Anda di halaman 1dari 7

Nama : Novita Dameria Br Sijabat

NIM : 187252251037
Kelas : Pps. Pend. Biologi B 2018
Mata Kuliah : Genetika Molekuler

TRANSPOSON (TRANSPOSABLE ELEMENTS)

1. Sejarah dan Pengertian Transposon


Barbara McClintock adalah orang yang pertama kali mempelajari gejala yang
ditimbulkan dan mengembangkan teori mengenai keberadaan transposon pada tahun 1940-
an. Karena pada masanya orang tidak bisa membuktikan keberadaan transposon secara
langsung, teorinya diabaikan orang. Terlebih lagi, pada masa itu pendapat seorang
perempuan akan kurang didengar oleh kalangan ilmuwan. Baru pada tahun 1960-an, ketika
sekelompok peneliti bakteri menemukan gejala yang sama dan mengemukakan teori yang
serupa dengan McClintock, transposon diakui oleh kalangan biologi dan McClintock
memperoleh pengakuan berupa penghargaan Nobel di bidang Fisiologi (1983). Transposon
pertama kali diduga sebagai agen pembawa atau penyebab mutasi (mutator gene) yang
membuat jagung memiliki dua warna dalam satu bongkol.
Transposon atau transposable elemen (TE) adalah fragmen DNA (gen) yang
mampu melepaskan diri menyisip pada bagian lain genom suatu organisme. Transposon
pertama kali diduga sebagai agen pembawa atau penyebab mutasi (mutator gene) yang
membuat jagung memiliki dua warna dalam satu bongkol. Transposon atau transposable
elemen (TE) adalah fragmen DNA (gen) yang mampu melepaskan diri menyisip pada
bagian lain genom suatu organisme.
Transposon merupakan elemen genetik yang berpindah dapat berupa satu gen atau
beberapa gen yang bertaut (linkage) sehingga disebut juga elemen genetik yang dapat
bertransposisi (transposable genetic elements) atau unsure transposable (Yuwono, 2005:
245). Transposon disebut juga dengan gen loncat (jumping genes), elemen genetik
bergerak (mobile genetic element), sekuensi insersi, dan kaset (Azrai, M. 2006). Elemen
genetik yang dapat bertransposisi tersebut ditemukan baik dalam prokaryot, eukaryot,
maupun dalam bakteriofag. Semua transposon membawa kode genetik untuk satu atau
lebih dari satu protein yang diperlukan untuk transposisi. Di samping itu, beberapa
transposon juga membawa gen lain yang menghasilkan fenotipe tertentu, misalnya
ketahanan terhadap antibiotik tertentu (Azrai, M. 2006).
Transposon yang paling sederhana hanya mengandung enzim transposon
(transposase). Enzim transposon ini dibutuhkan untuk melepaskan diri dari tempat semula
dan menyisip ke tempat lain. Transposon yang lebih kompleks dapat mengandung satu
atau beberapa gen tertentu misalnya gen-gen penyandi resistensi terhadap antibiotic. Bila
transposon menyisip pada suatu gen tertentu maka gen tersebut akan terganggu fungsinya.
Oleh karena itu, transposon sering digunakan untuk melakukan mutagenesis (melakukan
proses mutase) sehingga dihasilkan mutan.

Misalnya untuk mempelajari gen yang menyebabkan warna hijau, seorang


penelitidapat menggunakan transposon untuk mendapatkan mutan yang tidak berwarna
hijau. Mutan mnejadi tidak hijau karena gen penentu warna hijau disisipi oleh transposon.
Dengan melacak posisi dimana transposon berada, maka peneliti tersebut dapat
mempelajari gen yang menentukan warna hijau karena gen tersebut telah disisipi
transposon. Transposon juga dapat digunakan untuk menandai suatu sel. Transposon yang
membawa gen resistensi terhadap antibiotic sering digunakan oleh para peneliti sebagai
penanda. Kita dapat menandai suatu strain bakteri dengan menyisipkan gen resistensi
terhadap suatu antibiotic. Untuk menyisipkan gen resistensi terhadap antibiotic, kita dapat
menggunakan transposon.
Yuwono (2005: 258) mengatakan bahwa transposon mempunyai peranan penting
dalam evolusi dan organisasi genom jasad hidup. Pada beberapa jasad, misalnya jagung,
transposon terkonsentrasi pada daerah DNA di antara gen yang secara total meliputi lebih
dari setengah (50%) genom jagung. Pada Drosophila, transposon terdapat pada
heterokromatin maupun eukromatin dan diketahui ada sekitar 90 famili transposon pada
genom Drosophila. Pada Drosophila, transposon diketahui terlibat dalam proses evolusi
genom melalui proses penyusunan ulang genom (genom rearrangement).
Transposon juga diketahui sebagai salah satu penyebab terjadinya mutasi pada
banyak organisme. Misalnya, pada Drosophila, mutasi pada gen white (bertanggung jawab
pada pembentukan warna mata) disebabkan oleh penyisipan beberapa macam transposon.
Penyebaran elemen transposon yang luas pada genom jasad memberikan gambaran bahwa
elemen genetik tersebut mempunyai peranan dalam proses evolusi jasad hidup (Yuwono,
2005: 258).

2. Mekanisme Transposisi
Transposisi dapat menyebabkan terjadinya penyusunan kembali (rearrangement)
genom suatu jasad. Hal ini dapat terjadi, misalnya karena ada dua duplikat (copy)
transposon yang sama pada lokasi kromosom yang berbeda sehingga dapat menyebabkan
terjadinya rekombinasi antarduplikat transposon tersebut. Rekombinasi semacam itu dapat
membawa implikasi terjadinya delesi, penyisipan, inversi, atau translokasi. Transposisi
mempunyai peranan dalam proses evolusi beberapa plasmid bakteri. Sebagai contoh,
integrasi plasmid F yang berasal dari E. coli ke dalam kromosom bakteri seringkali terjadi
melalui proses rekombinasi antara suatu transposon yang ada di dalam plasmid dengan
transposon yang homolog di dalam kromosom bakteri (Yuwono, 2005: 247).
Dalam beberapa hal, proses transposisi mirip dengan proses rekombinasi khusus,
yaitu melibatkan proses pemotongan untai DNA baik pada molekul DNA donor maupun
DNA target pada tempat khusus. Proses tersebut kemudian diikuti dengan penggabungan
ujung-ujung transposon ke molekul DNA target yang sudah terpotong. Walaupun
demikian, ada perbedaan mendasar antara proses transposisi dengan proses rekombinasi
khusus. Ciri penting transposisi adalah proses transposisi tidak tergantung pada ada atau
tidaknya hubungan antara urutan nukleotida pada DNA donor dengan DNA target, baik
hubungan fungsional maupun, misalnya, hubungan asal-usul. Dalam proses rekombinasi
khusus, pemotongan dan penyambungan molekul DNA donor dan DNA target tidak
disertai dengan sintesis molekul DNA baru. Sebaliknya, proses transposisi melibatkan
sintesis molekul DNA baru yang dikendalikan oleh sistem reparasi atau replikasi. Selain
itu, selama transposisi, molekul DNA donor tidak disusun kembali seperti bentuk tipe
alami pra-transposisi (Yuwono, 2005: 247).
Perubahan dalam genom bisa, misalnya, menyebabkan perubahan warna biji
jagung. Sekitar 50% dari total genom jagung terdiri dari transposon (elemen Ac/Ds). Pada
bakteri, ditemukan elemen IS yang pertama kali ditemukan pada gen Escherichia coli oleh
James Shapiro pada tahun 1968. Dirangsang oleh laporan Shapiro tersebut, tindak lanjut
penelitian biologi molekular tentang keterlibatan dalam berbagai fenomena transposon
DNA mobile terkait pada bakteri, tanaman, dan serangga. Penemuan Barbara McClintock
yang sebelumnya pada jagung diberi pengakuan yang luas di antara ahli biologi. Akhirnya,
McClintock memperoleh pengakuan berupa penghargaan Nobel di bidang Fisiologi atau
Kedokteran pada tahun 1983. Jadi, butuh waktu sekitar 40 tahun bagi para ilmuwan lain
untuk sepenuhnya menghargai pentingnya penemuan McClintock.
Dalam mengembangkan jaringan somatik seperti biji jagung, mutasi yang
mengubah warna akan diteruskan ke semua sel keturunan. Ini menghasilkan pola beraneka
ragam yang begitu dihargai di “jagung India” (Kimbal). Satu keluarga transposon pada
lalat buah Drosophila melanogaster disebut unsur P. transposon tampaknya memiliki
pertama kali muncul di satu-satunya spesies di pertengahan abad kedua puluh. Dalam 50
tahun, mereka telah menyebar melalui setiap populasi spesies. P buatan elemen dapat
digunakan untuk menyisipkan gen ke Drosophila dengan menyuntikkan embrio (Kimbal).

3. Jenis Transposon
Berdasarkan mekanisme perpindahan (transposisi), transposon dapat di
kelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu transposon potong-tempel, transposon
replikatif, dan retrotransposon (Argo Subekti, 2006).

Transposon Potong-Tempel
Transposon potong-tempel (cut-and-paste transposon) dapat berpindah dari satu
lokus ke lokus lain dengan cara dipotong dari satu lokus pada kromosom dan ditempelkan
pada lokus lain yang dapat terletak pada kromosom yang berbeda. Transposons yang hanya
berpindah melalui mekanisme cut dan paste kemungkinan juga menggandakan dirinya
jikan transposisi terjadi selama Fase S dari siklus sel dimana ketika donor telah tereplikasi
tetapi site targetnya belum tereplikasi. (Azrai, M. 2006).

Transposon Replikatif

Transposon replikatif (replicative transposon) mengalami transposisi dengan


melibatkan proses replikasi elemen DNA transposon. Enzim transposase yang dikode oleh
elemen genetik tersebut berperan di dalam proses interaksi dengan sisi tempat penyisipan
transposon. Dalam interaksi tersebut, elemen DNA transposon direplikasi dan salah satu
turunan (copy) disisipkan pada sisi baru, sedangkan elemen DNA aslinya tetap berada di
sisi semula (Suarni. 2005).

Retrotransposon
Retrotransposon disebut juga jenis transposon kelas I yang dapat digambarkan
sebagai copy and paste. Retrotransposon menyalin dirinya dalam dua tahap, pertama dari
DNA ke RNA dengan transkripsi. Kemudian, dari RNA kembali ke DNA oleh transkripsi
balik. Salinan DNA ini kemudian dimasukkan ke genom pada posisi baru. Transkripsi
balik dikatalisis oleh enzim transkriptase yang sering dikodekan oleh transposon sendiri
(Azrai, M. 2006).
Menurut Yuwono (2005) bahwa retrotransposon dapat mengalami trasposisi
dengan cara melakukan proses transkripsi balik (reverse transcription) untuk mengubah
elemen genetik berupa RNA menjadi DNA. Proses ini dikatalisis oleh enzim transkriptase
balik (reverse transcriptase). Setelah DNA terbentuk, dilakukan penyisipan ke dalam sisi
target. Beberapa elemen genetik yang mengalami transposisi dengan cara ini mempunyai
kaitan dengan retrovirus sehingga transposon semacam ini sering disebut elemen yang
mempunyai retrovirus (retrovirus-like elements) (Argo Subekti, 2006).

Retroviruses sebagai elemen transposable


Retroviruses pertama kali diidentifikasi 80 tahun yang lalu sebagai agen yang
terlibat dalam kejadian penyakit Kanker. Informasi terkini menyatakan bahwa epidemi
AIDS terjadi akibat HIV retrovirus. Pada permulaan 1970an, ditemukan retrovirus yang
memiliki kemampuan menggandakan RNA genomnya dengan mengkonversi RNA
menjadi DNA yang lebih stabil dalam mengintegrasi dengan DNA inangnya. Hal ini hanya
merupakan perbandingan bahwa retrovirus telah dikenal sebagai bentukan khusus dari
transposon eukariot. Pengaruhnya sebagai transposon yang berpindah melalui intermediet
RNA biasanya meninggalkan sel inangnya dan menginfeksi sel yang lain.
Bentukan DNA terintegrasi (provirus) dari retrovirus menunjukkan kesamaannya
dengan ciri-ciri transposon. Siklus transposisi dari retrovirus memiliki kesamaan lain
dengan transposon prokariot, yang menujukkan adanya hubungan kekerabatan antara
kedua tipe transposon ini. Fase penting dalam transposisi retrovirus adalah molekul DNA
extrachromosomal DNA. Ini terjadi melalui penggandaan RNA dari partikel virus menjadi
DNA melalui polimerase yang disandikan oleh retrovirus atau yang disebut kenal dengan
reverse transcriptase.

4. Evolusi transposon
Transposon ditemukan dalam seluruh ranting kehidupan. Sementara transposon
dapat memberi manfaat pada sel inang, meskipun secara umum dianggap sebagai parasit
yang hidup di dalam genom sel organisme. Dengan cara ini, mereka mirip dengan virus.
Virus dan transposon juga berbagi fitur dalam struktur genom dan kemampuan biokimia,
yang menyebabkan spekulasi bahwa mereka berbagi moyang bersama. Ketika aktivitas
transposon menyebabkan terjadinya kerusakan genom, beberapa organisme nampaknya
telah mengembangkan mekanisme untuk menekan terjadinya transposisi pada tingkat yang
bisa dikendalikan. Bakteri kemungkinan melakukan penghapusan gen sebagai bagian dari
mekanime menghilangkan transposon dan virus dari genom, sedangkan pada pada
organisme eukariot kemungkinan akan mengembangkan mekanisme RNA interference
(RNAi) sebagai suatu cara untuk menekan aktivitas transposon.
Interspersed Repeats dalam genom dibuat melalui akumulasi transposisi yang
terjadi selama masa waktu tertentu. Interspersed Repeats menghalangi konversi gen yang
selanjutnya mempercepat terbentuknya gen baru. Oleh karena itu transposon merupakan
perangkat evolusi dari gen baru dan melindungi sekuen gen dari penimpaan oleh sekuens
gen serupa melalui konversi gen.

Referensi
Azrai, M. 2006. Sinergi marka molekuler dalam pemuliaan tanaman jagung. J.Litbang
Pertanian. 25 (3): 81-89.
Ed. T.M Devlin. 2002. Biochemistry 5th Edition. New York: John-Wiley Publication.
Srikandi Putih terhadap karakter biji jagung. Jurnal Akta Agrosia 2 (21): 199 – 203.
Takdir. A. Neny Iriany. dan Argo Subekti. 2006. Evaluasi Daya Gabung Hasil 28 Galur
Jagung dengan Tester MR4 dan MR14 di Malang dan Bajeng. Balai Penelitian
Tanaman Serealia. Maros. J. Agrivitor 5 (2):173-181.
Tripathi,G. and Shukla, S.P. 1986. Transposons. India: J.Scient. Ind.Res.
U.K Tomar. 2010. Transposable Elements. Jodhpur: Arid Forest Research Institutute.

Anda mungkin juga menyukai