Anda di halaman 1dari 54

PERAN SEORANG IBU

DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

Skripsi

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

pada Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)

Jurusan Tarbiyah

Oleh :

DENTI RAHAYU

NIM. 17.01.3288

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

( STAI ) BREBES

2021 M /1443 H
PERAN SEORANG IBU

DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

Oleh :

DENTI RAHAYU

NIM. 17.01.3288

JURUSAN TARBIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

( STAI ) BREBES

2021 M /1443 H
PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul PERAN IBU DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN

ISLAM yang ditulis oleh Denti Rahayu NIM. 17.01.3288, mahasiswa Program

Studi Pendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam

(STAI) Brebes, telah disetujui untuk diajukan ke Sidang Munaqasyah.

Menyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Denny Irmawan,M,Pd.I Wahid,M.Pd.I

NIDN.100105074

Tanggal :......................... Tanggal :.....................

3
PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul: PERAN IBU DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN

ISLAM yang ditulis oleh Denti Rahayu NIM. 17.01.3288, telah diujikan dalam

sidang munaqasyah Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Brebes pada

tanggal.....................................

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd), pada Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)

Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Brebes.

Brebes,

Sidang Munaqasyah :

Ketua Sekretaris

Merangkap Anggota Merangkap Anggota

...........................

NIPY. NIPY.

Anggota :

Penguji I Penguji II

............................ .....................................

NIPY. NIPY.

4
NOTA DINAS

Kepada

Ketua Jurusan Tarbiyah

STAI Brebes

di

Brebes

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Setelah melakukan bimbingan, telaah, arahan dan koreksi terhadap penulisan

sripsi, dari DENTI RAHAYU dengan nomor induk 17.01.3288 berjudul

“Peran Ibu Dalam Perspektif Pendidian Islam” bahwa skripsi tersebut

sudah dapat diajukan kepada Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam

(STAI) Brebes untuk dimunaqosyahkan.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Pembimbing I Pembimbing II

Denny Irmawan,M.Pd.I Abdul Wahid,M.Pd

NIDN.100105074

Tanggal :........................ Tanggal:.......................

5
PERNYATAAN OTENTISITAS SKRIPSI

Bismillahirrahmanirrahim,

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul Peran Ibu

Dalam Perspektif Pendidian Islam ini, serta seluruh isinya adalah benar-benar

karya saya sendiri, dan tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan

cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan.

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi apapun yang

dijatuhan kepada saya sesuai dengan peraturan yang berlaku, apabila

dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan, atau

ada klaim terhadap keaslian karya saya ini.

Brebes,

Yang Membuat Pernyataan,

Denti Rahayu

NIM.17.01.3288

6
BIODATA PENENULIS

Penulis dilahirkan di Brebes, tanggal 08 Februari

1994 merupakan anak ketiga dari pasangan Bapak

Haerudin dan Ibu Sawiyah.

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah di MA

Subulul Ikhsan Kersana pada tahun 2013 melanjutkan

Studi di Jurusan Tarbiyah Prodi Pendidikan Agama Islam

(PAI), Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Brebes di

Brebes.

Selama menjadi mahasiswa, aktif dalam kegiatan :

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Brebes,

Penulis

7
IKHTISAR

8
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 ..................

Tabel 2 ..................

Tabel 3 ..................

Tabel 4 ..................

Tabel 5 ..................

9
MOTTO

“Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang

demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu”

(QS. Al-Baqarah: 45)

“Seseorang yang berakhlak PASTI berilmu, tapi yang berilmu belum tentu

berakhlak”

10
PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan untuk :

1. Kedua orang tua penulis yakni Bapak Haerudin dan Ibu Sawiyah yang

senantiasa sabar dalam mengasuh, membimbing dan mendo’akan

keberhasilanku.

2. Kakak dan adik yang selalu menjadi penyemangat bagi penulis.

3. Teman-teman seperjuangan dan kerabat yang selalu memberikan

dukungan.

4. Guru-guru yang selalu sabar dalam mendidik dan memberikan ilmunya

kepada penulis.

5. Akademi tercinta yaitu Sekolah Tinggi Agama Islam Brebes.

6. Tanah air indonesia yang tercinta.

7. Semua yang pernah memberikan wawasan, wacana, dan pengalaman

yang sangat berharga.

11
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas taufik,

hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “PERAN IBU DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM”.

Shalawat serta salam semoga selalu berlimpah kepada Nabi Muhammad SAW,

kepada keluarga dan sahabat nabi serta umat yang mengiuti ajaranya, semoga

kelak mendapatkan syafaat di akhirat.

Dalam upaya penyelesaikan sripsi ini, penulis banyak mengalami kendala dan

alhamdulillah penulis juga menerima banyak bantuan dan bimbingan dari

berbagai pihak, oleh karenanya penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1 Bapak H.M.Rohidin.M.Hum selaku Ketua Seolah Tinggi Agama Islam

Brebes.

2 Para Wakil ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Brebes.

3 Bapak Sholekhul Amin,M.Pd selaku ketua Jurusan Tarbiyah PAI.

4 Bapak Denny Irmawan,M.Pd.I selaku pembimbing I dan Bapak Abdul

Wahid,M.Pd selaku Pembimbing II yang dengan ikhlas dan sabar

menyempatkan watku untuk membimbing dan mengarahkan dalam

penyelesaikan skripsi ini.

5 Pimpinan dan seluruh staf Sekolah Tinggi Agama Islam Brebes.

6 Bapak dan ibu dosen STAI Brebes yang telah memberikan motivasi kepada

penulis. Semoga ilmu yang diajarkan menjadi amal shalih bagi mereka dan

membawa berkah kepada penulis.

7 Kedua orang tua tercinta yaitu Bapak Haerudin dan Ibu Sawiyah,

terimakasih atas kasih sayang, dorongan dan motivasi serta do’a yang tidak

12
ada henti-hentinya demi keberhasilan anak-anaknya, semoga beliau selalu

disayangi dan dilindungi Allah SWT.

8 Kepada teman senasib seperjuangan Jurusan Pendidian Agama Islam (PAI)

yang tidak ada henti-hentinya memberikan motivasi kepada penulis.

Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan karunia-Nya serta pahala

kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi

ini. Penulis menyadari, skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dan masih

banyak kesalahan serta keurangan lainnya. Oleh karena aitu perlu adanya kritik

dan saran demi perbaikan skripsi ini. Dan akhirnya semoga hasil penelitian

yang telah dilakukan kiranya dapat bermanfaat hususnya bagi penulis dan

pembacanya.

Penulis

DENTI RAHAYU

NIM.17.01.3288

13
IKHTISAR

DENTI RAHAYU

Pada dasarnya setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Orangtua

berkewajiban mendidik anak-anaknya, membimbing, menjadikannya insan

yang berilmu dan beragama. Orangtua terutama ibu memiliki peran penting

dalam pendidikan pertama anak guna menanamkan nilai dan norma

Adapun permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini yaitu: bagaimana

peran seorang ibu dalam mendidik anaknya menurut pandangan islam. Tujuan

penelitian untuk mendeskripsikan peran ibu dalam mendidik anak  yang sesuai

dengan segi pandang islam.

Anak merupakan amanah. Orangtua berkewajiban memberikan

pendidikan kepada anak. Keberhasilan pendidikan anak sangat ditentukan oleh

sentuhan tangan ibu meskipun keikut sertaan ayah tidak dapat diabaikan begitu

saja karena keluarga menjadi lingkungan sosial terpenting bagi perkembangan

dan pembentukan pribadi anak serta menjadi wadah awal tempat bimbingan

dan latihan anak dalam kehidupan mereka.

Untuk memperoleh gambaran tentang peran ibu dalam perspektif

pendidikan islam, peneliti menggunakan pendeatan kualitatif. Data yang

dikumpulkan berasal dari sumber bibliografis dan dokumentasi, yaitu data yang

berasal dari bahan-bahan kepustakaan, baik berupa ensiklopedi, buku-buku,

artikel-artikel karya ilmiah yang dimuat dalam media massa seperti majalah

dan surat kabar, serta jurnal ilmiah.

Menurut perspektif islam orangtua berkewajiban mendidik anak-anaknya .

14
Ibu adalah orang yang utama yang memiliki kedekatan dengan anak sejak

dalam kandungan. Oleh karena itu peran ibu sebagai pendidik sangat efektif

karena ibu merupakan orang pertama yang membawa pengaruh dalam

mengontrol anak.

15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak adalah anugerah dan amanah dari Allah swt yang harus

dipertanggungjawabkan oleh setiap orang tua dalam merawat, mengasuh dan

mendidik anak-anaknya. Orangtua seharusnya mensyukuri nikmat yang tak

terhingga, karena dipercaya untuk membesarkan anak-anaknya. Untuk

mensyukurinya wajib menjaga pertumbuhan dan perkembangannya dengan

penuh kasih sayang dan kesabaran. Dengan harapan anak bisa menikmati

perjalanan hidupnya sebagai anak yang sholeh atau sholehah dan mencapai

kemandirian, yang akhirnya menjadi kebanggaan orangtua, agama, bangsa dan

ummat manusia.

Orangtua diberi amanah oleh Allah swt dengan kehadiran anak, bukan

hanya untuk kehidupan di dunia, melainkan juga untuk kehidupan di akhirat.

Ingat bahwa tidak semua orangtua dianugerahi anak, kecuali yang dipercaya.

Begitu sang isteri mengandung, di saat itulah isteri dan suami, sebagai calon

orangtua wajib mempersiapkan diri untuk menjaga sejak dalam kandungan

hingga dilahirkan berlanjut sampai anak siap membangun keluarga sendiri,

bahkan afdhalnya jika sudah berkeluarga pun sangat dimungkinkan masih bisa

ikut mengawal kelanjutan hidupnya, sehingga tetap terjaga anaknya dalam

kehidupan yang baik, terhindar dari ancaman neraka. Sebagaimana Allah swt

ingatkan, dalam QS. At-Tahrim ayat 6;

16
‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذي َْن ٰا َمنُ ْوا قُ ْٓوا اَ ْنفُ َس ُك ْم َواَ ْهلِ ْي ُك ْم نَا ًر‬

Yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api

neraka”

Salah satu di antara ajaran islam adalah mewajibkan kepada umat islam

untuk melaksanakan pendidikan. Karena menurut ajaran islam, pendidikan juga

merupakan kebutuhan hidup manusia yang mutlak harus dipatuhi, demi untuk

kesejahteraan dan kebahagiaan dunia dan ahirat. Dengan pendidikan itu pula

manusia akan mendapatan berbagai macam ilmu pengetahuan untuk bekal

dalam kehidupannya (Dra.Zuhairini,dkk 2009:98).

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi

perkembangan dan perwujudan setiap individu, terutama bagi pembangunan

bangsa dan negara, pendidikan juga sebagai upaya sadar tanggungjawab untuk

memelihara,membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan

kehidupan manusia,agar ia memiliki makna dan tujuan hidup yang hakiki.

Pendidikan agama dalam hal ini adalah pendidikan Islam, merupakan segala

usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia menuju

terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam

(Achmadi, 2005:28-29).

Menurut Musthafa Al-Ghalayan, pendidikan adalah usaha

menanamkan akhlak terpuji dalam jiwa anak-anak. Akhlak yang sudah

ditanaman itu harus terus disirami dengan bimbingan dan nasehat, sehingga

menjadi watak atau sifat yang melekat dalam jiwa. Sesudah itu buah

tanaman akhlak itu akan tampak berupa amal perbuatan yang mulia dan

17
baik serta gemar bekerja demi kebaian negara (Musthafa Al-Ghalayin

2000:299-300). Dari pernyataan ini dapat disimpulkan bahwa seseorang

yang berpendidikan dapat dilihat dari akhlak kesehariannya. Berbeda antara

perilau anak sekolahan dengan anak jalanan, hal ini dikarenaan latar

belakang pendidikannya.

Kini bangsa Indoesia sedang dalam masalah dimana mayoritas

penduduknya beragama Islam tetapi moral anak bangsa semakin buruk. Hal

ini bisa kita lihat fenomena-fenomena sosial yang terjadi saat ini contohnya

adanya korupsi, perampokan, pembunuhan bahan sampai seorang anak

membunuh orang tuanya sendiri. Permasalahan semacam ini dapat

diselesaikan jika tiap-tiap individu memandang begitu pentingnya sebuah

pendidikan/ ilmu yang juga dibarengi akhlakul karimah. Karena tak lain dari

perilaku-perilaku kejahatan adalah orang yang berilmu tetapi kurang dari

segi akhlak. Bisa disimpulkan bahwa pendidikan merupakan aspek utama

dalam pembentukan karakter bangsa.

Masa anak-anak adalah masa dimana ia mulai belajar segala sesuatu

tentang apa yang ada di dunia ini. Sebelumnya seorang anak hanya

mengenali kedua orang tuanya sebelum mengenal lebih jauh ke dalam

sebuah masyarakat. Seorang anak hanya bisa meniru dan melakukan apa

yang dilakukan oleh kedua orang tuanya. Secara tak langsung, ini adalah

proses belajar dari seorang anak. Maka dari itu hendaknya orang tua

berperilaku yang baik karena banyak dari anak yang bercermin pada orang

tuanya, pada perilaku orang tua. Pada fase inilah merupakan kesempatan

bagi orang tua untuk membentuk karater serta kepribadian anak sesuai

18
dengan ajaran agama Islam, karena masa anak-anak adalah masa yang

subur dan penting. Apabila seorang anak dibiarkan melakukan sesuatu yang

kurang baik dan kemudian menjadi kebiasaannya, maka sangat sukar untuk

meluruskannya. Seperti pepatah bijak mengataan, “Barang siapa

membiasakan sesuatu sejak kecil, maka ia akan terbiasa dengannya hingga

dewasa”.

Rumah adalah sekolah pertama sebelum anak mengenyam

pendidikan di luar rumah dimana anak belajar pada ayah dan ibunya. Tidak

banyak yang beranggapan ketika anak sudah bersekolah maka sekolah yang

bertanggung jawab atas pendidikannya. Padahal peran ibu tidak dapat

tergantikan oleh siapapun. Ibu memiliki peran lebih dari sekolah yaitu

membangun kecerdasan emosional anak bahkan membangun kecerdasan

spiritual anak.

Seiring berjalannya waktu, perubahan sosial kerap terjadi di sekitar

kita dengan cepatnya. Termasuk pada pola kehidupan dengan corak keluarga

modern. Peran dan fungsi dari seorang ibu mulai berubah mengikuti

perkembangan ilmu dan tekhnologi, ibu modern kini mulai terbawa arus

emansipasi. Kebanyaan para ibu masa kini terjun mengikuti bapak-bapak

untuk bekerja di luar rumah. Keadaan ini membuat ibu tidak lagi dapat

memusatkan perhatiannya pada pendidikan anak (terutama yang masih

kecil).

Kesibukan orang tua yang bekerja di luar dan kurangnya pemahaman

bagi perempuan dalam menjalanan fungsi dan perannya sebagai ibu dalam

19
rumah tangga membuat pola pendidikan seorang anak kurang optimal dari

orang tuanya. Padahal pendidikan yang diberikan kepada anak dalam ruang

lingkup keluarga terjadi sangat alamiah, peran serta orangtua dan

perencanaan orang tua sangat berpengaruh dan memiliki dampak yang

sangat besar terhadap anak.

Berdasarkan hal di atas, merupakan alasan yang mendasar penulis

ingin membahas permasalahan tersebut dalam skripsi yang berjudul

“PERAN IBU DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM”. Sudah

saatnya bagi para ibu untuk menciptakan generasi penerus bangsa yang

memiliki jiwa yang kuat serta pondasi agama yang baik diiringi dengan

pengetahuan yang luas serta akhlakul karimah.

B. Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

a) Wilayah kajian

Wilayah kajian dalam penelitian ini adalah Sosiologi Pendidikan

Islam.

b) Pendek.atan Penelitian

Pendekatan Penelitian dalam penelitian ini menggunakan

pendekatan Normatif. Yakni dengan melakukan kajian terhadap buku-

buku terkait dengan peran ibu dalam perspektif Pendidikan Islam.

2. Pembatasan Masalah

20
Dalam perspektif islam, peran ibu dalam pendidikan merupaan salah

satu peran penting dari peran ibu lainnya dalam sebuah keluarga. Sedang peran

ibu dalam keluarga merupakan salah satu peran seorang wanita muslimah.

Dalam kajian peran ibu dalam perspektif pendidikan islam ini terdapat

hubungan antara seorang ibu dengan anak dalam perspektif pendidikan islam,

yaitu hubungan pendidik mempengaruhi (dari seorang ibu) dan hubungan

kepatuhan, ketaatan dan kualitas yang dididik (anak) karena dipengaruhi oleh

cara dan kualitas pendidik.

Sesungguhnya seorang ibu memiliki kedudukan yang tinggi dan mulia dalam

islam dan memiliki pengaruh besar dalam kehidupan setiap muslim. Dia akan menjadi

madrasah pertama dalam membangun masyaraat yang shalih tatkala ia berjalan diatas

petunjuk Al-Qur’an dan sunnah Nabi. Karena berpegang pada keduanya akan

menjauhkan setiap muslim dan muslimah dari kesesatan dalam segala hal. Karena itu

seorang wanita yang menjadi ibu harus memiliki keahlian dan keilmuan yang

nantinya akan di ajarkan kepada anaknya dalam pendidik, yaitu ilmu yang bermanfaat

untuk agama dan negara. Bahan ada pendapat yang mengataan bahwa perempuan

adalah tiang negara, jikalau perempuannya baik, baik pula negaranya, jikalau

perempuannya rusak, rusak pula negaranya.

3. Pertanyaan Penelitian

a) Bagaimana Pendidikan Perspektif Islam

b) Bagaimana Peran Ibu Dalam Perspektif Islam

c) Bagaimana Peran Ibu Dalam Perspektif Pendidikan Islam

C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

21
1. Tujuan Penelitian

a) untuk mengetahui Perspektif Islam Tentang Pendidikan

b) untuk mengetahui Perspektif Islam Tentang Ibu

c) untuk mengetahui Peran Ibu Dalam Perspektif Pendidikan Islam

2. Kegunaan Penelitian

a) Peneliti ini berusaha mengungkap sejauh mana peran ibu dalam perspektif

pendidikan Islam

b) Penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan,

khususnya ilmu-ilmu agama.

c) Secara khusus peneliti ini diharapan bermanfaat bagi para pemegang kebijakan

pemerintah dalam mengambil

D. Kerangka Pemikiran (*)

E. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Untuk memperoleh gambaran mengenai Peran Ibu Dalam Perspektif Islam,

peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Data yang dikumpulan berasal dari

sumber bibliografis dan dokumentasi, yaitu data yang berasal dari bahan-bahan

kepustakaan, baik berupa ensilopedi, buku-buku, artikel-artikel karya ilmiah yang

dimuat dalam media massa seperti majalah dan surat kabar, serta jurnal ilmiah.

Tujuan dari penelitian ini adalah ingin menggambarkan secara mendalam, rinci dan

tuntas. Oleh karena itu penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah

dengan mengkaji berbagai teori yang berlaku dengan menggunaan metode deskriftif

22
analitik untuk menjelaskan berbagai informasi dan data yang diperoleh secara teoritis

dengan menggunakan analisa-analisa terhadap bahan pustaka (bibliografi) yang

digunauan dalam penelitian ini.

2. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kepustakaan

3. Sumber Data

Penelitian ini sepenuhnya mengandalkan pada riset kepustakaan (library research).

Sumber data dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder.

a) Data Primer

Data primer mencakup tulisan-tulisan yang secara khusus mengkaji obyek penelitian

dalam penyususnan skripsi.

b) Data Sekunder

Data sekunder meliputi sumber-sumber informasi pendukung seperti karya tulis, dan

literatur-literatur yang ada korelasinya dengan tema penelitian.

4. Tenik Pengumpulan Data

Teni pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menginfentarisir buku-buku

yang relevan dengan wilayah kajian, kemudian dikelompokkan mana yang termasuk

primer dan sekunder selanjutnya proses analisis data.

5. Tenik Analisis Data

23
Data blibliografis dipilih berdasarkan topik dan dideskripsikan. Data-data ini

dipergunakan untuk memperuat keranga teoritis pada BAB III dan BAB IV. Data

bibliografis akan dianalisis secara deskriptif kemudian akan dianalisa pada BAB IV.

BAB II

24
TUGAS DAN KEWAJIBAN SEORANG IBU

A. Pengertian Ibu

25
Gross, Mason, dan Mc Eachcm dalam Berry (1981:15) mendefinisian peran
sebagai seperangat harapan-harapan yang dienaan pada individu yang
menempati eduduan sosial tertentu Dal Menurut Kamus Bahasa Indonesia, istilah
pendidikan mempunyai asal dari kata "didik"  yakni dengan memberinya awalan "pe"
kemudian akhiran "an". Memiliki arti "perbuatan" (hal, cara, atau yang sebagainya). Istilah
pendidikan semula berasal dari Bahasa Yunani "paedagogie", yang memiliki arti bimbingan
yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan kedalam Bahasa Inggris
"education" yang memiliki arti pengembangan atau Sedangkan menurut kamus Bahasa Arab,
pendidikan sering digunakan dengan beberapa istilah yakni, al-ta'lim, al-tarbiyah, dan juga al-
ta'dib. Al-ta'lim memiliki ati pengajaran yang bersifat pemberian dan penyampaian
pengetahuan serta keterampilan. Al-tarbiyah memiliki arti mengasuh dan mendidik dan yang
terakhir Al-Ta'dib lebih mengarah kepada proses mendidik yang berpusat kepada
penyempurnaan akhlak dan moral anak-anak. Tetapi, Istilah pendidikan ini lebih sering
menggunakan kata "tarbiyah" yang memiliki arti pendidikan.

Kemudian di segi Terminologis, Samsul Nizar memberi kesimpulan dari beberapa pemikiran para
ilmuwan yakni pendidikan adalah usaha sadar yang dikerjakan secara bertahap dimulai dari
simultan (proses), terencana yang dikerjakan oleh orang yang memiliki persyaratan khusus
sebagai pendidik. Kemudian kata pendidikan ini dikaitkan dengan Agama Islam, lalu menjadi
satu kesatuan yang tidak mampu diartikan secara terpisah. Pendidikan Agama Islam  (PAI)
adalah salah satu bagian dari kata pendidikan Islam dan kata pendidikan Nasional, yang
merupakan mata pelajaran wajib di berbagai lembaga pendidikan Islam

Pendidikan Agama Islam sesuai yang tertuang dalam GBPP PAI di sekolah umum, disitu
dijelaskan bahwa Pendidikan Agama Islam merupakan upaya sadar juga terencana untuk
menyiapkan anak-anak agar dapat mengenal, memahami. Menghayati, hingga mengimani
ajaran Agama Islam, diiringi dengan tuntutan untuk menghormati para penganut Agama yang
lain dalam kaitannya dengan kerukunan antar berbagai umat beragama sampai terwujudnya
kesatuan juga persatuan Bangsa. 

Menurut pendapat Zakiyah Darajat (1987:87) Pendidikan Agama Islam meupakan suatu usaha
untuk membina juga mengasuh anak-anak agar senantiasa mampu memahami ajaran Islam
dengan menyeluruh. Kemudian menghayati tujuan, lalu pada akhirnya mereka mampu
mengamalkan dan juga menjadikan Islam sebagai pandangan atau pedoman hidup.

Pelajaran Pendidikan Agama Islam secara keseluruhannya dalam ruang lingkup Al-Qur'an juga
Al-Hadits, keimanan, akhlak, fiqih atau ibadah, serta sejarah, sekaligus membentuk bahwa
ruang lingkup Pendidikan Agama Islam mencakup kepada perwujudan keserasian dan
keselarasan serta keseimbangan hubungan manusia dengan Sang Pencipta yakni Allah

26
Subhanahu Wa Ta'ala, kepada diri sendiri, kepada sesama manusia, juga kepada makhluk
lainnya, maupun lingkungannya (Hablum Minallah Wa Hablum Minannas).

Jadi Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka
mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.      

Dari pengertian tersebut dapat ditemukan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam, yaitu berikut :

a. Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar, yakni suatu kegiatan bimbingan, pengajaran
dan/atau latihan  yang dilakukan secara berencana dan sadar atas tujuan yang hendak dicapai.

b. Peserta didik yang hendak disiapkan untuk mecapai tujuan, dalam arti ada yang dibimbing,
diajari, dan/atau dilatih dalam peningkatan keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan
pengamalan terhadap ajaran Islam.

c. Pendidikan atau Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) yang melakukan kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan/atau pelatihan secara sadar terhadap peserta didiknya untuk mencapai tujuan
Pendidikan Agama Islam.

d. Kegiatan (pembelajaran) Pendidikan Agama Islam diadakan untuk meningkatkan keyakinan,


pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran Agama Islam dari peserta didik, yang
disamping untuk membentuk kesalehan pribadi, juga sekaligus untuk membentuk kesalehan
sosial. 

2. Pengertian Pendidikan Keluarga

Mansur, mendefinisikan pendidikan keluarga adalah proses pemberian nilai-nilai positif bagi
tumbuh kembangnya anak sebagai fondasi pendidikan selanjutnya. Selain iu, Abdullah juga
mendefinisikan pendidikan keluarga adalah segala usaha yang dilakukan oleh orang tua berupa
pembiasaan dan improvisasi untuk membantu perkembangan pribadi anak.

Pendapat lain yang dikemukakan oleh An-Nahlawi, Hasan Langgulung memberi batasan terhadap
pengertian pendidikan keluarga sebagai usaha yang dilakukan oleh Ayah dan Ibu sebagai orang
yang diberi tanggung jawab untuk memberikan nilai-nilai, akhlak, keteladanan, dan kefitrahan.

Ki Hajar Dewantara merupakan salah seorang tokoh pendidikan Indonesia, juga menyatakan
bahwa alam keluarga bagi setiap orang (anak) adalah alam pendidikan permulaan. Untuk
pertama kalinya, orang tua (Ayah maupun Ibu) berkedudukan sebagai penuntun (guru), sebagai
pengajar, sebagai pendidik, pembimbing dan sebagai pendidik yang utama diperoleh anak.
Maka tidak berlebihan kiranya manakala merujuk pendapat para ahli di atas konsep pendidikan
keluarga. Tidak hanya sekedar tindakan (proses), tetapi ia hadir dalam praktek dan
implementasi, yang dilaksanakan orang tua (Ayah dan Ibu) dengan nilai pendidikan pada
keluarga. 

Orang tua adalah manusia yang paling berjasa pada setiap anak. Semenjak awal kehadirannya di
muka bumi, setiap anak melibatkan peran penting orang tuanya, seperti peran pendidikan.
Peran-peran seperti ini tidak hanya menjadi kewajiban bagi orang tua, tetapi juga menjadi
kebutuhan untuk orang tua untuk menemukan eksistensi dirinya sebagai makhluk yang sehat
secara jasmani dan rohani dihadapan Allah dan juga dihadapan sesama makhluk, terutama
umat manusia.

27
Oleh karena jasa-jasanya yang begitu banyak dan bernilai maka orang tua didalam Islam
diposisikan amat terhormat dihadapan anak-anaknya, Ayah dan Ibu memiliki hak untuk
dihormati oleh anak-anaknya, terlebih lagi Ibu yang telah mencurahkan segalanya bagi anak-
anaknya diberi tempat tiga kali lebih terhormat dibanding Ayah, Ibu telah mengandung dan
menyusui minimal dua tahun dengan penuh kasih sayang dan kesabaran. Kasih sayang dan
kesabaran orang tua teramat penting bagi perkembangan anak didik, baik perkembangan fisik
maupun psikisnya, khususnya dalam keluarga.

Sekali lagi, mendidik anak merupakan kewajiban setiap orang tua. Dari aspek ajaran Islam,
mendidik anak merupakan kewajiban orang tua untuk mempersiapkan anak-anaknya agar
memiliki masa depan gemilang dan tidak ada lagi kekhawatiran tehadap masa depannya kelak,
yakni masa depan yang baik, sehat, dan berdimensi spiritual yang tinggi.

Semua prestasi itu tidak mungkin diraih orang tua tanpa pendidikan yang baik bagi anak-anak
mereka.    Secara sosial-psikologis, keterlibatan oang tua dalam mendidik anak-anaknya adalah
tuntutan sosial dan kejiwaannya. Sebab, pada umumnya setiap individu berkeinginan memiliki
posisi terhormat dihadapan orang lain dan setiap individu meyakini bahwa kehormatan adalah
kebutuhan naluri insaniahnya. Tidak seorang pun yang akan menjatuhkan martabatnya sendiri
dihadapan orang lain. Dalam konteks ini, anak adalah simbol sosial dan  kebanggaan
psikologis orang tua di lingkungan sosialnya. Lingkungan (yang baik) juga akan ikut
berbangga hati jika terdapat anak, generasi penerus yang berkualitas mampu meninggikan
martabat dan nama baik lingkungan sosial dan bangsanya.

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Pada prinsipnya pokok-pokok pendidikan yang harus diberikan kepada anak (kurikulumnya)
tidak ada yang lain hanya ajaran Islam itu sendiri. Ajaran Islam secara garis besar dapat
dielompokkan menjadi tiga, yakni akidah, ibadah, dan akhlak.

1) Pendidikan Akidah

 Islam menempatkan pendidikan akidah pada posisi yang paling mendasar terlebih pada kehidupan
anak, maka dasar-dasar akidah harus terus menerus ditanamkan pada diri anak agar setiap
perkembangannya senantiasa dilandasi oleh akidah yang benar. Dalam konsep Pendidikan
Anak Usia Dini memposisikan akidah sebagi hal yang sangat mendasar, yakni sebagai rukun
iman dan rukun Islam yang seklaigus sebagai kunci yang membedakan antara oarng Islam
dengan non Islam.

Pada bidang akidah meskipun anak usia dinibelum layak untuk diajak berfikir  tentang hakikat
Tuhan, Malaikat, Nabi, kita suci, hari akhir, dan qadadan qadar, tetapi anak-anak sudah
diberikan pendidikan awal tentang akidah. Pendidikan awal tentang akidah, bisa saja diberikan
materi yang berupa mengenal nama-nama Allah dan ciptaan-Nya yang ada di sekitar
kehidupan anak, nama-nama malaikat, kisah-kisah Nabi dan Rasul, dan materi dasar lainnya
yang berkaitan dengan akidah atau rukun iman.

Pendidik juga dapat memanfaatkan situasi tertentu untuk bertanya kepada anak, misalnya saat
berjalan-jalan di taman, tentang siapakah yang menciptakan air, pepohonan dan lain-lainnya,
untuk menggugah perhatian anak kepada keagungan Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

2) Pendidikan Ibadah 

Pendidikan ibadah merupakan hal yang penting bagi perkembangan anak. Sebagaimana yang
termaktub dalam ajiuuggaran fikih Islam yang menyatakan bahwa pendidikan ibadah
hendaknya diajarkan mulai dari masa kanak-kanak atau masa usia dini. Pendidikan ibadah
diajarkan mulai usia dini agar  mereka kelak benar-benar dapat mejalankan ibadah sesuai

28
dengan ajaran Islam dan menjadi insan yang taat menjalankan segala perintah agama dan taat
pula menjauhi segala larangannya. Ibadah sebagai realisasi dai akidah islamiah harus tetap
terpancar dan teramalkan dengan baik oleh setiap anak. Menurut pandangan ajaran Agama
Islam, setiap manusia yang dilahirkan dalam keadaan suci, dan factor penentuan kualitas
keagamaan pada anak itu sendiri banyak ditentukan oleh peran serta orangtua.

Landasan itu memberikan makna bagi kita bahwa ternyata factor lingkungan keluarga adalah
peringkat pertama yang akan memberi warna dasar bagi nilai-nilai keagamaan anak. Dengan
kata lain apabila anak yang masih suci da bersih serta memiliki potensi ini tidak dikembangkan
secara maksimal dalam hal-hal positif maka mereka akan tumbuh dalam kondisi yang tidak
terkendali.

Oleh karena itu, betapa pentingnya orang tua dan guru dalam hal ini mengembangkan potensi
anak-anak sejak usia dini dengan cara menanamkan nilai-nilai keagamaan sebagai warna awal
dalam kehidupan mereka. Nilai-nilai keagamaan yang harus ditanamkan oleh guru seyogyanya
diintegrasikan/dipadukan dalam kegiatan belajar mengajar dari pembukaan sampai penutup.

Apabila nilai-nilai tersebut telah tertanam kuat pada diri anak maka mereka akan tumbuh dan
berkembang dengan memiliki kemampan untuk mencegah dan menangkal serta membentangi
mereka dari berbagai pengaruh yang negatif. Sebalinya, jika nilai-nilai keagamaan itu tidak
ditanamkan secara maksimal maka yang akan muncul adalah perilaku-perilaku yang kurang
baik dan cenderung menyimpang dari aturan agama. Secara umum, perkembangan nilai
keagamaan pada anak identik dengan pemahamannya akan keberadaan  Tuhan. Guru diarapkan
dapat memahami dan menyesuaikan metode pengajara untuk mengenalkan anak dengan
Tuhan.

Sebagai contoh, untuk menimbulkan pemahaman tentang agama Islam guru dapat mengenalkan
ayat 3 Surat At-Tin yang berarti "sungguh telah kami ciptaka manusia dalam bentuk yang
paling sempurna" dari pengertian ayat ini guru kemudian dapat memberikan pengertian kepada
anak bahwa diantara bukti penyempurnaan wujud manusia selain fisik adalah bahwa hanya
manusialah yang dilengkapi akal, dan Allah Subhanahu Wa Ta'ala tidak memberikannya
kepada yang lain.

Akal yang merupakan amanah dari Allah Subhanahu Wa Ta'Ala seyogyanya mampu
dikembangkan melalui jalur pendidikan agar berfungsi menjadi pembimbing menentukan
antara yang benar dan yang salah, baik dan buruk, boleh atau tidak, selanjutnya guru dapa juga
memberikan perbedaan tingkah laku hewan dan anak-anak. Misalnya, hewan boleh tidak
berpakaian tetapi manusia tidak boleh telanjang.

3) Pendidikan Akhlak 

Kata Akhlak berasal dari "Khalaqa" yang artinya kelakuan, tabiat, watak, kebiasaan, kelaziman,
dan peradaban. Al-Ghazali mengemukakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertaam dalam jiwa
yang menimbulkan beraneka ragam perbuatan dengan gampang an mudah, tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan. Memperhatikan rumusan diatas, bahwa akhlak merupakan
manifestasi dari gambaran jiwa seseorang yang terwujud dalam sikap, ucapan, dan perbuatan.
Tentunya akhlak perilaku yang sungguh-sungguh, bukanlah permainan silat lidah, sandiwara.
Aktivitas itu dilakukan dengan ikhlas semata-mata menuju Ridha-Nya.

Di sisi lain, akhlak merupakan perilaku yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani,
perasaan, pikiran, bawaan, dan kebiasaan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindak
akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup.

29
Dari kelkuan itu lahirlah perasaan (moral) yang terdapat dalam diri manusia sebagai fitrah,
sehingga ia mampu membedakan antara yang baik dengan yang buruk. Penerapan akhlak dapat
dipandan dari dua sisi, yaitu secara Vertikal dan Horizontal. Adapun akhlak secara Vertikal
adalah akhlak kepada Allah yaitu suatu tatacara etika melakukan hubungan atau komunikas
dengan Allah sebagai tanda syukur atas Rahmat-Nya yng beraneka ragam.

Sedangkan, akhlak secara Horizontal yaitu sikap dan etika perbuatan terhadap diri sendiri,
terhadap sesama manusia dan terhadap alam sekitarnya. Untuk menumbuhkan generasi penerus
yang berakhlakul karimah, maka perlu diberikan dan ditanamkan kepada anak semenjak usia
dini tata cara berakhlak baik, bai kepada Allah, terhadap diri sendiri dan lingkungan keluarga
serta alam sekitar. Untuk itu agar anak terhindar dari akhlak tercela, pembinaan akhlak perlu
dilakukan sejak usia dini, melalui latihan, pembiasaan, dan contoh suri teladan dari anggota
keluarga terutama orang tua, sebab apa yang diterima dan dialami anak sejak dini akan melekat
pada dirinya dan akan membentuk kepribadiannya. 

D. KESIMPULAN
Dari bahasan yang telah dipaparkan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa :

(1) Setiap anak-anak orang muslim berhak mendapatkan pendidikan Islam dari semenjak ia kecil
hingga ia dewasa nanti yakni pendiidkan Islam yang diberikan dari keluarganya terutama
kedua orang tuanya.

(2) Orang tua harus mengerjakan dan mendidik anak-anak tentang pendidikan Islam sejak dini
agar anak-anak terbiasa dengan kegiatan-kegiatan ibadah semenjak ia kecil

(3) Pendidikan Islam ini bertujuan untuk mendidik dn mengajarkan serta membiasakan anak-anak
untuk melakukan kegiatan-kegiatan ibadah dan agar mereka mulai belajar memahami ajaran
agama Islam, sehingga ketika ia dewasa nanti mereka akan mulai terbiasa melakukan ibadah-
ibadah tersebut dan akan merasa berdosa jika meninggalkannya.

REFERENSI
bimbingan.

am bahasa Inggris pendidikan berarti education. Sedangkan dalam bahasa latin

berarti educatum yang berasal dari kata E dan Duco, E berarti perkembangan

dari luar dari dalam ataupun perkembangan dari sedikit menuju banyak,

sedangkan Duco berarti sedang berkembang. Dari sinilah, pendidikan bisa juga

disebut sebagai upaya guna mengembangkan kemampuan diri. Menurut

Wikipedia, pendidikan ialah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, serta

kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi

selanjutnya melalui pengajaran, penelitian serta pelatihan. Sedangkan, menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pendidikan ialah proses pengubahan

30
sikap dan tata laku seseorang ataupun kelompok dalam upaya mendewasakan

manusia melalui sebuah pengajaran maupun pelatihan.

Menurut Ki Hajar Dewantara, beliau mengemukakan bahwa pengertian

pendidikan ialah tuntunan tumbuh dan berkembangnya anak. Artinya,

pendidikan merupakan upaya untuk menuntun kekuatan kodrat pada diri setiap

anak agar mereka mampu tumbuh dan berkembang sebagai manusia maupun

sebagai anggota masyarakat yang bisa mencapai keselamatan dan kebahagiaan

dalam hidup mereka.

Dalam Islam, pendidian memiliki peran yang amat penting dalam

kehidupan umat manusia. Pendidikan menjadi pemandu dalam upaya

mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat.

Menyadari betapa pentingnya peran pendidikan bagi kehidupan umat manusia

maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi

sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di

lingkungan keluarga, di Satuan pendidikan nonformal penyelenggara

pendidikan kesetaraan maupun masyarakat.

Pendidikan dapat diartikan sebagai bimbingan secara sadar oleh

pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju

terbentuknya kepribadian yang utama. Sehingga pendidkan dipandang sebagai

salah satu aspek yang memiliki peranan pokok dalam membentuk generasi

muda agar memiliki kepribadian yang utama.Dalam Islam pada mulanya

pendidikan Islam disebut dengan kata “ta’dib”. Kata “Ta’dib”mengacu pada

pengertian yang lebih tinggi, dan mencakup unsur-unsur pengetahuan (‘ilm)

31
pengajaran (ta’lim) dan pengasuhan yang baik (tarbiyah). Akhirnya dalam

perkembangan kata ta’dib sebagai istilah pendidikan telah hilang peredarannya,

dan tidak dikenal lagi, sehingga ahli pendidik Islam bertemu dengan istilah At

Tarbiyah atau Tarbiyah, sehingga sering disebut Tarbiyah. Sebenarnya kata ini

berasal dari kata “Robba-yurabbi-Tarbiyatan” yang artinya tumbuh dan

berkembang. Maka dengan demikian populerlah istilah “Tarbiyah” diseluruh

dunia Islam untuk menunjuk pendidikan Islam

Pendidikan dalam pandangan Islam dimaksudkan untuk meningkatan

potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia.

Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan

dari tujuan pendidikan. Peningkatan potensi spritual mencakup pengenalan,

pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-

nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan.

Peningkatan potensi spritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi

berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan

harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.

B.        Tujuan Pendidikan Anak Menurut Islam

Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama

menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan

bermartabat. Menyadari betapa pentingnya peran agama bagi kehidupan umat manusia

maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah

keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, di

Satuan pendidikan nonformal penyelenggara pendidikan kesetaraan maupun masyarakat.

32
Pendidikan dalam pandangan Islam dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual

dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan

moral sebagai perwujudan dari tujuan pendidikan. Peningkatan potensi spritual mencakup

pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai

tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi

spritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki

manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.

Pendidikan diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan


manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia, serta bertujuan
untuk menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling
menghargai, disiplin, harmonis dan produktif, baik personal maupun
sosial. Pendidikan dalam pandangan agama Islam juga diharapkan menghasilkan
manusia yang selalu berupaya menyempurnakan iman, takwa, dan akhlak, serta aktif
membangun peradaban dan keharmonisan kehidupan, khususnya dalam memajukan
peradaban bangsa yang bermartabat. Manusia seperti itu diharapkan tangguh dalam
menghadapi tantangan, hambatan, dan perubahan yang muncul  dalam pergaulan
masyarakat baik dalam lingkup lokal, nasional, regional maupun global.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan menurut

Islam dalam membentuk seorang muslim yang mampu melaksanakan kewajibannya

kepada Allah, sebagaimana firman allah yang artinya, “Dan aku tidak menciptakan jin

dan manusia melainkan supaya mereka menyembah kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat: 56).

Maksud dari kata menyembah di ayat ini adalah mentauhidkan Alloh dalam segala

macam bentuk ibadah sebagaimana telah dijelaskan oleh Ibnu Abbas rodhiyallohu

‘anhu, seorang sahabat dan ahli tafsir. Ayat ini dengan tegas menyatakan bahwa

tujuan penciptaan jin dan manusia di dunia ini hanya untuk beribadah kepada Alloh

saja. Tidaklah mereka diciptakan untuk menghabiskan waktu kalian untuk bermain-

main dan bersenang-senang belaka. Sebagaimana firman Alloh,

“Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya
dengan bermain-main. Sekiranya Kami hendak membuat sesuatu permainan, tentulah
Kami membuatnya dari sisi Kami. Jika Kami menghendaki berbuat demikian.” (Al
Anbiya: 16-17).

33
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara
main-main, dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (Al-Mu’minun:
115)

Sehingga jelas bahwa tujuan pendidikan dalam Islam harus terkait dengan
tujuan penciptaan manusia itu sendiri di dunia ini, yakni menyembah Allah dengan
segala aspeknya ibadahnya, baik yang berhubungan dengan Allah, sesama manusia
maupun dengan lingkungannya. Ibadah yang juga berhubungan dengan masalah
ukhrowi (akherat) maupun masalah dunia (ilmu dunia).

Baca Juga

 Makalah Agama Islam (Pengertian dan Sejarah Agama Islam)


 Makalah Al Qur'an (Pembelajaran Usia Dini)
 Makalah Pedidikan Jasmani Untuk Anak

C.       Ruang Lingkup Pendidikan Anak Menurut Islam

Adapun Ruang lingkup pendidikan anak menurut secara garis besar dibagi

menjadi 5, yaitu:

1.      Pendidikan Keimanan

Tujuan pendidikan dalam Islam yang paling hakiki adalah mengenalkan

peserta didik kepada Allah SWT. Mengenalkan dalam arti memberikan pembelajaran

tentang keesaan Allah, kewajiban manusia terhadap Allah dan aspek-aspek aqidah

lainnya. Dalam hal ini dapat dikaji dari nasehat Luqman kepada anaknya yang

digambarkan Allah dalam firmannya:

34
“Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya diwaktu ia memberikan pelajaran

kepadanya:”hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesengguhnya

mempersekutukan Allah adalah benar-benar kedzaliman yang nyata.” (Q.S 31:13)

Kemudian bagaimana cara mengenalkan Allah SWT dalam kehidupan

peserta didik melalui proses pendidikan, antara lain:

a)      Menciptakan hubungan yang hangat dan harmonis

b)      Jalin hubungan komunikasi yang baik dengan anak, bertutur kata lembut, bertingkah
laku positif. Hadits Rasulullah : “cintailah anak-anak kecil dan sayangilah mereka…:”
(H.R Bukhari) serta “Barang siapa mempunyai anak kecil, hendaklah ia turut berlaku
kekanak-kanakkan kepadanya.”    (H.R Ibnu Babawaih dan Ibnu Asakir)

c)      Menghadirkan sosok Allah melalui aktivitas rutin

d)     Seperti ketika kita bersin katakan alhamdulillah. Ketika kita memberikan uang jajan
katakan bahwa uang itu titipan Allah jadi harus dibelanjakan dengan baik seperti beli
roti.

e)      Memanfaatkan momen religius

f)       Seperti Sholat bersama, tarawih bersama di bulan ramadhan, tadarus, buka


shaum bersama.

g)      Memberi kesan positif tentang Allah

h)      Kenalkan sifat-sifat baik AllahJangan mengatakan “ nanti Allah marah kalau kamu
berbohong” tapi katakanlah “ anak yang jujur disayang Allah”.

i)        Beri teladan

j)        Anak akan bersikap baik jika orang tuanya bersikap baik karena anak menjadikan
orang tua model atau contoh bagi kehidupannya.
“hai orang-orang yang beriman mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu
perbuat? Amat besar di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada
kamu kerjakan”.(Q.S 61:2-3)

k)      Kreatif dan terus belajar

35
l)        Sejalan dengan perkembangan anak. Anak akan terus banyak memberikan
pertanyaan. Sebagai orang tua tidak boleh merasa bosan dengan pertanyaan anak
malah kita harus dengan bijaksana menjawab segala pertanyaannya dengan
mengikuti perkembangan anak.

 2. Pendidikan Akhlak

Allah mengutus Nabi Muhammad kepada umat manusia adalah untuk

memperbaiki akhlak manusia. Dalam proses pendidikan terdapat hadits dari Ibnu

Abas bahwa Rasulullah pernah bersabda: “… Akrabilah anak-anakmu dan didiklah

akhlak mereka.”, begitu juga Rasulullah saw bersabda: ”Suruhlah anak-anak kamu

melakukan shalat ketika mereka telah berumur tujuh tahun dan pukullah mereka kalau

meninggalkan ketika mereka berumur sepuluh tahun, dan pisahkan tempat tidur

mereka.” (HR. Abu Daud).

Bagaimana cara megenalkan akhlak kepada anak melalui proses pendidikan,

antara lain:

a)      Penuhilah kebutuhan emosinya

Dengan mengungkapkan emosi lewat cara yang baik. Hindari mengekspresikan emosi
dengan cara kasar, tidak santun dan tidak bijak. Berikan kasih saying sepenuhnya,
agar anak merasakan bahwa ia mendapatkan dukungan. Hadits Rasulullah :
“ Cintailah anak-anak kecil dan sayangilah mereka …:” (H.R Bukhari)
b)      Memberikan pendidikan mengenai yang haq dan bathil

Sebagaimana firman Allah yang artinya:“Dan janganlah kamu campur adukan yang haq
dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang haq itu, sedang kamu
mengetahui .”(Q.S 2:42) Seperti bahwa berbohong itu tidak baik, memberikan
sedekah kepada fakir miskin itu baik.
c)      Memenuhi janji

Dalam hal ini Hadits Rasulullah berbunyi:”…. Jika engkau menjanjikan sesuatu kepada


mereka, penuhilah janji itu. Karena mereka itu hanya dapat melihat, bahwa
dirimulah  yang memberi rizki kepada mereka.” (H.R Bukhari)

36
d)     Meminta maaf jika melakukan kesalahan

e)      Meminta tolong/ mengatakan tolong jika kita memerlukan bantuan.

3. Pendidikan intelektual

Menurut kamus Psikologi istilah intelektual berasal dari kata intelek yaitu

proses kognitif/berpikir, atau kemampuan menilai dan mempertimbangkan.

Pendidikan intelektual ini disesuaikan dengan kemampuan berpikir anak.

Menurut Piaget seorang Psikolog yang membahas tentang teori perkembangan yang

terkenal juga dengan Teori Perkembangan Kognitif mengatakan ada 4 periode

dalam perkembangan kognitif manusia, yaitu:

a.       Periode 1, 0 tahun – 2 tahun (sensori motorik)

Mengorganisasikan tingkah laku fisik seperti menghisap, menggenggam dan memukul


pada usia ini cukup dicontohkan melalui seringnya dibacakan ayat-ayat suci al-Quran
atau ketika kita beraktivitas membaca bismillah.

b.      Periode 2, 2 tahun – 7 tahun (berpikir Pra Operasional)

Anak mulai belajar untuk berpikir dengan menggunakan symbol dan khayalan mereka
tapi cara berpikirnya tidak logis dan sistematis.
Seperti contoh nabi Ibrahim mencari Robbnya.

c.       Periode 3, 7 tahun- 11 tahun (Berpikir Kongkrit Operasional)

Anak mengembangkan kapasitas untuk berpikir sistematik


Contoh : Angin tidak terlihat tetapi dapat dirasakan begitu juga dengan Allah SWT
tidak dapat dilihat tetapi ada ciptaannya.

d.      Periode 4, 11 tahun- Dewasa (Formal Operasional)

Kapasitas berpikirnya sudah sistematis dalam bentuk abstrak dan konsep

4.  Pendidikan fisik

Dengan memenuhi kebutuhan makanan yang seimbang, memberi waktu


tidur dan aktivitas yang cukup agar pertumbuhan fisiknya baik dan mampu
melakukan aktivitas seperti yang disunahkan Rasulullah: “ Ajarilah anak-anakmu
memanah, berenang dan menunggang kuda.” (HR. Thabrani)

37
5.  Pendidikan Psikis

            Dalam hal ini Allah berfirman: “Dan janganlah kamu bersifat lemah dan jangan

pula berduka cita, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya, jika

kamu benar-benar orang yang beriman.” (QS. 3:139)

            Upaya dalam melaksanakan pendidikan psikis terhadap anak antara lain :

a)       Memberikan kebutuhan emosi, dengan cara memberikan kasih saying, pengertian,

berperilaku santun dan bijak.

b)       Menumbuhkan rasa percaya diri

c)       Memberikan semangat tidak melemahkan

D.    Tiga Tahapan Pendidikan Anak menurut Islam

Menurut sahabat Ali bin Abitahalib ra, pendidikan anak dapat dibagi menjadi 3

tahapan/ penggolongan usia, yaitu:

1.      Tahap BERMAIN (“la-ibuhum”/ajaklah mereka bermain), dari lahir sampai kira-kira 7

tahun.

2.      Tahap PENANAMAN DISIPLIN (“addibuhum”/ajarilah mereka adab) dari kira-kira 7

tahun sampai 14 tahun.

3.      Tahap KEMITRAAN (“roofiquhum”/jadikanlah mereka sebagai sahabat) kira-kira mulai

14 tahun ke atas.

Ketiga tahapan pendidikan ini mempunyai karakteristik pendekatan yang

berbeda sesuai dengan perkembangan kepribadian anak yang sehat. Begitulah kita

coba memperlakukan mereka sesuai dengan sifat-sifatnya dan tahapan hidupnya.

38
 

1.

A. Pengertian Peran Ibu

Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status) apabila

seseorang yang melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya

maka dia menjalankan suatu peranan. Sedangkan kewajiban adalah segala

sesuatu yang harus dilakukan oleh setiap orang dalam menjalankan

kehidupannya . Dengan kedudukan yang lebih dewasa inilah sehingga wanita

mempunyai peran yang besar dalam keluarga, yaitu ibu sebagai pendidik anak-

anak (KBBI, 2007:23).

Bahasa Arab berasal Kata Ibu Dalam dari kata al-umm dan al-walidah

adalah dua kata yang memiliki arti ibu. Mengenai penggunaan dua kata ini,

Quraish Shihab berpendapat bahwa kata al-umm menunjukan pengertian yang

mencakup ibu kandung dan bukan ibu kandung, sedangkan al-walidah

39
menerangkan bahwa yang dimaksud adalah ibu kandung (M. Quraish Shihab

2000:88). Menurutnya kata al-umm yang berarti ibu dari kata yang sama

dibentuk kata imam (pemimpin) dan umat. Kesemuanya bermuara pada makna

yang dituju atau yang diteladani dalam arti pandangan harus tertuju pada umat,

pemimpin dan ibu menjadi teladan. Umm atau ibu melalui perhatian serta

keteladanan yang diberikan pada anaknya dapat menciptakan pemimpin-

pemimpin bahkan dapat membina umat. Sebaliknya, jika yang melahirkan

seorang anak tidak berfungsi sebagai umm, maka umat akan hancur dan

pemimpin yang patut diteladanipun tidak akan lahir (M. Quraish Shihab,

2000:258).

Dari penjelasan di atas dapat ita simpulkan bahwa ibu sebagai seorang

perempuan yang diberi kepercayaan oleh Allah SWT untuk mengandung,

melahirkan serta menyusui anak, bertanggungjawab untuk aktif dalam

membina, mendidik, mengasuh dan menjadi tauladan yang baik bagi anaknya

agar dapat menciptakan pemimpin-pemimpin yang mampu membina umat.

Sejatinya, ibu dikatakan ideal dalam islam yaitu mampu mendidik anak
dengan nilai keislaman sejak masih dini, memiliki budi pekerti yang
baik atau akhlakul karimah, selalu menjaga perilakunya agar menjadi
teladan yang baik bagi anaknya, serta memiliki sikap penyabar dan
lemah lembut dalam berbicara agar kelak sang anak dapat memiliki
kepribadian yang tangguh dan baik.

Maka, hendaklah seorang ibu membekali dirinya dengan bekal yang bisa
membantunya dalam membimbing anak dengan bimbingan yang bisa
menjaga anak dari keburukan dan membentuk kepribadian anak yang
shaleh dan shalehah. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
artikel yang sudah kami paparkan diatas, dapat ditarik kesimpulan
bahwasanya Berdasarkan sebagai seorang ibu hendaklah mereka

40
mengetahui bagaimana peran mereka sebagai ibu yang mempunyai
kewajiban dalam mendidik anak dalam segi pandangan islam.
Seorang ibu adalah tempat pertama seorang anak mendapatkan
pendidikan, sehingga patut kiranya seorang ibu membekali dirinya
dengan nilai-nilai keislaman dan kemudian mendidik anak dengan
nilai-nilai keislaman tersebut dengan memberikan keteladanan atau
contoh. Keterbukaan antara ibu dan anak menjadi hal penting agar
dapat menghindarkan anak dari pengaruh negatif yang ada di luar
lingkungan keluarga. Orang tua perlu membantu anak dalam
mendisiplinkan diri mengisi waktu luang anak dengan kegiatan positif
yang diminati anak untuk mengaktualisasikan diri.
Saran

B. Tugas, Sifat Dan Kedudukan Ibu

Karena itu, hakikat seorang ibu atau tugas ibu dalam perspektif islam yang secara

garis besar ...

Sedangkan tugas seorang ibu menurut (...) adalah

Sedangkan sifat seorang ibu menurut (...) dalam buku (...)mengatakan ada beberapa

sifat penting dalam keibuan, sifat-sifat tersebut adalah...

Sedangkan menurut (...) dalam tulisannya yang mengemukakan 10 sifat ibu yaitu

sebagai berikut:

Sedangkan kata ibu secara aterminologi yang dinyatakan oleh Abu Al

‘Aina Al-Mardhitah dalam bukunya Apakah Anda Umi Shalihah? Bahwa ibu

merupakan status mulia yang pasti akan disandang oleh setiap wanita normal.

41
Ibu merupakan tumpuan harapan penerus generasi, di atas pundaknya terletak

suram dan cemerlangnya generasi yang akan lahir. (Abu Al ‘Aina, 1996:20).

Ibu adalah sosok hebat di dalam keluarga. Ia bisa menjadi apa


saja di dalam sebuah keluarga. Peran ibu di dalam keluarga
memang sangat besar. Ia dapat mengayomi, mendidik, dan
mengajarkan berbagai hal kepada anak-anaknya. Bahkan, ibu
juga bisa menjadi seseorang yang menjembatani komunikasi
keluarga, misalnya komunikasi antara ayah dan anaknya.
Seperti yang kita ketahui, ibu memiliki peran keluarga yang
cukup besar. Nah, apa saja sih sebenarnya yang bisa dilakukan
oleh seorang ibu dalam sebuah keluarga?
 Manager untuk mengatur urusan rumah tangga
Sebuah keluarga tentu membutuhkan seseorang yang dapat
mengatur segala kebutuhan rumah tangga. Jika ayah
memiliki peran keluarga sebagai pencari nafkah, ibu bertugas
mengelola keuangan keluarga. Dengan kata lain, ibu bisa
menjadi manajer yang handal untuk mengatur segala
kebutuhan anak-anak, suami, maupun dirinya sendiri.
 Guru yang mendidik anak-anak
Terlepas seorang ibu memiliki profesi sebagai eksekutif atau
ibu rumah tangga, sosok ibu dapat menjadi guru yang terampil
dalam mendidik anak-anaknya. Bukan sekedar mengajarkan
materi pelajaran di sekolah saja, ibu juga berperan penting
dalam membentuk karakter dan perilaku anak. Ibu juga dapat

42
menjadi guru yang mengajarkan hal-hal yang baik atau hal
buruk yang harus dihindari.

 Koki yang menyediakan makanan keluarga


Tidak ada koki yang lebih hebat dari seorang ibu. Beliau dapat
menyiapkan teh celup dan sarapan lengkap di pagi hari sampai
memasak makan malam yang bergizi untuk keluarganya.
Memikirkan menu makanan setiap hari ternyata tidak
mudah, lho. Ibu merupakan seorang koki terbaik yang berusaha
menyajikan makanan enak dan bergizi tetapi juga variatif agar
keluarganya tidak bosan saat menyantap masakannya.
 Motivator dalam keluarga
Bukan hanya sekedar menyiapkan teh berkualitas saat
sedang duduk santai bersama keluarga, ibu juga bisa menjadi
motivator terbaik yang menyemangati anggota keluarganya.
Beliau juga menjadi supporter setia untuk mendukung suami
dan anak-anaknya dalam mewujudkan impian. Ketika ada salah
satu anggota keluarga yang menyerah, ibu adalah orang yang
pertama membangkitkan semangat dan memotivasi
keluarganya agar tidak gampang menyerah.
 Perawat sekaligus dokter
Ketika sedang sakit, ibu bisa menjadi perawat yang
menyediakan keluarganya secangkir teh celup hangat dan
sup. Bahkan, sekalipun anak-anaknya sedang sakit, ibu juga
mampu memilihkan obat terbaik atau membuat obat tradisional
sendiri. Jadi, boleh dibilang peran ibu dalam keluarga bisa
menjadi perawat sekaligus dokter.
Masih banyak peran seorang ibu dalam sebuah keluarga. Ibu memang merupakan sosok
yang hebat untuk melengkapi peran keluarga dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai

43
ungkapan terima kasih atas peranan yang sudah dijalani ibu selama ini, sudahkah
Anda mengungkapkan rasa sayang Anda kepada ibu atau wanita yang telah menjadi
ibu bagi anak-anak Anda?

Ibu merupakan sosok utama yang memegang peranan penting dalam sebuah keluarga. Ibu

memiliki banyak peranan dan mampu melakukan banyak hal untuk kebutuhan semua

anggota keluarga. Sosok seorang super woman yang mampu melakukan banyak hal

termasuk memasak, mengasuh anak, mendidik, menata rumah, dan banyak hal lainnya.

Begitu banyaknya peran ibu tidak bisa dideskripsikan seberapa hebat sosok seorang ibu

tersebut. Seorang ibu memberikan keseimbangan dalam sebuah keluarga. Berikut ini peran

penting ibu dalam keluarga :

1. Ibu sebagai Seorang Manajer Keluarga

Ibu sebagai seorang manajer keluarga yang memiliki wewenang dalam mengatur semua hal

yang terjadi dalam keluarga. Ibu sebagai seorang manajer juga bertugas menyatukan

anggota keluarga dan menyelesaikan masalah yang ada. Ibu mengatur segala kebutuhan,

perencanaan, penyelesaian masalah, keuangan, dan banyak hal lainnya.


2. Ibu sebagai Seorang Pendidik

Sosok seorang ibu juga berperan dalam hal pendidikan untuk anggota keluarga. Pendidikan

yang dimaksud adalah apa yang diajarkan oleh seorang ibu kepada anaknya. Anak paling

dekat dengan ibu. Penanaman pendidikan dilakukan sudah sejak dini. Ibu juga paling

mengerti karakter anak sehingga mampu memberikan pendidikan yang sesuai. (baca


juga: Cara Membentuk Karakter Anak Usia Dini)

Ibu mendidik anak tentang apa yang harus dilakukan dalam kehidupan dan bagaimana

menjadi seorang yang baik. Sepanjang daur pertumbuhan seorang anak dipengaruhi oleh

ajaran ajaran dari ibu dan ayahnya untuk tumbuh menjadi manusia yang baik.

3. Ibu sebagai Seorang Psikolog bagi Anak dan Keluarga

Ibu menjadi seorang psikolog yang memperhatikan tumbuh kembang anggoota keluarganya

mulai dari tumbuh kembang kejiwaan, karakteristik, perilaku yang dilakukan setiap

anggota keluarga. Kejelian ibu memperhatikan hal tersebut digunakan untuk memberikan

masukan apabila ada tingkah laku yang menyimpang dan agar setiap anggota keluarga

tumbuh menjadi manusia yang baik di lingkungan masyarakat. Ibu juga memastikan anak

44
tumbuh dengan karakter dan jiwa yang baik dan berguna untuk orang lain. (baca

juga: Ciri-ciri Pubertas)
4. Ibu sebagai Perawat

Ibu juga merupakan sosok yang paling peduli tentang kesehatan anggota keluarganya. Ibu

selalu memberikan yang terbaik untuk menjaga kesehatan keluarganya. Ibu memberikan

nutrisi yang cukup agar anggota keluarga tidak jatuh sakit. Dan pada saat sakit, ibu

merawat tanpa lelah untuk memperbaiki kesehatan anggota keluarganya. Ibu memberikan

perawatan secara menyeluruh dan mengatur banyak hal dari menyeka, mengganti baju,

menyuapi makan dan minum, mengingatkan minum obat dan membawakan obat. (Baca

juga: Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik)


5. Ibu sebagai Seorang Koki

Ibu sebagai koki hebat dalam keluarga. Ibu berperan menghidangkan makanan yang enak dan

sehat untuk keluarga setiap harinya. Selain memasak makanan utama, ibu juga

menyiapkan cemilan, makanan penutup, dan hidangan lainnya. Ketrampilan ibu dalam hal

ini tidak perlu ditanyakan. Masakan ibu selalu menjadi yang ter-enak dan dirindukan oleh

anggota keluarga. masakan ibu dirasa memiliki cita rasa yang khas dan tidak ada orang

lain yang bisa memasak seenak masakan ibu. (Baca juga: Psikologi Perkembangan Anak

Usia Dini)
6. Ibu sebagai Pelindung

Ibu juga berperan sebagai pelindung baik secara fisik maupun mental dan emosional. Ibu

sebagai pelindung mental dan emosi siap mendengarkan cerita kehidupan tiap anggota

keluarganya dan memberikan masukan positif yang selalu berisi dukungan dan nasehat.

Ibu juga sebagai seorang pelindung secara fisik, tidak akan suka jika anaknya dilukai oleh

orang lain dan membatasi anak untuk tidak bergaul dengan orang- orang yang salah.

Pembatasan ini ditujukan untuk hal yang baik agar anak tidak salah pergaulan.

Baca juga:

 Psikologi Anak
 Psikologi Perkembangan
7. Ibu sebagai Panutan

Ibu merupakan sosok panutan yang selalu kuat. Ibu juga menanamkan nilai nilai keagamaan

dan nilai kemanusiaan pada anak. Ibu sebagai panutan juga diperlihatkan dari aktivitas

yang dilakukannya. Sosok ibu yang baik memberikan panutan positif pada anak untuk

meniru perbuatan baik tersebut.

45
8. Ibu sebagai Akuntan Keluarga

Ibu mengatur semua pemasukan dan pengeluaran dalam rumah tangga. Ibu mengatur finansial

keluarga dengan sangat rapi agar semuanya terencana dan keuangan keluarga menjadi

stabil. Ibu juga yang mengetahui pembatasan penggunaan keuangan untuk hal yan

gpenting atau tidak sehingga memiliki wewenang untuk membatasi hal tersebut. (Baca

juga: Tahap Perkembangan Emosi Anak)


9. Ibu sebagai Motivator Keluarga

Ibu sebagai seorang motivator. Ibu selalu memberikan dukungan pada setiap anggota

keluarganya selama hal tersebut dinilai positif. Ibu juga memberikan semangat tiada batas

untuk mendukung perkembangan anaknya menjadi sosok sosok yang luar biasa. Ibu juga

yang membangkitkan semangat anak saat mereka putus asa atau tidak memiliki

tujuan.  (baca juga: Fobia Sosial)


10. Ibu sebagai Dokter Keluarga

Ibu sebagai dokter keluarga mengetahui tanda- tanda anggota keluarga yang akan sakit. Ibu

akan memberikan obat yang terbaik untuk anggota keluarga yang sakit. Ibu menemani

berobat dan mengurus segala keperluan pengobatan. Ibu memperhatikan perbaikan atau

perburukan kondisi dan memiliki alternatif pengobatan dari berbagai sumber.

Baca juga:

 Cabang Cabang Psikologi


 Psikologi Remaja
 Psikologi Komparatif
11. Ibu sebagai Fashion Ddesigner

Ibu juga sangat memperhatikan tentang apa yang sedang dikenakan oleh semua anggota

keluarganya. Ibu memperhatikan apakah pakaian yang digunakan anak dan suami sudah

sesuai, apakah cukup bersih dan wangi, apakah masih bisa digunakan atau perlu baru.

Ibu sebagai fashion designer juga membantu memilihkan pakaian yang cocok untuk anggota

keluarga, dari mulai baju, sepatu, tas, bahkan perlengkapan pakaian dalam.

Baca juga:

  Tipe Kepribadian Manusia


 Psikologi Abnormal 
 Psikologi Industri dan Organisasi
12. Ibu sebagai Interior Designer

46
Ibu mampu mengatur pembagian ruangan, design rumah, tata letak inferior rumah, dan jenis

barang- barang yang dibutuhkan dalam rumah agar rumah tampak nyaman untuk

beraktivitas. Semua unsur diperhatikan dari mulai keindahan, keleluasaan gerak di dalam

rumah, dan manfaatnya bagi semua anggota keluarga.

13. Ibu sebagai Sekertaris

Ibu juga bisa berperan sebagai seorang sekertaris profesional. Ibu mengenal dengan baik

kebutuhan dalam rumah dan kebutuhan setiap anggota keluarga dan mempersiapkannya

dengan baik. Ibu juga mengetahui seluruh jadwal aktivitas anggota keluarga. Dia tahu

kegiatan apa saja yang akan dilakukan anak dan suami di luar rumah, dimulai pukul

berapa dan selesai pukul berapa. Ibu juga mengatur jam berapa meraka akan sampai rumah

dengan tepat waktu. (baca juga: Psikologi Diagnostik)


14. Ibu sebagai Ahli Perbaikan

Ibu adalah seorang perempuan yang bisa melakukan banyak hal termasuk hal yang

seharusnya dilakukan oleh laki- laki. Ibu bisa memperbaiki berbagai macam barang yang

rusak atau menemukan solusi untuk perawatan perabotan rumah tangga. Ibu juga mampu

memperkirakan kualitas dan ketahanan barang untuk digunakan.

Baca juga:

 Cara Membentuk Karakter Anak Usia Dini


 Cara Mendidik Anak Hiperaktif
15. Ibu sebagai Sahabat

Ibu sebagai seorang sahabat yang paling baik. Ibu mendengarkan setiap keluhan, curhatan,

dan memberikan masukan positif yang membangun. Ibu memberikan solusi pemecahan

masalah dan menenangkan hati. Ibu merupakan teman paling dekat yang bisa dipercaya

selayaknya sahabat baik. (baca juga: Psikologi Keluarga)


16. Ibu sebagai Event Organizer

Ibu juga merupakan event organizer handal yang mampu menangani jenis acara keluarga baik

acara resmi maupun acara jalan- jalan. Berbagai kebutuhan untuk acara akan dipersiapkan

dengan baik. Mulai dari barang barang yang perlu dibeli sampai dengan jalannya acara

atau tempat tujuan yang akan dituju.

17. Ibu sebagai Pegawai Tauladan

Ibu merupakan sosok multi tasking yang bisa memanage banyak hal secara bersamaan.

Menjadi seorang ibu merupakan pekerjaan yang tiada habisnya. Namun tanpa kata lelah,

47
ibu tetap bersemangat menyelesaikan seluruh pekerjaannya dalam rumah tangga. (Baca

juga : Teori Nativisme)


18. Ibu sebagai Penjaga Kebersihan

Ibu mengawasi setiap sudut rumah dan tingkah laku anggota keluarga yang tidak menjaga

kebersihhan rumah. Keindahan dan kerapian rumah menjadi hal yang penting bagi ibu

untuk kennyamanan anggota keluarganya. Ibu akan terus mengingatkan anggota keluarga

untuk menjaga kebersihan rumah bersama- sama.

Baca juga:

 Konsep diri dalam Psikologi


 Psikologi Keperawatan
19. Ibu sebagai Partner

Ibu sebagai partner dai sosok ayah yang kompak untuk segala keputusan terkait anak,

keluarga, rumah, dan lainnya. Segala keputusan akan dibicarakan bersama untuk pilihan

keputusan yang terbaik. Ibu juga merupakan partner dalam berbagai kegiatan. (Baca

juga: Kecerdasan Interpersonal)
20. Ibu sebagai Superhero

Segala macam kemampuan dimiliki oleh ibu sehingga menjadikannya seorang superhero. Ibu

adalah wanita super yang berjuang untuk keluarganya. Ia mengesampingkan semua

keinginannya dan mengorbankan diri untuk melihat kebahagian pada keluarganya. (baca

juga: Antropologi)

Baca juga :

  Prospek Kerja Lulusan Psikologi


 Teori Belajar dalam Psikologi

Demikian peran peran ibu dalam keluarga yang sangat banyak. Selain 20 peran ibu diatas,

masih banyak lagi peran ibu lainnya yang sangat penting untuk keluarga. Ibu merupakan

sosok yang tidak bisa dihilangkan dalam sebuah keluarga. Keluarga yang bahagia,

merupakan hasil dari perjuangan seorang ibu dalam menangani banyak hal di dalamnya.

Ibu adalah sosok berharga dalam keluarga, sosok superhero, sosok tokoh utama yang

dibutuhkan oleh semua orang.

Artikel ini berisikan tentang kumpulan peranan ibu dalam sebuah keluarga yang mampu

menjadi banyak peran sekaligus dan berjaland engan alami tanpa sedikitpun keluhan.

48
Begitu mulianya peran sebagai seorang ibu yang patut diapresiasi bagi seluruh ibu di

dunia.

eran ibu adalah perilaku atau tindakan ibu membawa perannya dalam

menumbuhkembangan kecerdasan spiritual anak dalam perspektif pendidikan

islam. Ibu merupakan sosok utama yang memegang peranan penting dalam sebuah

keluarga. Ibu memiliki banyak peranan dan mampu melakukan banyak hal untuk

kebutuhan semua anggota keluarga. Sosok seorang super woman yang mampu melakukan

banyak hal termasuk memasak, mengasuh anak, mendidik, menata rumah, dan banyak hal

lainnya. Begitu banyaknya peran ibu tidak bisa dideskripsikan seberapa hebat sosok

seorang ibu tersebut. Seorang ibu memberikan keseimbangan dalam sebuah keluarga.

Berikut ini peran penting ibu dalam keluarga :

C. Tugas, Sifat Dan Kedudukan Ibu

Karena itu, hakikat seorang ibu atau tugas ibu dalam perspektif islam yang secara

garis besar ...

Sedangkan tugas seorang ibu menurut (...) adalah

Sedangkan sifat seorang ibu menurut (...) dalam buku (...)mengatakan ada beberapa

sifat penting dalam keibuan, sifat-sifat tersebut adalah...

Sedangkan menurut (...) dalam tulisannya yang mengemukakan 10 sifat ibu yaitu

sebagai berikut:

D. Keduduan Ibu Dalam Islam.

49
BAB III

IBU MENURUT PERSPETIF ISLAM

A. Perspektif Ibu Pra Islam

B. Perspektif Ibu Dalam Islam

C. Kedudukan Ibu Dalam Islam

BAB III

DEFINISI PENDIDIKAN DALAM ISLAM

A. Pengertian Pendidikan Islam

Sebelum menguraikan lebih mendalam tentang pengertian pendidikan

menurut islam, terlebih dahulu perlu dipahami secara terminologis arti kata

pendidikan, sifat, dan tujuan intinya.

Para ahli pendidikan mendefinisikan pendidikan sebagai beriut:

1. Pendidikan adalah aktivitas sosial penting yang berfungsi

mentransformasikan keadaan masyaraat menuju keadaan yang lebih baik.

Keteraitan pendidikan dengan keadaan sosial sangat erat sehingga

50
pendidikan mengalami proses spesialisasi dan intitusionalisasi sesuai

dengan kebutuhan masyaraat yang kompleks dan modern. Meskipun

demikian, proses pendidikan secara menyeluruh tidak bisa dilepaskan dari

proses pendidikan informal yang berlangsung di luar sekolah. (M. Noor

syam, 1981: 4)

2. Dalam bahasa inggris, istilah pendidikan adalah Education yang berasal dari

kata to educate, artinya mengasuh mendidik. Dalam Dictionary of

Education, disebutkan bahwa pendidikan adalah kumpulan semua proses

yang memunginkan seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan

tingkah laku yang bernilai positif dalam masyarakat. Istilah education juga

bermana proses sosial tatkala seseorang dihadapkan pada pengaruh

lingungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya lingkungan sosial)

sehingga ia dapat memiliki kemampuan sosial dan perkembangan individu

secara optimal. (Zahara Idris, 1992:2)

3. Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

untuk memotivasi, membina, membantu serta membimbing seseorang

untuk mengembangkan segala potensinya sehingga ia mencapai kualitas diri

yang lebih baik. Inti pendidikan adalah usaha pendewasaan manusia

seutuhnya (lahir dan batin), baik oleh orang lain maupun oleh dirinya

sendiri, dalam arti tuntutan agar anak didik memiliki kemerdekaan berfikir,

merasa, berbicara, dan bertindak serta percaya diri dengan penuh rasa

tanggung jawab dalam setiap tindakan dan prilaku kehidupannya sehari-

hari. (Basri, 2007:34)

51
4. Pendidikan diartian sebagai proses pembinaan dan bimbingan yang

dilakukan secara terus menerus kepada anak didik hingga tercapainya tujuan

pendidikan. (Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani, 2003: 2)

5. Menurut Undang-Undng SistemPendidikan Nasional No.20 tahun 2003,

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta

ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyaraat, bangsa dan negara.

6. Pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan

sengaja oleh orang dewasa terhadap anak didik agar menjadi dewasa secara

mental dan intelektual. (Nur Uhbiyati, 1998: 7)

7. Pendidikan merupakan usaha pengembangan kualitas diri manusia dalam

segala aspeknya. Pendidikan sebagai aktivitas yang disengaja untuk

mencapai tujuan tertentu dan melibatkan berbagai fator yang saling

berkaitan antara satu dan yang lainnya, sehingga membentuk satu sistem

yang saling memengaruhi. (Tedi Priatna, 2004: 27)

8. Konferensi Internasional Pendidikan Islam yang diselenggarakan oleh

Universitas King Abdul Aziz di Jeddah pada tahun1997, merekomendasikan

bahwa pendidikan adalah keseluruhan pengertian yang terkandung dalam

makna ta’lim, ta’dib dan tarbiyah. (Ahmad Tafsir, 1992: 28)

9. Menurut Azyumardi Azra,pendidikan merupakan proses penyiapan generasi

muda untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara

lebih efektif dan efisien. (Azyumardi Azra 2005: 3)

52
Hasan Langgulung (1980: 23) mengatakan bahwa pendidikan memiliki

empat fungsi, yaitu:

a. Fungsi edukatif, artinya mendidik dengan tujuan memberikan ilmu

pengetahuan kepada anak didik agar terbebas dari kebodohan.

b. Fungsi pengembangan kedewasaan berpikir melalui proses transmisi ilmu

pengetahuan.

c. Fungsi penguatan keyakinan terhadap kebenaran yang diyakini dengan

pemahaman ilmiah.

d. Fungsi ibadah, sebagai bagian dari pengabdian hamba kepada sang pencipta

yang telah menganugrahkan kesempurnaan jasmani dan rohani kepada

manusia.

Dalam perspektif Islam, pendidikan dikatakan dengan istilah pendidikan

Islam. Pengertian pendidikan Islam dikemukakan oleh para pakar berikut:

BAB V

53
PENUTUP

A. Esimpulan

Daftar Pustaka

54

Anda mungkin juga menyukai