Dosen Pengampu :
Dewi Sri Woelandari P.G, S.E., M.Sc
Anggota Kelompok :
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA
2022
LAPORAN HASIL WAWANCARA
A. Latar Belakang
Wisata Hutan Bambu Bekasi merupakan salah satu objek wisata yang baru dibentuk
pada tahun 2018 yang lalu, Hutan Bambu berasal dari nama pangkalan bambu.yang
dikelola oleh masyarakat sekitar yang bersinergi dengan Dinas Lingkungan Hidup
Kota Bekasi dan PPKLH (Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan
Hidup) untuk pengembangan fasilitas wisata dan sekaligus menjaga agar hutan bambu
selalu terawat.
D. Narasumber
1. Pak Dudi (Ketua Pengurus Hutan Bambu Bekasi) | Zona B atau Zona Dua
2. Ibu Maryasih (Bendahara Pengurus Hutan Bambu Bekasi) | Zona A atau Zona Satu
E. Hasil Wawancara
Zona A (ibu Maryasih)
Dari wawancara dengan ibu Maryasih, kami mendapat informasi mengenai:
a. Fasilitas yang disediakan oleh wisata hutan bambu Bekasi,
diantaranya: (1) mushola; (2) toilet; (3) panggung pentas seni; (4)
gazebo/saung bambu; dan (5) ragam kuliner tradisional;
b. Fasilitas yang sangat diminati oleh pengunjung di zona A ini ialah
panggung hiburan dan kulinernya yang beragam;
c. Terbentuknya wisata hutan bambu bermula dari bambu-bambu yang
memang sudah ditanam mulai tahun 2012 sebagai langkah warga
sekitar untuk pencegahan abrasi. Disamping itu, juga memang sudah
ada perencanaan untuk diadakannya ‘Kampung Wisata Air’ di lokasi
hutan bambu saat ini. Namun, seiring berjalannya waktu, bambu-
bambu yang ditanam di tahun 2012, mulai terlihat bertumbuh di tahun
2017 dan ada pihak Dinas Lingkungan Hidup yang melihat potensi
lokasi hutan bambu bekasi ini untuk dijadikan sebagai tempat
berkumpul/wisata. Yang akhirnya, dari pihak Dinas LH mencoba
untuk melakukan kerjasama dengan pemilik lahan dan disetujui, dari
situlah wisata hutan bambu ini terbentuk;
d. Biaya yang dikeluarkan selama pengembangan wisata hutan bambu
Bekasi itu tidak langsung banyak, melainkan benar-benar satu persatu
dirintis dari mulai satu saung dan warung kuliner serta penataan yang
menghabiskan kurang-lebih Rp 13.500.000,- (tiga belas juta lima ratus
ribu rupiah). Dengan dana sebesar itu, pada awalnya tidak ada
penggunaan APBD sama sekali karena kepemilikan tanah di wisata
hutan bambu Bekasi zona A ini adalah milik warga pribadi sehingga
tidak bisa menyerap dana APBD, melainkan sumber dana
pengembangan diperoleh dari dana hibah dan dana CSR dari
perusahaan-perusahaan. Namun, dari pemerintah juga tidak lantas
menutup mata dan cuek saja, wisata hutan bambu ini juga diberikan
fasilitas seperti WiFi, PJU (Penerangan Jalan Umum), perbaikan akses
ke wisata hutan bambu, dan penunjuk arah untuk menuju ke wisata
hutan bambu Bekasi;
e. Tidak ada HTM untuk masuk ke wisata hutan bambu Bekasi, namun
ada kotak yang disediakan bagi pengunjung yang ingin membantu
pengembangan hutan bambu Bekasi, yang bersifat seikhlasnya;
f. Pemusik yang ada di panggung hiburanpun sifatnya ‘mengamen’
karena pengelola tidak bisa membayar seniman-seniman yang tampil
di panggung hiburan tersebut;
g. Target utama pengunjung wisata hutan bambu Bekasi ini ialah
kalangan menengah ke bawah. Hal ini berkaitan dengan tidak
diadakannya HTM (Harga Tiket Masuk) agar bisa lebih menjangkau
kalangan menengah ke bawah untuk berkunjung sekaligus sebagai
wadah alternatif destinasi wisata bagi kalangan menengah ke bawah.
Selain itu, kebanyakan pengunjung yang hadir di wisata hutan bambu
ini ialah komunitas-komunitas seperti komunitas ojol, komunitas
ngapak, dll;
h. Untuk Zona B, dilakukan penanaman bambu dari tahun 2020-an, dan
kepemilikan tanah murni dari PJT sehingga bisa menyerap dana
APBD. Pada awal pengembangan, zona B mendapat dana APBD
sebesar 200 juta rupiah.
i. Luas tanah di zona A ini sekitar 1500 m.
j. Rencana pengembangan di wisata hutan bambu zona A ini akan
dimulai dari perbaikan saung dan fasilitas yang sudah mulai
lapuk/rapuh dan ada rencana untuk dibuat aula terbuka untuk
pengadaan akad nikah kecil di lokasi wisata hutan bambu Bekasi ini;
k. Dari adanya wisata hutan bambu Bekasi ini juga berpengaruh walau
sedikit terhadap peningkatan ekonomi masyarakat sekitar lokasi
wisata. Dan memang akan terus dilakukan pengembangan sehingga
dapat terus memberikan manfaat positif terutama pada warga sekitar;
l. Untuk pengamanan, menjadi tanggungjawab bersama, baik pedagang
dan dari pihak pengurus/pengelola. Hanya saja memang dari pengurus
tidak begitu rutin untuk melakukan pengamanan.
m. Untuk promosi, sudah ada promosi melalui platform digital seperti
instagram. Hanya saja tidak begitu banyak peminat, dan memang ada
faktor dari para pengurus yang kurang paham soal teknologi sehingga
pengembangan promosi melalui instagram kurang bisa efektif;
n. Dari kurangnya kemampuan pengelola dalam platform digital untuk
mengembangkan wisata hutan bambu Bekasi ini menjadikan para
pengelola berharap akan ada pelatihan khusus soal ini atau mungkin
ada dari muda-mudi sekitar dan juga akademisi yang mau membantu
mengelola platform digital wisata hutan bambu Bekasi ini;
o. Harapan dari ibu Maryasih juga agar terus konsisten diadakan
pelatihan bagi para pengurus/pengelola dan SDM dari wisata hutan
bambu Bekasi.
p. Cita-cita ibu Maryasih dan para pengelola untuk wisata hutan bambu
Bekasi ini supaya menjadi destinasi wisata yang makin diminati oleh
masyarakat terutama masyarakat Bekasi itu sendiri. Setidaknya lokasi
ini dapat dikenal sebagai kampung kuliner khas betawi.
LAMPIRAN
https://drive.google.com/drive/folders/1Oxobe84wmPSO9KqKIeEY7PvFsVZlWiEW?
usp=sharing atau klik disini
Gambar 2.1 Foto Kelompok dengan Pak Dudi selaku Ketua Pengurus Hutan Bambu Bekasi (dari kiri ke
kanan: Tegar-Mirza-Pak Dudi-Awalia-Jhonatan)
Gambar 2.2 Foto Kelompok dengan Ibu Maryasih selaku Bendahara Pengurus Hutan Bambu Bekasi
(dari kiri ke kanan: Awalia-Jhonatan-Ibu Maryasih-Mirza-Tegar)
3. Dokumentasi Foto Wisata Hutan Bambu