NIM : 187252251037
Kelas : Pps. Pend. Biologi B 2018
Mata Kuliah : Genetika Molekuler
2. Mekanisme Transposisi
Transposisi dapat menyebabkan terjadinya penyusunan kembali (rearrangement)
genom suatu jasad. Hal ini dapat terjadi, misalnya karena ada dua duplikat (copy)
transposon yang sama pada lokasi kromosom yang berbeda sehingga dapat menyebabkan
terjadinya rekombinasi antarduplikat transposon tersebut. Rekombinasi semacam itu dapat
membawa implikasi terjadinya delesi, penyisipan, inversi, atau translokasi. Transposisi
mempunyai peranan dalam proses evolusi beberapa plasmid bakteri. Sebagai contoh,
integrasi plasmid F yang berasal dari E. coli ke dalam kromosom bakteri seringkali terjadi
melalui proses rekombinasi antara suatu transposon yang ada di dalam plasmid dengan
transposon yang homolog di dalam kromosom bakteri (Yuwono, 2005: 247).
Dalam beberapa hal, proses transposisi mirip dengan proses rekombinasi khusus,
yaitu melibatkan proses pemotongan untai DNA baik pada molekul DNA donor maupun
DNA target pada tempat khusus. Proses tersebut kemudian diikuti dengan penggabungan
ujung-ujung transposon ke molekul DNA target yang sudah terpotong. Walaupun
demikian, ada perbedaan mendasar antara proses transposisi dengan proses rekombinasi
khusus. Ciri penting transposisi adalah proses transposisi tidak tergantung pada ada atau
tidaknya hubungan antara urutan nukleotida pada DNA donor dengan DNA target, baik
hubungan fungsional maupun, misalnya, hubungan asal-usul. Dalam proses rekombinasi
khusus, pemotongan dan penyambungan molekul DNA donor dan DNA target tidak
disertai dengan sintesis molekul DNA baru. Sebaliknya, proses transposisi melibatkan
sintesis molekul DNA baru yang dikendalikan oleh sistem reparasi atau replikasi. Selain
itu, selama transposisi, molekul DNA donor tidak disusun kembali seperti bentuk tipe
alami pra-transposisi (Yuwono, 2005: 247).
Perubahan dalam genom bisa, misalnya, menyebabkan perubahan warna biji
jagung. Sekitar 50% dari total genom jagung terdiri dari transposon (elemen Ac/Ds). Pada
bakteri, ditemukan elemen IS yang pertama kali ditemukan pada gen Escherichia coli oleh
James Shapiro pada tahun 1968. Dirangsang oleh laporan Shapiro tersebut, tindak lanjut
penelitian biologi molekular tentang keterlibatan dalam berbagai fenomena transposon
DNA mobile terkait pada bakteri, tanaman, dan serangga. Penemuan Barbara McClintock
yang sebelumnya pada jagung diberi pengakuan yang luas di antara ahli biologi. Akhirnya,
McClintock memperoleh pengakuan berupa penghargaan Nobel di bidang Fisiologi atau
Kedokteran pada tahun 1983. Jadi, butuh waktu sekitar 40 tahun bagi para ilmuwan lain
untuk sepenuhnya menghargai pentingnya penemuan McClintock.
Dalam mengembangkan jaringan somatik seperti biji jagung, mutasi yang
mengubah warna akan diteruskan ke semua sel keturunan. Ini menghasilkan pola beraneka
ragam yang begitu dihargai di “jagung India” (Kimbal). Satu keluarga transposon pada
lalat buah Drosophila melanogaster disebut unsur P. transposon tampaknya memiliki
pertama kali muncul di satu-satunya spesies di pertengahan abad kedua puluh. Dalam 50
tahun, mereka telah menyebar melalui setiap populasi spesies. P buatan elemen dapat
digunakan untuk menyisipkan gen ke Drosophila dengan menyuntikkan embrio (Kimbal).
3. Jenis Transposon
Berdasarkan mekanisme perpindahan (transposisi), transposon dapat di
kelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu transposon potong-tempel, transposon
replikatif, dan retrotransposon (Argo Subekti, 2006).
Transposon Potong-Tempel
Transposon potong-tempel (cut-and-paste transposon) dapat berpindah dari satu
lokus ke lokus lain dengan cara dipotong dari satu lokus pada kromosom dan ditempelkan
pada lokus lain yang dapat terletak pada kromosom yang berbeda. Transposons yang hanya
berpindah melalui mekanisme cut dan paste kemungkinan juga menggandakan dirinya
jikan transposisi terjadi selama Fase S dari siklus sel dimana ketika donor telah tereplikasi
tetapi site targetnya belum tereplikasi. (Azrai, M. 2006).
Transposon Replikatif
Retrotransposon
Retrotransposon disebut juga jenis transposon kelas I yang dapat digambarkan
sebagai copy and paste. Retrotransposon menyalin dirinya dalam dua tahap, pertama dari
DNA ke RNA dengan transkripsi. Kemudian, dari RNA kembali ke DNA oleh transkripsi
balik. Salinan DNA ini kemudian dimasukkan ke genom pada posisi baru. Transkripsi
balik dikatalisis oleh enzim transkriptase yang sering dikodekan oleh transposon sendiri
(Azrai, M. 2006).
Menurut Yuwono (2005) bahwa retrotransposon dapat mengalami trasposisi
dengan cara melakukan proses transkripsi balik (reverse transcription) untuk mengubah
elemen genetik berupa RNA menjadi DNA. Proses ini dikatalisis oleh enzim transkriptase
balik (reverse transcriptase). Setelah DNA terbentuk, dilakukan penyisipan ke dalam sisi
target. Beberapa elemen genetik yang mengalami transposisi dengan cara ini mempunyai
kaitan dengan retrovirus sehingga transposon semacam ini sering disebut elemen yang
mempunyai retrovirus (retrovirus-like elements) (Argo Subekti, 2006).
4. Evolusi transposon
Transposon ditemukan dalam seluruh ranting kehidupan. Sementara transposon
dapat memberi manfaat pada sel inang, meskipun secara umum dianggap sebagai parasit
yang hidup di dalam genom sel organisme. Dengan cara ini, mereka mirip dengan virus.
Virus dan transposon juga berbagi fitur dalam struktur genom dan kemampuan biokimia,
yang menyebabkan spekulasi bahwa mereka berbagi moyang bersama. Ketika aktivitas
transposon menyebabkan terjadinya kerusakan genom, beberapa organisme nampaknya
telah mengembangkan mekanisme untuk menekan terjadinya transposisi pada tingkat yang
bisa dikendalikan. Bakteri kemungkinan melakukan penghapusan gen sebagai bagian dari
mekanime menghilangkan transposon dan virus dari genom, sedangkan pada pada
organisme eukariot kemungkinan akan mengembangkan mekanisme RNA interference
(RNAi) sebagai suatu cara untuk menekan aktivitas transposon.
Interspersed Repeats dalam genom dibuat melalui akumulasi transposisi yang
terjadi selama masa waktu tertentu. Interspersed Repeats menghalangi konversi gen yang
selanjutnya mempercepat terbentuknya gen baru. Oleh karena itu transposon merupakan
perangkat evolusi dari gen baru dan melindungi sekuen gen dari penimpaan oleh sekuens
gen serupa melalui konversi gen.
Referensi
Azrai, M. 2006. Sinergi marka molekuler dalam pemuliaan tanaman jagung. J.Litbang
Pertanian. 25 (3): 81-89.
Ed. T.M Devlin. 2002. Biochemistry 5th Edition. New York: John-Wiley Publication.
Srikandi Putih terhadap karakter biji jagung. Jurnal Akta Agrosia 2 (21): 199 – 203.
Takdir. A. Neny Iriany. dan Argo Subekti. 2006. Evaluasi Daya Gabung Hasil 28 Galur
Jagung dengan Tester MR4 dan MR14 di Malang dan Bajeng. Balai Penelitian
Tanaman Serealia. Maros. J. Agrivitor 5 (2):173-181.
Tripathi,G. and Shukla, S.P. 1986. Transposons. India: J.Scient. Ind.Res.
U.K Tomar. 2010. Transposable Elements. Jodhpur: Arid Forest Research Institutute.