Anda di halaman 1dari 11

BUDIDAYA TEMBAKAU

Dalam kegiatan bercocok tanam tembakau, agar tidak mengecewakan


beberapa kegiatan yang dikerjakan pada usahatani tembakau adalah
sebagai berikut :

1. Pengolahan Tanah

Pada dasarnya tujuan dari pengolahan tanah adalah menciptakan


prakondisi untuk memacu pertumbuhan tanaman.  Pengolahan tanah
menggunakan cangkul,  bajak atau handtraktor.  Tanah yang sudah diolah
dibiarkan 1 (satu) minggu agar inokulum/bibit hama, penyakit  yang ada
dalam tanah mati dan gulma dapat mati/kering  terkena sinar matahari.

Pada hari ketuju setelah tanah dibuka/diolah pertama ditaburi dengan


pupuk organic atau pupuk kandang sebanyak 10 hingga 20 ton per hektar
kemudian diolah terakhir (pengahusan) lahan/tanah kemudian biarkan satu
minggu lagi agar pupuk kandang/pupuk organic terserap merata oleh
tanah.  Jadi tanah setelah diolah dibiarkan terkena sinar matahari hingga
dua minggu.

1. Pembibitan
2. Lokasi Pembibitan

 Tempat harus cukup terbuka, mendapat sinar matahari cukup


terutama pagi hari
 Lapisan tanahnya cukup tebal, subur, daya menahan air dan
berdrainase baik,
 Dekat dengan sumber air untuk memudakan penyiraman
 Agak jauh dari pemukiman untuk menghindari gangguan hewan
peliharaan dan hama lainnya.
 Bukan tanaman se-familie

1. Bibit yang Memenuhi Syarat

 Ukuran (tinggi) 10-12,5 cm, jumlah daun 5 lembar


 Tidak terlalu subur (sukulen) dan tidak terlalu kurus
 Perakaran baik
 Sehat, bebas hama dan penyakit
 Umur bibit antara 40 – 45 hari.

1. Penanaman

Untuk menjamin pertumbuhan tanaman yang seragam diusahakan


menanam bibit yang seragam umur dan besarnya, kemudian setiap lubang
tanam diberi pupuk kandang/organic masak sebagak 5 (lima) kg.   Apabila
waktu penanaman kondisi iklim panas, maka lubang tanam disiram lebih
dahulu sebelum ditanami.

Untuk mencegah serangan hama pada bibit yang baru ditanam, sebagian
disekitar lubang tanam ditaburi furadan 3 G dengan dosis 2 gr setiap
tanaman.  Waktu tanam sebaiknya sore hari, pukul 17.00- 19.30, untuk
menghindari bibit terkena terik sinar matahari yang dapat menyebabkan
kelayuan.  Penanaman diusahakan agar bibit tidak terlipat dan batang tidak
patah.  Pada tanah tersebut diberi lubang dengan jari telunjuk sedalam 4
cm sebagai lubang tanam yang diberi pupuk kandang/pupuk organik.  Hal
ini agar pangkal batang dan akar melekat baik dengan tanah, selanjutnya
siram sedikit air.  

Sistem tanam yang digunakan berkaitan dengan ketersediaan air dan suhu
udara.  Bila tersedia air irigasi atau banyak hujan/hari hujan tinggi,  maka
sistem tanam yang diterapkan adalah single row (satu baris)  dalam satu
guludan dengan jarak tanam      (JT) 90 cm x 60 cm,  sedangkan bila suhu
udara kering dan air irigasi terbatas maka system tanam yang baik adalah
double row (dua baris) dalam satu guludan.

Jarak tanam lebar menghasilkan daun tebal, luas dan nikotin tinggi
sedangkan jika Jarak Tanam rapat/sempit, maka akan menghasilkan daun
tembakau tipis, sempit/kecil dan kandungan nikotin rendah.

1. Waktu Tanam

 Waktu tanam dapat dimulai awal musimkemarau untuk menghindari


genangan air dan paling lambat 12 dasarin sebelum akhir musim kemarau. 
Tanam tembakau pada periode kering diperlukan air irigasi untuk
memenuhi kebutuhan air tanaman.    Dalam skala operasional
pengelolaam tanam diperlukan informasi perkiraan cuaca kemarau maju
atau mundur ataukah lebih kering atau lebih basah dari keadaan normal. 
Informasi tersebut diharapkan telah diketahui sebelum menebar benih
tembakau juga saat menjelang panen.

2. Jarak Tanam

Jarak tanam disesuaikan dengan kesuburan tanah, sedangkan jarak tanam


umum yang digunakan adalah 45-60 cm  atau 90 – 140 cm.

1. Pemeliharaan

1. Pemupukan

Terlebih dahulu buat lubang atau tugal disekitar tanaman kemudian


masukkan pupuk dalam lubang tanam tersebut sehingga pupuk diserap

 Oleh tanaman tembakau dan tidak hilang/hanyut oleh hujan.  Untuk


perumbuhan yang optimal, maka tanaman tembakau akan menyerap unsur
hara tertentu dalam tanah berdasarkan jenis tanah, mutu/kualitas
tembakau (kandungan Tar dan Nikotin),  lihat d ibawah ini.

1. Tanah Berat (Vertisol) atau Tanah Liat

 Kebutuhan Unsur N :  40-50 kg N/ha, atau 200-250 kg.ha


 Kebutuhan unsur P  :  70 kg P2O5, yang dapat dipenuhi dengan 200
kg SP36/ha.  Pupuk ini diberikan sebelum atau menjelang tanam.
 Kebutuhan unsur K  :  pemberian unsur K dapat bersamaan dengan
pemberian unsure (menghasilkan mutu daun tembakau berkualitas
tinggi diperlukan unsur (K) 3 kali lebih besar disbanding untuk
pertumbuhan normal.  Unsur K dapat dipenuhi dengan KNO3 atau
unsur (K) yang lain.

1. Tanah Ringan
Kebutuhan Unsur N   :  60-70 kg N/ha, yang dibeikan 2 kali seperti tanah
berat.  Bila terjadi hujan yang cukup tinggi setelah pemupukan      

Perlu tambahan unsur/pupuk  N antara 10-15 kg/ha, untuk menggantikan,


kehilangan/pencucian unsure N dari daerah perakaran.

1. Kebutuhan unsur P  :  lebih rendah dari pada tanah berat, karena


fraksi mengingat P lebih kecil. Pupuk/unsur P diperlukan sekitar 45
kg P2O5, yang dapat dipenuhi dengan 100 kg SP36/ha.  Pupuk ini
diberikan sebelum atau menjelang tanam.
2. Kebutuhan unsur K  :  pemberian unsur K dapat bersamaan dengan
pemberian unsure dengan dosis sekitar 150-200 kg K2O/ha dan
pemupukan unsur Magnesium (Mg) 30 kg Mg/ha.  Hal ini disebabkan
tanah ringan ketersediaan  unsur Mg rendah.

Waktu Pemupukan :

Pemupukan  I  :  pada umur tanaman 7-10 hari setelah tanam dengan cara
tugal kurang lebih 5 cm disisi tanaman, kemudian ditutup dengan tanah. 
Dosis sesuai anjuran.  Setelah pemupukan dilanjutkan dengan
pendangiran/pembumbunan I (saat tanaman umur 7-10 hari).

Pemupukan  II  :  Pada umur 21 – 25 hari setelah tanam dengan cara tugal
10-15 cm disisi tanaman (sejajar dengan bagian terluar daun tembakau). 
Kemudian dilanjutkan dengan pendangiran/pembumbunan II, daun pasir
dan koseran dibuang dan timbun tanah.

Penting diingat :

Tanaman tembakau tidak boleh diberikan pupuk yang ada kandungan 


klor-nya (Cl) seperti : ZA, ZK, NPK Phonska, SP36, NPK Kebo Mas

Pemupukan dengan Dosis N rendah akan menghasilkan daun sempit,


tipis, total hasil dan kandungan nikotin rendah.

 
Pemupukan dengan Dosis N tinggi akan menghasilkan daun tebal, lebar,
total hasilberat dan nikotin tinggi

Pemupukan dengan Dosis N terlalu tinggi, daun menjadi keropos dan


hasil panen tidak laku.

2. Pengairan

Tanaman tembakau ditanam mengalami musim kering/kemarau, sehingga


pengairan dan penyiraman sangat diperlukan, agar kebutuhan air tanaman
tembakau terpenuhi.  Tanaman yang memperoleh  cukup air, maka akan
diperoleh pertumbuhan daun tembakau maksimal 400-600 mm, rajangan
daun tembakau berwana terang, berkadar  minyak, mengandung nikotin,
alkaloid dan N total lebih rendah.  Sedangkan bila  kurang
suplai/persediaan air bagi kebutuhan untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman tembakau maka akan menghasilkan daun
rajangan yang tinggi kandungan karbohidaratnya.

Periode umur tanaman 5-9 minggu (mulai setinggi lutut sampai berbunga)
maka akan terjadi pertumbuhan tajuk yang cepat.  Pada periode ini
tanaman tembakau memerlukan air yang cukup banyak guna
mempertahankan kelembaban tanah yang cukup.  Apabila tidak ada tanda-
tanda tanaman layu sebelum jam 11.00, menandakan air tanah masih
cukup sehingga tidak perlu diairi.  Tapi jika kadar air sekitar akar turun
sampai 20%  maka perlu dilakukan pengairan sampai kapasitas lapang. 
Bila umur tanaman 9-12 minggu atau memasuki periode panen atau
pemasakan daun tembakau terjadi kekeringan maka masih perlu dilakukan
pengairan.

Pada saat buka tanah dan atau saat tanam bibit tembakau umur 1-5 hari
setelah tanam terjadi cuaca kering, maka harus dilakukan
penyiraman/dikocor  dengan air sebanyak 2 ltr  pertanaman, disiram pelan-
pelan sehingga tidak menimbuni tanaman.

Saat umur tanaman 20 hari setelah tanam terjadi cuaca kering dilakukan
penyiraman atau pengairan sampai tanah basah, tapi tidak tergenang. 
Tinggi leb pada tanah ½ guludan bagi tanah berat, dan tanah ringan 2/3
guludan.

Apabila umur tanaman 35 hari setelah tanam terjadi kekeringan atau cuaca
sangat kering,  guludan diairi sampai tanah menjadi basah tetapi tidak
tergenang.  Tinggi air leb (pengairan) pada tanah berat 1/3 guludan dan
ditanah ringan 2/3 guludan.

Penyiraman/pengairan ini pada guludan diulan setiap 3-4 hari hingga


tanaman memasuki fase panen (pemasakan daun) jika cuaca
kering/kemarau.

Lokasi pertanaman tembakau tidak ada pengairan dan kuran hujan maka
harus disiram air setiap hari tiap tanaman hingga umur 2 bulan

3. Penyiangan dan Pendangiran (Pembumbunan)

Penyiangan merupakan pengolahan tanah lebih lanjut setelah bibit ditanam


dan selama pertumbuhan tanaman.  Dalam melakukan penyiangan yang
perlu diperhatikan adalah bahwa tembakau berakar dangkal.  Walaupun
tanaman sudah tua sebagian besar berada pada lapisan tanah 30-40 cm
karena,  system akarnya yang dangkal, maka harus hati-hati dalam
melakukan penyiangan, usahakan agar sedikit mungkin terpotongnya akar.

1. Penyiangan pertama, dilakukan setelah tanaman umur 2 minggu.


Tanah kanan kiri barisan tanaman dicangkul sedalam 20 cm dan
tanah

nya dibalik sambil dibalik.

1. Penyiangan kedua, merupakan penyiangan yang lebih ringan,


dilakukan setelah tanaman berumur sekitar 4 minggu. Pada saat ini
tanaman lebih besar dan sistem akar telah berkembang lebih luas. 
Penyiangan dilakukan pada jarak 10 cm dari tanaman agar makin
dangkal.  Pada saat penyiangan ini juga dilakukan pertumbuhan dan
pendalaman kalenan, sehingga guludan barisan tanaman makin
tinggi.

1. Penyiangan terakhir dilakukan saat tanaman menjelang panen


pertama, dengan dicangkul yang cukup dalam.

Dangir/Pembumbunan,   Pembalikan tanah (dangir) pertama dilakukan


pada umur 21 hari setelah tanam.  Pendangiran tidak terlalu dalam,
dilakukan dengan cangkul.  Pertama tanah disekitar tanaman dipecah-
pecah, kemudian gulma dicabut dan dibuang,  selanjutnya bongkahan
tanah dibalik, dihancurkan dan dibumbun disekitar tanaman.

Dangir kedua pada umur 35 hari setelah tanam dengan cangkul, tanah
dikecrik dangkal, kemudia gulma dicabut dan dibuang.  Selanjutnya tanah
dari selokan dicangkul, dihancurkan dan dibumbunkan ke barisan
tanaman.

Apabila setelah pendangiran turun hujan, maka pendangiran diulangi lagi

4. Pemangkasan/Topping dan Penyirungan

Pemangkasan merupakan suatu tindakan budidaya yang sangat


berpengaruh terhadap hasil dan mutu tembakau.  Pemangkasan dilakukan
pada akhir pertumbuhan vegetative, atau pada saat tanaman memasuki
fase generative.  Tanaman yang tidak dipangkas akan memberikan hasil,
mutu, kadar niotin dan kadar gula lebih rendah dibandingkan tanaman
yang dipangkas.  Menurut Tso (1972) nikotin dibentuk pada jaringan
meristematis dibelakang tudung akar, diangkut ke atas melalui xylem dan
diakumulasi didaun.    

Tanaman tembakau merupakan tanaman berbatang tunggal, pada tunas


pucuknya menghasilkan hormone menghambat pertumbuhan tunas-tunas
yang terletak dibawahnya.  Tunas pucuk ini akhirnya berkembang menjadi
karangan bunga.  Apabila karangan bunga ini dibiarkan tumbuh terus
sampai membentuk buah, akan tumbuh tunas samping (sirung) dari ketiak
daun atas.  Sirung ini apabila dibiarkan tumbuh terus juga akan
menghasilkan karangan bunga.

Tujuan pemangkasan adalah mengalihkan pertumbuhan tunas/pucuk atau


karangan bunga dan sirung.  Maka tenaga dan nutrisi yang digunakan
untuk pertumbuhan dan perkembangan vegetative/daun-daun tersisa,
sehingga daun menjadi luas, berat dan berisi.    Pemangkasan dilakukan
pada saat tanaman menghasilkan karangan bunga atau satu kuncup
bunga telah mekar, 4-5 lembar daun dari “Bundle flower” ikut
ditopping/pangkas, dan sisakan 18-23 lembar daun termasuk daun kaki. 
Pemangkasan ini menyebabkan 3-4 sirung pada ketiak-ketiak daun teratas
yang akan tumbuh cepat.

Tiap ketiak daun berpotensi menghasilkan 3 sirung yang tumbuhnya


berurutan.  Tunas ketiak daun/tunas (wiwilan) samping yang tumbuh akibat
topping harus dibuang dengan interval 5 hari atau menggunakan sukcer
control.  Waktu pemangkasan berpengaruh terhadap tingginya hasil
tembakau.  Pemangkasan yang dilakukan pada waktu normal (pada stadia
awal berbunga) member hasil/produksi 2.360 kg/ha daun segar.  Jika
pemangkasan tertunda satu minggu (stadia berbunga lanjut) terjadi
penurunan hasil berturut-turut sebesar 246 kg/ha sampai dengan 424
kg/ha.  Sedangkan apabila pemangkasan lebihcepat satu minggu pada
waktu normal (stadia bongol) terjadi peningkatan hasil sebesar 203 kg/ha. 
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan pemangkasan berpengaruh
sangat nyata pada daun-daun tembakau yang tingkat perkembangannya
kurang dari 85%.

5. Hama Penyakit dan Penanggulangannya

Pengembangan usahatani tembakau dewasa ini beberapa faktor yang


berpotensi menyebabkan rendahnya luas areal panen dan produksi daun
tembakau berkualitas adalah serangan hama dan penyakit.   Hama dan
penyakit biasa disebut sebagai Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
yang merupakan bagian dari kegiatan pemeliharaan tanaman yang harus
dilakukan secara intensif, karena dapat menyerang secara menyeluruh 
atau sebagian tanaman, bila kondisi agroklimat mendukung,  maka untuk
menekan tingkat kerusakan yang disebabkan oleh serangan hama dan
penyakit, terlebih dahulu harus diketahui karakteristik vektor penyebab
kerusakan pada seluruh bagian tanaman   untuk   memudahkan  cara  
memberanta/pengendalian   hama  dan
penyakit.   Beberapa   jenis  hama  penyakit  yang  sering dijumpai  pada
lahan  pembibitan maupun pada pertanaman tembakau adalah:

Hama

1. Ulat grayak (Spodoptera litura),  serangan terjadi pada sore hingga


malam hari baik di pembibitan maupun diareal penanaman.  Larva
(ulat) membutuhkan waktu 14 hari mencapai masa dewasa 
(memakan daun) dan berubah menjadi kepompong.  Pengendalian
dengan pestisida seperti Dangke 40 WP  1,5-2 gr/ltr air atau volume
semprot 700 l/ha,  Penalty 50 SC dengan dosis 1-2 ml/ltr air atau
volume semprot 300-500 ltr/ha

2. Ulat daun (Helicoverpa armigera) dan ulat pupus (Helicoverpa


assulla), gejalanya ulat ini memakan pucuk daun dan daun atas
tembakau sehingga daun muda mekar berlubang atau tidak utuh lagi.
Tanaman inang ulat ini adalah : kapas, jagung,  kedelai, buncis dan
tomat.

Pengendalian pestisida nabati :  daun sirih hutan,  tanpa lorong,  akar tuba,
daun tembakau, daun papaya, dan sebagainya.

Pengendalian dengan pestisida seperti  Penanlty 50 SC,  Dangke 40 WP,


Diazinon dan sebagainya.

3. Kutu daun (aphis, sp) dan (Phyzus persicae), cara merusak daun
dengan cara mengisap cairan daun tanaman tembakau dan
mengeluarkan embun madu, baik dipembibitan maupun di
pertanaman.  Gejalanya daun tumbuh saling melengket (embun
madu) dan ada cendawan warnah hitam pada daun.  Pengendalian
pestisida dapat dikombinasi dengan Demolis 18 EC dan Penalty 50
SC, petunjuk penggunaan dosis sama setela keduanya di emulsikan
lalu dicampur secara homogeny/merata sebelum diaplikasikan.

Penyakit

1. Penyakit lanas (Phytoptora nicotianae) atau TMV (Tobacco Mazaik


Virus) ,  gejala serangan ada 2 tipe seperti :  (a)  Tipe 1 :   tanaman
yang daunnya masih hijau mudah terkulai, layu dan mati;  dan (b) 
Tipe 2 :  daunnya terkulai kemudian menguning akhirnya mati.
Demikian juga dengan penyakit layu bakteri (Ralstonia, sp) gejalanya
hampir sama.  Pengendalian penyakit tembakau dengan
menggunakan Explore ® 250 EC dengan dosis 2-4 ml/ltr air atau
volume semprot  50-800ltr/ha, waktu aplikasi sebaiknya pagi hari,
sebelum jam 09.00 pagi.

2. Penyakit rebah disebabkan oleh cendawan atau virus seperti


Phytium spp,  Virus krupuk (Ruga tabacci), Selerotium sp,  dan
Rhizoktonia sp. Pengendalian penyakit yang disebabkan oleh virus
dan cendawan dengan menggunakan fungisida Vitigran Blue, dosis
300-500 gr/100 ltr

air.  Penyemprotan mulai sejak bibit dipindahkan kelapangan selang 7 hari.

Bila lahan ada pathogen dalam tanah, maka sebelum dilakukan


penanaman lokasi terlebih dahulu disterilisasi dengan fumigasi seperti
furadan atau Basamid G yang berfungsi sebagai nematisida, fungisida dan
insektisida pada tanah media pesemaian, lahan pertanaman.  Bahan aktif
Dazomet apabila bereaksi dengan air akan mengeluarkan gas methyl
isothiocyanate sebagai fumigan yang sangat efektif untuk mengendalikan
nematode, cendawan dan serangga tular tanah yang sangat merugikan
bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Panen

Kira-kira 3 bulan, dimulailah panen pertama pada daun tembakau.


Memanen daun tembakau tidaklah mudah, haruslah bertahap dari daun
paling bawah hingga daun paling atas, dan itu memakan waktu yang tidak
sebentar. Dari memanen daun pertama sampai daun terakhir dibutuhkan
waktu antara 4 sampai dengan 4,5 bulan. Karena dalam satu batang
pohon, daun tembakau dibagi dalam beberapa grid atau tingkatan. Tiap
tingkatan itu menandakan kwalitas/mutu daun ( petani Temanggung
menyebut totol) dan biasanya itu terlihat dari warna dan teraba dari
aromanya.   Untuk aroma memang hanya orang tertentu saja yang bisa
menentukan apakah aromanya cukup atau kurang.   Dan semakin keatas,
kwalitas/mutu  daun akan semakin tinggi dan hargapun semakin mahal.

Kualitas / Mutu daun tembakau berdasarkan grid/tingkatan daun istila


orang Situbondo (Jatim)  disebut totol adalah sebagai berikut:
 
1. Kualitas/mutu A (Totol A) daun berwarna hijau, biasanya umur sekitat
3 bulan bisa mulai dipanen.
2. Kualitas/mutu B (Totol B) daun berwarna hijau tapi sudah mulai
terlihat warna kuning diantaranya
3. Kualitas/mutu C (Totol C) daun berwarna kuning saja.
4. Kualitas/mutu D (Totol D) daun berwarna kuning agak kemerahan
5. Kualitas/mutu E (Totol E) daun berwarna merah namun masih ada
semburat kuningnya
6. Kualitas/mutu F (Totol F) daun berwarna kemerahan
7. Kualitas/mutu  G (Totol G) daun berwarna merah atau yang disebut
juga mbako Srinthil (tembakau dengan kwalitas paling bagus dan
berharga sangat mahal)

Sebenarnya Totol F dan G hampir sama warna daunnya yang


membedakan hanyalah pada proses memperamnya dikemudian hari.
Karena setelah dipanen, daun tembakau tidak bisa lantas diolah, harus
melalui proses memperaman.

  

Anda mungkin juga menyukai