Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah antropologi pesantren
Dosen Pengampu: Muchamad Mufid,M.Pd.
Disusun oleh :
Kuni Junaidatul Millah (22102192)
Uci Damayanti (22102
Izzah Istiqomah (22102363)
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah “Santri: kepatuhan, nalar kritis dan kreativitas.
Makalah ini kami susun dengan bantuan beberapa pihak sehingga dapat terselesaikan
dengan baik .Untuk itu, kami sebagai penyusun mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan masalah ini.
Kami sebagai penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Untuk itu, kami mengajak pembaca untuk memberikan kritik dan saran agar
makalah ini bisa tersusun lebih sempurna. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi
penyusun khususnya dan bermanfaat bagi pembaca umumnya.
Penyusun
ii
Daftar Isi
Kata Pengantar............................................................................................................................... ii
Daftar Isi....................................................................................................................................... iii
BAB I............................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN......................................................................................................................... 1
A. Latar belakang.................................................................................................................... 1
B. Rumusan masalah............................................................................................................... 2
C. Tujuan Masalah...................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................... 3
ISI.................................................................................................................................................. 3
A. Hakikat Santri..................................................................................................................... 3
B. Kepatuhan seorang santri....................................................................................................4
C. Nalar Kritis Santri...............................................................................................................5
D. Kreativitas Seorang Santri.................................................................................................. 7
BAB III.......................................................................................................................................... 8
PENUTUP..................................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pesantren merupakan Lembaga Pendidikan yang memiliki peran penting dalam
menumbuhkan budi pekerti luhur, pengetahuan, keterampilan, dan menanamkan nilai
nilai karakter seseorang dengan nuansa religiusnya. Santri yang belajar di pondok
pesantren berada pada rentang usia remaja dengan karakteristik yang berbeda-beda,
memiliki permasalahan yang sering dihadapi salah satunya adalah masalah kepatuhan
terhadap aturan.
1
B. Rumusan masalah
1. Siapakah itu santri?
2. Bagaimana kepatuhan seorang santri?
3. Bagaimana nalar kritis yang dimiliki santri?
4. Seperti apa kreativitas seorang santri?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui siapakah santri.
2. Mengetahui bagaimana kepatuhan seorang santri.
3. Mengetahui bagaimana nalar kritis yang dimiliki santri.
4. Mengetahui seperti apa kreativitas seorang santri.
2
BAB II
ISI
A. Hakikat Santri
Santri adalah seseorang yang selalu dikaitkan dengan pondok pesantren. Muncul
pada abad ke-17, istilah santri dipopulerkan oleh beberapa tokoh ulama’ di masa itu,
terutama ulama’ yang erat kaitannya dengan penyebaran agama Islam yaitu
Walisongo. Sebagian tokoh mengatakan bahwa istilah santri adalah seorang yang
mendiami tempat dengan sebutan pondok pesantren guna mempelajari ilmu agama.
Pada perkembangannya, pesantren merupakan Lembaga Pendidikan yang dibuat pada
awalnya dikhususkan untuk kegiatan santri belajar. Ada 4 unsur yang tidak bisa
dipisahkan dari istilah santri: yang pertama, santri lalu pesantren, kiai dan kitab kitab
yang menjadi isi ajaran didalamnya.
Didalam pondok pesantren santri akan di dididik sesuai dengan syariat Islam.
Santri dilatih untuk menjadi pribadi yang mandiri dan untuk taat pada aturan pondok,
apabila hal tersebut dilanggar oleh santri maka akan mendapatkan hukuman oleh
pengurus yang ada dalam pondok pesantren tersebut. Dengan adanya hukuman
tersebut diharapkan para santri dapat menjadi pribadi yang lebih baik.
Santri menurut pandangan masyarakat adalah orang yang memiliki ilmu agama
yang tinggi, bersikap lemah lembut dan sopan, tidak melakukan hal-hal yang
menyimpang dan masih banyak lagi pandangan mengenai santri yang ada di
lingkungan masyarakat. Seorang santri memiliki banyak sekali tanggungan yang
harus di jalankan dalam kewajibannya.1
1
Dovan, Y. H. (2023). Hakikat Santri Dan Adab Santri Terhadap Ustadz Di Pondok Pesantren Baitul Kirom
Tanjung Sari Kabupaten Lampung Selatan (Doctoral dissertation, UIN Raden Intan Lampung).
3
B. Kepatuhan seorang santri
Kepatuhan didefinisikan sebagai sikap berdisiplin atau perilaku taat terhadap
suatu perintah maupun aturan yang diterapkan dengan penuh kesadaran. 2 Peraturan
sendiri diartikan sebagai seperangkat norma-norma yang mengandung perintah dan
larangan, yang di dalamnya mengatur tentang bagaimana individu seharusnya
berperilaku, apa yang harus dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan.3
Kehidupan santri dalam pondok pesantren sangat mengarahkan kedisiplinan.
Santri juga dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap semua
kegiatan dan mematuhi setiap peraturan yang berlaku. Peraturan yang diterapkan di
pondok pesantren meliputi peraturan terkait kegiatan akademik maupun peraturan
yang mengatur kegiatan harian santri, seperti kewajiban datang tepat waktu ke
sekolah, mengenakan seragam yang sesuai, larangan membawa dan menggunakan
barang elektronik, larangan membawa dan membaca majalah atau novel tertentu,
kewajiban melaksanakan Shalat berjamaah di masjid, larangan keluar asrama tanpa
perizinan dan lain sebagainya. Peraturan yang diterapkan oleh pengurus pondok
pesantren diharapkan mampu mendidik santri supaya tumbuh memiliki akhlak mulia
dengan karakter disiplin, bertanggung jawab dan patuh.
Perilaku santri dalam kepatuhannya dapat terlihat ketika santri menjalankan setiap
kegiatan yang ada di pondok pesantren, dan juga bagaimana santri menjalankan apa
apa yang di perintahkan oleh kyai. Hampir setiap kegiatan itu terdapat absensi yang
mengharuskan santri mengikuti kegiatan tersebut, apabila santri melanggar aturan
maka akan nada human atau taziran yang diberikan oleh pengurus pondok pesantren.4
Kepatuhan santri diilusikan sebagai suatu penerimaan semua pernyataan dari kyai
tanpa ada keberanian untuk bertanya ulang, menolak atau bahkan mengkritik, semua
itu dilandasi keinginan santri memperoleh kebaikan dari kyai. Kepatuhan santri ini
merupakan salah satu wujud keta’dzimannya kepada kyai.
Kepatuhan maupun ta’dzim memiliki unsur ketaatan dan ketundukan terhadap
figur otoritas. Namun, pada ta’dzim ada beberapa perbedaan dengan kepatuhan.
2
Kamus besar bahasa Indonesia, 2014; Kusumadewi, Hardjajani dan Priyatama, 2012; Normasari, Saibaini
dan Adawiyah, 2013.
3
Brownlee, 2004; Kamus besar bahasa Indonesia, 2014; Kusumadewi, dkk, 2012
4
Efendy, Rif'an. Hubungan religiusitas dengan kepatuhan santri pada aturan di Pondok Pesantren
Sholahulhuda Al-Mujahidin Malang. Diss. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, 2022.
4
Dalam ta’dzim selain patuh dan taat pada seorang yang memiliki otoritas yang dalam
konteks ini seorang kyai. Bukan hanya sekedar patuh akan tetapi, patuh dengan penuh
penghormatan dan pengagungan.5
5
Saifudin, Muhammad Arif. TA’DZIM: Makna Kepatuhan Santri Kepada Kyainya. Diss. Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga, 2015.
6
Syah, Ahmad Maujuhan. "“Jagongan Santri” Sebagai Metode Melatih Nalar Kritis dan Membentuk
Karakter Santri Studi Kasus di Pondok Langgar Panggung Kiai Mastur Lamongan." Busyro: Jurnal Dakwah dan
Komunikasi Islam 4.2 (2023) hal.84.
5
masyarakat yang permasalahannya tentu saja kompleks. Tujuannya adalah agar santri
mampu memberikan sebuah solusi yang bijak dan berkesinambungan, dan kaku.7
Santri dalam pondok pesantren selain berbekal ilmu agama juga harus dibekali
kemampuan untuk berpikir kritis. Selain batsul masail, pembiasaan untuk melatih
nalar kritis santri dilaksanakanlah yang namanya syawir. Metode syawir akan
membiasakan santri untuk tidak tergesa gesa dalam mengambil keputusan. Syawir
juga akan melatih santri untuk lebih terbuka dan mau menerima pendapat orang lain.
Dengan adanya syawir melatih daya kritis santri untuk mengamati permasalahan yang
ada secara kompleks kemudian mencari solusi dengan dasar dasar yang jelas dan
dapat dipertanggung jawabkan.
Metode syawir yang mengasah nalar kritis Syawir adalah suatu istilah khas bagi
santri dalam menyebut musyawarah. Metode syawir atau musyawarah merupakan
metode pembelajaran yang digunakan oleh pondok pesantren. Suatu metode
Pesantren diterapkan dengan tujuan agar proses kegiatan belajar mengajar dapat
dengan mudah disampaikan dan dipahami oleh seorang peserta didik Istilah lain dari
metode syawir adalah metode diskusi.
Syawir atau musyawarah menjadi wadah untuk mengulangi, menganalisis,
memahami, mendalami materi yang sudah dipelajari dikelas. Dalam pembelajaran
dengan diadakan kegiatan syawir menunjang adanya pemahaman lebih dalam seperti
pemahaman pada ilmu fiqih Pelaksanaan syawir tentu saja membantu pemahaman
santri khususnya pada materi fiqih. kegiatan syawir yang dilaksanakan dipondok
pesantren dalam menjawab persoalan-persoalan baru yang timbul seiring dengan
berkembangnya zaman perlu adanya modifikasi atau pembaharuan agar
menyesuaikan pada kebutuhan zaman.8
7
Syah, Ahmad Maujuhan. "“Jagongan Santri” Sebagai Metode Melatih Nalar Kritis dan Membentuk
Karakter Santri Studi Kasus di Pondok Langgar Panggung Kiai Mastur Lamongan." Busyro: Jurnal Dakwah dan
Komunikasi Islam 4.2 (2023) hal.96
8
Firnanda, Amalia, and Ellena Syimatal Jannah. "Implemenstasi Syawir Dalam Menunjang Respon Santri
Untuk Berperan Kritis Dalam Menyelesaikan Persoalan-Persoalan Baru." Prosiding AnSoPS (Annual Symposium on
Pesantren Studies) 1.1(2022) hal.19
6
untuk melakukan suatu usaha yang menghasilkan karya. Kreativitas juga memberikan
dorongan yang kuat sebagai pengembangan keterampilan pada santri di pondok
pesantren.
Minat adalah tanda suka atau ketertarikan seseorang terhadap suatu hal ada
dihadapannya tapa adanya suatu paksaan. Sedangkan bakat adalah kemampuan dasar
seseorang untuk belajar dalam tempo yang relatif pendek dibandingkan orang lain,
namun hasilnya justru lebih baik. Bakat tidak akan bisa berkembang tanpa adanya
motivasi dalam diri masing-masing itu sendiri, jika bakat sudah tertanam pada diri
siswa maka seorang pelatih atau guru ekstra hanya sebagai motivator saja. tetapi yang
lebih sulit jika ada santri yang memang benar-benar tidak begitu semangat dalam
perjalanan atau proses.
Tujuan berdirinya komunitas minat bakat ini adalah agar para santri untuk
bisa aktif, percaya diri, memiliki banyak pengalaman, bisa mengembangkan potensi,
serta membuat santri lebih kreatif, meningkat skill yang dimilikinya jika berada diluar
pondok dan yang paling penting dapa meningkatkan kreativitas santri. Dengan
adanya kegiatan tersebut membuat para santri untuk bergerak dalam arti tidak
bermalas-malasan. Contohnya komunitas tersebut adalah kesenian ,kewirausahaan ,
public speaking, dan media.
9
Depag RI, Pondok Pesantren Dan Madrasah Diniyah Pertumbuhan Dan Perkembangannya (Jakarta:
Depag RI, 2003), 65
7
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Santri adalah seseorang yang selalu dikaitkan dengan pondok pesantren. Muncul
pada abad ke-17, istilah santri dipopulerkan oleh beberapa tokoh ulama di masa itu,
terutama ulama’ yang erat kaitannya dengan penyebaran agama Islam yaitu Walisongo.
Sebagian tokoh mengatakan bahwa istilah santri adalah seorang yang mendiami tempat
dengan sebutan pondok pesantren guna mempelajari ilmu agama. Pada
perkembangannya, pesantren merupakan Lembaga Pendidikan yang dibuat pada awalnya
dikhususkan untuk kegiatan santri belajar.
8
DAFTAR PUSTAKA
Efendy, R. A. (2022). Hubungan religiusitas dengan kepatuhan santri pada aturan di Pondok
Pesantren Sholahulhuda Al-Mujahidin Malang (Doctoral dissertation, Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim).
Dovan, Y. H. (2023). Hakikat Santri Dan Adab Santri Terhadap Ustadz Di Pondok Pesantren
Baitul Kirom Tanjung Sari Kabupaten Lampung Selatan (Doctoral dissertation, UIN
Raden Intan Lampung).
Depag RI, (2003). Pondok Pesantren Dan Madrasah Diniyah Pertumbuhan Dan
Perkembangannya. Jakarta: Depag RI
Firnanda, Amalia, and Ellena Syimatal Jannah. (2022) "Implemenstasi Syawir Dalam
Menunjang Respon Santri Untuk Berperan Kritis Dalam Menyelesaikan Persoalan-
Persoalan Baru." Prosiding AnSoPS (Annual Symposium on Pesantren Studies) 1.1
Syah, Ahmad Maujuhan. (2023) “Jagongan Santri” Sebagai Metode Melatih Nalar Kritis dan
Membentuk Karakter Santri Studi Kasus di Pondok Langgar Panggung Kiai Mastur
Lamongan." Busyro: Jurnal Dakwah dan Komunikasi Islam 4.2
Saifudin, Muhammad Arif.(2015) TA’DZIM: Makna Kepatuhan Santri Kepada Kyainya. Diss.
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.