Anda di halaman 1dari 5

A.

PENCERNAAN MAKANAN
1. BAYI
Perkembangan Sistem Pencernaan Bayi Yang Baru Lahir
Dalam 24 jam pertamanya setelah lahir, saluran pencernaan bayi akan mencerna asupan
untuk pertama kalinya. Perlu diingat:
1. Bayi yang baru lahir memiliki kapasitas lambung seukuran kelereng
Namun Ibu jangan khawatir karena lambung si Kecil akan terus membesar dalam beberapa
hari selanjutnya.
2. Dinding perut si kecil agak kaku dalam beberapa hari pertama setelah kelahiran
Oleh karena itu asupan yang dicerna akan bergerak perlahan dari lambung ke usus.
3. Bayi ibu hanya akan bisa menelan sekitar tiga sendok makan ASI di hari pertamanya
Pada Ibu yang menyusui untuk enam bulan pertama atau kedepannya, si kecil mungkin ingin
meminum susu setiap jam. Alasan lain untuk menyusui lebih sering dalam jumlah yang kecil
adalah pada mulanya payudara Ibu menghasilkan ASI dalam jumlah kecil dengan protein
tinggi dan kaya dengan antibodi yang disebut kolostrum.
Bayi baru lahir memiliki 4 refleks yang berhubungan dengan pencernaan yang membantu
saat makan atau menyusui:
1. Refleks mencari puting
Memudahkan si kecil untuk mencari dan melekat pada puting. Kontak kulit antar Ibu dan si
kecil (Inisiasi Menyusui Dini) dapat memicu refleks ini.
2. Refleks menghisap/menelan
Mengkoordinasikan gerakan mulut dengan pernapasan, membantu si kecil untuk minum ASI
dengan mudah. Refleks ini cukup kuat setelah lahir, dan para ahli menyarankan Ibu untuk
segera menyusui 1 jam setelah melahirkan.
3. Refleks mendorong lidah
membuat si kecil mendorong lidahnya ketika bibirnya menyentuh puting. Refleks ini
memudahkan si kecil pada saat sedang menyusu.
4. Refleks muntah
Menghalau makanan padat supaya tidak tertelan oleh si kecil yang berumur kurang dari 4
hingga 6 bulan.
Pada saat yang sama, sistem pencernaan si kecil yang baru lahir bersiap-siap untuk
pekerjaan barunya yaitu mencerna dan memproses ASI dengan cara-cara berikut ini:
1. Meningkatkan asam lambung
Kadar asam lambung berlipat ganda dalam 24 jam setelah kelahiran. Hal ini membantu
memecah protein susu dalam lambung.
2. Memperbanyak laktase
Hampir semua anak dilahirkan dengan kemampuan untuk menghasilkan laktase dalam
jumlah yang besar, suatu enzim yang bekerja di usus untuk mencerna laktosa.Tingkat laktase
yang tertinggi adalah saat kelahiran, kemudian turun selama tahun pertama. Untuk
kebanyakan orang, tubuh berhenti memproduksi laktase yang cukup untuk mencerna susu
pada masa kanak-kanak dan remaja.

Tahap Perkembangan Sistem Pencernaan Bayi: dari Mulut hingga Dubur


Setiap bagian saluran pencernaan memiliki fungsi khusus yang bekerja dalam pengangkutan
dan pencernaan makanan yang penting untuk pertumbuhan bayi. Pencernaan pada bayi
yang minum Air Susu Ibu (ASI) memainkan fungsi penting mulai dari penyerapan antibodi
pelindung yang melawan bakteri dan virus hingga membangun bakteri usus yang sehat.
saluran pencernaan bayi tidak berfungsi sepenuhnya dan rentan terhadap infeksi. Apa pun
yang masuk ke mulut bayi pasti akan masuk ke saluran pencernaannya, yang belum siap
untuk melawan bakteri dan patogen lainnya.

Dalam enam bulan pertama, sistem pencernaan bayi akan mengalami perubahan besar
karena mengembangkan kemampuan untuk menghasilkan enzim untuk mencerna makanan
dan antibodi untuk melindungi dirinya sendiri. Selama masa kehamilan, bayi menerima
nutrisi dan membuang produk limbah melalui plasenta. Saat lahir, hal ini berubah secara
tiba-tiba, yang artinya sistem pencernaan bayi masih belum sempurna. Akibatnya, ia bisa
kehilangan hingga 10 persen dari berat badannya di hari-hari pertama hidupnya, saat ia
menyesuaikan diri dengan sistem pencernaannya. Begitu bayi mendapat makan pertamanya
setelah lahir, sistemnya akan mulai bekerja mencerna susunya dan memecah kotoran
menjadi kotoran. Menurut laman Baby Centre, semuanya dimulai pada lima minggu
kehamilan, ketika lapisan sel di bagian bawah tubuh embrio bayi menggulung menjadi
tabung panjang. Tabung ini akan berkembang menjadi saluran pencernaannya. Sekitar
seminggu kemudian, saluran pencernaan awalnya mulai terbentuk menjadi tiga bagian
utama, yakni:
1. Bagian depan, yang menjadi pipa makanan (kerongkongan) bayi, lambung, hati, dan
2. pankreas. Usus tengah, yang berisi sebagian besar usus kecilnya dan dua pertiga dari
3. usus besar. Usus belakang, yang berisi sisa usus besar, rektum, dan saluran anus.

Anatomi & Fisiologi Saluran Pencernaan Bayi Berikut ini anatomi pencernaan bayi dari saat
makanan masuk ke mulut sampai masuk ke popok bayi dan fungsi-fungsinya yang terjadi di
sepanjang waktu yaitu :

Mulut Mulut bayi berperan untuk menerima makanan dan juga tempat dimulainya
pencernaan beberapa nutrisi. Beberapa bayi baru lahir mungkin mengalami kesulitan
menempel atau masalah yang berkaitan dengan kondisi seperti bibir sumbing atau celah
langit-langit. Kerongkongan Esofagus ini adalah saluran yang menghubungkan mulut ke
perut dan memiliki dua tugas utama mendorong makanan atau cairan dari mulut ke perut
dan menghentikan aliran balik, atau refluks, isi perut. Perut Lambung ini bertanggung jawab
untuk menyimpan makanan yang tertelan, menggabungkan dan menghancurkan makanan,
dan mengatur ekskresi isi perut ke dalam duodenum, bagian pertama dari usus kecil.
Pencernaan terjadi dalam tiga fase sefalik (dimulai oleh saraf vagus ketika seseorang melihat
dan mencium bau makanan), lambung (disebabkan oleh makanan yang masuk dan
dikendalikan oleh gastrin), dan usus (diatur oleh hormon yang dilepaskan di usus kecil). Usus
halus Usus halus ini adalah organ mirip tabung yang dipisahkan menjadi tiga bagian, yakni
duodenum, jejunum, dan ileum. Ini memiliki pekerjaan besar untuk dilakukan karena
bertanggung jawab atas pencernaan dan penyerapan nutrisi, vitamin, elemen jejak, cairan,
dan elektrolit. Pada dasarnya, makanan asam yang dicerna sebagian dari perut
dikombinasikan dengan sekresi dasar dari pankreas, hati dan kelenjar usus. Enzim
pencernaan dari sekresi tersebut bertanggung jawab atas sebagian besar proses pencernaan
di usus kecil — enzim tersebut memecah protein ASI menjadi asam amino; karbohidrat ASI
menjadi glukosa dan monosakarida lainnya; dan lemak ASI menjadi gliserol dan asam lemak.
Dinding usus harus sangat kuat untuk menangani pekerjaan yang dilakukannya. Kekuatannya
berasal dari fakta bahwa ia memiliki empat lapisan berbeda; serosa, muskularis, submukosa,
dan muskosa. Permukaan usus meningkat pesat dengan adanya vili dan mikrovili di mana
produk akhir pencernaan diserap. Usus besar Kolon melengkung ke atas dari ujung usus
kecil, melintasi perut dan turun ke rektum. Ini sebagian besar bertanggung jawab atas
penyerapan air dan elektrolit. Dubur "Sfingter O'Beirne" mengatur aliran limbah dari kolon
sigmoid ke dalam rektum, yang merupakan tempat penyimpanan produk limbah
pencernaan. Sfingter anal internal dan eksternal mengatur aliran kotoran dari rektum. Jadi,
bagian-bagian dari sistem pencernaan akan bekerja sama untuk mengambil makanan,
mengangkutnya ke dan melalui sistem gastrointestinal (GI), memecahnya secara mekanis
dan kimiawi, serta menyerap nutrisi, kemudian menghilangkan bahan berlebih sebagai
limbah.

B. MASALAH GIZI PADA BAYI


Bayi membutuhkan gizi yang cukup agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Masalah gizi pada bayi bisa berdampak buruk pada kedua hal tersebut. Bila dibiarkan,
dampaknya dapat terus berlangsung hingga buah hati menginjak usia kanak-kanak bahkan
dewasa. Gizi yang buruk dapat menyebabkan kualitas hidup yang buruk pula. Bukan hanya
perkembangan fisik anak saja yang terganggu, namun juga perkembangan
intelektualitasnya.
1. Berat bayi lahir rendah
Berat bayi lahir rendah terjadi saat bayi terlahir dengan berat badan di bawah 2,5 kg. Kondisi
ini membuat bayi lebih mungkin mengalami gangguan perkembangan dan lebih mudah
terserang penyakit. Kurang gizi selama kehamilan bisa menjadi salah satu pemicunya.
Oleh karena itu, penting bagi para calon ibu untuk mencukupi kebutuhan gizinya selama
mengandung. Terutama asam folat, kalsium, zat besi, dan protein.
Namun bila bayi sudah terlanjur lahir dengan berat yang rendah, perawatan intensif di ruang
NICU biasanya diperlukan.
Bayi juga perlu diberi ASI eksklusif setelah ia lahir. Maka dari itu, ibu menyusui tetap harus
memperhatikan asupan makanannya agar bayi memiliki berat badan ideal dan tumbuh
sehat.
2. Kekurangan gizi
Menurut WHO, kekurangan gizi (underweight) didefinisikan jika skor z pada grafik
pertumbuhan bayi berada pada minus 2 SD (-2 SD) sampai minus 3 SD (-3 SD).
SD adalah singkatan dari standar deviasi. Contohnya, bayi perempuan usia 8 bulan yang
seharusnya memiliki berat sekitar 8 kg, hanya memiliki berat sekitar 6 kg.
Kondisi tersebut bisa berdampak buruk pada perkembangan otak, otot, hingga metabolisme
bayi.
Dalam jangka panjang, masalah kurang gizi pun dapat menyebabkan rendahnya kemampuan
nalar dan imunitas tubuh. Bahkan, kekurangan gizi bisa meningkatkan risiko terjadinya
sejumlah penyakit, seperti diabetes dan kanker.
3. Gizi buruk
Dari informasi WHO, gizi buruk didefinisikan jika skor z pada grafik pertumbuhan bayi kurang
dari -3 SD. Sebagai contoh dari grafik WHO, bila bayi perempuan di usia 8 bulan seharusnya
mempunyai berat sekitar 8 kg, bayi dengan gizi buruk memiliki berat di bawah 5,8 kg.
Secara umum, dampak gizi buruk tidak jauh berbeda dengan kekurangan gizi. Namun pada
bayi dengan masalah gizi buruk, perkembangan kognitifnya juga akan terganggu. Gizi buruk
pada bayi dapat dibagi menjadi 3 golongan utama, yakni kwashiorkor, maramus, dan
maramus-kwashiorkor.
Kwashiorkor adalah kondisi gizi buruk yang disebabkan oleh kurangnya asupan protein pada
bayi. Sedangkan maramus adalah kondisi gizi buruk akibat asupan energi yang tidak
terpenuhi. Gabungan dari keduanya, yakni maramus-kwashiorkor merupakan kondisi di
mana bayi kekurangan asupan protein dan energi dari standar yang seharusnya.
4. Kelebihan gizi
Kelebihan gizi (overweight) didefinisikan jika skor z pada grafik pertumbuhan bayi berada di
antara +2 SD sampai +3 SD. Contohnya, jika bayi perempuan usia 8 bulan seharusnya
memiliki berat badan kira-kira 8 kg, bayi yang kelebihan gizi akan mempunyai berat di antara
10-11,5 kg.
Kelebihan gizi pada bayi bisa memicu obesitas. Dalam jangka panjang, obesitas termasuk
pemicu dari berbagai penyakit. Dari diabetes hingga penyakit jantung.
ASI eksklusif termasuk cara mencegah masalah gizi pada bayi
Masalah gizi pada bayi bisa dicegah dengan pemberian ASI eksklusif
Bayi membutuhkan gizi yang cukup agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Masalah gizi pada bayi bisa berdampak buruk pada kedua hal tersebut. Bila dibiarkan,
dampaknya dapat terus berlangsung hingga buah hati menginjak usia kanak-kanak bahkan
dewasa. Gizi yang buruk dapat menyebabkan kualitas hidup yang buruk pula. Bukan hanya
perkembangan fisik anak saja yang terganggu, namun juga perkembangan
intelektualitasnya.

Berbagai masalah gizi pada bayi yang perlu diwaspadai


Kekurangan gizi pada bayi, bahkan sejak ia masih dalam kandungan, dapat menyebabkan
sejumlah masalah gizi. contoh malnutrisi pada bayi yang penting untuk diperhatikan
1. Berat bayi lahir rendah
Berat bayi lahir rendah terjadi saat bayi terlahir dengan berat badan di bawah 2,5 kg. Kondisi
ini membuat bayi lebih mungkin mengalami gangguan perkembangan dan lebih mudah
terserang penyakit. Kurang gizi selama kehamilan bisa menjadi salah satu pemicunya.
Oleh karena itu, penting bagi para calon ibu untuk mencukupi kebutuhan gizinya selama
mengandung. Terutama asam folat, kalsium, zat besi, dan protein.
Namun bila bayi sudah terlanjur lahir dengan berat yang rendah, perawatan intensif di ruang
NICU biasanya diperlukan.
Bayi juga perlu diberi ASI eksklusif setelah ia lahir. Maka dari itu, ibu menyusui tetap harus
memperhatikan asupan makanannya agar bayi memiliki berat badan ideal dan tumbuh
sehat.
2. Kekurangan gizi
Menurut WHO, kekurangan gizi (underweight) didefinisikan jika skor z pada grafik
pertumbuhan bayi berada pada minus 2 SD (-2 SD) sampai minus 3 SD (-3 SD).
SD adalah singkatan dari standar deviasi. Contohnya, bayi perempuan usia 8 bulan yang
seharusnya memiliki berat sekitar 8 kg, hanya memiliki berat sekitar 6 kg.
Kondisi tersebut bisa berdampak buruk pada perkembangan otak, otot, hingga metabolisme
bayi.
Dalam jangka panjang, masalah kurang gizi pun dapat menyebabkan rendahnya kemampuan
nalar dan imunitas tubuh. Bahkan, kekurangan gizi bisa meningkatkan risiko terjadinya
sejumlah penyakit, seperti diabetes dan kanker.
3. Gizi buruk
Dari informasi WHO, gizi buruk didefinisikan jika skor z pada grafik pertumbuhan bayi kurang
dari -3 SD. Sebagai contoh dari grafik WHO, bila bayi perempuan di usia 8 bulan seharusnya
mempunyai berat sekitar 8 kg, bayi dengan gizi buruk memiliki berat di bawah 5,8 kg.
Secara umum, dampak gizi buruk tidak jauh berbeda dengan kekurangan gizi. Namun pada
bayi dengan masalah gizi buruk, perkembangan kognitifnya juga akan terganggu. Gizi buruk
pada bayi dapat dibagi menjadi 3 golongan utama, yakni kwashiorkor, maramus, dan
maramus-kwashiorkor.
Kwashiorkor adalah kondisi gizi buruk yang disebabkan oleh kurangnya asupan protein pada
bayi. Sedangkan maramus adalah kondisi gizi buruk akibat asupan energi yang tidak
terpenuhi. Gabungan dari keduanya, yakni maramus-kwashiorkor merupakan kondisi di
mana bayi kekurangan asupan protein dan energi dari standar yang seharusnya.
4. Kelebihan gizi
Kelebihan gizi (overweight) didefinisikan jika skor z pada grafik pertumbuhan bayi berada di
antara +2 SD sampai +3 SD. Contohnya, jika bayi perempuan usia 8 bulan seharusnya
memiliki berat badan kira-kira 8 kg, bayi yang kelebihan gizi akan mempunyai berat di antara
10-11,5 kg.
Kelebihan gizi pada bayi bisa memicu obesitas. Dalam jangka panjang, obesitas termasuk
pemicu dari berbagai penyakit. Dari diabetes hingga penyakit jantung.
5. Stunting
Stunting adalah kekurangan gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam
waktu yang cukup lama. Akibatnya, anak mengalami gangguan pertumbuhan.
Pada bayi, stunting atau kerdil ditandai dengan panjang bayi yang kurang secara signifikan
dari standar usia seharusnya. Dampak dari stunting tidak jauh beda dari kondisi gizi kurang.
Pemenuhan gizi yang lebih baik lewat ASI maupun MPASI bisa menjadi solusi dari stunting
yang dialami oleh bayi.
6. Kekurangan vitamin A (KVA)
Salah satu masalah gizi pada bayi dan balita hingga ibu hamil yang umum di Indonesia adalah
kekurangan vitamin A (KVA). Pada anak-anak, kekurangann vitamin A bisa menyebabkan
gangguan penglihatan hingga kebutaan. Selain itu, bayi dengan vitamin A yang kurang dapat
berisiko mengalami peningkatan perkembangan penyakit diare dan campak.
Penanganan KVA ini pada bayi dilakukan dengan pemberian kapsul vitamin A setahun dua
kali pada februari dan Agustus sejak bayi berumur 6 bulan. Kapsul merah (dosis 100.000 IU)
diberikan untuk bayi berumur 6-11 bulan dan kapsul biru (dosis 200.000 IU) untuk balita
berumur 12-59 bulan.

Anda mungkin juga menyukai