Anda di halaman 1dari 96

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN


SISWA SD NEGERI PASIR WETAN
KECAMATAN KARANGLEWAS KABUPATEN BANYUMAS
TAHUN PELAJARAN 2022/2023

Oleh :
ANIS AMANULLOH
NIM : 19.01.3657

JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
(STAI) BREBES
2023 M/1444 H
PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN SISWA SD

NEGERI PASIR WETAN KECAMATAN KARANGLEWAS KABUPATEN

BANYUMAS TAHUN PELAJARAN 2022/2023 yang ditulis oleh Anis

Amanulloh, NIM : 19.01.3657 mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama

Islam Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Brebes, telah

disetujui untuk diajukan ke Sidang Munaqasyah.

Menyetujui :
Pembimbing

Solekhul Amin, M.Pd


Tanggal : 07/06/2023
PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN SISWA SD

NEGERI PASIR WETAN KECAMATAN KARANGLEWAS KABUPATEN

BANYUMAS TAHUN PELAJARAN 2022/2023, oleh Anis Amanulloh, Nomor

Induk Mahasiswa 19.01.3657 telah diajukan dalam sidang munaqasyah Sekolah

Tinggi Agama Islam Brebes pada tangal 12 Juni 2023.

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd), pada Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)

Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Brebes.

Brebes, 12 Juni 2023

Sidang Munaqasyah

Ketua Sekretaris
Merangkap Anggota Merangkap Anggota

Dr. H. M. Rohidin, M.Hum Dr. Musrifah, M.A


NIDN 2110077702 NIDN 2106107501

Anggota

Penguji I Penguji II

Dr. H. M. Rohidin, M.Hum Asikin, M.Pd


NIDN 2110077702 NIPY 01082012045
NOTA DINAS

Kepada
Ketua Jurusan
Tarbiyah
STAI Brebes
Di
Brebes

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Setelah melakukan bimbingan, telaah, arahan dan koreksi terhadap penulisan

skripsi dari Anis Amanulloh dengan Nomor Induk Mahasiswa 19.01.3657,

berjudul “Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Peningkatan

Kemampuan Membaca Al-Qur’an Siswa SD Negeri Pasir Wetan Kecamatan

Karanglewas Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2022/2023” bahwa

Skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Jurusan Tarbiyah Prodi Pendidikan

Agama Islam (PAI) Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Brebes untuk

dimunaqasyahkan.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Pembimbing

Solekhul Amin, M.Pd


Tanggal : 07/06/2023
PERNYATAAN ONTETISITAS

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PERAN GURU

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN

MEMBACA AL-QUR’AN SISWA SD NEGERI PASIR WETAN

KECAMATAN KARANGLEWAS KABUPATEN BANYUMAS TAHUN

PELAJARAN 2022/2023” serta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya

sendiri dan tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang

tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi apapun yang

dijatuhkan kepada saya sesuai dengan peraturan yang berlaku, apabila dikemudian

hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan atau ada klaim

terhadap keaslian karya saya ini.

Brebes, 07 Juni 2023


Yang Menyatakan

Anis Amanulloh
NIM : 19.01.3657
BIODATA PENULIS

Penulis dilahirkan di Purwokerto,

Banyumas, tanggal 04 Oktober

tahun 2000 merupakan anak

kedua dari pasangan Bapak Teguh

Waluyo dan Ibu Rumini. Penulis

memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 01 Sokaraja

Wetan pada tahun 2007 dan lulus pada tahun 2013.

Kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama 01 Sokaraja

dan lulus pada tahun 2016. Lalu penulis melanjutkan pendidikan di Madrasah

Aliyah Negeri 02 Brebes dan lulus pada tahun 2019. Kemudian pada tahun 2019

melanjutkan studi di Jurusan Tarbiyah Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI)

Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Brebes di Brebes.

Brebes, 07 Juni 2023


Penulis

Anis Amanulloh
NIM : 19.01.3657
MOTTO

)9 :15/‫ ﴾ ( الحجر‬٩ َ‫﴿ اِنَّا نَحْ ُن نَ َّز ْلنَا ال ِّذ ْك َر َواِنَّا لَهٗ لَ ٰحفِظُوْ ن‬

“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an dan pasti Kami (pula) yang
memeliharanya”. (Q.S Al-Hijr ayat 9)
PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur atas kenikmatan dari Allah Swt yang tiada tara,

tiada batas, tiada banding dan tiada akhir, skripsi ini penulis persembahkan untuk

orang-orang yang telah membantu mewujudkan impian penulis menuju Toga

Pertama. Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, Bapak Teguh Waluyo dan Ibu Rumini yang sangat

berjasa bagi penulis karena selalu memberikan kasih sayang, nasehat tersirat

maupun tersurat, semangat tanpa batas dan dukungan yang disertai do’a baik

yang selalu mengiringi setiap langkah penulis sehingga mampu menyelesaikan

tugas akhir dalam studi ini.

2. Seluruh keluarga besar tercinta yang senantiasa memberikan do’a beserta

semangat dan motivasi yang tiada henti-hentinya.

3. Seluruh keluarga besar civitas akademika STAI Brebes dan sahabat-sahabat

mahasiswa PAI terutama teman sekelas dan seangkatan 2023 yang selalu

memberikan semangat.

4. Ibu Dyah Tri Utami, S.PD., M.Pd selaku Kepala Sekolah SD Negeri Pasir

Wetan yang telah mengizinkan penulis dalam penelitian ini.

5. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis selama menyusun

skripsi ini yang tentunya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah Swt yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia kepada hamba-Nya. Sholawat serta salam
senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad saw yang telah mengeluarkan
umat manusia dari zaman jahiliyah.
Skripsi berjudul, “PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN SISWA
SD NEGERI PASIR WETAN KECAMATAN KARANGLEWAS KABUPATEN
BANYUMAS TAHUN PELAJARAN 2022/2023” disusun dalam rangka
memenuhi salah satu persyaratan Program Sarjana Strata Satu di Sekolah Tinggi
Agama Islam (STAI) Brebes, Jurusan Tarbiyah.
Penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada:
1. Dr. H. M. Rohidin, M.Hum, Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI)
Brebes.
2. Khusnul Khotimah, M.Pd, Ketua Prodi Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI)
Brebes.
3. Solekhul Amin, M.Pd, Pembimbing Skripsi.
4. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis juga menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan. Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca yang
budiman.

Brebes, 11 Juni 2023


Penulis

Anis Amanulloh
NIM : 19.01.3657
IKHTISAR

ANIS AMANULLOH : PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN
MEMBACA AL-QUR’AN SISWA SD NEGERI
PASIR WETAN KECAMATAN KARANGLEWAS
KABUPATEN BANYUMAS TAHUN
PELAJARAN 2022/2023

Al-Qur’an merupakan sumber hukum utama bagi umat islam dan


mempelajarinya merupakan sebuah kewajiban. Oleh karena itu, yang terpenting
dalam pendidikan agama Islam adalah memahami Al-Qur’an. Pengenalan tentang
Al-Qur’an harus dilakukan sejak dini termasuk pada satuan pendidikan Sekolah
Dasar dari mulai kelas rendah sampai kelas tinggi. Akan tetapi permasalahan yang
sering terjadi ketika Al-Qur’an itu sendiri harus dipahami, untuk membacanya
saja banyak siswa dengan kemampuan membaca Al-Qur’an yang masih rendah.
Di era milenial ini, sulit membiasakan siswa untuk rutin membaca Al-Qur’an.
Siswa cenderung menghabiskan waktunya dengan bermain gadget.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kemampuan
membaca Al-Qur’an siswa dan mengetahui upaya yang dilakukan guru
pendidikan agama Islam dalam peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an
serta menggali apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam
peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an.
Penelitian ini bertolak pada peran guru pendidikan agama Islam dalam
peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an siswa. Yang dimaksud kemampuan
membaca Al-Qur’an disini adalah taraf sejauh mana kemampuan siswa dalam hal
menguasai pengetahuan dan keterampilan dalam melafazkan huruf-huruf dalam
Al-Qur’an sesuai dengan kaidah tajwid.
Adapun metodologi penelitian ini dilakukan dengan teknik pengumpulan
data yang berkaitan dengan peran guru pendidikan agama Islam dalam
peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an, menginventarisir informasi yang
berhubungan dengan masalah dan menganalisa semua data dengan menggunakan
pendekatan ilmiah Content Analysis.
Berdasarkan analisa data tersebut di atas, bahwa seorang guru dalam
mewujudkan tujuan pendidikan agar dapat sesuai dengan yang diharapkan, maka
dibutuhkan guru yang berkompeten dalam pendidikan, diantaranya: penguasaan
dan penerapan kurikulum, pengembangan kurikulum dan pengajaran serta
penguasaan dan penerapan pendidikan. Dengan dikuasainya kemampuan
membaca Al-Qur’an oleh seorang guru, maka guru tersebut bisa meningkatkan
kemampuan membaca Al-Qur’an siswa.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i

PERSETUJUAN....................................................................................................ii

PENGESAHAN.....................................................................................................iii

NOTA DINAS........................................................................................................iv

PERNYATAAN ONTETISITAS..........................................................................v

BIODATA PENULIS............................................................................................vi

MOTTO................................................................................................................vii

PERSEMBAHAN...............................................................................................viii

KATA PENGANTAR...........................................................................................ix

IKHTISAR..............................................................................................................x

DAFTAR ISI..........................................................................................................xi

DAFTAR TABEL...............................................................................................xiv

DAFTAR GAMBAR............................................................................................xv

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah.................................................................................1

B. Perumusan Masalah........................................................................................5

1. Identifikasi Masalah................................................................................5

2. Pembatasan Masalah...............................................................................5

3. Pertanyaan Penelitian..............................................................................5
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian....................................................................6

1. Tujuan Penelitian.....................................................................................6

2. Kegunaan Penelitian................................................................................6

D. Tinjauan Pustaka.............................................................................................8

E. Kerangka Pemikiran.....................................................................................11

F. Sistematika Penulisan...................................................................................12

BAB II PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN.......................14

A. Peran Guru....................................................................................................14

1. Pengertian Peran....................................................................................14

2. Pengertian Guru.....................................................................................17

B. Pendidikan Agama Islam..............................................................................18

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam.....................................................18

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam..........................................................19

3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam.............................................24

C. Kemampuan Membaca Al-Qur’an...............................................................26

1. Pengertian Kemampuan.........................................................................26

2. Pengertian Membaca.............................................................................26

3. Pengertian Al-Qur’an............................................................................27

4. Pengertian membaca Al-Qur’an............................................................28

5. Tujuan membaca Al-Qur’an..................................................................30


6. Unsur-unsur kemampuan membaca Al-Qur’an.....................................31

7. Indikator kemampuan membaca Al-Qur’an..........................................31

8. Cara membaca Al-Qur’an......................................................................32

9. Metode-metode membaca Al-Qur’an....................................................33

10. Syarat-syarat Membaca Al-Qur’an........................................................35

11. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca Al-Qur’an36

D. Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Peningkatan Kemampuan

Membaca Al-Qur’an.....................................................................................38

1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam...........................................38

2. Macam-macam Peranan Guru Pendidikan Agama Islam......................40

3. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam................41

4. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam.........................................43

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peranan Guru Pendidikan Agama

Islam......................................................................................................44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................47

A. Tempat dan Waktu Penelitian.......................................................................47

1. Tempat Penelitian..................................................................................47

2. Waktu Penelitian...................................................................................47

B. Metode Penelitian.........................................................................................48

C. Populasi dan Sampel.....................................................................................49

D. Teknik Pengumpulan Data...........................................................................49


1. Wawancara............................................................................................49

2. Observasi...............................................................................................50

3. Dokumentasi..........................................................................................51

E. Instrumen Penelitian.....................................................................................52

1. Wawancara............................................................................................52

2. Observasi...............................................................................................55

3. Dokumentasi..........................................................................................55

F. Teknik Analisis Data....................................................................................56

1. Reduksi Data.........................................................................................57

2. Penyajian Data.......................................................................................58

3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi...................................................58

BAB IV ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN..........................................60

A. Kemampuan Membaca Al-Qur’an Siswa SD Negeri Pasir Wetan

Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2022/2023

60

B. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat dalam Peningkatan Kemampuan

Membaca Al-Qur’an Siswa SD Negeri Pasir Wetan Kecamatan

Karanglewas Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2022/2023................64

1. Faktor pendukung..................................................................................64

2. Faktor penghambat................................................................................67
C. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam Peningkatan Kemapuan

Membaca Al-Qur’an Siswa SD Negeri Pasir Wetan Kecamatan

Karanglewas Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2022/2023................69

BAB V PENUTUP................................................................................................75

A. Kesimpulan...................................................................................................75

B. Rekomendasi................................................................................................76

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Instrumen wawancara dengan kepala sekolah.........................................52

Tabel 2. Instrumen wawancara dengan guru mata pelajaran pendidikan agama

Islam.........................................................................................................53

Tabel 3. Instrumen Wawancara dengan peserta didik...........................................54

Tabel 4. Lembar observasi.....................................................................................55

Tabel 5. Hasil Dokumentasi...................................................................................55


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Model analisis Interaktif Miles dan Huberman....................................59


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an adalah sumber hukum yang utama bagi umat Islam.

Didalamnya terdapat hukum-hukum yang menjadi pedoman hidup manusia

karena berisi ajaran-ajaran yang lengkap tentang keimanan, akhlak mulia,

aturan ibadah, hubungan manusia dengan Allah, hubungan sesama makhluk

serta segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan manusia. Oleh

karena itu, yang terpenting dalam pendidikan agama Islam adalah memahami

Al-Qur’an. Pengenalan tentang Al-Qur’an harus dilakukan sejak dini,

termasuk pada satuan pendidikan Sekolah Dasar dari mulai kelas rendah

sampai kelas tinggi.1

Kedudukan Al-Qur’an sebagai sumber hukum utama dan sumber

hukum pokok pendidikan agama Islam terdapat dalam Al-Qur’an itu sendiri.

Allah SWT berfirman dalam QS An-Nahl ayat 64 yang berbunyi:

َ ‫زَلنَا َعلَ ْيكَ ْال ِك ٰت‬


ْ ‫ب اِاَّل لِتُبَيِّنَ لَهُ ُم الَّ ِذى‬
‫وْ ٍم‬ffَ‫ ةً لِّق‬f‫دًى َّو َرحْ َم‬fُ‫ ۙ ِه َوه‬f‫وْ ا فِ ْي‬ffُ‫اختَلَف‬ ْ ‫َو َمٓا اَ ْن‬
٦٤ َ‫يُّْؤ ِمنُوْ ن‬

Artinya: “Dan Kami telah menurunkan Al-Qur’an kepada Al-Kitab (Al-

Qur’an) melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka

1
Abudin Nata, Al-Qur’an dan Hadist (Dirasah Islamiyah I), (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1996), hal. 125.
2

perselisihan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang

beriman”. (Q.S An-Nahl: 64).2

Al-Qur’an merupakan mukjizat nabi Muhammad SAW yang paling

besar diantara mukjizat-mukjizat lain yang Allah berikan kepada para rasul.

Al-Qur’an merupakan mukjizat terbesar karena sejak pertama kali diturunkan

kepada nabi Muhammad SAW, Al-Qur’an akan terus berlaku bagi umat Islam

hingga hari kiamat.

Belajar membaca Al-Qur’an wajib hukumnya bagi umat islam. Akan

tetapi permasalahan yang sering terjadi ketika Al-Qur’an itu sendiri harus

dipahami, untuk membacanya saja masih banyak siswa SD kelas tinggi

dengan kemampuan membaca yang masih sangat rendah. Kaidah membaca

Al-Qur’an yang baik dan benar sesuai sunnah sering disebut dengan

membaca secara tartil. Nabi pun memerintahkan membaca Al-Qur’an secara

tartil dan membaguskan suara. Tartil adalah membaca Al-Qur’an sesuai

dengan kaidah tajwid dan makharijul huruf. Tajwid sendiri artinya ilmu yang

mempelajari bagaimana cara membaca Al-Qur’an secara baik dan benar,

sedangkan makharijul huruf adalah mengeluarkan huruf dari tempatnya

dengan memberikan sifat-sifat yang dimilikinya.

Permasalahan yang sering terjadi pada siswa untuk membaca Al-

Qur’an dengan benar sesuai kaidah ilmu tajwid dirasakan oleh sebagian besar

guru Pendidikan Agama Islam (PAI) pada kompetensi membaca Al-Qur’an

yaitu masih banyak siswa yang belum mencapai kemampuan tersebut bahkan

sekedar membaca saja masih banyak siswa yang belum mampu. Kenyataan

2
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV
Penerbit Diponegoro, 2005), hal. 273.
3

seperti itulah yang membuat tidak sedikit orang tua siswa serta guru PAI

mendorong anak untuk mendapat pelajaran khusus di tempat pendidikan non

formal, antara lain madrasah diniyah, taman pendidikan al-Qur’an, pengajian-

pengajian dengan metode tradisonal ataupun metode terbaru.

Keadaan tersebut perlu diperhatikan oleh seorang guru khususnya

guru PAI agar selalu berusaha menciptakan inovasi dalam pembelajaran,

sebagai solusi untuk meningkatan daya tarik siswa dalam pembelajaran PAI

sehingga dapat meningkatkan kemampuan membaca, maka peran guru yang

menjadi inovasi dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an.

Seorang guru harus mempunyai bekal kemampuan yang memadai,

adapun kemampuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh guru adalah

kompetensi profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi personal serta

kemampuan sosial yakni untuk melaksanakan pembelajaran dengan sebaik-

baiknya yang berarti mengutamakan nilai-nilai sosial dan material.3

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005


tentang Guru dan Dosen yaitu: kompetensi guru sebagaimana
dimaksudkan dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi
profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.4

Sebagai guru pendidikan agama Islam tugasnya tidak hanya mengajar,

melainkan dituntut untuk mengamalkan apa yang diajarkan, karena guru

menjadi contoh teladan dan model bagi siswa. Agama tidak hanya berhenti

pada teori saja, akan tetapi harus diamalkan, apalagi guru pendidikan agama

Islam.

3
Hamzah, Profesi Kependidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hal. 69.
4
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen,
(Surabaya: Kesindo Utama, 2006), hal. 8.
4

Di era milenial ini, gadget bukan hal yang baru dapat menunjang

peningkatan minat membaca Al-Qur’an. Karena lebih dari 100 juta orang

telah memiliki gadget dan aktif dalam penggunaan smartphone, hampir dalam

sehari semalam menatap smartphone selama 9 jam. Tapi ironisnya, tingkat

minat baca masih rendah.

Mereka cenderung malas membaca tapi aktif di media sosial, seperti

stalking Whatsapp, Instagram, Facebook dan media sosial lainnya. Sejak

duduk di bangku Taman Kanak-Kanak kita sudah diajarkan membaca, karena

membaca merupakan pondasi atau hal yang paling utama dalam

pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi pendahuluan pada Rabu, 04 Januari 2023,

penulis tertarik melakukan penelitian di SD Negeri Pasir Wetan Kecamatan

Karanglewas Kabupaten Banyumas terkait tema peningkatan kemampuan

membaca Al-Qur’an. Penulis ingin mengetahui sejuah mana kemampuan

membaca Al-Qur’an siswa SD Negeri Pasir Wetan Kecamatan Karanglewas

Kabupaten Banyumas.

Berdasarkan permasalahan yang penulis kemukakan pada latar

belakang tersebut, penulis tertarik untuk meneliti masalah “Peran Guru

Pendidikan Agama Islam dalam Peningkatan Kemampuan Membaca Al-

Qur’an Siswa SD Negeri Pasir Wetan Kecamatan Karanglewas Kabupaten

Banyumas Tahun Pelajaran 2022/2023”.


5

B. Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

a. Wilayah Kajian

Wilayah kajian penelitian ini berkaitan dengan proses kegiatan belajar

mengajar.

b. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan empirik

dengan melakukan studi lapangan di SD Negeri Pasir Wetan

Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran

2022/2023.

2. Pembatasan Masalah

Luasnya cakupan persoalan kemampuan membaca Al-Qur’an,

maka diperlukan pembatasan-pembahasan dalam penelitian ini. Oleh

karena itu, penelitian ini hanya berfokus pada peran guru pendidikan

agama Islam dalam peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an siswa

SD Negeri Pasir Wetan Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas

Tahun Pelajaran 2022/2023.

3. Pertanyaan Penelitian

a. Bagaimanakah kemampuan membaca Al-Qur’an siswa SD Negeri Pasir

Wetan Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran

2022/2023?

b. Apa sajakah faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam

peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an siswa SD Negeri Pasir


6

Wetan Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran

2022/2023?

c. Bagaimanakah upaya guru Pendidikan Agana Islam (PAI) dalam

peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an siswa SD Negeri Pasir

Wetan Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran

2022/2023?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan membaca Al-Qur’an siswa

SD Negeri Pasir Wetan Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas

Tahun Pelajaran 2022/2023.

b. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam

peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an siswa SD Negeri Pasir

Wetan Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran

2022/2023.

c. Untuk mengetahui upaya guru pendidikan agama Islam dalam

peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an siswa SD Negeri Pasir

Wetan Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran

2022/2023.

2. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, dapat diperoleh sejumlah

kegunaan penelitian, antara lain:

a. Secara Teoritis
7

Secara teoritis penelitian ini dapat dijadikan sebagai kajian pendidikan,

khususnya proses belajar mengajar dan sebagai tambahan bagi praktisi

pendidikan dalam peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an siswa

SD Negeri Pasir Wetan Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas

Tahun Pelajaran 2022/2023.

b. Secara Praktis

1) Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi SD

Negeri Pasir Wetan Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas

sebagai masukan, kritik dan rekomendasi demi perbaikan sistem

pengajaran dan pembelajaran terhadap siswa sesuai kaidah yang

berlaku.

2) Bagi Guru

Sebagai bahan acuan bagi guru untuk mengembangkan kemampuan

siswa belajar membaca Al-Qur’an dan memberi masukan untuk

dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menggunakan

model pembelajaran yang sesuai dan efektif dalam rangka usaha

meningkatkan kemampuan siswa pada pembelajaran membaca Al-

Qur'an.

3) Bagi Siswa

Diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan minat membaca

Al-Qur’an dengan benar serta menjadikan kegiatan membaca Al-

Qur’an sebagai kewajiiban.

4) Bagi Peneliti
8

Penelitian ini merupakan bagian tri dharma dari perguruan tinggi

yang dapat dijadikan sebagai salah satu referensi dalam hal

pengingkatan kemampuan membaca Al-Qur’an siswa bagi

masyarakat serta bagi penelitian peningkatan selanjutnya dengan

fokus penelitian yang sama.

D. Tinjauan Pustaka

Sejauh pengamatan dan penelusuran yang dilakukan, peneliti

menemukan karya tulis dan penelitian yang secara substantif memiliki

keidentikan atau kesamaan dan ada juga perbedaan dalam penelitiannya.

Namun penulis menemukan judul yang hampir sama. Maka untuk

menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti meniru hasil karya orang

lain, peneliti perlu mempertegas perbedaan diantara masing-masing judul.

Dalam penelitian ini peneliti melakukaan kajian terlebih dahulu dengan

mempelajari beberapa skripsi atau jurnal yang ada hubungannya dengan

penelitian ini. Beberapa skripsi tersebut diantara lain:

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Nur Ahmad, Program Studi

Pendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah STAIN Jurai Siwo Metro 2015

dengan judul “Peran Dukungan Orang Tua Terhadap Motivasi dan

Kemampuan Membaca Al-Qur’an santri TPA Al-Huda Desa Gaya Baru 4

Kecamatan Seputih Surabaya Kabupaten Lampung Tengah Tahun 1436

H/2015 M”.5 Mengemukakan bahwa:

5
Nur Ahmad, Peran Dukungan Orang Tua Terhadap Motivasi Dan Kemampuan
Membaca Al-Qur’an Santri TPA Al-Huda Desa Gaya Baru 4 Kecamatan Seputih Surabaya
Kabupatenn Lampung Tengah Tahun 1436/2015 M, Studi Pendidikan Agama Islam Jurusan
Tarbiyah STAIN Jurai Siwo Metro, 2015
9

“Dukungan orang tua ketika dalam lingkungan keluarga sangat

menentukan keberhasilan prestasi santri khususnya dalam kemampuan

membaca Al-Qur’an. Dengan adanya dukungan orang tua yang tinggi,

seorang anak akan sangat termotivasi untuk memiliki minat belajar yang

sangat tinggi, sehingga mencapai hasil yang sangat baik sesuai yang

diinginkan. Tanpa adanya dukungan dari orang tua, anak tidak akan memiliki

semangat belajar”.

Penelitian yang dilakukan oleh Nur Ahmad tersebut merupakan

penelitian yang membahas mengenai dukungan orang tua terhadap motivasi

dan kemampuan membaca Al-Qur’an yang berkaitan dengan penelitian yang

akan peneliti lakukan. Perbedaanya beliau meneliti dari segi dukungan orang

tua.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Arni Elyani, Program Studi

Pendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah STAIN Jurai Siwo Metro 2011

dengan judul “Peran Guru Terhadap Minat Belajar Membaca Al-Qur’an di

TPA Nurul Iman Desa Siraman Kecamatan Pekalongan Lampung Timur

Tahun 2010/2011”.6 Dalam penelitian ini dijelaskan bahwasanya pencapaian

tujuan pendidikan (termasuk pendidikan Al-Qur’an) akan tercapai apabila

seluruh unsur dalam sistem pendidikan tersebut mendukung. Peran guru

dalam mengajar sudah cukup baik, namun minat belajar siswa tergolong

masih kurang. Usaha yang dilakukan oleh guru diantaranya dengan

menciptakan suasana tenang dan nyaman dalam proses pembelajaran di kelas

dan guru juga menggunakan metode yang tepat dalam pembelajaran. Dengan

Arni Elyani, Peran Guru Terhadap Minat Belajar Membaca Al-Qur’an Di TPA Nurul
6

Iman Desa Siraman Kecamatan Pekalongan Lampung Timur Tahun 2010/2011, Studi Pendidikan
Agama Islam Jurusan Tarbiyah STAIN Jurai Siwo Metro, 2011
10

upaya tersebut ternyata memberikan kemajuan dalam meningkatkan minat

belajar siswa dalam membaca Al-Qur’an. Metode yang digunakan yaitu

dengan dokumentasi, wawancara, observasi dan angket. Kemudian dalam

menganalisa data dengan rumus product moment. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara guru

terhadap minat belajar membaca Al-Qur’an di TPA Nurul Iman Desa Siraan

Kecamatan Pekalongan Lampung Timur.

Berdasarkan skripsi di atas terdapat persamaan dengan penelitian yang

peneliti lakukan yaitu penelitian yang berbentuk kualitatif. Di samping itu

juga terdapat perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh Nur Ahmad

dengan penelitian yang peneliti lakukan. Nur Ahmad memfokuskan

penelitiannya pada motivasi membaca Al-Qur’an, sedangkan Ami Elyani

memfokuskan penelitiannya pada minat siswa dalam membaca Al-Qur’an.

Sedangkan penelitian yang peneliti lakukan adalah membahas peranan

guru PAI dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an, dimana

guru PAI sangat berperan penting dalam membimbing siswanya ketika

membaca Al-Qur’an.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Bulaeng Program Studi

Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Alaudin

Makassar dengan judul “Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur’an

dengan Tartil Melalui Metode Iqra Pada Siswa Kelas V di SD Inpres

Tinggimae Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa”.7 Dalam penelitian ini,

Bulaeng membahas tentang bagaimana tujuan yang ingin dicapai dalam

7
Bulaeng, Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur’an dengan Tartil Melalui
Metode Iqra Pada Siswa Kelas V di SD Inpres Tinggimae Kecamatan somba Opu Kabupaten
Gowa, Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN Alaudin Makassar, 2016
11

peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an dengan tartil melalui metode

iqra. Terdapat persamaan dan perbedaan dengan apa yang peneliti teliti.

Persamaanya yaitu peneliti sama-sama berfokus pada tujuan penelitian yaitu

peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an. Sedangkan dalam hal

perbedaannya yaitu Bulaeng mengkhususkan dalam peningkatan kemampuan

membaca Al-Qur’an siswa menggunakan penerapan metode iqra.

E. Kerangka Pemikiran

Kemampuan berasal dari kata mampu. Menurut Poerwardamita arti

mampu adalah “kesanggupan; kecakapan; kekuatan”. 8Dengan demikian

dapat diambil kesimpulan bahwa kemampuan yang dimaksud disini adalah

suatu kesanggupan yang dimiliki oleh siswa SD Negeri Pasir Wetan

Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas setelah diajarkan membaca

Al-Qur’an.

Pengertian membaca Al-Qur’an, kata membaca berasal dari kata dasar

“baca” yang merupakan kata dasar yang masih memiliki arti yang sangat luas.

Setelah mendapat imbuhan “me” berubah menjadi makna yang lebih sempit

dan khusus yaitu membaca. Menurut Poerwardarmita membaca adalah

“mengeja atau melafalkan apa yang tertulis”. Membaca pada hakikatnya

adalah sesuatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak sekedar

melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berfikir,

psikolinguistik dan metakognitif.9

8
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1990), hal. 552.
9
Farida Rahmi, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007),
hal. 2.
12

Sedangkan pengertian Al-Qur’an adalah “kalam Allah yang

diturunkan kepada nabi Muhammad SAW, lafadz-lafadznya mengandung

mukjizat, membacanya mempunyai nilai ibadah, diturunkan secara mutawatir

dan ditulis pada mushaf yang dimulai dari surat Al-Fatihah dan diakhiri surat

An-Nas”. Dalam pengertian lain Al-Qur’an adalah kalamullah (perkataan

Allah) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad dan dinilai ibadah ketika

membacanya.10

Berdasarkan pendapat di atas, maka yang dimaksud kemampuan

membaca Al-Qur’an adalah taraf kemampuan siswa menguasai pengetahuan

dan keterampilan dalam membunyikan serta melafadzkan huruf-huruf Al-

Qur’an.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika pembahasan dimaksudkan untuk mempermudah pembaca

dalam menelaah isi atau kandungan yang ada di dalam penelitian ini. Secara

garis besar, pembahasan penelitian ini terbagi menjadi beberapa 5 (lima) bab,

dengan sistematika penlusan sebagai berikut:

Bab I merupakan pendahuluan. Bab ini berfungsi sebagai gambaran

umum untuk memberi pola pemikiran bagi keseluruhan penelitian yang

meliputi latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan

penelitian dan manfaat penelitian.

Bab II merupakan telaah penelitian terdahulu dan kajian teori, ditulis

untuk memperkuat suatu judul penelitian. Dengan adanya landasan teori

maka antara data dengan teori akan saling melengkapi dan menguatkan.

10
Rosihon Anwar, Ulumul Qur’an, (Bandung: Pustaka Setia, 2007), hal. 33.
13

Bab III merupakan metode penelitian yang meliputi pendekatan dan

jenis penelitian, subjek penelitian, objek penelitian, kehadiran peneliti, lokasi

penelitian, data dan sumber data, prosedur pengumpulan data, teknik analisis

data, pengecekan keabsahan temuan dan tahap-tahap penelitian.

Bab IV merupakan pembahasan data hasil penelitian yang meliputi

deskripsi data umum dan deskripsi data khusus.

Bab V merupakan penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran.

A.
BAB II
PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PENINGKATAN
KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN

A. Peran Guru

1. Pengertian Peran

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan dapat

dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat atau merupakan

bagian utama yang harus dilakukan.11

Peran guru adalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling

berkaitan dan dilakukan dalam situasi tertentu serta berhubungan dengan

kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa menjadi

tujuan.

Dalam masyarakat Indonesia, guru memegang peranan yang sangat

strategis terutama dalam upaya membentuk watak bangsa melalui

pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan. Peranan guru

masih dominan meskipun teknologi yang dapat dimanfaatkan dalam

proses pembelajaran berkembang sangat cepat. Hal ini disebabkan karena

ada dimensi-dimensi proses pendidikan atau lebih khusus lagi proses

pembelajaran yang diperankan oleh guru yang tidak dapat digantikan oleh

teknologi. Fungsi guru tidak akan bisa seluruhnya dihilangkan sebagai

pendidik dan pengajar bagi peserta didiknya.

Sehubungan dengan hal itu, tenaga pendidik (guru) harus disiapkan

untuk memenuhi layanan interaksi dengan siswa yang bertanggung jawab

11
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1990), hal. 751.

14
15

memberikan pertolongan pada anak didik dalam perkembangan jasmani

dan rohaninya agar mencapai tingkat kedewasaan serta mampu berdiri

sendiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah. Disamping itu,

sebagai makhluk sosial mampu menjadi individu yang mandiri.

Jadi jelas bahwa guru dalam Islam tidak hanya mengajar dalam

kelas, tetapi juga sebagai norm dragger (pembawaan norma) agama di

tengah-tengah masyarakat.

Mengingat begitu pentingnya peranan hubungan antara guru dan

peserta didik dalam menentukan keberhasilan pembelajaran, maka guru

dituntut untuk mampu menciptakan hubungan yang positif. Guru dituntut

untuk mampu menciptakan suasana yang kondusif agar siswa bersedia

terlibat sepenuhnya pada kegiatan pembelajaran. Ada beberapa peran guru

dalam proses pembelajaran.

a. Guru sebagai sumber belajar

Peran guru sebagai sumber belajar merupakan peran yang sangat

penting. Peran sebagai sumber belajar berkaitan erat dengan

penguasaan materi pelajaran. Hal ini bisa dinilai baik atau tidaknya

seorang guru hanya dari penguasaan materi pelajaran. Dikatakan guru

yang baik manakala ia dapat menguasai pelajaran dengan baik sehingga

guru benar-benar berperan sebagai sumber belajar bagi anak didiknya.

b. Guru sebagai fasilitator

Seagai fasilitator, guru berperan dalam memberikan pelayanan

untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran. Sebagai

fasilitator, guru dituntut agar mempunyai kemampuan dalam


16

berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa. Hal ini sangat penting

karena kemampuan berkomunikasi secara efektif dapat memudahkan

siswa menangkap pesan sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar

mereka.

c. Guru sebagai pengelola

Sebagai pengelola pembelajaran (learning manager), guru

berperan dalam menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa

belajar secara nyaman. Melalui pengelolaan kelas yang baik, guru dapat

menjaga kelas agar tetap kondusif untuk terjadinya proses belajar

seluruh siswa.

d. Guru sebagai demonstrator

Peran guru sebagai demonstrator adalah peran untuk menunjuk-

kan kepada siswa segala sesuatu yang dapat membuat siswa lebih

mengerti dan memahami setiap pesan yang disampaikan.

e. Guru sebagai pembimbing

Agar guru berperan sebagai pembimbing yang baik, maka ada

beberapa peran yang harus dimiliki, diantaranya: pertama, guru harus

memiliki pemahaman tentang anak yang sedang dibimbingnya. Kedua,

guru harus memahami dan terampil dalam merencanakan, baik

merencanakan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai maupun

merencanakan proses pembelajaran.

f. Guru sebagai motivator

Dalam proses pembelajaran, motivasi merupakan salah satu

aspek dinamis yang sangat penting. Sering terjadi oleh siswa yang
17

kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya yang kurang,

tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi untuk belajar, sehingga siswa

tidak berusaha untuk mengerahkan semua kemampuannya. Dengan

demikian, bisa dikatakan siswa yang berprestasi rendah belum tentu

disebabkan oleh kemampuannya yang rendah pula, tetapi bisa

disebabkan oleh tidak adanya dorongan atau motivasi.

g. Guru sebagai evaluator

Sebagai evaluator, guru berperan untuk mengumpulkan data

atau informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan.

Terdapat dua fungsi dalam memerankan perannya sebagai evaluator.

Pertama, untuk menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan

yang telah ditentukan atau menentukan keberhasilan siswa dalam

menyerap materi kurikulum. Kedua, untuk menentukan keberhasilan

guru dalam melaksanakan seluruh kegiatan yang diprogramkan.12

2. Pengertian Guru

Seorang guru atau pendidik mempunyai peran yang sangat penting

dalam upaya membentuk watak bangsa melalui pengembangan

kepribadian.

Guru adalah salah satu komponen terpenting dari pendidikan

karena gurulah sebenarnya pemain yang paling menentukan didalam

proses belajar mengajar. Guru memiliki tugas yang berat namum mulia.

Pada dirinya tertumpu beban dan tanggung jawab untuk mempersiapkan

masa depan yang lebih baik. Di tangan guru yang cekatan, fasilitas dan

12
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Prenadamedia grup, 2016),
hal. 21-31
18

sarana yang kurang memadai dapat diatasi. Tetapi sebaliknya, di tangan

guru yang kurang cakap, sarana dan fasilitas yang canggih tidak banyak

memberi manfaat.13

B. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar yang terencana dalam

menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

mengimani ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntunannya untuk

menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan

kerukuknan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan

bangsa.14 Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar yang dilakukan

pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini,

memahami dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan,

pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan.15

Zuhairimi mengartikan Pendidikan Agama Islam sebagai asuhan-

asuhan secara sistematis dalam membentuk anak didik supaya mereka

hidup sesuai dengan ajaran Islam.16 Menurut Zakiyah Daradjat pendidikan

agama Islam adalah suatu usaha dan asuhan terhadap anak didik agar

nantinya setelah selesai dari pendidikan dapat memahami apa yang

terkandung didalam ajaran agama Islam secara keseluruhan, menghayati


13
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 2000), hal. 48.
14
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 130.
15
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 183.
16
Zuhairimi, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Offset Printing,
1981), hal. 25.
19

makna dan maksud serta tujuannya dan pada akhirnya dapat

mengamalkannya serta menjadikan ajaran-ajaran agama Islam yang telah

dianutnya itu sebagai pandangan hidupnya sehingga dapat mendatangkan

keselamatan dunia dan akhirat kelak.17

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan

Agama Islam adalah merupakan usaha sadar dan terencana dalam rangka

untuk mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami dan

mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau

pelatihan yaang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan serta menjadikan ajaran-ajaran agama Islam yang telah

dianutnya itu sebagai pandangan hidupnya sehingga dapat mendatangkan

keselamatan dunia dan akhirat kelak.

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam di sekolah bertujuan untuk

menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan

pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengalaman peserta didik tentang

agama Islam, sehingga menjadi muslim yang terus berkembang dalam hal

keimanan, ketakwaan, berbangsa dan bernegara.18 Tujuan Pendidikan

Agama Islam menurut Ramayulis secara umum adalah untuk

meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan

peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim

17
Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hal. 38.
18
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,
(Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 135.
20

yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt serta berakhlak mulia dalam

kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.19

Tujuan pendidikan dapat dibagi menjadi tujuh tahapan sebagai

berikut:

a. Tujuan Pendidikan Islam secara Universal

Rumusan tujuan pendidikan yang bersifat universal dapat

dirujuk pada hasil kongres sedunia tentang pendidikan Islam yang

dirumuskan dari berbagai pendapat para pakar pendidikan seperti al-

Attas, al-Abrasy, Munir, Mursi Ahmad D. Marimba, Muhammad Fadhil

al-Jamali Mukhtar Yahya, Muhammad Quthb dan sebagainya.

Rumusan tujuan pendidikan pendidikan tersebut adalah sebagai berikut:

Pendidikan harus ditujukan untuk menciptakan keseimbangan

pertumbuhan kepribadian manusia secara meyeluruh dengan cara

melatih jiwa, akal pikiran, perasaan dan fisik manusia. Dengan

demikian, pendidikan harus mengupayakan tumbuhnya seluruh potensi

manusia, baik yang bersifat spiritual, intelektual, daya khayal, fisik,

ilmu pengetahuan, maupun bahasa baik secara perorangan maupun

kelompok dan mendorong tumbuhnya seluruh aspek tersebut agar

mencapai kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan akhir pendidikan

terletak pada terlaksananya pengabdian yang penuh kepada Allah, pada

tingkat perorangan, kelompok maupun kemanusiaan dalam arti yang

seluas-luasnya.20

b. Tujuan Pendidikan Islam secara Nasional

19
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), hal.
22.
20
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet. I, hal. 61-62.
21

Yang dimaksud dengan tujuan pendidikan Islam nasional ini

adalah tujuan pendidikan Islam yang dirumuskan oleh setiap Negara

Islam. Dalam hal ini maka setiap Negara Islam merumuskan tujuan

pendidikannya dalam mengacu kepada tujuan universal. Tujuan

pendidikan Islam secara nasional di Indonesia, secara eksplisit belum

dirumuskan, karena Indonesia bukanlah negara Islam. Dengan

demikian, tujuan pendidikan Islam nasional dirujuk kepada tujuan

pendidikan nasional yang terdapat dalam undang-undang nomor 20

tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional sebagai berikut:

Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.21

c. Tujuan Pendidikan Islam secara Institusional

Yang dimaksud dengan tujuan pendidikan Islam institusional ini

adalah tujuan pendidikan yang dirumuskan oleh masing-masing

lembaga pendidikan Islam, mulai dari tingkat taman kanak-kanak,

sampai dengan perguruan tinggi.22

Pada tujuan Institusional ini bentuk insan kamil dengan pola

takwa sudah kelihatan meskipun dalam ukuran sederhana, pola takwa

itu harus kelihatan dalam semua tingkat pendidikan Islam. Karena itu

21
Abd. Rozak, Fauzan dan Ali Nurdin, Kompilasi Undang-undang & Peraturan Bidang
Pendidikan, (Jakarta: FITK PRESS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 2010), hal. 6.
22
Abuddin Nata, op. cit., hal. 64.
22

setiap lembaga pendidikan Islam harus dapat merumuskan tujuan

pendidikan Islam sesuai dengan tingkatan jenis pendidikannya.23

d. Tujuan Pendidikan Islam pada Tingkat program Studi (kurikulum)

Tujuan Pendidikan Islam pada tingkat program studi adalah

tujuan pendidikan yang disesuaikan dengan program studi. Rumusan

tujuan pendidikan Islam pada tingkat kurikulum ini mengandung

pengertian bahwa proses pendidikan agama Islam yang dilalui dan

dialami oleh siswa di sekolah, dimulai dari tahapan kognisi, yakni

pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap ajaran dan nilai-nilai yang

terkandung dalam ajaran Islam untuk selanjutnya menuju ke tahapan

afeksi, yakni terjadinya proses internalisasi ajaran dan nilai agama ke-

dalam diri siswa, dalam arti menghayati dan meyakininya.24

e. Tujuan Pendidikan Islam pada Tingkat Mata Pelajaran

Tujuan pendidikan Islam pada tingkat mata pelajaran yaitu

tujuan pendidikan yang didasarkan pada tercapainya pemahaman,

penghayatan dan pengalaman ajaran Islam yang terdapat pada bidang

studi atau mata pelajaran tertentu, misalnya tujuan mata pelajaran tafsir

yaitu peserta didik dapat memahami, menghayati dan mengamalkan

ayat-ayat Al-Qur’an secara benar, mendalam dan komperhensif.25

f. Tujuan Pendidikan Islam pada Tingkat Pokok Bahasan


23
Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), cet III,
hal.31.
24
Muhaimin Suti’ah dan Nur Ali, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), Cet V, hal. 79.
25
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet. I, hal. 65.
23

Tujuan pendidikan Islam pada tingkat pokok bahasan adalah

tujuan pendidikan yang didasarkan pada tercapainya kecakapan

(kompetensi) utama dan kompetensi dasar yang terdapat pada pokok

bahasan tersebut.

g. Tujuan Pendidikan Islam pada Tingkat Sub Pokok Bahsasan

Tujuan pendidikan Islam pada tingkat sub pokok bahasan adalah

tujuan yang didasarkan pada tercapainya kecakapan yang terlihat pada

indikator-indikator secara terstruktur.26

Dari ketujuh tahapan tentang tujuan pendidikan agama Islam

dapat disimpulkan bahwa tujuan utama pendidikan agama Islam adalah

menanamkan nilai-nilai keagaman agar siswa mempunyai kecakapan

dalam bersikap dan bertindak menjadi manusia yang bertakwa kepada

Allah Swt, berakhlak mulia serta mengamalkan ajaran agamanya.

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa

pendidikan agama Islam bertujuan untuk menumbuhkan dan

meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan

pengetahuan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman peserta didik

tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman

dan bertakwa kepada Allah Swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan

pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Untuk mencapai

tujuan tersebut peserta didik sangat memerlukan sosok yang bisa

membimbing mereka dalam memahami secara keseluruhan tentang

agama Islam. Sosok yang sangat mereka perlukan adalah orang tua atau

26
Ibid., hal. 66.
24

keluarga yang dapat memberikan mereka pendidikan di rumah dan guru

yang dapat memberikan pendidikan pendidikan di sekolah.

3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Ramayulis dalam bukunya Metodologi Pendidikan Agama Islam

mengungkapkan bahwa orientasi pendidikan agama Islam diarahkan

kepada tiga ranah (domain) yang meliputi: ranah kognitif, afektif dan

psikomotoris.27 Ketiga ranah tersebut mempunyai garapan yang masing-

masing penilaian dalam pendidikan agama Islam, yakni nilai-nilai yang

akan diinternalisasi-kan itu meliputi nilai Al-Qur’an, akidah, syariah,

akhlak dan tarikh. Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam di sekolah

umum meliputi beberapa aspek, yaitu: Al-Qur’an dan Hadis, Aqidah

Akhlak, Fikih dan Tarikh atau sejarah kebudayaan Islam. Berikutnya

Pendidikan Agma Islam dilaksanakan sesuai dengan tingkat

perkembangan fisik dan keserasian antara hubungan manusia dengan

Allah dengan alam sekitarnya.

Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

mencakup aspek yang sangat luas, yaitu aspek kognitif (pengetahuan),

aspek afektif dan aspek psikomotorik. Ruang lingkup Pendidikan Agama

Islam adalah untuk mewujudkan keserasian, keselarasan dan

keseimbangan antara:

(1) hubungan manusia dengan Allah Swt; (2) hubungan manusia dengan

dirinya sendiri; (3) hubungan manusia dengan sesama manusia; (4) dan

27
Departemen Agama RI, Pedoman Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum,
(Dirjen Kelembagaan Agama Islam, 2004), hal. 7.
25

hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungan alamnya.28 Pada

saat diberlakukan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), untuk

mata pelajaran pendidikan agama disebut dengan Pendidikan Agama

Islam. Kemudian sejak diberlakukannya Kurikulum 2013, untuk mata

pelajaran agama disebut dengan Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti. Begitu juga dengan kurikulum terbaru yaitu Kurikulum Merdeka

yang juga disebut dengan Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.

Sebagian sekolah masih ada yang menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) dan sebagiannya sudah menerapkan Kurikulum 2013.

Sedangkan untuk Kurikulum Merdeka pada Sekolah Dasar hanya kelas 1

dan kelas 4 yang sudah mulai menerapkan.

Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam untuk mewujudkan

keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara empat hubungan yang

telah disebut di atas, tercakup dalam pengelompokkan kompetensi dasar

Kurikulum Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yang tersusun

dalam beberapa materi pelajaran, baik Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah,

Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah maupun Sekolah

Mene-ngah Atas/Madrasah Aliyah dan Sekolah Menengah

Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan. Adapun materi atau mata pelajaran

tersebut adalah:

a. Al-Qur’an Hadist; menekankan pada kemampuan membaca, menulis

dan menerjemahkan dengan baik dan benar;

28
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), hal.
23.
26

b. Aqidah atau keimanan; menekankan pada kemampuan memahami dan

mempertahankan keyakinan serta menghayati dan mengamalkan nilai-

nilai asmaul husna sesuai dengan kemampuan peserta didik;

c. Akhlak; menekankan pada pada pengalaman sikap terpuji dan

menghindari akhlak tercela;

d. Fiqih atau ibadah; menekankan pada cara melakukan ibadah dan

mu’amalah yang baik dan benar; dan

e. Tarikh dan Sejarah Kebudayaan Islam; menekankan pada kemampuan

mengambil pelajaran (ibrah) dari peristiwa-peristiwa bersejarah (islam),

meneladani tokoh-tokoh muslim yang berprestasi dan mengaitkannya

dengan fenomena-fenomena sosial untuk melestarikan dan

mengembembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.29

C. Kemampuan Membaca Al-Qur’an

1. Pengertian Kemampuan

Kemampuan berasal dari kata “mampu´yang mendapat awalan

“ke” dan akhiran “an”, sehingga menjadi kata benda abstrak

“kemampuan” yang mempunyai arti kesanggupan atau kecakapan. 30

Adapun yang dimaksud “kemampuan” dalam tulisan ini adalah

kesanggupan atau kecakapan yang berkaitan dengan keterampilan

membaca Al-Qur’an dengan baik, lancar dan benar.

2. Pengertian Membaca

Membaca adalah melihat tulisan dan mengerti atau dapat

melisankan yang tertulis. Membaca dapat pula diartikan sebagai suatu

29
Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan nomor 69 tahun 2013
30
W.J.S. Poerwadarwinta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2010), hal. 628.
27

metode yang digunakan untuk berkomunikasi dengan diri sendiri dan

terkadang dengan orang lain yaitu dengan mengkomunikasikan makna

yang terkandung atau tersirat pada lambang-lambang tertulis. Membaca

juga arti sebagai suatu proses untuk memahami yang tersirat dalam

bacaan, melihat pikiran yang terkandung di dalam kata yang tertulis.31

Umat islam harus punya kepedulian yang tinggi terhadap Al-

Qur’an sebagaimana telah tercermin dari sikap Rasulullah saw terhadap

para tawanan perang badar yakni sebagai tebusan agar mereka terbebas

dari tawanan, mereka yang mampu membaca dan menulis diharuskan

mengajari umat Islam tentang pelajaran-pelajaran membaca dan menulis.

Dengan demikian jelaslah bahwa sebagai umat manusia beragama dituntut

agar mampu membaca dan mennulis dengan benar, maka mutlak harus

belajar sampai mampu atau terampil agar tidak terjadi kesalahan persepsi

terhadap apa yang dibaca tersebut. Jadi yang dimaksud kemampuan

membaca disini adalah kemampuan siswa untuk membaca atau

mengucapkan huruf-huruf hijaiyah dan rangkaian huruf-huruf dalam Al-

Qur’an.

3. Pengertian Al-Qur’an

Dari segi bahasa, Al-Qur’an berasal dari bahasa Arab yaitu bentuk

jamak dari kata benda atau masdar dari kata kerja qara’a, yaqra’u,

qur’anan yang artinya adalah “bacaan” sesuatu yang dibaca berulang-

ulang. Al-Qur’an secara istilah berarti kitab suci umat Islam yang

didalamnya berisi firman Allah Swt yang diturunkan kepada Rasulullah

31
Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Keterampilan Berbahasa, (Bandung: CV
Angkasa, 2008), hal. 42.
28

saw sebagai mukjizat. Al-Qur’an disampaikan dengan jalan mutawatir dari

Allah Swt dengan perantara Malaikat Jibril kepada nabi Muhammad saw

dan membacanya bernilai ibadah.32

4. Pengertian membaca Al-Qur’an

Membaca adalah suatu usaha mengelola bahan bacaan atau yang

berupa simbol atau tulian yang berisi pesan dari seoang guru. 33 Dalam

ajaran Islam membaca yang terpenting adalah sesuatu yang bermanfaat

baik di dunia maupun di akhirat, membaca yang sangat dianjurkan dan

diperintahkan oleh Allah Swt adalah membaca Al-Qur’an. Dari hadits

Nabi saw:

‫ص َّل اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬


َ ُ‫ت َر ُس ْو َل اهلل‬
ِ َ َ‫عن َأيِب ُأمامةَ ر ِضي اهلل عْنه ق‬
ُ ‫ال مَس ْع‬ َُُ َ َ ََ َْ
‫ َر َواهُ ُم ْسلِ ْم‬.‫َأِلص َحابِِه‬ ِ ِ ِ َ َ‫ق‬
ْ ‫ ا ْقَرُؤ ْوا الْ ُق ْرآ َن فَِإنَّهُ يَْأيِت ْ َي ْو َم الْقيَ َامةَ َشفْي ًعا‬:‫ال‬
Artinya: “Dari Abu Umamah radhiallahu’anhu, ia berkata: saya

mendengar Rasulullah saw bersabda: “bacalah Al-Qur’an

karena ia akan datang memberi syafa’at kepada para

pembacanya pada hari kiamat nanti” (HR. Muslim)34

Membaca Al-Qur’an merupakan ibadah bagi orang yang

membacanya. Di samping itu juga bahwa Al-Qur’an sebagai nama kalam

Allah Swt menunjukkan bahwa Al-Qur’an terjaga dan terpelihara dari

turun sampai hari kiamat nanti. Oleh karena itu, Al-Qur’an harus tetap

dibaca, dipelajari dan diamalkan kemudian setelah itu didakwahkan

32
Mardan, Al-Qur’an sebuah pengantar, (Jakarta: Mazhab Ciputat, 2010), hal. 34.
33
Oemar Hamalik, Teknik Pengukuran dan Evaluasi Pendidikan, (Bandung: Mandar
Maju, 1989), hal. 4.
34
Nurul Huda M.Pd.I, Kursus Alquran Al falah .https://www.kursusalfalah.com.
2017/07/21.
29

Menurut suatu riwayat dari sayidina Ali ra yang dimaksud tartil

adalah memperbaiki atau memperindah bacaan huruf hijaiyah yang

terdapat di dalam Al-Qur’an dan mengerti hukum-hukum ibda dan

waqaf.35

Berdasarkan pengertian di atas dapat disampaikan bahwa

perbedaan qira’at dengan tajwid yaitu, qira’at adalah cara pengucapan

lafaz-lafaz Al-Qur’an yang berkenaan dengan substansi lafaz kalimat

ataupun dialek bahasa. Sedangkan tajwid yaitu kaidah-kaidah yang bersifat

teknis dalam upaya memperindah bacaan Al-Qur’an dengan membunyikan

huruf-huruf tersebut sesuai dengan makhraj beserta sifat-sifatnya.36

Membaca Al-Qur’an dengan benar minimal huruf dan harakatnya

dapat diucapkan dengan sempurna sekalipun tajwid tidak dikuasai

sepenuhnya. Bahasa Al-Qur’an adalah bahasa arab. Apabila salah satu

dalam peletakkan (pengucapan) harakatmya kurang tepat maka dapat

berubah total.37 Sebagai manusia beragama selalu dituntut untuk senantiasa

membaca dalam arti membaca ayat-ayat atau tanda-tanda kebesaran Allah

Swt di muka bumi ini. Bahkan ayat-ayat Al-Qur’an sendiri yang pertama

kali diturunkan adalah perintah kepada umat manusia untuk membaca dan

menulis.

Sebagaimana telah difirmankan oleh Allah Swt dalam Al-Qur’an

surah Al-‘Alaq:

35
Ahmad Munir dan Sudarsono, Ilmu Tajwid dan Seni Baca Alquran, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1994), hal. 9.
36
Ibid., hal. 118.
37
Khuram Murad, Generasi Qur’ani Meneti Jalan Dan Menyikapi Kalam Allah,
(Surabaya: Risala Gusti, 1992), hal. 53.
30

٣ ‫ اِ ْق َرْأ َو َربُّكَ ااْل َ ْك َر ۙ ُم‬٢ ‫ق‬


ٍ ۚ َ‫ق ااْل ِ ْن َسانَ ِم ْن َعل‬ َ َ‫ خَ ل‬١ ‫ق‬ َ ۚ َ‫ك الَّ ِذيْ خَ ل‬ َ ِّ‫اِ ْق َرْأ بِاس ِْم َرب‬
٥ ‫ عَلَّ َم ااْل ِ ْن َسانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ۗ ْم‬٤ ‫الَّ ِذيْ عَلَّ َم بِ ْالقَلَ ۙ ِم‬
Artinya: “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah
menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dengan
segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang maha
Pemurah. Yang mengajarkan (manusia) dengan perantara
kalam (pena). Dia mengajari kepada manusia apa yang
belum diketahuinya”. (Q.S Al-‘Alaq: 1-5).38

Adapun yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan

membaca Al-Qur’an. Kemampuan membaca yang baik dan benar itu tidak

boleh meninggalkan kaidah-kaidah ilmu tajwid.

5. Tujuan membaca Al-Qur’an

Tujuan utama dalam membaca Al-Qur’an adalah mencari serta

memahami informasi merangkap isi dan memahami bacaan. Membaca

juga adalah kunci ilmu pengetahuan bagi seseorang. Dengan membaca,

orang akan memiliki ilmu pengetahuan yang luas, pemikiran yang kritis

serta dapat mengetahui kebenaran dan fakta. Sehingga dapat membedakan

antara yang benar dan yang salah.

Sebagaimana apa yang akan dibahas dalam peneliltian ini tentang

kemampuan membaca Al-Qur’an, maka tujuan dari membaca Al-Qur’an

itu sendiri adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt karena Al-

Qur’an sendiri dikalangan umat Islam merupakan bacaan utama dikala

susah maupun senang. Karena membaca Al-Qur’an itu sendiri menurut

Rasulullah saw yaitu memberikan apresiasi dan motivasi giat untuk

membacanya.

38
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV
Penerbit Diponegoro, 2005), hal. 597.
31

6. Unsur-unsur kemampuan membaca Al-Qur’an

Berdasarkan pada kompetensi jenjang pendidikan dari kurikulum

PAI salah satunya adalah kemampuan membaca Al-Qur’an dengan benar.

Kemampuan tersebut ditekankan pada kemampuan membaca Al-Qur’an

dengan penerapan tajwid.

Kemampuan membaca Al-Qur’an terpenting bagi siswa tersebut

terutama pada kelancaran membaca tajwid yang meliputi makharijul huruf,

hukum mad, hukum bacaan qalqalah dan waqaf.

7. Indikator kemampuan membaca Al-Qur’an

Kemampuan merupakan daya untuk melakukan sesuatu tindakan

sebagai hasil dari pembawaan latian. Kemampuan menunjukkan bahwa

suatu tindakan dapat dilakukan sekarang atau pada masa yang akan datang

setelah melalui proses pengembangan dan latihan. Adanya proses

pembelajaran Al-Qur’an secara tidak langsung untuk menunjukkan bahwa

akan ada perubahan yang terjadi pada siswa dalam kemampuannya

membaca Al-Qur’an. Sebagaimana yang telah diungkapkan diatas bahwa

ketika adanya proses pembelajaran khususnya pembelajaran Al-Qur’an,

maka siswa akan memperoleh setidaknya tiga pokok dari hasil

pembelajaran tersebut, yaitu:

a. Kemampuan dasar dalam membaca dan menulis Al-Qur’an dengan baik

dan benar.

b. Kemampuan untuk menghafal surat-surat pendek.

c. Pemahaman kandungan surat-surat pendek.39

39
Usman Abu Bakar dan Suhorim, Fungsi Ganda Lembaga Pendidikan Agama Islam,
(Yogyakarta: Safira Insania Press, 2005), hal. 52.
32

Jadi, indikator kemapuan membaca Al-Qur’an adalah kesanggupan

siswa dalam membaca Al-Qur’an dengan baik, lancar dan benar sesuai

dengan kaidah ilmu tajwid serta memahami kalam Allah Swt yang

diturunkan kepada nabi Muhammad saw. Tujuan pendidikan merupakan

inti dan sangat penting dalam menentukan isi serta arah pendidikan yang

diberikan. Pendidikan agama Islam bertujuan meningkatkan keyakinan,

pemahaman, penghayatan dan pengalaman siswa tentang agama Islam

sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada

Allah Swt serta berakhlaq mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara serta melanjutkan pendidikan pada jenjang yang

lebih tinggi. Agar tujuan pendidikan agama Islam dapat tercapai dengan

baik, maka kemampuan membaca Al-Qur’an pada siswa sangat diperlukan

sebagai hal yang paling penting dalam pendidikan agama Islam.

8. Cara membaca Al-Qur’an

Cara membaca Al-Qur’an yang baik dan benar tidak boleh

meninggalkan kaidah-kaidah ilmu tajwid. Disamping ilmu tajwid ada juga

cara mengucapkan lafaz Al-Qur’an yang disebut qira’at. Adapun

pengertian qira’at dan tajwid sebagai berikut:

a. Pengertian qira’at

Qira’at adalah cara mengucapkan lafaz Al-Qur’an sebagaimana

diucapkan nabi yang men-taqrirkannya. Qira’at Al-Qur’an diperoleh

berdasarkan periwayatan dari nabi Muhammad saw baik secara fi’liyah

maupun secara taqririyah. Qira’at Al-Qur’an adakalanya hanya

memiliki satu versi qira’at dan adakalanya juga memiliki beberapa versi
33

qira’at. Misalnya berbeda harakat atau syakal dan berubah makna akan

tetapi bentuk tulisannya tidak berubah.40

b. Pengertian tajwid

Menurut bahasa tajwid berarti at-tahsin atau membaguskan,

sedangkan menurut istilah yaitu mengucapkan setiap huruf Al-Qur’an

sesuai dengan makhrajnya menurut sifat-sifat huruf yang mesti

diucapkan baik berdasarkan sifat asalnya maupun berdasarkan sifat

yang baru.

Sedangkan ilmu tajwid adalah ilmu pengetahuan tentang tata

cara serta aturan-aturan membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar.41

9. Metode-metode membaca Al-Qur’an

a. Metode iqro’

Metode iqro’ adalah suatu metode membaca yang menekankan

langsung pada latihan membaca. Adapun buku panduan iqro’ ada enam

jilid dimulai dari tingkat yang sederhana, tahap demi tahap sampai pada

tingkat yang sempurna.

b. Metode al-baghdad

Metode al baghdad merupakan metode tersusun (tarkibiyah),

maksudnya yaitu suatu metode yang tersusun secara berurutan dan

merupakan sebuah proses ulang atau lebih kita kenal dengan metode

alif, ba’, ta’. Fokus saja pada dua huruf yaitu mati dan hidup, adapun

huruf pertama cara mengejanya sama.

40
Hasanudin A.F, Anatomi Al-Qur’an: Perbedaan Qira’at Dam Pengaruhnya
Terhadap Istimbath Hukum Dalam Al-Qur’an, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 1995), hal. 114.
41
H. Muhammad Ikhwan Abdul Jalil dkk, Panduan Ilmu Tajwid, (Departemen
Pembinaan, Pengajaran dan Tahfidzul Qur’an Muslimah Wahdah Islamiyah Pusat, 2017), hal. 13.
34

c. Metode jibril

Metode ini sebagai teknik dasar metode jibril bermula dengan

membaca satu ayat atau lanjutan ayat atau waqaf lalu ditirukan oleh

seluruh orang-orang yang mengaji. Sehingga mereka dapat menirukan

guru dengan pas. Metode jibril terdapat 2 tahap yaitu tahqiq dan tartil.

Contohnya dengan membaca satu ayat atau lanjutan ayat atau waqaf

lalu ditirukan oleh seluruh orang yang mengaji.

d. Metode qiro’ati

Metode qiro’ati merupakan metode pengajaran dan

pembelajaran Al-Qur’an secara tartil, bertajwid dan dibaca langsung

tanpa dieja. Metode qiro’ati banyak digunakan di taman pendidikan Al-

Qur’an karena dianggap sebagai salah satu metode baca tulis Al-Qur’an

yang paling praktis dan efektif. Dengan menggunakan metode qiro’ati,

maka pembelajaran baca tulis Al-Qur’an bisa dilakukan dengan mudah.

Penerapan metode qiro’ati dalam membaca Al-Qur’an harus diterapkan

secara tartil dengan memperhatikan kaidah illmu tajwid.

e. Metode al-barqi

Metode al-barqi adalah metode dalam mendalami dan

memahami tata bahasa arab dan memberikan makna dengan efektif dan

efisien. Al-barqi menampilkan cara belajar mendalami dan membaca

Al-Qur’an dengan cepat. Maka dari itu metode ini dinamakan al-barqi

(kilat). Contohnya, guru meminta siswa satu persatu untuk membaca


35

huruf-huruf tersebut dengan cara guru menunjukkan huruf-huruf

tersebut dengan tidak teratur.42

10. Syarat-syarat Membaca Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan untuk Nabi

Muhammad saw melalui perantara malaikat Jibril, sehingga ketika orang

akan membaca Al-Qur’an juga harus dalam keadaan suci dari hadas, baik

hadas besar maupun hadas kecil. Ketika seseorang membaca Al-Qur’an

akan dijamin mendapatkan pahala dari Allah Swt.

Membaca dalam bahasa arabnya qira’at yaitu jamak dari qir’ah

yang merupakan masdar dari kata qara’a yang mempunyai arti bacaan.43

Al-Qur’an dikatakan shahih memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Bacaan itu sesuai dengan salah satu mushaf usmani, jangan

bertentangan dengannya.

b. Diterima dan disampaikan kepada kita secara mutawatir.

c. Sesuai dengan bahasa Arab. Artinya jangan sampai bacaan itu

bertentangan dengan kaidah bahasa Arab.44

Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad saw melalui malaikat Jibril.45 Ketika kita sudah mahir dalam

membaca dan mahir mengetahui isi Al-Qur’an, kita juga harus

42
Abdul Hamid, Pengantar Studi Al-Qur’an, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), hal.
33.
43
Kadar M. Yusuf, Studi Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah, 2012), hal. 45.
44
Arif Tri Setiawan, Pengenalan dan Pembelajaran Cara Membaca Al-Qur’an (Ilmu
Tajwid) Berbasis Mobile Android, Teknik Informatika Fakultas Komunikasi dan Informatika
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012
45
Ahmad Nashir dan Abdul Halib, Sistem Pembinaan Halaqah Terhadap Kecerdasan
Emosional Santri, Tarbawi I, no. 2 (t.t): 85-93
36

mengetahui pencetakannya. Apakah sudah shahih ataukah belum, apakah

Al-Qur’an itu sesuai dengan mushaf usmani ataukah belum.

Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang dijaga dan dijamin

kemurniannya oleh Allah Swt. Takdir dan kehendak Allah Swt berjalan

dalam penjagaan Al-Qur’an. ketika ayat-ayat Al-Qur’an turun kepada

nabi Muhammad saw, beliau membacakan di depan para sahabat dan

memerintahkan untuk mencatatnya.

11. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca Al-Qur’an

Kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam

harus memperhatikan akan berbagai faktor. Diharapkan keberadaan

faktor-faktor ini akan sangat menentukan dan memberi pengaruh

terhadap kelancaran proses belajar mengajar. Untuk itu, apabila salah

satu faktor kurang mendukung, maka segera dicarikan jalan keluarnya

atau diperbaiki karena semua itu akan memberikan pengaruh terhadap

keberhasilan pendidikan. Kemudian apabila ada faktor yang sudah

memenuhi syarat atau cukup menunjang akan pencapaian terhadap

kemampuan membaca Al-Qur’an, maka yang demikian itu harus

diperhatikan dan ditingkatkan agar peranan dan fungsinya selalu berjalan.

Pada akhirnya, proses mengajar pun berjalan dengan lancar serta

tujuan akan kemampuan membaca Al-Qur’an pun diharapkan dapat

tercapai hasil secara umum.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca Al-

Qur’an diantaranya:
37

a. Kemampuan membedakan huruf.

b. Kemampuan mengetahui antara lambang dan bunyinya.

c. Kemampuan mengenal kata, baik di dalam kalimat atau tidak.

d. Kemampuan memahami makna kata sesuai dengan konteks.

e. Kemampuan dalam ketelitian membaca dan kelancaran membaca.

f. Kemampuan tingkat intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak

secara terarah, berpikir secara rasional dan menghadapi lingkungan

secara efektif.

g. Kemampuan sikap dan minat, sikap biasanya ditunjukkan oleh rasa

senang dan tidak senang, sedangkan minat merupakan kecenderungan

dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap

sesuatu.

Mengukur kemampuan membaca bahasa Arab adalah memahami

teks bacaan bahasa Arab, akan tetapi ada yang menambahnya dengan

mengukur kemampuan kebenaran membaca yang meliputi kebenaran

dalam membaca.46

Pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mengukur

kemampuan dan memahami teks bacaan bahasa Arab harus dengan suara

keras dan memahami. Selain itu, ketika membaca Al-Qur’an juga harus

mengetahui ilmu tajwid.

46
Zakiyah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
2004), hal. 64.
38

D. Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Peningkatan Kemampuan

Membaca Al-Qur’an

1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam

Peran guru sebagai pendidik profesional sesungguhnya sangat

kompleks, tidak terbatas pada saat berlangsungya interaksi edukatif di

dalam kelas.47 Pengertian guru dapat diartikan sebagai pemimpin yang

digugu dan ditiru, guru merupakan faktor yang menentukan terhadap yang

menentukan terhadap keberhasilan dan melaksanakan tugasnya sebagai

pendidik.

Guru adalah sosok manusia yang mempunyai jiwa kepemimpinan-

nya terhadap peserta didiknya. Guru dan peserta didik mempunyai

keterbatasan ketika didalam kelas peserta didik akan mempunyai rasa

sungkan dan sopan terhadap guru.

Dilihat dari ilmu pendidikan Islam, maka secara umum untuk

menjadi guru yang baik dan diperkirakan dapat memenuhi tanggung jawab

yang dibebankan kepadanya hendaknya bertakwa kepada Allah, berilmu,

sehat jasmani dan rohaninya, baik akhaknya, bertanggung jawab dan

berjiwa nasional.

Ustadz adalah sebutan juga untuk seorang guru. Ustadz biasa

digunakan untuk memanggil seorang profesor.48 Ini mengandung makna

bahwa seorang guru dituntut untuk komitmen terhadap profesionalisme

dalam mengemban tugasnya. Jika seseorang dikatakan profesional maka

47
Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2014), hal. 15.
48
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2012), hal. 44.
39

orang tersebut mempunyai sikap deduktif yang tinggi terhadap tugasnya,

sikap komitmen terhadap mutu proses dan hasil kerjanya, yakni selalu

berusaha memperbaiki dan memperbaharui model-model atau cara-cara

kerjanya sesuai dengan perkembangan zaman

Allah berfirman dalam surat Al-Mujadalah ayat 11 yang berbunyi:

‫ح هّٰللا ُ لَ ُك ۚ ْم َواِ َذا قِ ْي َل‬


ِ ِ ِ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِ َذا قِ ْي َل لَ ُك ْم تَفَ َّسحُوْ ا فِى ْال َم ٰجل‬
‫س فَا ْف َسحُوْ ا يَ ْف َس‬
‫ت َوهّٰللا ُ بِ َما‬ٍ ۗ ‫ا ْن ُش ُزوْ ا فَا ْن ُش ُزوْ ا يَرْ فَ ِع هّٰللا ُ الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا ِم ْن ُك ۙ ْم َوالَّ ِذ ْينَ اُوْ تُوا ْال ِع ْل َم َد َر ٰج‬
١١ ‫تَ ْع َملُوْ نَ خَ بِ ْي ٌر‬
Artinya: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu

dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.

Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Q.S Al-

Mujadalah: 11).49

Ayat di atas mengandung arti bahwa ketika seseorang ingin

berusaha agar orang tersebut bisa, maka Allah akan meninggikan

derajatnya dan ketika orang tersebut mau membagikan ilmunya maka

Allah juga akan meninggikan derajatnya.

Pendidikan Islam secara etimologi ada tiga kata (tern) yang

digunakan, yaitu tarbiyah, ta’lim dan ta’dib.50 Menurut Dzakiyah Darajat,

pendidikan Islam didefinisikan dengan suatu usaha untuk membina dan

mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam

secara menyeluruh.

49
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV
Penerbit Diponegoro, 2005), hal. 543.
50
Sri Andri Astuti, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandar Lampung: Anugerah Utama
Raharja, 2013), hal. 19.
40

Jadi, pendidikan Islam itu mengandung arti perkembangan

pengetahuan sehingga seseorang menjadi tahu mana yang baik dan mana

yang tidak baik.

2. Macam-macam Peranan Guru Pendidikan Agama Islam

Peranan guru Pendidikan Agama Islam merupakan peranan yanag

sangat penting peserta didik. Guru Pendidikan Agama Islam juga harus

memberikan contoh-contoh yang baik agar dapat ditiru oleh peserta didik.

Peranan guru Pendidikan Agama Islam dapat diuraikan berbagai macam

seperti ustadz, mu’alim, murabby, mursyid, mudarris dan mu’addib.

Dari beberapa macam-macam peranan dia atas dapat diuraikan

sebagai berikut:

a. Ustadz adalah orang yang mempunyai komitmen yang profesionalitas

yang sudah melekat pada dirinya.

b. Mu’alim adalah orang yang sudah menguasai ilmu dan mampu untuk

mengembangkannya dan fungsinya dalam kehidupan sehari-hari.

c. Murabby adalah orang yang mendidik dan menyiapkan peserta

didiknya untuk berkreasi serta mengatur dan memelihara hasil

kreasinya agar tidak menimbulkan mala petaka bagi dirinya dan

masyarakat di sekitarnya.

d. Mursyid adalah orang yang menjadi pusat panutan bagi peserta

didiknya.

e. Mudarris adalah orang yang memiliki kepekaan intelektual dan

informasi serta memperbaharui pengetahuan dan keahliannya dengan

terus menerus.
41

f. Mu’addib adalah orang yang mampu menyiapkan peserta didik untuk

bertanggung jawab dengan berkualitas di masa depan.

Dari pemaparan di atas bahwa peranan guru Pendidikan Agama

Islam mampu dalam membimbing peserta didiknya harus bisa mengatasi

peserta didik yang belum mahir membaca agar peserta didik dapat

memahami pelajaran yang sudah dijelaskan oleh guru Pendidikan Agama

Islam.51

3. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam

Tugas guru Pendidikan Agama Islam salah satunya adalah

mendidik dan membimbing. Mendidik adalah suatu pekerjaan yang

profesional yang tidak dapat diberikan kepada orang yang tidak

mempunyai kapasitas di-bidang tersebut.

Tugas dan tanggung jawab guru ada 3 (tiga) macam, yaitu:

a. Guru sebagai sebagai pengajar, tugas dan tanggung jawab ini lebih

menekankan pengajaran. Dalam hal ini guru harus mempunyai

pengetahuan, menguasai ilmu dan bahan yang akan diajarkan.

b. Guru sebagai pembimbing, yaitu memberikan tekanan pada tugas dan

memberikan bimbingan berupa bantuan kepada siswa dalam pemecahan

masalah yang dihadapinya.

c. Guru sebagai administrator kelas dan pengelola kelas, tugas ini pada

hakikatnya merupakan jalinan antara ketatalaksanaan bidang pengajaran

dan ketatalaksanaan pada umumnya.52

51
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2012), hal. 44.
52
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Ofset,
2002), hal. 15.
42

Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan

melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan

keterampilan-keterampilan pada peserta didik.

Tugas guru tidak hanya mentransfer ilmu, akan tetapi menjadi

seorang guru harus mampu bersikap yang baik seperti menyayangi murid

dan melindunginya, selain itu guru juga harus mampu bertutur kata yang

baik, berpenampilan yang baik sehingga peserta didik dapat

mencontohnya.

Dilihat dari ilmu pendidikan Islam, maka secara umum untuk

menjadi guru yang baik dan diperkirakan dapat memenuhi tanggung jawab

yang dibebankan kepadanya hendaknya bertakwa kepada Allah Swt,

berilmu, sehat jasmani, baik akhlaknya, bertanggung jawab dan berjiwa

nasional.53

Menjadi seorang guru adalah suri tauladan bagi anak-anaknya

karena seorang guru pasti akan ditiru oleh muridnya. Guru harus

mempunyai sifat humor, berwibawa, adil serta yang terpenting yaitu sabar

dan tenang.

Tugas pendidik yang utama adalah menyempurnakan, membersih-

kan, menyucikan serta membawakan hati manusia untuk mendekatkan diri

(taqarrub) kepada Allah Swt.54

Dari pemaparan di atas bahwasannya tugas utama seorang guru

Pendidikan Agama Islam adalah membimbing dan mengarahkan anak

53
Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hal. 40.
54
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2008),
hal. 90.
43

didiknya menuju kebenaran yang kaitannya yaitu membimbing anak

didiknya membaca Al-Qur’an secara baik dan benar.

4. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam

Kompetensi seorang guru harus dilihat secara menyeluruh

(holistic), tidak hanya dalam hal pengetahuan dan keterampilan mengajar,

namun juga dari sisi manusiawi guru secara utuh. 55 Seseorang guru akan

mempunyai peran secara efektif jika menguasai materi pembelajaran serta

keterampilan mengajar. Selain itu, guru juga harus bisa mengkondisikan

kelas, mampu bersosialisasi di dalam kelas dan rekan kerjanya dan

mempunyai prinsip makna kehidupan di sekolah.

Goble menyatakan bahwa: “profesionalisme guru dan tenaga

kependidikan masih belum memadai utamanya dalam hal bidang

keilmunya. Misalnya guru biologi dapat mengajar kimia atau fisika.

Ataupun guru ips dapat mengajar bahasa Indonesia. Memang jumlah

tenaga pendidik secara kuantitatif sudah cukup banyak, tetapi mutu

profesionalisme belum sesuai dengan harapan”.56

Guru profesionalisme adalah guru yang mahir dalam bidang

segalanya, jadi guru tidak hanya mahir dalam bidangnya saja akan tetapi

harus mampu menguasai dengan segala bidang. Maka ketika proses

pembelajaran akan sangat mudah.

Definisi di atas mengandung arti bahwasannya calon guru harus

mempersiapkan untuk menguasai beberapa pengetahuan, keterampilan

serta kemampuan khusus yang terkait dengan profesinya yaitu menjadi

55
Pupuh Faturrohman dan Aa Suryana, Guru Profesional, (Bandung: Refika Aditama,
2012), Cet I, hal. 38.
56
Ibid., hal. 39.
44

guru, supaya ia dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan memenuhi

keinginan peserta didiknya.

Pengajaran merupakan kiat atau strategi untuk mengaktualkan

pendidikan, sedangkan pendidikan merupakan suatu nilai yang terus

berjalan tanpa henti agar diwujudkan dalam pengajaran.57 Jadi dapat

disimpulkan bahwa guru Pendidikan Agama Islam harus mampu

menguasai tentang keagamaan Islam yaitu bentuk mengadakan

ekstrakulikuler baca tulis Al-Qur’an (BTQ) agar anak didiknya dapat bisa

membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Selain itu, guru Pendidikan

Agama Islam juga melindungi serta memelihara fitrah anak menjelang

dewasa, mengarahkan potensi anak dalam kebaikan dan kesempurnaan

yang layak baginya.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peranan Guru Pendidikan Agama Islam

Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian

khusus sebagai guru.58

Peranan guru Pendidikan Agama Islam dalam konteks pendidikan

Islam meliputi:

a. Sebagai pembimbing pendidik agama harus membawa peserta didik ke

arah kedewasaan berpikir yang kreatif dan inovatif.

b. Sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat setelah peserta

didik tamat belajar di suatu sekolah. Pendidik agama harus membantu

57
Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah, Metode dan Teknik Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Refika Aditama, 2013), hal. 1.
58
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2003), hal. 5.
45

agar alumni yang mempu mangabdikan dirinya dalam lingkungan

masyarakat.

c. Sebagai penegak disiplin pendidik agama harus menjadi contoh dalam

melaksanakan peraturan yang sudah ditetapkan di sekolah.

d. Sebagai administrator seorang pendidik agama harus pula mengerti dan

melaksanakan urusan tata usaha terutama yang berhubungan dengan

administrasi pendidikan.

e. Sebagai suatu profesi seorang pendidik agama harus bekerja profesional

dan menyadari benar-benar pekerjaannya sebagai amanah Allah Swt.

f. Sebagai perencanaan kurikulum maka pendidik agama harus

berpartisipasi aktif dalam setiap penyusunan kurikulum karena dia lebih

tahu kebutuhan peserta didik dan masyarakat tentang masalah

keagamaan.

g. Sebagai pekerja yang memimpin (guidance worker), pendidik agama

harus berusaha membimbing peserta didik dalam pengalaman belajar.

h. Sebagai fasilitator pembelajaran, pendidik agama bertugas

membimbing dalam mendapatkan pengalaman belajar memonitor

kemajuan belajar membantu kesulitan belajar atau melancarkan

pembelajaran.

i. Sebagai motivator, pendidik agama harus dapat memberikan dorongan

dan niat yang ikhlas karena Allah Swt dalam belajar.59

Peranan guru adalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang

saling berkaitan yang dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta

59
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2010), hal.
56.
46

berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan

siswa yang menjadi tujuannya.60

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa ketika menjadi

seorang guru selain membimbing membaca Al-Qur’an juga, karena peserta

didik harus tahu juga tentang akhlakul karimah, sehingga guru Pendidikan

Agama Islam memberikan contoh yang baik, karena peserta didik selalu

gerak-gerik gurunya. Guru adalah sebuah panutan, dengan istilah lain yaitu

digugu dan ditiru, guru juga merupakan seorang pahlawan tanpa tanda jasa

karena ketika menjadi guru yang baik itu ketika mengajar berniat semata-

mata hanya mencari ridha dari Allah Swt.

60
Moh Uzer, op. cit., hal. 4.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat Penelitian atau fokus penelitian ini adalah di SD Negeri

Pasir Wetan Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas tahun

pelajaran 2022/2023.

2. Waktu Penelitian

a. Tahap Persiapan

Tahap ini dimulai dari pengajuan judul penelitian, pembuatan

proposal penelitian dan permohonan izin penelitian kepada pihak

Sekolah Dasar Negeri Pasir Wetan Kecamatan Karanglewas Kabupaten

Banyumas tahun pelajaran 2022/2023.

b. Tahap Penelitian

Tahap ini meliputi semua kegiatan yang berlangsung di

lapangan yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan

instrumen penelitian berupa wawancara (interview), observasi dan

dokumentasi.

c. Tahap Penyelesaian

Tahap ini meliputi penyajian data-data penelitian yang diperoleh

dari instrumen-instrumen penelitian yang digunakan, analisis data-data

penelitian dan penyusunan hasil penelitian sesuai dengan kaidah atau

ketentuan dan tujuan penelitian yang diharapkan.

47
48
48

B. Metode Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah penelitian kualitatif lapangan. Penelitian

kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak

menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya.61

Pengertian di atas menjelaskan bahwa antara penelitian kualitatif dan

kuantitatif sangatlah bertentangan yakni penelitian kuantitatif lebih bernuansa

menonjolkan usaha kuantifikasi apapun yang tidak diperlukan dan tidak

digunakan ketika penelitian kualitatif.

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian lapangan (Field

Research). Penelitian lapangan yang peneliti lakukan adalah di SD Negeri

Pasir Wetan Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas yang bertujuan

untuk mengetahui peranan guru PAI dalam meningkatkan kemampuan

membaca Al-Qur’an di SD Negeri Pasir Wetan Kecamatan Karanglewas

Kabupaten Banyumas.

Sifat penelitian penulis adalah kualitatif deskriptif yaitu “mengadakan

deskripsi untuk memberi gambaran yang lebih jelas tentang situasi sosial”. 62

Berdasarkan sifat penelitian di atas, maka penelitian ini mendeskripsikan

secara sistematis dan faktual peranan guru PAI dalam meningkatkan

kemampuan membaca Al-Qur’an berdasarkan pada data-data yang terkumpul

selama penelitian dan dituangkan dalam bentuk laporan atau uraian.

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif jenis penelitian lapangan

(Field Research) yaitu penelitian tentang status subjek penelitian yang

berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas.

61
Lexy J. Molong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009),
hal. 6.
62
Ibid.,
49

Subjek penelitian ini adalah siswa SD Negeri Pasir Wetan Kecamatan

Karanglewas Kabupaten Banyumas tahun pelajaran 2022/2023.

C. Populasi dan Sampel

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi

social situation atau situasi sosial yang terdiri dari tiga elemen, yaitu: tempat

(place), pelaku (actors) dan aktifitas(activity) yang berinteraksi secara

sinergis.63 Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan teknik

porposive sampling, yakni teknik pengambilan sampel dengan

pertimbangan tertentu sehingga memudahkan peneliti menjelajahi

objek/situasi sosial yang diteliti.64

Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah guru mata

pelajaran pendidikan agama Islam sejumlah 2 orang dan siswa SD Negeri

Pasir Wetan Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas tahun pelajaran

2022/2023 yang berjumlah 394 orang.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan

adalah dengan cara mengajukan pertanyaan kepada subjek dan informan

penelitian yaitu kepala sekolah dan tenaga pendidik mata pelajaran

pendidikan agama Islam perihal kompetensinya dalam melaksanakan

evaluasi pembelajaran. Pertanyaan-pertanyaan tersebut telah disiapkan dan

dibuat kerangka-kerangka sistematik berada di lokasi penelitian.

Selanjutnya pertanyaan yang disampaikan kepada subjek dan informan

63
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2014, hal. 363
64
Ibid., 368
50

dapat berkembang sesuai kejelasan jawaban yang dibutuhkan, meskipun

pertanyaan tersebut tidak tercantum dalam daftar atau list pertanyaan.

Jenis wawancara dapat dibedakan menjadi 2 dua, yaitu:

a. Wawancara terstruktur

Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data

apabila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti

tentang informasi apa saja yang akan diperoleh. Oleh karena itu, dengan

melakukan wawancara, pengambil data telah menyiapkan instrumen

penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif

jawabannya pun telah digunakan.

b. Wawancara tidak terstruktur

Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas di mana

peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun

secara sistematis dan lengkap penyusunan datanya.

2. Observasi

Metode observasi adalah pemilihan, pengubahan, pencatatan dan

pengkodean serangkaian perilaku dan suasana yang berkenaan dengan

organisme sesuai dengan tujuan empiris. “Dalam garis besarnya observasi

dapat dilakukan (1) dengan partisipasi, pengamat sebagai partisipan, (2)

tanpa partisipasi, pengamat menjadi non partisipan.65

Metode observasi adalah observasi non partisipan dikarenakan

dalam kegiatan sehari-sehari, penulis tidak berinteraksi langsung dengan

subjek penelitian.

65
S. Nasution, Metode Research, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hal. 107.
51

Objek penelitian yang diobservasi dalam penelitian kualitatif

dinamakan situasi sosial (social situation) yang terdiri dari tiga komponen,

yaitu tempat (place), pelaku (actor), aktivitas (activity).66 Berdasarkan

teori tersebut, maka hal-hal yang akan diamati dengan menggunakan

metode observasi non partisipan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Tempat atau lokasi subjek penelitian, yaitu SD Negeri Pasir Wetan

Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas

b. Pelaku, yaitu guru PAI SD Negeri Pasir Wetan Kecamatan

Karanglewas Kabupaten Banyumas

c. Aktivitas atau perilaku, yaitu upaya guru PAI dalam meningkatkan

kemampuan membaca Al-Qur’an pada siswa SD Negeri Pasir Wetan

Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas tahun pelajaran

2022/2023

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel

yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat,

legger, agenda dan sebagainya.

Dokumentasi yang peneliti lakukan adalah meminta informasi yang

berbentuk tulisan mengenai SD Negeri Pasir Wetan Kecamatan

Karanglewas Kabupaten Banyumas seperti struktur organisasi

kepengurusam SD Negeri Pasir Wetan Kecamatan Karanglewas

Kabupaten Banyumas, sejarah berdirinya SD Negeri Pasir Wetan, visi dan

misi SD Negeri Pasir Wetan Kecamatan Karanglewas Kabupaten

Banyumas.
66
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2014), hal. 68.
52

E. Instrumen Penelitian

1. Wawancara

Tabel 1. Instrumen wawancara dengan kepala sekolah


No Pertanyaan
1 Sudah berapa lama Ibu menjabat sebagai Kepala Sekolah SD
Negeri Pasir Wetan?
Jawab: …………………………………………………………….
…………………………………………………………….
2 Menurut Ibu, bagaimana kualitas pembelajaran di SD Negeri
Pasir Wetan?
Jawab: …………………………………………………………….
…………………………………………………………….
3 Apakah penempatan guru di SD Negeri Pasir Wetan sudah sesuai
dengan bidangnya masing-masing?
Jawab: …………………………………………………………….
…………………………………………………………….
4 Bagaimana upaya yang dilakukan Ibu untuk meningkatkan
kualitas pengajaran guru terhadap peserta didik, khususnya guru
yang mengajarkan pembelajaran Al-Qur’an?
Jawab: …………………………………………………………….
…………………………………………………………….
5 Apakah masing-masing guru mengajar sesuai dengan latar
belakangnya masing-masing?
Jawab: …………………………………………………………….
…………………………………………………………….

Tabel 2. Instrumen wawancara dengan guru mata pelajaran pendidikan


agama Islam
No Pertanyaan
1 Bagaimana kemampuan membaca Al-Qur’an siswa SD Negeri
53

Pasir Wetan?
Jawab: …………………………………………………………….
…………………………………………………………….
2 Apakah siswa SD Negeri Pasir Wetan khususnya kelas 4-6
mayoritas sudah bisa membaca Al-Qur’an?
Jawab: …………………………………………………………….
…………………………………………………………….
3 Bagaimana cara Ibu meningkatkan kemampuan membaca Al-
Qur’an siswa SD Negeri Pasir Wetan?
Jawab: …………………………………………………………….
…………………………………………………………….
4 Bagaimanakah sikap guru dalam mengatasi peserta didik yang
kesulitan dalam membaca Al-Qur’an?
Jawab: …………………………………………………………….
…………………………………………………………….
5 Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi peserta didik
sehingga mengalami kesulitan dalam membaca Al-Qur’an?
Jawab: …………………………………………………………….
…………………………………………………………….
6 Bagaimana solusi Bapak/Ibu untuk mengatasi kesulitan membaca
Al-Qur’an?
Jawab: …………………………………………………………….
…………………………………………………………….
7 Apa ada siswa yang belum bisa membaca Al-Qur’an? Lalu
bagaimana solusinya?
Jawab: …………………………………………………………….
…………………………………………………………….
8 Bagaimana cara menumbuhkan minat siswa dalam membaca Al-
Qur’an?
Jawab: …………………………………………………………….
…………………………………………………………….
54

9 Apa saja faktor pendukung dan penghambat yang dialami Ibu


dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an siswa SD
Negeri Pasir Wetan?
Jawab: …………………………………………………………….
…………………………………………………………….

Tabel 3. Instrumen Wawancara dengan peserta didik


No Pertanyaan
1 Apakah adik pernah merasakan kesulitan dalam membaca Al-
Qur’an?
Jawab: …………………………………………………………….
…………………………………………………………….
2 Hal apa saja yang membuat adik merasa kesulitan dalam
membaca Al-Qur’an?
Jawab: …………………………………………………………….
…………………………………………………………….
3 Apa saja bentuk kesulitan yang adik alami dalam membaca Al-
Qur’an?
Jawab: …………………………………………………………….
…………………………………………………………….
4 Bagaimana cara yang dilakukan guru atau orang tua kalian,
apakah kalian memahaminya?
Jawab: …………………………………………………………….
…………………………………………………………….
5 Apakah adik pernah mendapatkan bimbingan khusus saat
mengalami kesulitan dalam membaca Al-Qur’an?
Jawab: …………………………………………………………….

2. Observasi

Tabel 4. Lembar observasi


55

No Aspek yang diamati Keterangan


Ada Tidak ada
1 Dalam keadaan suci
2 Membaca dengan tartil
3 Makharijul huruf
4 Panjang pendek bacaan
5 Sesuai ilmu tajwid
6 Memperhatikan tanda baca
7 Memperhatikan dalam tanaffus
(mengambil nafas)
8 Memperindah suara

3. Dokumentasi

Tabel 5. Hasil Dokumentasi


No Jenis dokumen Keterangan
Ada Tidak ada
1 Jadwal Mengajar Guru
2 Buku Absensi Siswa
3 Daftar Nilai Siswa
4 Mushaf Al-Qur’an dan Juz ‘amma

F. Teknik Analisis Data

Penelitian kualitatif ini menggunakan teknik analisis data secara

induktif yaitu berpijak pada fakta-fakta yang bersifat khusus kemudian

dianalisis dan akhirnya ditemukan pemecahan persoalan yang bersifat

umum.
56

Analisis data penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki

lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan. Dalam hal ini,

Nasution (1998) menyatakan “Analisis telah dimulai sejak merumuskan dan

menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan dan berlangsung terus

sampai penulisan hasil penelitian”.67

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-

bahan lain, sehingga dapat mudah dapat dipahami dan temuannya dapat

diinformasikan kepada orang lain. Aktivitas dalam analisis data kualitatif

dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai

tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.68

Peneliti kualitatif telah melakukan data sebelum memasuki lapangan.

Analisis dilakukan terhadap hasil studi pendahuluan atau data sekunder

yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun demikian

fokus penelitian ini masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah

peneliti masuk dan selama di lapangan.69

Penelitian kualitatif ini menggunakan teknik analisis data secara

induktif yaitu berpijak pada fakta-fakta yang bersifat khusus, kemudian

dianalisis dan akhirnya ditemukan pemecahan persoalan-persoalan yang

bersifat umum “menyatakan bahwa induksi adalah cara berfikir dimana

ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasis yang

bersifat individual”.70
67
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:
ALFABETA, 2019), hal. 320.
68
Ibid., hal 244
69
Ibid., hal 320-321
70
Moh. Kasiram, Metode Penelitian Kuantitatif-Kualitatif, Cet. 2, (Yogyakarta: UIN-
Maliki Press, 2010), hal. 192-193
57

Teknik analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara


sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan
dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam
kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan
dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh
diri sendiri maupun orang lain.71

Berdasarkan pendapat di atas, teknik analisa adalah suatu usaha untuk

memproses data yang telah dikumpulkan oleh penulis baik dengan alat

pengumpul data yang berupa interview, observasi maupun dokumentasi.

Aktivitas dalam analisis data diantaranya melalui tiga tahap yaitu: data

reduction (reduksi data), display (penyajian data), conclusing

drawing/verification (penarikan kesimpulan dan verifikasi).72

1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan

membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi

akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah penulis

untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya apabila

diperlukan

2. Penyajian Data

Pada tahap ini, peneliti melakukan penyajian informasi melalui

bentuk teks naratif terlebih dahulu. Selanjutnya teks naratif tersebut

diringkas ke dalam bentuk bagan yang menggambarkan alur proses

perubahan. Penyajian data ini bertujuan untuk membatasi suatu penyajian

71
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:
ALFABETA, 2019), hal. 244.
72
Ibid., hal. 337.
58

sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan

adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Langkah terakhir dalam menganalisis data yaitu penarikan

kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih

bersifat sementara dan akan berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti

yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.

Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung

oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke

lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan

merupakan kesimpulan yang kredibel.

Miles dan Huberman dalam Sugiyono menggambarkan proses

analisis data sebagai berikut:

Gambar 1. Model analisis Interaktif Miles dan Huberman


Dengan memperhatikan gambar tersebut, maka prosesnya dapat

dilihat pada waktu pengumpulan data, peneliti selalu membuat reduksi

data dan sajian data. Artinya data yang berupa catatan lapangan yang telah
59

digali dan dicatat. Dari dua bagian data tersebut, peneliti menyusun

rumusan pengertiannya secara singkat berupa pokok-pokok temuan yang

penting dalam artian pemahaman segala peristiwanya yang disebut reduksi

data.

Kemudian diikuti penyusunan sajian data yang berupa cerita

sistematis dengan suntingan penelitiannya supaya makna peristiwanya

lebih jelas dipahami dengan dilengkapi perabot sajian data. Pada waktu

pengumpulan data sudah berakhir, peneliti mulai melakukan usaha untuk

menarik kesimpulan dan verifikasinya berdasarkan semua hal yang

terdapat dalam reduksi data, sajian data. Jadi dalam penelitian ini, bergerak

diantara reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan dengan

menggunakan waktu yang masih tersisa dalam penelitian ini.


BAB IV
ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN

A. Kemampuan Membaca Al-Qur’an Siswa SD Negeri Pasir Wetan

Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran

2022/2023

Membaca Al-Qur’an merupakan perbuatan yang sangat mulia, selain

karena Al-Qur’an merupakan kitab suci bagi seluruh umat muslim di dunia,

Al-Qur’an juga merupakan kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad saw melalui perantara malaikat Jibril. Dengan kemuliaan yang

dimiliki Al-Qur’an, maka siapapun yang mampu membacanya, baik itu secara

lancar dan terbata-bata, maka tetap akan mendapat pahala di sisi Allah Swt.

Kemampuan membaca Al-Qur’an siswa sangatlah berbeda antara

yang satu dengan yang lain tergantung dari individu itu sendiri, karena

diantara mereka ada yang mampu membacanya sesuai dengan ilmu tajwid,

ada yang bisa membacanya tapi tidak dengan tajwid yang benar dan bahkan

masih ada yang terbata-bata.

Adapun peneliti melakukan wawancara kepada guru pendidikan

Agama Islam kelas ganjil, Mei Dwi Astuti, S.Pd.I. beliau mengatakan bahwa:

"Untuk meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an, dapat

dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dengan membacakan terlebih

dahulu ayat-ayat tersebut kemudian peserta didik diperintahkan

membaca secara bergiliran agar bisa diketahui kemampuan setiap

siswanya. Apakah sudah lancar atau belum terlalu lancar dan untuk

peserta didik yang sudah lancar diharapkan bisa memberikan motivasi

60
61

kepada yang lain khususnya kepada siswa yang belum lancar agar

selalu membiasakan diri untuk membaca Al-Qur’an.”

Guru pendidikan agama Islam memang sangat berperan penting dalam

meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an siswa Sekolah Dasar Negeri

Pasir Wetan dengan melakukan cara-cara yang simpel dan mudah, akan tetapi

siswa dapat dengan mudah menyerap apa yang disampaikan oleh guru dan

menugaskan peserta didik untuk mengikuti apa yang diarahkan guru

pendidikan agama Islam. Dengan begitu, cara yang dilakukan guru

pendidikan agama Islam akan sangat efektif dalam meningkatkan

kemampuan membaca Al-Qur’an siswa.

Adapun peneliti melakukan wawancara dengan siswa kelas 5

(Alfansya) yang mengatakan bahwa:

“Metode yang digunakan guru pendidikan agama Islam yang kami

dapatkan dalam pembelajaran Al-Qur’an itu tidak semua teman kami

dapat menyerapnya dengan baik, karena kemampuan teman kami

masing-masing berbeda antara yang satu dengan yang lain.”

Guru sebagai pendidik yang profesional harus menentukan metode

atau cara agar dapat berjalan dengan lancar proses pembelajaran tersebut

dengan baik. Adapun metode yang dilakukan oleh guru pendidikan agama

Islam untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki peserta didik yaitu:

1. Memberikan tugas kepada siswa berupa hafalan surat-surat pendek

2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca Al-Qur’an satu

persatu dengan cara maju ke depan


62

3. Memberikan kebiasaan siswa untuk membaca Al-Qur’an terlebih dahulu

sebelum memulai pembelajaran

Proses belajar mengajar harus menggunakan metode pembelajaran

yang efektif guna mendorong kelancaran, karena dengan begitu akan sangat

membantu siswa dalam memahami apa yang disampaikan oleh guru agar ada

hubungan timbal balik antara pendidik dan peserta didik. Dengan begitu,

maka proses pembelajaran akan berjalan dengan baik.

Adapun peneliti melakukan wawancara dengan siswa kelas 4 (Aziza)

yang mengatakan bahwa:

“Masih ada siswa yang belum lancar membaca Al-Qur’an, akan tetapi

metode yang dilakukan Ibu guru pendidikan agama Islam akan

mampu membantu siswa dari yang belum lancar menjadi lancar

seiring dengan proses yang dilakukan siswa guna meningkatkan

kemampuan membaca Al-Qur’an.”

Masih ada siswa di dalam kelas yang belum lancar dan ada juga yang

sudah lancar, tetapi dengan guru pendidikan agama Islam melakukan metode

mengajar membaca Al-Qur’an yang efektif, maka akan mampu meningkatkan

kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur’an dengan kaidah ilmu tajwid

yang benar.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan pada tanggal

01 Mei sampai dengan 01 Juni 2023, kemampuan membaca Al-Qur’an siswa

Sekolah Dasar Negeri Pasir Wetan terbilang sudah cukup baik karena

didukung dengan lingkungan yang baik pula. Lingkungan SD Negeri Pasir

Wetan berdekatan dengan pondok pesantren dan madrasah diniyah. Dengan


63

kondisi tersebut cukup membantu siswa SD Negeri Pasir Wetan untuk

meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an mereka. Sepulang sekolah,

siswa melanjutkan kegiatan dengan madrasah diniyah. Mereka sangat

antusias untuk berangkat madrasah diniyah untuk mempelajari pelajaran yang

mereka tidak dapat di sekolah formal.

Peneliti melakukan penelitian ini dengan turun langsung ke lapangan

dan bercengkrama dengan peserta didik dengan melihat dan mendengarkan

ketika mereka sedang menerima pelajaran membaca Al-Qur’an di mata

pelajaran pendidikan agama Islam dari gurunya. Peneliti juga sesekali

melakukan beberapa tes kepada siswa-siswa yang ada disana guna

mengetahui kemampuan membaca Al-Qur’an siswa yang ada di SD Negeri

Pasir Wetan. Dari hasil tersebut, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa

kemampuan membaca Al-Qur’an siswa SD Negeri Pasir Wetan sudah cukup

baik karena didukung oleh lingkungan yang baik pula. Namun walaupun

demikian tetaplah kemampuan membaca Al-Qur’an siswa SD Negeri Pasir

Wetan berbeda-beda setiap individunya. Ada yang lancar tetapi masih sedikit

terbata-bata, ada juga yang mampu membacanya dengan lancar akan tetapi

masih kurang tepat makharijul hurufnya dan ada juga yang mampu

membacanya sesuai dengan kaidah ilmu tajwid yang benar. Akan tetapi tidak

hanya sampai disitu, untuk mampu meningkatkan kemampuan membaca Al-

Qur’an dibutuhkan tekad yang kuat agar tetap istiqomah dalam membaca Al-

Qur’an setiap hari terlebih dalam hal pembelajaran di sekolah.


64

B. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat dalam Peningkatan

Kemampuan Membaca Al-Qur’an Siswa SD Negeri Pasir Wetan

Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran

2022/2023

Dalam penelitian yang penulis teliti, tentunya ada beberapa faktor

yang mempengaruhi dalam peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an

siswa SD Negeri Pasir Wetan Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas

Tahun Pelajaran 2022/2023. Faktor tersebut terbagi menjadi 2 (dua) yaitu

faktor pendukung dan penghambat. Berikut faktor pendukung dan

penghambat dalam peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an yang telah

penulis teliti selama penelitian, diantaranya:

1. Faktor pendukung

Faktor pendukung dalam peningkatan kemampuan membaca Al-

Qur’an siswa SD Negeri Pasir Wetan Kecamatan Karanglewas Kabupaten

Banyumas Tahun Pelajaran 2022/2023 adalah sebagai berikut:

a. Orang tua dan guru pendidikan agama Islam

Berdasarkan faktor pendukung dalam peningkatan kemampuan

membaca Al-Qur’an siswa SD Negeri Pasir Wetan Kecamatan

Karanglewas Kabupaten Banyumas Tahun pelajaran 2022/2023 yaitu

orang tua dan guru pendidikan agama Islam. Berdasarkan hasil

wawancara yang disampaikan oleh guru pendidikan agama Islam

menyatakan bahwa:

“Keberhasilan siswa dalam membaca Al-Qur’an itu karena

adanya faktor dukungan dari masing-masing orang tua mereka.


65

Dengan adanya kerjasama antara guru pendidikan agama Islam

dan orang tua, maka pekerjaan guru pendidikan agama Islam

akan lebih efektif karena guru mengetahui karakter dan latar

belakang siswa. Peserta didik yang belum mampu dalam

menerima pelajaran akan dibantu oleh guru dan orang tua”.

Kerjasama antara guru pendidikan agama Islam dan orang tua

dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an siswa sangatlah

penting. Dengan adanya kerjasama antara guru pendidikan agama Islam

dan orang tua maka akan mudah untuk mengatasi peserta didik yang

memang belum mampu dalam membaca. Hal ini sebagai bentuk rasa

peduli guru terhadap siswa.

Peran guru pendidikan agama Islam sangatlah berarti bagi

peserta didiknya sehingga guru pendidikan agama Islam harus mencari

cara agar peserta didiknya dapat memahami apa yang mereka ajarkan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru pendidikan agama

Islam mengatakan bahwa:

“Peran guru pendidikan agama Islam sangatlah berpengaruh

bagi peserta didiknya sehingga ada beberapa faktor yang dapat

mendorong semangat peserta didik dalam membaca Al-Qur’an

bagi dirinya sendiri dan bagi orang lain. Selain itu, guru

pendidikan agama Islam juga dapat melakukan upgrading dan

guru pendidikan agama Islam juga selalu mengklasifikasikan

peserta didiknya”.
66

Mengingat begitu majunya zaman sekarang, tentu anak-anak

pada zaman sekarang sangatlah jarang membaca Al-Qur’an, kecuali

ketika ada ekstrakulikuler BTQ di sekolah. Maka diharapkan dengan

adanya ekstrakulikuler BTQ ini siswa dapat membaca Al-Qur’an. Peran

guru pendidikan agama Islam sangatlah berpengaruh terhadap semangat

peserta didik dalam memahami suatu pelajaran. Dengan adanya peran

guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan kemampuan

membaca Al-Qur’an siswa maka diharapkan siswa dapat lebih giat

membaca Al-Qur’an, baik ketika BTQ dimulai ataupun di rumah.

Berdasarkan penyajian dari hasil wawancara dan observasi yaitu

seorang guru dalam memberikan motivasi dan menjadikan siswa

mampu dalam membaca Al-Qur’an tentu ada faktor pendukungnya

yaitu orang tua. Orang tua adalah salah satu faktor utama sebagai

dorongan peserta didik dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-

Qur’an. Karena orang tua yang selalu bisa mengawasi kegiatan anaknya

di rumah seperti halnya kegiatan anaknya dalam bermain, mengaji,

bahkan orang tua pun harus selalu mengajak anaknya untuk mengaji,

karena orang tualah yang selalu ada buat anaknya.

Orang tua adalah seorang yang mengetahui karakter peserta

didiknya. Oleh karena itu, orang tua harus selalu menceritakan kepada

gurunya agar ketika terjadi siswa yang kurang mampu dalam membaca

Al-Qur’an, guru mengetahui masalah-masalah yang ada pada peserta

didiknya. Selain itu, orang tua juga harus rajin menanyakan kepada
67

gurunya, agar antara guru dan orang tua peserta didik saling kerjasama

dan melakukan peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an siswa.

2. Faktor penghambat

Faktor penghambat dalam peningkatan kemampuan membaca Al-

Qur’an siswa SD Negeri Pasir Wetan Kecamatan Karanglewas Kabupaten

Banyumas Tahun Pelajaran 2022/2023 adalah sebagai berikut:

a. Media elektronik

Media elektronik termasuk hal yang membuat peserta didik

malas dalam membaca Al-Qur’an. Berdasarkan hasil wawancara

dengan orang tua siswa mengatakan bahwa:

“Ketika di rumah, anak-anak cenderung menghabiskan

waktunya untuk bermain gadget. Sehingga mereka cenderung

malas untuk membaca Al-Qur’an bahkan sekedar membuka

mushaf Al-Qur’an. Sehingga dalam peningkatan kemampuan

membaca Al-Qur’an akan sedikit terhambat”.

Mengingat begitu maraknya media elektronik, maka siswa

sangat membutuhkan perhatian dari orang tua, khususnya ketika di

rumah, karena jika orang tua membiarkan siswa bermain gadget, maka

peserta didik pun akan cenderung bermalas-malasan dalam belajar.

b. Lingkungan sosial

Lingkungan sosial adalah hal yang terpenting ketika kita

bersosialisasi. Ketika kita bersosialisasi, maka kita pun akan

mengetahui segala informasi dan bisa membuat kita terpengaruh.

Namun, ketika seorang masuk dalam kesalahan. Pernyataan diperkuat


68

dengan wawancara dengan ibu Mei Dwi Astuti, S.Pd. selaku guru

pendidikan agama Islam yang menyatakan bahwa:

“Bersosialisasi itu sangatlah penting, namun adakalanya siswa

yang bersosialisasi salah memilih. Seperti siswa pada zaman

sekarang justru cenderung senang bergaul dengan teman yang

nakal. Maka mereka pun selalu melakukan kesalahan karena

salah dalam memilih teman”.

Bersosialisasi itu penting, namun ketika salah bersosialisasi

maka akan terjemus ke jalan yang salah. Mengingat hal itu, maka harus

ada arahan dari guru kepada siswa, khususnya kedua orang tua siswa.

Dengan adanya peran guru pendidikan agama Islam, diharapkan

peserta didik tidak ikut merasakan pengaruh negatif dari kemajuan

teknologi dan dapat mengatur waktu untuk belajar khususnya belajar

membaca Al-Qur’an dengan lebih efektif dan efisien dalam

menggunakan teknologi.

Berdasarkan penyajian data dari hasil wawancara, observasi dan

dokumentasi yang peneliti lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa

peran guru agama Islam dalam peningkatan kemampuan membaca Al-

Qur’an siswa SD Negeri Pasir Wetan Kecamatan Karanglewas

Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2022/2023 telah cukup berhasil

dan maksimal. Sebagian besar siswa SD Negeri Pasir Wetan telah

mampu dalam membaca Al-Qur’an, terbukti bahwa mereka mampu

membaca Al-Qur’an dan menghafal surah-surah pendek.


69

Demikian peran guru pendidikan agama Islam dalam

peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an siswa SD Negeri Pasir

Wetan Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran

2022/2023 yang dapat peneliti kemukakan, baik dari hasil wawancara,

observasi maupun dokumentasi yang penulis lakukan selama proses

penelitian ini berlangsung.

C. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam Peningkatan

Kemapuan Membaca Al-Qur’an Siswa SD Negeri Pasir Wetan

Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran

2022/2023

Salah satu upaya dasar yang harus dimiliki oleh guru adalah

kemampuan dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan proses belajar

mengajar. Oleh karena itu, kemampuan-kemampuan ini untuk membekali

guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pengajar dan

pendidik. Namun demikian, guru sebagai tenaga pengajar dan pendidik sangat

berperan di dalam melaksanakan tugas serta mengelola program yang hendak

diterapkan kepada murid. Maka dari itu, guru sangat berperan penting, artinya

dalam mengajar dan mendidik muridnya guru diharapkan dapat memberikan

motivasi belajar yang baik demi tercapainya tujuan pengajaran tersebut.

Salah satu upaya guru pendidikan agama Islam adalah untuk

meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an dengan metode-metode yang

siswa butuhkan dalam proses pembelajaran. Untuk meningkatkan

kemampuan membaca Al-Qur’an siswa SD Negeri Pasir Wetan sebagai guru

pendidikan agama Islam harus mengambil suatu langkah yang baik demi
70

tercapainya tujuan tersebut agar pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik

dan lancar sesuai yang diharapkan. Oleh karena itu, dalam upaya tersebut,

guru dituntut agar kreatif dan memiliki keterampilan mengajar terutama

dalam hal membaca Al-Qur’an. Dalam keterampilan mengajar Al-Qur’an

guru pendidikan agama Islam dituntut untuk mampu meningkatkan

kemampuan membaca Al-Qur’an siswa dengan berbagai upaya. Salah satu

upaya tersebut adalah dengan menugaskan secara rutin kepada peserta didik

untuk menuntun membaca Al-Qur’an terlebih dahulu sebelum proses belajar

mengajar. Dengan dilaksanakan dengan metode-metode seperti itu maka akan

memudahkan peserta didik dari yang belum lancar membaca Al-Qur’an

menjadi lancar.

Mengajarkan ilmu tajwid juga salah satu upaya untuk meningkatkan

kemampuan membaca Al-Qur’an siswa. Dengan mengajarkan ilmu tajwid

secara bertahap, siswa akan mampu meningkatkan kemampuan membaca Al-

Qur’an. Semua itu dapat dimulai dengan pengenalan ilmu-ilmu tajwid seperti

mad, idgham, idzhar, ikhfa, iqlab dan masih banyak lagi ilmu-ilmu tajwid

yang lain yang harus guru pendidikan agama Islam ajarkan kepada siswa SD

Negeri Pasir Wetan. Peran guru pendidikan agama Islam dalam

meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an siswa sangat penting karena

dengan upaya-upaya yang dilakukan guru pendidikan agama Islam akan

membantu peserta didik untuk lebih memperbaiki dan melancarkan dalam hal

membaca Al-Qur’an dengan benar sesuai dengan ilmu tajwid.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada peneliti terhadap

beberapa guru di SD Negeri Pasir Wetan tentang upaya guru pendidikan


71

agama Islam dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an siswa di

SD Negeri Pasir Wetan.

Novi Setiyowati, S.Pd.I. selaku guru pendidikan agama Islam kelas

genap mengatakan bahwa:

“Upaya guru selaku pendidik harus lebih efektif guna mencapai apa

yang diinginkan dalam proses pembelajaran tersebut. Agar dapat

meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur’an,

diperlukan guru pendidikan agama Islam yang paham betul akan

ketentuan membaca Al-Qur’an sesuai kaidah ilmu tajwid. Guru

pendidikan agama Islam harus profesional dalam bidangnya.”

Guru pendidikan agama Islam harus ahli dalam bidangnya terutama

dalam menguasai tentang hukum-hukum bacaan dalam Al-Qur’an dan harus

terampil dalam proses pembelajaran tersebut karena ketika pendidik lengah

sedikit saja di hadapann peserta didiknya, maka tidak akan berjalan dengan

baik dalam proses pembelajaran tersebut. Oleh karena itu, upaya guru

pendidikan agama Islam dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-

Qur’an siswa SD Negeri Pasir Wetan harus betul-betul menjadi pendidik

yang ahli dalam membaca Al-Qur’an agar mampu mengajar ilmunya kepada

peserta didiknya dan juga harus menjadi teladan yang baik bagi peserta didik

baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.

Upaya guru dalam pendidikan itu sangat penting dalam meningkatkan

kemampuan para peserta didik dalam pembelajaran, khususnya guru

pendidikan agama Islam itu sendiri yang harus profesional dalam bidangnya

yaitu harus menguasai ilmu pendidikan agama Islam terutama dalam


72

membaca Al-Qur’an. Guru pendidikan agama Islam juga tidak hanya sebagai

pendidik yang tugasnya mencerdaskan peserta didik, akan tetapi juga

diharuskan menjadi teladan bagi peserta didiknya agar tercipta generasi

peserta didik yang taat kepada Allah Swt dan rasul-Nya, itulah tugas utama

sebagagai pendidik.

Upaya guru pendidikan agama Islam dalam kegiatan proses belajar

mengajar sangat menentukan hasil akhir dari peserta didik. Guru pendidikan

agama Islam tidak hanya dituntut dalam mengajar, tetapi juga harus mampu

mendidik peserta didik, menanamkan nilai-nilai moral kepada peserta

didiknya agar bisa mengembangkan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan

kaidah-kaidah keislaman.

Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti, peneliti dapat

menyimpulkan bahwa upaya guru pendidikan agama Islam dalam

meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an siswa SD Negeri Pasir

Wetan dapat dikatakan sudah cukup baik, dikarenakan jumlah pendidikan

agama Islam yang berjumlah 2 (dua) tenaga pendidik dengan pembagian guru

pendidikan agama Islam yang satu mengampu kelas ganjil dan guru

pendidikan agama Islam yang satunya mengampu kelas genap. Guru

pendidikan agama Islam SD Negeri Pasir Wetan berjumlah 2 (dua) orang

dikarenakan SD Negeri Pasir Wetan termasuk sekolah gemuk yang artinya

jumlah siswanya cukup banyak. Oleh karena itu, SD Negeri Pasir Wetan

termasuk sekolah yang kelasnya paralel.

Wawancara peneliti dengan ibu Mei Dwi Astuti, S.Pd.I. selaku guru

pendidikan agama Islam mengatakan bahwa:


73

“Salah satu upaya yang saya terapkan untuk meningkatkan

kemampuan membaca Al-Qur’an peserta didik yaitu dengan

membagikan motivasi belajar. Dalam mengajar saya menggunakan

metode iqro’ dan metode-metode lainnya sesuai dengan keadaan saat

berlangsungya proses belajar mengajar”.

Berdasarkan hasil wawancara di atas, peneliti dapat menyimpulkan

bahwa menggunakan metode yang bervariasi merupakan salah satu strategi

untuk membangkitkan gairah belajar peserta didik yang pada akhirnya dapat

berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an siswa

SD Negeri Pasir Wetan. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan proses belajar

mengajar di kelas, guru sebaiknya tidak menggunakan metode mengajar

tertentu saja, tetapi pergunakanlah metode yang bervariasi.

Upaya guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan

kemampuan membaca Al-Qur’an siswa bisa dilakukan dengan beberapa hal,

diantaranya:

1. Penyediaan buku-buku yang menunjang dalam proses belajar mengajar.

Dengan menyediakan buku-buku yang menunjang, maka akan membantu

dalam peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an.

2. Pengiriman tenaga pendidik ke pelatihan-pelatihan untuk menambah

wawasan terhadap Al-Qur’an.

3. Ketersediaan sarana dan prasarana akan meningkatkan kemampuan

membaca Al-Qur’an. Sarana dan prasarana yang lengkap akan membantu

dalam proses belajar mengajar.


74

4. Penambahan alokasi waktu, mengadakan les seni baca Al-Qur’an (qiro’ah)

dan tartil Al-Qur’an

Dapat disimpulkan bahwa dengan adanya upaya guru pendidikan

agama Islam dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an siswa

dengan menerapkan semua upaya guru pendidikan agama Islam tersebut di

atas, maka akan sangat membantu meningkatkan kemampuan membaca Al-

Qur’an dengan baik sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku.


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan dengan judul

“Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Peningkatan Kemampuan

Membaca Al-Qur’an siswa SD Negeri Pasir Wetan Kecamatan Karanglewas

Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2022/2023” berdasarkan data yang

telah diperoleh melalui hasil wawancara, observasi dan dokumentasi, maka

dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Kemampuan membaca Al-Qur’an siswa SD Negeri Pasir Wetan sudah

cukup baik karena didukung lingkungan yang baik pula. Lingkungan SD

Negeri Pasir Wetan berdekatan dengan pondok pesantren dan madrasah

diniyah. Dengan kondisi tersebut cukup membantu siswa SD Negeri Pasir

Wetan untuk meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an mereka.

Namun demikian, tetaplah kemampuan membaca Al-Qur’an siswa SD

Negeri Pasir Wetan berbeda-beda setiap individunya. Ada yang lancar

tetapi masih sedikit terbata-bata, ada juga yang mampu membacanya

dengan lancar akan tetapi kurang tepat makharijul hurufnya dan ada juga

yang mampu membacanya sesuai dengan kaidah ilmu tajwid yang benar.

Akan tetapi tidak hanya sampai disitu, untuk mampu meningkatkan

kemampuan membaca Al-Qur’an dibutuhkan tekad yang kuat agar tetap

istiqomah dalam membaca Al-Qur’an setiap hari terlebih dalam hal

pembelajaran di sekolah.

75
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi peran guru pendidikan agama Islam

dalam peningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an terdiri dari faktor

76
76

pendukung dan faktor penghambat. Faktor pendukung peran guru

pendidikan agama Islam dalam peningkatan kemampuan membaca Al-

Qur’an siswa SD Negeri Pasir Wetan terdiri dari orang tua dan guru

pendidikan agama Islam yaitu menitikberatkan sebagai pembimbing

mereka ketika membaca Al-Qur’an. Selain itu, guru pendidikan agama

Islam juga selalu mendampingi, mengarahkan dan selalu mengawasi.

Selain itu ada juga faktor penghambat peran guru pendidikan agama Islam

dalam peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an siswa SD Negeri

Pasir Wetan yaitu media elektronik seperti gadget yang selalu menjadikan

anak-anak malas untuk membaca Al-Qur’an. Selain itu, faktor penghambat

lainnya yaitu masyarakat ketika siswa salah memilih teman dalam bergaul.

3. Upaya yang dilakukan guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan

kemampuan membaca Al-Qur’an siswa SD Negeri Pasir Wetan adalah

memberikan motivasi-motivasi yang sifatnya membangun agar peserta

didik lebih semangat dalam proses belajar mengajar di dalam kelas. Guru

pendidikan agama Islam harus rutin memberikan tugas berupa hafalan

surat-surat pendek agar siswa juga lebih terbiasa dalam hal membaca Al-

Qur’an.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti sudah lakukan di lapangan,

maka peneliti dapat memberikan rekomendasi yang mungkin berguna bagi

lembaga SD Negeri Pasir Wetan sehingga dapat memberikan semangat bagi

peserta didik ataupun sebagai bahan masukan dalam rangka mensukseskan


77

program yang sudah dibuat. Terkait dengan hal tersebut, peneliti

merekomendasikan hal-hal sebagai berikut:

1. Peran guru pendidikan agama islam dalam peningkatan kemampuan

membaca Al-Qur’an siswa SD Negeri Pasir Wetan sudah cukup baik.

Namun demikian segala sesuatunya itu harus ada peningkatan agar ke

depannya lebih baik pula. Dalam penelitian ini, untuk meningkatkan

kemampuan membaca Al-Qur’an, alangkah baiknya kegiatan rutin BTQ

ditambah waktunya ketika siswa menjalani kegiatan BTQ teserbut bisa

lebih kondusif.

2. Untuk semua upaya yang telah dilakukan guru pendidikan agama Islam

dalam mengajarkan BTQ yang ada di SD Negeri Pasir Wetan secara

optimal akan dapat terus berlanjut. Meneruskan program-program yang

sudah berjalan secara optimal dan semakin meminimalisir segala bentuk

hambatan yang ada.

Anda mungkin juga menyukai