tembus cahaya)
4. Vena di bawah kulit terlihat (kulitnya transparan)
5. Lemak bawah kulitnya sedikit sehingga kulitnya tampak keriput
6. Rambut yang jarang
7. Telinga tipis dan lembek
8. Tangisannya lemah
9. Kepala relatif besar
10. Jaringan payudara belum berkembang
11. Otot lemah dan aktivitas fisiknya sedikit (seorang bayi prematur
cenderung belum memiliki garis tangan atau kaki seperti pada bayi cukup bulan)
12. Refleks menghisap dan refleks menelan yang buruk
13. Pernafasan yang tidak teratur
14. Kantung zakar kecil dan lipatannya sedikit ( anak laki – laki )
15. Labia mayora belum menutupi labia minora ( pada anak perempuan).
Bayi prematur sangat cepat kehilangan panas dan mengalami kesulitan dalam
mempertahankan suhu tubuh, sehingga mereka biasanya ditempatkan di dalam suatu
inkubator. Mungkin bayi memerlukan bantuan respirator dan tambahan oksigen.
Pengertian
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat kelahiran kurang dari
2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram). (FKUI. Hal : 1051)
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500
gram tanpa memperhatikan usia gestasi (Wong. Hal : 423)
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah suatu istilah yang dipakai bagi bayi prematur, atau low
birth weight, atau sering disebut bayi dengan berat badan lahir rendah. Hal ini dikarenakan tidak semua
bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram bukan bayi prematur (WHO. 1961)
2. Klasifikasi
a. Prematuritas murni
Adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk
masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NBK. SMK).
b. Dismaturitas
Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Berarti
bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa
kehamilannya. (KMK) (FKUI. Hal : 1052)
3.Etiologi
a. Faktor ibu
(toksemia gravidarum, perdarahan ante partum, trauma fisik dan psikologis, atau penyakit lain seperti :
nephritis akut, diabetes mellitus, infeksi akut) atau tindakan operatif dapat merupakan faktor etiologi
prematuritas.
2) Usia
Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia ibu dibawah 20 tahun dan pada multi gravidarum,
yang jarak antar kelahirannya terlalu dekat.
Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi terdapat pada golongan
sosial ekonomi yang rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan
antenatal yang kurang.
b. Faktor janin
Hidramion, kehamilan ganda, umumnya akan mengakibatkan lahir bati BBLR. (FKUI. Hal : 1052)
4. Manifestasi Klinis
Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus partus prematurus dan lahir mati.
Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.
Pergerakan janin yang pertama (quikening) terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih lambat, walaupun
kehamilannya sudah agak lanjut.
Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut seharusnya.
Sering dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion atau bisa pula hidramnion, hiperemesis gravidarum
dan pada hamil lanjut dengan toxemia gravidarum.
b. Setelah bayi lahir dibedakan antara bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterin, bayi prematur, bayi
prematur dan bayi KMK
Bayi prematur
- Menangis lemah
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Studi cairan amniotic, dilakukan selama kehamilan untuk mengkaji maturitas janin.
b. Darah lengkap : penurunan hemoglobin/hemotrokrit (Hb/Ht) mungkin kurang dari 10.000 /m3 dengan
pertukaran ke kiri (kelebihan dini netrofil dan pita) yang biasanya dihubungkan dengan penyakit bakteri
berat.
f. Penentuan RH dan contoh langsung (bila ibu Rh negatif positif) : menentukan inkompatabilitas.
g. Gas darah arteri (GDA) : PO2 menurun, PCO2 meningkat, asidosis, sepsis, kesulitan nafas yang lama.
i. Protein C reaktif (beta globulin) ada dalam serum sesuai dengan proporsi beratnya proses radana
enfeksius.
k. Test shoke aspirat lambung : menentukan ada/tidaknya surfaktan. (Doengoes, hal : 634)
6. Penatalaksanaan Medis
Terapi inkubator, dengan pengaturan suhu BB <>oC, BB 2 kg – 2,5 kg : 45 oC, suhu inkubator diturunkan
1 oC setiap minggu, sampai bayi dapat ditempatkan pada suhu lingkungan setiap 24 – 27 oC.
7. Prognosis BBLR
Kematian perinatal pada bayi BBLR 8 kali lebih besar dari bayi normal. Prognasis akan lebih buruk bila
BB makin rendah, angka kematian sering disebabkan karena komplikasi neonatal seperti asfiksia,
aspirasi, pneumonia, perdarahan intrakranial, hipoglikemia. Bila hidup akan dijumpai kerusakan saraf,
gangguan bicara, IQ rendah.
8. Komplikasi
a. Aspirasi mekonium, yang diikuti pneumothorax, disebabkan oleh distress pada persalinan.
b. Pada bayi KMK mempunyai hubungan yang tinggi yang mungkin disebabkan hipoksia kronik di dalam
uterus, pada keadaan ini harus dilakukan partial plasma dengan segera, bila tidak akan timbul gejala
kejang hipotoni.
d. Aspiksia, perdarahan paru pasif, hipotermia, catat bawaan akibat kelainan kromosom.
ENDAHULUAN
Sampai saat ini mortalitas dan mordibitas neonatus pada bayi preterm/premature masih sangat tinggi. Hal
ini berkaitan dengan maturitas organ pada bayi lahir seperti paru, otak dan gastrointestinal. Di Negara
barat sampai 80% dari kematian neonatus adalah akibat prematuritas, dan pada bayi yang selamat5 10%
mengalami permasalahan dalam jangka panjang. Penyebab persalinan preterm sering dapat dikenali
dengan jelas. Namun, pada banyak kasus penyebab pasti tidak dapat diketahui. Beberapa factor
mempunyai andil dalam terjadinya persalinan preterm seperti factor pada ibu, factor janin dan plasenta,
ataupun factor lain seperti sosioekonomik.
Pendekatan obstetric yang baik terhadap persalinan preterm akan memberikan harapan terhadap
ketahanan hidup dan kualitas hidup bayi preterm. Di beberapa Negara maju Angka Kematian Neonatal
pada persalinan premature menunjukan penurunan yang umumnya disebabkan oleh meningkatnya
peranan neonatal intensive care dan akses yang lebih baik dari pelayanan ini. Di Amerika Serikat bahkan
menunjukan kemajuan yang dramatis berkaitan dengan meningkatnya umur kehamilan, dengan 50%
neonatus selamat pada persalinan usia kehamilan 25 minggu, dan lebih dari 90% pada usia 28-29 minggu.
Hal ini menunjukan bahwa teknologi dapat berperan banyak dalam keberhasilan persalinan bayi preterm.
Masih ada sisi lain yang perlu diperhatikan dalam menangani neonatus preterm, terutama bayi dengan
berat lahir yang sangat rendah (< 1500 gram), yaitu biaya yang sangat mahal dan meminta tenaga yang
banyak. Upaya primer mempunyai dampak biaya yang relative murah bagi masyarakat mengingat akses
rumah sakit sangat kecil, sedangkan upaya sekunder di rumah sakit lebih mahal.
BAB II
LANDASAN TEORI
PARTUS PREMATUR
1. A. Definisi
Persalinan preterm adalah persalinan yang berlangsung pada umur kehamilan 20-37 minggu dihitung dari
hari pertama haid terakhir (ACOG 1995).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa bayi premature adalah bayi yang lahir pada usia
kehamilan 37 minggu atau kurang.
Himpunan Kedokteran Fetomaternal POGI di Semarang tahun 2005 menetapkan bahwa persalinan
preterm adalah persalinan yang terjadi pada usia kehamilan 22-37 minggu.
Etiologi persalinan prematur sering kali tidak diketahui. Ada beberapa kondisi medik yang mendorong
untuk dilakukannya tindakan sehingga terjadi persalinan prematur. Kondisi yang menimbulkan partus
premature, antara lain:
1. Hipertensi
Tekanan darah tinggi menyebabkan penolong cenderung untuk mengakhiri kehamilan, hal ini
menimbulkan prevatensi persalinan prematur meningkat.
Merupakan kondisi dimana salah satu sebabnya ialah pemasokan oksigen dan makanan mungkin kurang
adekuat dan hal ini mendorong untuk terminasi kehamilan lebih dini.
1. Solusio Plasenta.
Terlepasnya plasenta akan merangsang untuk terjadi persalinan prematur. Meskipun sebagian besar
terjadi pada matur. Pada pasien dengan riwayat solusio plasenta maka kemungkinan terulang menjadi
lebih besar.
1. Plasenta Previa.
Sering kali berhubungan dengan persalinan prematur akibat harus dilakukan tindakan pada perdarahan
yang banyak. Bila terjadi perdarahan banyak maka kemungkinan kondisi janin kurang baik karena
hipoksia.
1. Kelainan Rhesus.
Sebelum ditemukan anti D imunoglabulin maka kejadian induksi menjadi berkurang, meskipun demikian
hal ini masih sering terjadi.
1. Diabetes.
Pada kehamilan dengan diabetes yang tidak terkendali maka dapat dipertimbangkan untuk mengakhiri
kehamilan. Tapi saat ini dengan pemberian insulin dan diet yang terprogram, umunya gula darah dapat
dikendalikan.
Ada beberapa kondisi ibu yang merangsang terjadinya kontraksi spontan, kemungkinan telah terjadi
produksi prostaglandin.
Meskipun jarang terjadi tetapi dapat dipertimbangkan hubungan kejadian partus preterm dengan kelainan
uterus yang ada.
Mungkin mengawali terjadinya kontraksi atau sebaliknya. Ada beberapa kondisi yang mungkin
menyertai seperti serviks inkompeten, hidramnion, kehamilan ganda, infeksi vagina dan serviks dan lain-
lain. Infeksi asenden merupakan teori yang cukup kuat dalam mendukung terjadinya amnionitis dan
kemungkinan ketuban pecah.
1. Serviks Inkompeten.
Hal ini mungkin menjadi penyebab abortus selain partus preterm. Riwayat tindakan serviks dapat
dihubungkan dengan terjadinya inkompeten. Chamberlain dan Gibbings menemukan 60% dari pasien
serviks inkompeten pernah mengalami abortus spontan dan 49% mengalami pengakhiran kehamilan
pervaginam.
1. Kehamilan Ganda
Sebanyak 10% pasien dengan partus preterm ialah kehamilan ganda dan secara umum kehamilan ganda
mempunyai masa gestasi yang lebih pendek.
1. C. Menifestasi Klinis
1. Kontraksi uterus yang teratur sedikitnya 3 – 5 menit sekali selama 45 detik dalam waktu
minimal 2 jam.
2. Pada fase aktif, intensitas dan frekuensi kontraksi meningkat saat pasien melakukan
aktivitas.
3. Usia kehamilan antara 20 – 37 minggu.
4. Taksiran berat janin sesuai usia kehamilan antara 20 – 37 minggu.
5. Presentasi janin abnormal lebih sering ditemukan pad persalinan preterm.
Bila persalinan kemudian menjadi nyata, maka pengobatan dapat dimulai. Bila tidak fungsi uterus
dievaluasi lebih lanjut dengan menggunakan topografi ekstenal untuk merekam dan lamanya kontraksi,
pembukaan serviks yang progresif, merupakan tanda persalinan.
1. D. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah lengkap dan hitung jenis.
2. Urinalisis.
3. Ultrasonografi untuk melihat taksiran berat janin, posisi janin dan letak plasenta.
4. Amniosentesis untuk melihat kematangan beberapa organ janin, seperti rasio lasitin,
spingo myelin, surfaktan, dll
Definisi :
Bayi baru lahir dengan umur kehamilan 37 minggu atau kurang saat kelahiran disebut dengan bayi prematur.
Walaupun kecil, bayi prematur ukurannya sesuai dengan masa kehamilan tetapi perkembangan intrauterin yang
belum sempurna dapat menimbulkan komplikasi pada saat post natal. Bayi baru lahir yang mempunyai berat 2500
gram atau kurang dengan umur kehamilan lebih dari 37 minggu disebut dengan kecil masa kehamilan, ini berbeda
dengan prematur, walaupun 75% dari neonatus yang mempunyai berat dibawah 2500 gram lahir prematur.
Problem klinis terjadi lebih sering pada bayi prematur dibandingkan dengan pada bayi lahir normal. Prematuritas
menimbulkan imaturitas perkembangan dan fungsi sistem, membatasi kemampuan bayi untuk melakukan koping
terhadap masalah penyakit.
Masalah yang umum terjadi diantaranya respiratory disstres syndrom (RDS), enterocolitis nekrotik,
hiperbilirubinemia, hypoglikemia, thermoregulation, patetnt duktus arteriosus (PDA), edema paru, perdarahan
intraventrikular. Stressor tambahan lain pada infant dan orangtua meliputi hospitalisasi untuk penyakit pada bayi.
Respon orangtua dan mekanisme koping mereka dapat menimbulkan gangguan pada hubungan antar mereka.
Diperlukan perencanaan dan tindakan yang adekuat untuk permasalahn tersebut.
Bayi prematur dapat bertahan hidup tergantung pada berat badannya, umur kehamilan, dan penyakit atau
abnormalitas. Prematur menyumbangkan 75% - 80% angka kesakitan dan kematian neonatus.
- Penyakit/kelainan seperti hipertensi, toxemia, placenta previa, abruptio placenta, incompetence cervical, janin
kembar, malnutrisi dan diabetes mellitus.
- Tingkat sosial ekonomi yang rendah dan prenatal care yang tidak adekuat
- Penyalahgunaan konsumsi pada ibu seperti obat-obatan terlarang, alkohol, merokok dan caffeine
Pengkajian
1. Riwayat kehamilan
- Umur ibu dibawah 16 tahun dengan latar belakang pendidikan rendah
- Status sosial ekonomi, prenatal care tidak adekuat, nutrisi buruk
- Infeksi seperti TORCH, penyakit menular seksual dan lain sebagainya
- Kondisi seperti toksemia, prematur rupture membran, abruptio placenta dan prolaps umbilikus
- Umur kehamilan antara 24 – 37 minggu, berat badan lahir rendah atau besar masa kehamilan
- APGAR skore 1 – 5 menit : 0 – 3 mengindikasikan distress berat, 4 – 6 menunjukkan disstres sedang dan 7 – 10
merupakan nilai normal.
3. Kardiovaskular
- Denyut jantung 120 – 160 x per menit pada sisi apikal dengan irama teratur
5. Integumen
- Kurus
6. Muskuloskeletal
7. Neurologik
- Reflek menghisap, swalowing, gag reflek serta reflek batuk lemah atau tidak efektif
- Mata masih tertutup pada bayi dengan umur kehamilan 25 – 26 minggu
- Respirasi irreguler dengan nasal flaring, grunting dan retraksi (interkostal, suprasternal, substrenal)
9. Renal
10. Reproduksi
- Perempuan : labia mayora belum menutupi klitoris sehingga tampak menonjol
- Laki-laki : testis belum turun secara sempurna ke kantong skrotum, mungkin terdapat inguinal hernia.
- X-ray pada dada dan organ lain untuk menentukan adanya abnormalitas
- Kadar bilirubin untuk mengidentifikasi peningkatan (karena pada prematur lebih peka terhadap
hiperbilirubinemia)
- Kadar elektrolit, analisa gas darah, golongan darah, kultur darah, urinalisis, analisis feses dan lain sebagainya