Anda di halaman 1dari 32

Klasifikasi Tumbuhan : Spesies dan Populasi, Penamaan Takson (Kategori dan

Contoh)

Klasifikasi Tumbuhan : Spesies dan Populasi, Penamaan Takson (Kategori dan


Contoh)

Pengelompokkan Populasi

Populasi tumbuhan dialam oleh ahi taksonomi dapat dikelempokkan menjadi suatu jenis atau
spesies dan diberi nama secara binomial dengan kaidah bahasa latin, misalnya jenis puring,
jenis bunga sepatu, atau jenis tapak dara.

Pengertian Spesies

Spesies atau jenis secara taksonomi didefinisikan sebagai populasi yang memiliki sifat
morfologi, anatomi, dan fisiologi yang seragam. Individu yang sejenis, memiliki jumlah
kromosom yang sama dan antar warga sejenis akan mengalami interbreeding fertil. Tetapi,
sesungguhnya masing-masing spesies penyusun populasi yang ada dialam masih tampak
bervariasi.

Contoh Spesies

Variasi Fenotip dan Variasi Genotip

Variasi tersebut bukan hanya secara fenotip namun genotip. Variasi fenotip dan genotip
dalam populasi spesies pada wilayah distribusi alamiahnya disebut plasma nutfah.
Variasi genotip lebih besar dibandingkan variasi fenotip karena fenotip merupakan ekspresi
genotip atas pengaruh faktor lingkungan, dengna demikian terdapat genotip yang tidak
terekspresikan. Oleh karena itu keragaman gen pada dasarnya dapat diamati secara fenotip,
misalnya berupa variasi bentuk dan warna bunga pada spesies mangga.

Takson (Taksa) dan Pengertian Populasi

Takson (taksa) dan peringkat (kategori) merupakan kelompok (golongan) tumbuhan dialam,
yang berwujud sebagai populasi. Populasi merupakan kelompok individu yang seragam
menempati skala ruang dan waktu tertentu. Pengelompokan (klasifikasi) taksa selalu
bedasarkan keseragaman sifat, agar taksa (populasi) dapat dengan mudah dikenali (mencari
keseragaman didalam keanekaragaman tumbuhan). Taksa oleh ahli taksonomi tumbuhan
kemudian diberi nama dan identitas tentang sifat-sifatnya, terutama sifat morfologi.
Penamaan taksa tumbuhan diatur oleh kode internasional tatanama tumbuhan.

Baca Juga : Ekologi : Pengertian (Abiotik dan Biotik), Kajian (Populasi, Komunitas, dan
Ekosistem), dan Sistem (Respon Individu dan Populasi)

Contoh Penamaan Takson

Akhiran nama suatu takson memberikan indikasi pada peringkat (kategori) yang mana nama
tersebut diberikan, misalnya Spermatophyta adalah nama divisi (divisio) untuk seluruh
anggota tumbuhan berbiji, Angiospermae adalah nama anak divisi (subdivisio) untuk seluruh
anggota tumbuhan berbiji tertutup, Dikotil adalah nama kelas (classis) untuk tumbuhan yang
memiliki dua keping biji, Solanales adalah nama bangsa (ordo), Soloanaceae adalah nama
suku (familia), solanum adalah nama marga (genus), Solanum tuberosum adalah nama jenis
(spesies).

Kategori Takson
 Setiap divisi memiliki anggota sejumlah subdivisi.
 Subdivisi memiliki anggota sejumlah kelas.
 Kelas  memiliki anggota sejumlah bangsa.
 Bangsa memiliki anggota sejumlah spesies.
 Spesies memiliki anggota sejumlah varitas (varietas).
Kategori diatas adalah kategori utama dan sampai saat ini dikenal sejumlah 25 kategori
klasifikasi secara ilmiah.
 Divisi sampai dengan suku dikenal dengan kategori mayor,
 marga sampai spesies dikenal dengan kategori minor, dan
 kategori dibawah jenis disebut kategori intraspesific.

Penamaan Jenis (Spesies)

Jenis (spesies) diketahui merupakan dasar penyebutan nama secara taksonomi, memiiki
tatanama yang spesifik terdiri dari nama marga dan nama penunjuk spesies, misal Musa
paradisiaca L., Musa adalah marga dengan nama besar, paradisiaca adalah penunjuk spesies,
L. adalah singkatan nama Linnaeus sebagai pemberi nama. Karya Linnaeus, 1 mei 1753
berjudul “ species plantarum” dijadikan dasar berlakunya kode intenasional tatanama
tumbuhan. Pada umumnya nama tumbuhan termasuk spesies, dibedakan dengan kata lain
dalam kalimat, sebagai kata asing dapat digaris bawahi, dicetak miring, atau dicetak tebal.

Daftar Pustaka
Tim Penyusun. 2014. Buku Petunjuk Praktikum Biologi Umum. Fakultas Biologi UGM.
Yogyakarta

Variasi

Fenotipe suatu individu organisme dihasilkan dari genotipe dan pengaruh sekeliling yang


terkait organisme tersebut. Variasi fenotipe yang substansial pada suatu populasi diakibatkan
oleh perbedaan genotipenya.[33] Sintesis evolusioner modern merumuskan evolusi sbg
perubahan dari saat ke saat pada variasi genetika ini. Frekuensi alel tertentu akan
berfluktuasi, menjadi lebih umum atau kurang umum relatif terhadap struktur pautan gen itu.
Gaya dorong evolusioner melakukan pekerjaan dengan mendorong perubahan pada frekuensi
alel ini ke satu arah atau pautannya. Variasi menghilang ketika suatu alel mencapai
titik fiksasi, yakni ketika beliau menghilang dari suatu populasi ataupun beliau telah
menggantikan semuanya alel leluhur.[34]
Variasi berasal dari mutasi bahan genetika, migrasi antar populasi (arus gen), dan
perubahan susunan gen melewati reproduksi seksual. Variasi juga datang dari tukar ganti
gen selang spesies yang berbeda; misalnya melewati transfer gen horizontal pada bakteria
dan hibridisasi pada tanaman.[35] Walaupun terdapat variasi yang terjadi secara terus menerus
melewati proses-proses ini, kebanyakan genom spesies adalah identik pada seluruh individu
spesies tersebut.[36] Namun, bahkan perubahan kecil pada genotipe mampu mengakibatkan
perubahan yang dramatis pada fenotipenya. Misalnya simpanse dan manusia hanya beda pada
5% genomnya.[37]

Mutasi

Penggandaan pada kromosom

Variasi genetika berasal dari mutasi tanpa pola yang terjadi pada genom organisme. Mutasi
merupakan perubahan pada urutan DNA sel genom dan diakibatkan oleh radiasi, virus,
transposon, bahan kimia mutagenik, serta kekeliruan selama
proses meiosis ataupun replikasi DNA.[38][39][40] Mutagen-mutagen ini menghasilkan beberapa
jenis perubahan pada urutan DNA. Hal ini mampu mengakibatkan perubahan produk gen,
mencegah gen berfungsi, atupun tidak menghasilkan efek sama sekali. Kajian pada
lalat Drosophila melanogaster menunjukkan bahwa jika suatu mutasi mengubah protein
yang dihasilkan oleh suatu gen, 70% mutasi ini memiliki efek yang merugikan dan sisanya
netral ataupun sedikit menguntungkan.[41] Oleh karena efek-efek merugikan mutasi terhadap
sel, organisme memiliki mekanisme reparasi DNA sebagai menghilangkan mutasi.[38] Oleh
karena itu, laju mutasi yang optimal sebagai suatu spesies merupakan kompromi bayaran laju
mutasi tinggi yang merugikan, dengan bayaran metabolik sistem mengurangi laju mutasi,
seperti enzim reparasi DNA.[42] Beberapa spesies seperti retrovirus memiliki laju mutasi
yang tinggi, sedemikian lebih kurangnya keturunannya akan memiliki gen yang bermutasi.
 Mutasi cepat seperti ini dipilih agar virus ini mampu secara konstan dan cepat berevolusi,
[43]

sehingga mampu menghindari respon sistem immun manusia.[44]

Mutasi mampu melibatkan duplikasi fragmen DNA yang akbar, yang merupakan sumber
utama bahan baku sebagai gen baru yang berevolusi, dengan puluhan sampai ratusan gen
terduplikasi pada genom binatang setiap satu juta tahun. [45] Kebanyakan gen merupakan
bagian dari famili gen leluhur yang sama yang lebih akbar.[46]

Gen dihasilkan oleh beberapa cara, umumnya melewati duplikasi dan mutasi gen leluhur
ataupun dengan merekombinasi bagian gen yang beda, membentuk kombinasi baru dengan
fungsi yang baru.[47][48] Sbg contoh, mata manusia menggunakan empat gen sebagai
menghasilkan struktur yang mampu merasakan cahaya: tiga sebagai sel kerucut, dan satu
sebagai sel batang; semuanyanya berasal dari satu gen leluhur tunggal. [49] Keuntungan
duplikasi gen (atau bahkan semuanya genom) adalah bahwa tumpang tindih atau fungsi
berlebih pada gen ganda mengijinkan alel-alel dipertahankan (jika tidak akan
membahayakan), sehingga meningkatkan keanekaragaman genetika.[50]

Perubahan pada bilangan kromosom mampu melibatkan mutasi yang bahkan lebih akbar,
dengan segmen DNA dalam kromosom terputus kemudian tersusun kembali. Sbg contoh, dua
kromosom pada genus Homo bersatu membentuk kromosom 2 manusia; pernyatuan ini
tidak terjadi pada garis keturunan kera pautannya, dan tetap dipertahankan sbg dua
kromosom terpisah.[51] Peran paling penting penataan ulang kromosom ini pada evolusi
probabilitas adalah sebagai mempercepat divergensi populasi menjadi spesies baru dengan
menciptakan populasi tidak saling mengembang biak, sehingga mempertahankan perbedaan
genetika selang populasi ini.[52]

Urutan DNA yang mampu berpindah pada genom, seperti transposon, merupakan bagian
utama pada bahan genetika tanaman dan binatang, dan mampu memiliki peran penting pada
evolusi genom.[53] Sbg contoh, lebih dari satu juta kopi urutan Alu terdapat pada genom
manusia, dan urutan-urutan ini telah digunakan sebagai menjalankan fungsi seperti
regulasi ekspresi gen.[54] Efek pautan dari urutan DNA yang melakukan usaha ini adalah
ketika beliau berpindah dalam suatu genom, beliau mampu memutasikan atau mendelesi gen
yang telah hadir, sehingga menghasilkan keanekaragaman genetika.[55]
Jenis kelamin dan rekombinasi

Pada organisme aseksual, gen diwariskan bersama, atau ditautkan, karena beliau tidak
mampu bercampur dengan gen organisme pautan selama reproduksi. Keturunan organisme
seksual mengandung campuran tanpa pola kromosom leluhur yang dihasilkan
melewati pemilahan lepas sama sekali. Pada proses rekombinasi genetika terkait,
organisme seksual juga mampu bertukarganti DNA selang dua kromosom yang selaras.
 Rekombinasi dan pemilahan ulang tidak mengubahan frekuensi alel, namun mengubah
[56]

alel mana yang diasosiasikan satu sama pautannya, menghasilkan keturunan dengan
kombinasi alel yang baru.[57] Manakala proses ini meningkatkan variasi pada keturunan
individu apapun, pencampuran genetika mampu diprediksi sebagai tidak menghasilkan efek,
meningkatkan, ataupun mengurangi variasi genetika pada populasi, bergantung pada
bagaimana ragam alel pada populasi tersebut terdistribusi. Sbg contoh, jika dua alel secara
tanpa pola terdistribusi pada suatu populasi, karenanya jenis kelamin tidak akan memberikan
efek pada variasi. Namun, jika dua alel cenderung ditemukan sbg satu pasang, karenanya
pencampuran genetika akan menyeimbangkan distribusi tak-acak ini, dan dari saat ke saat
menciptakan organisme pada populasi menjadi lebih mirip satu sama pautannya. [57] Efek
semuanya jenis kelamin pada variasi alami tidaklah jelas, namun riset baru-baru ini
menunjukkan bahwa jenis kelamin biasanya meningkatkan variasi genetika dan mampu
meningkatkan laju evolusi.[58][59]

Rekombinasi mengijinkan alel sama yang berdekatan satu sama pautannya pada unting DNA
diwariskan secara lepas sama sekali. Namun laju rekombinasi adalah rendah, karena pada
manusia dengan potongan satu juta pasangan basa DNA, terdapat satu di selang seratus
peluang perihal jadinya rekombinasi terjadi per generasi. Akibatnya, gen-gen yang
berdekatan pada kromosom tidak selalu disusun ulang menjauhi satu sama pautannya,
sehingga cenderung diwariskan bersama.[60] Kecenderungan ini diukur dengan menemukan
bagaimana sering dua alel gen yang beda ditemukan bersamaan, yang disebut sbg
ketakseimbangan pertautan (linkage disequilibrium). Satu set alel yang biasanya diwariskan
bersama sbg satu kumpulan disebut sbg haplotipe.

Reproduksi seksual membantu menghilangkan mutasi yang merugikan dan mempertahankan


mutasi yang menguntungkan.[61] Sbg hasilnya, ketika alel tidak mampu dipisahkan dengan
rekombinasi (misalnya kromosom Y mamalia yang diwariskan dari ayah ke anak laki-laki),
mutasi yang merugikan berakumulasi.[62][63] Selain itu, rekombinasi dan pemilahan ulang
mampu menghasilkan individu dengan kombinasi gen yang baru dan menguntungkan. Efek
positif ini diseimbangkan oleh fakta bahwa proses ini mampu menyebabkan mutasi dan
pemisahan kombinasi gen yang menguntungkan.[61]

Genetika populasi

Biston Betularia putih

Biston Betularia hitam

Dari sudut pandang genetika, evolusi ialah perubahan pada frekuensi alel dalam populasi
yang saling berbagi lungkang gen (gene pool) dari generasi yang satu ke generasi
pautannya.[64] Suatu populasi merupakan kumpulan individu terlokalisasi yang merupakan
spesies yang sama. Sbg contoh, semua ngengat dengan spesies yang sama yang hidup di
suatu hutan yang terisolasi mewakili suatu populasi. Suatu gen tunggal pada populasi ini
mampu benar bentuk-bentuk alternatif yang bertanggung jawab terhadap variasi antar
fenotipe organisme. Misalnya adalah gen yang bertanggung jawab terhadap warna ngengat
benar dua alel: hitam dan putih. Lungkang gen merupakan semuanya set alel pada suatu
populasi tunggal, sehingga tiap alel muncul pada lungkang gen beberapa kali. Fraksi gen
dalam lungkang gen yang merupakan alel tertentu disebut sbg frekuensi alel. Evolusi terjadi
ketika terdapat perubahan pada frekuensi alel dalam suatu populasi organisme yang saling
berkembangbiak; sbg contoh alel sebagai warna hitam pada populasi ngengat menjadi lebih
umum.
Sebagai memahami mekanisme yang menyebabkan suatu populasi berevolusi, adalah sangat
berjasa sebagai memperhatikan kondisi-kondisi apa saja yang diperlukan oleh suatu populasi
sebagai tidak berevolusi. Asas Hardy-Weinberg mencetuskan bahwa frekuensi alel (variasi
pada suatu gen) pada suatu populasi yang cukup akbar akan tetap konstan jika gaya dorong
yang terdapat pada populasi tersebut hanyalah penataan ulang alel secara tanpa pola selama
pembentukan sperma atau sel telur dan kombinasi tanpa pola alel sel kelamin ini
selama pembuahan.[65] Populasi seperti ini diceritakan sbg dalam kesetimbangan Hardy-
Weinberg dan tidak berevolusi.[66]

Arus gen

Singa jantan meninggalkan kumpulan tempat beliau lahir, dan menuju ke kumpulan yang
baru sebagai berkawin. Hal ini menyebabkan arus gen antar kumpulan singa.

Arus gen merupakan pertukaran gen antar populasi, yang biasanya merupakan spesies yang
sama.[67] Contoh arus gen dalam suatu spesies meliputi migrasi dan perkembangbiakan
organisme atau pertukaran serbuk sari. Transfer gen antar spesies meliputi pembentukan
organisme hibrid dan transfer gen horizontal.

Migrasi ke dalam atau ke luar populasi mampu mengubah frekuensi alel, serta menambah
variasi genetika ke dalam suatu populasi. Imigrasi mampu menambah bahan genetika baru
ke lungkang gen yang telah hadir pada suatu populasi. Sebaliknya, emigrasi mampu
menghilangkan bahan genetika. Karena pemisahan reproduksi selang dua populasi yang
berdivergen diperlukan agar terjadi spesiasi, arus gen mampu memperlambat proses ini
dengan menyebarkan genetika yang beda antar populasi. Arus gen dihalangi oleh barisan
gunung, samudera, dan padang pasir. Bahkan kontruksi manusia seperti Tembok Raksasa
Cina mampu menghalangi arus gen tanaman.[68]
Bergantung dari sejauh mana dua spesies telah berdivergen sejak leluhur bersama terbaru
mereka, adalah mungkin kedua spesies tersebut menghasilkan keturunan, seperti
pada kuda dan keledai yang hasil perkawinan campurannya menghasilkan bagal.
 Hibrid tersebut biasanya mandul, oleh karena dua set kromosom yang beda tidak mampu
[69]

berpasangan selama meiosis. Pada kasus ini, spesies yang berhubungan akrab mampu secara
reguler saling kawin, namun hibrid yang dihasilkan akan terseleksi keluar, dan kedua spesies
ini tetap beda. Namun, hibrid yang benar kemampuan mengembang biak kadang-kadang
terbentuk, dan spesies baru ini mampu memiliki sifat-sifat selang kedua spesies leluhur
ataupun fenotipe yang secara semuanya baru.[70] Pentingnya hibridisasi dalam pembentukan
spesies baru binatang tidaklah jelas, walaupun beberapa kasus telah ditemukan pada banyak
jenis hewan,[71] Hyla versicolor merupakan contoh binatang yang telah dikaji dengan baik.[72]

Hibridisasi merupakan cara spesiasi yang penting pada tanaman, karena poliploidi (memiliki


lebih dari dua kopi pada setiap kromosom) mampu lebih ditoleransi pada tanaman
dibandingkan binatang.[73][74] Poliploidi sangat penting pada hibdrid karena beliau
mengijinkan reproduksi, dengan dua set kromosom yang beda, tiap-tiap kromosom mampu
berpasangan dengan pasangan yang identik selama meiosis. [75] Poliploid juga memiliki
keanekaragaman genetika yeng lebih, yang mengijinkannya menghindari depresi
penangkaran sanak (inbreeding depression) pada populasi yang kecil.[76]

Transfer gen horizontal merupakan transfer bahan genetika dari satu organisme ke


organisme pautannya yang bukan keturunannya. Hal ini paling umum terjadi pada bakteri.
 Pada bagian pengobatan, hal ini berkontribusi terhadap resistansi antibiotik. Ketika satu
[77]

bakteri mendapatkan gen resistansi, beliau akan dengan cepat mentransfernya ke spesies
pautannya.[78] Transfer gen horizontal dari bakteri ke eukariota seperti
khamir Saccharomyces cerevisiae dan kumbang Callosobruchus chinensis juga mampu
terjadi.[79][80] Contoh transfer dalam skala akbar adalah pada eukariota bdelloid rotifers, yang
kelihatannya telah menerima gen dari bakteri, fungi, dan tanaman. [81] Virus juga mampu
membawa DNA antar organisme, mengijinkan transfer gen antar domain.[82] Transfer gen
berskala akbar juga telah terjadi selang leluhur sel eukariota dengan prokariota selama
akuisisi kloroplas dan mitokondria.[83]
Varietas

Dalam pengertian botani varietas adalah suatu peringkat taksonomi sekunder di bawah
spesies. Peringkat sekunder lain di bawah spesies adalah forma. Suatu varietas
menunjukan penampilan yang khas berbeda dari varietas lain, tetapi akan bersilang dengan
bebas terhadap varietas lainnya. Penulisan nama varietas dicetak miring dan didahului
dengan singkatan "var." Contoh: Oryza sativa var. indica.
Perlu disadari bahwa varietas dalam pengertian botani tidak sama dengan pengertian
varietas untuk tanaman budidaya. Bagi tanaman budidaya, istilah "varietas" merupakan
variasi tidak resmi atau kolokial bagi kultivar. Sering sekali apa yang ditulis atau
disampaikan sebagai "varietas", khususnya apabila menyangkut suatu populasi hasil
pemuliaan tanaman, sebenarnya adalah kultivar. "Kekacauan" semacam ini sangat umum
dalam literatur mengenai serealia, anggur, dan tanaman non-hortikultura. Varietas dalam
pengertian botani dapat mencakup satu atau banyak kultivar. Sebagai contoh, 'IR64'
bukanlah varietas dalam pengertian botani, melainkan suatu kultivar padi, meskipun orang
menyebutnya "varietas 'IR64'".

Tanaman puring (Codiaeum variegatum (L.) Blume) merupakan tanaman hias populer.
Helaian daun puring memiliki variasi yang tinggi, khususnya variasi bentuk, warna, dan
ukuran daun. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis keanekaragaman morfologi tanaman
puring di Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB), Dramaga. Penelitian yang dilakukan
bersifat eksploratif dengan menjelajahi kawasan Kampus IPB, Dramaga. Dua belas karakter
morfologi helaian daun puring diubah dalam skor bilangan. Korelasi matriks (Pearson) di
antara peubah karakter morfologi helaian daun dianalisis menggunakan XLSTAT Pro 2014
software. Pembuatan dendrogram dilakukan dengan metode UPGMA pada NTSYS versi 2.2.
Berdasarkan pengamatan karakter morfologi helaian daun ditemukan 54 aksesi kultivar
puring. Rasio helaian daun (p/l) memiliki variabilitas yang tinggi dibandingkan dengan
karakter kuantitatif lainnya. Nilai korelasi tertinggi antara peubah karakter morfologi helaian
daun (r= 0.522) terdapat pada warna tangkai daun dengan warna pertulangan daun. Hasil
analisis cluster menunjukkan bahwa 54 aksesi kultivar puring mengelompok menjadi dua
kelompok besar pada koefisien kemiripan 0.66. Kelompok I terdiri atas 18 aksesi kultivar
puring dengan karakter morfologi helaian daun berukuran kecil, memuntir, appendiculate
atau dengan tepi helaian daun rata. Kelompok II terdiri atas 36 aksesi kultivar puring dengan
karakter morfologi helaian daun berukuran besar, datar, bergelombang, tidak appendiculate,
atau dengan tepi helaian daun bertoreh. Koefisien kemiripan paling besar (0.96) dimiliki oleh
pasangan aksesi kultivar puring Cd 49 dan Cd 52; Cd 18 dan Cd 19; serta Cd 21 dan Cd 22.
Aksesi kultivar puring Cd 34 memiliki koefisien kemiripan yang paling kecil (0.67) terhadap
semua aksesi kultivar puring lainnya.

Klasifikasi Puring – Bunga Puring termasuk kedalam famili Eurphorbiaceae, dengan


genus Codiaeum, memiliki nama latin Codiaeum variegatum yang merupakan salah satu
jenis tanaman hias yang banyak di minati dan di tanam masyaraka Indonesia.

Pengertian Puring merupakan jenis tanaman daun haus yang juga di kenal
nama Croton   digunakan sebagai tanaman hias karena keindahan keragaman corak dan
warnanya. Warna daunnya sangat beragam, seperti hijau, kuning, orange,  merah dan ungu
dengan corak daun bintik-bintik atau garis.

Baca: Tumbuhan Berbiji Terbuka – Pengertian, Ciri-ciri, Klasifikasi dan Contohnya

Tanaman ini  memiliki  daun yang menonjol dalam satu tanaman memiliki dua atau tiga
warna sekaligus. Bentuk Daunnya juga bervariasi ada yang berbentuk huruf z, berbentuk
burung walet ekor ayam, dasi keriting spiral, dan anting-anting.
Klasifikasi Puring (Codiaeum variegatum)

Berikut ini klasifikasi puring sebagai berikut.

Kingdom:  Plantae

Divisi: Magnoliophyta

Kelas: Magnoliopsida

SubKelas: Rosidae

Ordo: Euphorbiales

Famili: Euphorbiacea

Genus:  Codiaeum

Spesies:  Codiaeum variegatum

Morfologi Puring (Codiaeum variegatum)

Ada beberapa morfologi dari tanaman puring sebagai berikut:

1. Morfologi Akar

Tanaman ini memiliki perakaran serabut dan juga menembus kedalaman mencapai 3-5 cm,
Berwarna kecoklatan. fungsi utama dari akar ini digunakan untuk menyerap unsur hara atau
zat hara dari dalam tanah untuk membantu prosesnya perkembangan atau pertumbuhan bunga
puring.

2. Morfologi Batang

Tanaman ini memiliki batang berwarna kecoklatan seperti warna tanah, berbentuk lurus
memanjang dengan tekstur kasar atau tidak beraturan. Batang pada tanaman ini juga memiliki
percabangan lumayan banyak di bagian atas, pada umumnya tanaman ini dapat tumbuh
dengan baik hingga mencapai 90 cm –  1,5 m.

3. Morfologi Daun

Bagian daun pada tanaman ini tumbuh dengan baik di percabangan batang susunan daun
spiral dengan tipe daun bulat dan bergelombang. biasanya daun memiliki warna yang sangat
bervariasi , seperti hijau, kuning, orange,  merah dan ungu dengan corak daun bintik-bintik
atau garis. Pada daun ini lah tanaman hias ini memiliki ciri khas yang sangat tinggi dan
diminati oleh bermacam kalangan Indonesia.

4. Morfologi Bunga 

Bunga pada tanaman ini termasuk bunga lengkap yaitu memiliki bunga jantan dan betina
serta memiliki ukuran sangat kecil. Biasanya muncul di bagian atas perdaunan, serta
berbentuk kerucut berwarna kekuningan. Bunga tersebut akan menghasilkan buah berbentuk
bulat dan berwarna hijau atau coklat.

Jenis-jenis Tanaman Puring (Codiaeum variegatum)

Beberapa jenis tanaman puring yang ada di Indonesia berdasarkan penamaan bersikaf lokal
sebagai berikut.

1.Puring Kura

Puring ini di kenal dengan nama Croton Tao Thong atau  Tortoise Sangat populer di


kalangan Indonesia. Ciri khas dari puring kura ini memiliki daun berbentuk Tempurung atau
tubuh seperti hewan kura-kura, Berwarna hijau sama kuning, merah dan coklat.

2.Puring Emping

Burung ini ini memiliki daun kecil, tebal warna dominan kuning dan hijau titik bentuk daun
bundar dan bergelombang seperti emping titik ini juga disebut sebagai puring kuping.

3.Puring Walet

Puring ini juga di sebut puring sriti, memiliki daun terseobek dan memanjang di bagian
tengah. Ciri khas dari puring ini memiliki warna daun coklat gelap dengan garis merah di
bagian tulang utama daun.

4.Puring Apel Malang

Puring ini memiliki bentuk daun seperti buah apel malang berbentuk bulat dengan bercak-
bercak putih. Daunnya tersusun rapat seperti spiral dengan warna kuning dan hijau.

5. Puring Anting
Tanaman ini dikenal dengan Sebutkan Mother and Daoughters di luar negeri. Penamaan
tersebut didasarkan karena daunnya berbentuk memanjang disertai daun kecil yang
dihubungkan oleh tulang daun titik nama populer dari tanaman ini
adalah Appendiculatum Yang memiliki warna yang bervariasi mulai dari warna hijau ke
merah dengan tulang daun kuning dan merah.

6. Puring Gelatik

Puring ini memiliki ciri khas daun memanjang dan lebar dengan ujung lancip serta memiliki
warna kuning ing yang memberi kesan seperti burung gelatik.

7. Puring Jengkol

Burung ini memiliki bentuk dan warna mirip jengkol. hal ini tampak dari bentuk daun
berbentuk bundar dan permukaan bawah daun berwarna coklat kehitam-hitaman.

8. Puring Oscar

Puring ini memiliki kombinasi warna daun yang sangat atraktif. daun muda dibentuk oleh
warna hijau dan kuning memiliki bercak-bercak secara acak. Warna tersebut akan berubah
menjadi coklat kehitam-hitaman dan merah setelah daunnya menua.

Manfaat Puring (Codiaeum variegatum)

Ada beberapa manfaat tanaman puring bagi kesehatan yaitu Melancarkan buang air besar,
melancarkan sistem pencernaan atau pencuci perut, Melancarkan aliran darah, Membantu
mengeluarkan keringat,Menambah nafsu makan, obat penyakit cacing, mengatasi penyakit
sipilis, Sangat baik untuk kesehatan lambung, mencegah penyakit penyumbatan darah,
Menjaga kesehatan metabolisme tubuh, Mencegah penyakit sembelit, anti diare alami,
mengatasi perut mual dan mulas, menyehatkan saluran kemih dan mencegah infeksi saluran
kemih (ISK).

Cara Pemeliharaan Tanaman Puring (Codiaeum variegatum)

Pemeliharaan tanaman puring meliputi penyiraman, pemupukan, penggantian pot atau


reporting serta pengendalian hama dan penyakit.

 Penyiraman di lakukan 1-2 kali Sehari pada pagi hari atau sore hari.
 Pemupukan dapat menggunakan pupuh alami ataupun buatan yang di berikan setiap
enam bulan sekali, pupuk NPK dapat di berikan 1 bulan sekali, pupuk daun dapat di
berikan dengan cara menyemprotkan ke media dua sampai tiga minggu sekali atau
pupuk kandang dapat di berikan 2 bulan sekali.
 Pengganti pot ini di lakukan apabila ukuran atau tanah sudah tidak layak di gunakan
lagi yaitu sekitar 6 bulan sampai 1 tahun sekali.
 Pengendalian hama dan penyakit menggunakan insektisida dan penyakit tanaman
menggunakan fungisida yang di berikan secara berkala.

Baca: 4 Fase Pertumbuhan Bakteri dan Contohnya

Demikianlah penjelasan mengenai klasifikasi puring, ciri ciri morfologi tanaman puring dan
sebagainya semoga bermanfaat dan menambah wawasan anda.

Mutasi diartikan sebagai perubahan sifat keturunan (gen). Mutasi terjadi secara acak, yang
beradaptasi hanya sebagian kecil. Bila suatu mutasi mempunyai nilai ketahanan dan bentuk
baru yang diturunkan telah nampak, maka ketahanan, kedewasaan dan reproduksi dari bentuk
baru itu tidak bersifat acak lagi. Faktor- faktor yang menjadi penyebab terjadinya mutasi
dikenal sebagai mutagen. Penyebab mutasi yaitu faktor fisika (radiasi) berupa agen mutagenik
dari faktor fisika berupa radiasi; faktor kimia berupa banyak zat kimia bersifat mutagenik;
faktor biologi berupa virus merupakan penyebab kerusakan kromosom. Rekombinasi genetik
Istilah umum untuk produksi keturunan dengan kombinasi sifat-sifat berbeda dari yang
ditemukan pada induknya, akibat adanya materi serta susunan gen berubah dari proses pindah
silang. Perbedaan antar inuk dan anaknan ini akan menghasilkan variasi baru untuk
menambah keanekaragamaan hayati. Migrasi ke dalam atau ke luar populasi dapat mengubah
frekuensi alel, serta menambah variasi genetika ke dalam suatu populasi.

individu ialah satu kesatuan makhluk hidup yang terdiri dari satu organisme. Populasi adalah
sekelompok individu dari spesies yang sama yang hidup pada regio yang sama pada saat
tertentu. Beberapa populasi membentuk satu kesatuan yang disebut komunitas. Antara
makhluk hidup dan lingkungannya saling berinteraksi satu sama lain dalam suatu system
yang kompleks. Sistem yang terbentuk karena interaksi makhluk hidup dengan lingkungnya
disebut ekosistem

Ekosistem sebagai suatu tatanan kesatuan yang secara utuh dan menyeluruh antara segenap
unsur lingkungan hidup dan saling mempengaruhi. Ekosistem sebagai penggabungan dari
setiap unit biosistem. Melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik
sehingga aliran energinya menuju pada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi siklus materi
antara organisme dan anorganisme. Matahari sebagai sumber dari semua energy, dalam
ekosistem, organisme pada komunitas berkembang bersama-sama dengan lingkungan fisik
sebagai suatu sistem. Organisme kemudian beradaptasi lagi dengan lingkungan fisik,
sebaliknya organisme juga memengaruhi lingkungan fisik untuk kelangsungan hidupnya.
Dalam kehidupan yang ada, tidak akan terlepas dari adanya interaksi dengan lingkungan yang
mendukung adanya keseimbangan dalam hidup.

Pada ekosistem yang memiliki struktur kompleks, maka akan terdapat keanekaragaman
spesies yang cukup tinggi. Sedangkan fungsi yang dimaksudkan adalah yang berhubungan
dengan siklus materi serta arus energi melalui komponen ekosistem. Komponen dalam
ekosistem kemudian dibagi lagi menjadi dua macam, yaitu komponen hidup dan komponen
tak hidup. Selain itu komponen hidup dapat disebut juga sebagai komponen biotik, dan
komponen tak hidup dapat disebut sebagai komponen abiotik. Setiap komponen memiliki
anggota yang berbeda-beda pula. Komponen biotik pada suatu ekosistem adalah makhluk
hidup itu sendiri, sebab ekosistem tak akan pernah terbentuk tanpa adanya makhluk hidup
didalamya. Keberadaan makhluk hidup kemudian membentuk suatu rantai makanan dalam
suatu ekosistem. Beberapa contoh dari komponen biotik yang ada lingkungan sekitar kita,
antara lain:

A. Organisme Autotrof atau Produsen. Produsen bertindak sebagai titik awal rantai


makanan dan jaringan makanan disebut sebagai. Produsen merupakan organisme yang
mampu menghasilkan karbohidrat dan mampu melakukan sintesis protein dan lemak.
Produsen juga berfungsi sebagai sumber makanan bagi organisme lain yang tinggal di
ekosistem.
B. Organisme Heterotrof (Konsumen) memiliki sifat yang berbeda dengan organisme
pertama. Organisme heterotrof ini memperoleh makanan dari organisme autotrof atau
produsen dan akan memakan sesama organisme heterotrof lainnya. Sehingga dapat
ditarik kesimpulan bahwa organisme heterotrof adalah organisme yang menggunakan
bahan-bahan organik dari organisme lain yang digunakan sebagai sumber energi dan
makanannya. Konsumen dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu konsumen primer,
konsumen sekunder, dan konsumen tersier. Konsumen primer terdiri dari hewan
herbivor yang memakan produsen, sementara konsumen sekunder adalah karnivora
yang memakan konsumen primer. Konsumen tersier berada lebih tinggi dari
konsumen sekunder. Mereka memangsa hewan karnivora maupun herbivora
C. Pengurai atau Dekomposer, merupakan Golongan terakhir dari komponen biotik
dalam sebuah ekosistem. Pengurai atau dekomposer ini adalah organisme yang
menguraikan bahan-bahan organik kompleks dari organisme yang telah mati menjadi
bahan anorganik yang lebih sederhana, sehingga dapat digunakan kembali oleh
produsen. Pengurai atau dekomposer akan menduduki jabatan penting dalam suatu
rantai makanan di bumi, karena perannya paling akhir adalah kunci keberlangsungan
rantai makanan. Contoh dekomposer adalah bakteri dan jamur. Terakhir, jenis
komponen ekosistem berdasarkan fungsinya adalah detritivor. 
D. Pengurai hanya membantu dalam penguraian zat organik. Detritivor merupakan
organisme heterotroph. Detrivora juga disebut sebagai detritus adalah jenis organisme
atau makhluk hidup yang memakan partikel-partikel organik (mengandung bahan
kehidupan). Komponen biotik jenis detritus merupakan hancuran dari jaringan
tumbuhan atau pun hewan yang sudah lapuk. Contoh detritivor adalah cacing tanah,
siput, lipan, kluwing, dan tripang.
Komponen kedua dalam ekosistem adalah komponen abiotik atau komponen yang tak hidup.
Dengan kata lain, komponen abiotik adalah komponen yang terdiri dari benda-benda bukan
makhluk hidup tetapi ada di sekitar kita, dan ikut mempengaruhi kelangsungan hidup.
Beberapa jenis komponen abiotik yaitu  suhu, sinar matahari, air, angin, udara, kelembapan
udara, dan banyak lagi benda mati yang ikut berperan dalam ekosistem. Berikut beberapa
diantaranya:

A. Udara dan suhu udara


Udara merupakan komponen abiotik dan menjad kebutuhan primer untuk sistem
pernapasan. Sedangkan karbondioksida merupakan hasil dari respirasi makhluk hidup
yang dihasilan oleh manusia dan hewan. Karbondioksida sangat dibutuhkan oleh
tumbuhan untuk membantu proses fotosintesis. Selain itu, bumi juga dilindungi oleh
lapisan udara yang disebut atmosfer. Sedangkan suhu udara yang dimaksud adalah
derajat panas suatu benda yang ditunjukkan dengan besaran tertentu. Suhu ini dapat
mempengaruhi metabolisme dalam tubuh makhluk hidup atau komponen biotik.
Beberapa makhluk hidup tidak dapat bertahan hidup pada suhu tertentu.
B. Air
Air merupakan komponen vital yang paling dibutuhkan oleh semua makhluk hidup.
Manusia memiliki sekitar 70 persen kandungan air di dalam tubuhnya. Fungsi air
adalah sebagai pelindung dan penghantar energi dalam tubuh makhluk hidup.
Kebutuhan air setiap organisme berbeda dan tidak bisa disamakan. Selain itu, kondisi
atau tempat satu dengan yang lain juga memiliki ketersediaan air yang berbeda.
Sehingga hal ini juga mempengaruhi cara hidup organisme di suatu tempat. Misalnya
di lingkungan gurun yang sedikit air, berbagai tumbuhan pun beradaptasi dengan
kondisi alam di sana. Beberapa tumbuhan seperti kaktus membentuk daun yang tebal
dan berpori-pori sempit untuk mengurangi penguapan.
C. Sinar Matahari
Sinar matahari adalah salah satu komponen yang berperan penting untuk membantu
proses fotosintesis pada tumbuhan. Selain itu, hampir semua makhluk hidup
memerlukan cahaya ini karena merupakan sumber energi utama bagi kehidupan.
Cahaya matahari juga mempengaruhi kelembaban dan peningkatan suhu atau
temperatur udara yang berujung pada kondisi tekanan udara. Secara tidak langsung,
semua komponen abiotik ini saling berkaitan satu sama salin.
D. Drajat kesasaman atau Ph
pH adalah ukuran tingkat asam atau basa suatu benda yang diukur dengan skala 0
sampai 4. Contohnya seperti nilai pH tanah yang sangat cocok untuk ditumbuhi
tanaman dengan pH berkisar antara 5,8 sampai 7,2. Kadra pH yang baik juga
dipengaruhi oleh pupuk, curah hujan, aktivitas akar tanaman dan juga penguraian
mineral dalam tanah. pH juga mempengaruhi perbedaan komponen botik dan abiotik
dalam suatu ekosistem.
E. Kelembaban
Kelembaban merupakan konsentrasi uap air yang ada di udara. Kelembaban secara
langsung mempengaruhi iklim dan secara tidak langsung berpengaruh pada
pertumbuhan makhluk hidup khususnya bagi tumbuhan
F. Batuan dan tanah
Komponen yang satu ini juga memiliki peran sangat penting, yaitu berperan dalam
persebaran organisme dengan struktur fisik, pH dan kandungan mineral yang beragam
di dalamnya. Keduanya tidak bisa terpisahkan, bebatuan tanpa tanah tidak akan bisa
ditempati makhluk hidup, begitu pun sebaliknya. Selain itu, komposisi partikel tanah
(tekstur), jenis tanah, derajat keasaman (pH), dan kandungan garam mineral (unsur
hara) juga mempengaruhi kualitas tanah.

ekosistem darat(terrestrial) merupakan interaksi antara makhluk hidup dan juga


lingkungannya yang berada di wilayah daratan. Sehingga ekosistem darat ini merupakan
kehidupan makhluk hidup dan lingkungannya yang ada di wilayah daratan. Ekosistem darat
ini meliputi wilayah yang sangat luas dan seringkali kita sebut sebagai bioma. Ekosistem
darat atau bioma ini sangat dipengaruhi oleh hal tertentu, yakni iklim. Sementara iklim
sendiri juga sangat dipengaruhi oleh beberapa hal. Yakni letak geografis (meliputi ketinggian
tempat suatu tempat terhadap permukaan air laut), dan juga letak astronomis (yang meliputi
garis lintang ataupun garis bujur).

Ekosistem akuatik adalah ekosistem di dalam dan di sekitar badan air yang berbeda dengan
ekosistem darat. Ekosistem akuatik merupakan ekosistem yang lingkungannya sebagian besar
adalah air, yang menjadi tempat tinggal makhluk hidup yang hidup di air serta amfibi yang
hidup di dua alam. Sekalipun demikian, ekosistem akuatik masih memiliki daratan sebagai
pelengkap. Ekosistem perairan terdiri dari bioma hidup yang bergantung satu sama lain dan
lingkungannya. Dua jenis utama ekosistem perairan adalah ekosistem laut (marine) dan
ekosistem air tawar (freshwater).
Macam-Macam EKOSISTEM
Ekosistem merupakan satu kesatuan fungsional antara komponen biotik (makhluk hidup) dan
komponen abiotik (komponen tak hidup atau lingkungan) yang saling berinteraksi dan saling
mempengaruhi dalam bentuk hubungan timbal balik antara satu dengan yang lain. Secara
umum ada tiga tipe ekosistem, yaitu ekositem air, ekosisten darat, dan ekosistem buatan.
Berikut penjelasannya Grameds:
AKUATIK (AIR)
Ekosistem akuatik merupakan ekosistem yang komponen abiotiknya sebagai besar terdiri atas
air. Makhluk hidup (komponen biotik) dalam ekosistem perairan dibagi lagi menjadi:

 Ekosistem air tawar: Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain Variasi suhu tidak
menyolok, penetrasi cahaya kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca.
Macam tumbuhan yang terbanyak adalah jenis ganggang, sedangkan lainnya
tumbuhan biji, Hampir semua filum hewan terdapat dalam air tawar. Organisme
yang hidup di air tawar pada umumnya telah beradaptasi.
 Ekosistem Air Laut: Habitat laut (oseanik) ditandai salinitas (kadar garam) yang
tinggi dengan ion CI- mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena
suhunya tinggi dan penguapan besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25 °C.
Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi, sehingga terdapat batas antara
lapisan air yang panas di bagian atas dengan air yang dingin di bagian bawah
yang disebut daerah termoklin.
 Ekosistem Estuary: Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan
laut. Estuari sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau
rawa garam. Ekosistem estuari memiliki produktivitas yang tinggi dan kaya akan
nutrisi. Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa
garam, ganggang, dan fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai
cacing, kerang, kepiting, dan ikan
 Ekosistem Pantai: Dinamakan demikian karena yang paling banyak tumbuh di
gundukan pasir adalah tumbuhan Ipomoea pes caprae yang tahan terhadap
hempasan gelombang dan angin. Tumbuhan yang hidup di ekosistem ini
menjalar dan berdaun tebal.
 Ekosistem Sungai: Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air
sungai dingin dan jernih serta mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran
air dan gelombang secara konstan memberikan oksigen pada air. Suhu air
bervariasi sesuai dengan ketinggian dan garis lintang. Ekosistem sungai dihuni
oleh hewan seperti ikan kucing, gurame, kura-kura, ular, dan buaya.
 Ekosistem terumbu karang: Terdiri dari coral yang berada dekat pantai. Efisiensi
ekosistem ini sangat tinggi. Hewan-hewan yang hidup di karang memakan
organisme mikroskopis dan sisa organik lain. Berbagai invertebrata, mikro
organisme, dan ikan, hidup di antara karang dan ganggang. Herbivora seperti
siput, landak laut, ikan, menjadi mangsa bagi gurita, bintang laut, dan ikan
karnivora. Kehadiran terumbu karang di dekat pantai membuat pantai memiliki
pasir putih.
 Ekosistem laut dalam: Kedalamannya lebih dari 6.000m. Biasanya terdapat lele
laut dan ikan laut yang dapat mengeluarkan cahaya. Sebagai produsen terdapat
bakteri yang bersimbiosis dengan karang tertentu.
 Ekosistem lamun: Lamun atau seagrass adalah satu-satunya kelompok tumbuh-
tumbuhan berbunga yang hidup di lingkungan laut. Tumbuh-tumbuhan ini hidup
di habitat perairan pantai yang dangkal. Seperti halnya rumput di darat, mereka
mempunyai tunas berdaun yang tegak dan tangkai-tangkai yang merayap yang
efektif untuk berbiak. Berbeda dengan tumbuh-tumbuhan laut lainnya (alga dan
rumput laut), lamun berbunga, berbuah dan menghasilkan biji. Mereka juga
mempunyai akar dan sistem internal untuk mengangkut gas dan zat-zat hara.
Sebagai sumber daya hayati, lamun banyak dimanfaatkan untuk berbagai
keperluan.
Dalam ekosistem laut, terdapat berbagai makhluk hidup di dalamnya. Seperti contohnya yang
dapat kita lihat pada buku Jelajah Terumbu Karang-Teluk Jailolo, Mulut Ekosistem Laut
Pulau Halmahera.

TESETERIAL (DARAT)
Penentuan zona dalam ekosistem terestrial ditentukan oleh temperatur dan curah hujan.
Ekosistem terestrial dapat dikontrol oleh iklim dan gangguan. Iklim sangat penting untuk
menentukan mengapa suatu ekosistem terestrial berada pada suatu tempat tertentu. Pola
ekosistem dapat berubah akibat gangguan seperti petir, kebakaran, atau aktivitas manusia.
Berikut beberapa diantaranya ekosistem darat

 Tundra: Terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam lingkaran kutub utara
dan terdapat di puncak-puncak gunung tinggi. Pertumbuhan tanaman di daerah
ini hanya 60 hari. Contoh tumbuhan yang dominan adalah sphagnum, liken,
tumbuhan biji semusim, tumbuhan perdu, dan rumput alang-alang. Pada
umumnya, tumbuhannya mampu beradaptasi dengan keadaan yang dingin.
 Karst (batu gamping / gua): Berawal dari nama kawasan batu gamping di wilayah
Yugoslavia. Kawasan karst di Indonesia rata-rata mempunyai ciri-ciri yang
hampir sama yaitu, tanahnya kurang subur untuk pertanian, sensitif terhadap
erosi, mudah longsor, bersifat rentan dengan pori-pori aerasi yang rendah, gaya
permeabilitas yang lamban dan didominasi oleh pori-pori mikro. Ekosistem karst
mengalami keunikan tersendiri, dengan keragaman aspek biotis yang tidak
dijumpai di ekosistem lain.
 Hutan hujan tropis: Terdapat di daerah tropik dan subtropik. Ciri-cirinya adalah
curah hujan 200-225 cm per tahun. Spesies pepohonan relatif banyak, jenisnya
berbeda antara satu dengan yang lainnya tergantung letak geografisnya. Tinggi
pohon utama antara 20-40 m, cabang-cabang pohon tinggi dan berdaun lebat
hingga membentuk tudung (kanopi). Dalam hutan basah terjadi perubahan iklim
mikro, yaitu iklim yang langsung terdapat di sekitar organisme. Daerah tudung
cukup mendapat sinar matahari, variasi suhu dan kelembapan tinggi, suhu
sepanjang hari sekitar 25 °C. Dalam hutan hujan tropis sering terdapat tumbuhan
khas, yaitu liana (rotan) dan anggrek sebagai epifit. Hewannya antara lain, kera,
burung, badak, babi hutan, harimau, burung hantu, dan banyak lagi yang dapat
kamu pelajari di Seri Mengenal Habitat Hewan: Hutan Hujan Tropis.

 Hutan gugur: Terdapat di daerah beriklim sedang yang memiliki empat musim,
ciri-cirinya adalah curah hujan merata sepanjang tahun. Jenis pohon sedikit (10
s/d 20) dan tidak terlalu rapat. Hewan yang terdapat di hutam gugur antara lain
rusa, beruang, rubah, bajing, burung pelatuk, dan rakun (sebangsa luwak).
 Taiga: Terdapat di belahan bumi sebelah utara dan pegunungan daerah tropik,
ciri-cirinya adalah suhu yang rendah di musim dingin. Biasanya taiga merupakan
hutan yang tersusun atas satu spesies seperti konifer, pinus, dan sejenisnya.
Semak dan tumbuhan basah sedikit sekali, sedangkan hewannya antara lain
moose, beruang hitam, ajag, dan burung-burung yang bermigrasi ke selatan pada
musim gugur.
 Sabana: Sabana dari daerah tropik terdapat di wilayah dengan curah hujan 40 –
60 inci per tahun, tetapi temepratur dan kelembaban masih tergantung musim.
Sabana yang terluas di dunia terdapat di Afrika, Hewan yang hidup di sabana
antara lain serangga dan mamalia seperti zebra, singa, dan hyena
 Padang rumput: Terdapat di daerah yang terbentang dari daerah tropik ke
subtropik. Ciri-ciri padang rumput adalah curah hujan kurang lebih 25-30 cm per
tahun, hujan turun tidak teratur, porositas (peresapan air) tinggi, dan drainase
(aliran air) cepat. Tumbuhan yang ada terdiri atas tumbuhan terna (herbs) dan
rumput yang keduanya bergantung pada kelembapan. Hewannya antara lain:
bison, zebra, singa, anjing liar, serigala, gajah, jerapah, kangguru, serangga,
tikus, dan ular yang dapat Grameds pelajari dalam Balita Ingin Tahu: Hewan
Padang Rumput.

 Gurun: Terdapat di daerah tropik yang berbatasan dengan padang rumput. Ciri-
ciri ekosistem gurun adalah gersang dan curah hujan rendah (25 cm/tahun).
Perbedaan suhu antara siang dan malam sangat besar. Tumbuhan semusim yang
terdapat di gurun berukuran kecil. Selain itu, di gurun dijumpai pula tumbuhan
menahun berdaun seperti duri contohnya kaktus, atau tak berdaun dan memiliki
akar panjang serta mempunyai jaringan untuk menyimpan air. Hewan yang hidup
di gurun antara lain rodentia, semut, ular, kadal, katak, kalajengking, dan
beberapa hewan nokturnal lainnya yang dapat Grameds lihat melalui buku Seri
Mengenal Habitat Hewan: Gurun Pasir.

EKOSISTEM BUATAN
Sawah merupakan salah satu contoh ekosistem buatan. Ekosistem buatan merupakan
ekosistem yang diciptakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Ekosistem buatan ini
kemudian mendapatkan subsidi energi dari luar, tanaman atau hewan peliharaan yang
didominasi pengaruh manusia, dan memiliki keanekaragaman rendah. Contoh ekosistem
buatan diantaranya:
 Bendungan
 Hutan tanaman produksi seperti jati dan pinus
 Agroekosistem berupa sawah tadah hujan
 Sawah irigasi
 Perkebunan sawit
 Ekosistem pemukiman seperti kota dan desa
 Ekosistem ruang angkasa.
Ekosistem kota memiliki metabolisme tinggi sehingga butuh energi yang cukup banyak serta
memiliki pengeluaran yang eksesif seperti polusi dan panas. Ekosistem ruang angkasa bukan
merupakan suatu sistem tertutup yang dapat memenuhi sendiri kebutuhannya tanpa
tergantung input dari luar. Semua ekosistem dan kehidupan selalu bergantung pada bumi.

Komponen Biotik Berdasarkan Peran dan Fungsinya

Sebuah contoh komponen biotik adalah zebra, rumput dan pohon yang berada dalam satu
lingkungan dan saling membutuhkan satu sama lain. Setiap makhluk hidup memiliki peran
dan fungsinya masing-masing yang disebut nisia.

Komponen biotik dibedakan menjadi empat macam makhluk hidup berdasarkan nisia atau
peran dan fungsinya. Di antaranya adalah produsen, konsumen, dekomposer dan detrivora
yang akan dijelaskan lebih lengkap berikut ini:

1. Produsen

Produsen merupakan komponen biotik atau makhluk hidup yang berada di tingkatan teratas.
Hal ini dikarenakan produsen mampu memenuhi kebutuhan dengan membuat makanannya
sendiri.
baca juga:  Macan Tutul - Taksonomi, Morfologi, Jenis, Habitat, Perilaku &
Kelangkaan

Pinterest

Pengertian lain dari produsen adalah organisme yang mampu menyusun zat anorganik (tidak
mengandung bahan kehidupan) menjadi organik (mengandung bahan kehidupan) menjadi
makanannya sendiri.

Produsen disebut sebagai organisme autotrof, yaitu dalam membuat makanan perlu dibantu
oleh cahaya matahari. Makhluk hidup di tingkatan teratas atau disebut produsen ini biasanya
ditempati oleh tumbuhan hijau yang memiliki klorofil. Tumbuhan hijau dapat memenuhi
kebutuhan dengan membuat makanannya sendiri melalui proses fotosintesis.

Contoh selain tumbuhan hijau yang termasuk ke dalam komponen biotik produsen, yaitu:

 Fitoplankton, yaitu tumbuhan yang mampu membuat makanannya sendiri dalam


jumlah yang banyak sehingga menjadi sumber makanan bagi hewan-hewan di
perairan air tawar maupun air laut.
 Anggota tumbuhan protista di dalam air yang bentuknya sangat kecil dan hidup secara
melayang-layang disebut juga produsen perairan.
 Alga, yaitu organisme autotrof yang dianggap tidak memiliki organ seperti tumbuhan
lainnya.
 Lumut
 Ganggang biru-hijau
 Beberapa jenis bakteri

2. Konsumen

Bertolak belakang dengan produsen, makhluk hidup dari komponen ini tidak mampu
membuat makanannya sendiri dan bergantung dengan makhluk hidup lain.
 
Pixabay

Makhluk hidup ini disebut organisme heterotrof dan biasanya merupakan golongan hewan.
Selain itu, manusia, jamur dan mikroba juga merupakan golongan konsumen karena masih
bergantung pada makhluk hidup lain dalam pemenuhan kebutuhan akan makanan.

Konsumen terbagi menjadi tiga macam dilihat dari cara makannya, antara lain:

 Herbivora, yaitu jenis makhluk hidup yang memakan tumbuhan. Contohnya kelinci,
sapi, kambing dan lain sebagainya. Makhluk hidup jenis ini biasanya disebut
konsumen primer.
 Karnivora, yaitu jenis makhluk hidup yang memakan daging dari hewan lainnya.
Karnivora merupakan makhluk hidup pada tingkatan kedua, biasanya disebut
konsumen tingkat II. Contohnya adalah harimau, singa, buaya dan lain sebagainya.
 Omnivora, yaitu jenis makhluk hidup yang memakan segala baik tumbuhan maupun
daging. Contohnya yaitu manusia, tikus, babi, ayam dan lain sebagainya. Makhluk
hidup jenis ini disebut konsumen puncak, khususnya manusia.

baca juga:  (A-Z) Daftar Hewan Endemik Indonesia (Lengkap)


Berdasarkan tingkatannya, konsumen dibagi menjadi tiga macam sebagai berikut:

 Konsumen Primer, yaitu konsumen yang memakan langsung produsen. Konsumen


primer ini adalah semua jenis herbivora dan juga omnivora. Contohnya adalah
kambing, sapi, ulat, tikus dan lain sebagainya.
 Konsumen Sekunder, yaitu konsumen yang memakan konsumen primer. Konsumen
sekunder ini adalah sebagian jenis karnivora dan juga omnivora, seperti harimau,
cheetah, ayam, katak, ular, trenggiling dan lain sebagainya.
 Konsumen Tersier, yaitu konsumen yang memakan konsumen sekunder. Konsumen
tersier terdiri dari jenis karnivora dan juga omnivora. Contohnya adalah elang,
hiu, gurita dan lain sebagainya.

Produsen dan konsumen memiliki hubungan atau ikatan yang tidak dapat terpisahkan,
keduanya saling bergantung satu sama lain. Dengan kata lain, konsumen dapat
mempengaruhi kelangsungan hidup produsen itu sendiri.

Contohnya seperti siklus karbondioksida yang dikeluarkan oleh manusia dan hewan akan


dibutuhkan oleh tumbuhan. Karbondioksida tersebut digunakan untuk membantu proses
fotosintesis. Sedangkan konsumen juga membutuhkan produsen sebagai makanan mereka.

3. Dekomposer

Dekomposer disebut juga sebagai pengurai, yaitu makhluk hidup yang mendapatkan
makanannya dari makhluk hidup lain yang sudah mati.
 
Pixabay

Dekomposer adalah makhluk hidup atau organisme yang memiliki fungsi tertentu sehingga
mampu menguraikan sampah atau sisa-sisa makanan dari makhluk hidup yang sudah mati.
Dekomposer juga disebut perombak, yang memungkinkan zat-zat organik dapat terurai dan
mengalami daur ulang kembali sehingga membentuk hara.

Organisme yang termasuk ke dalam dekomposer biasanya memiliki bentuk yang kecil dan
berada di dalam tanah, air atau udara. Contohnya seperti bakteri dan jamur atau cendawan.

baca juga:  Plastik - Pengertian, Sejarah, Jenis, Bahan, Proses & Dampak

Meski kecil, komponen jenis dekomposer ini juga berperan penting dalam kehidupan di bumi
dan juga mendukung terbentuknya lingkungan atau ekosistem yang baik.

4. Detrivora

.
 
Pixabay

Contoh makhluk hidup atau organisme yang termasuk detritus adalah:

 Siput, yaitu organisme bercangkang dan bergelung pada tahap dewasa.


 Cacing tanah, yaitu jenis hewan cacing berbentuk tabung dan memiliki tubuh berupa
segmen.
 Lipan atau disebut juga kelabang, yaitu hewan nokturnal yang memiliki sepasang kaki
di setiap ruas tubuhnya. Hewan ini termasuk hewan berbisa.
 Keluwing yang disebut juga lelue atau tetinggi, yaitu hewan beruas yang memiliki
sekitar 30 ruas dengan sepasang kaki di setiap ruasnya. Hewan ini termasuk juga ke
dalam golongan kaki seribu.
 Teripang memiliki nama lain trepang atau timun laut, yaitu hewan invertebrata yang
dapat dimakan dan hidup hampir di semua perairan, khususnya di samudera pasifik
barat dan hindia.

Itulah penjelasan lengkap mengenai komponen biotik dan jenis beserta contohnya.
Secara umum, komponen biotik tersebut dibagi menjadi empat macam yaitu produsen,
konsumen, dekomposer dan detritus. Semua komponen biotik saling berhubungan dan
membutuhkan satu sama lain untuk menciptakan ekosistem yang baik, kondusif dan
berkelanjutan.

Setiap komponen biotik atau makhluk hidup memiliki peran dan fungsinya masing-

1. Air

baca juga:  Hari Burung Gereja Sedunia - 20 Maret - World Sparrow Day

2. Cahaya Matahari

3. Udara dan Suhu Udara

4. Angin

Angin adalah aliran udara yang berasal dari adanya rotasi bumi dan juga karena adanya
perbedaan tekanan udara di sekitarnya. Angin berperan penting dalam mempengaruhi suhu
lingkungan dan membantu proses evaporasi atau penguapan bagi organisme.

5. Kelembaban

6. Iklim

Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca pada suatu waktu dan di suatu tempat di bumi atau pun
planet lainnya. Iklim terbentuk akibat interaksi dari berbagai komponen abiotik, seperti suhu,
air, udara, kelembaban, curah hujan, cahaya matahari dan lain-lain.

Iklim berpengaruh pada sebaran organisme di muka bumi, serta memiliki keterkaitan erat
dengan kelangsungan hidup tumbuhan dan kesuburan tanah.
baca juga:  77++ Gambar Kartun Terbaru - Contoh Lucu, Keren dan Terkenal

Contohnya wilayah Indonesia yang memiliki iklim tropis sehingga memiliki ekosistem
dengan makhluk hidup yang beraneka ragam dan juga hutan yang lebat atau lebih dikenal
dengan sebutan hutan hujan tropis yang tidak dimiliki wilayah dengan iklim lain.

7. Garam Mineral

Garam mineral merupakan senyawa yang terdapat di dalam tanah. Fungsinya untuk
membantu proses metabolisme dan juga pertumbuhan suatu organisme.

8. Derajat Keasaman atau pH

9. Bebatuan dan Tanah

10. Topografi

Topografi merupakan tata letak suatu tempat dilihat dari ketinggian tertentu di atas
permukaan air laut atau dilihat dari garis bujur dan garis lintang. Perbedaan pada topografi
juga dapat mempengaruhi jenis penerimaan tekanan udara, kelembaban, cahaya matahari dan
suhu udara di suatu tempat. Topografi juga dapat menggambarkan distribusi suatu organisme
atau makhluk hidup.

Itulah sepuluh contoh komponen abiotik yang paling berpengaruh dalam sesuatu ekosistem.
Komponen abiotik yang berupa faktor fisik dan kimia ini juga disebut sebagai
faktor ekologis.
Keanekaragaman alam hayati menunjukkan berbagai variasi dalam bentuk, struktur tubuh,
warna, jumlah, dan sifat lain dari makhluk hidup di suatu daerah.

Anda mungkin juga menyukai