Anda di halaman 1dari 3

APOTEK HIDUP WUJUDKAN SDGS

Disadari atau tidak, era pandemik yang mewabah selama hampir dua tahun terakhir
telah membawa banyak perubahan baik sosiologis maupun psikologis. Perubahan yang terjadi
khususnya terkait kesehatan yang menjadikan banyak masyarakat mulai merasakan
kecemasan. Adanya perasaan tersebut menimbulkan melonjaknya permintaan obat yang
mampu memperkuat sistem imun. Mengingat sebagian besar masyarakat Indonesia masih
mempercayakan pengobatan secara tradisional sehingga transaksi produk tanaman herbal
meningkat 20%. Namun, karena ada dampak lain dari era pandemi yaitu kelangkaan akan
rantai pasok (supply) mengakibatkan terjadinya peningkatan permintaan yang berbanding
lurus dengan harga. Dengan kata lain, permintaan obat meningkat maka harga obat itu sendiri
pun turut meningkat. Secara teoritis ekonom, Hah ini tentu menyimpang dari hukum
permintaan bukan?

Berdasarkan fenomena tersebut, maka perlu upaya yang dapat dilakukan dalam
rangka pemenuhan pendukung kesehatan pada masa pandemi, salah satunya persediaan obat
melalui optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan. Hal ini juga bisa dijadikan sebagai
implementasi tujuan dari Sustainable Development Goals (SGs). Apa itu SDGs? SDGs
merupakan Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan (the 2030 Agenda for
Sustainable Development atau SDGs) yang mendorong perubahan-perubahan untuk bergeser
ke arah pembangunan berkelanjutan berdasarkan hak asasi manusia, kesetaraan untuk
mendorong pembangunan sosial, ekonomi dan lingkungan hidup. SDGs/TPB diberlakukan
dengan prinsip-prinsip universal, integrasi dan inklusif untuk meyakinkan bahwa tidak akan
ada seorang pun yang terlewatkan atau “No-one Left Behind”. SDGs terdiri dari 17 tujuan dan
169 target dalam rangka melanjutkan upaya dan pencapaian Millennium Development Goals
(MDGs) yang berakhir akhir pada tahun 2015 lalu.

Tantangan terbesar dalam pelaksanaan agenda pembangunan berkelanjutan di


Indonesia adalah reformulasi konsep pembangunan yang terintegrasi dan penempatan
kesehatan sebagai satu rangkaian proses manajemen pembangunan yang meliputi input,
process, output, outcome dan impact pembangunan serta memahamkan bersama akan
substansi pembangunan kesehatan yang harus dilaksanakan bersama di era desentralisasi dan
demokratisasi saat ini.

Menurut seorang Perencana Ahli Utama atau PLT Deputi Bidang Kemaritiman dan
Sumber Daya Alam Bappenas Arifin Rudiyanto mengatakan lima prinsip inti dari Sustainable
Development Goals (SDGs) sejalan dengan tujuan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45)
yakni untuk menciptakan masyarakat adil dan makmur. Kelima inti tersebut yaitu people,
planet, prosperity, peace, dan partnership.

Pada konteks ini, optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan yang dimaksudkan ialah
aktivitas berkebun dengan menerapkan prinsip “prosperity” mengenai bagaimana membangun
kesejahteraan serta memenuhi kebutuhan hidup dan kebutuhan dasar dari seluruh masyarakat.
Pemanfaatan lahan pekarangan tersebut dijadikan sebagai apotek hidup, yaitu pemanfaatan
tanah yang terletak di halaman atau di pekarangan rumah digunakan untuk ditanami berbagai
tanaman obat herbal. Kegiatan ini menjadi alternatif yang tepat untuk memberikan
perlindungan kepada masyarakat dari wabah secara menyeluruh. Mulai dari pedesaan hingga
daerah yang notabennya berlahan sempit seperti perkotaan. Tidak hanya itu, dalam sudut
stratifikasi social juga sangat membantu bagi masyarakat yang berada pada klaster pendapatan
menengah ke bawah. Masyarakat nantinya akan belajar memanfaatkan sumber yang ada Lalu,
jenis tanaman obat herbal apa yang harus mereka budidayakan? Jenis tanaman obat herbal
yang bisa dibudiayakan haruslah mengandung senyawa aktif dalam meningkatkan sistem
imun seperti jahe, kunyit, pegagan, binahong, kencur, kayumanis, temulawak dan lengkuas.
Dalam kacamata psikologis, mengadakan apotek hidup bisa mengatasi masalah baru akibat
pandemi yang membuat jenuh selama berada di rumah secara terus menerus tanpa kegiatan
bermanfaat.

Dengan demikian, sebagai makhluk Tuhan yang sempurna hendaklah kita


memanfaatkan sumber daya alam yang ada dengan sebijak mungkin agar kelak tetap
dirasakan oleh anak-cucu kita. Dimulai dari sejak kini, dengan mengimplementasikan
Sustainable Development Goals (SGs) di era pandemi melalui apotek hidup.

Daftar Pustaka

[BKP] Badan Ketahanan Pangan. Pemanfaatan pekarangan cegah krisis pangan di tengah
pandemi Covid-19 [diunduh 2021 Des 10]. Tersedia dari:

Agustin, I., Vivian, V., Lius, W., Yoren, S., Phang, M., Chris, N., Saudjhana, A., Yonathan,
H., & Willyana, W. (2020). PEMANFAATAN LAHAN PRIBADI SEBAGAI LUMBUNG
OBAT DI ERA PANDEMI BAGI WARGA KELURAHAN BELIAN. Konferensi Nasional
Proyek Pengabdian Masyarakat (NaCosPro), 2 (1), 68-79. doi:10.37253/nacospro.v2i1.1169
Burhan FA. (2020, Maret 27). KataData.co.id: TaniHub dan Happyfresh Banjir Pesanan
Imbas Pandemi Virus Corona. Diakses dari
https://katadata.co.id/febrinaiskana/digital/5e9a41f860b7c/tanihub-dan-happyfresh-banjir-
pesanan-imbas-pandemi-virus-corona

http://bkp.pertanian.go.id/blog/post/pemanfaatan-pekarangan-cegah-krisis-pangan-di-tengah-
pandemi-covid-19

Iskandar, Rudi. (2014, Februari 19). “Kualitas Lingkungan Hidup Semakin Menurun“ .
Diakses dari https://kaltimprov.go.id/berita/kualitas-lingkungan-hidup-semakin-menurun

Kementerian PPN/Bappenas. Kehidupan Sehat dan Sejahtera. [Diakses 2021 Des 10. Diakses
dari http://sdgs.bappenas.go.id/tujuan-3

Anda mungkin juga menyukai