Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN NY. D DENGAN KASUS PENYAKIT EFUSI PLEURA DI RUANG


MELATI 4 RSUD DR. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktek Klinik keperawatan Medikal
Bedah I

Dosen Pengampu : Bayu Brahmantia, Ns. M.kep.,CWCS

Disusun oleh :

Ahmad Zajuli

E2214401059

D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVEERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA

2023/2024
A. Konsep Penyakit Efusi Pleura
1. Definisi
Wedro (2014) menyebutkan bahwa efusi pleura adalah kelebihan cairan antara dua
membran pleura yang menyelimuti paru. Rubins (2013) menyebutkan efusi pleura
merupakan manifestasi klinis paling umum dari berbagai kelainan di pleura yang
disebabkan oleh berbagai kondisi mulai dari kelainan kardiopulmonal, penyakit
inflamasi, hingga penyakit keganasan. Kondisi tersebut dapat menyebabkan
terganggunya kemampuan membran pleura menyerap kelebihan cairan sehingga
mengakibatkan akumulasi cairan di rongga pleura (Pratomo & Yunus, 2013).
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa efusi pleura adalah kondisi
abnormal ketika terdapat akumulasi cairan di rongga pleura sebagai akibat
ketidakseimbangan produksi dan reabsorbsi cairan di pleura.
2. Etiologi
Etiologi menurut Krishna & Rudrappa (2020).
Cairan yang terjebak di dalam kavitas pleura dapat berupa transudat ataupun eksudat.
1. Efusi pleura transudat
Umumnya terjadi akibat adanya perubahan tekanan hidrostatik atau onkotik pada
ruang pleura akibat gagal jantung kiri kongestif, sindrom nefrotik, sirosis hepatis,
hipoalbuminemia, kelebihan cairan, atau perikarditis.
2. Efusi pleura eksudat
Penyebab umum dari efusi pleura eksudat ialah pneumonia atau tuberkulosis,
keganasan, penyakit inflamatorik (misal, lupus dan arthritis rheumatoid), infeksi
virus, kilotoraks (karena obstruksi limfatik), hemotoraks (darah pada kavitas
pleural), asbestosis benigna, atau sindrom Dessler.
3. Epidemiologi
Angka kejadian efusi pleura di Amerika Serikat ditemukan sekitar 1,5 juta
kasus per tahunnya dengan penyebab tersering gagal jantung kongestif, pneumonia
bakteri, penyakit keganasan, dan emboli paru (Rubins, 2013). Hasil penelitian di
salah satu rumah sakit di India pada tahun 2013-2014 didapatkan prevalensi efusi
pleura sebanyak 80 kasus dengan penyebab terbanyak tuberkulosis paru (Jamaluddin,
2018), Prevalensi efusi pleura di Indonesia. mencapai 2,7% dari penyakit infeksi
saluran napas lainnya (Depkes RI, 2017).
Berdasarkan data di RSUD Dr. Harjono Ponorogo pada bulan November 2018
terdapat 49 klien yang mengidap efusi pleura. Rata-rata yang mengidap efusi pleura
adalah klien yang berusia diatas 50 tahun yang berjenis kelamin laki-laki maupun
perempuan. Sedangkan data di RSU Muhammadiyah Ponorogo pada bulan Januari
sampai dengan Oktober 2018 terdapat 8 orang berjenis kelamin laki-laki dan 12 orang
perempuan terkena efusi pleura dengan total 20 kasus klien. mengidap efusi pleura.
Maka diantara kedua rumah sakit tersebut usia rata-rata pengidap efusi pleura yaitu
diatas 50 tahun (Akbar, 2019)
4. Patofisiologi
Efusi pleura terjadi karena adanya peningkatan tekanan kapiler pulmonal,
penurunan tekanan onkotik plasma, peningkatan permeabilitas membran pleura,
penurunan kemampuan drainase limfatik pleura, dan obstruksi bronkus dengan
tingginya tekanan negatif intrapleural. Ketidakseimbangan ini dapat terjadi karena
adanya kelainan yang ada pada paru, pleura, atau kelainan sistemik. Oleh karena itu,
sangat penting bagi praktisi untuk mampu mengatasi efusi pleura serta etiologi dari
keadaan ini (Chinchkar, Talwar, & Jain, 2015)
Cairan yang terjebak di dalam kavitas pleura dapat berupa transudat ataupun
eksudat. Efusi pleura transudat umumnya terjadi akibat adanya perubahan tekanan
hidrostatik atau onkotik pada ruang pleura akibat gagal jantung kiri kongestif,
sindrom nefrotik, sirosis hepatis, hipoalbuminemia, kelebihan cairan, atau
perikarditis. Penyebab umum dari efusi pleura eksudat ialah pneumonia atau
tuberkulosis, keganasan, penyakit inflamatorik (misal, lupus dan arthritis
rheumatoid), infeksi virus, kilotoraks (karena obstruksi limfatik), hemotoraks (darah
pada kavitas pleural), asbestosis benigna, atau sindrom Dessler (Krishna & Rudrappa,
2020).
5. Manifestasi klinis
a. Sesak napas
b. Rasa berat pada dada
c. Nafas pendek
d. Nyeri dada pleuritik
e. Takipnea
f. Hipoksemia bila ventilasi terganggu
g. Penurunan bunyi nafas di atas area yang sakit
h. Keluhan/gejala lain penyakit dasar efusi pleura seperti: bising jantung (pada
payah jantung), lemas disertai penurunan BB yang progresif (neoplasma), batuk
yang kadang berdarah pada perokok (karsinoma bronkus), tumor di organ lain
(metastasis), demam subfebril (pada TB), demam menggigil (pada empiema),
ascites (pada sirosis hepatic), ascites dengan tumor di pelvis (pada sindrom
Meigh).
i. Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan: fremitus yang menurun, perkusi yang
pekak, tanda-tanda pendorongan mediastinum, suara napas yang menghilang
pada auskultasi.
6. Klasifikasi
Effusi pleura dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Effusi pleura transudat
Merupakan ultrafiltrat plasma, yang menandakan bahwa membrane pleura tidak
terkena penyakit. Akumulasi cairan disebabkan oleh faktor sistematik yang
mempengaruhi produksi dan absorb cairan pleura seperti (gagal jantung kongesif,
atelektasis, sirosis, sindrom nefrotik, dan dialysis peritoneum)
b. Efusi pleura eksudat
Ini terjadi akibat kebocoran cairan melewati pembuluh kapiler yang rusak dan
masuk ke dalam paru yang dilapisi pleura tersebut atau kedalam paru yang
dilapisi pleura tersebut atau ke dalam paru terdekat. Kriteria effusi pleura
eksudat:
a. Rasio cairan pleura dengan protein serum lebih dari 0,5
b. Rasio cairan pleura dengan dehidrogenase (LDH) lebih dari 0,6
c. LDH cairan pleura dua pertiga atas batas normal LDH serum.
Penyebab effusi pleura eksudat seperti pneumonia, empiema, penyakit metastasis
(mis, kanker paru, payudara, lambung, atau ovarium) haemotorak, infark paru,
keganasan, repture aneurismaaorta. (Nurarif & Kusuma, 2015)
7. Farmakoterapi

Kategori Nama Dosis, Kerja obat Kontra Efek samping


obat generik frekuensi indikasi
dan
nama
dagang
RL Obat 20 tpm Cairan RL Tidak Asidosis
bebas dan diberikan disarankan laktat,
resep mel;alui menggunakan Hiperkalemia,
intravena RL dalam pembentukan
untuk kondisi bekuan darah
menggantikan hiperhidrasi, pada pasien
cairan tubuh hipernatremia, dengan
hipokalemia, tranfusi
kondisi asidosis
Ceftriaxon Antibiotik 2x1 gr Menghinhibisi Hipersensitivitas Bengkak,
e sintesis terhadap kemerahan dan
dinding sel antibiotik rasa nyeri
bakteri cephalosporin ditempat
atau komponen injeksi,demam,
lain dari panas dingin
formulasi obat
Ketorolac 3x1 amp Bekerja Anak usia Masalah
mengurangi dibawah 16 pencernaan
peradangan, tahun; gangguan seperti sakit
nyeri dan fungsi ginjal perut mual dan
demam sedang sampai muntah, sakit
dengan berat (kreatinin kepala, sulit
menghambat serum < 160 tidur, nafsu
ezim COX mmol/l makan
meningkat,
susah BAB

8. Pemeriksaan penunjang
Menurut Pranita (2020) pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien efusi
pleura adalah :
a. Radiografi dada
b. Ultrasonografi thoraks
c. Biopsi pleura
d. Analisis cairan pleura
e. CT scan thoraks
9. Penatalaksanaa medis
Menurut Pranita, (2020) Tujuan penatalaksanaan pada efusi pleura adalah paliasi atau
mengurangi gejala. Pilihan terapi harus tergantung pada prognosis, kejadian. efusi
berulang, dan keparahan gejala pada pasien.
a. Thorakosintesis.
b. Pemeriksaan laboratorium
c. Kimia darah
d. Water Seal Drainage (WSD)
10. Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul pada penyakit efusi pleura antara lain :
a. Pneumotoraks (karena udara masuk melalui jarum)
b. Hemotoraks ( karena trauma pada pembuluh darah interkostalis)
c. Emboli udara (karena adanya laserasi yang cukup dalam, menyebabkan udara
dari alveoli masuk ke vena pulmonalis)
d. Laserasi pleura viseralis
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian keperawatan
a. Identitas Klien
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
2) Riwayat kesehatan sekarang
3) Riwayat kesehatan masa lalu
4) Riwayat kesehatan keluarga
5) Riwayat psikososial dan spiritual
6) Pola kebiasaan sehari hari
7) Pengkajian kognitif klien dan keluarga
c. Pengkajian fisik
1) Keadaan umum
2) Kesadaran
3) Tanda tanda vital
4) Review of sistem (Inspeksi,palpasi,perkusi,auskultasi)
d. Pemeriksaan penunjang
e. Penatalaksanaan medis
f. Analisis data
2. Masalah keperawatan
a. Diagnosa keperawatan (SDKI)
1) Nyeri akut b.d Agen pencedera fisiologis d.d mengeluh nyeri, tampak
meringis, pola napas berubah, nafsu makan berubah
2) Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas d.d dispnea, pola napas
abnormal
3) Besihan jalan napas tidak efektif b.d hipereksesi jalan napas d.d dispnea
frekuensi napas berubah, pola napas berubah
b. Intervensi keperawatan

Diagnosa (SDKI) Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI) Rasional


Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Manajemen nyeri
Agen pencedera tindakan Observasi
fisiologis d.d keperawatan selama - Identifikasi lokasi,
mengeluh nyeri, 3 x 24 jam karakteristik, durasi,
tampak meringis, diharapkan tingkat frekuensi, kualitas,
pola napas nyeri menurun intensitas nyeri
berubah, nafsu dengan kriteria hasil - Identifikasi skala
makan berubah
: nyeri
- Kemampuan - Identifikasi respons
menuntaskan nyeri non verbal
aktifitas - Identifikasi faktor
meningkat yang memperberat
- Keluhan nyeri dan memperingan
menurun nyeri
- Meringis - Identifikasi
menurun pengetahuan dan
- Sikap protektif keyaninan tentang
menurun nyeri Identifikasi
- Gelisah menurun pengaruh budaya
- Kesulitan tidur terhadap respon
menurun nyeri
- Menarik diri - Identifikasi
menurun pengaruh nyeri pada
- Berfokus pada kualitas hidup
diri sendiri - Monitor
menurun keberhasilan terapi
- Diaforesis komplementer yang
menurun sudah diberikan
- Anoreksia - Monitor efek
menurun samping
- Perasaan depresi penggunaan
(tertekan) analgetik
menurun Terapeutik
- Perasaan takut - Berikan teknik
mengalami cedera nonfarmakologis
berulang menurun untuk mengurangi
- Perineum terasa rasa nyeri (mis.
terteka menurun TENS, hipnosis,
- Uterus teraba akupresur, terapi
membulat musik, biofeedback,
menurun terapi pijat,
- Ketegangan otot aromaterapi, teknik
menurun imajinasi
- Pupil dilatasi terbimbing,
menurun kompres
- Muntah menurun hangat/dingin,
- Mual menurun terapi bermain)
- Frekuensi nadi - Kontrol lingkungan
membaik yang memperberat
- Pola napas rasa nyeri (mis.
membaik suhu ruangan,
- Tekanan darah pencahayaan,
membaik kebisingan)
- Proses berpikir - Fasilitasi istirahat
membaik dan tidur
- Fokus membaik - Pertimbangkan
- Fungsi berkemih jenis dan sumber
membaik nyeri dalam
- Perilaku membaik pemilihan strategi
- Nafsu makan meredakan nyeri
membaik Edukasi
- Pola tidur - Jelaskan penyebab,
membaik periode, dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
- Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian analgetik,
jika perlu
Pola napas tidak Setelah dilakukan Manajemen Jalan
efektif b.d tindakan napas
hambatan upaya keperawatan selama Observasi
napas d.d dispnea, 3 x 24 jam - Monitor pola napas
pola napas diharapkan pola (frekuensi,
abnormal napas membaik kedalaman, usaha
dengan kriteria hasil napas)
: - Monitor bunyi napas
- Dispnea menurun tambahan (mis.
- Penggunaan otot gurgling, mengi,
bantu napas wheezing, ronkhi
menurun kering)
- Pemanjangan fase - Monitor sputum
ekspirasi menurun (jumlah, warna,
- Ortopnea aroma)
menurun Terapeutik
- Pernapasan - Pertahankan
pursed-lip kepatenan jalan
menurun napas dengan head-
- Pernapasan tilt dan chin-lift
cuping hidung (jaw-thrust jika
menurun curiga trauma
- Frekuensi napas servikal)
membaik - Posisikan semi-
- Kedalaman napas Fowler atau Fowler
membaik - Berikan minum
- Ekskursi dada hangat
membaik - Lakukan fisioterapi
- Ventilasi semenit dada, jika perlu
- Kapasitas vital - Lakukan
membaik penghisapan lendir
- Diameter thoraks kurang dari 15 detik
anterior-posterior - Lakukan
membaik hiperoksigenasi
- Tekanan ekspirasi sebelum
membaik penghisapan
- Tekanan inspiras endotrakeal
membaik - Keluarkan sumbatan
benda padat dengan
forsep McGill
- Berikan oksigen,
jika perlu
Edukasi
- Anjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari,
jika tidak
kontraindikasi
- Ajarkan teknik
batuk efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika periu
REFERENSI

Anda mungkin juga menyukai