Anda di halaman 1dari 2

TOKOH ITTIHAD

Jika mempelajari ittihad, kita akan mengenal Abu Yazid Al-Bustami, yang
merupakan tokoh penggagas ittihad. Abu Yazid al-Bustami yang mempunyai
nama lengkap Abu Yazid Thaifur bin Isa bin Surusyan al-Bustami, ia lahir di
Bistam, salah satu kota yang berada di daerah Qumis Persia pada tahun
188H/804M. Ayahnya yang bernama Isa, merupakan seorang tokoh di Bastam,
sedangkan ibunya adalah seorang yang taat dan bersifat zuhud. Abu Yazid
dibesarkan dalam keluarga yang taat beragama. Pada masa mudanya ia
mempelajari Al-Qur’an bahkan juga mendalaminya dan belajar hadist Nabi
beserta ilmu fiqih madzab Hanafi.

Abu Yazid juga dikenal sebagai salah seorang imam yang cukup terkenal
dalam bidang tasawuf. Pengalaman Abu Yazid dalam bidang kesufian dan ucapan-
ucapannya tekadang sulit dipahami oleh orang awam, sehingga sebagian ulama
ada yang menentangnya, bahkan menganggap ia menyimpang dari ajaran agama
islam yang sebenarnya.

Seperti ungkapan Abu Yazid yang mengatakan dirinya adalah tuhan. Abu
Yazid pernah bermimpi bertemu dengan tuhan dan kemudian bertanya “Ya
tuhanku bagaimana cara untuk sampai kepada engkau? Kemudian tuhan
menjawab “Tinggalkan dirimu dan datanglah” setelah ia mengetahui proses untuk
sampai kepada tuhan, ia meninggalkan dirinya melalui fana. Kemudian Abu Yazid
wafat pada tahun 261H/875M di Bastam.1

TOKOH HULUL

Abu Mansur al-Hallaj, yang merupakan pencetus doktrin hulul dalam tasawuf,
nama lengkapnya adalah Abu Mughits al-Husain bin Mansur bin Muhammad al-
Baidlawi, ia lahir pada tahun 244H/858M di dekat kota al-Baiza, daerah Iran
selatan (Persia), yang kemudian meninggal pada tahun 309H/922M. Melalui
hukuman mati oleh penguasa Abbasiyah di Baghdad.

1
Rahmi Damis. Al-Ittihad dalam Tasawuf, Vol III no.1, Jurnal Aqidah, 2017. Hal 80-81
Al-Hallaj yang diposisikan sebagai pencetus hulul didasarkan pada realitas dan
fakta bahwa al-Hallaj sendiri sangat akrab dalam penggunaan istilah hulul untuk
menunjuk puncak penghayatan dan spiritual kesufiannya. Dalam pengalaman
spiritual kesufiannya, Abu Mansur al-Hallaj terbiasa melakukan pengembaraan ke
berbagai daerah untuk berguru kepada para tokoh sufi yang terkenal. Setelah ia
berguru ke berbagai daerah akhirnya ia memutuskan untuk beribadah haji dan
menetap beberapa saat di Makkah untuk melaksanakan praktek kesufiannya. Dan
disanalah Abu Mansur al-Hallaj mencapa derajat puncak pengalaman spiritual
kesufian yang selanjutnya dikenal dengan istilah hulul.2

2
Dr. Muniron, M.Ag. Ittihad dan Hulul dalam Pandangan Al-Ghazali. (Jember: STAIN Jember Press:
2013), hal 50-52.

Anda mungkin juga menyukai