Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

BAYI BARU LAHIR (BBL)

DISUSUN OLEH :
WAHYU FENDY HARTANTO
SN171213

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2017/2018
1. Refleks moro, reflek ini terjadi karena adanya reaksi miring terhadap
rangsangan mendadak. Reflek ini dapat di munculkan dengan cara
menggendong bayi dengan sudut 45o, lalu biarkan kepalanya turun sekitar 1-2
cm. Reflek ini simetris dan terjadi pada 8 minggu pertama setelah lahir.
2. Refleks rooting, dalam memberikan reaksi terhadap belaian di pipi atau sisi
mulut, bayi menoleh kearah sumber rangsangan dan membuka mulutnya siap
untuk mengisap.
3. Refleks mengedip atau reflexs mata, melindungi mata dari trauma.
4. Refleks menggenggam, reflek ini di munculkan dengan menempatkan jari atau
pensil atau pensil di dalam telapak tangan bayi, dan bayi akan
menggenggamnya dengan erat.
5. Refleks berjalan dan melangkah. Jika bayi di sangga pada posisi tegap dan
kakinya mennyentuh permukaan yang rata, bayi akan terangsang untuk
berjalan.
6. Refleks leher tonik asimetris. pada posisi terlentang, jika kepala bayi menoleh
ke satu arah, lengan di sisi tersebut akan ekstensi sedangkan lengan sebelahnya
fleksi. Jika di dudukkan tegak, kepala bayi pada awalnya akan terkulai ke
belakang lalu bergerak ke kanan sesaat sebelum akhirnya menunduk ke depan.
G. Adaptasi Gastrointestinal
Secara fungsional, saluran gastrointestinal bayi balum matur dibandingkan
orang dewasa. Membran mukosa pada mulut berwarna merah jambu dan basah.
Gigi tertanam didalam gusi dan sekresi ptyalin sedikit. Sebelum lahir, janin
cukup-bulan akan mulai menghisap dan menelan. Refleks muntah dan batuk yang
matur sudah terbentuk dengan baik pada saat lahir. Kemampuan bayi untuk
menelan dan mencerna makanan (selain susu) masih terbatas. Hubungan antara
esophagus bawah dan lambung masih belum sempurna sehingga mengakibatkan
gumoh pada bayi baru lahir dan neonatus. Kapasitas lambung sangat terbatas,
kurang dari 30 ml (15-30 ml) untuk bayi baru lahir cukup-bulan. Kapasitas
lambung ini akan bertambah secara perlahan, seiring dengan pertumbuhan bayi.
Pengaturan makan yang sering oleh bayi sendiri sangat penting, contohnya
memberikan ASI sesuai keinginan bayi (ASI on demand).
Jumlah asam lambung pada bayi sama dengan pada orang dewasa dalam
beberapa hari pertama. Pada hari ke-10, bayi sama sekali tidak memiliki asam
hidroklorida yang akan meningkatkan risiko infeksi. Lama pengosongan lambung
adalah 2,5-3 jam. Usus bayi terdiri dari sejumlah besar kelenjar sekresi dan daerah
permukaan yang besar untuk menyerap gizi makanan. Sejumlah enzim sudah
dihasilkan, walaupum masih terdapat kekurangan amilase dan lipase yang
menyebabkan bayi kurang mampu mencerna karbohidrat dan lemak.
Pada waktu lahir, usus bayi dalam keadaan steril hanya dalam beberapa jam.
Bising usus terdengar dalam 1 jam kelahiran. Mekonium yang ada dalam usus
besar sejak 16 minggu kehamilandikeluarkan dalam 24 jam pertama kehidupan
dan benar-benar dibuang dalam waktu 48-72 jam. Kotoran pertama berwarna
hijau kehitam-hitaman, keras, dan mengandung empedu. Pada hari ke-3-5, kotoran
berubah warna menjadi kuning kecokelatan. Begitu bayi diberi makanan, kotoran
berwarna kuning. Kotoran bayi yang meminum susu botol lebih pucat warnanya,
lunak, dan berbau agak tajam. Bayi defekasi 4-6 kali sehari, namun ada
kecenderuangan untuk sulit defekasi.
H. Adaptasi Sistem Imun
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga
menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem
imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang di dapat.
Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang mencegah atau
meminimalkan infeksi. Berikut beberapa contoh kekebalan alami:
1. perlindungan oleh kulit membran mukosa
2. fungsi saringan saluran napas
3. pembentukan koloni mikroba oleh klit dan usus
4. perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung
Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel
darah yang membantu BBL membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada BBL
se-sel darah ini masih belum matang, artinya BBL tersebut belum mampu
melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien. BBL dengan kekebalan pasif
mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya. Reaksi antibodi keseluruhan
terhadap antigen asing masih belum dapat dilakukan sampai awal kehidupa anak.
Defisiensi kekebalan alami bayi menyebabkan bayi rentan sekali terjadi
infeksi dan reaksi bayi terhadap infeksi masih lemah. Oleh karena itu, pencegahan
terhadap mikroba (seperti pada praktek persalinan yang aman dan menyusui ASI
dini terutama kolostrum) dan deteksi dini serta pengobatan dini infeksi menjadi
sangat penting.
I. Kebutuhan Nutrisi Bayi Baru Lahir
Kebutuhan nutrisi bayi baru lahir dapat dipenuhi melalui air susu ibu (ASI)
yang mengandung komponen paling seimbang. Pemberian ASI eksklusif
berlangsung hingga enam bulan tanpa adanya makanan pendamping lain, sebab
kebutuhannya sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan oleh bayi. Selain itu sistem
pencernaan bayi usia 0-6 bulan belum mampu mencerna makanan padat.
Komposisi ASI berbeda dengan susu sapi. Perbedaan yang penting terdapat
pada konsentrasi protein dan mineral yang lebih rendah dan laktosa yang lebih
tinggi. Lagi pula rasio antara protein whey dan kasein pada ASI jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan rasio tersebut pada susu sapi. Kasein di bawah pengaruh
asam lambung menggumpal hingga lebih sukar dicerna oleh enzim-enzim. Protein
pada ASI juga mempunyai nilai biologi tinggi sehingga hamper semuanya
digunakan tubuh.
Dalam komposisi lemak, ASI mengandung lebih banyak asam lemak tidak
jenuh yang esensiil dan mudah dicerna, dengan daya serap lemak ASI mencapai
85-90 %. Asam lemak susu sapi yang tidak diserap mengikat kalsium dan trace
elemen lain hingga dapat menghalangi masuknya zat-zat tadi.
J. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium (Pemeriksan Darah)
a. Pemeriksaan billirubin serum. Pada bayi prematur kadar billirubin lebih dari
10 mg/dl dan bayi cukup bulan kadar billirubin 12 mg/dl
merupakan keadaan yang tidak fisiologis.
b. Hb, HCT, Hitung Darah Lengkap.
2. USG, untuk mengevaluasi anatomi cabang kantong empedu.
3. Radioisotop Scan, dapat digunakan untuk membantu membedakan
hapatitis dan atresia billiari.
K. Asuhan Keperawatan pada bayi baru lahir
1. Pengkajian Bayi Baru Lahir
a. Aktivitas/Istirahat
Status sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama, bayi tampak semi
koma saat tidur, meringis atau tersenyum adalah bukti tidur dengan gerakan
mata cepat, tidur sehari rata-rata 20 jam.
b. Pernapasan dan peredaran darah
Bayi normal mulai bernapas 30 detik sesudah lahir, untuk menilai
status kesehatan bayi dalam kaitannya dengan pernapasan dan peredaran
darah dapat digunakan metode APGAR Score. Namun secara praktis dapat
dilihat dari frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta wajah,
ekstremitas dan seluruh tubuh, frekwensi denyut jantung bayi normal
berkisar antara 120-140 kali/menit (12 jam pertama setelah kelahiran), dapat
berfluktuasi dari 70-100 kali/menit (tidur) sampai 180 kali/menit
(menangis).
Pernapasan bayi normal berkisar antara 30-60 kali/menit warna
ekstremitas, wajah dan seluruh tubuh bayi adalah kemerahan. Tekanan
darah sistolik bayi baru lahir 78 dan tekanan diastolik rata-rata 42, tekanan
darah berbeda dari hari ke hari selama bulan pertama kelahiran. Tekanan
darah sistolik bayi sering menurun (sekitar 15 mmHg) selama satu jam
pertama setelah lahir. Menangis dan bergerak biasanya menyebabkan
peningkatan tekanan darah sistolik.
c. Suhu Tubuh
Suhu inti tubuh bayi biasanya berkisar antara 36,50C-370C. Pengukuran
suhu tubuh dapat dilakukan pada aksila atau pada rektal.
d. Kulit
Kulit neonatus yang cukup bulan biasanya halus, lembut dan padat dengan
sedikit pengelupasan, terutama pada telapak tangan, kaki dan selangkangan.
Kulit biasanya dilapisi dengan zat lemak berwara putih kekuningan
terutama di daerah lipatan dan bahu yang disebut verniks kaseosa.
e. Keadaan dan Kelengkapan Ekstremitas
Dilihat apakah ada cacat bawaan berupa kelainan bentuk, kelainan jumlah
atau tidak sama sekali pada semua anggota tubuh dari ujung rambut sampai
ujung kaki juga lubang anus (rektal) dan jenis kelamin.
f. Tali Pusat
Pada tali pusat terdapat dua arteri dan satu vena umbilikalis. Keadaan tali
pusat harus kering, tidak ada perdarahan, tidak ada kemerahan disekitarnya.
g. Refleks
Beberapa refleks yang terdapat pada bayi :
 Refleks moro (refleks terkejut). Bila diberi rangsangan yang
mengagetkan akan terjadi refleks lengan dan tangan terbuka.
 Refleks menggenggam (palmer graps). Bila telapak tangan dirangsang
akan memberi reaksi seperti menggenggam. Plantar graps, bila telapak
kaki dirangsang akan memberi reaksi.
 Refleks berjalan (stepping). Bila kakinya ditekankan pada bidang datang
atau diangkat akan bergerak seperti berjalan.
 Refleks mencari (rooting). Bila pipi bayi disentuh akan menoleh
kepalanya ke sisi yang disentuh itu mencari puting susu.
 Refleks menghisap (sucking). Bila memasukan sesuatu ke dalam mulut
bayi akan membuat gerakan menghisap.
 Berat Badan
Pada hari kedua dan ketiga bayi mengalami berat badan fisiologis.
Namun harus waspada jangan sampai melampaui 10% dari berat badan
lahir. Berat badan lahir normal adalah 2500 sampai 4000 gram.
 Mekonium
Mekonium adalah feces bayi yang berupa pasta kental berwarna gelap
hitam kehijauan dan lengket. Mekonium akan mulai keluar dalam 24 jam
pertama.
 Antropometri
Dilakukan pengukuran lingkar kepala, lingkar dada, lingkar lengan atas
dan panjang badan dengan menggunakan pita pengukur. Lingkar kepala
fronto-occipitalis 34cm, suboksipito-bregmantika 32cm, mento
occipitalis 35cm. Lingkar dada normal 32-34 cm. Lingkar lengan atas
normal 10-11 cm. Panjang badan normal 48-50 cm.
 Seksualitas
Genetalia wanita ; Labia vagina agak kemerahan atau edema, tanda
vagina/himen dapat terlihat, rabas mukosa putih (smegma) atau rabas
berdarah sedikit mungkin ada. Genetalia pria ; Testis turun, skrotum
tertutup dengan rugae, fimosis biasa terjadi.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko ketidak seimbangan temperatur tubuh
b. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
c. Hipotermi
d. Resiko infeksi
Intervensi Keperawatan

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil (Noc) Intervensi keperawatan (Nic)
1 Risiko ketidak NOC : NIC :
seimbangan  Hydration  Temperature Regulation (pengaturan suhu)
temperature tubuh  Adherence Behavior  Monitor suhu minimal tiap 2 jam
 Immune Status  Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
 Infection status  Monitor TD, nadi, dan RR
 Risk control  Monitor warna dan suhu kulit
 Risk detection  Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
 Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
 Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh
 Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat panas
 Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan
efek negatif dari kedinginan
 Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan dan
penanganan emergency yang diperlukan
 Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan yang diperlukan
 Berikan anti piretik jika perlu.
2 Ketidak seimbangan NOC : NIC :
nutrisi kurang dari  Nutritional Status Nutrition Management
kebutuhan tubuh  Nutritional Status : food and Fluid Intake  Kaji adanya alergi makanan
 Nutritional Status : nutrient Intake  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
 Weight control dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
Kriteria Hasil :  Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
 Adanya peningkatan berat badan sesuai  Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
dengan tujuan  Berikan substansi gula Yakinkan diet yang dimakan mengandung
 Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
 Mampu mengidentifikasi kebutuhan  Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli
nutrisi gizi)
 Tidak ada tanda tanda malnutrisi  Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
 Menunjukkan peningkatan fungsi  Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
pengecapan dari menelan  Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
 Tidak terjadi penurunan berat badan  Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang
yang berarti dibutuhkan
Nutrition Monitoring
 BB pasien dalam batas normal
 Monitor adanya penurunan berat badan
 Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
 Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
 Monitor lingkungan selama makan
 Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
 Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
 Monitor turgor kulit
 Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
 Monitor mual dan muntah
3 Hipotermi NOC : NIC :
 Thermoregulation Temperature Regulation
 Thermoregulation : neonate  Monitor suhu minimal tiap 2 jam
Kriteria Hasil :  Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
 Suhu tubuh dalam rentang normal  Monitor TD, nadi, dan RR
 Nadi dan RR dalam rentang normal  Monitor warna dan suhu kulit
 Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
 Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
 Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh
 Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan
efek negatif dari kedinginan
 Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan dan
penanganan emergency yang diperlukan
 Berikan anti piretik jika perlu
Vital sign Monitoring
 Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 Catat adanya fluktuasi tekanan darah
 Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
 Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor frekuensi dan irama pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernapasan abnormal
 Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

7 Resiko infeksi NOC : NIC :


 Immune Status Infection Control (Kontrol infeksi)
 Knowledge : Infection control  Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien
 Risk control  Pertahankan teknik isolasi
Kriteria Hasil :  Batasi pengunjung bila perlu
 Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi  Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat
 Menunjukkan kemampuan untuk berkunjung dan setelah berkunjung
 mencegah timbulnya infeksi  meninggalkan pasien
 Jumlah leukosit dalam batas normal  Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
 Menunjukkan perilaku hidup sehat  Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan
 Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
 Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
 Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai
dengan petunjuk umum
 Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung
kencing
 Tingktkan intake nutrisi
 Berikan terapi antibiotik bila perlu
Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
 Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
 Monitor hitung granulosit, WBC
 Monitor kerentanan terhadap infeksi
 Batasi pengunjung
 Saring pengunjung terhadap penyakit menular
 Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko
 Pertahankan teknik isolasi k/p
 Berikan perawatan kuliat pada area epidema
 Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas,
drainase
 Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
 Dorong masukkan nutrisi yang cukup
 Dorong masukan cairan
 Dorong istirahat
 Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
 Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
 Ajarkan cara menghindari infeksi
 Laporkan kecurigaan infeksi
 Laporkan kultur positif
DAFTAR PUSTAKA

Erawati. (2010). Asuhan Kebidanan Persalinan normal. Jakarta: penerbit Buku


Kedokteran EGC.
Jones. (2011). Dasar-Dasar Obstetri Dan Ginekologi, Edisi 6. Alih Bahasa
Hadyanto. Jakarta
Maritalia, Dewi. (2012). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Muslihatun, wafi nur.2010.Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta:
Nugroho, Taufan. 2011. Buku Ajar Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan.
Yogyakarta : Nuha Medika
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 2.
Rukiyah, Ai Yeyeh dkk. 2012. Asuhan Kebidanan II Persalinan Edisi Revisi. Jakarta
: Buku Kesehatan
Rukiyah, Yeyeh, Ayi.Yulianti, Lia.2010.Asuhan Neonatus, Bayu dan Anak Balita.
CV. Trans Info Media. Jakarta Timur

Anda mungkin juga menyukai