Kti Ninik Uus
Kti Ninik Uus
KEMENTERIAN AGAMA
MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 KUDUS
Prambatan Kidul Kaliwungu, Kudus, Jawa Tengah (0291) 431184
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Karya Tulis Ilmiah:
Disusun untuk memenuhi tugas akhir yang merupakan syarat kelulusan siswa kelas XII
MAN 2 Kudus
Disetujui oleh:
Mengetahui,
Kepala Madrasah Aliyah Negeri 2 Kudus
Menyatakan bahwa penulian Karya Tulis Ilmiah ini berdasarkan penelitian, pemikiran,
pemaparan asli dari kami sendiri. Bagian-bagian dari Karya Tulis Ilmiah ini tidak ada unsur
tiruan dari karya orang lain, apabila kami melakukan pengutipan maka akan kami sertakan
sumber jelas. Demikian pernyataan ini kami buat dengan sesunggunya dan apabila di
kemudian ditemukan pelanggaran etika, kami siap menerima konsekuensinya.
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan dan
kelancaran dalam menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Pandangan Para Santri
Mengenai Masalah Ghasab di Pondok Pesantren Yasin Sunggingan Kudus” dengan baik.
Tanpa adanya izin dan ridho Allah SWT mustahil rasanya dapat menyelesaikan karya ilmiah
ini dengan baik dan lancar. Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk pemenuhan
tugas akhir dan syarat kelulusan siswa siswi MAN 2 Kudus. Penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang mendukung dan membantu penulis dalam menyelesaikan
karya ilmiah ini.
Penulis dengan penuh kesadaran menyadari bahwa penulisan karya ilmiah sebagai
Tugas Akhir ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan
partisipasi pembaca terlebih pembimbing dalam penulisan karya ilmiah ini untuk
memberikan masukan baik berupa kritikan maupun saran agar karya ilmiah ini menjadi lebih
baik dari segi isi maupun segi lainnya. Penulis mohon maaf apabila ada hal yang kurang
berkenan dalam penulisan karya ilmiah ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya.
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL……………………………………………………………….........................
LEMBAR PENGESAHAN
……………………………………………………………………......
LEMBAR PERNYATAAN
ORIGINALITAS…………………………………………………….
KATA PENGANTAR
…………………………………………………………………………......
DAFTAR
ISI……………………………………………………………………….........................
ABSTRAK…………………………………………………………………………...................
.....
Bab I.
Pendahuluan………………………………………………………………………...............
a. Latar
Belakang……………………………………………………………………...............
b. Rumusan
Masalah…………………………………………………………….....................
c. Tujuan
Penelitian…………………………………………………………...........................
d. Manfaat
Penelitian………………………………………………………….........................
DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………………………............
ABSTRAK
Jenis penelitian ini ialah metode kualitatif, dengan jenis penelitiannya yaitu studi
kasus yang memusatkan pada hasil interview terhadap individu yang ada di sekitarnya. Dari
hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan beberapa orang santri. Peneliti mengatakan
bahwa para santri tentunya sudah mengerti bagaimana ghasab, hukum ghasab beserta
dampaknya akan tetapi perilaku ini masih sering terjadi di sekitar mereka. Dalam hal ini
sesuai pengamatan peneliti bahwa para santri sadar akan hukum serta dampak ghasab dan
mereka berusaha untuk meninggalkan kebiasaan buruk tersebut. Sehingga kebiasaan buruk
ini seiring berjalannya waktu akan memudar dan tinggallah kebiasaan baiknya saja.
Bab I. Pendahuluan
a. Latar Belakang
Pandangan memiliki arti sama dengan kata pesepsi. Pandangan adalah hasil perbuatan
memandang (memperhatikan, melihat, dan sebagainya). Setiap individu pasti memiliki
pandangan atau pendapat yang berbeda menganai hal yang sama sesuai dengan logikanya
masing-masing. Mereka diberi hak penuh untuk mengutarakan pendapatnya mengenai suatu
hal. Begitu pula seorang santri, mereka berhak menyalurkan pendapatnya tentang suatu hal
atau permasalahan yang terjadi di pesantren. Jika mendengar kata santri yang akan muncul
di benak kita mungkin akan membayangkan figure anak muda yang memakai sarung dan
kemeja ataupun baju koko dan belajar sungguh-sungguh di Pesantren. Sebenarnya sebutan
santri tidak hanya diberikan kepada mereka yang sedang menimba ilmu di Pesantren akan
tetapi lebih bermakna sebagai siapapun yang belajar dengan seorang kiai secara langsung,
mengambil berkahnya serta mengamalkan apa yang telah didapat dari seorang kiai tersebut.
Di pesantren santri diajarkan banyak hal mulai dari keimanan islam, fikih (ibadah), dan
akhlak. Banyak materi-materi pelajaran yang sering disebut sebagai bahan pengajaran
agama. Tak dapat dipungkiri sering kali terjadi di pondok pesantren perilku menyimpang
dalam kehidupan sosial di pesantren. Berbagai model penyimpangan sosial para santri yang
kerap terjadi dan mendatangkan masalah tersendiri bagi pesantren maupun bagi santri.
Salah satu perilaku menyimpang tersebut yaitu, ghasab.
Ghasab tidak dapat dikatakan meminjam karena tidak ada akad pinjam meminjam.
Ghasab tidak dapat dikatakan mencuri karena tidak untuk dimiliki. Karna itu status ghasab
masih tidak jelas dikatakan meminjam kurang tepat, dikatakan mencuri juga kurang tepat
karena barang yang dighasab dikembalikan lagi. Akan tetapi perilaku ghasab sudah sering
terjadi, yang mana sudah menjadi kebiasaan buruk di pesantren. Barang yang sering
dighasab tidak muluk-muluk harganya, seperti sendal, kitab, pulpen, pakaian dan lain
sebagainya. Perilaku ghasab didorong oleh kebutuhan, tetapi ketika ingin meminjam sang
pemilik tidak ada di tempat maka terpaksa mengambil dan menggunakannya tanpa izin
dahulu kepada pemiliknya.
Dalam perkara ini pihak pesantren telah menghimbau para santrinya agar tidak
mengghasab yaitu ikhtiar sang kiai, ustadz dan ustadzahnya melalui kegiatan pengajian,
nasehat, pengarahan serta memberi teladan yang baik. Karena peran pesantren yaitu
membentuk generasi yang berbudi luhur dan berakhalakul karimah. Di sini yang menjadi
pusat penelitian karya ilmiah adalah pandangan atau pendapat santri mengenai masalah
ghasab yang sering terjadi di kalangan pesantren khususnya pondok pesantren yasin
Sunggungan Kudus padahal mereka sudah mengetahui hukum dan akibat ghasab itu
sendiri. Apa saja yang akan keluar dari mulut mereka tentang perilaku buruk ini sehingga
mereka mampu memahami dan menghindarinya. Tidak hanya memahami akan tetapi juga
bagaimana strategi santri untuk menanggulangi perilaku ghasab. Agar kebiasaan
mengghasab perlahan mulai menghilang dan kebiasaan yang baik dan mulia semakin
tersebar di kalangan pesantren.
Berdasarkan latar belakang tersebut, kami tertarik untuk mengkaji dan meneliti
bagaimana tanggapan dan pendapat santri tentang ghasab yang tertuang dalam judul “
Pandangan Para Santri Mengenai Masalah Ghasab di Pondok Pesantren Yasin
Sunggingan Kudus”
b. Rumusan Masalah
Rumusan masalah ini dimaksudkan agar penulis tidak meluas pembahasannya, sehingga
mudah untuk mengetahui apa yang telah dikaji. Dari latar belakang yang telah tertera di atas
ada beberapa rumusan masalah ,yaitu:
1. Bagaimana pandangan dan pendapat para santri pondok pesantren Yasin Sunggingan
Kudus mengenai perilaku ghasab
2. Bagaimana strategi para santri pondok pesantren Yasin Sunggingan Kudus dalam
menanggulangi perilaku ghasab
c. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai oleh penulis dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Mengetahui bagaimana pandangan dan pendapat para santri pondok pesantren Yasin
Sunggingan Kudus mengenai perilaku ghasab
2. Mengetahui bagaimana strategi para santri pondok pesantren Yasin Sunggingan
Kudus dalam menanggulangi perilaku ghasab
d. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan penulis dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangan yang
berharga kepada para santri untuk memberikan pemahaman serta penarikan kesimpulan
dari para santri sendiri mengenai perilaku ghasab yang sering terjadi di lingkunagn
pesantren
2. Manfaat Praktis
a) Bagi sekolah/lembaga
Sebagai rujukan untuk kedepannya dalam penanggulangan perilaku ghasab
b) Bagi peserta didik
Untuk membuat mereka lebih menyadari bagaimana hukum ghasab dan
akibatnya seperti apa
c) Bagi pendidik
Sebagai bahan masukan dan referensi, khususnya kiai dan ustadz-ustadzah untuk
senantiasa memberikan nasehat dan pengarahan mengenai perilaku ghasab
d) Bagi peneliti
Sebagai sarana untuk memeperdalam serta memberikan pengalaman dan
pengetahuan mengenai berbagai macam pendapat tentang perilaku ghasab
Bab II. Tinjauan Pustaka
1. Pandangan
A. Pengertian pandangan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata pandangan adalah hasil perbuatan
memandang (memperhatikan, melihat, dan sebagainya). Pandangan memiliki arti sama
dengan kata persepsi.
Ada beberapa pendapat yang dikemukakan oleh tokoh terkait dengan pengertian
pandangan:
1) Pride dan Ferrel dalam Fadilla dan Lestari (2013:45), pandangan atau persepsi
adalah segala proses pemilihan, pengorganisasian dan penginterpretasian
masukan informasi, sensasi yang diterima melaului penglihatan, perasaan,
pendengaran, penciuman dan sentuhan untuk menghasilkan makna.
2) Boyd, Walker dan Larreche dalam Fadilla dan Lestari (2013:45), pandangan atau
persepsi adalah proses dengan apa seseorang memilih, mengatur, dan
menginterpretasikan informasi.
3) Kotler (2013:179), pandangan atau persepsi adalah dimana kita memilih,
mengatur dan menerjemahkan masukan informasi untuk menciptakan gambaran
dunia yang berarti.
Jadi dapat disimpulkan dari pengertian pendapat atau peresepsi diatas pendapat
merupakan proses dalam memakai sesuatu yang diterima melalui kelima indra supaya
setiap individu dapat memilih, mengatur dan menerjemahkan suatu informasi untuk
menciptakan gambaran dunia yang berarti.
A. Pengertian Santri
Menurut Jhon E. Kata “santri” berasal dari bahasa Tamil, yang berarti guru ngaji.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia santri adalah seseorang yang berusaha mendalami
agama islam dengan sungguh-sungguh dan serius. Kata santri itu berasal dari kata “cantrik”
yang berarti seseorang yang selalu mengikuti guru kemanapun guru itu pergi. Sedangkan
menurut Nurcholish Madjid, asal-usul kata “santri”, dapat dilihat dari dua pendapat.
Pertama, pendapat yang mengatakan bahwa “santri” berasal dari perkataan “sastri”, sebuah
kata dari bahasa sansekerta yang artinya melek huruf. Pendapat ini menurut Nurcholis
Madjid agaknya berdasarkan atas kaum santri adalah literasi bagi orang jawa yang berusaha
mendalami agama melalui kitab-kitab bertuliskan bahasa arab. Di sisi lain, Zamakhsyari
Dhofier berpendapat,kata santri dalam bahasa India berarti orang-orang yang tahu buku-buku
suci agama Hindu atau seseorang sarjana ahli kitab suci agama Hindu. Sedangkan istila
“santri” menurut KH Mustafa Bisri (Gus Mus) adalah murid kiai yang dididik dengan kasih
sayang untuk menjadi makmum yang kuat (yang tidak goyah imannya oleh pergaulan,
kepentingan dan adanya perbedaan),yang mencintai tanah airnya (tempat dia dilahirakan,
menghirup udaranya dan bersujud di atasnya) dan menghargai tradisi-budaya-nya.Yang
menghormati guru dan orang tua hingga tiada.
Dari berbagai pandangan tersebut tampaknya kata santri yang dipahami pada dewasa
ini lebih dekat dengan makna “cantrik”, yang bararti seseorang yang belajar agama (islam)
dan selalu setia mengikuti guru kemanapun guru pergi dan menetap. Berdasarkan pengertian
diatas yang dapat disimpulkan bahwa santri merupakan seseorang yang sedang belajar
memperdalam ilmu-ilmu pengetahuan tentang agama islam dengan sungguh-sungguh.
B. Macam-Macam Santri
Menurut Zamakhsyari Dhofier dalam bukunya yang berjudul Tradisi Pesantren Studi
Tentang Pandangan Hidup Kiai, santri terbagi dalam dua kelompok, yaitu:
a. Santri mukim ialah santri yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam
pondok pesantren. Santri mukim yang paling lama tinggal di pondok pesantren biasanya
merupakan satu kelompok yang tersendiri yang memegang tanggung jawab mengurusi
kepentingan pesantren sehari-hari, mereka juga memikul tanggung jawab mengajar santri-
santri dalam kegiatan mengaji di pesantren.
b. Santri kalong ialah Santri-santri yang berasal dari daerah-daerah sekitar pesantren dan
biasanya mereka tidak menetap dalam pesantren. Untuk mengikuti pelajaran di pesantren,
mereka bolak-balik dari rumahnya sendiri. Biasanya perbedaan-perbedaan antara pesantren
besar dan pesantren kecil dapat dilihat dari komposisi santri kalong. Semakin besar sebuah
pesantren, semakin besar jumlah santri kalongnya.
C. Etika Bagi Santri dalam Mencari Ilmu
Dalam bukunya Etika Pendidikan Islam KH. H. Hasyim Asy’ari yang mengatakan
setidaknya ada sepuluh macam etika yang harus dimiliki oleh seorang santri, yaitu:
a. Sebelum mengawali proses mencari ilmu, seorang pelajar hendaknya terlebih
Dahulu memberihkan hatidari berbagai macam kotoran dan penyakit hati seperti
kebohongan, prasangka buruk, hasud (dengki), seperti akhlak-akhlak yang tidak terpuji.
b. Membangun niat yang luhur
c. Menyegerakan diri dan tidak menunda-nunda waktu dalam mencari ilmu
Pengetahuan mengingat bahwa kesempatan atau waktu tidak akan datang untu yang kedua
kalinya.
d. Rela, sabar dan menerima keterbatasan (keprihatinan) dalam masa-masa pencarian
mencari ilmu menyangkut makanan, pakaian dan lain sebagainya.
e. Membagi dan memanfaatkan waktu serta tidak menyia-nyiakannya, karena setiap
waktu yang terbuang sia-sia akan menjadi tidak bernilai lagi.
f. Tidak berlebihan (telampau kenyang) dalam mengkonsumsi makanan dan
minuman. Karena suka berlebihan akan menghambat peribatan kepada Allah, sedikit
mengkonsumsi makanan akan menjadikan tubuh sehat dan terhindar dri berbagai macam
penyakit.
g. Bersikap wara’ (waspada) berhati-hti dalam setiap tindakan.
h. Tidak mengkonsumsi jenis-jenis makanan yang dapat menyebabkan akal
(kecerdasan) seseorang menjadi tumpul (bodoh) serta melemahkan kekuatan organ-organ
tubuh.
i. Tidak terlalu lama tidur yakni selama itu tidak membawa dampak negative bagi
kesehatan jasmani maupun rohaninya.
j. Menjauhkan diri dari pergaulan yang tidak baik, lebih-lebih dengn lawan jenis.
Bab II. Tinjauan Pustaka