EFUSI PARAPNEUMONIA-edit1
EFUSI PARAPNEUMONIA-edit1
PENDAHULUAN
Efusi parapneumonia merupakan bentuk efusi pleura eksudatif sekunder oleh
karena pneumonia bakterial atau virus. Pada efusi parapneumonia sederhana,
dijumpai efusi pleura eksudatif yang memiliki karakteristik dominan neutrofil. Bila
bakteri atau virus pneumonia menginvasi celah pleura, maka terjadi peningkatan
neutrofil di dalam cairan efusi yang akan menyebabkan adanya nanah dalam celah
pleura yang sering disebut dengan empiema toraks. [1]
Manifestasi akut umumnya sesuai dengan gejala pneumonia yang mendasari yaitu
demam, nyeri dada, peningkatan produksi sputum, serta leukositosis. Manifestasi
akut sebagian besar disebabkan oleh bakteri gram positif yang terbanyak
disebabkan oleh Streptococcus spp. dan Staphylococcus spp.[2] Manifestasi kronik
sering disebabkan oleh infeksi bakteri anaerob, sehingga gejala yang disebabkan
lebih atipikal seperti batuk tidak produktif, anemia, bau mulut, demam subfebris,
maupun penurunan berat badan. [3]
Sahn pada tahun 2007 melaporkan bahwa pemberian fibrinolitik dapat dilakukan
secara intrapleura untuk mengurangi lama perawatan di rumah sakit, lama
pemakaian chest tube, maupun mencegah diperlukannya tindakan pembedahan. [7]
Pemberian fibrinolitik dapat dilakukan dengan melarutkan 100 ml streptokinase
dengan larutan fisiologis menuju celah pleura melalui intercostals tube drainage dan
selang diklem selama 4 jam. Selama itu, pasien dianjurkan untuk merubah posisi
agar streptokinase dapat merata ke seluruh rongga pleura. [7]
Pemberian dilakukan selama 3 dosis selang 12 jam dengan dosis rata-rata 375.000
IU/hari dan dapat diulang dalam 24 jam. Perlu diperhatikan bahwa pemberian
streptokinase dapat menyebabkan reaksi alergi dan perdarahan sehingga riwayat
alergi streptokinase perlu dikaji sebelum melakukan fibrinolisis. [7]
Berbagai studi telah melaporkan efek samping pemasangan pipa chest tube dengan
perpaduan klasifikasi yang berbeda. Secara garis besar efek samping dari
pemasangan chest tube dibagi menjadi komplikasi terkait insersi selang, infeksi
pada area pemasangan, komplikasi mekanik, dan komplikasi lainnya. [8,9]
Komplikasi terkait insersi selang dapat terjadi pada pemasangan chest tube. Kwiatt
et al., melaporkan komplikasi terkait teknik dan prosedur pemasangan. [9] Contoh
komplikasi terkait insersi adalah malposisi selang, hemotoraks, jejas pada organ
seperti paru-paru, diafragma, jantung dan pembuluh darah besar, esofagus, duktus
torasikus, dan organ abdomen.[8]
Infeksi akibat pemasangan selang chest tube dapat terjadi di area pemasangan (site
infection), empiema, dan nekrosis dinding dada. Komplikasi mekanik yang dapat
terjadi antara lain selang yang terpuntir, oklusi, perubahan posisi, aritmia, jejas
nervus frenikus, dan Sindrom Horner.[8]
KESIMPULAN
Efusi parapneumonia merupakan efusi pleura eksudatif sekunder oleh karena
infeksi. Dalam menegakkan diagnosis, diperlukan kombinasi dari anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Tindakan drainase dengan
pemasangan chest tube diindikasikan pada pasien dengan efusi parapneumonia
kategori 3-4 menurut stratifikasi risiko efusi parapneumonia menurut Colice et al.
Dalam tindakan efusi parapneumonia, didapatkan keuntungan yaitu membaiknya
keluhan dan dapat dilakukan terapi fibrinolisis. Namun, dijumpai pula berbagai risiko
dimulai risiko mekanis, infeksi, efek samping terkait insersi selang, dan berbagai
komplikasi lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
1.Helgeson SA, Hiroto BT, Billings SJ, Scott CL, Lewis MD. Which patients with a
parapneumonic effusion need a chest tube? Cleveland Clinic Journal of
Medicine. 2018;85:609-10.
2.Davies HE, Davies RJ, Davies CW. Management of pleural infection in adults:
British Thoracic Society pleural disease guideline 2010. Thorax. 2010;62:41-
53.
3.Light RW. Parapneumonic Effusions and Empyema. Proceedings of the American
Thoracic Society. 2006;3(1):75-80.
4.Svigals PZ, Chopra A, Ravenel J, Nietert P, Huggins J. The accuracy of pleural
ultrasonography in diagnosing complicated parapneumonic pleural effusions.
Thorax. 2016;72(1):94-5.
5.Baumer J. Parapneumonic effusion and empyema. ADC Education & Practice.
2005;90(1):ep21-4.
6.Colice G, Curtis A, Deslauriers J, Heffner J, Light RW, Littenberg B, et al. Medical
and surgical treatment of parapneumonic effusions : an evidence-based
guideline. Chest. 2000;118(4):1168-71.
7.Sahn S. Diagnosis and management of parapneumonic effusions and empyema.
Clinical Infectious Disease. 2007;45(111):1480-6.
8.Porcel J. Chest Tube Drainage of the Pleural Space: A Concise Review for
Pulmonologists. Tuberculosis and Respiratory Diseases. 2018;81(2):106-15.
9.Kwiatt M, Tarbox A, Seamon M, Swaroop M, Cipolla J, Allen C, et al.
Thoracostomy tubes: A comprehensive review of complications and related
topics. International Journal of Critical Illness & Injury Science. 2014;4(2):143-
55.