Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam dinamika kehidupan suatu bangsa dapat dikatakan bahwa

pendidikan adalah agen pembangunan dan agen perubahan. Tanpa adanya

pendidikan, tidak akan ada pembangunan yang berartisehingga dapat dikatakan

bangsa tersebut tidak akan ada perubahan. Majunya pendidikan akan

menunjukkan kemajuan suatu bangsa, dan sebaliknya, mundurnya pendidikan

akan menjerumuskan suatu bangsa kepada kebodohan dan kemiskinan.

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi hingga saat ini

telah mengantarkan umat manusia ke era kompetisi global di berbagai bidang

kehidupan. Situasi ini menuntut kita agar segera berbenah diri dan sekaligus

menyusun langkah nyata guna menyongsong masa depan. Langkah utama yang

harus dipikirkan dan direalisasikan adalah bagaimana kita menyiapkan sumber

daya manusia yang berkarakter kuat, kokoh, tahan uji serta memiliki kemampuan

yang handal di bidangnya.

Dalam rangka mengatasi era global, pemerintah Indonesia memiliki

kebijakan mengembangkan kualitas pendidikan agar sumber daya manusia

mempunyai kualitas yang tinggi. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah

adalah dengan mencetuskan program Sekolah Bertaraf Internasional (SBI)

seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun

2003  pasal 50 ayat 3 dan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 pasal 61 ayat

1. Kebijakan ini diharapkan dapat menjadi faktor pendorong bagi pemerintah

1
pusat dan daerah (Provinsi dan Kabupaten) guna meningkatkan kualitas sekolah-

sekolah di Indonesia.

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan Nasional

mendefenisikan SBI sebagai satuan pendidikan yang diselenggarakan dengan

menggunakan Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan diperkaya dengan standar

salah satu Negara anggota OECD atau Organization for Economic Co-Operation

and Development dan atau negara maju lainnya (X), yang dirumuskan :

SNP + X

OECD sendiri merupakan organisasi internasional yang tujuannya membantu

pemerintahan negara anggotanya untuk menghadapi tantangan globalisasi

ekonomi. Sedangkan negara maju lainnya adalah negara yang tidak termasuk

dalam keanggotaan OECD tetapi memiliki keunggulan dalam bidang pendidikan

tertentu.1

Di Indonesia, Sekolah Bertaraf Internasional diawali dengan didirikannya

sekolah-sekolah yang disiapkan khusus untuk menampung siswa-siwa asing, yang

orangtuanya bekerja sebagai diplomat asing ataupun bekerja di perusahaan-

perusahaan multinasional seperti Jakarta International School (JIS), yang

didirikan tahun 1951.Sejak itu, mulailah bermunculan berbagai sekolah

bertaraf/berstandar internasional di Indonesia, baik yang didirikan oleh kantor-

kantor Kedutaan Besar asing maupun oleh lembaga-lembaga swasta (domestik

dan asing) yang bergerak di bidang pendidikan.2

1
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2009 Tentang
Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional Pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah
2
Anonim, 2010, Kerangka Acuan Kerja Seminar dan Workshop Internasionalisasi Pendidikan dan
Prospeknya di Indonesia.Salatiga:Yayasan Bina Dharma dan PSKTI Universitas Kristen Satya
Wacana, hal. 19.

2
Saat ini di seluruh Indonesia sudah terdapat puluhan bahkan ratusan

Sekolah Bertaraf Internasional dengan menggunakan sistem yang berbeda-beda.

Kurang lebih ada 3 (tiga) sistem yang paling banyak digunakan oleh sekolah-

Sekolah Bertaraf Internasional di Indonesia yaitu International Baccalaureate

(IB), Cambridge, dan Australian Curriculum.3

Salah satu kriteria untuk menjadikan suatu sekolah menjadi bertaraf

internasional adalah dengan mengadakan program Sister School. Secara umum,

program ini merupakan program kemitraan antar sekolah dimana sekolah-sekolah

di Indonesia dapat menjalin hubungan kerjasama dengan sekolah-sekolahdi

negara lain melalui berbagai kegiatan yang saling menguntungkan. 4 Ada berbagai

macam kegiatan yang dapat dilakukan antara kedua pihak, antara lain pertukaran

siswa, pertukaran guru, berbagi kurikulum, pelajaran, tugas dan lain sebagainya.

Di Indonesia sendiri sudah banyak sekolah-sekolah yang mengadakan

kerjasama Sister School dengan berbagai sekolah yang berada di negara-negara

maju. Salah satunya adalah dengan Singapura. Indonesia dan Singapurasudah

menjalin hubungan bilateral sejak tahun 1967. Kedua negara ini bekerjasama

dalam berbagai sector seperti ekonomi, perdagangan, budaya, pariwisata dan lain

sebagainya. Dalam hubungan perdagangan, Singapura adalah mitra terbesar ketiga

bagi Indonesia. Sementara Indonesia adalah mitra kelima terbesar bagi

Singapura.5

3
ibid.
4
Program Sister School, <http://www.europe-educatour.com/layanan-pendidikan-2/program-
sister-school/>, [diakses 4 Februari 2018]
5
Kedekatan Hubungan Bilateral Indonesia dan Singapura,
<http://internasional.metrotvnews.com/asia/GNl6gOyk-rising-50-kedekatan-hubungan-bilateral-
indonesia-dan-singapura>, [diakses 4 Februari 2018]

3
Dalam bidang pendidikan, Indonesia dan Singapura telah banyak

melakukan kerjasama. Singapura menjadi salah satu mitra Indonesia dalam bidang

pendidikan karena Singapura dinilai memiliki kualitas pendidikan yang cukup

baik. Jumlah mahasiswa dan pelajar asing yang belajar di Singapura mencapai

sekitar 80 ribu orang. Hal ini bisa dikatakan menjadi indikator kemajuan

ekonominya. Ada yang memperkirakan, hanya dari sektor pendidikan saja, setiap

tahunnya pemerintah Singapura mendapatkan pemasukan sekitar Rp 4 triliun.

Takheran, Singapura begitu gencar berpromosi ke mancanegara lewat lembaga

Singapura Education Service Centre (SESC).6 Selain itu, lembaga pendidikan

tinggi di negara yang tergolong kecil ini telah diakui dunia. Dua perguruan tinggi

Singapura yaitu National University of Singapore (NUS) dan Nanyang

Technological University (NTU) pada peringkat (secara berurut) 30 dan 77 di

dunia.7

Keunggulan inilah yang kemudian menyebabkan Indonesia sering

bekerjasama di bidang pendidikan dengan Singapura. Kerjasama ini mempunyai

tujuan yaitu melakukan tindakan yang nyata dalam meningkatkan mutu sumber

daya manusia dan daya saing di masa depan sehingga dapat hidup bersama dalam

keragaman sosial dan budaya.

Pada tahun 2008 yang lalu, Indonesia melalui SMA LabschoolJakarta

telah membentuk Memorandum of Understanding (MoU) yang isinya adalah

menyepakati program Sister School dengan salah satu sekolah di Singapura

yaituCHIJSt. Joseph’s Convent Singapura. Adapun SMA Labschoolsendiri


6
Kajian Sistem Pendidikan Singapura, <https://www.kompasiana.com/lizasuyuti/kajian-sistem-
pendidikan-singapura_555473bf739773d31590566c>, [diakses 4 Februari 2018]
7
ibid.

4
merupakan salah satu Sekolah Bertaraf Internasional terbaik yang ada di

Indonesia.

Sebelum kerjasama antara kedua sekolah ini terjalin, pemerintah Indonesia

telah lebih dulu membuat kesepakatan dengan Menteri Pendidikan Singapura pada

tahun 2005. Dalam MoU tersebut disepakati bahwa akan diadakannya kerjasama

antara satu institusi pendidikan di Indonesia dengan institusi yang ada di

Singapura. Beberapa sekolah di Indonesia yang memiliki keunggulan lokal telah

dipasangkan dengan sekolah-sekolah yang ada di Singapura. Dan dalam hal ini

SMA LabschoolJakarta telah dipasangkan dengan CHIJ St. Joseph’s Convent

Singapura. Kedua negara pun menyambut baik program ini

Melalui program Sister Schoolini, kedua sekolah ini telah melakukan

pertukaran ilmu dan budaya yang lebih menitikberatkan pada empati dan

peningkatan motivasi untuk maju pada siswa, guru dan kepala sekolah. Siswa dan

guru yang saling berkunjung juga dapat diberi kesempatan untuk memahami

kebiasaan belajar,semangat dan pola masyarakat setempat dengan lebih baik.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melihat

bagaimana dampak dari kerjasama antara Indonesia dan Singapura dalam program

Sister School di SMA Labschool Jakarta dan CHIJSt. Joseph’s Convent

Singapura.

1.2. Rumusan Masalah

Salah satu kebijakan pemerintah pusat dalam rangka meningkatkan

kualitas pendidikan di Indonesia adalah dengan menyelenggarakan Sekolah

Bertaraf Internasional (SBI).Meluasnya konteks sekolah yang dibangun melalui

5
hubungan antar siswa dalam ruang lingkup dunia, hubungan dan kerjasama

dengan guru, kolaborasi lintas negara, bahkan penggabungan dan kompetisi

tingkat dunia akan berpengaruh terhadap prestasi pembelajaran pada siswa.

Pemerintah Indonesia bersama dengan Singapura membuat kesepakatan

untuk memajukan serta meningkatkan kualitas pendidikan di kedua negara. Salah

satunya adalah dengan program Sister School antara SMA Labschool Jakarta

dengan CHIJ St. Joseph’s Convent Singapura. Kerjasama ini tentunya akan

membawa dampak bagi kedua negara. Maka dari itu, pokok permasalahan dalam

penelitian ini adalah:

“Bagaimana dampak dari kerjasama Sister School antara Indonesia dan

Singapura?”

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui gambaran umum mengenai kerjasama pendidikan

antara Indonesia dan Singapura.

2. Mengetahui gambaran umum mengenai kerjasama Sister School

SMA Labschool Jakarta dengan CHIJSt. Joseph’s Convent

Singapura.

3. Mengetahui bagaimana dampakdan sejauh mana

pengaruhkerjasama Sister School dalam membangun citra antara

Indonesia dan Singapura.

1.3.2. Manfaat Penelitian

6
Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Memberi informasi mengenai kerjasama Indonesia dan Singapura

dibidang pendidikan dan bagaimana dampak kerjasama tersebut bagi

kedua negara.

2. Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi dan data kepada mahasiswa dalam program studi

Hubungan Internasional yang kelak akan melakukan penelitian yang

berhubungan dengan permasalahan pendidikan.

1.4. Kerangka Dasar Teori

Teori secara sederhana adalah penyederhanaan dari sebuah fenomena dan

menjadi alat analisa sehingga fenomena tersebut mudah untuk dipahami.Teori

membuat sesuatu lebih dapat dimengerti (intelligible).8 Menurut Kenneth Waltz,

teori berusaha menjelaskan aturan-aturan politik internasional atau pola-pola

tingkah laku yang dibentuk negara.9 Teori berusaha menjelaskan dan memprediksi

tingkah laku atau untuk memahami jalan pikiran aktor tentang dunia (inside the

head of actors).10

Sebelum masuk kepada teori, hal yang pertama sekali ditentukan adalah

sasaran analisa yang tepat yaitu persoalan memilih dari berbagai kemungkinan

tingkat analisa. Dalam penelitian ini penulis menetapkan Kelompok Individu

sebagai tingkat analisa. Asumsi dari tingkat analisa ini adalah individu pada

umumnya melakukan tindakan internasional dalam kelompok. Setiap interaksi

yang ada di dalam konstelasi hubungan internasional merupakan rangkaian dari


8

10
.

7
wujud hubungan antar berbagai kelompok kecil di berbagai negara. Kelompok

masyarakat ini terwujud dalam kabinet-kabinet, dewan penasehat keamanan,

badan-badan pemerintahan dan lain-lain. Menurut tingkat analisa ini, hubungan

internasional bisa dipelajari dari perilaku kelompok masyarakat yang terlibat

dalam hubungan internasional. Dalam penelitian ini yang menjadi tingkat analisa

adalah jajaran SMA Labschool Jakarta yang terdiri dari Kepala Sekolah, Guru,

Komite Sekolah dan lain-lain.

Perspektif yang digunakan dalam penelitian ini adalah pluralisme.

Menurut perspektif ini, negara bukan aktor tunggal dan bukan aktor rasional

dalam hubungan internasional dan aktor non negaralah yang menjadi aktor

penting dalam hubungan internasional.11 Perspektif pluralisme yang dijelaskan

oleh Paul R.Viotti dan Mark V.Kauppi memiliki empat asumsi dasar yaitu:12

1. Aktor non-negara adalah unsur yang penting dalam hubungan

internasional seperti organisasi internasional, MNC, kelompok ataupun

inividu.

2. Negara bukan unitary actor (aktor tunggal), karena aktor lain selain negara

juga memiliki peran yang sama pentingnya dengan negara.

3. Kaum pluralisme menentang pendapat kaum realisme yang menganggap

negara merupakan aktor rasional. Menurut pluralisme, negara bukan aktor

rasional, karena proses pembuatan kebijakan luar negeri selalu diwarnai

konflik, kompetisi dan kompromi antar aktor di dalam negara.

11
M. Saeri, 2012, Teori Hubungan Internasional Sebuah Pendekatan Paradigmatik, Jurnal
Transnasional Vol.3 No. 2, Februari 2012, hal 573.
12
Paul R Viotti dan Mark Kauppi. 1990, International Relations Theory: Realism, Pluralism,
Globalism and Beyond, New York: Allyn & Bacon, hal. 1992.

8
4. Masalah-masalah yang ada tidak lagi terpaku pada power atau keamanan

nasional, tapi meluas pada masalah sosial, ekonomi dan lain-lain.

Salah satu pandangan tokoh pluralis, yakniJohn Burton,melihat bahwa

hubungan internasional terjadi dalam beragam bentuk, dengan aktor-aktor yang

beragam mulai dari aktor negara, individu hingga entitas non-negara.Maka dari

itu, penelitian ini cukup relevan jika dianalisis dengan menggunakan perspektif

pluralisme dikarenakan model hubungan yang dlakukan adalah kerjasama dengan

keterlibatan aktor non negara yang diwakilkan oleh SMA Labschool Jakarta

dengan CHIJSt.Joseph’s Convent Singapura.

Penelitian ini menggunakan teori kerjasama. Teori kerjasama internasional

mengatakan suatu negara melakukan hubungan internasional adalah untuk

memenuhi kepentingan nasionalnya.Untuk itu negara tersebut perlu melakukan

kerjasama untuk mencapai kepentingan eksternalnya.13 Dalam kerjasama ini tidak

hanya terletak pada identifikasi sasaran bersama dan metode untuk mencapainya

saja, tetapi juga terletak pada pencapaian sasaran itu. Kerjasama akan diusahakan

apabila manfaat yang diperoleh diperkirakan akan lebih besar daripada

konsekuensi-konsekuensi yang ditanggungnya. Kemitraan yang baik adalah yang

mampu memberi keuntungan atau nilai lebih bagi masing-masing pihak yang

bermitra, dengan kata lain yang bisa memberi win-win solution.

Nilai lebih dari kerjasama ini tidak harus berupa materi, tetapi dalam

bentuk peningkatan kapasitas layanansepertipendidikan, kesehatan, penyediaan

13
Robert O. Keohane dalam Martin Griffin, et. al. 2009,Fifty Key Thinkers in International
Relations (Second Edition), New York: Routledge, hal. 107.

9
tenaga kerja, bertambahnya akses seperti kerjasama sosial-ekonomi, pendidikan

antar negara yang bekerjasama dan lain sebagainya.

Menurut K.J Holsti, proses kerjasama atau kolaborasi terbentuk dari

perpaduan keanekaragaman masalah nasional, regional atau global yang muncul

dan memerlukan perhatian lebih dari suatu negara. Masing-masing pemerintah

saling melakukan pendekatan yang membawa suatu usul penanggulangan masalah

dengan mengumpulkan bukti-bukti tertulis untuk membenarkan suatu usul atau

yang lainnya dan mengakhiri perundingan dengan suatu perjanjian atau pengertian

yang memuaskan semua pihak. Menurut K.J Holsti, kerjasama internasional dapat

didefenisikan sebagai berikut:14

1. Pandangan bahwa dua atau lebih kepentingan, nilai atau tujuan saling

bertemu dan dapat menganalisa sesuatu, dipromosikan atau atau dipenuhi

oleh semua pihak.

2. Pandangan atau harapan dari suatu negara bahwa kebijakan yang

diputuskan oleh negara lainnya akan membantu negara itu untuk mencapai

kepentingan dan nilai-nilainya.

3. Persetujuan atau masalah-masalah tertentu antara dua negara atau lebih

dalam rangka memanfaatkan persamaan kepentingan atau benturan

kepentingan.

4. Aturan resmi atau tidak resmi mengenai transaksi di masa depan yang

dilakukan untuk melaksanakan persetujuan.

5. Transaksi antar negara untuk memenuhi persetujuan mereka.

14
K.J Holsti, 1995, Politik Internasional, SuatuKerangka Analisis, Bandung: Bina Cipta, hal 652.

10
Ada beberapa alasan mengapa negara melakukan kerjasama dengan negara

lainnya, diantaranya adalah:

1. Perbedaan sumber daya alam yang dimiliki oleh setiap negara berbeda-

beda baik dalam segi jenis maupun jumlahnya. Ada negara yang

berlimpah ruah sumber daya alamnya ada juga yang memiliki sumber daya

alam yang sedikit.

2. Alasan untuk meningkatkan perekonomian setiap negara.

3. Untuk meningkatkan efisiensi dalam pengarangan anggaran biaya yang

besar.

4. Dalam rangka mengurangi kerugian negatif yang dilakukan oleh tindakan

individual sehingga memberikan dampak terhadap negara lain.

Kerjasama internasional bukan saja dilakukan antar negara secara

individual, tetapi juga dilakukan antar negara yang bernaung dalam organisasi

atau lembaga internasional. Mencermati tujuan utama suatu negara melakukan

kerjasama internasional adalah untuk memenuhi kepentingan nasionalnya yang

tidak dimiliki di dalam negeri. Sesuai dengan tujuannya, kerjasama internasional

bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan bersama karena hubungan kerjasama

internasional dapat mempercepat proses peningkatan kesejahteraan dan

penyelesaian masalah antara dua atau lebih negara tersebut.

1.5 Hipotesa

Berdasarkan pada kerangka pemikiran dan latar belakang diatas, penulis

menurunkan hipotesa berikut ini:

11
Kerjasama Sister School antara Indonesia dan Singapura berdampak positif

pada ekonomi dan sosial budaya kedua negara.

Adapun yang menjadi variabel independennya adalah“KerjasamaSister

Schoolantara Indonesia dan Singapura”. Indikatornya adalah:

1. Singapura sebagai salah satu mitra terbaik dalam kerjasama

pendidikan.

2. Sister Schoolsebagai program untuk meningkatkan kualitas pendidikan

di kedua negara.

3. Penandatanganan MoU Sister School antara SMA Labschool Jakarta

dan CHIJ St. Joseph’s Convent Singapura

Adapun yang menjadi variabel dependennya adalah “berdampak positif

pada ekonomi dan sosial budaya kedua negara”. Indikatornya adalah:

1. Meningkatnya kualitas pendidikan di kedua negara.

2. Meningkatnya jumlah sekolah swasta di Indonesia yang bertaraf

internasional.

3. Dengan adanya program pertukaran guru dan pelajar, budaya dari

masing-masing negara dapat diperkenalkan.

1.6 Defenisi Konsepsional

Defenisi konsep dalam suatu penelitian sangat diperlukan agar dapat

memberikan suatu batasan yang jelas pada pokok permasalahan sebuah penelitian.

Pendefenisian konsep-konsep berguna untuk mendekatkan (menurunkan derajat

abstraksinya) kepada realitasnya, sehingga penelitian yang dilakukan nantinya

12
dapat dengan mudah dilakukan pengujian-pengujian hipotesis yang sesuai dengan

realitasnya.

Kerjasamamerupakan interaksi sosial antar individu atau kelompok yang

secara bersama-sama mewujudkan kegiatan untuk mencapai tujuan bersama.

Serangkaian hubungan yang tidak didasarkan pada kekerasan atau paksaan secara

hukum.

Kerjasama Internasional merupakan suatu bentuk hubungan yang

dilakukan oleh suatu negara dengan negara lain yang bertujuan untuk memenuhi

kebutuhan rakyat dan untuk kepentingan negara-negara di dunia.15 Kerjasama

internasional, yang meliputi kerjasama di bidang politik, sosial, pertahanan

keamanan, kebudayaan, dan ekonomi, berpedoman pada politik luar negeri

masing-masing.

Sekolah Bertaraf Internasional (SBI)merupakan sekolah nasional yang

menyiapkan peserta didiknya atau murid-murid yang berdasarkan Standar

Nasional Pendidikan Indonesia atau tarafnya internasional sehingga lulusannya

memiliki kemampuan daya saing internasional.

Sister School merupakan kerjasama kemitraan yang luas, dengan

mengembangkan kerjasama dapat dilakukan antara dua sekolah atau lebih dalam

sebuah kompleks, daerah tertentu, dan sampai antar sekolah yang berada pada

negara yang berbeda.

MoU (Memorandum of Understanding)merupakan sebuah dokumen

legal yang menjelaskan persetujuan antara dua belah pihak dimana hal ini sebagai

15
B.N Marbun, 2002,Kamus Politik, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, hal. 26.

13
bentuk perjanjian pendahuluan yang nantinya akan diikuti dan dijabarkan dalam

perjanjian lain yang mengaturnya secara lebih detail.

1.7 Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan serangkaian prosedur yang

mendeskripsikan kegiatan yang harus dilakukan jika ingin mengetahui eksistensi

empiris atau suatu konsep.16Defenisi operasional menjadi pertanda mengenai

gejala yang diamati sejauh pengamatan peneliti.

Dalam kerjasama Sister School dua negara menyepakati untuk melakukan

kerjasama yang berkesinambungan dan saling membangun kendatipun dari negara

yang berbeda. Kerjasama Sister School menunjukkan kenyataan bahwa pengaruh

atau efek globalisasi telah melahirkan perkembangan pesat yang hampir terjadi

dalam seluruh aspek kehidupan manusia, terutama dalam melahirkan beragam

bentuk kerjasama di dunia. Hal ini khususnya dipengaruhi oleh kecenderungan

bahwa setiap negara bangsa di dunia tidak selamanya dapat mengandalkan potensi

dalam negerinya untuk memenuhi kebutuhannya. Akan tetapi dapat dipenuhi oleh

negara lain melalui sebuah kerjasama. Kerjasama inilah yang telah dilakukan

Indonesia melalui SMA Labschool Jakarta dengan CHIJSt. Joseph’s

ConventSingapura.

1.8 Metodologi Penelitian

Metode penelitian ini bersifat deskriptif analitis, sebuah penelitian yang

bersifat deskriptif memberikan gambaran terhadap permasalahan, keadaan, gejala-

gejala, tindakan atau kebijakan. Analisis dilakukan berdasarkan data-data yang


16
Mohtar Mas’oed, 1990, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi, Jakarta: LP3S,
hal. 100.

14
telah tersedia bagi penulis untuk menjawab pokok permasalahan yang ada

sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Penelitian ini menggunakan teknik penelitian kepustakaan (library

research) dan wawancara melalui media sosial. Pada metode ini permasalahan

akan dibahas dengan menggunakan data-data yang didapatkan dari buku-buku,

jurnal, buletin, majalah, laporan tahunan beberapa instansi terkait, surat kabar,

internet dan data yang diperoleh dari wawancara.

1.9 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian merupakan sarana untuk membatasi sejauh mana

penulis menjabarkan masalah yang akan diteliti, serta untuk mempermudah dan

menghindari terjadinya kesimpangsiuran dalam penelitian. Penelitian ini dibatasi

dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011.

1.10 Sistematika Penulisan

BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang penelitian, perumusan

permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka dasar teori,

hipotesa, defenisi konsepsional, defenisi operasional, metodologi

penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II: GAMBARAN UMUM KERJASAMA PENDIDIKAN

INDONESIA DAN SINGAPURA

Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum mengenai kerjasama

pendidikan Indonesia dan Singapura. Di dalamnya akan dibahas

15
mengenai sistem pendidikan, bantuan-bantuan yang diberikan dan

kerjasama Sister School antara kedua negara.

BAB III: POTENSI KERJASAMA SISTER SCHOOL INDONESIA DAN

SINGAPURA

Bab ini berisi tentang nilai strategis kerjasamaSister SchoolIndonesia

dan Singapura yakniSMA Labschool Jakarta dengan St.Joseph’s

Convent Singapura.

BAB IV: DAMPAK KERJASAMA PENDIDIKAN INDONESIA DAN

SINGAPURA

Bab ini berisi tentang dampak kerjasama pendidikan Indonesia dan

Singapura dilihat dari segi ekonomi, sosial-budaya dan dampak

langsung maupun tidak langsung.

BAB V: KESIMPULAN

Bab ini menjelaskan kesimpulan dari penelitian ini.

BAB II

GAMBARAN UMUM KERJASAMA PENDIDIKAN INDONESIA DAN

SINGAPURA

2.1 Hubungan Bilateral Indonesia - Singapura

Indonesia dan Singapura telah menjalin hubungan bilateral sejak

September 1967yang dilanjutkan dengan pembukaan  kedutaan besar masing-

16
masing negara.Hubungan antara kedua negara ini kebanyakan didorong karena

kedekatan geografis. Singapura merupakan salah satu negara tetangga terdekat

Indonesia. Wilayah negara kota ini dikepung wilayah Indonesia di bagian barat,

selatan, dan timur, terjepit di antara Malaysia dan Indonesia. Kedua negara adalah

pendiri Association of Southeast Asian Nations(ASEAN), negara anggota Gerakan

Non-Blok danAsia-Pacific Economic Cooperation(APEC)

Hubungan Indonesia dan Singapura telah menunjukkan peningkatan di

berbagai bidang kerjasama terutama hubungan kerjasama politik, hubungan

kerjasama ekonomi dan hubungan kerjasama  sosial budaya. Selain itu kunjungan

antara sesama pejabat pemerintah maupun swasta di kedua negara  telah 

memberikan kontribusi yang besar bagi pengembangan hubungan kerjasama dan

peningkatan investasi di kedua negara.

Secara politik, pada dasarnya hubungan Indonesia–Singapura

mengalami fluktuasiyang didasarkan isu permasalahan  menyangkut kepentingan

nasional masing-masing negara, namun demikian kedua negara memiliki pondasi

dasar yang kuat untuk  memperkuat dan meningkatkan  hubungan kedua negara 

yang lebih  konstruktif, pragmatis dan  strategis.17Di bidang ekonomi, Singapura 

dengan  luas negara 682.7 km2  dan populasi  penduduk sekitar 4.657.542  jiwa 

telah tumbuh menjadi negara  yang memiliki kekuatan ekonomi yang besarkarena

menjadi perlintasan transaksi  jasa ekonomi di dunia. Oleh karena itu 

peningkatan  hubungan kerjasama antara Singapura  dan Indonesia sebagai 

17
Dilisuci Desiari Sela, 2016, Kerjasama Indonesia - Singapura dalam Menyelesaikan Batas
Maritim antara Indonesia dan Singapura, <http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/741/jbptunikompp-
gdl-dilisucide-37033-2-unikom_4-l.pdf>, hal. 8.

17
bagian dari upaya pendekatan  good  neighbour policy  merupakan peluang 

kerjasama yang saling menguntungkan.

Dalam hubungan kerjasama ekonomi,  Indonesia dan Singapura saling

melengkapi dan memiliki  tingkat komplementaritas  yang tinggi. Indonesia

memilki sumberdaya alam dan  sumber daya manusia yang besar  sedangkan 

Singapura memiliki kemampuan  pengetahuan dan teknologi tinggi, jaringan 

ekonomi  serta sumber daya keuangan yang besar.18Kondisi ini  menjadikan

Indonesia dan  Singapura saling membutuhkan dan saling melengkapi  satu sama

lain. Selain itu, di bidang sosial budaya, kedua negara juga telah mendorong

usaha-usaha untuk  meningkatkan kerjasama   pendidikan, kebudayaan,

pariwisata  serta hubungan people to people contact.

Kerangka hubungan kerjasama Indonesia dan Singapura  tersebut di atas, 

telah menjadi landasan dasar  bagi pengembangan hubungan bilateral Indonesia-

Singapura yang lebih mengikat,  salah satunya melalui kunjungan antara Kepala

Negara/Kepala Pemerintahan kedua negara yang  menghasilkan kesepakatan-

kesepakatan susbtansial  untuk meningkatkan dan mengembangakan hubungan

kerjasama bilateral kedua negara.

2.2 Gambaran Sistem Pendidikan Indonesia dan Singapura

2.2.1 Sistem Pendidikan Indonesia

Pelaksanaan pendidikan di Indonesia berlandaskan kepada Pancasila

dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang

berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta


18
Leifer, Michael, 2000, Singapore's Foreign Policy: Coping with Vulnerability, New York:
Routledge, hal. 17.

18
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa serta bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Di Indonesia, semua penduduk wajib mengikuti program wajib belajar

pendidikan dasar selama dua belas tahun, yakni enam tahun di Sekolah Dasar/

Madrasah Ibtidaiyah, tiga tahun di Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah

Tsanawiyah dan tiga tahun di Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah.

Saat ini pendidikan di Indonesia diatur melalui Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Saat ini, sekolah-sekolah di Indonesia dikelola oleh tiga kementerian.

Pendidikan Dasar dan Menengah ada di Kementerian Pendidikan Dasar

Menengah dan Kebudayaan. Sedangkan Pendidikan Tinggi ada di

Kementerian Riset Teknologi Dan Pendidikan Tinggi. Ada juga pendidikan

dasar, menengah, dan tinggi, yang berbasis agama dan dikelola oleh

Kementerian Agama.

Pendidikan di Indonesia terbagi ke dalam tiga jalur utama, yaitu formal,

nonformal, dan informal dan juga dibagi ke dalam empat jenjang, yaitu

pendidikan anak usia dini, dasar, menengah, dan tinggi. Jenis pendidikan di

Indonesia mencakuppendidikan umum,

kejuruan,akademik,profesi,vokasi,keagamaan, dan khusus.

1. Pendidikan Formal

19
A. Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang

pendidikan dasar. Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan

melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal.

Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk:

 Taman Kanak-kanak (TK)

 Raudatul Athfal (RA) atau bentuk lain yang sederajat.

Sedangkan dalam jalur pendidikan nonformal, pendidikan anak usia

dini berbentuk:

 Kelompok Bermain (KB)

 Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang

sederajat.

Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk

pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh

lingkungan.

B. Pendidikan Dasar

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi

jenjang pendidikan menengah. Setiap warga negara yang berusia tujuh

sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar.

Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin terselenggaranya wajib

belajar bagi setiap warga negara yang berusia 6 (enam) tahun pada

jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya.Pendidikan dasar

berbentuk:

20
 Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau

bentuk lain yang sederajat.

 Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah

Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.

C. Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan

dasar.Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum

dan pendidikan menengah kejuruan.Pendidikan menengah berbentuk:

 Sekolah Menengah Atas (SMA)

 Madrasah Aliyah (MA)

 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

 Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang

sederajat.

D. Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah

pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma,

sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh

perguruan tinggi.Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan

pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.Perguruan

tinggi dapat menyelenggarakan program akademik, profesi, dan/atau

vokasi.Perguruan tinggi dapat berbentuk:

21
 Akademi

 Politeknik

 Sekolah tinggi

 Institut

 Universitas

2. Pendidikan Nonformal

Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat

yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai

pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam

rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.

Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta

didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan

keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian

profesional. Pendidikan nonformal meliputi:

 Pendidikan kecakapan hidup

 pendidikan anak usia dini

 pendidikan kepemudaan

 pendidikan pemberdayaan perempuan

 pendidikan keaksaraan

 pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja

 pendidikan kesetaraan

 pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan

kemampuan peserta didik

22
Satuan pendidikan nonformal terdiri ataslembaga kursus, lembaga

pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, majelis

taklim serta satuan pendidikan yang sejenis.Kursus dan pelatihan

diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan,

keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri,

mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hasil pendidikan nonformal

dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah

melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh

Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar

nasional pendidikan.

3. Pendidikan Informal

Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan

lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.Hasil pendidikan

informal diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah

peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.

Selain sistem pendidikan yang mengacu pada kurikulum nasional,

Indonesia juga menganut sistem pendidikan lainnya, diantaranya adalah:19

1. Sistem pendidikan dari Amerika Serikat

Sistem pendidikan ini ditujukan untuk anak usia 3-18 tahun dan

fokusnya pada science, technology, engineering, art, and math

(STEAM), kemampuan kognitif siswa dikembangkan melalui ilmu


19
Mengenal Sistem Pendidikan yang Ada di Indonesia, 2016,
<https://student.cnnindonesia.com/edukasi/20160628130034-317-141508/mengenal-sistem-
pendidikan-yang-ada-di-indonesia/>, [diakses 13 Februari 2018]

23
aplikatif dan daya kreativitas tanpa menanggalkan pentingnya

kecerdasan sosial. Selain itu, melalui sebuah jalur inovatif, siswa dapat

mempersingkat total durasi belajar menjadi hanya 14 tahun.

Salah satu lembaga pendidikan yang menerapkan sistem ini adalah

Sampoerna School System, yang terdiri dari Sampoerna Academy

(untuk pendidikan anak dari taman kanak-kanak hingga pendidikan

menengah atas), Sampoerna University, dan Sampoerna Professional

Development Center.

2. Sistem pendidikan Cambridge dari Inggris

Wajib belajar di Inggris diberlakukan mulai tahun 1880 dan

berlaku untuk anak 5-10 tahun. Tapi pada tahun 2013, ditambah lagi

sampai usia 18 tahun. Sekolah yang menerapkan sistem pendidikan ini

memiliki durasi belajar 16 tahun dan menekankan pada penguasaan

materi mata pelajaran dan keahlian sebagai fokus.Ada ratusan sekolah

di Indonesia yang menerapkan sistem pendidikan ini. Salah satunya

adalah Raffles Internasional Group of Schools.

3. International Baccalaureate (IB)

Sistem pendidikan ini bertujuan menjawab kebutuhan pendidikan

anak usia 3–19 tahun. IB mengaplikasikan kurikulum yang luas dan

mendorong penguasaan materi yang seimbang, pemusatan

pembelajaran pada siswa, dan penekanan pada konteks global. IB juga

merangsang siswa menjadi pembelajar sepanjang hayat dengan

memiliki antusiasme belajar dan empati yang tinggi.Beberapa contoh

24
lembaga pendidikan yang sudah menerapkan sistem ini adalahJakarta

International School atau JIS, Bandung International School, Bali

International School, Sekolah Ciputra, dan Binus International School.

2.2.2Sistem Pendidikan Singapura

Singapura merupakan negara kecil yang berada dekat dengan

Indonesia.Banyak orang Indonesia yang bersekolah di Singapura. Tidak

sedikit pula dari pelajar Indonesia melanjutkan studinya kuliah di

Singapura. Sekolah-sekolah dan universitas di Singapura memang terkenal

dengan kualitasnya. Misalnya Nanyang Technological University atau

National University of Singapore. Ditambah lagi dengan jaraknya yang

tidak jauh dari Indonesia, tentu banyak orang bercita-cita untuk berkuliah

di Singapura.

Sistem pendidikan di Singapura memiliki sistem yang cukup

efektif. Selain itu, tenaga pengajar dan infrastruktur yang memadai

membuat pendidikan di Singapura semakin maju.Seperti di negara besar

lain, Singapura menganggap pendidikan adalah masa depan dari suatu

negara untuk mencapai cita-cita mereka. Oleh karena itu Singapura

memang sangat memperhatikan bidang pendidikan ini. Mereka sangat

fokus dalam pengembangan pendidikan dari jenjang pra sekolah hingga

perguruan tinggi.

Sistem pendidikan Singapura didasarkan pada pemikiran bahwa

setiap siswa memiliki bakat dan minat yang unik. Singapura memakai

pendekatan yang fleksibel untuk membantu perkembangan potensi para

25
siswa. Selama bertahun-tahun, Singapura telah berkembang dari sistem

pendidikan ala Inggris yang tradisional menjadi sistem pendidikan yang

bertujuan untuk memenuhi kebutuhan individual dan mengembangkan

bakat.

Keunggulan sistem pendidikan di Singapura terletak pada

kebijakan dua-bahasa (Bahasa Inggris/Melayu/Mandarin/Tamil) dan

kurikulumnya yang lengkap dimana inovasi dan semangat kewiraswastaan

menjadi hal yang sangat diutamakan. Para individu menunjukkan bakat-

bakat yang berkaitan satu sama lain dan kemampuan untuk bertahan dalam

lingkungan yang penuh dengan persaingan, dipersiapkan untuk sebuah

masa depan yang lebih cerah.

Sistem pendidikan di Singapura terdiri dari empat lembaga utama,

yakni:

1. Pemerintah, sekolah yang didanai pemerintah dan independen

untuktingkat sekolah dasar dan menengah.

2. Universitas Lokal, Pendidikan Politeknik dan Lembaga

Teknikuntuk pasca pendidikan tingkat menengah.

3. Sekolah swasta untuk pendidikan tingkat dasar dan menengah.

4. Sekolah dengan sistem dari luar negeri dan sekolah

asing/internasional.

Sekolah-sekolah di Singapura terkenal dengan standarnya yang

tinggi dalam hal kegiatan belajar mengajar, terbukti melalui perbandingan

lokakarya internasional seperti Third International Matemathics and

26
Science Study (TIMSS) yang menunjukkan bahwa mayoritas siswa

sekolah Singapura yang terkemuka telah mempunyai standar internasional

dalam mata pelajaran matematika dan ilmu pengetahuan.

Ada lebih dari 80.000 siswa mancanegara yang datang dari 120

negara pada saat ini menempuh pendidikan di berbagai level dan institusi

di Singapura, mulai dari sekolah negri, swasta hingga perguruan tinggi

negeri, politeknik dan juga beberapa sekolah swasta lainnya di

Singapura.20

1. Pra-sekolah di Singapura

Untuk mendaftar pra-sekolah di Singapura, seorang Anak harus

berusia 3-6 tahun. Pra-sekolah di Singapura juga menawarkan tempat

penitipan Anak. Semua pra-sekolah dioperasikan oleh yayasan, badan

keagamaan, lembaga sosial dan organisasi bisnis. Periode belajar untuk

Anak-anak pra-sekolah berlangsung selama 2 ½ - 4 jam dan 5 hari

dalam seminggu. Pada tingkat ini yang diutamakan adalah mempelajari

bahasa yaitu bahasa Inggris sebagai bahasa utama dan bahasa Mandarin

sebagai bahasa kedua.

2. Sekolah Dasar di Singapura

Seperti di Indonesia, Sekolah Dasar di Singapura juga

membutuhkan waktu 6 tahun untuk menyelesaikannya. Pada jenjang

ini, para siswa akan mempelajari bahasa (Inggris, Mandarin, Melayu),

Matematika, Musik, Kesenian, Olahraga dan juga Ilmu Pengetahuan

20
Sistem Pendidikan di Singapura, 2011, <https://www.wisatasingapura.web.id/2011/07/03/sistem-
pendidikan-di-singapura/>, [diakses 13 Februari 2018]

27
Sosial. Matematika yang di ajarkan di sekolah dasar ini diadopsi dengan

menggunakan materi-materi dari standar Internasional.Seorang siswa

harus menunjukkan hasil belajarnya pada tahun ke 6 dengan melakukan

ujian kelulusan Sekolah Dasar. Mungkin seperti Ujian Nasional di

Indonesia. Siswa asing juga dapat ikut serta dalam ujian ini.

3. Tingkat Sekolah Menengah

Di sekolah menengah ini, siswa akan dibagi ke dalam dua

kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok General Certificate of

Education / GCE N (Normal). Sementara itu kelompok ke dua adalah

kelompok GCE O (Ordinary). GCE O adalah kumpulan siswa-siswa

berprestasi. Pada jenjang ini, kegiatan belajar dilakukan selama 4 tahun.

Untuk GCE N bisa mendapatkan sertifikat GCE O jika melakukan suatu

ujian pada tahun ke lima. Kurikulum pada tingkat sekolah menengah di

Singapura ini telah di akui oleh internasional.

4. Perguruan Tinggi

Setelah menyelesaikan ujian Level GCE O, siswa diberi berbagai

macam pilihan. Mereka dapat mendaftar ke perguruan tinggi junior

(Junior College) ataupun politeknik.

a. Junior College. Setelah berhasil duduk lulus dari GCE O, siswa

dapat melanjutkan studi ke Junior College (pra-universitas)

selama 2-3 tahun. Tujuan dari jenjang ini adalah mempersiapkan

siswa untuk masuk ke dunia universitas.

28
b. Politeknik. Politeknik menawarkan berbagai jurusan seperti

Teknik, Ilmu Pengetahuan Bisnis, Komunikasi, Desain dan Info-

Komunikasi. Mungkin jenjang ini mirip dengan tingkat Diploma

di Indonesia.

c. Pendidikan tingkat tersier. Mereka yang memenuhi syarat dapat

mencoba beralih ke tingkat tersier. Jenjang ini adalah jenjang

dimana mereka bukan lagi di sebut siswa melainkan mahasiswa.

5. Sekolah Internasional dan Sekolah Swasta

Meskipun sekolah swasta disana terbuka untuk orang-orang

Singapura, tetapi mereka tidak memiliki diperbolehkan untuk mengikuti

sekolah swasta tersebut. Mereka tidak diizinkan mengikuti sekolah

internasional. Singapura memiliki berbagai sekolah internasional

bertujuan untuk melayani para ekspatriat disana.Kurikulum di sekolah-

sekolah tersebut mengikuti kurikulum negara asal sekolah tersebut.

Biayanya bervariasi tetapi minimal adalah SGD$ 24.000 per tahun.

2.3 Kerjasama Pendidikan Indonesia-Singapura

Singapura merupakan salah satu mitra Indonesia dalam kerjasama

pendidikan. Hal ini dikarenakan Singapura memiliki banyak keunggulan dalam

sistem pendidikannya. Kedutaan Besar Repulik Indonesia (KBRI) Singapura

bertugas mengelola dan membina Sekolah Indonesia Singapura (SIS) yang jumlah

muridnya lebih kurang 140 orang siswa, dari tingkat Taman Kanak-kanak sampai

dengan tingkat Lanjutan Atas. Kepala Sekolah dan sebagian para guru adalah

Pegawai Negeri Sipil (PNS) Departemen Pendidikan Nasional namun sebagian

29
guru adalah non-PNS. Pembinaan yang dilakukan, tidak hanya terhadap Kepala

Sekolah dan para guru tetapi juga terhadap murid agar kegiatan belajar mengajar

dapat terlaksana secara baik dan benar. Disamping itu, pembinaan tersebut

dimaksudkan juga agar SIS dapat bersaing dan menjalin kerjasama dengan

sekolah-sekolah lokal sehingga perlu peningkatan kualitas pendidikan serta

pengajaran. KBRI Singapura juga telah mengesahkan pembentukan Komite

Sekolah yang bertugas sebagai forum para orang tua untuk memantau dan

sekaligus memberikan masukan bagi peningkatan kegiatan SIS. Pada pertengahan

tahun 2006, beberapa guru PNS telah selesai masa tugasnya dan pengganti mereka

telah tiba.

Dalam rangka pengembangan kerjasama di bidang pendidikan antara

Indonesia dengan Singapura, telah ditandatangani Memorandum of Understanding

(MoU) pada 24 Juni 2005, yang meliputi kerjasama perguruan tinggi kedua

negara (linkages antara National University of Singapore – NUS, Nanyang

Technological University – NTU, dan Singapore Management University – SMU

dengan beberapa universitas terkemuka di Indonesia), program sekolah kembar

atau Sister School (kegiatan bersama seperti perkemahan, proyek dan pertukaran

kunjungan), dan pelatihan bagi para pengajar.

Selain itu, di bidang pendidikan, KBRI Singapura juga senantiasa

memfasilitasi beberapa kunjungan sekolah dan perguruan tinggi Indonesia ke

Singapura untuk melakukan studi banding dan kerjasama khususnya pelatihan dan

pertukaran pelajar dan guru.

2.3.1 Program Sister School

30
Globalisasi telah mendorong terjadinya kompetisi bagi

lembagapendidikan yang tidak bersifat lokal atau regional saja, tetapi juga

internasional. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam

pembangunan suatu bangsa. Kedua hal tersebut adalah unsur terpenting

dalam peradaban suatu bangsa.21

Kondisi pendidikan di Indonesia yang kurang menggembirakan

memang menjadi persoalan yang harus segera dipecahkan.

Untukmemecahkan persoalan tersebut dilakukan pembenahan yaitu

perbaikanprosespembelajaran. Dalam usaha memperbaiki proses

pembelajaran, pemerintah membuat kebijakan SBI yang merupakan

sekolah nasional dengan standar mutu internasional. Proses pembelajaran

di sekolah ini menekankan pengembangan daya kreasi, inovasi dan

eksperimentasi untuk memacu ide-ide baru yang belum pernah ada.

Dengan mengadopsi standar pendidikan internasional, maka SBI dituntut

untuk mengembangkan pembelajaran melalui program Sister School.

Dilihat dari asal bahasa, sister berarti saudara. Jadi Sister

Schooldapat diartikan Saudara sekolah. Layaknya seorang saudara tentu

akan saling berbagi satu sama lainnya. Program Sister School adalah

program kemitraan antar sekolah dimana sekolah-sekolah di Indonesia

dapat menjalin hubungan kerjasamadengan sekolah-sekolah di negara lain

melalui berbagai kegiatan yang saling menguntungkan.22

21
Teguh Triwiyanto dan Ahmad Sobri, 2010, Panduan Mengelola Sekolah Bertaraf Internasional,
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, hal. 39.
22
Program Sister School, 2015,
<http://www.europe-educatour.com/layanan-pendidikan-2/program-sister-school/>, [diakses 13
Februari 2018]

31
Pembelajaran Sister Schoolmerupakan kegiatan kolaborasi dalam

belajar yang bersifat timbal balik antara dua lembaga pendidikan ataulebih

yang berada dalam naungan yayasan atau penyelenggara yang sama atau

berbeda baik dalam satu negara atau dalam ruang lingkup global yang

mengembangkan kesamaan prinsip pada peningkatan mutu perencanaan,

disain program, maupun meningkatkan kerja sama dalammemfasilitasi

siswa mengembangkan potensi kolaborasi pada tingkatnasional atau global

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.23

Bentuk kegiatan yang dilakukan merupakan langkah untuk

mensetarakan pembelajaran di sekolah bertaraf internasional luar negeri.

Adapun kegiatan yang dilakukan seperti pertukaran guru dan siswa. Dari

kegiatan itu baik guru dan siswa mendapat tambahan ilmu yang bisa

diaplikasikan dalam pembelajaran di sekolah. Selain itu, Sister

Schoolmemungkinkan siswa dan guru dari suatu sekolah mengenal budaya

dan metode pembelajaran yang dipergunakan di sekolah lain. Hal ini dapat

memberikan suatu gagasan mengenai bagaimana meningkatkan mutu

pengajaran di sekolah. Baik siswa maupun guru dapat

berbagipengetahuan dan pengalaman untuk mengembangkan kualitas

belajar mengajar.

Adapun kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan antara lain

berbagi pengetahuan dan pengalaman serta mengembangkan kualitas

belajar mengajar. Wujud kegiatan tersebut antara lain:

23
Rahmat. 2008, Diskusi Menyiapkan Program Sister School, <http://guru
pembaharu.com/home/?p=523>, [diakses 13 Februari 2018]

32
a. Baik siswa maupun guru di sekolah dapat berbagi cerita

tentang cara pengajaran, kehidupan, dan budaya di sekolah

masing-masing. Saling berbagi pelajaran, tugas, hasil karya,

informasi musik dan film yang sedang berkembang di wilayah

masing-masing.

b. Pengayaan metode belajar mengajar: sister school sebagai

sarana berdiskusi dan berbagi ide mengenai metode belajar di

kelas. Hal ini dapat dilakukan melalui penyelenggaraan proyek

bersama

c. Pertukaran siswa

d. Pertukaran guru.

BAB III

POTENSI KERJASAMA SISTER SCHOOL INDONESIA-SINGAPURA

3.1 Profil SMA Labschool Jakarta

3.2 Profil CHIJ St. Joseph's Convent Singapura

3.3 Sister School SMA Labschool Jakarta dan CHIJ St. Joseph's Convent

Singapura

33
Referensi

JURNAL :

Direktorat Politik dan Komunikasi, http://ditpolkom.bappenas.go.id diakses pada

31 Agustus 2015 pada pukul 14:14 WIB.

Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,Edisi 1 Januari 2001,Fisip unri,2001.

Nicholas Hans, The Historical Approach to Comparative

Education,www.springerlingk.com diakses pada tanggal 31 Agustus 2015 pada

pukul 14:00 WIB

BUKU :

34
Anonim. 2010. Kerangka Acuan Kerja Seminar dan Workshop Internasionalisasi

Pendidikan dan Prospeknya di Indonesia.Slatiga:Yayasan Bina Dharma dan

PSKTI Universitas Kristen Satya Wacana.

Burchil, Scott & Andrew Linklater.1996.Theories of International Relation, New

York : ST Martin’s Press, INC

Hollis dan Smith,dalamBurchill.2005. “Introduction” in Theories of international

Relations, Palgrave Macmillan, (Chapter 1)

Jack C. Plano dan Roy Olton,1999.The International Relations

Dictionary,Bandung

Jamsumar Dan Riswandi.1995.Kerjasama ASEAN, Latar Belakang,

Perkembangan, dan Masa Depan.Jakarta:Pustaka Pelajar.

Jusuf Wanadi.2010. Future Relations Between Indonesia and Singapore. The

Indonesia Quartely.

KJ.Holsti.1988. Politik Internasional Kerangka untuk Analisis.

Koentjoronigrat,2000.Metode Penelitian Masyarakat, Edisi ke-3

Jakarta:PT.Gramedia Pustaka Utama.

Mochtar Mas’oed.1990.Ilmu Hubungan Internasional,Displin dan

Metodologi,edisi revisi.Jakarta: LP3ES.

35
Plano, Jack. C and Roy Olton.1992.The International Relation Dictionary, Sanata

Barbara, California Press.

Robert O.Keohane.2009. dalam Martin Griffths,et.Al.Fifty Key Thinkers in

International Relations (Secondary Edition),New York:Routledge.2009.

Roy, S.L. 1998. Diplomasi.Jakarta : Raja Grafindo Persada.

……….1991.Diplomasi.Jakarta: Rajawali Press.

Vivienne Jabri, Reflections on the study of international Relation,2008.dalam

Trevor Salmon, dan Mark F.I.Issues in Intenational Relations (Second

Edition).New York: Routledge.

Waltz dalam Scott Burchill,et/al.2005.Theoris of International Relation:Third

edition,New York;Palgave Macmillan.

Robert O.Keohane.2009. dalam Martin Griffths,et.Al.Fifty Key Thinkers in

36

Anda mungkin juga menyukai