Anda di halaman 1dari 12

Nama : Rheinaldy Marcelino patimbano

Nim :711335120016

Tugas
1. Cari jenis penyakit yang disebabkan oleh sampah jika sampah tidak dikelola dengan
baik.
Sampah yang dibuang secara sembarangan dapat mengundang berbagai jenis bakteri,
virus dan parasit. Penyakit yang disebabkan bakteri dari sampah
contohnya, salmonellosis, shigellosis, keracunan makanan stafilokokus, infeksi kulit,
dan tetanus.
2. Jelaskan 5 penyakit saja yang ditularkan melalui sampah dan dijelaskan secara
terperinci dan cari juga gambar sumber penyakitnya misalnya
(bakteri,virus,kuman,amoeba,dll).
1. Salmonellosis
- Pengertian Salmonellosis
Salmonellosis adalah penyakit akibat infeksi bakteri Salmonella pada saluran
usus. Penyakit Salmonellosis ini merupakan penyakit yang umum terjadi.
Penyakit ini dapat menular melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi
bakteri Salmonella. Penyakit ini sangat terkait dengan kondisi higienitas
perorangan dan lingkungan.

- Faktor Risiko Salmonellosis

Beberapa kelompok orang yang lebih rentan terkena salmonellosis


diantaranya:

 Usia. Usia yang rentan terinfeksi bakteri Salmonella, antara lain bayi,


anak-anak berusia kurang dari 5 tahun, atau usia lebih dari 65 tahun.
 Sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti orang dengan HIV /
AIDS, pasien transplantasi organ, dan orang yang menerima
pengobatan kemoterapi dan radiasi.
 Memiliki penyakit peradangan usus sebelumnya, sel-sel selaput lendir
pada usus yang sudah mengalami kerusakan sebelumnya lebih rentan
terinfeksi bakteri Salmonella.
 Penggunaan antasida dapat menyebabkan penurunan pH dalam
lambung, sehingga bakteri Salmonella dapat lebih mudah bertahan
hidup dan menginfeksi usus.
 Penggunaan antibiotik minum tanpa indikasi yang tepat dapat
menurunkan jumlah bakteri baik dalam usus,
sehingga Salmonella dengan mudah menginfeksi usus.

- Penyebab Salmonellosis

Salmonellosis disebabkan oleh bakteri Salmonella. Salmonellosis


terjadi karena bakteri Salmonella yang terdapat pada makan makanan dan
minuman yang tercemar masuk kedalam saluran cerna dan menginfeksi usus
sehingga menyebabkan berbagai gejala-gejala terkait pencernaan.
Salmonellosis juga dapat ditularkan dari satu individu ke individu lain yang
terkena penyakit salmonellosis. Gejala mulai timbul 8–72 jam setelah bakteri
masuk dan menginfeksi usus. Pada umumnya gejala biasanya terjadi selama
4–7 hari. 

- Gejala Salmonellosis

 Diare;
 Mual dan muntah;
 Demam dan menggigil;
 Keram perut;
 Sakit kepala
 Terdapat darah dalam tinja.

- Diagnosis Salmonellosis

Untuk mendiagnosis penyakit ini, dokter akan menanyakan riwayat


gejala penyakit, melakukan pemeriksaan fisik, dan melakukan beberapa
pemeriksaan penunjang terkait penyakit Salmonellosis. Beberapa pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan laboratorium darah,
urine, dan pemeriksaan tinja. Pemeriksaan penunjang lainnya dapat dilakukan
pemeriksaan serologis, yaitu pemeriksaan antigen dalam darah terhadap
kuman Salmonella.

 Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi Salmonella yang


berat adalah pecahnya atau robeknya dinding usus (perforasi usus)
yang dapat menyebabkan peradangan pada selaput pembungkus
dinding perut atau peritonitis. Gejala yang dapat timbul jika terjadi
komplikasi ini adalah tidak dapat buang gas atau buang air besar, nyeri
perut hebat, penurunan tekanan darah, hingga penurunan kesadaran.
Komplikasi lainnya dari Salmonellosis ini adalah penyebaran bakteri
melalui pembuluh darah ke seluruh tubuh yang dapat mengancam
nyawa.

- Pengobatan Salmonellosis

Infeksi Salmonella yang ringan biasanya sembuh dalam 5–7 hari, dan


sebagian besar tidak memerlukan perawatan khusus selain minum banyak
cairan. Pada infeksi yang berat, perlu untuk mendapatkan rehidrasi dengan
cairan intravena melalui infus. Obat antibiotik diberikan pada kondisi ini,
seperti golongan ampicillin, kloramfenikol, kotrimoksazol, dan lainnya
tergantung kondisi pengidap sesuai rekomendasi dari dokter.Obat-obatan
antidiare, seperti loperamid sebaiknya dihindari. Walaupun gejala diare akan
berkurang setelah pemberian antidiare, tetapi penggunaan obat ini dapat
memperlama infeksi Salmonella ini. Selain itu obat-obatan lain untuk
mengurangi gejala lainnya dapat diberikan, seperti obat penurun demam dan
obat antimual.

- Pencegahan Salmonellosis

 Beberapa upaya pencegahan terhadap salmonellosis, meliputi:


 Mencuci bersih dengan air mengalir bahan-bahan makanan dan alat-
alat makan;
 Memasak makanan dan air untuk minum sampai benar-benar matang;
dan
 Selalu mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir segera setelah
kontak dengan hewan-hewan, lingkungan, atau kontak dengan
pengidap.

bakteri salmonella

2. Infeksi Shigella (Shigellosis)


- Pengertian Shigellosis
Infeksi Shigella atau Shigellosis adalah infeksi bakteri yang menyerang
saluran pencernaan. Infeksi ini terjadi saat bakteri masuk ke dalam tubuh
melalui kontak langsung dengan feses. Selain itu, infeksi shigella juga terjadi
melalui makanan maupun minuman yang telah terkontaminasi.
Infeksi Shigella disebabkan oleh bakteri yang termasuk dalam
kelompok Shigella, seperti bakteri Shigella dysenteriae, Shigella sonnei, dan
Shigella flexneri. Bakteri jenis ini tergolong sangat infeksius. Artinya, meski
dalam jumlah kecil, bakteri tersebut sudah dapat menyebabkan munculnya
gejala pada manusia.
Setelah masuk melalui mulut, bakteri Shigella akan memperbanyak diri di
bagian usus kecil dan menyebar ke usus besar. Bakteri Shigella dapat
mengeluarkan racun yang mengakibatkan terjadinya kerusakan sel di bagian
usus dan peradangan. Kondisi inilah yang mengakibatkan munculnya gejala
berupa kram dan diare parah, bahkan diare bisa terjadi antara 10 hingga 30
kali dalam sehari.

- Penyebab Shigellosis
Penyebab infeksi shigella atau Shigellosis adalah bakteri Shigella yang
masuk ke dalam mulut secara tidak sengaja. Hal ini dapat terjadi karena
beberapa kondisi berikut: Menyentuh mulut tanpa mencuci tangan terlebih
dahulu setelah berkontak langsung dengan permukaan atau benda yang
terinfeksi bakteri Shigella, misalnya popok anak yang mengidap shigellosis
atau benda yang disentuh oleh pengidap infeksi Shigella. Mengonsumsi
makanan atau minuman yang sudah terkontaminasi bakteri Shigella, misalnya
makanan yang tidak higienis atau dibuat dari bahan yang telah terkontaminasi
oleh kotoran manusia. Mengonsumsi air yang telah terkontaminasi bakteri
Shigella, misalnya berenang di air yang telah tercemari oleh pengidap infeksi
Shigella dan tidak sengaja menelan airnya. Melakukan hubungan seks secara
oral yang mengakibatkan mulut bersentuhan dengan anus atau area di sekitar
anus.

- Faktor Resiko Shigellosis


 Berusia 2 sampai 4 tahun.
 Tinggal di lingkungan dengan sanitasi buruk atau melakukan
perjalanan ke wilayah yang memiliki sanitasi buruk.
 Tinggal secara berkelompok, misalnya di panti jompo, penjara, asrama,
atau barak militer.
 Melakukan aktivitas di tempat umum, misalnya di kolam renang umum
atau tempat penitipan anak.
 Melakukan hubungan seksual dengan sesama pria (bagi pria).
 Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, misalnya karena
mengidap HIV/AIDS.

- Gejala Shigellosis
Gejala Shigellosis biasanya akan muncul 2 sampai 3 hari setelah pengidap
terpapar bakteri Shigella. Beberapa kasus menunjukkan gejala muncul sekitar
satu minggu setelah terjadi kontak dengan bakteri Shigella. Gejala Shigellosis
umumnya berlangsung antara 2 hingga 7 hari. Gejala yang umum dialami oleh
pengidap Shigellosis adalah gejala disentri, seperti:
 Nyeri atau kram perut, terlebih pada perut bagian tengah.
 Rasa mulas yang terjadi terus-menerus diikuti dengan rasa tidak bisa
menahan keinginan untuk buang air besar.
 Diare yang sebagian besar berupa air.
 Bisa muncul darah atau lendir pada feses
 Demam tinggi dengan suhu bisa lebih dari 40 derajat Celsius.
 Mengalami mual dan muntah.
- Diagnosis Shigellosis
Guna mendapatkan diagnosis yang akurat, dokter akan bertanya
tentang gejala dan keluhan yang dialami. Selain itu, dokter juga bertanya
tentang faktor risiko yang mungkin dimiliki pengidap. Misalnya, makanan
atau minuman yang dikonsumsi selama satu minggu sebelumnya atau tempat
tinggal maupun tempat umum yang pernah dikunjungi pengidap. Supaya bisa
memastikan bahwa BAB berdarah atau diare terjadi karena Shigellosis, dokter
akan melakukan pemeriksaan feses. Tak hanya mengetahui penyebabnya,
pemeriksaan tersebut juga bisa membantu dokter menentukan resep obat
antibiotik yang paling efektif untuk membantu mengatasi gejala yang muncul.

- Pengobatan Shigellosis
Shigellosis ringan biasanya bisa membaik dengan sendirinya sekitar 5
hingga 7 hari. Namun, selama pengidap mengalami diare, sebaiknya
perbanyak asupan cairan supaya tidak terjadi dehidrasi. Dokter biasanya juga
meresepkan zinc untuk membantu mempercepat penyembuhan diare.
Sementara itu, perlu diperhatikan bahwa pengidap tidak dianjurkan
untuk mengonsumsi obat penghenti diare selama masih diare. Sebab, obat
tersebut dapat membuat bakteri tinggal di saluran cerna lebih lama dan
membuat infeksi menjadi semakin buruk.
Pemberian obat antibiotik untuk mengobati diare umumnya diberikan
untuk pengidap Shigellosis berat atau memiliki imunitas tubuh lemak, seperti
bayi dan lansia. Shigellosis jarang membutuhkan penanganan di rumah sakit,
kecuali pengidap yang mengalami mual dan muntah hebat yang membuatnya
tidak dapat menerima makanan maupun minuman. Jika ini terjadi, dokter akan
memberikan pengganti cairan tubuh dan obat melalui infus.
- Komplikasi Shigellosis
Shigellosis biasanya membaik tanpa memicu terjadinya komplikasi.
Meski demikian, beberapa kasus menunjukkan terjadinya komplikasi berupa:
 Dehidrasi karena diare berkepanjangan.
 Arthritis reaktif karena reaksi infeksi. Gejalanya berupa nyeri pada sendi
lutut, panggul, dan bagian pergelangan kaki.
 Prolaps rektum, keluarnya sebagian rektum karena terlalu mengejan
berlebihan atau mengalami peradangan berat pada usus besar.
 Kejang yang terjadi karena demam atau disebabkan karena bakteri
Shigella itu sendiri. Sindrom hemolitik uremik.
 Megakolon toksik yang terjadi saat usus mengalami kelumpuhan, sehingga
pengidap tidak dapat buang air besar maupun buang angin.
 Perforasi usus atau rusaknya dinding usus.
 Infeksi darah (bakteremia) yang terjadi saat bakteri Shigella memasuki
aliran darah melalui lapisan usus yang rusak.

- Pencegahan Shigellosis
Beberapa hal yang dapat dilakukan guna mencegah Shigellosis antara lain:
 Mencuci tangan dengan air dan sabun secara berkala, terutama
sebelum dan setelah menggunakan toilet, setelah mengganti popok
bayi, dan sebelum makan.
 Mengawasi anak ketika mereka mencuci tangan.
 Menjauhkan anak yang sedang terserang diare dari anak sehat lain.
 Membuang popok bekas ke dalam kantong plastik yang tertutup rapat.
 Tidak mengolah dan menyajikan makanan apabila sedang mengalami
diare.
 Sebisa mungkin tidak menelan air saat berenang di kolam renang
umum.
 Menghindari melakukan hubungan seks dengan orang yang sedang
mengalami diare atau baru saja sembuh dari masalah kesehatan
tersebut.
 Tidak melakukan seks oral atau seks anal.
bakteri Shigellosis
3. Keracunan Makanan Stafilokokus
- Pengertian Keracunan Makanan Stafilokokus
Staph Food Poisoning (SFP) atau yang dalam bahasa Indonesia disebut
dengan Keracunan Makanan Stafilokokus adalah penyakit pencernaan yang
disebabkan karena memakan makanan yang terkontaminasi dengan racun yang
dihasilkan oleh bakteri Staphylococcus aureus (Staph). SFP adalah penyakit
umum yang kejadian sebenarnya mungkin diremehkan karena beberapa
alasan, yang meliputi kesalahan diagnosis, wabah kecil yang tidak dilaporkan,
pengumpulan sampel yang tidak tepat, dan pemeriksaan laboratorium yang
tidak tepat.[1] Staph Food Poisoning (SFP) biasanya tidak mengancam jiwa.
Sebagian besar kasus SFP tidak memerlukan pengobatan karena kondisinya
akan hilang dengan sendirinya. Kebanyakan orang mengatasi keracunan
makanan dalam waktu sekitar dua hari.

- Gejala Keracunan Makanan Stafilokokus


Gejala keracunan makanan stafilokokus biasanya dimulai secara tiba-
tiba dengan mual dan muntah yang parah mulai sekitar 30 menit hingga 8 jam
setelah makanan yang terkontaminasi dimakan. Gejala lain termasuk kram
perut, diare, dan terkadang sakit kepala dan demam. Kehilangan cairan dan
elektrolit yang parah dapat menyebabkan kelemahan dan tekanan darah sangat
rendah ( syok ). Gejala biasanya berlangsung sekitar satu hari, dan pemulihan
biasanya selesai. Kadang-kadang, keracunan makanan akibat stafilokokus
berakibat fatal, terutama pada orang yang sangat muda, sangat tua, dan orang
yang lemah karena penyakit jangka panjang.
- Diagnosis Keracunan Makanan Stafilokokus

 Evaluasi dokter
 Terkadang tes laboratorium terhadap makanan
Gejala-gejala tersebut biasanya semua dokter perlukan untuk
mendiagnosis gastroenteritis  (radang selaput perut dan usus kecil dan
besar).
Diagnosis keracunan makanan stafilokokus yang lebih
spesifik dapat dicurigai ketika orang lain yang makan makanan yang
sama terkena dampak yang sama dan ketika gangguan tersebut dapat
ditelusuri ke satu sumber kontaminasi. Untuk memastikan diagnosis,
laboratorium harus mengidentifikasi staphylococci pada makanan
yang dicurigai, namun pengujian ini biasanya tidak dilakukan karena
hasilnya tidak mengubah pengobatan.

- Pencegahan Keracunan Makanan Stafilokoku


Persiapan dan penanganan makanan yang tepat Persiapan makanan
yang hati-hati dapat mencegah keracunan makanan stafilokokus. Siapa pun
yang mengalami infeksi kulit sebaiknya tidak menyiapkan makanan untuk
orang lain sampai infeksinya sembuh. Makanan harus segera dikonsumsi
atau didinginkan dan tidak disimpan pada suhu kamar.

- Pengobatan Keracunan Makanan Stafilokokus


 Cairan
 Terkadang obat untuk mengontrol mual dan muntah
 Terkadang cairan melalui vena
Pengobatan keracunan makanan stafilokokus biasanya terdiri
dari minum cairan dalam jumlah yang cukup. Dokter mungkin akan
memberikan obat antimual, baik dalam bentuk suntikan maupun
supositoria, untuk membantu mengendalikan rasa mual dan muntah
yang parah. Terkadang begitu banyak cairan yang hilang sehingga
cairan harus diberikan melalui vena (intravena).
Staphylococcus aureus bacteria
4. Infeksi Kulit
- Pengertian Infeksi Kulit
Infeksi kulit adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme, seperti
bakteri, virus, jamur, atau parasit. Infeksi kulit dapat menimbulkan beragam
gejala, mulai dari gatal-gatal sampai luka yang disertai nyeri. Kulit memiliki
berbagai fungsi penting bagi tubuh. Salah satunya adalah melindungi bagian
dalam tubuh dari radiasi sinar ultraviolet, cedera, dan infeksi. Meski begitu, kulit
juga dapat terserang infeksi. Umumnya, infeksi kulit lebih mudah terjadi ketika
kondisi kulit sedang tidak baik, misalnya ketika kulit kering dan pecah-pecah atau
mengalami luka. Selain itu, infeksi kulit juga lebih sering terjadi pada orang
dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, misalnya akibat penggunaan obat
kortikosteroid dalam jangka panjang.
- Penyebab dan Gejala Infeksi Kulit
Infeksi kulit disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, atau parasit.
Beberapa jenis infeksi kulit berdasarkan penyebabnya adalah:
 Infeksi kulit akibat bakteri, seperti bisul dan kusta
 Infeksi kulit akibat virus, seperti cacar dan kutil
 Infeksi kulit akibat jamur, seperti panu dan kurap
 Infeksi kulit akibat parasit, seperti kudis (skabies) dan kutu rambut
Tanda dan gejala yang muncul pada infeksi kulit tergantung
pada jenisnya. Namun, pada umumnya, penderita infeksi kulit
mengalami luka atau ruam di kulit yang dapat disertai gatal atau nyeri.
- Pengobatan dan Pencegahan Infeksi Kulit
nfeksi kulit ringan umumnya dapat diatasi dengan penggunaan obat
yang dijual bebas dan perawatan mandiri di rumah. Jika keluhannya tergolong
berat, pengobatan perlu dilakukan oleh dokter. Infeksi kulit dapat dicegah
dengan cara-cara sederhana, seperti menjaga kebersihan kulit dan pakaian,
mengganti pakaian jika berkeringat, menjauhi orang yang sedang terinfeksi,
dan tidak berbagi pakai barang pribadi dengan orang lain.

Bacteria Streptococcus
5. Tetanus
- Pengertian Tetanus
Tetanus adalah penyakit akibat infeksi bakteri yang menyebabkan otot
menjadi kaku dan tegang. Tetanus merupakan kondisi gawat darurat, yang jika
tidak segera diobati dapat menyebar ke seluruh tubuh dan membahayakan
jiwa.Meski tergolong berbahaya, tetanus tidak menular dan dapat dicegah
melalui pemberian vaksin tetanus. Namun, perlu diketahui bahwa orang yang
pernah terkena tetanus tidak memiliki kekebalan alami sehingga bisa terinfeksi
lagi di kemudian hari. Tetanus juga dikenal dengan nama lockjaw, karena
menyebabkan otot rahang dan leher menjadi tegang.

- Penyebab dan Gejala Tetanus


Tetanus terjadi ketika bakteri masuk ke dalam tubuh melalui luka
terbuka di kulit. Setelah di dalam tubuh, bakteri tersebut kemudian
mengeluarkan racun untuk menyerang sistem saraf di tubuh manusia.Gejala
khas yang muncul akibat tetanus adalah tegang dan kaku pada otot rahang.
Keluhan ini akan muncul dalam 3–21 hari setelah bakteri masuk ke dalam
tubuh. Gejala lain yang timbul adalah tegang pada otot sekitar bibir, kaku pada
otot leher dan otot perut, kesulitan menelan, serta sesak napas.
- Pengobatan dan Pencegahan Tetanus
Tetanus belum dapat diobati, tetapi gejalanya dapat diredakan dengan
suntik antitetanus, obat-obatan, dan vaksin tetanus. Imunisasi tetanus juga
merupakan salah satu upaya untuk mencegah penyakit ini. Di Indonesia,
imunisasi tetanus termasuk wajib dan harus dilakukan sesuai jadwal yang telah
ditetapkan.

Tetanus

Anda mungkin juga menyukai