Anda di halaman 1dari 13

“Pandangan Para Santri Mengenai Masalah Ghasab di

Pondok Pesantren Yasin Sunggingan Kudus”


Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Kelulusan Siswa Kelas XII MAN 2
Kudus

Bidang ilmu : Keagamaan

Disusun oleh : 1. Maslikhatun Ni’mah (13)

2. Zakiyyatul Ulfah (32)

Pembimbing : M. Rofiqul Anam, Lc.,MA

KEMENTERIAN AGAMA
MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 KUDUS
Prambatan Kidul Kaliwungu, Kudus, Jawa Tengah (0291) 431184
2021

LEMBAR PENGESAHAN
Judul Karya Tulis Ilmiah:

Pandangan Para Santri Mengenai Masalah Ghosob di Pondok Pesantren Yasin


Sunggingan Kudus

Disusun untuk memenuhi tugas akhir yang merupakan syarat kelulusan siswa kelas XII
MAN 2 Kudus

Telah disetujui pada:

Disetujui oleh:

Wali kelas Guru Pengampu

Moh. Chumaedi, S.Pd. M. Rofiqul Anam, Lc., MA

Mengetahui,
Kepala Madrasah Aliyah Negeri 2 Kudus

Drs. H. Shofi, M.Ag.


LEMBAR PERNYATAAN ORIGINALITAS

Kami yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : 1) Maslikhatun Ni’mah


2) Zakiyyatul Ulfah
Jurusan : Keagamaan
Tahun Akademik : 2019-2022
Judul : Pandangan Para Santri Mengenai Masalah Ghosob di
Pondok Pesantren Yasin Sunggingan Kudus

Menyatakan bahwa penulian Karya Tulis Ilmiah ini berdasarkan penelitian, pemikiran,
pemaparan asli dari kami sendiri. Bagian-bagian dari Karya Tulis Ilmiah ini tidak ada unsur
tiruan dari karya orang lain, apabila kami melakukan pengutipan maka akan kami sertakan
sumber jelas. Demikian pernyataan ini kami buat dengan sesunggunya dan apabila di
kemudian ditemukan pelanggaran etika, kami siap menerima konsekuensinya.

Kudus, Februari 2022

Maslikhatun Ni’mah,Zakiyyatul Ulfah


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan dan
kelancaran dalam menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Pandangan Para Santri
Mengenai Masalah Ghasab di Pondok Pesantren Yasin Sunggingan Kudus” dengan baik.
Tanpa adanya izin dan ridho Allah SWT mustahil rasanya dapat menyelesaikan karya ilmiah
ini dengan baik dan lancar. Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk pemenuhan
tugas akhir dan syarat kelulusan siswa siswi MAN 2 Kudus. Penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang mendukung dan membantu penulis dalam menyelesaikan
karya ilmiah ini.

Penulis dengan penuh kesadaran menyadari bahwa penulisan karya ilmiah sebagai
Tugas Akhir ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan
partisipasi pembaca terlebih pembimbing dalam penulisan karya ilmiah ini untuk
memberikan masukan baik berupa kritikan maupun saran agar karya ilmiah ini menjadi lebih
baik dari segi isi maupun segi lainnya. Penulis mohon maaf apabila ada hal yang kurang
berkenan dalam penulisan karya ilmiah ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya.
DAFTAR ISI

HALAMAN
JUDUL……………………………………………………………….........................

LEMBAR PENGESAHAN
……………………………………………………………………......

LEMBAR PERNYATAAN
ORIGINALITAS…………………………………………………….

KATA PENGANTAR
…………………………………………………………………………......

DAFTAR
ISI……………………………………………………………………….........................

ABSTRAK…………………………………………………………………………...................
.....

Bab I.
Pendahuluan………………………………………………………………………...............

a. Latar
Belakang……………………………………………………………………...............
b. Rumusan
Masalah…………………………………………………………….....................
c. Tujuan
Penelitian…………………………………………………………...........................
d. Manfaat
Penelitian………………………………………………………….........................

Bab II. Tinjauan


Pustaka…………………………………………………………………………...

Bab III. Matodologi Penelitian……………………………………………………………….


……

Bab IV. Hasil dan


Pembahasan…………………………………………………………….............

Bab V. Kesimpulan dan


Saran...........................................................................................................

DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………………………............
ABSTRAK

Kata Kunci : Pandangan,Santri,Ghasab

Setiap orang tentu memiliki pandangan atau pendapatnya masing-masing di dalam


melihat sebuah hal yang sama. Perbedaan pandangan ini tentu saja akan ditindaklanjuti
dengan respond an tindakan yang berbeda. Pandangan inilah yang kemudian disebut dengan
sebuah persepsi. Persepsi dari seseorang akan menentukan bagaimana caranya memandang
suatu hal. Begitu pula santri yaitu seseorang yang berusaha mendalami agama islam dengan
sungguh-sungguh atau serius dan tinggal di sebuh kompleks pendidikan yang dinamakan
pesantren serta di bawah asuhan para kiai. Mereka berhak mengungkapkan pendapatnya
mengenai suatu topik maupun permasalahan yang ada. Seperti contohnya permasalahan
ghasab yang ada di lingkungan pesantren. Meskipun pesantren tempat belajar menuntut ilmu
agama tak dapat dipungkiri bahwa seringkali terjadi penyimpangan salah satunya ialah
perilaku ghasab. Ghasab berarti mengambil sesuatu secara dzalim dan terang-terangan
dengan kata lain ghasab adalah menguasai hak orang lain dengan cara yang tidak benar.
Perilaku yang sering kali dianggap sepele oleh mayoritas santri itu tak ayal juga menjadi
kebiasaan buruk di kehidupan pesantren. Walaupun sebenarnya kasus seperti ini tidak hanya
terjadi di lingkungan pesantren saja, namun menjadi hal yang biasa dimana seharusnya
pesantren sebagai tempat perbaikan akhlak namun malah menjadi salah satu pemicu
munculnya perilaku ghasab. Rumusan masalah yang ada dalam penelitian ini adalah
Bagaimana pendapat atau pandangan para santri Pondok Pesantren Yasin Sunggingan Kudus
terhadap perilaku ghasab dan Bagaimana strategi para santri Pondok Pesantren Yasin
Sunggingan Kudus untuk menanggulangi perilaku ghasab. Berdasarkan observasi peneliti
masih ada juga santri Pondok Pesantren Yasin yang melakukan ghasab walaupun sebenarnya
mayoritas dari mereka sudah tahu apa itu ghasab, hukum ghasab bahkan dampaknya juga.
Akan tetapi disini kajian penilitian kami adalah mengenai pandangan ataupun pendapat para
santri mengenai masalah ghasab yang pastinya mereka akan memiliki pendapat tersendiri
mengenai perilaku buruk yang sering terjadi di lingkungan sekitar mereka yaitu perilaku
ghasab. Tujuan penelitian ini ialah : 1. Untuk mengetahui pendapat atau pandangan para
santri Pondok Pesantren Yasin terhadap perilaku ghasab. 2. Untuk mengetahui strategi para
santri pondok Pesantren Yasin dalam menanggulangi perilaku ghasab.

Jenis penelitian ini ialah metode kualitatif, dengan jenis penelitiannya yaitu studi
kasus yang memusatkan pada hasil interview terhadap individu yang ada di sekitarnya. Dari
hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan beberapa orang santri. Peneliti mengatakan
bahwa para santri tentunya sudah mengerti bagaimana ghasab, hukum ghasab beserta
dampaknya akan tetapi perilaku ini masih sering terjadi di sekitar mereka. Dalam hal ini
sesuai pengamatan peneliti bahwa para santri sadar akan hukum serta dampak ghasab dan
mereka berusaha untuk meninggalkan kebiasaan buruk tersebut. Sehingga kebiasaan buruk
ini seiring berjalannya waktu akan memudar dan tinggallah kebiasaan baiknya saja.
Bab I. Pendahuluan

a. Latar Belakang

Pandangan memiliki arti sama dengan kata pesepsi. Pandangan adalah hasil perbuatan
memandang (memperhatikan, melihat, dan sebagainya). Setiap individu pasti memiliki
pandangan atau pendapat yang berbeda menganai hal yang sama sesuai dengan logikanya
masing-masing. Mereka diberi hak penuh untuk mengutarakan pendapatnya mengenai suatu
hal. Begitu pula seorang santri, mereka berhak menyalurkan pendapatnya tentang suatu hal
atau permasalahan yang terjadi di pesantren. Jika mendengar kata santri yang akan muncul
di benak kita mungkin akan membayangkan figure anak muda yang memakai sarung dan
kemeja ataupun baju koko dan belajar sungguh-sungguh di Pesantren. Sebenarnya sebutan
santri tidak hanya diberikan kepada mereka yang sedang menimba ilmu di Pesantren akan
tetapi lebih bermakna sebagai siapapun yang belajar dengan seorang kiai secara langsung,
mengambil berkahnya serta mengamalkan apa yang telah didapat dari seorang kiai tersebut.
Di pesantren santri diajarkan banyak hal mulai dari keimanan islam, fikih (ibadah), dan
akhlak. Banyak materi-materi pelajaran yang sering disebut sebagai bahan pengajaran
agama. Tak dapat dipungkiri sering kali terjadi di pondok pesantren perilku menyimpang
dalam kehidupan sosial di pesantren. Berbagai model penyimpangan sosial para santri yang
kerap terjadi dan mendatangkan masalah tersendiri bagi pesantren maupun bagi santri.
Salah satu perilaku menyimpang tersebut yaitu, ghasab.

Di lingkungan pesantren, ghasab diartikan sebagai perilaku santri yang menggunakan


barang milik orang lain sesama santri ataupun tidak tanpa meminta izin terlebih dahulu
pada pemiliknya. Seorang santri yang melakukan perilaku ghasab, mereka tidak bermaksud
untuk memilikinya secara tetap akan tetapi hanya mengambil manfaatnya saja sesuai
dengan keperluannya. Setelah melakukan perilaku ghasab biasanya barang yang dighasab
dikembalikan pada tempatnya meskipun kadang tidak pada tempat dan kondisi semula.

Ghasab tidak dapat dikatakan meminjam karena tidak ada akad pinjam meminjam.
Ghasab tidak dapat dikatakan mencuri karena tidak untuk dimiliki. Karna itu status ghasab
masih tidak jelas dikatakan meminjam kurang tepat, dikatakan mencuri juga kurang tepat
karena barang yang dighasab dikembalikan lagi. Akan tetapi perilaku ghasab sudah sering
terjadi, yang mana sudah menjadi kebiasaan buruk di pesantren. Barang yang sering
dighasab tidak muluk-muluk harganya, seperti sendal, kitab, pulpen, pakaian dan lain
sebagainya. Perilaku ghasab didorong oleh kebutuhan, tetapi ketika ingin meminjam sang
pemilik tidak ada di tempat maka terpaksa mengambil dan menggunakannya tanpa izin
dahulu kepada pemiliknya.

Dalam perkara ini pihak pesantren telah menghimbau para santrinya agar tidak
mengghasab yaitu ikhtiar sang kiai, ustadz dan ustadzahnya melalui kegiatan pengajian,
nasehat, pengarahan serta memberi teladan yang baik. Karena peran pesantren yaitu
membentuk generasi yang berbudi luhur dan berakhalakul karimah. Di sini yang menjadi
pusat penelitian karya ilmiah adalah pandangan atau pendapat santri mengenai masalah
ghasab yang sering terjadi di kalangan pesantren khususnya pondok pesantren yasin
Sunggungan Kudus padahal mereka sudah mengetahui hukum dan akibat ghasab itu
sendiri. Apa saja yang akan keluar dari mulut mereka tentang perilaku buruk ini sehingga
mereka mampu memahami dan menghindarinya. Tidak hanya memahami akan tetapi juga
bagaimana strategi santri untuk menanggulangi perilaku ghasab. Agar kebiasaan
mengghasab perlahan mulai menghilang dan kebiasaan yang baik dan mulia semakin
tersebar di kalangan pesantren.

Berdasarkan latar belakang tersebut, kami tertarik untuk mengkaji dan meneliti
bagaimana tanggapan dan pendapat santri tentang ghasab yang tertuang dalam judul “
Pandangan Para Santri Mengenai Masalah Ghasab di Pondok Pesantren Yasin
Sunggingan Kudus”

b. Rumusan Masalah
Rumusan masalah ini dimaksudkan agar penulis tidak meluas pembahasannya, sehingga
mudah untuk mengetahui apa yang telah dikaji. Dari latar belakang yang telah tertera di atas
ada beberapa rumusan masalah ,yaitu:
1. Bagaimana pandangan dan pendapat para santri pondok pesantren Yasin Sunggingan
Kudus mengenai perilaku ghasab
2. Bagaimana strategi para santri pondok pesantren Yasin Sunggingan Kudus dalam
menanggulangi perilaku ghasab

c. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai oleh penulis dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Mengetahui bagaimana pandangan dan pendapat para santri pondok pesantren Yasin
Sunggingan Kudus mengenai perilaku ghasab
2. Mengetahui bagaimana strategi para santri pondok pesantren Yasin Sunggingan
Kudus dalam menanggulangi perilaku ghasab

d. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan penulis dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangan yang
berharga kepada para santri untuk memberikan pemahaman serta penarikan kesimpulan
dari para santri sendiri mengenai perilaku ghasab yang sering terjadi di lingkunagn
pesantren
2. Manfaat Praktis
a) Bagi sekolah/lembaga
Sebagai rujukan untuk kedepannya dalam penanggulangan perilaku ghasab
b) Bagi peserta didik
Untuk membuat mereka lebih menyadari bagaimana hukum ghasab dan
akibatnya seperti apa
c) Bagi pendidik
Sebagai bahan masukan dan referensi, khususnya kiai dan ustadz-ustadzah untuk
senantiasa memberikan nasehat dan pengarahan mengenai perilaku ghasab
d) Bagi peneliti
Sebagai sarana untuk memeperdalam serta memberikan pengalaman dan
pengetahuan mengenai berbagai macam pendapat tentang perilaku ghasab
Bab II. Tinjauan Pustaka

1. Pandangan

A. Pengertian pandangan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata pandangan adalah hasil perbuatan
memandang (memperhatikan, melihat, dan sebagainya). Pandangan memiliki arti sama
dengan kata persepsi.

Ada beberapa pendapat yang dikemukakan oleh tokoh terkait dengan pengertian
pandangan:

1) Pride dan Ferrel dalam Fadilla dan Lestari (2013:45), pandangan atau persepsi
adalah segala proses pemilihan, pengorganisasian dan penginterpretasian
masukan informasi, sensasi yang diterima melaului penglihatan, perasaan,
pendengaran, penciuman dan sentuhan untuk menghasilkan makna.
2) Boyd, Walker dan Larreche dalam Fadilla dan Lestari (2013:45), pandangan atau
persepsi adalah proses dengan apa seseorang memilih, mengatur, dan
menginterpretasikan informasi.
3) Kotler (2013:179), pandangan atau persepsi adalah dimana kita memilih,
mengatur dan menerjemahkan masukan informasi untuk menciptakan gambaran
dunia yang berarti.

Jadi dapat disimpulkan dari pengertian pendapat atau peresepsi diatas pendapat
merupakan proses dalam memakai sesuatu yang diterima melalui kelima indra supaya
setiap individu dapat memilih, mengatur dan menerjemahkan suatu informasi untuk
menciptakan gambaran dunia yang berarti.

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi pandangan


Menurut Gibson dkk faktor yang mempengaruhi andangan sebagai berikut:

1) Faktor internal yang mempengaruhi pandangan, yaitu faktor-faktor yang terdapat


dalam diri individu yang mencakup dalam beberapa hal antara lain:
a) Fisiologis
Informasi masuk melalui indera, selanjutnya informasi yang diperoleh ini
akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memandang pada tiap- tiap
orang berbeda-beda.
b) Perhatian
Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk
memperhatikan. Maka energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian
seseorang terhadap objek juga berbeda.
c) Minat
Pandangan terhadap objek berfariasi tergantung pada perceptual vigilance
yang digerakan untuk memberi pendapat
d) Kebutuhan yang searah
Faktor in dapat dilihan dari bagaimana kekuatan seorang individu mencari
objek atau pesan yang dapat memberikan jawaban yang sesuai dengan dirinya
e) Pengalaman dan ingatan
Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan yang mana seseorang
dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengeturan suatu rangsang
dalam pengertian luas.
f) Suasana hati
Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini menunjukkan
bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat mempengaruhi
bagaimana seseorang dalam menerima bereaksi dan mengingat.

2) Faktor eksternal yang mempengaruhi pandangan, merupakan karakteristik dari


lingkungan dan objek-objek yang terlihat didalamnya. Fakto-faktor eksternal yang
mempengaruhi pandangan adalah:
a. Ukuran dan penempatan dari objek atau stimulus
Faktor ini menyatakan bahwa semakin besarnya hubungan suatu objek, maka
semakin mudah dipahami.
b. Warna dari objek-objek
Objek-objek yang mempengaruhi cahaya lebih banyak, akan lebih mudah
dipahami.
c. Keunikan dan kekontrasan stimulus
Stimulus luar yang penampilannya dengn latar belakang dan sekelilingnya
yang sama sekali diluar sangkaan individu yanglain akan banyak menarik
perhatian.
d. Intesitas dan kekuatan stimulus
Merupakan daya dari suatu objek yang bisa mempengaruhi pandangan
e. Motion atau gerakan
Individu akan memberikan banyak perhatian terhadap objekynag memberi
gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan objek yang diam.
C. Proses terjadinya pandangan
Menurut Kotler dalam twntini,orang dapat memiliki pandangan yang berbeda atas
objek yang sama karena tiga proses pandangan yaitu:
a. Perhatian selektif
Orang mengalami sangat banyak rangsangan setiap hari.
b. Distorsi selektif
Kecenderungan menafsirkan informasi sehingga sesuai dengan prakonsepsi
kita.
c. Ingatan selektif
Orang akan melakukan banyak hal yang mereka pelajari,tapi karena adanya
ingatan selektif, orang akan cenderung mengingat hal-hal baik yang
disebutkan tentang produk pesaing.
2. Santri

A. Pengertian Santri
Menurut Jhon E. Kata “santri” berasal dari bahasa Tamil, yang berarti guru ngaji.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia santri adalah seseorang yang berusaha mendalami
agama islam dengan sungguh-sungguh dan serius. Kata santri itu berasal dari kata “cantrik”
yang berarti seseorang yang selalu mengikuti guru kemanapun guru itu pergi. Sedangkan
menurut Nurcholish Madjid, asal-usul kata “santri”, dapat dilihat dari dua pendapat.
Pertama, pendapat yang mengatakan bahwa “santri” berasal dari perkataan “sastri”, sebuah
kata dari bahasa sansekerta yang artinya melek huruf. Pendapat ini menurut Nurcholis
Madjid agaknya berdasarkan atas kaum santri adalah literasi bagi orang jawa yang berusaha
mendalami agama melalui kitab-kitab bertuliskan bahasa arab. Di sisi lain, Zamakhsyari
Dhofier berpendapat,kata santri dalam bahasa India berarti orang-orang yang tahu buku-buku
suci agama Hindu atau seseorang sarjana ahli kitab suci agama Hindu. Sedangkan istila
“santri” menurut KH Mustafa Bisri (Gus Mus) adalah murid kiai yang dididik dengan kasih
sayang untuk menjadi makmum yang kuat (yang tidak goyah imannya oleh pergaulan,
kepentingan dan adanya perbedaan),yang mencintai tanah airnya (tempat dia dilahirakan,
menghirup udaranya dan bersujud di atasnya) dan menghargai tradisi-budaya-nya.Yang
menghormati guru dan orang tua hingga tiada.
Dari berbagai pandangan tersebut tampaknya kata santri yang dipahami pada dewasa
ini lebih dekat dengan makna “cantrik”, yang bararti seseorang yang belajar agama (islam)
dan selalu setia mengikuti guru kemanapun guru pergi dan menetap. Berdasarkan pengertian
diatas yang dapat disimpulkan bahwa santri merupakan seseorang yang sedang belajar
memperdalam ilmu-ilmu pengetahuan tentang agama islam dengan sungguh-sungguh.

B. Macam-Macam Santri
Menurut Zamakhsyari Dhofier dalam bukunya yang berjudul Tradisi Pesantren Studi
Tentang Pandangan Hidup Kiai, santri terbagi dalam dua kelompok, yaitu:
a. Santri mukim ialah santri yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam
pondok pesantren. Santri mukim yang paling lama tinggal di pondok pesantren biasanya
merupakan satu kelompok yang tersendiri yang memegang tanggung jawab mengurusi
kepentingan pesantren sehari-hari, mereka juga memikul tanggung jawab mengajar santri-
santri dalam kegiatan mengaji di pesantren.
b. Santri kalong ialah Santri-santri yang berasal dari daerah-daerah sekitar pesantren dan
biasanya mereka tidak menetap dalam pesantren. Untuk mengikuti pelajaran di pesantren,
mereka bolak-balik dari rumahnya sendiri. Biasanya perbedaan-perbedaan antara pesantren
besar dan pesantren kecil dapat dilihat dari komposisi santri kalong. Semakin besar sebuah
pesantren, semakin besar jumlah santri kalongnya.
C. Etika Bagi Santri dalam Mencari Ilmu
Dalam bukunya Etika Pendidikan Islam KH. H. Hasyim Asy’ari yang mengatakan
setidaknya ada sepuluh macam etika yang harus dimiliki oleh seorang santri, yaitu:
a. Sebelum mengawali proses mencari ilmu, seorang pelajar hendaknya terlebih
Dahulu memberihkan hatidari berbagai macam kotoran dan penyakit hati seperti
kebohongan, prasangka buruk, hasud (dengki), seperti akhlak-akhlak yang tidak terpuji.
b. Membangun niat yang luhur
c. Menyegerakan diri dan tidak menunda-nunda waktu dalam mencari ilmu
Pengetahuan mengingat bahwa kesempatan atau waktu tidak akan datang untu yang kedua
kalinya.
d. Rela, sabar dan menerima keterbatasan (keprihatinan) dalam masa-masa pencarian
mencari ilmu menyangkut makanan, pakaian dan lain sebagainya.
e. Membagi dan memanfaatkan waktu serta tidak menyia-nyiakannya, karena setiap
waktu yang terbuang sia-sia akan menjadi tidak bernilai lagi.
f. Tidak berlebihan (telampau kenyang) dalam mengkonsumsi makanan dan
minuman. Karena suka berlebihan akan menghambat peribatan kepada Allah, sedikit
mengkonsumsi makanan akan menjadikan tubuh sehat dan terhindar dri berbagai macam
penyakit.
g. Bersikap wara’ (waspada) berhati-hti dalam setiap tindakan.
h. Tidak mengkonsumsi jenis-jenis makanan yang dapat menyebabkan akal
(kecerdasan) seseorang menjadi tumpul (bodoh) serta melemahkan kekuatan organ-organ
tubuh.
i. Tidak terlalu lama tidur yakni selama itu tidak membawa dampak negative bagi
kesehatan jasmani maupun rohaninya.
j. Menjauhkan diri dari pergaulan yang tidak baik, lebih-lebih dengn lawan jenis.
Bab II. Tinjauan Pustaka

Anda mungkin juga menyukai