Anda di halaman 1dari 29

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian
1. Proses Pengolahan Limbah Rajungan Sebagai Biogas.
Penelitian “Pengolahan Limbah Rajungan Sebagai Biogas”
membutuhkan beberapa alat (digester). Selain itu, pengolahan limbah
rajungan sebagai biogas melalui beberapa cara dan tahapan. Berikut
proses yang ditempuh peneliti dalam mengolah limbah rajungan
sebagai biogas:
a. Pembuatan Digester
Digester merupakan suatu ruang tertutup yang digunakan
untuk mengoptimalkan dekomposisi bahan organik. Keuntungan
dari penggunaan digester/ruang tertutup ini dapat mengurangi gas
metana yang merupakan salah satu penyebab terjadinya fenomena
efek gas rumah kaca yang dapat berakibat pemanasan global
(Mardatila, 2020). Berikut adalah alat, bahan, dan proses
pembuatan digester:
1) Alat dan Bahan
a) Solder.
b) Solatip.
c) Gergaji paralon.
d) Lem (lem paralon dan lem korea).
e) Karter.
f) Amplas ukuran 60.
1
g) Selang karet dengan ukuran inci dengan Panjang 2
2
meter.
h) Korek gas.
1
i) 2 Kran angin ukuran inci.
4

19
20

3
j) 2 sambungan L ,1 Sambungan pralon 2 sisi ukuran inci,
4
3
2 penutup paralon inci, penutup paralon 4 dim dan kran
4
3
paralon inci.
4
k) Tong (bekas cat atau yang lain, memepunyai tutup yang
rapat).
3
l) Pralon 1,5 m ukuran inci dan pralon 5 cm ukuran 4 dim.
4
2) Tahap Pembutan Digester
Tabel 4.1 Proses Pembuatan Digester
NO Gambar Tahap Penjelasan
Pembuatan
1. Pembuatan selang  Ukur dari dasar tong
regulator dengan panjang 30 cm ke
atas. Lalu lubangi dengan
solder pada bagian atas
sesuai bagian ujung kran
1
angin inci, dengan arah
4
bagian yang runcing keluar
dari tong. Jangan lupa
untuk merapikan lubang
dengan karter dan amplas
agar mencegah kebocoran.
 Masukan ujung kran angin
1
inci dengan arah bagian
4
yang runcing keluar dari
tong. Pastikan lubang tidak
mengalami kebocoran.
21

No Gambar Penjelasan
1
 Ambil selang inci . L alu
4
pasang kran angin satunya
lagi ke selang karet, dimana
yang berhubungan dengan
selang adalah bagian kran
yang besar. Namun, karena
ujung selang tidak muat
maka panaskan selang
dengan korek gas sehingga
dapat masuk antara selang
dengan kran angin.
 Satukan ujung selang
dengan ujung kran angin
yang ada di tong.
Kemudian lem semua
bagian yang dianggap
rawan bocor dengan lem
korea dan lem paralon serta
solatip.
22

2. Pembuatan pipa untuk  Langkah yang pertama cari


pengeluaran cairan sisi tong yang berlawanan
biogas sebagai pupuk. dengan selang regulator.
Kemudian cari titik
terendah. Selanjutnya
lubangi pada bagian titik
terendah sesuai ukuran
3
paralon inci dengan
4
menggunakan solder.
Jangan lupa untuk

No Gambar merapikan lubang.


Penjelasan
23

 Potong peralon dengan


ukuran 10 cm, 30 cm, dan 8
cm. Kemudian susun
menjadi seperti huruf “s”
dengan 2 sambungan L dan
satu penutup untuk bagian
atas.
 Potong sambungan paralon
2 sisi, dimana yang
dipotong adalah bagian
salah satu sejauh 2 cm ke
dalam paralon. Fungsinya
adalah sebagai klem pralon
agar tidak terjadi
kebocoran pada paralon
yang masuk ke tong.
 Langkah yang terakhir
adalah menyatukan paralon
berbentuk “S” ke tong
dengan menggunakan klem
yang telah dibuat. Setelah
itu lanjut dengan proses
pengeleman seluruh bagian
kecuali bagian penutup dan
jangan lupa solatip bagian
yang dianggap rawan
bocor.

No Gambar Penjelasan
3. Pembuatan lubang input  Copot terlebih dahulu tutup
24

tong. Kemudian pilih


posisi yang pas untuk
paralon ukuran 4 dim.
Serta cari titik senter paling
tepi dari tutup tong.
Kemudian lubangi tutup
tong sesuai ukuran dan
rapikan lubang dengan
karter serta amplas.
 Tempelkan paralon dengan
tutup tong. Serta jangan
lupa untuk mengelem dan
solatip bagian yang rawan
bocor.

4. Lubang kompresi udara  Buatlah lubang di depan


lubang input. Jangan lupa
untuk merapikan lubang
dengan karter dan amplas.
Serta perhatikan bagian
yang di lubangi kebesaran /
tidak karena dapat
menyebabkan kebocoran.

No Gambar Penjelasan
25

.  Kemudian potong pralalon


3
inci dengan panjang 4
4
cm sebanyak 2 buah. Susun
dan masukan ujung kran
paralon. Lem bagian yang
dianggap rawan bocor serta
jangan lupa untuk menutup
dengan tutup paralon
3
ukuran inci.
4

b. Pembuatan Biogas.
Pembuatan limbah rajungan sebagai biogas pada dasarnya
sama dengan pembuatan biogas dari kotoran sapi. Pada pembuatan
biogas dari limbah rajungan peneliti memanfaatkan kandungan
yang terdapat pada limbah rajungan berupa zat kitin, protein, dan
mineral yang dapat menyediakan tempat dan subtrat yang baik bagi
bakteri metanogen. Namun, bakteri metanogen hanya dapat
dihasilkan oleh kotoran sapi maka peneliti menggunakan kotoran
sapi dengan perbandingan yang sesuai agar dapat memicu bakteri
metanogen. Berikut adalah tahapan serta alat dan bahan yang
diperlukan dalam pembuatan limbah rajungan sebagai biogas.
1) Alat dan Bahan
a) Digester.
26

b) Tong.
c) Timbangan.
d) Alat tumbuk.
e) Kotoran sapi sebanyak 3,8 Kg, berfungsi sebagai pemicu
munculnya bakteri metanogen.
f) Limbah rajungan sebanyak 3,8 Kg.
g) Air sebanyak 7,6 kg atau 5,9487 L.
h) EM4 (Effective Microorganism 4), berfungsi untuk
mengefektifkan suhu di dalam digester untuk menjaga
bakteri metanogenik (Irawan, dan Suwanto., 2016)
2) Tahapan Pembuatan Biogas.
Tabel 4.2 Proses Pembuatan Biogas
No Gambar Tahap Penjelasan
Pembuatan
1. Tahap penghalusan bahan  Haluskan limbah
rajungan dengan
menggunakan alat
tumbuk. Hal ini
dikarenakan cangkang
rajungan yang masih
berbentuk besar.
2. Tahap menimbang bahan  Timbang limbah
yang digunakan sebagai rajungan, air, kotoran sapi
biogas. dan EM4. Perbandingan
yang digunakan adalah 1:
2: 1: 20 (untuk limbah
rajungan, air, kotoran sapi
dan EM4).

No Gambar Penjelasan
27

 Timbanglah limbah
rajungan sebanyak 3,8 kg
sesuai dengan
perbandinganya.

 Timbangkah air sebanyak


7,6 kg atau sebanyak
5,7228 L, sesuai dengan
perbandinganya

 Timbanglah kotoran sapi


sebanyak 3,8 kg, sesuai
dengan perbandinganya.

 Takar EM4 sebanyak 160


ml /setara dengan 1 aqua
gelas.

3. Tahap Pencampuran,  Campurkan semua


Pengadukan, dan bahan yang telah di
Penutupan. timbang ke dalam
digester. Kemudian aduk
seluruh bahan sampai
tercampur rata.

No Gambar Penjelasan
28

 Tutup bagian yang


terbuka yaitu lubang
input, lubang kompresi
udara, saluran regulator,
dan pipa pengeluaran
cairan serta solatip
bagian yang diangap
rawan kebocoran. Selain
itu, lem bagian tutup
tong agar tidak terjadi
kebocoran, dan tunggu
selama 2 minggu.
2. Proses Pengujian Biogas dari Limbah Rajungan
Proses pengujian biogas sendiri memerlukan kompresi dari
oksigen atau udara ( O 2 ). Untuk kompresi udara itu sendiri memerlukan
ruang yang tertutup sehingga pada pengujian ini peneliti
menggunakan balon. Selain itu, penggunaan ruang tertutup juga
membantu mencegah kebocoran yang terjadi pada proses pengujian.
Pada prinsip sederhananya kompresi udara sebenarnya diperlukan
untuk menekan gas metana ( CH 4 ) keluar ke arah lubang regulator dari
digester.
Pada proses pengujian ini diperlukan 2 orang untuk menangani
dan mengawasi dari pengujian, agar tidak terjadi hal-hal tidak
diinginkan. Orang pertama bertugas untuk memasang balon,
mengawasi dan membuka katup kompresi oksigen/udara ( O2 ).
Sementara itu orang kedua bertugas untuk menyalakan biogas
menggunakan korek gas. Dalam proses menyalakan biogas ini,
diperlukan jarak yang agak jauh dari digester agar mecegah rambatan
dari api ke digester. Berikut adalah hasil dari pengujian “Biogas dari
Limbah Rajungan”.
29

Tabel 4.3 Proses Pengujian Biogas


N Gambar Keterangan
O
1.  Pada pengujian pertama
1
kran regulator dibuka
3
bagian dari total
keeseluruhan kran.

2.  Pada pengujian kedua kran


2
dibuka bagian dari total
3
keseluruhan kran.

 Pada pengujian ketiga kran


dibuka secara penuh.

Pada tabel di atas menunjukan tentang beberapa pengujian yang


dilakukan dengan beberapa subtansi atau unsur yang berbeda. Biogas
dari limbah rajungan ini menghasilkan api yang berwarna kuning
kejinggaan. Untuk api yang tidak terkendali sebenarnya di pengaruhi
oleh beberapa faktor, baik faktor lingkungan seperti angin. Selain
faktor lingkungan, api yang tidak terkendali juga dipengaruhi oleh
faktor internal. Faktor tersebut adalah terlalu banyaknya gas yang
dihasilkan karena terdapat substrat yang baik. Oleh sebab itu, saat gas
30

tersebut dikompresi maka akan keluar gas cukup banyak yang


menyebabkan api yang tidak terkendali.

3. Hasil Angket
Melalui metode angket, peneliti memberi 10 pertanyaan kepada 5
responden. Pertanyaan tersebut terdiri atas 8 mengenai biogas dari
limbah rajungan dan 2 pertanyaan mengenai uji organoleptik tentang
biogas dari limbah rajungan. Hasil angket yang diperoleh adalah
sebagai berikut:
a. Pertanyaan
1) Apakah anda mengetahui tentang apa itu biogas?
Berikut adalah jawaban dari responden yang dijadikan diagram
lingkaran :

Digram 4.1 Hasil Pertanyaan 1


Dari beragram jawaban pada diagram di atas, semua
responden menjawab iya. Artinya semua responden sudah
mengetahui tentang biogas.
2) Apakah anda sudah menggunakan biogas untuk memasak?
Berikut adalah jawaban dari responden yang dijadikan diagram
lingkaran :
31

Diagram 4.2 Hasil Pertanyaan 2


Dari jawaban pada diagram di atas, memperlihatkan
bahwa biogas masih belum berkembang dengan baik dikalang
masyarakat. Hal tersebut menunjukan kurangnya inovasi
masyarakat dalam pengolahan limbah atau sumber daya alam
di sekitar lingkungan tempat tinggal mereka.
3) Sudah berapa lama anda menggunakan biogas dari limbah
rajungan?
Berikut adalah jawaban dari responden yang dijadikan diagram
lingkaran :

40%
1 hari
2 hari
3 hari
60%

Diagram 4.3 Hasil Pertanyaan 3


Menurut diagram lingkaran di atas, jawaban dari para
responden beragam. Dari diagram tersebut pada daerah yang
berwana biru dapat diketahui, terdapat 3 responden atau sekitar
60% yang telah menggunakan biogas dari limbah rajungan
selama 1 hari. Kemudian pada daerah yang berwarna orange
diketahui terdapat 2 responden atau sekitar 40% yang telah
menggunakan biogas dari limbah rajungan selama 2 hari.
4) Apakah ketika menggunakan biogas dari limbah rajungan,
anda mengalami beberapa masalah seperti asap terlalu banyak,
api kurang terkontrol, tidak tau cara pengoprasian, dan lain
lain?
32

Berikut adalah jawaban dari responden yang dibuat dalam


bentuk tabel :

Tabel 4.4 Penyataan dari Responden Mengenai Masalah


yang Dialami
NO Responden Pernyataan
1. Responden 1 Mengalami masalah terhadap api
yang tidak terkontrol.
2. Responden 2 Tidak mengalami masalah, dan
berjalan dengan lancar.
3. Responden 3 Mengalami masalah terhadap bau
yang ditimbulkan dari biogas.
4. Responden 4 Sejauh ini tidak mengalami masalah.
5. Responden 5 Mengalami masalah terhadap bau dan
api yang tidak terkendali.
5) Apakah anda mengalami beberapa masalah yang lebih parah,
silahkan anda isi di bawah.
Berikut adalah jawaban dari responden yang dibuat dalam
bentuk tabel :
Tabel 4.5 Penyataan dari Responden Mengenai Masalah
yang Parah
NO Responden Pernyataan
1. Responden 1 Mempunyai ketakutan mengenai
bahaya dalam penggunaan biogas,
seperti: kebakaran, terjadi ledakan,
dan api yang terlalu besar.
2. Responden 2 Tidak mengalami masalah yang
serius.
3. Responden 3 Tidak ada masalah yang begitu parah.
4. Responden 4 Tidak ada.
5. Responden 5 Takut dalam pengoprasianya karena
33

menggunakan alat yang sederhana.

6) Apakah anda lebih nyaman menggunakan biogas dari limbah


rajungan atau gas LPG?
Berikut adalah jawaban dari responden yang dijadikan diagram
lingkaran :

Iya

40%
Belum

60%
Tidak sama sekali

Diagram 4.4 Hasil Pertanyaan 6


Menurut diagram lingkaran di atas, diagram tersebut
menjelaskan pada daerah yang berwana biru dapat diketahui,
terdapat 2 orang responden atau sekitar 40% yang nyaman
terhadap penggunaan biogas dari limbah rajungan. Kemudian
pada daerah yang berwarna orange diketahui terdapat 3
responden atau sekitar 60% yang belum nyaman terhadap
penggunaan biogas dari limbah rajungan.
7) Apakah inovasi biogas dari limbah rajungan merupakan
inovasi yang tepat ?
Berikut adalah jawaban dari responden yang dibuat dalam
bentuk tabel :
Tabel 4.6 Penyataan Tentang Inovasi Limbah Rajungan
Biogas.
34

NO Responden Pernyataan
1. Responden Inovasi dari pemanfaatan limbah
1 rajungan sangat tepat karena di harapkan
dapat menggantikan gas bumi yang
suatu saat habis dan kadang juga gas
sulit didapatkan di hari-hari tertentu.
No Responden Pernyataan
2. Responden Menurut pendapat saya inovasi ini
2 sangat membantu mengembangkan
beberapa daerah yang tidak terjangkau
oleh gas elpiji. Inovasi ini bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan mereka,
dengan sumber daya yang ada di
masing-masing daerah, untuk membuat
gas sendiri.
3. Responden Inovasi ini sangat membantu
3 mengurangi limbah-limbah yang
8) dibuang sembarangan seperti limbah dari
industri rajungan.
4. Responden Inovasi tepat karena dapat membantu
4 menjaga pasokan gas bumi.
5. Responden Inovasi ini membantu menjaga
5 lingkungan dari pencemaran lingkungan
yang disebabkan industri, salah satunya
pada industri rajungan.

Apa anda memiliki kritik dan saran tentang biogas dari limbah
rajungan? Silahkan anda isi di bawah!
Berikut adalah jawaban dari responden yang dibuat dalam
bentuk tabel :
35

Tabel 4.7 Penyataan dari Responden Mengenai Kritik dan


Saran
NO Responden Pernyataan
1. Responden Tidak ada.
1
2. Responden Untuk pengembangan selanjutnya
2 diharapkan menggunakan yang lebih
safety dan aman.
No Responden Pernyataan
3. Responden Belum ada kritik dan saran tentang
3 “Pemanfaatan Limbah Rajungan
Sebagai Biogas”.
4. Responden Belum ada kritik dan saran karena
4 menurut saya ini merupakan inovasi
b. sangat kreatif, inovatif, dan
Uji bermanfaat
5. Responden Untuk pembuatan digester kedepanya
5 lebih baik, dengan menggunakan alat
yang bermutu dan safety untuk
mencegah terjadinya kebakaran atau
yang hal-hal yang tidak diinginkan.

Organoleptik
1) Apa warna api yang dihasilkan biogas dari limbah rajungan?
Berikut adalah jawaban dari responden yang dijadikan diagram
lingkaran :

Biru
20%

Merrah dengan ujung


biru

Kuning kejinggaan

80%
Merah
36

Diagram 4.5 Hasil Pertanyaan 9


Dari diagram di atas dapat diketahui bahwa 4 responden
atau sekitar 80% berpendapat bahwa api yang dihasilkan saat
proses pengujian memiliki warna kuning kejinggan.
Sedangkan, 1 responden atau sekitar 20% berpendapat bahwa
api yang dihasilkan berwarna merah. Api yang berwarna
kuning kejingaan merupakan api yang cukup panas, namun
tidak sepanas api berwarna biru.
2) Apakah penggunanan Biogas dari limbah rajungan
menimbukan aroma?
Tabel 4.8 Penyataan Responden Tentang Bau dari Biogas
limbah rajungan.
NO Responde Pernyataan
n
1. Responde Tidak ada.
n1
2. Responde Pada saat pengujian tercium bau yang
n2 tidak enak. Bau tersebut tercium pada saat
selesai pengujiang yang disebabkan oleh
kran yang tidak segera ditutup.
3. Responde Tidak ada.
n3
4. Responde Tidak ada aroma yang tercium saat proses
n4 pembakaran.
5. Responde Pada saat pengujian tercium bau yang
n5 tidak enak pada saat awal akan
dinyalahkan apinya dan pada saat setelah
dipadamkan apinya. Namun, hal tersebut
disebabkan oleh kran tidak segera ditutup.
37

B. Pembahasan
Limbah rajungan yang terdiri dari cangkang, jeroan, dan kotoran
ternyata memiliki manfaat. Salah satu bentuk manfaatnya adalah dapat
dimanfaatkan sebagai biogas. Dengan pengolahan limbah rajungan sebagai
biogas diharapkan dapat mengurangi pencemaran lingkungan. Pembuatan
limbah rajungan sebagai biogas dimulai dari pembuatan “digester”.
Pembuatan “digester” sendiri memerlukan alat dan bahan yang cukup
banyak. Alat dan bahan yang digunakan seperti solder, solatip, gergaji
paralon, lem (lem paralon dan lem korea), karter, amplas ukuran 60, dan
lain-lain sesuai dengan pembahasan di atas. Alat dan bahan tersebut
kemudian digunakan untuk membuat selang regulator, pipa untuk
pengeluaran cairan biogas sebagai pupuk, lubang input, dan lubang
kompresi udara sesuai dengan cara yang ada di atas.
Pada pembuatan “digester” ini terdapat beberapa kendala yang
dihadapi. Salah satu kendala yang dihadapi adalah khawatir akan
terjadinya kebocoran pada “digester” yang disebabkan beberapa lubang
yang ada di “digester” kurang tertutup dengan baik. Hal tersebut dapat
menyebakan udara dari dalam “digester” (biogas) dapat keluar sehingga
memicu baik kebakaran saat pengujian atau bahkan biogas yang tidak jadi
akibat gasnya habis. Oleh sebab itu, pada proses pembuatan “digester” ini
diperlukan ketelitian lebih terutama pada pembuatan lubang dan
sambungan agar “digester” dapat tertutup dengan rapat. Selain itu,
“digester” yang tertutup dengan rapat dapat mencegah terjadinya efek gas
rumah kaca (Mardatila, 2020).
Pembuatan biogas sebenarnya cukup sederhana yaitu dengan
memasukan beberapa bahan ke dalam “digester”. Bahan yang diperlukan
adalah limbah rajungan, kotoran sapi, air, dan EM4 (Effective
Microorganism 4). Fungsi dari EM4 dalam pemanfatan limbah rajungan
sebagai biogas adalah mengefektifkan suhu di dalam “digester” untuk
menjaga bakteri metanogenik (Irawan, dan Suwanto., 2016). Pada proses
ini yang dilakukan pertama kali adalah penghalusan cangkang rajungan.
38

Hal ini dikarenakan beberapa faktor yaitu bentuk dari limbah rajungan
yang cukup besar dan agar limbah rajungan cepat terurai oleh
mikroorganisme sehingga limbah rajungan dapat menjadi substrat yang
baik bagi bakteri metanogenik.
Langkah selanjutnya adalah menimbang semua bahan, dengan
perbandingan 1: 2: 1: 20 (untuk limbah rajungan, air, kotoran sapi dan
EM4). Perbandingan tesebut merupakan perbandingan umum yang
digunakan untuk pembuatan biogas dari kotoran sapi yaitu 1: 1: 20, untuk
kotoran sapi, air, dan EM4 (Ridlo, 2017). Berdasarkan perbandingan
tersebut kemudian dirubah dan disesuaikan menjadi 1: 2: 1: 20 (untuk
limbah rajungan, air, kotoran sapi dan EM4). Hal ini dikarenakan tujuan
dari kotoran sapi hanya sebagai pemicu munculnya bakteri metanogenik
maka perbandingan limbah rajungan dan kotoran sapi adalah 1: 1
(setengah dari air baik limbah rajungan dan kotoran sapi).
Setelah ditimbang sesuai perbandingan yaitu limbah rajungan
sebanyak 3,8 kg, air sebanyak 7,6 kg atau sebanyak 5,7228 L, kotoran sapi
sebanyak 3,8 kg, dan EM4 sebanyak 160 ml kemudian dicampur satu per
satu ke dalam “digester”. Langkah selanjutnya campuran tersebut diaduk
di dalam “digester” kemudian ditutup rapat semua bagian yang berlubang.
Kendala pada proses pembuatan biogas ini adalah berupa bau yang cukup
menyengat apalagi ketika memasukan kotoran sapi dengan limbah
rajungan. Tetapi, pada saat penambahan EM4 bau tersebut menjadi sedikit
berkurang. Bau tersebut dapat terjadi karena dua faktor yaitu kotoran sapi
dan limbah rajungan. Untuk limbah rajungan itu sendiri pada keadaan
segar tidak terdapat bau asing (bau minyak tanah, solar, amonia, dan lain-
lain) (Purwaningsih, dkk., 2005). Namun, peneliti mendapatkan limbah
rajungan pada sore hari sehingga limbah rajungan yang diperoleh telah
mengalami pembusukan dan menimbulkan bau yang cukup menyengat.
Untuk bau yang ditimbulkan kotoran sapi disebabkan oleh kandungan gas
metana yang dapat memicu bakteri metanogenik, apalagi peneliti
39

mendapatkan kotoran sapi yang masih baru dimana kadar gas metannya
cukup tinggi (panas).
Proses pengujian sendiri merupakan proses yang sebenarnya cukup
sederhana, namun memiliki tingkat risiko yang cukup tinggi. Oleh karena
itu, pada proses pengujian percobaan ini diperlukan bantuan orang lain
terutama dalam mengatur kompresi udara ke dalam “digester”. Pada
proses pengujian ini juga terdapat beberapa kendala yang dialami yaitu api
yang tidak terkendali. Api yang tidak terkendali sebenarnya dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti angin yang terlalu kencang pada proses
pengujian, pembukaan kran kompresi yang terlalu besar, dan pembukaan
kran regulator yang terlalu besar. Selain itu, banyaknya biogas juga
berpengaruh terhadap api yang tidak terkendali. Biogas tersebut dapat
berkembang dengan banyak karena limbah rajungan mengandung protein,
mineral, dan kitin yang merupakan substrat baik bagi bakteri metanogenik.
Hal tersebut dapat menyebakan gas yang dihasilkan terlalu banyak
sehingga pada saat gas tersebut dikompresi menyebabkan api tidak
terkendali.
Pemberian angket kepada responden tentang pemanfaatan limbah
rajungan sebagai biogas memiliki sambutan yang cukup baik. Anket yag
diberikan kepada reponden terdiri 8 pertanyaan tentang “Biogas dari
Limbah Rajungan” dan 2 pertanyaan mengenai uji organoleptik.
Responden yang merupakan penduduk pedesaan sebagian besar sangat
berantusias dalam melakukan uji coba dan pengisian angket. Berdasarkan
angket yang telah diberikan kepada responden dapat dikemukakan
pembahasan sebagai berikut :
1. Pertanyaan Tentang“Biogas dari Limbah Rajungan”
a. Pertanyaan pertama, “Apakah anda mengetahui tentang apa itu
biogas?”.
Jawaban responden, semua menjawab “ya”. Hal ini
menunjukan bawah seluruh responden telah mengetahui tentang
“apa itu biogas”. Secara umum mereka mengetahui bahwa
40

limbah dari makluk hidup (kotoran ternak) dalam proses


penguraian dapat diolah menjadi “biogas”. Pengetahuan
masyarakat desa tentang biogas lebih didasarkan pada pemikiran
sederhana dan pengalaman empirik dalam kehidupan sehari-hari
di lingkungan pedesaan. Berdasarkan pengalaman masyarakat
desa yang menimbun kotoran ternaknya untuk dibuat pupuk
kendang, dapat diketahui bahwa dalam proses pembongkaran
pupuk tersebut akan mengeluarkan gas yang berupa suhu panas
dan bau menyengat.
Suhu panas dan bau yang ditimbulkan dari proses
pembuatan pupuk kendang (kotoran ternak dan limbah rajungan)
memberikan pemahaman sederhana kepada masyarakat tentang
biogas. Tetapi penduduk desa termasuk respoden belum
memanfaatkan biogas untuk keperluan sehari-hari, karena belum
memiliki pengetahuan tentang pemanfaatan teknologi biogas.
b. Pertanyaan kedua, “Apakah anda sudah menggunkan biogas
untuk memasak?”.
Semua responden yang menjadi subjek penelitian
menjawab belum pernah menggunakan biogas untuk memasak.
Hal ini lebih disebabkan belum adanya upaya inovatif dari
masyarakat untuk memanfaatkan limbah baik kotoran ternak
maupun sisa pengolahan rajungan.
Limbah rajungan yang melimpah oleh masyarakat desa
belum dimanfaatkan secara maksimal. Buktinya masih banyak
ditemukan limbah rajungan yang dibuang ke sungai atau sawah.
Limbah rajungan yang dibuang sembarangan dapat menyebabkan
pencemaran baik pencemaran air, tanah, dan udara. Sehingga
diperlukan adanya inovasi dalam pemanfaatkan limbah rajungan
baik menggunakan cangkang, jeroan dan kotorannya.
Pemanfaatan limbah rajungan untuk membuat biogas
mempunyai nilai ekonomi yang sangat menguntungkan bagi
41

masyarakat desa, karena bahan baku yang tersedia malimpah.


Pemanfaatan limbah rajungan oleh masyarakat sebagai biogas
merupakan upaya inovasi yang tepat karena kandungan protein,
mineral, dan kitin yang tinggi akan banyak membantu proses
pembentukan biogas.
c. Pertanyaan ketiga, “Sudah berapa lama anda menggunakan biogas
dari limbah rajungan?”.
Jawaban dari para responden sangat beragam, yaitu
sebanyak 3 responden atau sekitar 60% telah menggunakan
biogas dari limbah rajungan selama 1 hari. Selain itu, terdapat 2
responden atau sekitar 40% yang telah menggunakan biogas dari
limbah rajungan selama 2 hari. Responden menggunakan biogas
dari limbah rajungan setelah peneliti mengadakan percobaan
pembuatan biogas dengan alat digester sederhana.
Hal tersebut menunjukan bahwa tingkat kenyamanan dan
keamanan saat penggunaan biogas dari limbah rajungan untuk
kegiatan sehari hari cukup tinggi. Pernyataan tersebut didasarkan
dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, setelah
melakukan uji coba terhadap biogas dari limbah rajungan kepada
responden. Selain itu, para responden juga memberikan respon
yang baik mengenai pemanfaatan limbah rajungan sebagai biogas
dengan mau menggunakan biogas baik 1 hari atau bahkan 2 hari.
d. Pertanyaan keempat, “Apakah ketika menggunakan biogas dari
limbah rajungan, anda mengalami beberapa masalah seperti asap
terlalu banyak, api kurang terkontrol, tidak tau cara pengoprasian,
dan lain lain?”.
Berdasarkan jawaban dari responden terdapat 3 responden
yang mengalami masalah dan ada 2 responden yang tidak
mengalami masalah. Masalah yang dialami 3 reponden tersebut
cukup beragam antara lain api yang tidak terkontrol dan bau yang
cukup menyengat. Api yang tidak terkontrol sendiri sebenarnya
42

dipengaruhi oleh beberapa faktor. Secara umum faktor yang


mempengaruhi api yang tidak tekendali seperti angin yang terlalu
kencang pada proses pengujian, pembukaan kran kompresi yang
terlalu besar, dan pembukaan kran regulator yang terlalu besar.
Untuk faktor yang mempengaruhi api yang tidak terkendali
pada saat responden melakukan uji coba terhadap biogas adalah
terlalu banyaknya biogas yang dihasilkan. Hal ini dikarena limbah
rajungan mengandung protein, mineral, dan kitin yang merupakan
substrat baik bagi bakteri metanogenik. Hal tersebut dapat
menyebakan gas yang dihasilkan terlalu banyak sehingga pada
saat gas tersebut dikompresi menyebabkan api tidak terkendali
walaupun sudah mengunakan kompor gas untuk menyalakan.
Selain itu, untuk bau tidak enak pada saat uji coba
ditimbulkan dari percampuran limbah rajungan dengan kotoran
sapi. Hal ini dikarenakan limbah rajungan memiliki bau tersendiri
apa bila telah mengalami proses pembusukan dan kotoran sapi
yang pada dasarnya mempunyai bau yang tidak enak. Selain itu,
percampuran limbah rajungan dan kotoran sapi yang ditambah
dengan beberapa bahan seperti air dan EM4 serta didiamkan
selama 2 minggu juga dapat menyebakan bau yang tidak enak.
Namun, bau tersebut masih cukup wajar dan tidak terlalu
menggangu.
e. Pertanyaan kelima, “Apakah anda mengalami beberapa masalah
yang lebih parah, silahkan anda isi di bawah”.
Pada pertanyaan ini sebanyak 2 responden mengalami
beberapa masalah yang serius dan sebanyak 3 reponden yang
tidak mengalami masalah yang berarti. Masalah serius yang
dialami oleh responden sangat beragram contohnya “Mempunyai
ketakutan mengenai bahaya dalam penggunaan biogas seperti
kebakaran, terjadinya ledakan, dan api yang terlalu besar”. Selain
itu responden yang lain juga mempunyai masalah seperti “Takut
43

dalam pengoprasiannya karena menggunaan alat yang sederhana”.


Untuk masalah yang dialami oleh 2 responden ini sebenarnya
adalah sebuah kekhawatiran terhadap alat sederhana yang
digunakan untuk pengujian.
Alat yang digunakan peneliti sebenarnya memanfaatkan
limbah dan alat yang ada disekitar dengan tujuan ekonomis.
Dalam proses pengujiannya baik yang dilakukan peneliti maupun
responden yang lainnya menganggap bahwa alat yang digunakan
sebenarnya cukup aman. Selain itu, peneliti telah melakukan
langkah-langkah pencegahan untuk mengurangi risiko baik
terjadinya kebakaran dan ledakan dengan memanjangkan selang
regulator, tujuanya adalah agar “digester” tidak tersulut oleh api.
Peneliti juga berhati-hati dalam pembuatan digester dengan
menjaga setiap lubang yang dibuat tertutup rapat agar tidak
terjadinya kebocoran.
Selain itu, sifat biogas yang terbuat dari limbah rajungan
yang mengandung bakteri dengan proses fermentasi secara
aneaerobik menghasilkan gas yang lebih ramah lingkungan dan
gas yang dihasilkan lebih cenderung aman. Namun, diperlukan
pengembangan lebih lanjut terutama dalam pembuatan “digester”
dan penyempurnaan komposisi rajungan agar memberikan rasa
lebih nyaman dan aman terutama kepada responden.
f. Pertanyaan keenam, “Apakah anda lebih nyaman menggunakan
biogas dari limbah rajungan atau gas LPG?".
Berdasarkan angket yang telah diberikan kepada responpen
dapat diketahui terdapat 2 orang responden atau sekitar 40% yang
nyaman terhadap penggunaan biogas dari limbah rajungan. Selain
itu, juga terdapat sekitar 3 responden atau sekitar 60% yang
belum nyaman terhadap penggunaan biogas dari limbah rajungan.
Responden yang menggunakan biogas limbah rajungan secara
umum merasa nyaman. Tetapi kalau dibandingkan dengan
44

penggunaan gas LPG sudah barang tentu responden merasa lebih


nyaman gas LPG. Hal ini dikarena responden sudah sangat
familier dan sudah lama menggunakan LPG yang lebih efisien.
Selain itu, gas LPG telah melalui riset, uji coba dan
pengembangan yang sangat sempurna sedangkan biogas limbah
rajungan masih dalam taraf uji coba.
g. Pertanyaan ketujuh, “Apakah inovasi biogas dari limbah rajungan
merupakan inovasi yang tepat?”.
Responden memberikan respon positif dengan adanya inovasi
biogas dari limbah rajungan. Mereka lebih menitik beratkan
bahwa inovasi ini tepat untuk menggantikan gas bumi yang suatu
saat habis, gas yang terkadang sulit untuk didapatkan, untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat yang berada di daerah yang
belum terjangkau oleh gas, mengurangi limbah-limbah industri,
menjaga pasokan gas bumi, dan membantu menjaga lingkungan
dari pencemaran limbah industri.
Dengan adanya respon positif dari responden ini menadakan
bahwa antusias, baik responden atau masyarakat terhadap inovasi
ini terutama di era sekarang yang semakin lama gas bumi yang
semakin habis ditambah pecemaran udara/bau, air, dan tanah oleh
limbah industri yang semakin banyak serta pemenuhan kebutuhan
gas untuk daerah tertentu. Maka inovasi ini sangat tepat untuk
dikembangkan lebih lanjut dengan tujuan yang baik.
h. Pertanyaan kedelapan, “Apa anda memiliki kritik dan saran
tentang biogas dari limbah rajungan? Silahkan anda isi di
bawah!”.
Berdasarkan jawaban dari para responden didapatkan hasil
sebanyak 3 orang reponden tidak memberikan kritik dan saran
sedangkan sebanyak 2 responden memberikan kritik dan saran.
Responden yang memberikan kritik dan saran ini menitik
beratkan pada saat pengembangan lebih lanjut agar menggunakan
45

alat yang lebih bermutu, safety, dan aman. Tujuanya adalah agar
memberikan rasa aman dan nyama baik dalam proses pembuatan
dan proses penggunaan biogas.
Proses pembuatan dan penggunaan biogas yang lebih
efektif dengan komposisi unsur-unsur yang tepat akan
menghasilkan gas yang berkualitas dan aman untuk digunakan.
Selain itu, dengan menggunkan alat yang lebih bermutu
diharapkan hasil yang diperoleh lebih baik.
2. Uji Organoleptik
a. Pertanyaan kesembilan, “Apa warna api yang dihasilkan biogas
dari limbah rajungan?”.
Berdasarkan jawaban para responden dalam angket dapat
diketahui bahwa 4 responden atau sekitar 80% berpendapat
bahwa api yang dihasilkan saat proses pengujian memiliki warna
kuning kejinggan. Sedangkan, 1 responden atau sekitar 20%
berpendapat bahwa api yang dihasilkan berwarna merah. Dari
angket tersebut dapat diketahui bahwa api yang dihasilkan pada
proses pengujian biogas ini berwana kuning kejinggaan. Api yang
berwarna kuning kejingaan ini sebenarnya api yang cukup panas
dimana suhunya berada dikisaran 1200 hingga 1500 ° C . Namun,
api tersebut tidak begitu panas dari pada api yang berwarna biru
(Galeshita, 2020).
Api yang berwarna kuning kejinggaan sebenarnya
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pemilihan kran
regulator. Pemilihan kran regulator dapat berpengaruh terhadap
warna api karena memiliki ujung kran yang terlalu besar. Kran
yang terlalu besar ini menyebabkan pembakaran di ujungnya
menjadi kurang sempurna sehingga api cenderung berwarna
kuning kejinggaan. Selain itu, ujung dari permukaan juga
mempengaruhi warna api dimana lebih baik menggunakan ujung
yang runcing (lancip). Hal ini didukung oleh alat las karbit
46

(Brander las). Brander las ini merupakan ujung las karbit yang
fungsinya sama dengan kran regulator (biogas). Api yang
dihasilkan oleh brander las ini berwarna biru karena ujungnya
berupa permukaan yang lancip dan memiliki ujung yang cukup
kecil.
b. Pertanyaan kesepuluh, “Apakah penggunanan Biogas dari limbah
rajungan menimbukan aroma?”.
Berdasarkan jawaban dari respoden dapat diketahui bahwa
terdapat 3 responden yang tidak mencium aroma. Selain itu
terdapat 2 responden yang mencium aroma yang tidak sedap.
Responden tersebut menyebutkan bahwa mereka mencium bau
pada saat pengujian terutama pada saat akan dinyalakan dan pada
saat akan dipadamkan, hal ini disebabkan oleh kran pembuka gas
tidak segera ditutup.

Aroma yang ditimbulkan ini timbul lebih kuat pada saat


percobaan oleh peneliti karena pembukaan gas dan penyalaan api
menggunakan cara manual. Tetapi pada saat responden uji coba
untuk memasak menggunakan kompor gas aroma yang
ditimbulkan lebih berkurang karena penyalaan api secara
otomatis.
Dangan demikian penelitian tentang pembuatan biogas dari limbah
rajungan telah berhasil dilakukan dengan baik, walaupun masih banyak
kekurangan dan kendala. Peneliti yakin bahwa pembuatan biogas limbah
rajungan ini kedepannya dapat dikembangkan dan disempurnakan secara
maksimal. Tujuannya sebagai sebuah trobosan yang memiliki nilai
manfaat dan nilai ekonomi yang tinggi bagi masyarakat pedesaan serta
membantu menjaga kelestarian lingkungan sekitar.
47

Anda mungkin juga menyukai