Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa neonatal masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28 hari) sesudah kelahiran. Bayi adalah
anak yang belum lama lahir. Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42
minggu dan berat badan lahir 2.500-4000 gram. Bayi adalah individu baru yang lahir di dunia. Dalam
keadaannya yang terbatas, maka individu baru ini sangatlah membutuhkan perawatan dari orang lain.
Rencana asuhan pada bayi hari ke 2 sampai ke 6 setelah lahir harus di buat secara menyeluruh dan
rasional sesuai dengan temuan pada langkah sebelumnya atau sesuai dengan keadaan bayi saat itu, apakah
dalam keadaan normal atau sehat atau mengalami gangguan / sakit. Pada bayi – bayi yang lahir di rumah
sakit, atau klinik – klinik bersalin, asuhan pada bayi usia 2 – 6 hari ini juga harus di informasikan dan di
ajarkan pada orang tua bayi, sehingga pada saat kembali ke rumah, mereka sudah siap dan dapat
melaksanakannya sendiri. Secara umum asuhan yang di berikan pada bayi usia 2 – 6 hari meliputi hal – hal
yang berkaitan dengan minum, BAK, BAB, tidur, kebersihan kulit, keamanan, tanda – tanda bahaya, dan
penyuluhan sebelum pulang.
Masalah pada neonatus biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik terjadi pada masa perinatal.
Tidak hanya merupakan penyebab kematian tetapi juga kecacatan. Masalah ini timbul sebagai akibat
buruknya kesehatan ibu, perawatan kehamilan yang kurang memadai, manajemen persalinan yang tidak tepat
dan tidak bersih, kurangnya perawatan bayi baru lahir.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan tanda bahaya pada bayi baru lahir?
2. Bagaimana kondisi yang mempengaruhi kondisi pasca natal?
3. Berapa berat badan normal bayi pada saat lahir?
4. Bagaimana tanda – tanda bahaya pada bayi baru lahir?
5. Bagaimana komplikasi pada bayi baru lahir yang di sertai dengan tanda bahaya?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari tanda – tanda bahaya pada bayi baru lahir
2. Mengetahui kondisi yang mempengaruhi kondisi pasca natal
3. Mengetahui berat badan normal bayi pada saat lahir
4. Mengetahui tanda – tanda bahaya pada bayi baru lahir
5. Mengetahui komplikasi yang mungkin terjadi pada bayi baru lahir yang di sertai dengan tanda bahaya.

D. Manfaat
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan suatu manfaat yang berarti kepada :
1. Bagi Institusi pendidikan
Dapat di jadikan sebagai bacaan dan sumber informasi bagi mahasiswa dan pendidikan dalam melaksanakan
program pendidikan.
2. Bagi Masyarakat/Orang tua Bayi
3. Setelah diberikan asuhan komprehensif diharapkan orang tua dapat mengenali tanda – tanda bahaya yang
terjadi pada bayi baru lahir.
4. Bagi Mahasiswa
5. Studi kasus ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang cara mengenali tanda –
tanda bahaya pada bayi baru lahir dan dapat menanganinya dengan baik dan benar.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Tanda bahaya bayi baru lahir adalah suatu keadaan atau masalah pada bayi baru lahir yang dapat
mengakibatkan kematian pada bayi. Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu
sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2.500-4000 gram dan telah mampu hidup di luar kandungan.
Masa bayi baru lahir (Neonatal) dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
Periode Partunate, dimana masa ini dimulai dari saat kelahiran sampai 15 dan 30 menit setelah
kelahiran.
2. Periode Neonate, dimana masa ini dari pemotongan dan pengikatan tali
pusar sampai sekitar akhir minggu kedua dari kehidiupan pascamatur.

A. Kondisi yang mempengaruhi penyesuaian diri pada kehidupan pascanatal:


1. Lingkungan pranatal, dimana pada waktu dilingkungan pranatal tidak di rawat oleh ibunya sehingga
dilingkungan pascanatal meempengaruhi perkembangannya.
2. Jenis persalinan, mudah atau sulitnya persalinan mempengaruhi penyesuaian pascanatal.
3. Pengalaman yang berhubungan dengan persalinan, ada dua pengalaman yang berpengaruh besar pada
penyesuaian pascanatal,yaitu seberapa jauh ibu terpengaruh oleh obat-obatan dan mudah sullitnya bayi
bernapas.
4. Lamanya periode kehamilan, jika bayi yang dilahirkan sebelum waktunya di sebut premature, sedangkan
yang terlambat disebut postmatur. Abortus : bayi lahir dengan berat badan kurang dari 500 g, dan / atau usia
gestasi kurang dari 20 minggu. Angka harapan hidup amat sangat kecil, kurang dari 1%
5. Sikap Orang tua, sikap yang menyenangkan dari orang tua memperlakukan bayinya itu akan mendorong
penyesuaian yang baik.
6. Perawatan pascanatal, yaitu ada tiga aspek : pertama kebutuhan tubuh, kedua rangsangan yang
diberikan.dan ketiga kepercayaan orang tua.

B. Berat badan bayi baru lahir (birthweight)


Berat badan bayi pada saat kelahiran, ditimbang dalam waktu satu jam sesudah lahir:
1. Bayi berat lahir cukup : bayi dengan berat lahir > 2500 g.
2. Bayi berat lahir rendah (BBLR) / Low birthweight infant : bayi dengan berat badan lahir kurang dari 1500
– 2500 g.
3. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) / Very low birthweight infant : bayi dengan berat badan lahir
1000 – 1500 g.
4. Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) / Extremely very low birthweight infant : bayi lahir hidup
dengan berat badan lahir kurang dari 1000 g.

Bayi yang normal biasanya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :


1) Bayi Merasa Tenang dengan Sentuhan dan Suara Anda.
Ketika merasa tidak nyaman, bayi akan menangis. Ketika ia merasakan sentuhan dan suara ibunya, tangisan
Si Kecil akan reda. Ini bisa menjadi indikator ia tumbuh dengan normal.

2
2) Anda Mengganti 8-10 Popok Tiap Hari dan Berat Badan Bayi Bertambah.
Popok yang basah dan bertambahnya berat badan bayi dapat menjadi indikator ia lancar mengonsumsi ASI.
Baik itu diberikan dengan menyusui ataupun dengan cara pumping.
3) Bereaksi terhadap Suara dan Berusaha Mencari Sumbernya.Bayi sudah bisa mendegar sejak lahir,
namun telinganya baru benar-benar bereaksi terhadap suara di sekitarnya setelah beberapa minggu. Suara
musik yang berasal dari mainan ataupun radio akan menarik perhatian bayi. Apabila ia merasa penasaran dan
mencari sumber suara tersebut, ini berarti telinganya dalam keadaan normal.

4) Memerhatikan Pola, Warna dan Gerakan


Kemampuan melihat bayi semakin berkembang seiring pertambahan usianya. Di usia 2 bulan, umumnya
bayi akan melihat pola, warna cerah dan benda berputar seperti kipas angin. Apabila Si Kecil memerhatikan
benda-benda berpola, berwarna dan bergerak maka berarti matanya dalam kondisi baik.i

5) Bayi Tersenyum dan Tertawa Cekikikan


Coba perhatikan perkembangan bayi setiap bulan. Apabila di usia 1 bulan sudah mampu melakukan
kontak mata dengan Anda, di usia 2 atau 3 bulan sudah bisa tersenyum dan usia 4 bulan tertawa,
berart perkembangannya sudah dalam jalur yang benar

6) Bisa berinteraksi dengan orang lain


Bayi usia 1 bulan, sudah bisa melakukan kontak mata dengan orang lain, termasuk meniru
beberapa gerakan yang Anda lakukan. Kemampuan bayi sehat ini akan terus berkembang.
Kemudian pada bayi usia 2 bulan, ia mulai tersenyum saat diajak berbicara atau bercanda.
Pada usia 4 bulan, perkembangan bayi sudah sampai tahap merespons dengan ekspresi
tertawa. Lalu ketika ia menginjak 7 bulan, Anda akan mendapati Si Kecil sudah bisa
berinteraksi dengan bayi lain, seperti merebut sesuatu yang dipegang atau meniru suara bayi
lainnya. Semua interaksi yang dilakukan bayi tersebut merupakan tanda bayi sehat dan
sudah lebih mengenal akan kondisi lingkungan sekitarnya.

Sedangkan Bayi yang mempunyai ciri-ciri tidak normal adalah :

C. Tanda – Tanda Bahaya pada Bayi Baru Lahir

Berikut berapa tanda yang perlu anda perhatikan dalam mengenali kegawatan pada bayi baru
(neonatus):
1. Bayi tidak mau menyusu
Anda harus merasa curiga jika bayi anda tidak mau menyusu. Seperti yang kita ketahui bersama, ASI adalah
makanan pokok bagi bayi, jika bayi tidak mau menyusu maka asupan nutrisinya kan berkyrang dan ini akan
berefek pada kondisi tubuhnya. Biasanya bayi tidak mau menyusu ketika sudah dalam kondisi lemah, dan
mungkin justru dalam kondisi dehidrasi berat.
2. Kejang
Kejang pada bayi memang terkadang terjadi. Yang perlu anda perhatikan adalah bagaimana kondisi pemicu
kejang. Apakah kejang terjadi saat bayi demam. Jika ya kemungkinan kejang dipicu dari demamnya, selalu
sediakan obat penurun panas sesuai dengan dosis anjuran dokter. Jika bayi anda kejang namun tidak dalam
kondisi demam, maka curigai ada masalah lain. Perhatikan freksuensi dan lamanya kejang, konsultasikan
pada dokter.
3. Lemah
Jika bayi anda terlihat tidak seaktif biasanya, maka waspadalah. Jangan biarkan kondisi ini berlanjut. Kondisi
lemah bisa dipicu dari diare, muntah yang berlebihan ataupun infeksi berat.
4. Sesak Nafas

3
Frekuensi nafas bayi pada umumnya lebih cepat dari manusia dewasa yaitu sekitar 30-60 kali per menit. Jika
bayi bernafas kurang dari 30 kali per menit atau lebih dari 60 kali per menit maka anda wajib waspada. Lihat
dinding dadanya, ada tarikan atau tidak.
5. Merintih
Bayi belum dapat mengungkapkan apa yang dirasakannya. Ketika bayi kita merintih terus menerus kendati
sudah diberi ASI atau sudah dihapuk-hapuk, maka konsultasikan hal ini pada dokter. Bisa jadi ada
ketidaknyamanan lain yang bayi rasakan.
6. Pusar Kemerahan
Tali pusat yang berwarna kemerahan menunjukkan adanya tanda infeksi. Yang harus anda perhatikan saat
merawat tali pusat adalah jaga tali pusat bayi tetap kering dan bersih. Bersihkan dengan air hangat dan
biarkan kering. Betadin dan alcohol boleh diberikan tapi tidak untuk dikompreskan. Artinya hanya dioleskan
saja saat sudah kering baru anda tutup dengan kassa steril yang bisa anda beli di apotik.
7. Demam atau Tubuh Merasa Dingin
Suhu normal bayi berkisar antara 36,50C – 37,50C. Jika kurang atau lebih perhatikan kondisi sekitar bayi.
Apakah kondisi di sekitar membuat bayi anda kehilangan panas tubuh seperti ruangan yang dingin atau
pakaian yang basah.
8. Mata Bernanah Banyak
Nanah yang berlebihan pada mata bayi menunjukkan adanya infeksi yang berasal dari proses persalinan.
Bersihkan mata bayi dengan kapas dan air hangat lalu konsultasikan pada dokter atau bidan.
9. Kulit Terlihat Kuning
Kuning pada bayi biasanya terjadi karena bayi kurang ASI. Namun jika kuning pada bayi terjadi pada waktu
≤ 24 jam setelah lahir atau ≥ 14 hari setelah lahir, kuning menjalar hingga telapak tangan dan kaki bahkan
tinja bayi berwarna kuning maka anda harus mengkonsultasikan hal tersebut pada dokter.
Tindakan yang harus dilakukan bila ada salah satu saja tanda bahaya : Merujuk segera ke rumah sakit
atau puskesmas.Masalah atau kondisi akut perlu tindakan segera dalam satu jam kelahiran (oleh tenaga di
kamar bersalin) :
· Tidak bernafas
· Sesak nafas
· Sianosis sentral ( kulit biru)
· Bayi berat lahir rendah (BBLR ) < 2500 gram
· Letargis
· Hipotermi atau stress dingin (suhu aksila <36.5°c)
· Kejang
10.Bayi menangis terus menerus
Menangis terus menerus bisa jadi tanda kolik atau sedang tantrum. Tapi jika tangisannya terus berlanjut bahkan
sudah tak lagi mengeluarkan air mata, Anda harus waspada. Tangisan tanpa air mata yang diikuti dengan
mulut kering dan tidak pipis, bisa jadi anak Anda sedang mengalami dehidrasi berat.

D. Gejala
1. PB < 45 cm, LK < 33 cm, LD < 30 cm
2. Kepala bayi lebih besar dari badan, rambut kepala tipis dan halus, elastisitas daun telinga

Penanganan

 Beri ASI sesuai dengan kebutuhan setiap 2-3 jam (paling sedikit setiap 4 jam ) mulai dari hari
pertama
 Pertahankan agar bayi selalu dengan ibu
 Jaga bayi selalu dalam keadaan bersih hangat dan kering dengan mengambil popok dan selimut
sesuai dengan keperluan. Pastikan bayi tidak terlalu panas dan terlalu dingin (dapat menyebabakan
dehidrasi ingat bahwa pengaturan suhu bayi masih dalam dalam perkembangan). Apa saja yang
dimasukkan kedalam mulut harus bersih)
 Jaga tali pusar dalam keadaan bersih dan kering
 Peganglah sayangi dan nikmati kehidupan bersama bayi
 Awasi masalah dan kesulitan pada bayi dan minta bantuan jika perlu
 Jaga keamanan bayi terhadap trauma dan penyakit atau infeksi
 Ukur suhu tubuh bayi jika tampak sakit atau menyusu kurang baik
4
Kondisi perlu tindakan awal
· Potensial infeksi bakteri (pada ketuban pecah din atau pecah lama)
· Potensial sifilis (ibu dengan gejala atauserologis positif)
· Kondisi malformasi atau masalah lain yang tidak perlu tindakan segera (oleh tenaga di kamarbersalin):
· Lakukan asuhan segera bayi baru lahir dalam jam pertama setelah kelahiran bayi
· Rujuk ke kamar bayi atau tempat pelayanan yang sesuai

E. Komplikasi Pada Bayi Baru Lahir


Komplikasi pada bayi baru lahir dan neonates,antara lain:
· Prematuritas dan BBLR
· Asfiksia
· Infeksi bakteri
· Kejang
· Ikterus
· Diare
· Hipotermi
· Tetanus neonatorum
· Trauma lahir
· Sindroma gangguan pernafasan
· Kelainan congenital
.

F. Masalah-Masalah Kesehatan Pada Bayi Baru Lahir Yang Merupakan Tanda-tanda


Bahaya
1. Hipotermi/Suhu Tubuh Dingin
a. Pengertian Hipotermi yaitu dimana suhu tubuh bayi di bawah 36o C serta kedua tangan dan kaki teraba
dingin, sedang suhu normal adalah 36,5o C - 37,5o C. Hipotermi pada bayi baru lahir dapat berakhir dengan
kematian karena dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan dapat berujung kematian. Hipotermi
dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu: hipotermi sedang, dimana suhu badan bayi berkisar 32o C-36o C
dan hipotermi berat yaitu dimana suhu badan bayi mencapai dibawah 32o C. Untuk dapat mengukur suhu
pada hipotermi digunakan termometer yang dapat mengukur sampai suhu 25o C yaitu termometer ukuran
rendah (low reading thermometer) ( Syaifuddin, 2006, hlm.373)
b. Gejala Hipotermi Hipotermi
pada bayi baru lahir dapat diketahui dari gejala-gejala sebagai berikut yaitu bayi tidak mau
minum/menyusu, tampak lesu dan mengantuk, tubuh bayi teraba dingin, dan dalam keadaan berat denyut
jantung bayi bisa menurun dan kulit tubuh bayi mengeras. Hipotermi dikategorikan menjadi 3 yaitu
hipotermi sedang, hipotermi berat dan stadium lanjut hipotermi. Hipotermi sedang ditandai dengan aktivitas
berkurang, tangisan lemah, kulit berwarna tidak rata, kemampuan hisap lemah, kaki teraba dingin. Hipotermi
berat sama dengan hipotermi sedang, bibir dan kuku kebiruan, pernafasan lambat dan tidak teratur, bunyi
jantung lambat. Dan stadium lanjut hipotermi ditandai dengan muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah
terang, bagian tubuh lainnya pucat, kulit mengeras merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki
dan tangan (Syafuddin, 2003,hlm. 373).
c. Penyebab Hipotermi Kehilangan panas tubuh pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena lingkungan,
udara yang terlalu dingin, pakaian yang basah, dan sebagainya. Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru
lahir adalah sebagai berikut: 1) Radiasi yaitu dari objek ke panas bayi misalnya bayi ditimbang tanpa alas 2)
Evaporasi yaitu penguapan cairan yang melekat pada kulit misalnya pada air ketuban yang melekat pada
tubuh bayi dan tidak cepat dikeringkan. 3) Konduksi yaitu sesuatu yang melekat ditubuh bayi misalnya
pakaian bayi yang basah tidak langsung diganti. 4) Konveksi yaitu penguapan dari tubuh ke udara contohnya
angin disekitar tubuh bayi (Saifuddin, 2006, hlm. 373).
d. Penanganan Hipotermi
1) Segera menghangatkan bayi di dalam inkubator atau melalui penyinaran lampu.
2) Menghangatkan bayi melalui panas tubuh ibu dan Bayi diletakkan telungkup di dada ibu agar terjadi
kontak kulit langsung ibu dan bayi. Untuk menjaga agar bayi tetap hangat, tubuh ibu dan bayi harus berada
dalam satu pakaian. Sebaiknya ibu menggunakan pakaian longgar berkancing depan.

5
3) Bila tubuh bayi masih dingin dapat juga menggunakan selimut atau kain hangat yang disetrika terlebih
dahulu, yang digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan ibu. Lakukanlah berulang kali sampai tubuh bayi
hangat (Saifuddin, 2006, hlm.373)
. 4) Selalu menjaga kehangatan bayi, bungkus bayi dengan kain kering kemudian diselimuti dan pakaikan
topi agar terhindar dari kehilangan panas.
5) Beri ASI sesering mungkin, bila bayi tidak dapat menyusu, berikan 22 ASI peras sebagai salah satu
alternatif lainnya agar bayi tidak kekurangan cairan atau dehidrasi.
6) Pantau terus suhu tubuh bayi setiap jam sampai normal.
7) Ibu harus selalu mengamati tanda kegawatan pada bayi, bila terlihat bayi sakit berat segera bawa ke
tempat pelayan kesehatan (Syafuddin, 2002, hlm. M-122).

2.Hipertermi / Demam
a. Pengertian
Demam adalah suhu tubuh yang meningkat, dimana tubuh terasa panas dan suhunya naik sampai 38o C,
sementara suhu normal berkisar 36,5o C-37,5o C. Menurut Suriadi (2006, hlm. 63) demam adalah
meningkatnya temperatur tubuh secara abnormal. Dan menurut Rudolfh (2006, hlm. 592) Berdasarkan
pengukuran suhu bayi normal, suhu rektal sebesar 38°C atau lebih harus digunakan sebagai defenisi batas
bawah demam. Demam pada suhu 37,8o C-40o C tidak berbahaya dan tidak mengakibatkan kerusakan otak,
kecuali jika suhunya melebihi 41,7o C yang berlangsung dalam jangka lama. Lebih lanjut, demam yang
disebabkan oleh infeksi tidak cepat naik dan suhu tidak akan melebihi 41,2o C (Schwartz, 2005, hlm. 336).
b. Gejala
Sebelumnya kita sudah banyak mengetahui tentang demam yang sering terjadi. Kalau demam tubuh teraba
panas, bayi agak rewel, dan biasanya minum kurang. Gejala /demam pada bayi baru lahir yaitu: suhu tubuh
bayi lebih dari 37,5°C, Frekuensi pernafasan bayi lebih dari 60/menit, terlihatnya tanda-tanda dehidrasi yaitu
berat badan menurun, turgor kulit kurang, banyaknya air kemih berkurang (Syafuddin, 2006, hlm. 375).
c. Penyebab Hipertermi/Demam
Sebenarnya demam merupakan proses mekanisme tubuh yang sehat ketika melawan penyakit. Demam
terjadi karena tubuh sedang melakukan perlawanan terhadap adanya gangguan, baik infeksi maupun
gangguan yang lainnya. Semua bayi demam berusia kurang dari 28 hari harus mendapatkan evaluasi lengkap
untuk kemungkinan sepsis. Berdasarkan pengalaman dengan lebih dari 1000 bayi demam berusia 60 hari
atau kurang, 436 bayi berada pada usia 30 hari atau kurang (142 berusia 14 hari atau kurang) dan 227
memenuhi kriteria yang dipertimbangkan sehingga mengelompokkan mereka sebagai beresiko rendah untuk
mengalami infeksi bakteri serius. Hanya 1 dari 227 bayi berusia kurang dari 30 hari yang memenuhi kriteria
resiko rendah yang menderita infeksi bakteri serius (Rudolf, 2006, hlm. 585). Menurut Suriadi (2006, hlm.
63) demam sering dikaitkan dengan adanya gangguan pada hipotalamus oleh karena adanya infeksi, alergi,
endotoxin, atau tumor.
c. Penanganan Hipertermi/Demam Penanganan demam dapat dilakukan sebagai berikut:
1) Bayi dipindahkan ke ruangan yang sejuk dengan suhu kamar berkisar 26o C-28°C.
2) Tanggalkan seluruh pakaian dan jangan menggunakan selimut.
3) Kompres dengan cara mencelup handuk kecil ke air hangat terlebih dahulu, tambahkan kehangatan air
jika suhu tubuh bayi semakin tinggi. Dengan demikian perbedaan air kompres dengan suhu tubuh tidak
terlalu berbeda. Jika air kompres terlalu dingin, hal ini justru akan mengerutkan pembuluh darah bayi
akibatnya panas tubuh tidak mau keluar. Bayi jadi semakin menggigil untuk mempertahankan suhu
tubuhnya.
4). Memberi ASI sebanyakbanyaknya dan sesering mungkin, masuknya cairan yang banyak kemudian
dikeluarkan lagi dalam bentuk urine merupakan salah satu cara untuk menurunkan suhu tubuh.
Tanda-tanda bahaya demam pada bayi yang perlu diwaspadai dan harus segera mendapat dari petugas
kesehatan yaitu jika bayi mengalami salah satu atau beberapa gejala berikut: bernafas cepat secara tidak
normal, sulit bernafas atau nafasnya bersuara, mengantuk tidak normal, rewel yang tidak biasa, menolak
minuman, muntah terus menerus, suhu tubuh di atas 39o C (Syaffudin, 2006, hlm.377)
. 3. Kejang
a. Pengertian
Kejang pada bayi baru lahir ialah kejang yang terjadinya pada usia bayi 0-28 hari. Kejang pada bayi baru
lahir disebabkan karena gangguan sistem saraf pusat, kelainan metabolik atau penyakit lain yang dapat
menyebabkan kerusakan otak. Kejang bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan gejala dari gangguan saraf
pusat, lokal atau sistemik. Kejang pada bayi baru lahir adalah kejang yang timbul dalam masa neonatus atau
dalam 28 hari sesudah lahir. Kejang ini merupakan tanda penting akan adanya penyakit lain sebagai
6
penyebab kejang tersebut, yang dapat mengakibatkan gejala sisa yang menetap dikemudian hari (Hasan,
2005, hlm. 1137). Kejang merupakan tanda bahaya yang sering terjadi pada neonatus yang dapat
mengakibatkan hipoksia pada otak yang cukup berbahaya bagi kelangsungan hidup bayi yang dapat
mengakibatkan gejala sisa dikemudian hari. Kejang pada bayi bukan merupakan suatu penyakit melainkan
gejala dari gangguan saraf pusat, lokal atau sistemik (Ngastiah, 2005, hlm. 146)
. b.Gejala
Kejang Kejang pada neonatus sering tidak dikenali karena bentuknya beda dengan kejang pada anak dan
dewasa. Karena gejala yang berbeda dan variasi, sering sekali kejang tidak disadari terutama oleh orang yang
belum berpengalaman. Bentuk kejang pada bayi baru lahir dapat berupa tremor, hiperaktif, kejang-kejang,
tiba-tiba menangis melengking, tonus otot menghilang disertai atau tidak dengan hilangnya kesadaran,
gerakan tidak menentu, mengedip-ngedipkan mata, gerakan mulut seperti mengunyah dan menelan. Setiap
gerakan yang tidak biasa pada bayi baru lahir apabila berlangsung berulang-ulang dan periodik, harus
dicurigai kemungkinan merupakan bentuk dari kejang (Saifuddin, 2006, hlm. 391).
c.Penyebab
Kejang Kejang berasal dari setiap gangguan serebrum yang sesaat atau menetap, tetapi hanya beberapa
kausa yang secara teratur dijumpai. Pada sekitar 25% bayi dengan kejang, penyebab tidak diketahui
(Rudolfh, 2006, hlm. 2151). Sebesar 10%-30% kejang tidak dapat ditemukan penyebabnya dan sebaliknya
tidak jarang ditemukan lebih dari satu penyebab kejang pada neonatus.
Beberapa yang dapat menyebabkan kejang, yaitu:
1) Gangguan vaskular seperti perdarahan
2) .Gangguan metabolisme.
3) Infeksi seperti meningitis dan sepsis (Hasan, 2005,hlm.1139)
. d. Penanganan Kejang
Kejang pada neonatus suatu keadaan darurat dan memerlukan tindakan cepat untuk mencegah
bertambahnya kerusakan susunan saraf yang dapat menimbulkan gejala sisa dikemudian hari. Untuk itu
sebaiknya bayi harus segera dirawat di rumah sakit dengan sarana yang lengkap (Hasan, 2000, hlm.1144).
Jika bayi kejang jangan tunggu lama, segera bawa ke dokter. Penanganan pertama yang bisa dilakukan
yaitu:
1) Buka seluruh pakaian untuk memudahkan sirkulasi panas tubuh bayi.
2) Perlu dilakukan tindakan secepatnya untuk mencegah kerusakan otak lebih lanjut.
3) Orangtua sudah seharusnya perlu lebih mendapat informasi mengenai 26 kondisi bayinya ketika kejang
dan sebaiknya segera dirawat di rumah sakit dengan fasilitas yang lengkap (Maryunani,A dan Nurhayati,
2009, hlm. 205).

4. Ikterus/Bayi Kuning
a. Pengertian
Ikterus adalah kuning pada kulit atau pada bagian putih matanya yang disebabkan oleh kadar
bilirubin yang tinggi dalam darah bayi (Simkin, 2008, hlm. 354). Pada bayi baru lahir terbagi menjadi ikterus
fisiologis dan patologis. Ikterus fisiologis timbul pada hari kedua dan ketiga serta tidak mempunyai dasar
patologis atau tidak ada potensi menjadi kern ikterus. Ikterus dianggap patologis jika terdapat salah satu
keadaan berikut: Ikterus pada hari pertama kehidupan, kadar bilirubin meningkat lebih cepat dari 5 mg/hari,
pada bayi cukup bulan ikterus memanjang hingga melebihi minggu pertama atau lebih dari dua minggu pada
bayi prematur (Schwartz, 2005, hlm. 475). Terdapat beberapa perbedaan tanda dan gejala antara ikterus
fisiologis dengan ikterus patologis. Tanda-tanda ikterus fisiologis, adalah timbul pada hari kedua dan ketiga,
kadar indirek tidak melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan dan 12,5 mg% untuk neonatus kurang
bulan, kecepatan peningkatan kadar billirubin tidak melebihi 5 mg% perhari, kadar billirubin direk tidak
melebihi 1 mg%, serta ikterus menghilang pada hari kesepuluh dan tidak berhubungan dengan keadaan
patologis (Hasan, 2005, hlm. 1101).

b. Gejala
Gejala ikterus yaitu: kulit tubuh tampak kuning, bisa diamati dengan cahaya matahari dan menekan
sedikit kulit untuk menghilangkan warna karena pengaruh sirkulasi darah. Gejala klinik kern ikterus pada
permulaanya tidak jelas yaitu antara lain: bayi tidak mau menghisap, letargi, mata berputar, gerakan tidak
menentu, kejang, tonus otot meninggi, dan leher kaku (Hasan, 2005, hlm. 1102). Penyebab Ikterus
disebabkan oleh kadar billirubin yang tinggi dalam darah bayi. Bilirubin berasal dari pemecahan sel-sel
darah merah yang tidak diperlukan yang terjadi secara normal pada bayi baru lahir, billirubin diekskresikan
dari tubuh bayi melalui tinja. Jika tidak dikeluarkan dapat menyebabkan ikterus. Ikterus yang timbul pada
7
hari pertama atau kedua dari kehidupan bahkan lebih serius dan membutuhkan perawatan intensif. Ikterus ini
disebabkan oleh infeksi atau ketidakcocokan tertentu seperti ketidakcocokan Rh atau ketidakcocokan ABO.
Ketidakcocokan Rh dapat terjadi jika resus darah ibu negatif sementara resus darah bayi positif.
Ketidakcocokan ABO terjadi jika darah ibu O sementara ayah A, B, atau AB.
c. Penanganan
Pada bayi baru lahir dengan warna kekuningan karena proses alami (fisiologis), tidak berbahaya dan
akan hilang tanpa pengobatan. Prinsip pengobatan warna kekuningan pada bayi baru lahir adalah
menghilangkan penyebabnya.
Cara lain untuk upaya mencegah peningkatan kadar pigmen empedu (bilirubin) dalam darah, hal ini dapat
dilakukan dengan:
1) Susui sesering mungkin sesuai kebutuhannya, ini akan membuatnya sering buang air kecil, membuang sisa
kimia dan membersihkan dari sistem tubuhnya
2) . 2) Beri ASI eksklusif 3) Beri paparan sinar matahari pagi di bawah pukul 09.00 sesering mungkin tanpa
mengenakan pakaian maksimal 1 jam, ini dapat membantu tubuh bayi mengurai bilirubin. Ikterus yang
muncul lebih dari satu minggu sesudah kelahiran bayi jarang ditemukan. Jenis ikterus ini dapat dikaitkan
dengan bayi yang disusui atau disebabkan 28 oleh beberapa kondisi tertentu. Orang tua menjadi orang
pertama yang menemukan adanya ikterus pada bayi, jika mengkhawatirkan segera hubungi dokter (Simkin,
2008, hlm. 355). Bayi ikterus dengan riwayat penyakit dalam keluarga atau bayi yang letargi atau muntah
atau bayi yang memiliki tangisan tinggi, urin berwarna gelap, atau tinja sedikit memerlukan pemeriksaan
lebih lanjut (Schwartz, 2005, hlm. 475)

5. Muntah
a. Pengertian
Muntah ada beberapa macam yaitu ada muntah karena kekenyangan susu atau di masyarakat sering
disebut ’gumoh’, muntah seperti ini yang keluar hanya sejumlah kecil cairan susu. Namun ada muntah yang
cukup serius karena gangguan lambung. Muntah adalah pengeluaran isi lambung melalui mulut dengan
bantuan kontraksi otot perut yang dapat dibedakan yaitu, regurgitasi adalah makanan yang dikeluarkan
kembali ke mulut akibat gerakan antiperistaltik esofagus. Ruminasi yaitu pengeluaran makanan secara sadar
untuk dikunyah kemudian ditelan kembali, sedang refluks esofagus merupakan kembalinya isi lambung ke
dalam esofagus dengan cara pasif yang dapat disebabkan oleh hipotoni sfingter esofagus bagian bawah,
posisi abnormal sambungan esofagus dengan kardia, atau pengosongan isi lambung yang lambat (Mansjoer,
2003, hlm. 478). Mengeluarkan susu yang telah diminum dalam jumlah kecil, merupakan hal yang biasa
pada bayi, biasanya bersifat sementara dan tidak mengganggu pertumbuhan. Untuk itu sudah seharusnya
orang tua dapat mengenali antara mana muntah yang tidak mengkhawatirkan dan muntah yang memerlukan
perhatian serius. Menurut Mansjoer (2003, hlm. 478) Perlu dibedakan antara muntah medis dengan muntah
yang memerlukan bedah segera.
b. Gejala
Gejala pada muntah biasa atau gumoh yaitu bayi terlihat sehat, baru selesai menyusui dan muntah hanya
berupa cairan susu dalam jumlah kecil. Sebenarnya gumoh adalah bukan muntah jadi tidak perlu dicemaskan
pada bayi yang sehat, karena ini hanya disebabkan kekenyangan dan udara yang menyebabkan bayi
kembung. Bila bayi terus muntah maka ini akan dapat mengancam kesehatannya, bayi dapat kekurangan
cairan, semua isi lambung keluar, kurang gizi, dan sebagainya. Komplikasi dari muntah yaitu dapat
mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit, aspirasi isi lambung, malnutrisi dan gagal tumbuh, sindrom
Mallory-Weiss (robekan pada epitel gastroesophageal junction akibat muntah yang berulang), ruptur
esofagus dan esofagus peptikum (Mansjoer, 2003,hlm. 479).
c. Penyebab
Ada beberapa penyebab muntah pada bayi yaitu dapat disebabkan karena bayi kekenyangan atau
kembung. Penyebab ini hal yang biasa dan tidak perlu di khawatirkan. Namun penyebab lain dari muntah
yang mengkhawatirkan dan perlu penanganan segera yaitu muntah yang penyebabnya adalah infeksi. Maka
ketika bayi muntah identifikasi dahulu penyebabnya. Muntah dapat merupakan manifestasi dari penyakit.
Oleh karena itu pendekatan untuk identifikasi masalah sangat penting, yaitu meliputi: usia dan jenis kelamin,
tentukan terlebih dahulu apa yang dihadapi, bagaimana keadaan gizi anak, adakah faktor predisposisi,
Apakah ada penyakit yang menyerang, bagaimana bentuk/isi muntahan (apakah seperti susu/makanan asal
atau merupakan susu yang menggumpal atau mengandung empedu atau darah), Apakah saat muntah
berhubungan dengan saat makan/minum, apakah perubahan posisi tubuh mempengaruhi muntah, bagaimana
30 teknik pemberian minum, dan bagaimana kondisi psikososial di rumah (Mansjoer, 2003, hlm. 479). Selain

8
itu penyebab lazim muntah pada bayi disebabkan karena obstruksi anatomik, gangguan metabolik, infeksi
dan makan berlebihan (Schwartz, 2005, hlm. 747).
d. Penanganan
Penanganan muntah atau gumoh pada bayi yaitu: memperhatikan dalam pemberian susu, kemudian
bayi disendawakan setiap selesai menyusui dengan meletakkan kepalanya di bahu atau di atas lutut, atau di
pangkuan. Sedang penanganan muntah pada bayi yang dicurigai karena infeksi saluran pencernaan atau
adanya penyakit lain maka segera bawa ke tempat pelayanan kesehatan terdekat. Penatalaksanaan muntah
yaitu mencari dan mengatasi penyebab, menghentikan makanan per oral dibantu dengan pemberian cairan
sesuai kebutuhan baik secara oral seperti pemberian teh manis atau oralit untuk sementara waktu ataupun
pemberian secara parenteral, pemberian anti muntah (Mansjoer, 2003, hlm. 479)

F. Asuhan Pada Bayi 2-6 Hari

Asuhan tidak hanya diberikan kepada ibu, tapi juga sangat diperlukan oleh bayi baru lahir (BBL).
Walaupun sebagian besar proses persalinan ter focus pada ibu, tetapi karena proses tersebut merupakan
penggeluaran hasil kehamilan (bayi) maka piñata laksanaan persalinan baru dapat dikatakan berhasil apabila
selain ibunya, bayi yang dilahirkan juga berada dalam kondisi yang optimal. Memberikan asuhan segera,
aman, dan bersih untuk BBL merupakan
bagian esensial asuhan BBL. Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang baru mengalami proses
kelahiran, berusia 0-28 hari. BBL memerlukan penyesuaian fisiologis berupa maturasi, adaptasi
(menyesuaikan diri dari kehidupan intra uteriin ke kehidupan ekstrauterine) dan toleransi bagi BBl untuk
dapat hidupp dengan baik. Masa bayi adalah masa yang sangat bergantung pada orang dewasa. Bayak
peubahan psikologis yang terjadi hanya sebagai permulaan atau bahkan adanya kelainan-kelainan pada bayi.
Asuhan pada bayi 2-6 hari setelah lahir harus dilakukan secara menyeluruh. Asuhan pada bayi 2-6 hari juga
harus diinformasikan dan diajarkan kepada orang tua bayi, sehingga saat kembali kerumah orang tua sudah
siap dan dapat melaksanakannya sendiri.
Asuhan pada bayi 2-6 hari antara lain:

1. PEMBERIAN MINUM
Memberikan ASI sesering mungkin sesuai keinginan ibu (jika payudara penuh) dan tentu saja ini lebih
berarti pada menyusui sesuai kehendak bayi atau kebutuhan bayi setiap 2-3 jam (paling
75 sedikit setiap 4 jam), bergantian antara payudara kiri dan kanan. Seorang bayi yang menyusu sesuai
dengan permintaannya bias menyusu sebanyak 12-15 kali dalam 24 jam. Biasanya, ia
langsung mengosongkan payudara pertama dalam beberap menit. Frekuensi menyusui itu dapat diataur
sedemikian rupa dengan membuat jadwal rutin, sehingga bayi akan menyusu sekitar 5-10 kali dalam sehari.
Pada priode usia 0-6 bulan, kebutuhan gizi baik mauoun kualitas
tepenuhinya dari ASI saja, tanpa harus diberikan makanan ataupun minuman lainnya. Pemberian makanan
lain akan mengganggu produksi ASI dan mengurangi kemampuan bayi untuk menghisap.
Setiap bayi mempuyai takaran untuk menyusu sesuai dengan kebutuhan berat badan dan umur sibayi anak
yang baru lahir biasanya mengonsumsi 45-90 ml susu setiap 2-3 jam. Anak yang
baru lahir butuh asupan makanan yang cukup untuk pertumbuhannya.
1. Bayi usia 1-2 hari membutuhkan 5-7 ml ASI sekali minum dan diberikan dengan jarak sekitar 2
jam kebutuhan ASI memang baru sedikit, karena ukuran lambung bayi pada usia ini hanya sebesar
biji kemiri.
2. Bayi usia 3 hari membutuhkan 22-27 ml ASI sekali minum yang diberikan 8-12 kali sehari atau
hampir satu gelas takar air untuk satu hari. Pada usia ini lambung berkembang menjadi sebesar buah
chery yang berukuran besar.
3. Bayi usia 4-6 hari membutuhkan ASI 45-60 ml dalam satu kali minum dan dapat menghabiskaan
400-600 ml atau ½ gelas hingga 2 setengah takar air untuk satu hari pada usia ini 76 kebutuhan ASI
meningkat karena adanya growthspurp yang pertama pada bayi.
4. Lama penyimpanan ASI, jika udara terbuka ASI haya bias bertahan selama 8 jam. Namun jika ASI
disimpan didlam frezer dapat bertahan selama 3-6 bulan. Jika ingin memanaskan ASI jangan
langsung dipanaskan diatas kompor melainkan dipanaskan dengan cara merendam ASI tersebut
kedalam wadah yang berisi air mendidih.

9
2. MENOLONG BUANG AIR BESAR (BAB) PADA BAYI

Feses bayi di dua hari pertama setelah persalinan biasanya berbentuk seperti aspal lembek. Zat buangan
ini berasal dari pencernaan bayi yang dibawa dari kandungan. setelah itu feses bayi bisa bergumpal seperti
jelly, padat, berbiji atau seeded dan bisa juga berupa cairan, feses bayi yang diberi ASI ekslusif biasanya
tidak berbentuk pasta atau cream, berbiji dan bisa juga
80 seperti mencret atau mencair. Sedangkan feses bayi yang diberi susu formula berbentuk padat,
bergumpal-gumpal atau agak liat dan bulat. Makanya bayi yang mengkonsumsi susu formula kadang suka
bebelan (susah BAB) sedangkan yang mendapat ASI tidak. Bila bayi yang sudah minum susu formula
mengeluarkan feses yang berbentuk cair, hal itu perlu dicurigai. Bisa jadi bayi alergi terhadap susu formula
yang dikonsumsinya atau susu dicampur bakteri yang mengganggu usus. Kesulitan mendeteksi mormal
tidaknya feses akan terjadi bila ibu memberikan ASI yang diselang-seling susu formula. Misalnya akan sulit
menentukan apakah feses yang cair atau mencret itu berasal dari susu atau susu formula. Kalau mencretnya
karena minum ASI, ini normanormal saja karena system pencernaanya memang belum sempurna. Tetap
sesuai bayi agar ia tidak mengalami dehidrasi.
Tapi bila mencretnya disertai keluhan demam, munttah atau keluhan lain dan jumlahnya sangat
banyak atau mancur, memang ada masalah pada bayi maka harus dirujuk. Masalah frekuensi sering
mencemaskan ibu karena frekuensi BAB bayi tidak saama dengan orang dewasa padahal setiap bayi berbeda,
bahkan bayi yang sama pun frekuensi BAB nya akan berbeda dari minggu ini dan minggu depannya, itu
karena bayi belum menemukan pola yang pas. Umumnya di empat atau lima minggu pertama dalam sehari
bisa lebih dari lima kali atau enam kali, tidak masalah selama pertumbuhannya bagus. Bayi yang minum ASI
ekslusif sebaliknya bisa saja tidak BAB selama 2-4 hari bahkan bisa 7 hari sekali, bukan berate mengalami
gangguan sembelit tapi bisa saja karena 81 memangtidak ada ampas makanan yang harus dikeluarkan.
Semuanya dapat diserap dengan baik, feses yang keluar setelah itu juga harus tetap normal seperti pasta.
Tidak cair yang disertai banyak lender atau berbau busuk dan disertai demam dan penurunan berat badan
bayi. Jadi yang penting lihat pertuumbuhannya pakah anak tidak rewel dan minumnya bagus, kalau 3 hari
belum BAB, dan bayinya anteng-anteng saja mungkin belum waktunya BAB. Bayi yang pencernaannya
normal akan BAB pada 24 jam pertama setelah lahir. BAB pertama ini disebut mekonium. Biasanya
berwarna hitam kehijauan dan lengket seperti aspal yang merupakan produk dari sel-sel yang diproduksi
dalam saluran cerna selama bayi berada dalam kandungan. BAB pertama dalam 24 jam penting artinya,
karena menjadi indikasi ataukah pencernaanya normal atau tidak. Frekuensi BAB yang sering bukan berarti
pencernaanya terganggu. Waspadai nilai warnanya putih atau disertai darah. Menurut Dr Waldi Nurhamzah,
SPA umumnya warna-warna feses bayi dapat dibedakan menjadi; kuning, coklat, hijau, merah dan putih atau
keabuan. Normal tidaknya system pencernaan bayi dapat dideteksi dari warna-waarna feses tersebut.

Warna feses kuning


Warna kuning adalah warna feses yang normal. Warna feses bayi sangat dipengaruhi oleh susu yang
dikomsumsinya. Bila bayi minum ASI secara ekslusif, fesesnya berwarna lebih cerah dan cenderung
cemerlang atau didominasi warna kuning (golden feses). Berarti bayi mendapatkan ASI penuh, dari foremilk
(ASI depan) sampai hindmilk (ASI belakang). 82 Warna kuning timbul dari proses pencernaan lemak yang
dibantu oleh cairan empedu. Cairan empedu dibuat dalam hati dan disimpan beberapa waktu dalam kandung
empedu sampai saatnya dikeluarkan. Bila didalam usus terdapat lemak yang berasal dari makanan, kandung
empedu akan berkontraksi (mengecilkan ukurannya) untuk memeras cairan keluar. Cairan empedu ini akan
memecah lemak menjadi zat yang dapat diserap usus. Sedangkan bila yang diminum susu formula, atau ASI
dicampur susu formula, warna feses akan berwarna lebih gelap, seperti kuning tua, agak coklat, coklat tua,
kuning kecoklatan atau coklat kehijauan.

Warna feses hijau

10
Termasuk kategori normal, meskipun begitu warna ini tidak boleh terus menerus muncul. Ini berarti cara ibu
memberikan ASI nya belum benar. Yang terisap oleh bayi hanya foremilk saja, sedangkan hindmilknya
tidak. Kasus ini umumnya terjadi kkalau produksi ASI sangat melimpah. Dalam payudara, ibu memiliki ASI
depan (foremilk) dan ASI belakang (hindmilk). Pada saat bayi menyusu, ia akan selalu menghisap ASi depan
lebih dulu. Bagian ini mempunyai bagian lebih banyak kanndungan gula dan laktosa tapi rendah lemak.
Sifatnya yang lebih mudah diserap membuat bayi sering lapar kembali. Sedangkan ASI belakang (hindmilk)
akan terhisap kalau foremilk yang keluar lebih dulu sudah habis. Hindmilk mengandung banyak lemak.
Lemak ini yang membuat feses menjadi kuning. Kalau bayi hanya mendapat foromilk yang hanya sedikit
mengandung lemak dan banyak gula, kadang-kadang terjadi perubahan pada proses 83 pencernaan yang
ahirnya membuat feses bayi berwarna hijau. Bahkan sering juga dari situ terbentuk gas yang terlalu banyak
(kentut melulu) sehingga bayi merasa tidak nyaman (kolik).

Warna feses merah


Feses merah pada bayi disebabkan oleh adanya tetesan darah yang menyertai. Namun bidan harus melihat
apakah merah itu disebabkan dari tbuhnya sendiri atau dari ibunya. Jika bayi sempat menghisap darah ibunya
pada proses persalinan, maka pada fesesnya akan ditemukan bercak hitam yang merupakan darah. Umumnya
bercak itu muncul selama satu sampai tiga hari. Jadi tinggal ditest saja, asalnya dari mana dari darah ibu atau
dari darah bayi. Bila darah itu tetap muncul pada fesesnya (bisa cair ataupun bergumpal), dan ternyata bukn
berasal dari darah ibu, maka perlu diperiksa lebih lanjut. Kemungkinannya hanya dua, yaitu alergi susu
formula bila bayi sudah mendapatkannya, dan penyumbatan pada usus yang disebut invaginasi, fua-duanya
butuh penanganan. Darah ini sangat jarang berasal dari dysentri amuba dan basiler, karena makanan bayi
belum banyak ragamnya dan belum makan makanan yang kotor. Kalau penyakitnya serius, biasanya bayi
juga punya keluhan lain seperti perutnya membuncit atau menegang, muntah, demam, rewel dan kesakitan.

Warna feses kuning pucat atau keabu-abuan


Warna putih menunjukan gangguan yang paling riskan. Bisa disebabkan gangguan pada hati atau
penyumbatan saluran empedu. Ini berarti cairan empedunya tidak bisa mewarnai
84 feses dan ini tidak boleh terjadi, saat itu juga harus dibawa kedokter. Yang sering terjadi ibu sering
terlambat membawa bayinya, difikirnya feses ini nantinya akan berubah, padahal kalau dibiarkan bayi sudah
tidak bisa diapa-apakan lagi karena umumnya sudah mengalami kerusakan hati. Tindaknnya hanya tinggal
transplantasi hati yang masih merupakan tindakan pengobatan yang sangat mahal di Indonesia.

3. MENOLONG BUANG AIR KECIL (BAK)


Bayi baru lahir cenderung sering BAK yaitu 7-10 x sehari. Untuk menjaga bayi tetap bersih, hangat dan
kering maka setelah BAK harus diganti popoknya. Bayi mulai memiliki fungsi ginjal yang sempurna selama
2 tahun pertama kehidupannya. Biasanya terdapat urine dalam jumlah yang kecil pada kandungan kemih
bayi saat lahir, tetapi ada kemungkinan urine tersebut tidak dikeluarkan selama 12-24 jam. Jika urine pucat,
kondisi ini menunjukan masukan cairan yang cukup. Umumnya bayi cukup bulan akan mengeluarkan urine
15-16 ml/kg/hari. Untuk menjaga
bayi tetap bersih, hangat dan kering, maka setelah BAK harus diganti popoknya minimal 4-5/hari.
Ada beberapa kemungkinan penyebab berkurangnya frekuensi buang air kecil pada bayi:
 Bayi mengalami kekurangan cairan. Ini bisa terjadi karena ibu yang menyusui kurang banyak minum
atau bayi sedang mengalami muntah-muntah atau berkeringat berlebihan. Kondisi seperti ini bisa
diatasi dengan banyak member asupan cairan pada bayi. 85
 Pada bayi laki-laki, coba perhatikan ujung kulupnya apakah terlihat kecil atau tidak. Bila iya, bisa
jadi ia mengalami phymosis (ujung kulup kecil)sehingga menyebabkannya jarang BAK. Sebagai
solusi, biasanya dokter akan melakukan pembesaran dengan cara sunat. Kondisi ini perlu diatasi
segera karena jika dibiarkan bisa menimbulkan infeksi pada saluran kencing bayi.
 Sukar pipis pada bayi perempuan bisa disebabkan karena terjadi infeksi pada organ intimnya meski
bisa juga BAK-nya justru jadi lebih sering. Sebagai pecegahan, sehabis BAK, lubang dan daerah
sekitarnya mesti langsung dibersihkan. Sisa air seni bisa mengendap dilipatan-lipatan sekitar
kelaminya dan menimbulkan infeksi. Perhatikan juga teknik membersihkan organ pembuangan.
Jangan membersihkan dari arah belakang kedepan namun dari depan kebelakang. Ini dimaksudkan
agar kotoran dari anus tidak terbawa ke vagina.

Bentuk feses pada bayi


11
Bayi sebelum berusia enam bulan sering buang air besar dalam jumlah banyak dan bentuknya cair. Ini karena
bayi mendapat nutrisi ekslusif dari susu ibunya.

"Bayi yang mendapat ASI, lebih banyak cairan dan dadih susunya jauh lebih halus dan lebih kecil," ucap dr
Barry.
Tapi, kalau kita melihat feses si kecil seperti pelet (makanan ikan), mungkin si kecil mengalami konstipasi
atau sembelit. Kotoran yang sangat keras sehingga bentuknya seperti kerikil bisa mengindikasikan anak
mengalami dehidrasi.
Tanda-tanda lain dari dehidrasi termasuk berkurangnya air mata, kekurangan air liur, dan terlihat cekung di
mata dan ubun-ubunnya. Ubun-ubun atau fontanelle anterior merupakan ruang antara tulang di bagian atas
tengkorak seorang bayi. Ubun-ubun ini terlihat sampai sekitar 2 tahun.
Bayi yang sedang buang air besar biasanya wajahnya memerah dan mengejan, tapi itu belum tentu sedang
mengalami sembelit atau konstipasi,. Ini karena bayi belum tahu bagaimana mengontraksi otot perut dan
mendorongnya.

4. KEBUTUHAN ISTIRAHAT
Dalam 2 minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya sering tidur, bayi baru lahir sampai usia 3 bulan
rata-rata tidur selama 16 jam sehari. Pada umumnya bayi terbangun samapai malam hari sampai usia 3 bulan.
Sebaiknya ibu selalu menyediakan selimut dan ruangannya yang hangat, serta memastikan bayi tidak terlalu
panas atau terlalu diingin. Jumlah waktu tidur bayi akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia bayi.
Pola tidur bayi masih belum tertur karena jam biologis yang belum matang. Tetapi perlahan-lahan kan
bergeser sehingga lebih banyak waktu tidur dimalam hari dibandingkan dengan 86 siang hari. Keluhan
gangguan tidur biasanya dating dari orang tuany yang sulit menerima jam tidur bayi. Dikatakan bahwa orang
tua kekurangan tidur 2 jam setiap harinya hingga bayi berusia 5 bulan sampai 2 tahun, orang tua kehilangan
1 jam waktu tidur setiap malamnya. Sehingga orang tuapun perlu menyiasati waktu tdurnya sesuai pola tidur
bayi. Mulai usia 2 bulan bayi mulai lebih banyak tiduur malam disbanding siang. Usia 3-6 bulan jumlah
tidurpun semakin berkurang, kiraa-kira 3 kali dan terus berkurang hingga 2 kali pada usia 6-12 bulan.
Menjelang 1 tahun biasanya bayi hanya perlu tidur siang 1 kali saja dengan total jumlah waktu tidur berkisar
antara 12-16 jam. Latih anak agar mengerti bahwa malam hari adalah waktu untuk tidur dan siang hari
adalah waktu untuk banguun. Salah satu caranya adalah dengan mengajaknya bermain hanya disiang hari
saja, tidak dimalam hari. Latih bayi agar mengetahui bahwa tempat tidur adalah tempatnya untuk tidur.
Letakkan bayi ditempat tidur saat ia sudah mengantuk, hindari membiarkannya tidur dalam gendongan atau
diruangan lain. Lampu utama sebaiknya dimatikan, dan nyalakan lampu tidur yang redup. Ketika bayi
terbangun, ajari untuk tidur kembali. Jangan nyalakan lampu, tenangkan dengan kata-kata lembut.
Selanjutnya tinggalkan ia sendiri untuk kembali tidur, jika menanagis lagi,biarkan dulu 5 menit baru
tenangkan lagi. Berikutnya jika kembali menangis tunggu 10 menit dan seterusnya hingga 15 menit, malam
berikutnya tambah waktu tunggu 5 menit yaitu 10 menit, 15 dan 20 menit. Biasanya bayi memerlukan waktu
hingga 2-3 malam. Jika gagal hentikan dulu prosedur ini dan coba lagi 87 setelah satu bulan cara ini
diperkenalkan oleh Richard Ferber, Boston‟s Children Hospital. Pastikan bayi tidur dengan aman:
 Letakkan bayi pada permukaan rata yang tidak terlalu empuk. Pasang seprai atau alas dengan cermat
agar tidak mudah lepas
 Jangan merokok disekitar bayi
 Jangan biarkan bayi terlalu hangat, jangan berlebihan membuntal bayi ketika tidur
 Jika khawatir kepala bayi akan peyang jika sering tidur terlentang, tengkurapkan bayi saat bangun
dan ada yang mengawasi. Atau ubah sesekali posisi bayi saat bayi tidur terlentang.

5. MENJAGA KEBERSIHAN KULIT


1. Jangan terlalu sering memandikan bayi
Dimandikan terlalu sering dapat menyebabkan kulit bayi kehilangan minyak alami serta kandungan
lainnya, yang sebenarnya dapat memberikan perlindungan terhadap bakteri dan bahan iritan lainnya.
2. Pilih produk perawatan kulit yang sesuai
Gunakanlah sabun dan shampoo yang formulanya telah dibuat sesuai dengan usia bayi Anda.
Pastikan juga produk yang digunakan untuk merawat kulit bayi sangat sedikit atau bahkan sama
12
sekali tidak mengandung pewarna, pewangi, alkohol serta bahan kimia lainnya yang dapat berbahaya
bagi kulit bayi. Oleh karena itu, cermatilah dulu label komposisi di kemasannya.
3. Hindari berlebihan pakai bedak bayi
Bedak bayi merupakan salah satu produk perawatan kulit yang sering digunakan. Akan tetapi, Anda
perlu hati-hati dalam menggunakannya, bahkan sebisa mungkin menghindarinya. Sebab bedak bayi
mengandung partikel yang amat halus sehingga dapat dengan mudah terhirup oleh bayi. Efeknya
mungkin tidak baik untuk kesehatannya. Jika Anda menggunakan bedak bayi, gunakan secara tipis
pada kulit bayi Anda.
4. Jaga kelembapan kulit bayi
Kulit bayi sangat rentan kering. Oleh karena itu, Anda harus tetap merawat kulit bayi agar
kondisinya tetap lembap. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan memakai pelembab
khusus bayi setelah mandi. Gunakan pelembap sesering mungkin jika diperlukan, terutama jika
cuaca panas dan udara lembap kering.
5. Jangan takut terkena sinar matahari
Penggunaan tabir surya tidak direkomendasikan untuk bayi di bawah usia 6 bulan karena belum
terbukti aman untuk kulit bayi pada usia tersebut. Akan tetapi, jangan takut untuk membawa bayi
Anda jalan-jalan keluar rumah pada siang hari ketika matahari sedang terik. Pastikan saja sinar
matahari tidak langsung mengenai kulit bayi Anda.
Anda dapat membuka penutup stroller serta memakaikan pakaian dan topi pada bayi Anda untuk
menghalangi sinar matahari. Ketika bayi Anda sudah menginjak usia 6 bulan, Anda dapat
memilih tabir surya yang mengandung bahan inorganic seperti zinc oxide dan titanium oxide karena
bahan tersebut tidak menyebabkan iritasi pada kulit bayi.
6. Bersihkan area lipatan

Ketika mengoleskan pelembap, pastikan kulit bayi Anda tidak basah. Lotion pelembap dapat mengendap di
bagian lipatan kulit yang tipis sehingga rentan mengalami ruam. Ruam juga sering terjadi pada bayi yang
menginjak usia 3 bulan ketika bayi sering meneteskan air liurnya. Untuk mencegah ruam kemerahan,
bersihkan sudut bibir bayi Anda setidaknya dua kali sehari. Disarankan untuk menggunakan air bila ada susu
atau makanan yang tersisa menempel di sekitar bibir.

7. Jaga kebersihan popok bayi Anda


Pastikan popok bayi Anda tetap kering. Selain itu, secepatnya atasi ruam popok pada bayi Anda dan
berikan pengobatan yang tepat sesuai dengan penyebabnya.
8. Waspada gejala eksim
Ruam kemerahan yang sering terjadi pada kulit bayi salah satunya disebabkan oleh eksim. Biasanya
gejalanya berupa ruam kemerahan kering dan gatal yang sering muncul pada pipi dan dahi.
Kebanyakan kasus eksim pada bayi dapat diobati dengan obat yang dijual dengan bebas. Tetapi
apabila gejalanya tidak membaik, sebaiknya Anda segera berkonsultasi dengan dokter spesialis anak.

6. MENJAGA KEAMANAN BAYI


1. Tutup setiap colokan listrik yang tidak digunakan
2. Hindari kabel-kabel yang berceceran
3. Jauhkan korek api dan plastik dari bayi
4. Zat zat kimia disimpan ditempat tertentu
5. Jauhkan dari barang-barang yang pecah atau yang memiliki ujung yang tajam atau lancip

G. MENDETEKSI TANDA-TANDA BAHAYA PADA BAYI


Sebagian besar bayi akan menangis atau bernapas sepontan dalam waktu 30 detik setelah lahir.
 Bila bayi tersebut menangis atau bernapas (terlihat dari pergerakan dada paling sedikit 30 kali per
menit), biarkan bayi tersebut dengan ibunya.
 Bila bayi tersebut tidak bernapas dalam waktu 30 detik, segeralah cari bantuan, dan mulailah
langkah-langkah resusitasi bayi tersebut.
 Penanganan; persiapkan penanganan resusitasi untuk setiap bayi dan siapkan rencana untuk meminta
bantuan, khususnya bila ibu tersebut memiliki riwayat eklamsia, pendarahan persalinan lama atau
macet, persalinan dini atau infeksi.

13
 Jika bayi tidak segera bernapas, lakukan hal-hal sebagai berikut
 Keringkan bayi dengan selimut atau handuk yang hangat
 Gosoklah punggung bayi tersebut dengan lembut.
 Jika bayi masih juga belum bernapas setelah 60 detik mulai resusitasi
 Apa bila bayi sianasis (bayi biru) atau sukar bernapas (frekuensi pernapasan kurang dari 30 atau
lebih dari 60 kali permenit), berilah oksigen kepada bayi dengan kateter nasal atau nasal prongs.
Tanda-tanda bahaya dibagi menjadi dua;
 Tanda-tanda bahaya yang harus dikenali oleh ibu yaitu
 Pemberian ASI sulit, sulit menghisap, atau hisapan lemah
 Kesulitan bernapas, yaitu pernapasan cepat >60/menit atau menggunakan otot napas tanbahan 90
 Letargi bayi terus – menerus tidur tanpa bangun untuk makan
 Warna abnormal kulit atau bibir biru (sianosis) atau bayi sangat kuning
 Suhu terlalu panas (febris) atau terlalu dingiin (hipotermia)
 Tanda atau perilaku abnormal atau tidak biasa.
 Gangguan gastrointertinal, misalnya tidak bertinja selama 3 hari pertama setelah lahir, muntah terus
menerus, muntah dan perut bengkah, tinja hijau tua atau berdarah atau lender.
 Mata bengkak atau mengeluarkan cairan
 Tanda-tanda yang harus diwaspadai pada bayi baru lahir.
 Pesnafasan sulit atau lebih dari 60 kali permenit
 Kehangatan terlalu panas (>380c atau terlalu dingin <360c)
 Warna kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru atau pucat, memar
 Pemberian makan, hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak muntah
 Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan (nanah), bau busuk, pernafsan sulit
 Tinja atau kemih tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, sering, hijau tua, ada lender atau darah
pada tinja
 Aktivitas menggigil atau tangis tidaak biasa, sangat mudah tersinggung, lemas, terlalu mengantuk,
lunglai, kejang, kejang halus, tidak bias tenang, menangis terus menerus.

Penanganan
 Beri ASI sesuai dengan kebutuhan setiap 2-3 jam (paling sedikit setiap 4 jam) mulai dari hari
pertama.
 Pertahankan agar bayi selalu dengan ibu.

14
STUDI KASUS

Bayi W, umur 3 hari dirawat di RS karena lahir dengan sectio caesarea atas indikasi gawat janin dengan
APGAR: 1’= 8; 5’= 9 (usia gestasi 37 minggu); BBL: 2130 gr; dan PBL: 48 cm. Saat dilakukan pengkajian
fisik, kulit bayi W tampak kuning di bagian wajah hingga dada, dalam Kramer’s Rule masuk ke dalam grade
2. Tanda-tanda vital HR 144x/menit; dan suhu 36,7 derajat. Antropometri: BB = 2100 gr; LLA = 6cm; LK =
31 cm. Menurut ibu bayi W, Bayi W malas menyusu sucking reflex lemah. Setelah dilakukan tes
laboratorium diketahui kadar bilirubin Bayi W adalah 19 mg/Dl. Ibu bayi W mengatakan ingin bayinya
segera pulang karena ingin segera menyelenggarakan proses aqiqah sebagaimana dianjurkan oleh agama
Islam yang dianutnya. Akan tetapi, ibu bayi W juga mengatakn dirinya kurang paham tentang perawatan
bayinya ketika kuning kembali dirumah dan hanya tahu kalau bayi kuning harus sering-sering dijemur. Dan
saat dijemur bayi

harus memakai gurita untuk bayi karena takut koin yang menempel di pusar bayi copot dan takut
pusarnya bodong.

1. IDENTITAS

Nama : Bayi W

Umur : 3 hari

Pengkajian Fisik :

 Keadaan umum : kulit bayi W tampak kuning di bagian wajah hingga dada ( Kramer’s Rulegrade 2)
 TTV :
a. HR 144x/menit
b. RR 47/menit
c. Suhu 36,7C
 BB = 2100gr
 LLA = 6cm
 PB = 48 cm
 LK = 31 cm

Fokus pengkajian
a. Nutrisi : Bayi W malas menyusu ( berat badan kurang )
b. Aktivitas / Istirahat : Bayi W malas menyusu dan suckingreflex lemah
c. Keamanan : Bayi memakai gurita, koin menempel dipusar bayi
d. Pengetahuan : Ibu bayi W mengatakan dirinya kurang paham tentang perawatan
bayinya kuning kembali

2. Pemeriksaan penunjang (Hockenberry & Wilson,2015)


a. Penampilan fisik selama 24jam
b. Tingkat serum bilirubin atau bilirubin transkutan dalam zona resiko tinggi pada nomogram
spesifik jam
c. Kelompok golongan darah incompatibility dengan hasil Direct Coombs
d. Penyakit turunan hemolitik seperti kekurangan G6PD
e. Usia gestasi 35 sampai 36 minggu
f. Asia timur atau ras Asia Amerika
g. Cephallhematoma atau memar yang signifikan
h. Riwayat saudara yang memiliki hiperbilirubin
i. ASI ekslusif,terutamanya bayi yang mengalami kesulitan ASI atau Kehilangan berat badan
signifikan
a) Kepala
1. Rambut : Bersih
2. Bentuk : Normal
15
3. UUB : Belum menutup
4. Caput Suksedaneum : Ada
5. Chepal Hematomo : Tidak ada
6. Perdarahan Intrakrania : Tidak ada
7. Lain-lain : Tidak ada
b) Mata
1. Bentuk : Simetris, normal
2. Kotoran : Tidak ada
3. Perdarahan : Tidak ada
4. Sklera : Ikterus
5. Konjugtiva : Tidak anemis
c) Mulut
1. Bentuk : Normal
2. Palatum Mola : Ada, tidak terbelah
3. Palatum Durum : Ada, tidak terbelah
4. Saliva : Tidak hipersaliva
5. GusI : Tidak berdarah
6. Bibir : Normal
7. Lidah : Tidak ada bercak putih
d) Hidung
1. Bentuk : Normal
2. Mukosa : Ada
3. Gerakan Cuping Hidung : Ada
4. Sekresi : Tidak terbelah
e) Muka
1. Bentuk : Normal
2. Paralis Syaraf Facial : Tidak ada
3. Down Syndrome : Tidak ada
4. Warna : kuning
f) Telinga
1. Bentuk : Simetris
2. Daun Telinga : Mudah membalik
3. Sekresi : Tidak ada
g) Leher
1. Ukuran : Normal
2. Gerakan : Baik
3. Pembesaran Kelenjar Tyroid : Tidak ada
h) Dada
1. Bentuk : Simetris
2. Pernapasan : Lemah
3. Bronchi : Tidak ada
4. Bunyi Jantung : Teratur
i) Perut
1. Kelainan : Tidak ada
2. Kembung & Muntah : Tidak ada
j) Tali Pusat
1. Kelainan : Tidak ada
2. Perdarahan : Tidak ada
k) Kulit
1. Warna : Kuning
2. Lanuga : Tebal
3. Turgor : Baik, kembali dlm waktu < 2”
4. Verniks Kaseosa : Ada
5. Dedena : Tidak ada
6. Kelainan : Tidak ada
l) Punggung
Normal tidak ada kelainan
16
m) Ekstremitas
 Ekstremitas Atas
1. Bentuk : Simetris kaki
2. Gerakan : Kurang aktif
3. Kelainan : Tidak ada kelainan
4. Jumlah Jari : 10
5. Warna : kuning
 Ekstrimitas Bawah
1. Bentuk : Simetris kakki
2. Gerakan : Kurang aktif
3. Kelainan : Tidak ada kelainan
4. Jumlah Jari : 10
5. Warna : Kemerahan
n) Genitalia
1. Skrotum : Ada
2. Testis : Belum turun
3. Penis : Ada
o) Anus : Berlubang
3. Antropometri
a) BB : 2100 gram
b) PB : 48 cm
c) LLA : 6 cm
d) LIKA : 31 cm

3. Kemungkinan masalah (Hockenberry & Wilson,2013,2015)


a. Bilirubin encephalopathy merupakan sebuah gejala kerusakan otak parah yang dihasilkan
dari deposisi unconjugated bilirubin di sel otak. Bilirubin beracun bagi sel-sel otak. Jika bayi
mengalami ikterus parah,ada resiko bilirubin masuk ke ptak,suatu kondisi yang disebut
ensefalopati bilirubin akut. Pengobatan segera dapat mencegah kerusakan yang terjadi secara
signifikan.

Berikut ini dapat mengidentifikasikan ensefalopati bilirubin akut. Pengobatan segera dapat
mencegah kerusakan terjadi secara signifikan.
Berikut ini dapat mengidentifikasi ensefalopati bilirubin akut pada bayi dengan ikterus :
 Kelesuan atau kesulitan terjaga
 Menangis dengan nada tinggi
 Kemampuan mengisap atau makan rendah
 Bagian leher dan tubuh belakang melengkung
 Demam
 Muntah

Faktor yang mempengaruhi bilirubin encephalopathy:

- Asidosis
- Menurunnya level serum albumin
- Infeksi intracranial seperti meningitis dan fluktuasi mendadak di dalam tekanan
darah.
b. Kenictirus merupakan terwarninya sel otak dan nekrosis sel otak yang dihasilkan dari
perwarnaan kronik dan permanen. Kenictirus adalah sindrom yang terjadi jika ensefalopati
bilirubin akut menyebabkan kerusakan permanen pada otak. Kernictirus dapat
menyebabkan:
- Gerakan tidak disadari dam tidak terkontrol
- Tetap menatap ke atas
- Gangguan pendengaran
- Perkembangan enamel gigi yang tidak benar
17
c. Terlambat atau abnormalnya perkembangan kemampuan motoric (ataxia dan athetosis)
d. ADHD

4. Rencana asuhan
- Dieketahui kekurangan volume cairan b.d intake oral yang tidak adekuat ditandai
dengan bayi malas menyusu, sucking reflex lemah dan dengan BBLR 2130 gr.
Dengan ini Ibu di minta untuk pantau masukan dan haluan cairan, timbang berat
badan bayi 2 kali sehari. Perhatikan tanda-tanda dehidrasi mis: penurunan haluan
urine, kulit hangat atau kering dengan turgor buruk dan mata cekung. Ibu juga
diminta untuk tingkatkan masukan cairan per oral, dengan memberi air diantara
menyusui atau memberi susu botol
- Bayi W juga mengalami gangguan integritas kulit b.d peningkatan kadar bilirubin
indirek dalam darah ditandai dengan kulit bayi W tampak kuning bagian wajah
hingga dada hasil lab kadar bilirubin 19mg/Dl. Ibu dianjurkan untuk menjaga
keberishan kulit bayi dan kelembapan kulit dan monitor warna dan keadaan kulit
setiap 4-8 jam
- Memberikan atau menjelaskan informasi penyakit sesuai pemyakit dan
mendiskusikan penatalaksanaan dirumah dari ikterk fisiologi ringan atau sedang,
termasuk peningkatan pemberian makan, pemajanan langsung pada sinar matahari
dan program tindak lanjut tes serum asuhan ini diberikan karena Ibu Bayi W
mengatakan dirinya kurang paham tentang perawatan bayinya ketika kuning
kembali dirumah.

5. Kesimpulan Kasus
Pada kasus dinyatakan bahwa ibu dri bayi W ingin segera membawa bayinya pulang karena
ingin segera menyelenggarakan prosesi aqiqah sebagaimana dianjurkan oleh agama islam yang
dianutnya. Akan tetapi, ibu bayi W, juga mengatkan bahwa dirinya kurang paham tentang perawatan
bayinya ketika kuning kembali dirumah dan hanya tahu kalo bayi kuning harus sering-sering
dijemur. Dan saat dijemur bayi harus memakai gurita untuk bayi karena takut koin yang menempel
di pusar bayi copot dan takutnya pusarnya bodong.
Kita sebagai tenaga kesehatan sebaiknya memberikan pendidikan kesehatan terlebih dahulu
kepada ibu bayi W apabila bayinya kembali kuning. Dan tidak melarang tentang budayanya selama
itu tidak bertentangan dengan medis seperti menjemur bayinya untuk mengurangi kuning. Karena
berdasarkan penilitian paparan sinar matahari pagi dapat menurunkan tanda ikterus pada ikterus
neonatarum fisiologis. Dengan catatan bayi dalam posisi membelakangi sinar matahari dan sinar
matahari pada pukul 6-7 sehingga mata tidak langsung terpapar pada sinar matahari. Sedangkan
untuk kebiasaan menaruh koin di bagian pusar, kita juga memberikan pendidikan kesehatan terlebih
dahulu kepada ibu bayi W. Karena pusar bodong adalah salah satu faktor yang diturunkan. Sehingga
tidak diberi koin pun tidak apa-apa. Karena pusar akan lepas.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tanda bahaya bayi baru lahir adalah suatu keadaan atau masalah pada bayi baru lahir yang dapat
mengakibatkan kematian pada bayi. Tindakan yang harus dilakukan bila ada salah satu saja tanda bahaya :
Merujuk segera ke rumah sakit atau puskesmas.Masalah atau kondisi akut perlu tindakan segera dalam satu
jam kelahiran (oleh tenaga di kamar bersalin) : Tidak bernafas, Sesak nafas, Sianosis sentral ( kulit biru),
Bayi berat lahir rendah (BBLR ) < 2500 gram, Letargis, Hipotermi atau stress dingin (suhu aksila <36.5°c),
Kejang.

3.2 Saran
Hendaknya kita dapat mengetahui dan mengenali tanda – tanda bahaya pada bayi baru lahir, sehingga
apabila kita menemukan salah satu tanda bahaya pada BBL kita dapat merujuk segera ke puskesmas atau ke
rumah sakit.

19
DAFTAR PUSTAKA

- Saiffudin,Abdul Bahri.2006.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal.Jakarta: YBP-SP
- Http://www.wordpress.com. Tanda – tanda bahaya pada bayi baru lahir
- Chunningham, dkk. 2012. Obstetri Williams. Ed. 23, Vol. 1 & 2. Jakarta: EGC.
- Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. 2015. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2014.
Surabaya.
- Kementerian Kesehatan RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Jakarta.
- Mahardika, Lutfi Putri, dkk. 2017. Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Berat Badan Lahir
Rendah di Ruang Anggrek RSUD Jombang. Tugas Akhir. Stikes Pemkab Jombang.
- Marmi, & Rahardjo. (2012). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka

20

Anda mungkin juga menyukai