Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

POST OP VENTRICULOPERITONEAL SHUNT

DISUSUN OLEH :

AGUSTANTO

NIM : 1821099

PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKES

TENGKU MAHARATU

PEKANBARU

2023
LAPORAN PENDAHULUAN
VENTRICULOPERITONEAL SHUNT (VP SHUNT)

A. Definisi
Ventriculoperitoneal shunt (VP shunt) adalah alat kesehatan yang dipasang untuk
melepaskan tekanan dalam otak. VP shunt direkomendasi bagi pasien yang
menderita hidrosefalus. Kondisi ini disebabkan oleh cairan serebrospinal (CSF)
berlebih yang membuat perluasan ruang dalam otak (ventrikel) menjadi sangat
cepat, sehingga memicu tekanan yang tak semestinya. Jika tidak segera
ditangani, kondisi ini dapat berujung pada kerusakan otak.
Cairan serebrospinal adalah komponen yang sangat penting dalam sistem saraf,
karena berfungsi menciptakan bantalan bagi jaringan otak dan menyalurkan zat
gizi ke otak. Cairan ini mengalir di antara tulang belakang dan tengkorak untuk
memastikan bahwa volume darah intrakranial dalam kadar yang tepat. CSF akan
terus diproduksi karena mengalir sepanjang ventrikel, menutrisi permukaan otak
dan sumsum tulang belakang. Kemudian, cairan ini keluar melalui bagian dasar
otak dan diserap ke dalam aliran darah. Namun, karena kelainan tertentu, aliran
dan keseimbangan CSF akan terganggu, sehingga terjadi penumpukan.
Ventriculoperitoneal shunt adalah pengobatan utama bagi kondisi hidrosefalus,
yang menyerang satu dari 500 anak. Kondisi ini merupakan kondisi bawaan
(kongenital) atau didapat, dan indikasi yang paling nyata adalah pertumbuhan
lingkar kepala yang tidak wajar. Biasanya, gejala pada anak disertai dengan mata
juling (strabismus) dan kejang-kejang. Sedangkan pada orang dewasa, gejala
hidrosefalus adalah sakit kepala, mual dan muntah, saraf optik membengkak,
penglihatan kabur atau ganda, mudah marah, lesu, dan perubahan kemampuan
kognitif atau ingatan. Penyebab hidrosefalus belum diketahui secara pasti.

B. Tujuan
1. Untuk membuat saluran baru antara aliran likuor dengan kavitas drainase.
2. Untuk mengalirkan cairan yang diproduksi di dalam otak ke dalam rongga
perut untuk kemudian diserap ke dalam pembuluh darah.
C. Indikasi Dan Kontra Indikasi
1. Indikasi
Ventriculoperitoneal Shunt adalah prosedur pembedahan yang dilakukan
untuk membebaskan tekanan intrakranial yang diakibatkan oleh terlalu
banyaknya cairan serbrospinal (hidrosefalus). Cairan dialirkan dari ventrikel
di otak menuju rongga peritoneum. Sejumlah komplikasi dapat terjadi
setelah pemasangan ventriculoperitoneal shunt untuk manajemen
hidrosefalus. Komplikasi ini termasuk infeksi, blok, subdural hematom,
ascites, CSSoma, obstruksi saluran traktus gastrointestinal, perforasi organ
berongga, malfungsi, atau migrasi dari shunt. Migrasi dapat terjadi pada
ventrikel lateralis, mediastinum, traktus gastrointestinal, dinding abdomen,
vagina, dan scrotum.
Infeksi shunt didefinisikan sebagai isolasi organisme dari cairan ventrikuler,
selang shunt, reservoir dan atau kultur darah dengan gejala dan tanda klinis
menunjukkan adanya infeksi atau malfungsi shunt, seperti demam,
peritonitis, meningitis, tanda-tanda infeksi di sepanjang jalur selang shunt,
atau gejala yang tidak spesifik seperti nyeri kepala, muntah, perubahan status
mental dan kejang. Infeksi merupakan komplikasi yang paling ditakutkan
pada kelompok usia muda. Sebagian besar infeksi terjadi dalam 6 bulan
setelah prosedur dilakukan. Infeksi yang terjadi biasanya merupakan bakteri
staphylococcus dan propionibacterial. Infeksi dini terjadi lebih sering pada
neonatus dan berhubungan dengan bakteri yang lebih virulen seperti
Escherichia coli. Shunt yang terinfeksi harus dikeluarkan, CSS harus
disterilkan, dan dilakukan pemasangan shunt yang baru. Terapi shunt yang
terinfeksi hanya dengan antibiotik tidak direkomendasikan karena bakteri
dapat di tekan untuk jangka waktu yang lama dan bakteri kembali saat
antibiotik diberhentikan.
Terapi pada infeksi shunt hanya dengan antibiotik tidak direkomendasikan
karena meskipun bakteri dapat ditekan untuk jangka waktu tertentu, namun
bakteri akan kembali berkembang setelah pemberian antibiotik dihentikan.
Pada pasien ini dilakukan eksternisasi selang VP shunt yang berada di
distal,selanjutnya dilakukan pemasangan ekstraventricular drainage, serta
pemberian antibiotik sesuai hasil tes sensitivitas bakteri. Hal ini dilakukan
agar tetap terjadi drainage dari cairan serebrospinal yang belebihan agar
tidak terjadi peningkatan tekanan intrakranial.
Subdural hematom biasanya terjadi pada orang dewasa dan anak-anak
dengan perkembangan kepala yang telah lengkap. Insiden ini dapat dikurang
dengan memperlambat mobilisasi paska operasi. Subdural hematom diterapi
dengan drainase dan mungkin membutuhkan oklusi sementara dari shunt.

2. Kontra Indikasi
Operasi ventriculoperitoneal shunt merupakan prosedur aman dengan tingkat
keberhasilan tinggi. Namun, sama seperti prosedur bedah pada umumnya,
ada komplikasi dan resiko yang mungkin terjadi. Resiko bedah VP Hunt
adalah infeksi dan pendarahan berat. Sedangkan, komplikasi yang mungkin
muncul adalah reaksi penolakan zat bius, seperti perubahan tingkat tekanan
darah dan kesulitan bernapas.

Komplikasi khusus akibat VP shunt termasuk jarang, namun bisa sangat


serius. Komplikasi ini termasuk:
a) Infeksi implan shunt yang berujung pada infeksi otak
b) Penggumpalan darah
c) Pendarahan di dalam otak
d) Pembengkakan otak
e) Kerusakan jaringan otak karena VP shunt

Sebaiknya, selalu waspada terhadap gejala-gejala, seperti demam, nyeri


perut, sakit kepala, serta kenaikan denyut jantung dan tekanan darah
abnormal, yang merupakan tanda malfungsi shun

D. Penatalaksanaan/ Jenis – Jenis Tindakan.


1. Posisi kepala pasien supine dengan kepala diganjal dengan bantal bulat
(donat).
2. Posisi sedikit head up (15† - 30†)
3. Pasang body strapping (doek steril)
4. Tim operasi melakukan scrubbing, gowning and gloving.
5. Desinfeksi area operasi
6. Drapping area operasi
7. Pasang sterile drapes (opsite)
8. Pasang kauter bipolar, selang suction + canule suction.
9. Injeksi dengan adrenalin 1:200000 pada lokasi insisi.
10. Berikan mess 1 untuk insisi kulit subcutis
11. Berikan mess 2 untuk insisi fat-galea-otot-periosteum
12. Rawat pendarahan dengan kauter bipolar, irigasi dengan larutan NaCl saat
bipolar difungsikan, sambil dilakukan suction.
13. Berikan respatorium untuk menyisihkan periousteum.
14. Tutup luka insisi kepala sementara dengan kassa basah.
15. Berikan mess 1 untuk insisi kulit abdomen bagian atas.
16. Perdalam insisi sampai dengan fasia (sampai kelihatan fasia).
17. Berikan spaner VP-Shunt untuk memasang ventrikel VP Shunt, dari kepala-
leher-abdomen keluar pada daerah insisi di abdomen.
18. Ujung mandrin VP-Shunt diikat dengan benang Seide no 1.
19. Tarik mandrin VP-Shunt ke atas (bagian insisi kepala).
20. Berikan ventrikel VP-Shunt kemudian diikat dengan benang Seide NO 1
yang sudah dimasukkan dalam soft tissue ( dibawah fat diatas fasia).
21. Seide no 1 ditarik ke bagian bawah (insisi pada abdomen) ventrikel VP-
Shunt sudah masuk dan terhubung dari kepala ke abdomen.
22. Pasang konektor VP-Shunt kemudian di spool dengan NaCl sampai lancar
tidak ada hambatan.
23. Berikan bor set craniotomi untuk bor hole kemudian rawat pendarahan
24. Berikan desector dan klem pean bengkok untuk ambil sisa tulang
25. Berikan kauter bipolar untuk cess dura.
26. Berikan speed mess untuk insisi dura.
27. Berikan ventrikel katheter + mandrin dimasukkan ke dalam intra cerebral
sampai keluar cairan (hidrocephalus).
28. Sambung ventrikel katheter dengan ventrikel VP-Shunt.
29. Sambungan difiksasi
30. Tarik ventrikel VP-Shunt ke arah distal (abdomen).
31. Pastikan aliran cairan pada ventrikel lancar.
32. Berikan pinset anatomis 2 buah + gunting metzenbaum untuk insisi
peritonium ± 1 cm.
33. Masukkan ventrikel VP Shunt kedalam peritoneum.
34. Tutup luka insisi.
35. Berikan benang absorbable untuk jahit fasia, fat pada kepala dan abdomen.
36. Berikan jahitan benang non-absorbable untuk jahit kulit.
37. Bersihkan luka dengan kassa basah kemudian keringkan.
38. Beri sufratul-kassa-hipafic.
39. Bereskan alat.
40. Operasi selesai
E. Pemeriksaan penunjang
1. Rontgen foto kepala
Dengan prosedur ini dapat diketahui:
Hidrosefalus tipe kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala, adanya
pelebaran sutura, tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial kronik
berupa imopressio digitate dan erosi prosessus klionidalis
posterior.Hidrosefalus tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah menutup
maka dari foto rontgen kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan
tekanan intrakranial.
2. Transimulasi
Syarat untuk transimulasi adalah fontanela masih terbuka, pemeriksaan ini
dilakukan dalam ruangan yang gelap setelah pemeriksa beradaptasi selama 3
menit. Alat yang dipakai lampu senter yang dilengkapi dengan rubber
adaptor. Pada hidrosefalus, lebar halo dari tepi sinar akan terlihat lebih lebar
1-2 cm.
3. Lingkaran kepala
Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan lingkar
kepala melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart (jarak antara dua
garis kisi 1 cm) dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak yang besar
lingkaran kepala dapat normal hal ini disebabkan oleh karena hidrosefalus
terjadi setelah penutupan suturan secara fungsional.Tetapi jika hidrosefalus
telah ada sebelum penutupan suturan kranialis maka penutupan sutura tidak
akan terjadi secara menyeluruh.
4. Ventrikulografi
Yaitu dengan memasukkan konras berupa O2 murni atau kontras lainnya
dengan alat tertentu menembus melalui fontanela anterior langsung masuk
ke dalam ventrikel. Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan
terlihat kontras mengisi ruang ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar
karena fontanela telah menutup untuk memasukkan kontras dibuatkan
lubang dengan bor pada kranium bagian frontal atau oksipitalis.
Ventrikulografi ini sangat sulit, dan mempunyai risiko yang tinggi. Di rumah
sakit yang telah memiliki fasilitas CT Scan, prosedur ini telah ditinggalkan.
5. Ultrasonografi
Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG
diharapkan dapat menunjukkan system ventrikel yang melebar. Pendapat
lain mengatakan pemeriksaan USG pada penderita hidrosefalus ternyata
tidak mempunyai nilai di dalam menentukan keadaan sistem ventrikel hal ini
disebabkan oleh karena USG tidak dapat menggambarkan anatomi sistem
ventrikel secara jelas, seperti halnya pada pemeriksaan CT Scan.

6. CT Scan kepala
Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan adanya pelebaran
dari ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas ventrikel lebih
besar dari occipital horns pada anak yang besar. Ventrikel IV sering
ukurannya normal dan adanya penurunan densitas oleh karena terjadi
reabsorpsi transependimal dari CSS.Pada hidrosefalus komunikans
gambaran CT Scan menunjukkan dilatasi ringan dari semua sistem ventrikel
termasuk ruang subarakhnoid di proksimal dari daerah sumbatan.
7. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Untuk mengetahui kondisi patologis otak dan medula spinalis dengan
menggunakan teknik scaning dengan kekuatan magnet untuk membuat
bayangan struktur tubuh.

F. Pathway (Yang Berhubungan Dengan Kasus Tindakan)

VP SHUNT

Pre Operasi Intra Operasi Post Operasi

Kurang informasi Pembiusan lokal Adanya luka pasca operasi

Kurang pengetahuan Resiko perdarahan Nyeri


Ansietas Resiko tinggi cedera Resiko infeksi

G. Gambar
Posisikan kepala pasien supine dengan 15 – 30 derajat head up, setelah itu
persiapan lain meliputi penggambaran pola, disinfeksi dsb kemudian diincisi
scalp.

Shunt kateter yang telah diukur atau selang khusus disiapkan

Setelah di burr hole (melubangi tengkorak dengan bor khusus), pasang pada
area yang telah ditentukan tersebut

Untuk lebih jelasnya kita lihat dalamnya otak sebagai berikut, jadi diletakkan
dimasukkan melalui ventrikel bagian lateral atau luar
Posisi kateter mengenai ventrikel latera

kateter disipkan/ditelakkan di bawah kulit

Kateter itu diletakkan di bawah peritoneum


Pada prinsipnya aliran otak yang diproduksi oleh plexus choroidalis berkisar
400-500 ml per hari, sehingga sumbatan pada aliran tersebut dapat membuat
gangguan pada otak.

H. Diagnosa Keperawatan Intervensi Dan Rasional


Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Pre Operasi
Kurang Tujuan : 1. Kaji tingkat 1. Mengetahui tingkat
pengetahuan Setelah dilakukan pengetahuan pengetahuan pasien
b/d tindakan pasien dan pasien tentang 2. Agar pasien dapat
keterbatasan keluarga mengenali penyakitnya mengetahui
informasi penyakit pasien dan 2. Jelaskan tanda dan penyakitnya
pengobatan nya. gejala patofisiologi 3. Memberi
Kriteria hasil : dari penyakit pengetahuan pada
1. Pasien dan 3. Sediakan informasi psien
keluarga pada pasien 4. Memberitahukan
menyatakan tentang kondisi, mengenai progres
pemahaman dengan cara yang penyakit pasien
tentang penyakit, tepat agar keluarga dpat
kondisi, 4. Sediakan bagi berkolaborasi aktif
prognosis, dan pasien dan terjhadap
program keluarga tentang pengobatan pasien
pengobatam. kemajuan pasien 5. Untuk mencegah
2. Pasien dan dengan cara yang komplikasi lebih
keluarga mampu tepat lanjut
melaksanakan 5. Diskusikan 6. Memberi
prosedur yang perubahan gaya kenyamanan pada
dijelaskan dengan hidup yang pasien dan keluarga
benar mungkin 7. Dukungan keluarga
3. Pasien dan diperlukan memotivasi pasien
keluarga mampu 6. Hindari selama menjalani
menjelaskan menggunakan perawatan.
kembali apa yang teknik menakut-
dijelaskan nakuti
perawatan/tim 7. Mengikutsertakan
kesehatan. keluarga bila
memungkinkan
dalam
melaksanakan
pengobatan/terapi.
Nyeri b/d Tujuan : NIC : 1. Mengetahui
terputusnya Setelah dilakukan 1. Lakukan tingkatan nyeri
kontinuitas tindkan keperawatan pengkajian nyeri untuk menentukan
jaringan pasien terbebas dari secara tindkan.
nyeri/nyeri komprehensif 2. Validasi terhadap
berkurang termasuk lokasi, adanya
Kriteria hasil: karakteristik, ketidaknyamanan
1. Mampu durasi, frekuensi, 3. Memberikan
mengontrol nyeri kualitas dan faktor kenyamanan pada
(tahu penyebab presipitasi pasien dan agar
nyeri, mampu 2. Observasi reaksi pasien terbuka
menggunakan nonverbal dari 4. Budaya dapat
teknik ketidaknyamanan mempengaruhi
nonfarmakologi 3. Gunakan teknik respon nyeri
untuk komunikasi seseorang
mengurangi terapeutik untuk 5. Mengetahui
nyeri). mengetahui adanya nyeri masa
2. Melaporkan pengalaman nyeri lampau
bahwa nyeri pasien 6. Evaluasi
berkurang dengan 4. Kaji kultur yang ketidakefektifan
menggunakan mempengaruhi kontrol nyeri
manajemen nyeri. respon nyeri 7. Mengurangi faktor
3. Mampu 5. Evaluasi bersama penyebab nyeri
mengenali nyeri pasien dan tim 8. Distraksi
(skala, intensitas, kesehatan lain mengalihkan
frekuensi, dan tentang perhatian dan
tanda nyeri) ketidakefektifan membuat nyaman
4. Menyatakan rasa kontrol nyeri masa pasien.
nyman setelah lampau 9. Mengurangi nyeri
nyeri berkurang 6. Kontrol
5. Tanda vital dalam lingkungan yang
rentang normal dpat
mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan ,
pencahayaan dan
kebisingan
7. Lakukan
penanganan nyeri
non farmakologi
8. Kolaborasi
pemberian
analgetik

Diagnosa Tujuan dan Kriteria intervensi Raional


Hasil
Intra Operasi
Resiko Tujuan : NIC : Manajemen 1. Mengetahui
kekurangan Pasien tidak cairan balance cairan
volume cairan mengalami dehidrasi 1. Catat intake output 2. Antisipasi tanda
b/d kehilangan atau cairan tubuh 2. Monitor status dehidrasi
cairan pasien adekuat hidrasi seperti 3. Mengatur balance
Kriteria Hasil: membran mukosa, cairabn
1. Kulit dan nadi, tekanan darah
membran mukosa dengan cepat
lembab 3. Beri cairan yang
2. Tidak terjadi sesuai dengan
demam terapi
3. TTV normal

Post Op
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
Post Operasi
Resiko Tujuan : NIC : Pengendalian 1. Mencegah
infeksi b/d Pasien tidak infeksi terjadinya infeksi
luka post mengalami infeksi 1. Pantau tanda/gejala 2. Mencegah invasi
operasi atau tidak terdapat infeksi mikroorganisme
tanda-tanda infeksi 2. Rawat luka 3. Mencegah infeksi
pada pasien operasidengan 4. Mencegah infeksi
Kriteria hasil : teknik steril
Tidak menunjukan 3. Memelihara teknik
tanda-tanda infeksi isolasi, batasi
jumlah pengunjung
4. Ganti peralatan
perawatan pasien
sesuai dengan
protap
Hipotermi Tujuan : 1. Monitor suhu 1. Memonitor suhu
b/d Pasien tidak 2. TTV 2. Memonitor TTV
perubahan menunjukan tanda-
suhu ruangan tanda hipotermi
Kriteria hasil :
Pasien tidak mengigil
akral hangat

DAFTAR PUSTAKA

Aly, B., Kamal, H.M. Ventriculo-Peritoneal Shunt Infections in Infants and Children.
Lybian Journal og Medicine, 2009.

Dean, D.F., Keller, I.B. Cerebrospinal fluid ascites: a Complication of a


Ventriculoperitoneal Shunt. Journal of Neurology, Neurosurgery, and
Psychiatry, Vol. 35, p 474-476, 1972.

Espay, A.J. Hydrocephalus; 2009, online (http:// emedicine .medscape. com/


article/1135286-overview, diakses tanggal 24 November 2018)

Kaneshiro, N.K. Ventriculoperitoneal Shunt; 2009, online (http:// www.


utmedicalcenter. org/encyclopedia/200000.htm, diakses tanggal 24
November 2018)

NANDA. 2012. Nursing Diagnoses: Definition and Classifications 2012-2014.


Philadephia: NANDA International

Vuyyuru, S., et al. Case report: Anal Extrusion of a ventriculoperitoneal shunt tube:
Endoscopic removal. Journal Pediatric Neurosciences, vol. 4, p 124-126,
2009.

Anda mungkin juga menyukai