Salah satu bentuk penyesuaian hidup pada bayi baru lahir adalah suhu lingkungan. Pada menit-
menit atau jam-jam pertama kehidupannya, harus disesuaikan dengan suhu ibu. Bayi yang lahir
di rumah sakit biasanya diletakkan di inkubator sesudah dibersihkan. Sedangkan bayi yang lahir
di rumah, sesudah dibersihkan, lalu diberi pembungkus sehingga bayi merasa hangat.
"Bayi tak boleh diletakkan di tempat dingin. Jika suhu bayi turun secara drastis mendadak, maka
bayi akan mengalami cidera kedinginan. Bayi yang kedinginan tak akan menggigil, sebab, ia
akan memecahkan cadangan-cadangan untuk membakar yaitu yang disebut lemak coklat,
sehingga tahu-tahu bayi bila kedinginan akan kaku," urai Nartono Kadri.
Hal ini juga berkaitan dengan cara memandikan bayi pada hari-hari berikutnya. Ruangan
sebaiknya hangat (hindari kamar ber-AC), gunakan air bersih yang hangat (celupkan siku Anda
ke dalam air untuk mengukur kehangatan air). "Jangan langsung masukkan bayi ke dalam ember
tapi sabuni per bagian-bagian tubuh, baru kemudian masukkan ke ember. Jika langsung
dimasukkan ke ember lalu disabuni, biasanya bayi itu tak bersih. Jika bayi tak bersih, bisa timbul
penyakit kulit yang dapat mengundang infeksi pada bayi," jelas dokter yang sudah praktek
sekitar 35 tahun ini.
Penting pula diingat, pertahanan tubuh bayi baru lahir masih sangat rendah terhadap suatu
keadaan lingkungan, sehingga rentan dan mudah sekali terkena infeksi. Terutama selama 7 hari
pertama yang disebut periode perinatal dan pada periode selanjutnya sampai usia 28 hari.
"Semua tindakan terhadap bayi harus selalu bersih dan tak ada kuman. Bayi jangan terlalu
banyak dipegang orang agar tak terkontaminasi dengan orang banyak, sebab tak semua
pengunjung bayi itu sehat. Jadi, faktor lingkungan atau orang yang mengawasi bayi seyogianya
harus dalam keadaan sehat," tandas staf pengajar di FKUI-RSCM ini.
Selain dilakukan pengukuran dengan tes Apgar (baca tes Apgar halaman 4-5), setiap bayi yang
baru lahir akan diukur berat dan panjang badan, lingkaran kepala, kaki, tangan, perut dan dada.
Bayi dapat dikatakan normal jika mempunyai berat antara 2.500-4.000 gram dengan panjang
rata-rata 50 centimeter, serta lingkar kepala 34-36 centimeter.
Untuk pancaindera, yang umum diperiksa adalah pendengaran dan penglihatan. Pemeriksaan
pendengaran biasanya dilakukan jika selama kehamilan ada kecurigaan, misalnya ibu menderita
toksoplasnosis.
Baik pendengaran maupun penglihatan, reaksinya tak akan sesuai dengan stimulasi yang
diberikan. Jika diperdengarkan suara keras, misalnya, bayi tak akan menoleh ke arah asal suara,
tapi reaksinya bisa berupa memejamkan mata, tersenyum, menggerakkan tangan atau kaki, dan
sebagainya. Reaksi-reaksi itu menunjukkan, bayi sebenarnya sudah mendengar. Untuk
penglihatan, jarak pandang bayi baru lahir hanya sebatas dari puting susu ibu ke wajah ibu, kira-
kira 20 centimeter.
"Sebenarnya, jika tak ada indikasi mutlak, pemeriksaan pancaindera tak perlu dilakukan terlalu
dini. Sebab, secara fisiologis, organ-organ bayi baru lahir belum sempurna. Jadi, bila dilakukan
suatu pengukuran ketajaman pancaindera terlalu dini, hasilnya pun masih di bawah normal dan
perlu dilakukan suatu evaluasi tiap-tiap 3 atau 6 bulan," tutur Nartono Kadri.
Bagaimana dengan pengukuran fungsi otak? "Belum perlu dilakukan pada bayi baru lahir. Kita
bisa melihatnya dari refleks-refleks bayi terhadap rangsangan-rangsangan minimal." kata
Nartono Kadri. Sejak lahir, bayi memiliki gerak refleks. Pada bayi baru lahir ada gerak refleks
tertentu seperti refleks isap, refleks pegang, dan refleks MORO (refleks kaget). Bayi yang
normal banyak melakukan gerak refleks tapi tak berlebihan (hiperaktif) sesuai stimulasi yang
diberikan.
BAYI KUNING
Akan halnya zat kuning, pada keadaan normal, dalam tiga hari pertama biasanya bayi kelihatan
sedikit kuning. Zat kuning itu merupakan hasil dari pemecahan hemoglobin (sel darah merah)
bayi. Waktu bayi hidup di kandungan, dibutuhkan sel darah merah tinggi untuk
pengambilan/pengangkutan oksigen. Sesudah bayi lahir dan organ-organnya berfungsi, sel darah
merah sedikit demi sedikit akan dihancurkan sehingga menimbulkan sampah yang disebut
bilirubin, yaitu warna kuning pada bayi.
Bayi-bayi yang mendapat ASI biasanya sedikit lebih kuning. Ini disebabkan beberapa substansi
kimia maupun hormon yang terdapat pada ASI. Juga, bayi yang dipuasakan terlalu lama karena
ASI belum keluar sehingga kekurangan cairan, biasanya sedikit lebih kuning. Hal ini tak perlu
dirisaukan dan jangan berpikir bayi terkena penyakit hati atau hepatitis.
Sinar matahari pagi sekitar pukul 08.00-09.00 sangat diperlukan untuk mengatasi kuning bayi.
Tapi bayi tak mutlak harus dijemur di bawah sinar matahari langsung. Cukup letakkan dekat
jendela yang banyak terkena sinar matahari. Karena itu, kamar bayi sebaiknya mendapatkan
banyak sinar matahari.
Untuk mendeteksi kuning pada bayi, lihatlah matanya. Biasanya waktu menyusui, bayi akan
membuka matanya. Perhatikan ada-tidak warna kuning di bagian putih mata bayi. Kuning yang
normal, dalam waktu seminggu akan hilang dan kadarnya tak akan tinggi. Kadar zat kuning yang
normal di bawah 8 mg. Di atas 10 mg perlu waspada, sebab dapat membahayakan otak. Jika
Anda mencurigai bayi kuning, tanyakan pada dokter anak.
Buang air besar di hari pertama dan kedua berupa meconium yang kerap disebut tahi gagak,
berwarna gelap atau hitam. Pada hari ketiga mungkin buang air besar sudah bercampur dengan
susu atau kotoran peralihan (campuran tahi gagak dan susu). Bayi yang diberi ASI, biasanya
pada hari-hari pertama atau minggu-minggu pertama akan lebih sering buang air besar, bisa
sampai 6 kali lebih. Ini normal saja.
Untuk buang air kecil, umumnya terjadi dalam 72 jam pertama. Tetapi hal ini juga bisa
ditentukan oleh posisi pada waktu bayi lahir.
TALI PUSAT
Tali pusat atau pusar harus selalu dijaga bersih dan kering, khususnya tempat pangkal tali pusat.
Sebab, tali pusat merupakan salah satu tempat yang mudah terkena infeksi. Pangkal tali pusat
yang basah dan sampai berbau bisa menjadi tempat sembunyi kuman. Kuman yang berkembang
biak di tali pusat dapat masuk ke aliran darah dan bayi akan mengalami suatu infeksi yang
disebut sepsis, yakni suatu infeksi yang menyeluruh ke seluruh tubuh bayi (termasuk otak) dan
bisa berakibat fatal.
Tentang lepasnya tali pusat, umumnya terjadi setelah seminggu atau dua minggu kelahiran. Tapi
ada juga yang lebih dari itu, tak jadi masalah asal tali pusat tetap dijaga bersih dan kering.
PEMBERIAN MINUM
Pemberian minum disesuaikan keadaan bayi, apakah 6 jam sesudah lahir atau lebih dini,
tergantung pertumbuhan yang dialami bayi di kandungan ibu. Idealnya, minum pertama bayi
ialah ASI. Tapi, pada jam-jam pertama pasca persalinan, ASI tentunya belum keluar. Jika ASI
tak cepat keluar sementara kebutuhan primer bayi akan kalori makanan harus selalu
diperhatikan, maka harus dipikirkan untuk memberikan pengganti ASI (PASI).
Pemberian PASI harus memperhitungkan jumlah kalori dan jenisnya, sebab tiap-tiap bayi sesuai
masa kehamilannya, berlainan pula kebutuhannya. Adapun cara pemberian PASI dengan
menggunakan sendok agar refleks bayi terhadap mengisap puting ibu tak dilupakan atau tak
terlatih. Sesudah ASI keluar, pemberian PASI dihentikan dan ASI diberikan sesuai standar
umum pemberian ASI.
MUNTAH
Menurut Nartono Kadri, bayi tak akan mengalami muntah bila organ tubuhnya normal. Kecuali
pada waktu lahir ketubannya keruh dan berbau, bayi kadang muntah. Muntah pada bayi bukan
cuma keluar dari mulut, juga bisa dari hidung, tergantung sifat muntahnya. Saat muntah, bayi
harus segera dimiringkan agar tak masuk ke paru-paru.
Untuk menghindarkan bayi tersedak yang bisa mengakibatkan muntah, sesudah diberi makan,
bayi ditepuk-tepuk punggungnya agar bersendawa. Tapi Anda tak harus menunggu sampai bayi
bersendawa, karena tak selalu bayi bisa sendawa sesudah diberi makan. Sesudah itu, bayi boleh
diletakkan telentang, tengkurap atau dimiringkan. Begitu pun jika perutnya terlalu penuh,
sebaiknya diletakkan tengkurap atau dimiringkan untuk mencegah bayi tersedak.
POLA TIDUR
Bayi baru lahir butuh tidur 17-20 jam per hari. Periode waktu tidur biasanya tak lebih dari 5 jam,
sedangkan waktu bangunnya tak lebih dari 2 atau 3 jam. Bayi yang menyusu dari botol tidur
lebih lama dibanding yang diberi ASI, meski jumlah kandungan kalorinya sama. Sebab, bayi
dengan ASI mendapatkan lebih sedikit susu saat mengkonsumsinya, sehingga perlu lebih sering
menyusu.
Pada minggu-minggu awal setelah kelahiran, rasa lapar dan kenyang sangat berhubungan dengan
waktu tidur. Kebanyakan bayi terbangun dan menangis keras saat merasa lapar.
MENANGIS
Bayi akan menangis, tapi tak selalu berarti lapar. Ada beberapa kemungkinan bayi menangis.
Bisa karena lapar, buang air kecil atau besar, digigit nyamuk atau semut, merasa sakit. Bisa juga
karena ia merasa sendirian (lonely). Jadi, jangan selalu memberikan susu setiap bayi menangis.
Sebab pemberian susu dalam jumlah berlebihan akan membuat perut bayi terlalu penuh yang
mengakibatkan muntah.
Mungkin saja mulutnya terlihat masih bergerak-gerak (ngenyut-ngenyut) seperti mau minum. Ini
karena bayi memang mempunyai refleks isap, tapi bukan refleks haus atau lapar.
Menggendong adalah cara lain yang umum dilakukan untuk menenangkan bayi menangis.
Padahal, dengan sering digendong, selanjutnya bayi tak akan menghentikan tangisnya jika belum
digendong. Ini tentu merepotkan. Jika bayi menangis karena kesepian, misalnya, cukup ditepuk-
tepuk saja atau diajak bicara. Pada dasarnya, bayi tak akan menangis jika semua kebutuhannya
sudah terpenuhi.
http://www.enformasi.com/2009/02/bayi-yang-baru-lahir.html
http://ayumarthasari.blogspot.com/2010/05/bayi-baru-lahir-normalciri-ciri-dan.html
1.Manfaat antiretroviral
2.Memperbaiki status kesehatan dan kualitas hidup
3.Menurunkan angka rawat inap akibat HIV
4.Menurunkan angka kematian terkait AIDS
5.Menurunkan terjadinya penularan dari ibu ke bayi
Penggunaan ARV selama kehamilan akan menurunkan jumlah virus dalam darah ibu dan menurunkan
kemungkinan bayinya terpajan HIV.
Semua ibu hamil dengan HIV yang tidak memenuhi syarat secara medis untuk ARV Terapi (ART) harus
ditawarkan ARV profilaksis untuk PMTCT.
1.Apabila MEMENUHI persyaratan medis ARV terapi, mulai SECEPAT MUNGKIN berikan ARV, walaupun
pada Trimester 1
2.Apabila sebelum kehamilan SUDAH menggunakan ARV terapi, TERUSKAN selama kehamilan-
persalinan-nifas
3.Apabila regimen yang digunakan mengandung Efavirens (EFV)
Memenuhi syarat ART bila ibu dengan HIV serta umur kehamilan >28 minggu
1.Berikan ARV pada SEMUA PASIEN dengan CD4 < 200 atau Limfosit < 1.200 sel/mm3
2.Berikan ARV pada IBU HAMIL dengan CD4 < 350 sel/mm3
3.Pertimbangkan untuk ARV pada IBU TIDAK HAMIL dengan CD4 < 350 sel/mm3
4.Berikan ARV pada SEMUA PASIEN pada stadium 4, dan stadium 3 (bila tidak tersedia pemeriksaan CD4)
2.Tetapi jika status klinis atau status imun ibu dalam keadaan SAKIT BERAT, maka manfaat ARV terapi
DINI lebih baik dibanding risiko terhadap janinnya
Pemberian antiretroviral
http://ayumarthasari.blogspot.com/2010/05/bayi-baru-lahir-normalciri-ciri-dan.html