Anda di halaman 1dari 23

The role of muslim majority countries : Indonesia in protecting human rights of transgender in

prison

Abstract

Keyword

mm
Introduction

Di era perkembangan zaman yang diikuti dengan meningkatnya perkembangan teknologi


pada saat ini, isu-isu yang saat ini sedang sering-seringnya untuk diperdebatkan baik antara
masyarakat sipil hingga tokoh tokoh berpendidikan yakni mengenai isu LGBT. LGBT atau
Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender lahir didasari pada adanya prinsip kebebasan dalam
sistem demokrasi yang mengakui adanya kebebasan untuk mengekspresikan diri. LGBT identik
dengan penyimpangan perilaku seksual, di mana orientasi seksual yang semestinya itu adalah
hubungan yang melibatkan antara lawan jenis satu dengan lawan jenis pasangannya yakni seperti
laki-laki dengan perempuan. Namun, LGBT merupakan sebuah hubungan yang melibatkan
hubungan sesama jenis kelamin yakni hubungan antara laki-laki dengan laki-laki, perempuan
dengan perempuan, dan orientasi seksual ganda yang terjadi antara laki-laki dapat berhubungan
dengan laki-laki dan perempuan, serta sebaliknya perempuan dapat berhubungan dengan
perempuan dan juga laki-laki. Lesbian merupakan sebutan bagi perempuan yang memiliki
orientasi seksual kepada sesama perempuan; Gay merupakan sebutan bagi laki-laki yang
orientasi seksualnya menyukai sesama laki-laki atau biasa disebut homoseksual; Biseksualitas
merupakan Orientasi seksual yang dimiliki oleh seseorang dengan bisa berhubungan sesama
jenis dan berbeda jenis kelamin; Transgender merupakan perubahan jenis kelamin yang
dilakukan dengan cara operasi pergantian kelamin yang didasarkan pada keinginan individu
karena keinginannya pribadi, seperti dari laki-laki menjadi perempuan atau pun sebaliknya dari
perempuan menjadi laki-laki. Kemunculan isu LGBT di tengah-tengah masyarakat menjadi isu
yang hangat diperbincangkan dan tentunya memunculkan perdebatan antara yang pro dengan
LGBT dan kontra akan kaum LGBT. Isu terkait LGBT hangat diperbincangkan disebabkan
karena besarnya keinginan kaum LGBT untuk diakui dan mendapatkan hak yang sama dengan
masyarakat yang berorientasi seksual normal. Hal tersebut memancing perdebatan atau konflik
karena menurut kaum yang kontra atas LGBT, kaum LGBT selalu mengatasnamakan Hak Asasi
Manusia (HAM) dan berpendapat bahwa LGBT merupakan sebuah penyakit sosial atau penyakit
masyarakat, hingga penyakit mental.

Kaum LGBT sesungguhnya sejak zaman dahulu telah ada dan menjadi salah satu bagian
dari pola seks manusia. Kaum LGBT sudah muncul sejak zaman Nabi Luth A.s yang dijelaskan
dalam berbagai kitab suci yakni Al-Qur’an, Injil, dan Taurat. Salah satunya ada pada Surat Al-

mm
A’raf ayat ke 80-81 yang berbunyi, “Dan (kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya).
(ingatlah) tatkala Dia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan
faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?
“sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan
kepada Wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas.” Adanya penggalan ayat
tersebut seharusnya dapat menjadi sebuah pelajaran bagi seluruh manusia untuk tidak melakukan
hal yang melampaui batas yakni menjadi kaum penyuka sesama jenis.

Kaum LGBT selalu menghiraukan adanya bukti-bukti tersebut dengan mengatasnamakan


Hak Asasi Manusia (HAM). Hak Asasi Manusia merupakan hak-hak yang dimiliki oleh manusia
sejak ia lahir yang bersifat kodrati atau secara alami dimiliki sebagai suatu anugerah dari Tuhan
yang wajib untuk dihormati, dijaga, dan dilindungi. Hak Asasi Manusia pada dasarnya berlaku
universal tanpa dipengaruhi oleh ras, suku, dan agama. Sifat universal di sini berarti bahwa Hak
Asasi Manusia tidak mengenal batas ruang dan waktu. 1 Namun, dengan pengertian sifat
universal di atas bukan berarti bahwa tidak ada nya batas-batas bagi inidividu, tetapi batas-batas
atas Hak Asasi Manusia diperlukan untuk dipenuhi haknya karena sesungguhnya Hak Asasi
Manusia diterjemahkan dan disesuaikan dengan hukum nasional untuk dapat melindungi dan
menegakkan nilai-nilai kemanusiaan.

Permasalahan terkait kaum LGBT kebanyakan terjadi disebabkan karena mereka


menganggap bahwa setiap negara memiliki kesamaan dalam hal ekonomi, sosial, politik, dan
yang terpenting adalah budaya. Mereka juga menganggap bahwa negara dan masyarakat harus
sependapat dan ikut membantu mereka mengampanyekan LGBT yang dianggap sebagai hak
pribadi yang wajib dilindungi. Selain itu, Kaum LGBT menjadikan resolusi pertama PBB yang
secara spesifik mengangkat isu mengenai pengakuan atas hak-hak LGBT dan isu pelanggaran
Hak Asasi Manusia berdasarkan orientasi seksual dan identitas gender sebagai landasan tuntutan
dari kaum LGBT untuk menuntut hak-hak mereka dengan mengatasnamakan Hak Asasi
Manusia. Sebaliknya, pihak-pihak yang tidak setuju akan LGBT, beranggapan bahwa LGBT
merupakan suatu bentuk penyimpangan dan tidak masuk dalam konsepsi HAM.

mm
Perdebatan menjadi semakin tajam tatkala menyakut hak bagi transgender di dalam
Lembaga pemasyarakatan. Lembaga pemasyarakatan adalah tempat untuk melakukan pembinaan
terhadap narapidana Indonesia.2 Saat ini Lembaga Pemasyarakatan terbagi dalam beberapa jenis
yaitu, Lembaga Pemasyarakatan pembinaan khusus anak, Lembaga Pemasyarakatan perempuan,
dan Lembaga Pemasyarakatan pria. Pada pasal 12 Undang-Undang No.12 Tahun 1995 Tentang
Pemasyarakatan menjelaskan bahwa dalam rangka pembinaan terhadap narapidana di Lembaga
Pemasyarakatan dilakukan penggolongan atas dasar usia, jenis kelamin, lamanya pidana yang
dijatuhkan, jenis tindak pidana kejahatan, dan kriteria lainnya sesuai dengan kebutuhan atau
perkembangan pembinaan. Belum adanya peraturan yang mengatur mengenai Lembaga
Pemasyarakatan yang disediakan untuk transgender merupakan isu yang sedang hangat-
hangatnya diperbincangkan saat ini. Oleh karena itu, artikel ini akan membahas mengenai peran
negara yang mayoritas beragama islam yakni Indonesia dalam hal perlindungan Hak Asasi
Manusia transgender di dalam Lembaga Pemasyarakatan.

Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender (LGBT)

Pada era sekarang, negara-negara di seluruh dunia banyak yang menganut sistem demokrasi.
Sistem demokrasi merupakan sistem yang menjunjung tinggi kebebasan setiap individu. Adanya
kebebesan individu yang mengakui adanya kebebasan untuk mengekspresikan diri yang tercipta
dari sistem demokrasi, menjadi penyebab muncullah komunitas LGBT. Namun, apabila dilihat
dari ayat-ayat Al-Qur’an dan sejarah, sesungguhnya kaum LGBT telah ada sejak zaman Nabi
Luth. Hal tersebut dapat dibuktikan pada Surat Al-A’raf ayat 80-82 yang berbunyi “Dan (kami
juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (ingatlah) tatkala Dia berkata kepada mereka:
"Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu , yang belum pernah dikerjakan oleh
seorangpun (di dunia ini) sebelummu?"Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan
nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui
batas. jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan:"Usirlah mereka (Luth dan pengikut-
pengikutnya) dari kotamu ini; Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura

mm
mensucikan diri." Kaum Nabi Luth yang menetap di Kota Sadom mempraktikkan perilaku
menyimpang yakni sodomi. Kaum Nabi Luth yang berjenis kelamin laki-laki tidak mau menikah
atau kawin dengan perempuan, tetapi mereka menghendaki sejenisnya (laki-laki menikah dengan
laki-laki). Selain itu, kaum Nabil Luth juga suka merampok dari para musafir atau kafilah yang
sedang lewat. Selanjutnya, atas perilaku sodomi yang dilakukan oleh kaum Nabi Luth. Allah
melaknat kaum tersebut termasuk istri Nabi Lurh yang laknat. Seiring berjalannya waktu, pada
tahun 1749 merupakan titik balik perjuangan kaum homoseksual untuk diakui oleh dunia dengan
adanya karya Thomas Cannon yang berjudul Ancients and modern Pedestry Investigated and
Exemplify’d yang diterbitkan di Inggris. Selain itu, Jeremy Bentham seorang filsuf dibidang
sosial pada tahun 1785 secara terang-terangan membela eksistensi kaum homoseksual dengan
menyumbang pemikiran-pemikirannya terhadap aturan hukum homoseksual di Inggris yang
menyatakan bahwa homoseksual bukanlah sebuah tindakan criminal. Perancis merupakan negara
pertama yang menerapkan aturan hukum legal yang mengatur bahwa homoseksual bukan
merupakan tindakan criminal pada tahun 1791, yang kemudian diikuti oleh negara lainnya
seperti adanya gerakan free love, the black power, hingga gay liberation movement. Kemudian
perjuangan kaum LGBT terus berlanjut hinga pada tahun 1978 dengan terbentuknya sebuah
asosiasi yang memiliki tujuan untuk memperjuangkan hak asasi kaum homoseksual secara
internasional dan diterima oleh seluruh kalangan masyarakat luas untuk bisa ikut serta dalam
kegiatan-kegiatan di bidang sosial, ekonomi, politik, dan budaya tanpa memperhatikan persoalan
identitas mereka, yakni international lesbian and gay association (ILGA) di Conventry, Inggris.
Hingga saat ini, dengan banyaknya kampanye-kampanye yang dilakukan oleh kaum LGBT
masih menimbulakn pertentangan yang menimbulkan pro dan kontra di tengah-tengah
masyarakat yang melihat dari sisi Hak Asasi Manusia dan agama atau kodratnya.

Adapun pengertian dari LGBT sendiri adalah sebuah penyimpangan perilaku seksual, di mana
orientasi seksual yang semestinya adalah hubungan yang melibatkan lawan jenis dan dengan satu
pasangan. Namun, LGBT merupakan sebuah hubungan yang melibatkan sesama jenis, baik
antara laki-laki dengan laki-laki, perempuan-perempuan, maupun orientasi seksual ganda, hingga
perubahan jenis kelamin. Eksistensi LGBT ditengah-tengah adanya kutukan keras atas perbuatan
homoseksual dari agama islam, yahudi, dan Kristen tetap tidak dapat dipungkiri. Namun, tetap
adanya eksistensi LGBT dengan stigma negatifnya membuat pelaku homoseksual melakukan

mm
aktifitasnya secara tertutup dan sembunyi-sembunyi terutama yang berkaitan dengan perilaku
seksual mereka.

a. Lesbi

Terdapat mitologi yang dianggap sebagai sejarah terbentuknya hubungan percintaan


sesama jenis antara perempuan dengan perempuan yakni di zaman kuno terdapat pulau di
tengah lautan egis yang dinamakan lebos yang hanya dihuni oleh para Wanita.
Berdasarkan motologi Yunani kuno, diyakini bahwa di pulau tersebut hubungan
percintaan sejenis antara putri shappo dan athis terjalin.

Lesbian merupakan orientasi seksual yang dirasakan oleh seorang perempuan dengan
mempunyai perasaan dengan perempuan lain. lesbian terjadi dikarenakan adanya
beberapa factor berupa factor genetic, hormonal, pola asuh, trauma kehidupan,, dan
pengalaman seks yang pertama. Factor genetic membuat kecenderungan atau bakat yang
dibawa dari lahir oleh seseorang. Factor hormonal menyebabkan adanya
ketidakseimbangan hormone androgen sebelum dan saat dewasa. Factor pola asuh juga
menjadi salah satu penyebab seseorang bisa menjadi lesbian karena pola asuh yang tidak
baik antara anak memberikan hubungan yang signifikan kepada seseorang.selanjutnya
factor trauma kehidupan seperti apabila seseorang merasa tidak memiliki kemampuan
untuk memikat lawan jenis memberikan factor yang cukup berpengaruh kepada
seseorang untuk bisa menjadi lesbian. Tidak hanya itu, pengalaman seks pertama yang
kurang emnyenangkan tidak bisa diremehkan karena hal tersebut juga termasuk ke dalam
salah satu factor berubahnya orientasi seksual seseorang.

Di dalam lesbian terdapat beberapa macam istilah seperti Butchy yang berarti bahwa
perilaku perempuan itu berperan sebagai laki-laki dengan menggunakan pakaian laki-
laki, rambut, lebih dominan, melindungi, aktif, dan lain-lain. femme, femme merupakan
perilaku perempuan yang berperan sebagai perempuan dengan penampilan yang
feminism, pasif, atau sesuai dengan apa yang seharusnya perempuan kenakan dan
lakukan. Androgy, merupakan perempuan yang berperan sebagai laki-laki atau
perempuan yang lebih fleksibel, menyesuaikan penampilan dengan peran yang harus ia

mm
mainkan. No label merupakan salah satu kategori lesbian di mana perempuan yang
berperan bukan sebagai laki-laki maupun perempuan dan tentunya tidak memiliki ciri
khas.

b. Gay
Gay mengalami pergeseran makna menjadi mencari kesenangan melalui kegiatan seksual
yang tidak biasa dari arti kata gay yang berasal dari bahasa perancis kuno abad ke-12
yang memiliki arti penuh suka cita, ceria, cahaya hati, dan periang. Gay merupakan
seseorang yang memiliki orientasi seksual menyukai sesama laki-laki.

c. Biseksual
Biseksual merupakan perilaku seseorang yang menyukai sesama jenis atau lawan jenis
sehingga di satu waktu ia bisa menjalin hubungan dengan laki-laki dan ia juga bisa
menjalin hubungan dengan perempuan. Menurut Crooks & Baur (2005), terdapat
beberapa kategori biseksual yakni, pertama, real orientation, yakni di mana seseorang
tertarik pada laki-laki dan Wanita sejak awal kehidupan dan berlanjut bhingga dewasa,
terlibat aktif dengan lebih dari satu pasangan, dan memiliki ketertarikan dengan kedua
jenis kelamin secara berterusan. Kedua, transitory orientation, yakni seseorang yang
orientasi seksualnya tidak dominan, bersifat temporer, dan adanya factor dari lingkungan.
Ketiga, transitional orientation, yakni apabila seseorang harus melewati fase perubahan
dalam perilaku seksual yang didahulukan, dan ketika sudah melewati fase perubahan
dalam perilaku seksual ia bertahan dalam jangka waktu yang Panjang. Keempat,
homosexual denial, yakni apabila seseorang masih ada di fase penyangkalan atas stigma
negative yang beredar dikalangan masyarakat terhadap perilaku yang mereka anut.
Biseksual merupakan salah satu macam orientasi seksual yang disebabkan oleh beberpaa
factor yakni berawal sejak awal kehidupan atau melalui gen dan hormone yang ada dalam
tubuh dan dipengaruhi oleh factor lingkungan. Faktro gen dan hormonal sebenarnya
masih banyak menimbulkan perdebatan dikalangan para ahli sebagai factor seseorang

mm
bisa menjadi biseksual. Namun, dalam hal factor lingkungan sangat berpengaruh terhadap
psikologis seseorang yang bisa menyebabkan adanya perubahan pola pikir dan lainnya.3

d. Transgender
Transgender merupakan perubahan jenis kelamin yang dilakukan dengan cara operasi
dari laki-laki menjadi perempuan atau sebaliknya yakni dari perempuan menjadi laki-
laki. Terdapat beberapa kategori transgender, yakni Transgender yang menggunakan
pakaian lawan jenis dan berperlikau seperti lawan jenis dengan ciri ia merasa identitasnya
tidak sesuai tetapi tidak merubah jenis kelaminnya; Cross dresser merupakan salah satu
kategori transgender yang merasakan kepuasan dengan menggunakan pakaian lawan
jenis dan dengan ciri bahwa apa yang dilakukan adalah salah satu bentuk ekspresi gender
bukan identitas gender; Transexual, merupakan seseorang yang menggunakan pakaian
lawan jenis dan berperilaku seperti lawan jenis dengan cirinya adalah merubah jenis
kelaminnya.

Human Rights

Istilah Hak Asasi Manusia baru muncul setelah Revolusi Perancis, dimana para tokoh borjuis
berkoalisi dengan tokohtokoh gereja untuk merampas hak-hak rakyat yang telah mereka miliki
sejak lahir. Akibat dari penindasan panjang yang dialami masyarakat Eropa dari kedua kaum ini,
munculah perlawanan rakyat dan yang akhirnya berhasil memaksa para raja mengakui aturan
tentang Hak Asasi Manusia. Hak asasi ini kemudian diadopsi oleh tokoh-tokoh Revolusi
Perancis dalam bentuk yang lebih jelas dan luas, serta dideklarasikan pada 26 Agustus 1789.
Kemudian Deklarasi Internasional mengenai hak-Hak Asasi Manusia dikeluarkan pada
Desember 1948. Kemunculan HAM baru diakui sejak deklarasi Internasional pada 10 Desember
1948. Deklarasi ini dikenal dengan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (Universal
Declaration of Human Rights).

Sesuai dengan Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 yang berbunyi, ““Hak
Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melakat pada hakekat keberadaan manusia sebagai

mm
makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung
tinggi dan dilindungi oleh negara hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia.” Hak Asasi Manusia merupakan pondasi yang paling
penting di kehidupan manusia karena dengan adanya Hak Asasi Manusia, manusia dapat hidup
dengan nyaman, tentram, aman, dan Bahagia.4 Hak Asasi Manusia menurut Gunawan Setiardjo
adalah hak yang melekat pada manusia berdasarkan kodratnya. Jadi, hak-hak yang dimiliki
sebagai manusia dan Hak Asasi Manusia harus dipahami secara universal.

Dalam perkembangannya terdapat tiga generasi yaitu: Generasi pertama, Hak-hak sipil dan
politik (Sipol) disebut sebagai generasi hak pertama. Hak-hak dalam generasi ini di antaranya
hak hidup, keutuhan jasmani, hak kebebasan bergerak, hak suaka dari penindasan, perlindungan
terhadap hak milik, kebebasan berpikir, beragama dan berkeyakinan,kebebasan untuk berkumpul
dan menyatakan pikiran, hak bebas dari penahanan dan penangkapan sewenang-wenang, hak
bebas dari penyiksaan,hak bebas dari hukum yang beffffsssrlaku surut, dan hak mendapatkan
proses peradilan yang adil. Rumpun hak ini disebut juga hak negatif yang mensyaratkan tiadanya
campur tangan negara di dalam perwujudan hak. Hak-hak Sipol berangkat dari pengalaman
traumatik negara Barat atas terampasnya hak dan ksebebasan pada masa kegelapan abad
pertengahan dan tiga perang dunia abad 20. Generasi hak kedua yakni Hak-hak ekonomi, sosial,
dan budaya (Ekosob) disebut sebagai generasi hak kedua. Hak-hak Ekosob merupakan kontribusi
dari negaranegara sosialis yang menomorsatukan pemenuhan kesejahteraan warganya. Hak-hak
yang termasuk dalam rumpun hak ini antara lain, hak atas pekerjaan dan upah yang layak, hak
atas jaminan sosial, hak atas pendidikan, hak atas kesehatan, hak atas pangan, hak atas
perumahan, hak atas tanah, dan hak atas lingkungan yang sehat. Hak ini disebut pula sebagai hak
positif yang mensyaratkan peran aktif negara dalam pemenuhannya. Pada dasarnya, generasi hak
kedua ini merupakan tuntutan akan persamaan sosial. Selanjutnya adalah Gffffffffffffffenerasi
hak ketiga, Rumpun hak generasi ketiga disebut hak-hak solidaritas. Rumpun hak ini merupakan
tuntutan negara-negara berkembang atau Dunia Ketiga atas tatanan internasional yang lebih adil.
Hak-hak ysang termasuk rumpun ini, antara lain hak atas pembangunan, hak atas perdamaian,
hak atas sumber daya alam sendiri, hak atas lingkungan hidup yang baik, dan hak atas warisan

mm
budaya sendiri. Hakhak kelompok, seperti imigran, masyarakat hukum adat (indigeneous
people), dan kelompok minoritas harus dilindungi oleh negara.

Dalam konsep negara hukum, Hak Asasi Manusia memiliki kaitan yang erat dengan pemenuhan
Hak Asasi Manusia. Dalam melindungi hak asasi setiap manusia, negara menggunakan
instrument hukum di dalamnya. Dalam melindungi Hak Asasi Manusia dan memastikan
tegaknya Hak Asasi Manusia, negara harus memastikan bahwa hukum menjadi istrumen dalam
pengawasan terhadap otoritas public atau negara yang tidak terjadi abuse of power. Negara
memiliki kewajiban terhadap Hak Asasi Manusia untuk:5 Menghormati yang berarati bahwa
negara menahan diri terhadap turut campur pada penikmatan hak seseorang. Melindungi, yakni
bahwa negara Menyusun sebuah hukum yang berisi mekanisme-mekanisme untuk mencegah
pelanggaran Hak Asasi Manusia oleh organ-organ negara atau actor non negara. Melindungi
dalam hal ini merupakan jaminan semua orang. Selanjutnya adalah Memenuhi, yang berarti
bahwa negara mengambil Langkah-langkah aktif terintegrasi dalam institusi-institusi dan
prosedur-prosedur termasuk mengalokasikan sumber daya supaya masyarakat dapat menikmati
hak-haknya.

Transgender

Gender dan jenis kelamin merupakan dua hal yang berbeda. Gender merupakan sifat asli yang
dimiliki oleh perempuan dan laki-laki yang di dalamnya terdapat peran, norma, dan hubungan
yang baik antara laki-laki dan perempuan. Jenis kelamin adalah hal yang merupakan kodrat
Tuhan pada saat diciptakan. Banyak orang saat ini apabila salah menyebutkan penggunaan dua
kata tersebut akan langsung di sudutkan oleh orang lain karena pengggunaan kata gander itu
dilakukan hanya untuk kesetaraan. Kesetaraan adalah cita-cita yang ingin dicapai oleh
perempuan maupun laki-laki untuk memiliki hak yang sama dan adanya keadilan gender.
Kemudian untuk jenis kelamin, digunakan untuk penggolongan terhadap kelompoknya, seperti
toilet dan lainnya.6

5
Bagir Manan, Dimensi-Dimensi Hukum Hak Asasi Manusia (Butir-Butir Pemikiran dalam Rangka Purnabakti
Prof. Dr. H. Rukmana Amanwinata, S.H.,M.H) (Bandung: Pusat Studi Kebijakan Negara, Fakultas Hukum,
Universitas Padjadjaran, 2009), hal. 163.

6
Sanjaya, B. Y. (2020). KLASIFIKASI PENEMPATAN NARAPIDANA. 236–243.

mm
Transgender merupakan seseorang yang berpikir, merasa, atau melakukan tindakan yang berbeda
dari jenis kelamin yang melekat pada dirinya semenjak lahir. Adanya istilah transgender tidak
dapat digunakan sekaligus untu mendefinisikan orientasi seksual dari orang yang bersangkutan.
Seorang transgender juga isa melakukan kejahatan dan dapat dipidana apabila terbukti salah.

Transgender adalah istilah bagi seseorang yang cara berperilakunya maupun penampilannya
tidak sesuai dengan peran gender yang sesuai dengan jenis kelaminnya. Transgender berbeda
dengan transeksual padahal keduanya meemiliki arti yang berbeda. Transgender adalah sebuah
orientasi seksual dimana seseorang lebih merasa nyaman untuk menjadi seseorang yang
perilakunya berbeda dengan jenis kelamin yang dimilikinya sejak lahir. Sedangkan transeksual
adalah seorang transgender yang mengambil Langkah operasi untuk merubah kelaminnya
menjadi seperti yang ia inginkan.

Di Indonesia, pergantian jenis kelamin dapat dilakukan sesuai dengan penjelasan Pasal 56
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang administrasi. Seorang transeksual yang
mndapatkan persetujuan dari pengadilan dan setelah itu dicatat di catatan sipil, ketika
menghadapi persoalan hukum, hukum jenis kelaminnya tekah berubah sesuai denga napa yang
diajukan. Selain itu, adanya ketentuan tersebut, menunjukkan bahwa sesungguhya Indonesia
mengakui keberadaan transseksual yang merubah jenis kelamin dari pemberian Allah SWT
menjadi sesuatu yang ia inginkan.

Adanya ketentuan tersebut tetap menjadikan transgender termasuk dalam kelompok minoritas
berdasarkan orientasi seksual dan identitas gender. Dilihat sebagai manusia, seorang transgender
memiliki hak yang sama dengan masyarakat lainnya. Namun, pada kenyataannya kelompok
transgender sering mendapatkan perlakuan yang tidak adil dari masyrakat hingga pemerintah
yang memiliki kewajiban untuk menghormati setiap Hak Asasi Manusia dengan alasan
melanggar budaya, norma, dan ketentuan agama. Perlakuan yang didapatkan oleh transgender di
seluruh dunia tentunya berbeda-beda tergantung dengan apakah negara yang ia tinggali
merupakan negara yang menerima adanya kaum LGBT atau negara yang mendiskriminasi kaum
LGBT dengan melakukan upaya kriminalisasi kepada mereka dengan menangkap dan

mm
memasukkan ke penjara tanpa adanya alasan yang jelas dan tidak dapat dipertanggungjawabkan
di depan hukum. 7

Transgender in prison

Pada prinsipnya jenis kelamin manusia hanya ada dua, yakni perempuan dan laki-laki. Namun,
pada kenyataannya, terdapat laki-laki yang tidak menerima kodratnya sebagai laki-laki dan
perempuan juga tidak menerima kodratnya sebagai perempuan. Orang-orang yang tidak
menerima kodratnya itulah disebut dengan LGBT. Mereka beranggapan bahwa merekan berada
pada tubuh yang salah, tubuh yang mereka tempati bukanlah yang seharusnya mereka miliki.
Orang-orang yang berpikiran seperti itulah yang disebut dengan transgender. Transgender
merupakan suatu kondisi atau keadaan di mana terjadi kesenjangan secara fisik dan psikis
seseorang terutama terkait dengan identitas seks. (bockting dkk, 2018). Trangender sejatinya
sama seperti manusia lainnya yang juga bisa melakukan sebuah tindak pidana dan akan dihukum
sesuai dengan hukum pidana yang berlaku. Namun, dalam kenyataannya saat ini beberapa negara
termasuk Indonesia belum memiliki peraturan mengenai narapidana transgender ataupun
transeksual. Sesuai dengan Pasal 12 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan, Lembaga pemasyarakatan digolongkan atas dasar usia, jenis kelamin, lamanya
pidana yang dijatuhkan, jenis tindak pidana kejahatan, dan kriteria lainnya sesuai dengan
kebutuhan atau perkembangan pembinaan.

Kaum LGBT yang masuk ke dalam Lembaga pemasyarakatan apabila dalam kartu tanda
penduduknya atau dokumen lainnya masih tertulis bahwa jenis kelamin pemiliknya adalah laki-
laki, ia akan dimasukkan ke dalam Lembaga pemasyarakatan laki-laki meskipun dia adalah
trangender perempuan, hal tersebut juga terjadi sebaliknya. Di Indonesia sendiri rencana untuk
memisahkan Lembaga pemasyarakatan laki-laki, perempuan, dan untuk LGBT atau non gender
masih selalu menjadi sebuah rencana dikarenakan apabila rencana tersebut terwujud, masalah
yang besar seperti bentrok, demonstrasi, dan lainnya akan terjadi karena kebanyak masyarakat
Indonesia akan beranggapan bahwa negara mengakui keberadaan LGBT dengan menyediakan

7
Kosho, P. P., Jacomina, D., Hehanussa, A., & Salamor, Y. B. (2021). Perlindungan Hukum
Bagi Transgender Sebagai Warga Binaan Pemasyarakatan. Tatohi Jurnal Ilmu Hukum, 1(6),
609–617.

mm
Lembaga kemasyarakatan khusus tersebut serta tidak mengindahkan aturan-aturan agama,
kebudayaan, dan nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi negara.

Materials and methods

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dimana penulis memberikan deskripsi mengenai
suatu gejala, peristiwa, dan kejadian yang saat ini terjadi di negara-negara mayoritas muslim
terkait hak transgender di dalam Lembaga pemasyarakatan atau penjara. Penulis dalam menulis
artikel ini menggunakan materi-materi dari peraturan perundang-undangan, literatur terdahulu
dari para ahli, dan barita-berita yang saat ini sedang ramai diperbincangkan terkait dengan hak
asasi transgender di dalam Lembaga pemasyarakatan. Tujuan dari adanya penelitian ini adalah
untuk mengetahui sejauh mana peran negara yang mayoritas masyarakatnya memeluk agama
islam yakni Indonesia terhadap hak asasi yang dimiliki oleh transgender di dalam Lembaga
pemasyarakatan.

No Negara Jumlah Narapidana Banyaknya Lembaga Pemasyarakatan


Transgender untuk transgender
1. Inggris 142 orang 1

2.

Dari data di atas penulis akan menjabarkan mengenai hak asasi transgender di Lembaga
masyarkat di negara yang masyarakatnya beragama muslim.

mm
Results and Discussion

Setiap negara yang ada di seluruh dunia memiliki kebudayaan, norma-norma, nilai-nilai,
dan ideologi-ideologi yang berbeda satu sama lain. Hal ini bisa dikatakan bahwa apabila terdapat
suatu hal yang muncul dari satu negara tidak bisa semua negara untuk mengikuti dan wajib
menerima suatu hal yang baru tersebut. Hal itu adalah apabila berbicara mengenai LGBT atau
singkatan dari Lesbi, Gay, Biseksual, dan Transgender. Saat ini, LGBT lebih dari sekadar
identitas, tetapi juga merupakan campaign substance and cover atas pelanggaran same sex
attraction (SSA). Perilaku LGBT dimulai dari suatu preferensi homoseksual yang hadir dalam
keyakinan atas aktualisasi diri, pemikiran berisi pembenaran atas preferensi tersebut, dan
keinginan yang mendorong untuk merealisasikannya.8 LGBT lahir dari adanya sistem demokrasi
yang menjunjung tinggi kebebasan khususnya kebebasan individu untuk mengekspresikan diri
yang menciptakan ruang penting untuk keberadaan LGBT di kalangan masyarakat modern.

LGBT identik dengan penyimpangan seksual dari orientasi seksual yang seharusnya
yakni hubungan antara laki-laki dengan peerempuan ataupun sebaliknya yakni perempuan
dengan laki-laki, melainkan dengan sesame jenis yakni laki-laki dengan laki-laki ataupun
perempuan dengan perempuan. Tak hanya itu, terdapat juga penyimpangan seksual berupa
seseorang yang dapat menjalin hubungan dengan sesame jenis dan tidak, serta perubahan
kelamin tyang dilakukan dengan cara operasi atau tetap memiliki kelamin yang diberikan oleh
Tuhan tetapi ia merasa bahwa orientasi seksualnya bukan bukan seperti yang telah Allah
ciptakan. Menurut pandangan psikologi, perilaku penyimpangan orientasi seksual atau LGBT
pada awalanya dinyatakan sebaga penyakit, yakni kelainan gangguan jiwa dengan Diagnostic
dan Statictic of Mental Disorder (DSM) pertama dan kedua. Namun, setelah mendapat banyak
kritikan atas hasil penelitian tersebut, pada tahun 1973 APA atau American Psychiatric
Association melakukan Diagnostic dan Statictic of Mental Disorder (DSM) ketiga, dan
mendapatkan hasil yang menyatakan bahwa pelaku penyimpangan seksual atau LGBT bukan

8
Samsu, H. (2018). KEDUDUKAN LESBIAN, GAY, BISEKSUAL, DAN
TRANSGENDER (LGBT) DI INDONESIA DITINJAU DARI PERSPEKTIF HAK ASASI
MANUSIA. Lex Et Societatis, VI(6), 13–20.

mm
merupakan gangguan kejiwaan dan kelainan seksual. Oleh karena itu, dengan penelitian yang
telah dilakukan tersebut, saat ini penyimpangan seksual atau LGBT dianggap sebagai perilaku
yang normal dan alamiah. Terdapat perbedaan, di Indonesia sendiri, sesuai yang diungkapkan
oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia yakni Nila Djuwita F Moeloek saat berkunjung ke
Kota Padang, Sumatera Barat pada Februari tahun 2016 menyatakan bahwa dari sisi Kesehatan
LGBT adalah masalah kejiwaan. Masalah kejiwaan berbeda dengan gangguan kejiwaan karena
apabila gangguan kejiwaan, kaum LGBT tidak bisa berinteraksi satu sama lainnya.

Makna LGBT sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI adalah sebagai
berikut:9

1. Lesbian adalah Wanita yang mencintai dan merasakan rangsangan seksual dengan sesama
perempuan.
2. Gay adalah hubungan seks yang dilakukan antara pria dengan pria.
3. Biseksual adalah suatu kondisi di mana laki-laki bisa berhubungan dengan perempuan
dan bisa juga dengan sesame laki-laki ataupun sebaliknya.
4. Transgender dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tidak ditemukan pengertiannya, tetapi
transgender bisa dimaknai bahwa adanya perubahan jenis kelamin baik dengan cara
operasi atau mengklaim diri sendiri.

Adanya penyimpangan seksual LGBT tentunya terdapat factor-faktor yang


mempengaruhinya yaitu:

1. Factor lingkungan
Factor lingkungan dapat menjadi pemicu penyimpangan seksual dikarenakan salah
pergaulan dan masuknya pengaruh budaya barat ke Indonesia. Dalam pertemanan,
apabila kita berteman dengan orang yang LGBT, ada kecenderungan bahwa dia akan
menyebarkan informasi-informasi terkait LGBT dan akan memberi dampak pikiran
sehingga bisa menjadi bagian dari mereka.
2. Factor keluarga
Bukan hanya factor lingkungan atau factor dari eksternal yang dapat menjadi pemicu
penyimpangan seksual bagi seseorang, dari factor internal yakni factor keluarga juga
9
Wawan Setiawan and Yudhitiya Dyah Sukmadewi, “‘Peran Pancasila Pada Era Globalisasi’ Kajian
Terhadap Pancasila Dan Fenomena Lgbt (Lesbian,Gay,Bisexual,Transgender) Di Indonesia,” Jurnal Dinamika
Sosial Budaya 19, no. 1 (2017): 126, https://doi.org/10.26623/jdsb.v19i1.691.

mm
dapat memberikan dampak yang cukup signifikan bagi seseorang dalam masalah
seksualnya. Peranan kelurga sangatlah penting. Kehangatan dan keharmonisan keluarga
akan mendorong anak untuk tumbuh normal dan wajar. Apabila keluarga tidak
memberikan kasih saying, kehangatan, dan keharmonisan, misalnya anak perempuan
yang mengalami kekerasan oleh ayahnya atau kakak laki-lakinya, ia akan berpikir untuk
membenci lawan jenisnya karena dia beranggapan semua laki-laki adalah sama, serta
mulai menemukan kenyamanan dari sesame jenis yakni perempuan.
3. Factor genetic
Penyimpangan seksual dapat terjadi karena adanya Riwayat keturunan dari anggota
kelaurga sebelumnya. Hal ini dapet terjadi karena dalam tubuh manusia, kromosom laki-
laki normal adalah XY dan perempuan normal adalah XX. Di dalam kehidupan nyata saat
ini, dapat ditemukan bahwa laki-laki memiliki kromosom XXY yang menyebabkan dia
memiliki perilaku cenderung menyerupai seorang perempuan.
4. Factor pengetahuan agama, moral, dan akhlak yang lemah
Lemahnya iman dan pengendalian hawa nafsu merupakan penyebab munculnya paum
LGBT karena adanya pergeseran norma-norma Susila yang dianut oleh masyrakat. Tidak
hanya itu, minimnya pengetahuan agaman juga menjadi salah satu factor mengapa
seseorang dapat menjadi kaum LGBT karena pengetahuan agama yang menjadi dasar
dalam berperilaku mudah runtuh.

Negara Indonesia merupakan negara yang masih sangat kental dengan ajaran agama,
moral, dan etika yang berkembang dan mengakar di seluruh lapisan masyarakat Indonesia dari
Sabang hingga Merauke. Adanya factor tersebut menyebabkan perilaku penyimpangan seksual
LGBT tidak bisa semudah itu untuk diterima oleh masyarakat Indonesia karena atas dasar ajaran-
ajaran agama maupun budaya.

Transgender in the Perspective of Human Rights

People in some countries consider that being LGBT is a distorted act because it is not in
accordance with the norms and values that apply in many community groups. Sociologically or
publicly, LGBT can be interpreted as behaviour that is incompatible with the values of decency
from the viewpoint of the community where the perpetrators of the deviation are located. The

mm
community provides judgments that condemn LGBT from several forms. From a religious point
of view, LGBT is a sin. From a medical point of view, LGBT is sometimes considered a disease.
From a legal point of view, LGBT is a criminal. In the context of human rights, the recognition
of LGBT people's human rights begins when the American Psychiatric Association (APA)
conducts research on gay sexual orientation. The results of the review concluded that
homosexuality and other sexual orientations were not abnormal, not psychological deviations,
and also not diseases. LGBT is something natural and normal that happens.
After the study, in 1974, the American Psychiatric Association (APA) revoked "homo" as
one of the mental illnesses. Due to the decree, it was adopted by international bodies such as the
WHO. Since then, gay has been recognized as a form of sexual orientation, and the human rights
of LGBT people have been expressed in various national, regional, and international human
rights documents.
The problem at the moment is that not all countries in the world recognize the existence
of LGBT people, especially countries that are predominantly Islamic, one of which is Indonesia.
Indonesia, which has a Pancasila ideology, links human rights and is always racing against
Pancasila. Human rights in Indonesia get strong guarantees from the nation's ideology, namely
Pancasila. According to the perspective of human rights for transgender people in Indonesia,
stating that exercising human rights does not mean that exercising these rights is free. Human
rights in accordance with the basis of Indonesian ideology still limit human rights, especially
those related to the right to freedom of expression. The right to freedom of expression on which
LGBT deviant behaviour is based is limited by the state because precisely what is called freedom
of expression must respect and respect the rights of others as well.
Human rights are a set of rights attached to human rights and existence as God's creatures
that are all-EESA and are God's gifts that must be respected, upheld, and protected by the state
and by everyone. In addition to the human rights that every human being has, humans also have
an obligation to uphold and protect their rights.
If reviewed from a human rights perspective, the position of transgender people in
Indonesia is that the laws of Indonesia only stipulate two genders, namely women and men. This
can be inferred from the strict inclusion of men and women in the Marriage Law, the Population
Administration Act No. 23 of 2006, and the No. 3 Child Protection Law of 2002.

mm
In the perspective of human rights, Indonesia, as a country with a majority of diverse Islam,
continues to carry out its obligations as a state to protect and guarantee human rights, including
those of transgender people, even though it does not recognize the existence of transgender
people as another sex. However, in terms of exploring transgender and acknowledging its
existence, Indonesia considers that there is no urgency and sees that it is very contrary to the
values of eastern culture that exist in Indonesia, especially in terms of religious teachings.

Transgender in Islamic Perspective

Allah SWT created humans consisting of two kinds of genders, namely men and women.
This is in accordance with the Letter of Al Hujarat, Paragraph 13, which reads, "O people, verily,
We created you from a man and a woman and made you pray and hoof so that you would know."
Truly, the most noble person among you is filled with Allah, it is the most Taqwa of you. Truly,
Allah is all-knowing. If it talks about gender, this means it also has to do with gender. In the
Koran, the difference between men and women does not mean there is discrimination in it by
benefiting one party and harming the other party. In Islamic Religion, specifically in the letter
Ar-Rum verse 21, among the signs of His power, he created for you wives of your own kind, so
that you tend to feel peaceful to him and be made to include Him among your love and affection.
Truly, in this case, there are really signs for you who think.

From this seepage, it is very clear that Allah SWT is very angry and dislikes those who
disobey God's commandments. In Islam, it is not known whose name is another gender besides
men and women, and it is very strict with same-sex relationships, even to the point of changing
the creation of Allah SWT.

Transgender rights in Correctional Institutions

Transgender is one part of the LGBT movement and is defined as someone who feels,
thinks, acts, or behaves in ways that are not in accordance with their sex. The point here is
whether men who think, look, or intend to undergo sex surgery are transgender. Transgender is a
statement of one's gender identity and does not specify specifically its sexual orientation. related
to gender, gender is different from sex or gender, such as men and women. Gender refers to a set

mm
of characteristics that are associated with a person's gender and relate to his social role or identity
in society.
The existence of terms such as gender, gay, lesbian, gender, etc. does not mean that crime
is only committed by men. Crime can be committed by anyone, good or bad, male or female,
even LGBT people, who will then be fostered in existing correctional institutions.
Penitentiaries are an effort to prevent the repetition of criminal acts by fostering and providing
appropriate treatment so that the objectives of the correctional system can be achieved.
Problems arise regarding the relief of prisoners who are inmate citizens. In Indonesia, as a
country that does not recognize the existence of other genders besides men and women, in
accordance with Article 12, the sexes recognized by positive law in Indonesia are male and
female. Transgender people who are prisoners in Indonesia is one of the topics that gives rise to
various pro and con responses from the community because transgender has not been recognized
as being generally accepted in Indonesia because it is considered incompatible with the norms
and social culture of the Indonesian state. However, in accordance with the Declaration of
Human Rights, no matter who the gender, no one is seen as having the right to legal protection
and other rights in the Human Rights Act, so even in correctional institutions, transgender rights
must be protected. This is due because in the concept of the rule of law there is recognition that
upholding respect for human rights whose nature is inherent and inseparable from humans is a
form of protection that must be given by the state because truly, the human rights of every
human being must be respected, upheld, and protected by the dignity of his person by whoever is
no exception to the state.
As humans, we have the same rights as other societies, even though transgender people
enter minority groups based on their sexual orientation and gender identity. However, this does
not suit his intelligence in the field, as there are currently no regulations governing transgender
people in Indonesia, which results in the absence of a specific picture regarding the form of legal
protection provided by the state for transgender people in correctional institutions.
Legal protection for transgender rights in correctional institutions is not currently actually
accepted by transgender people themselves. This happens due to constraints that originate from
within, namely from the correctional institution itself, from officers, and other inmate. and also,
constraints originating from outside, namely related to the reaction of the community to
transgender people as citizens of the prison.

mm
In addition, transgender people feel their rights have not been fulfilled in Indonesia
because of the legal vacuum there, which does not regulate the position of transgender people as
citizens of the body. Apart from the legal vacuum, almost all correctional institutions scattered
throughout Indonesia do not have special rooms or more rooms. The absence of a special
transgender correctional institution makes transgender people uncomfortable because they are
vulnerable to sexual harassment if they make contact with another inmate.

mm
Conclusion

Semakin besarnya kampanye-kampanye yang dilakukan oleh kaum LGBT membuat negara-
negara yang memiliki pola pikir atau sudut pandang kontra akan kaum tersebut mencoba
berbagai cara untuk membuat masyarakatnya tidak terpengaruh akan kampanye yang dianggap
tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya yang dimiliki, nilai-nilai semua agama, hingga nilai-nilai
yang tertulis di Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia. Kaum LGBT dalam kampanyenya
selalu membawa-bawa isu Hak Asasi Manusia yang di dalamnya pasti ada kewajiban setiap
negara untuk emlindungi, menghormati, dan menjamin setiap masyarakat Indonesia tidak
direnggut atau dilukai Hak Asasi Manusianya.

Penggolongan narapidana di Lembaga pemasyarakatan untuk narapidana yang memiliki orientasi


seksual yakni transgender perlu diperhatikan karena saat ini negara Indonesia sebagai negara
yang mayoritas masyarakatnya memeluk agama islam, belum memiliki peraturan perundang-
undangan yang mengatur akan hal tersebut. Negara Indonesia masih mengatur bahwa jenis
kelamin itu hanya ada dua yakni laki-laki dan perempuan, tidak ada lagi jenis kelamin atau
pernyataan tidak berjenis kelamin(non gender) lainnya.

Adanya perbedaan sudut pandang yang dimiliki oleh agama islam terkait dengan transgender
membuat negara-negara yang mayoritas masyarakatnya beragama islam tidak mememenuhi
kewajibannya sebagai negara dalam hal pelindungan bagi setiap manusia termasuk trangender.
Transgender tidak diakui sebagai transgender, mereka tetap dianggap berjenis kelamin sesuai
dengan kodrat yang mereka terima sejak ia lahir dari Tuhan. Namun, terdapat pengecualian
seperti dalam hal contoh kasus artis Indonesia yakni Lucinta Luna, ia merupakan transeksual ari
laki-laki menjadi perempuan dengan melakukan proses operasi. Selain itu, ia juga telah merubah
keterangan jenis kelaminnya di kartu tanda penduduknya dengan persetujuan pihak terkait. Oleh
karena itu, pada saat Lucinta Luna di masukkan ke dalam Lembaga permasyarakatan, ia masuk
ke dalam Lembaga Pemasyarakatan perempuan bukan Lembaga Pemasyarakatan laki-laki.
Sesungguhnya, apabila melihat dari banyaknya kasus yang terjadi di negara-negara lain terkait
dengan tidak dipisahkannya narapidana transgender dengan orang-orang straight, banyak

mm
narapidana transgender yang mengalami gangguan fisik dan psikis dari narapidana lain. hal
tersebut berarti bahwa hak-hak manusia yang dimiliki oleh transgender tanpa dipandang dari
orientasi seksualnya direnggut, yakni mereka tidak bisa mendapatkan hak untuk hidup, hak untuk
merasa nyaman dan aman, hak untuk melanjutkan hidup, dan lainnya. Oleh karena itu, solusi
terbaik saat ini untuk menjamin hak-hak asasi yang dimiliki oleh setiap orang termasuk kaum
transgender dan transeksual, pihak legislative harus Menyusun peraturan perundang-undangan
yang di dalamnya mengatur mengenai Lembaga Pemasyarakatan pemasyarakatan yang
diperuntukkan untuk kaum Transgender. Hal tersebut bukan berarti bahwa negara mengakui
keberadaan transgender yang tidak sesuai dengan jaran agama mayoritas yakni agama Islam,
melainkan negara di sini melaksanakan kewajibannya untuk senantiasa melindungi dan
menjamin hak-Hak Asasi Manusia yang dimiliki oleh seluruh masyarakat dengan menjamin hak
hidupnya, hak untuk melanjutkan hidup, hak untuk merasakan kenyamanan dan aman, dan hak
lainnya diluar terkait hak kebebasan berekspresi yang erat kaitannya dengan kaum LGBT
termasuk salah satunya adalah kaum transgender.

Acknowledgments

Thanks to Mr. Ridwan Arifin which inspired and support me to write this article.

Disclosure Statement

No potential conflict of interest was reported by the authors.

Funding

Notes and contributors

Orcid

References

mm
mm

Anda mungkin juga menyukai