Anda di halaman 1dari 74

PENDIDIKAN

ASWAJA DAN KE-NU-AN

Kurikulum Merdeka
Untuk
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
ISLAM BUSTANUL ULUM KETANGGUNGAN
**

Kelas 7

Diterbitkan Oleh :

SMP ISLAM BUSTANUL ULUM


KETANGGUNGAN

Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
1
DAFTAR ISI
SEMESTER GANJIL
Bab 1
Sejarah Kemunculan firqoh dalam islam dan munculnya paham ahlusunnah wal
jama’ah........................................................................................................................
..
Bab 2
Ahlussunnah Wal Jamaah Menurut Nahdlatul Ulama .............................................
Bab 3
Sistem Bermadzhab..................................................................................................
Bab 4
Madzhab-Madzhab Aswaja Menurut NU.................................................................
Bab 5
Usaha NU Mempertahankan dan Mengembangkan Ahlussunnah Wal
Jamaah..........
Bab 6
Tahun Baru Hijriyah...............................................................................................
Bab 7
Tasu'a Dan Asyura'.................................................................................................
SEMESTER GENAP
Bab 8
Sikap Kemasyarakatan Nahdlatul Ulama..................................................................
Bab 9
Khidmah Nahdlatul Ulama di Bidang Keagamaan Dan Dakwah..............................
Bab 10
Khidmah Nahdlatul Ulama di Bidang Pendidikan Dan Iptek....................................
Bab 11
Khidmah Nahdlatul Ulama di Bidang Kesejahteraan Masyarakat..............................
Bab 12
Khidmah Nahdlatul Ulama di Bidang Seni Budaya..................................................
Bab 13
Khidmah Nahdlatul Ulama di Bidang Bela Negara Kebesaran NU dan Aspek
Pendukungnya.........................................................................................................

Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
2
A.Sejarah singkat kemunculan firqoh dalam Islam
Selama Nabi Muhammad Saw menakhodai kedaulatan negara
tauhid, keadaan akidah kaum muslimin tetap berada pada kesucian yang
bersumber dari wahyu ilahi. Dasar utama yang digunakan adalah al-
Qur'an dan al-Hadits. Setelah Rasul wafat, pertikaian di kalangan kaum
muslimin tak dapat dielakkan lagi.Di antara sebab yang muncul,
permasalahan politik merupakan hal yang tidak bisa dihindari. Atas latar
belakang pertikaian dan perpecahan kaum muslimin yang disebabkan
oleh politik, munculah banyak firqah (kelompok) yang kemudian dari
persoalan politik mengarah ke permasalahan teologi/keyakinan/ akidah.

Sepeninggal Nabi Saw inilah timbul persoalan di Madinah, yaitu


siapa pengganti beliau untuk mengepalai negara yang baru lahir itu. Dari
sinilah, mulai bermunculan berbagai pandangan umat Islam. Sejarah
Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
3
meriwayatkan bahwa Abu Bakar as-Siddiq-lah yang disetujui oleh umat
Islam ketika itu untuk menjadi pengganti Nabi Saw dalam mengepalai
Madinah. Selanjutnya, Abu Bakar digantikan oleh Umar bin Khattab.
Kemudian, Umar digantikan oleh Usman bin Affan. Dan Usman bin
Affan digantikan oleh Ali bin Abi Thalib.

Munculnya perselisihan
Awal kemunculan aliran dalam Islam terjadi pada saat khilafah
Islamiyah mengalami sukses pada masa  kepemimpinan dari Usman bin
Affan ke Ali bin Abi Thalib. Masa pemerintahan Ali merupakan era
kekacauan dan awal perpecahan di kalangan umat Islam. Namun, bibit-
bibit perpecahan itu mulai muncul pada akhir kekuasaan Usman.

Di masa pemerintahan khalifah keempat ini, perang secara fisik


beberapa kali terjadi antara pasukan Ali bin Abi Thalib melawan para
penentangnya. Peristiwa-peristiwa ini telah menyebabkan terkoyaknya
persatuan dan kesatuan umat. Sejarah mencatat, paling tidak, dua perang
besar pada masa ini, yaitu Perang Jamal (Perang Unta) yang terjadi
antara Ali dan Aisyah yang dibantu Zubair bin Awwam dan Talhah bin
Ubaidillah serta Perang Siffin yang berlangsung antara pasukan Ali
melawan tentara Muawiyah bin Abu Sufyan.

Bagaimana Perang Siffin terjadi?


Perang siffin dilatarbelakangi oleh pertikaian politik antara Ali dan
Mu'awiyah, yang saat itu menjadi gubernur di Syam (Syiria). Mu'awiyah
yang menolak memberikan baiat kepada Ali yang terpilih sebagai
khalifah, karena Ali tidak kunjung melakukan qishas terhadap para
pembunuh Utsman ibn Affan. Mua'wiyah berpendapat siapapun yang
terlibat dalam pembunuhan Utsman harus dibunuh. Sedangkan Ali
berpandangan bahwa yang harus dihukum adalah yang jelas-jelas
membunuh Utsman, dan tidak mudah mencari pembunuhnya karena
yang terlibat dalam peristiwa tersebut sangat banyak. Keadaan semakin
memanas karena Ali mengerahkan bala tentaranya untuk berperang
melawan Mu'awiyah. Sedangkan di kubu Mu'awiyah juga menyiapkan
pasukan untuk melawan pasukan Ali. Kedua pasukan itu kemudian

Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
4
bertemu di suatu tempat bernama Shiffin, sehingga disebut perang
siffin. 

Pertempuran dahsyat terjadi, kubu Ali memperlihatkan tanda-tanda


akan meraih kemenangan dan terus mendesak pasukan Mu'awiyah. Amr
ibn Ash yang berada di pihak Mu'awiyah mengusulkan agar pasukan
mengangkat mushaf al-Qur`an dengan ujung tombak sebagai pertanda
mengajak berdamai. Pada mulanya Ali tidak mau menerima tawaran
damai Mu'awiyah tersebut. Tetapi karena banyak desakan dari
pengikutnya, akhirnya beliau mau mengadakan perundingan, yang
dalam catatan sejarah dikenal dengan istilah tahkim daumatul
jandal (arbitrasi). Ali mengutus Abu Musa al-Asy'ari sebagai juru
runding, sedangkan Mu'awiyah mengutus Amr ibn Ash. Tetapi tidak
semua pendukung Ali setuju dengan tahkim ini. Kelompok yang
menentang akhirnya memisahkan diri dari kelompok Ali, yang
selanjutnya disebut kelompok khawarij, dan mereka mendirikan sebuah
komunitas di Harura, suatu desa di Kufah. Orang pertama yang tidak
mengakui, bahkan memberontak, terhadap Ali ibn Abi Thalib adalah
sekelompok orang yang pada mulanya berjuang di pihak Ali ibn Abi
Thalib dalam pertempuran Shiffin, namun mereka merasa tidak puas
terhadap gencatan senjata yang disepakati antara Khalifah Ali ibn Abi
Thalib dan Mu'awiyah. Mereka itu adalah al-Asy'ary ibn Qais al-Kindi,
Mas'ari ibn Fudaki al-Tamami, dan Zaid ibn Husain alThai. Golongan
Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
5
khawarij telah mengambil sikap keras dan secara terang-terangan
melakukan pengingkaran kepada Ali, serta menganggapnya kafir. 

Datanglah kepadanya dari pasukan Mu'awiyah, yaitu Za'ra' ibn al-


Barraj al-Thaiy dan Harqush ibn Zahir al-Sa'dy, mereka berkata, “tidak
ada hukum melainkan hukum Allah”. Pada dasarnya yang mendorong
Khalifah Ali ibn Abi Thalib menerima arbitrasi/tahkim adalah kelompok
yang nantinya menentang dan keluar (khawarij) dari pasukan Ali. Pada
mulanya Khalifah Ali ibn Abi Thalib memilih Abdullah ibn Abbas
sebagai arbitrator, namun penunjukan ini ditolak oleh kaum khawarij
dengan alasan bahwa Abdullah ibn Abbas adalah keluarga Ali ibn Abi
Thalib. Kaum khawarij mendorong Ali ibn Abi Thalib agar menunjuk
Abu Musa al-Asy'ari untuk menetapkan keputusan yang sesuai dengan
ketentuan al-Qur'an. Namun setelah mereka mendengar keputusannya
tidak sesuai dengan apa yang mereka inginkan, mereka berbalik dan
memberontak terhadap Ali ibn Abi Thalib. Mereka berkata, “Buat apa
kita menerima keputusan itu padahal tidak ada hukum selain dari hukum
Allah”.

Siapa Kelompok yang masih mendukung Khalifah Ali dan kelompok


yang tidak mendukung Khalifah Ali bin Abi Thalib?

Khawarij adalah kelompok yang keluar dari barisan kaum


muslimin dan menganggap tidak sah apapun bentuk kepemimpinan yang
tidak berhukum dengan hukum Allah. Mereka kemudian mengkafirkan
siapa saja yang melakukan perbuatan dosa besar serta menganggap
wajib di bunuh dan kekal di dalam neraka.
Di samping itu masih banyak tentara yang setia kepada khalifah
Ali bin Abi Thalib. Mereka inilah yang kemudian dikenal sebagai
kelompok “Syiah”. Apabila golongan Khawarij sangat berlebihan
membenci Khalifah Ali bin Abi Thalib dan bahkan sampai ada yang
mengkafirkannya, maka golongan syi’ah sangat berlebihan memujanya.
Sementara itu, kelompok yang mendukung Ali dan keturunannya
(Syiah) melakukan pembelaan atas tuduhan itu. Dari sinilah,
bermunculan berbagai macam aliran keagamaan dalam bidang teologi.

Selama kurun waktu pemerintahan Daulah Umayyah, muncul


beberapa firqah dikalangan umat Islam yang antara satu dengan lainnya
saling bertentangan dan sulit dikompromikan. Mereka berusaha untuk
mengembangkan dan membentengi firqah (kelompok)nya dengan
Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
6
merumuskan alasan-alasan (Hujjah) yang diambil dari pemahaman atau
penafsiran terhadap ayat-ayat Al-Qur’an maupun hadist-hadist
Rasulullah SAW.

Selain persoalan politik dan akidah (keimanan), muncul pula


pandangan yang lebih luas, yang berbeda mengenai Alquran (makhluk
atau kalamullah), qadha dan qadar, serta sebagainya.
Sunni dan Syiah Dua Aliran Firqah (Teologi) yang masih bertahan
dari sekian banyak aliran kalam (teologi) yang berkembang di masa
kejayaan peradaban Islam, seperti Syiah, Khawarij, Muktazilah,
Murjiah, Qadariyah, Jabbariyah, Asy'ariyah, Maturudiyah, dan
sebagainya, hingga saat ini hanya dua aliran yang masih memiliki
banyak pengikut. Kedua aliran itu adalah Ahlussunnah wal Jamaah
(biasa disebut dengan kelompok Sunni) dan Syiah.
Penganut kedua paham ini tersebar di berbagai negara di dunia
yang terdapat komunitas Muslim. Tak jarang, dalam satu negara
Muslim, terdapat dua penganut aliran ini. Secara statistik, jumlah
Muslim yang menganut paham Sunni jauh lebih banyak

 Murjjiah
Aliran Murji'ah adalah golongan yang terdapat dalam Islam yang
muncul dari golongan yang tak sepaham dengan Khawarij. Ini tercermin
dari ajarannya yang bertolak belakang dengan Khawarij.
Pengertian Murji'ah sendiri berasal dari kata arja'a yaitu menunda
ataupun menangguhkan atau juga penangguhan keputusan atas
perbuatan seseorang sampai di pengadilan Allah SWT kelak. Jadi,
mereka tak mengkafirkan seorang Muslim yang berdosa besar, sebab
yang berhak menjatuhkan hukuman terhadap seorang pelaku dosa
hanyalah Allah SWT, sehingga seorang Muslim, sekalipun berdosa
besar, dalam kelompok ini tetap diakui sebagai Muslim dan punya
harapan dan kesempatan untuk bertobat.

 Jabariyah
Aliran ini memiliki paham bahwa kita sebagai manusia harus
menerima atas hidup yang sudah ada pada qada' dan qadar dan sudah
ditulis di lahul mahfud. Aliran Jabariyah baru berkembang pada abad
ke-2 di Khurasan.

Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
7
Pendiri Jabariyah adalah Jaham bin Shofwan. Beliau berpendapat
bahwa setiap hidup manusia sudah ditentukan oleh takdir dan manusia
terpaksa untuk menerimanya. Manusia hanya bisa menerima keadaan
dan tanpa memiliki pilihan dan usaha dalam hidupnya. Dalam filsafat
Barat aliran ini disebut Fatalisme atau Predestination.

 Qodariyah
      Qodariyah berasal dari bahasa Arab ,yaitu kata qadara yang artinya
kemampuan dan kekutaan .Adapun menurut pengertian
termologi ,qadariyah adalah suatu aliran yang percaya bahwasegala
tindakan manusia tidak diinvertasi oleh Tuhan.Aliran ini berpendapat
bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta bagi setiap perbuatannya;Ia dapat
berbuat sesuatu atau meninngalkannya atas kehendaknnya sendiri.
dikenal dengan nama free will  dan free acr.

      Adapun paham Qodariyah secara matematis sulit dipastikan kapan ia


mulai muncul,apalagi paham tersebut ketika dikenalkan kepada
masyarakat Arab oleh orang Arab non padang pasir , kegoncangan dan
sikap menentang sikap Qodariyah
B.Sejarah Kemunculan paham Ahlussunnah wal jama’ah
Khalifah Al Makmun putra dari khalifah Harun al-Rasyid pada
tahun 827 Masehi menjadikan Mu’tazilah sebagai mazhab resmi negara.
Karena dinyatakan sebagai mazhab resmi oleh negara, kemudian kaum
Mu’tazilah mulai bersikap paksa dalam menyiarkan ajaran mereka.
Terutama paham mereka yang mengatakan bahwa Alquran bersifat
makhluk dalam arti diciptakan bukan bersifat Qodim dalam arti kekal
dan tidak diciptakan.

Aliran Mu’tazilah yang bersifat rasional ini kemudian mendapat


tentangan keras dari golongan tradisional Islam terutama golongan
mazhab Hambali. Setelah Khalifah Al Ma’mun meninggal pada tahun
833 Masehi, akhirnya aliran Mu’tazilah yang waktu itu sebagai mazhab
resmi negara dibatalkan oleh Khalifah al-Mutawakkil pada tahun 1856
Masehi.
Pada masa pemerintahan Abasiyyah khususnya pada massa
pemerintahan Al-Makmun (tahun 198-218 H/813-833 M) Al-Muktasih
(tahun 218-228 H/833-842 M) dan masa Al-Watsiq (tahun 228-233
Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
8
H/842-847 M) menjadikan Muktazilah sebagai mazhab/paham resmi
yang disahkan dan dilindungi oleh pemerintah saat itu.
Dalam  menyebarkan paham Muktazilah Kholifah Al-Makmun
melakukan pemaksaan terhadap seluruh jajaran pemerintah dan seluruh
masyarakat Islam. Ulama yang tidak mau mengikuti paham Muktazilah
itu menjadi korban penganiayaan dan dipenjarakan, misalnya: Imam
hambali (Ahmad bin Hambal), Muhaimin Bin Nuh dan lainya, oleh
karena tidak mau mengakui Al-Quran adalah makhluk seperti yang di
yakini oleh Muktazilah.
Para ulama beserta masyarakat Islam yang menentang paham
Muktazilah bersaatu bersikap tegas mempertahankan keyakinan/aqidah
Ahlussunnah Waljamaah adalah paham yang benar. Dukungan tersebut
semakin banyak terutama setelah terjadinya peristiwa Mihnatul Quran
yaitu finah yang semakin menimbulkan keresahan dalam masyarakat
pada saat itu, sehingga semakin baanyak masyarakat yang benci dan
menentang pemerintah termasuk pengikut Muktazilah.
Banyaknya keresahan dan penentangan masyarakat terhadap
pemerintah Abasiyyah, maka pada masa pemerintahan Al Mutawakkil
(233-247 H/874-861 M) menjabat sebagai kholifahAbasiyyah
menggantikan kloifah Al Watsiq, menyadari dukungan terhadap
pemerintahanya semakin sebagai akibat dari peristiwa Mihnatul Quran,
maka pada tahun 856 M pemerintah Al Mutawakkil membatalkan
aliran/paham Muktazilah sebagai paham resmi Negara dan pemerintah.
Dari penentangan atau perlawanan tersebut kemudian muncul
ulama Islam Syekh Abu Hasan Al Asyari (935 M) yang membawa
ajaran ajaran yang mudah diterima masyarakat bersifat sederhana tetapi
sejalan dengan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Syekh Abu Hasan AL
Asyari pada mulanya adalah penikut paham Muktazilah, tetapi setelah
mengetahui lewat mimpi bahwa paham Muktazilah di sebut oleh
Rasulullah Muhammad sebagai paham yang salah/sesat maka dia
meninggalkan ajaran itu dan membentuk aliran sendiri yaitu aliran
AHLUSSUNAH WALJAMAAH.
Di Samarkand, timbul pula usaha untuk menentang aliran
Muktazilah yang didirikan oleh Abu Mansur Al Maturidi, beliau adalah
ulama yang sepaham dengan Abu Haan Al Asyari, yang ajaranya
kemudian dikenal dengan paham Maturidiyah. Di Bukhara aliran
Maturidiyah dikembangkan oleh Ali Muhammad Al Bazdawi. Paham
Ahlussunnah yang dikembangkan oleh kedua ulama tersebut ternyata
Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
9
mamapu diterima disemua lapisan masyarakat sesuai dengan tingkat
pemikiran dengan tetap menjaga kemurnian ajaran islam sesuai ajaran
dan sunnah Nabi Muhammad serta tradisi para Sahabatnya dan
berkembang sampai saat ini.
Paham Ahlussunah Waljamaah dikembangkan terus menerus oleh murid
dan para ulama dan para pengikut Abu Hasan Asyari, seperti: Abu
Hasan Al Bahili, Muhammad Al Baqilani, Abu Maali Al Juwaini (Imam
Haromain), Abu Hamid Al Ghazali, Muhammad Bin Yusuf As Sunasi,
dan lain-lainya. Penyebaran Paham ASWAJA semakin lama semakin
tersebar keseluruh Dunia termasuk Indonesia.
Di Indonesia Ahlussunah Waljamaah muncul sebagai gerakan
pemurnian ajaran ajaran islam dari ajaran ajaran yang banyak
menyeleweng dari ajaran murninya. Paham Ahlussunnah Waljamaah
mudah diterima dan berkembang di Indonesia sebab dalam
penyampaianya menggunakan prinsip: At-Tawasut (jalan tengah) Al-
Iktidal (tegak lurus), At-Tawazun (keseimbangan), At-Tasamuh
(toleran), Amar Makruf Nahi Munkar (menyeru kebaikan dan mencegah
kemungkaran), dan Al-Iqtishod (sederhana menurut keperluan dan tidak
berlebihan)
Salah satu pemikiran dalam Islam yang sampai saat ini masih eksis
adalah Ahlus-Sunnah wal Jama’ah. Bahkan ini diikuti mayoritas umat
Islam di dunia.
Para ahli sejarah menjelaskan kemunculan aliran ini secara
substansial sebenarnya sudah ada sejak masa Nabi Muhammad SAW.
Hanya saja ketika itu namanya belum diformalkan.
Rosulullah Saw. Dalam sebuah kesempatan menyampaikan bahwa
umat Islam akan terpecah menjadi 73 golongan, hanya satu yang masuk
surga dan lainnya masuk neraka. Satu golongan itu disebut al-jama’ah.
(Riwayat Ahmad, Abu Daud, dan ad-Darimi)
Nabi Saw. Kemudian wafat. Tongkat kepemimpinan dilanjutkan
oleh khalifah Abu Bakar ash-Shidiq RA. Kemudian Umar bin Khatab
RA. Sampai di sini, dalam tubuh kaum muslimin tidak ada perpecahan.
Pelanjutnya adalah khalifah Utsman bin Affan RA. Beliau wafat
karena dibunuh pemberontak. Kemelut muncul dan terjadilah perang
antara kubu Ali bin Abi Thalib RA. Dan Muawiyah.
Secara militer, peperangan dimenangi oleh Ali.  Tetapi secara
diplomatis, Muawiyah yang unggul. Dalam peristiwa ini lahir istilah
Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
10
populer yang dikenal dengan Tahkim, yaitu kelompok Muawiyah
mengibarkan bendera putih dengan Al-Qur’an berada di ujung tombak
sebagai tawaran damai.
Berawal dari sini, muncul kelompok baru yang menolak adanya
Tahkim, yaitu khawarij. Jadi, umat Islam terpecah menjadi tiga
golongan, yaitu Syiah (Pendukung Ali), Khawarij, dan pendukung
Muawiyah.
Guna menguatkan kekuasaan dengan dalil agama, Muawiyah
membuat aliranatau golongan baru bernama Jabariyah. Salah satu
ajarannya yaitu setiap tindakan manusia adalah kehendak Allah SWT.
Dalilnya adalah: “Tidaklah engkau memanah, pada saat memanah, akan
tetapi Allah-lah yang memanah.” Al-Anfal[8]:17)

Merebaknya ajaran Jabariyah membuat situasi menjadi rumit.


Banyak orang yang malas bekerja karena yakin bahwa apa yang
dilakukan adalah kehendak Allah SWT.
Melihat situasi yang tidak baik itu, cucu Ali yang bernama
Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ali bin Abi Thalib membuat
aliran baru yang dikenal dengan Qadariyah. Aliran ini mengajarkan
bahwa manusia memiliki kehendak dan bertanggung jawab atas setiap
perbuatannya. Allah SWT. Tidak ikut campur dalam setiap kehendak
manusia. Dalilnya yang populer adalah : “Sesungguhnya Allah tidak
mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan
yang ada pada diri mereka sendiri.” (ar-Rad [13]: 11)
Estafet kepemimpinan kemudian beralih dari kekhalifahan
Muawiyah ke Dinasti Abbasiyah. Di masa ini, doktrin Qadariyah
menjadi aliran yang paling populer dan menjadi pondasi untuk
melakukan pembangunan. Paham ini dianggap paling berjasa dalam
melakukan reformasi besar-besaran dan menjadi negara maju dalam
berbagai aspek, seperti ilmu pengetahuan.
Dalam perkembangannya, Qadariyah bermetamorfosa menjadi
aliran Mu’tazilah. Ajarannya adalah menggunakan logika dalam setiap
Ijtihad. Bahkan kemudian aliran ini menjadi aliran resmi Negara.

Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
11
Setiap warga wajib menggunakan doktrin Mu’tazilah sebagai manhajul
fikr (aliran pemikiran). Akibatnya, terjadilah pemaksaan doktrin sampai
pada pembunuhan terhadap setiap warga yang tidak mengikuti aliran itu.
Ketika Kekhalifahan Abbasiyah dipegang oleh al-Ma’mun (827
M), al-Ma’tashim, dan al-Wasiq (813-847 M), para ulama dipaksa untuk
mengikuti paham bahwa al-Qur’an adalah makhluk, bukan kalamullah.
Siapa saja yang tidak setuju maka akan disiksa atau dibunuh.
Di antara ulama yang menolak paham tersebut sehingga disiksa
adalah Imam Ahmad (ad-Dzahabi, Siyaru A’laamin Nubalaa’ juz
XI:312). Pendiri mazhab Hanbali ini harus mendekam dalam sel dan
mendapat siksaan fisik yang sangat berat.
Adapun ulama yang dibunuh adalah Imam al-Buwaithi, murid
Imam asy-Syafei’i. Ia disiksa sampai meninggal karena meolak
keyakinan tersebut. (Ibnu Katsir, al-bidayah wan Nihayah), 10/369).

AHLUS SUNNAH MUNCUL KEMBALI


Saat itu ada seorang ulama besar yang mulanya pengikut
Mu’tazilah namun kemudian menyatakan keluar. Beliau adalah Abu
Hasan al-Asy’ari, yang menyatakan netral. Bukan menjadi bagian dari
Jabariyah, Qadariyah, atau Mu’tazilah.
Imam al-Asy’ari ingin membangun kembali semangat ajaran yang
dipesankan oleh Nabi Muhammad SAW untuk mengikuti sunnah dan
para sahabat. Mengikuti Imam al-Asy’ari berarti mengikuti jejak salaf
dan berpegang teguh terhadapnya, serta membangun argumentasi yang
kokoh terhadap jejak mereka. Muncullah Asy’ariyyah (Tajuddin as-
Subki, Thabaqat as-Syafi’iyyah al-Kubra, III/365)
Istilah itu populer untuk membedakan dengan kelompok lainnya.
Namun sesungguhnya, istilah itu sudah dipakai oleh sebagian sahabat.
Ibnu Abbas ketika menafsirkan surat ali Imran {3} : 106, yang dimaksud
“muka yang putih berseri” yaitu Ahlus-Sunnah wal Jama’ah. Adapun
orang-orang yang hitam muram mukanya adalah ahli bid’ah. (Ibnu
Katsir, Tafsir al-Qur’an Adhim, 2/92)
Kalangan Tabi’in juga menggunakan istilah itu untuk mengetahui
orang yang benar-benar termasuk Ahlus-Sunnah dan bukan. Ibnu Sirrin

Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
12
menjelaskan bahwa syarat diterimanya syarat seorang perawi Hadist
yaitu harus dari kalangan Ahlus-Sunnah. (Muqaddimah Muslim)
Tokoh lain yang mendorong agar umat kembali kepada Ahlus-
Sunnah adalah Abu Mansur al-Maturidi. Aliran ini semakin kuat di
tengah derasnya arus Jabariyah, Qadariyah, dan Mu’tazilah yang
membingungkan umat.
Yang membedakan mereka dengan ulama Salaf yaitu mereka
menggunakan kalam saat menghadapi tokoh-tokoh Jabariyah dan
lainnya. Tentunya, kalam yang dipakai berpatokan pada hujjah-hujjag
salaf.
Para salaf ketika menghadapi kelompok-kelompok tersebut tidak
menggunakan ilmu kalam sebagaimana yang dilakukan Imam Ahmad
dan ulama sebelumnya. Orang yang mengikuti sikap mereka disebut
Atsyari dengan tokohnya Imam Ahmad.  Meski kelompok ini tidak
menggunakan kalam, namun mereka tidak mencela ulama yang
menggunakan kalam selama masih berpatokan pada al-Qur’an dan
Sunnah.
Berdasar sejarah di atas, Syaikh Abul Aun as-Safarini al-Hanbali
(wafat 1188H) kemudian menggolongkan Ahlus-Sunnah wal Jama’ah
menjadi tiga kelompok. Yaitu al-Atsariyah dengan imamnya Ahmad bin
Hambal, al-Asy’arriyyah (Abul Hasan al-Asy’ari) dan al-Maturidiyyah
(Abu Mansur al-Maturidi). (Lawami’ al-anwar al-Bahiyyah, 1/73).

Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
13
A.Mari Renungkan
Sebagai Jamiyyah yang menegaskan dirinya sebagai penganut
paham Ahlussunnah wal Jamaah, Nahdlatul Ulama harus dapat
merumuskan paham yang dianut. Upaya ini dianggap penting karena
banyak buku tentang Ahlussunnah wal Jamaah yang beredar di
Indonesia, tetapi sebagian besar tidak cocok dengan rumusan yang
dianut oleh Nahdlatul Ulama. Tentu saja tujuannya bukan untuk
menuntut agar buku-buku tersebut dicabut dari peredaran, tetapi untuk
memberikan tuntunan bahwa Ahlussunnah wal Jamaah menurut NU itu
tidak harus sama dengan rumusan pihak lain. Di samping itu dengan
rumusan yang khas NU bukan berarti pihak-pihak yang berbeda
dianggap sudah bukan Ahlussunnah wal Jamaah. Rumusan Ahlussunnah
wal Jamaah menurut NU adalah semata-mata untuk meneguhkan
kedirian jamaah sesuai dengan konsep Aswaja yang telah diajarkan
Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
14
secara turun temurun berdasarkan sanad keilmuan yang kokoh dan jelas,
berdasarkan ajaran Islam yang murni yang telah dianjurkan dan
dipraktikkan Nabi Muhammad SAW
B.Aswaja Menurut NU

Ahlussunnah wal jama’ah adalah golongan yang senantiasa setia


mengikuti as-Sunnah wal jamah yaitu ajaran Islam yang diajarkan dan
diamalkan oleh Rasulullah SAW bersama para sahabatnya. Rumusan
pengertian tersebut didasarkan pada keterangan dalam hadits tentang
firqah, bahwasanya Rasulullah mempridiksi umat Islam akan terpecah
menjadi 73 golongan dan yang selamat hanya satu Ketika ditanyakan
siapa yang satu itu beliau bersabda "ma’ana alaihi wa ashabih”.

‫ق ْاليَهُ^^وْ ُد َعلَى ِإحْ^ دَى َأوْ ثِ ْنتَ ْي ِن‬ َ ‫ اِ ْفتَ^ َر‬:‫ص^لَّى هّللا ُ َعلَ ْي^ ِه َو َس^لَّ َم‬
َ ِ‫ قَ^^ا َل َر ُس^وْ ُل هللا‬:‫ال‬َ َ‫ع َْن َأبِ ْي هُ َري َْرةَ ق‬
‫ث‬ٍ َ‫ق ُأ َّمتِ ْي َعلَى ثَال‬ ُ ‫^ر‬ِ ^َ‫ص^ا َرى َعلَى ِإحْ^ دَى َأوْ ثِ ْنتَي ِْن َو َس^ ْب ِع ْينَ فِرْ قَ^ةً َوتَ ْفت‬ ِ َ‫ َوتَفَ َّرق‬،ً‫َو َسب ِْع ْينَ فِرْ قَة‬
َ َّ‫ت الن‬
ً‫و َس^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^ب ِْع ْينَ فِرْ قَ^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^ة‬. َ

Artinya: "Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: "Rasulullah


Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda, 'Kaum Yahudi telah
terpecah menjadi tujuh puluh satu (71) golongan atau tujuh puluh dua
(72) golongan, dan kaum Nasrani telah terpecah menjadi tujuh puluh
satu (71) atau tujuh puluh dua (72) golongan, dan umatku akan terpecah
menjadi tujuh puluh tiga (73) golongan." (HR Tirmidzi).
‫ لَيَْأتِيَ َّن َعلَى ُأ َّمتِي َما َأتَى َعلَى بَنِي ِإ ْس َراِئي َل َح ْذ َو‬:‫ قَا َل َرسُو ُل هَّللا ِ ﷺ‬:‫َوع َْن َع ْب ِدهَّللا ِ بن عمرو قَا َل‬
‫ َوِإ َّن بَنِي‬،‫ك‬ َ ِ‫ َحتَّى ِإ ْن َكانَ ِم ْنهُ ْم َم ْن َأتَى أ َّمه عالنيةً كان من ُأ َّمتِي َم ْن يَصْ نَ ُع َذل‬،‫النَّع ِْل بِالنَّ ْع ِل‬
ِ َّ‫ ُكلُّهُ ْم فِي الن‬،ً‫ث َو َس ْب ِعينَ ِملَّة‬
‫ار ِإاَّل‬ ٍ ‫ق ُأ َّمتِي َعلَى ثَاَل‬
ُ ‫ َوتَ ْفت َِر‬،ً‫يل تفرَّقوا على اثنين َو َس ْب ِعينَ ِملَّة‬ َ ‫ِإس َْراِئ‬
ُّ‫ َما َأنَا َعلَ ْي ِه َوَأصْ َحابِي َر َواهُ التِّرْ ِم ِذي‬:‫ال‬
َ َ‫ُول هَّللا ِ؟ ق‬
َ ‫ َم ْن ِه َي يَا َرس‬:‫ قَالُوا‬،ً‫ ِملَّةً َوا ِح َدة‬.

Dari Abdullah bin ‘Amr, ia berkata bahwa Rasulullah ‫ﷺ‬


bersabda, ”Benar-benar akan terjadi pada umatku apa yang pernah
terjadi atas Bani Israil, bagaikan sepasang sandal.
Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
15
Hingga, jika di antara mereka ada yang menggauli ibunya secara
terang-terangan, maka pada umatku pun akan ada orang yang berbuat
demikian.
Sesungguhnya Bani Israil telah terpecah menjadi tujuh puluh dua
golongan. Semuanya akan masuk neraka, kecuali satu golongan.
Dan umat pun akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan.
Mereka semua akan masuk neraka, kecuali satu golongan.”
Para sahabat bertanya, `Siapakah golongan itu, wahai Rasulullah?
`Beliau menjawab, ”Mereka yang mengikuti jalan hidupku dan para
sahabatku.”

Dalam riwayat lain disebutkan "Ahlussunnah wal Jama’ah .


Yang dimaksud dengan sunnah adalah segala sesuatu yang berasal
dan Rasulullah SAW berupa perkataan,perbuatan maupun penetapannya
Sedangkan kata al-jama’ah menurut Syekh Abdul Qadir al-Jilani
didefinisikan sebagai:

‫ما اتفق عليه أصحاب رسول هللا في خالفة الخلفاء الراشدين‬


Segala sesuatu yang telah disepakati oleh para sahabat Rasulullah pada
masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin.
Berdasarkan pengertian tersebut, KH. Hasyim Asy'ari mendefinisikan
Ahlussunnah wal Jamaah sebagai;
‫أهل التفسير والحديث والفقه المتمسكون بسنة رسول هللا والخلفاء الراشدين بعده‬
Golongan ahli tafsir, ahli hadits dan ahli fikih yang senantiasa
berpegang teguh kepada sunnah Rasul dan sunnah para Khulafaur
Rasyidin
Sesudah Imam al-Asy'ari dan al-Maturidi, Ahlus Sunnah wal Jamaah
didefinisikan sebagai pengikut Imam Abu Hasan Al-Asy'ari dan Imam
Abu Mansur Al-Maturidi dalam bidang aqidah. Imam. Murtadla
Azzabidi mengatakan:

Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
16
‫إذا أطلق أهل السنة والجماعة فالمراد به األشاعرة والماتردية‬
"Apabila disebut Ahlussunnah wal-jamaah, maka maksudnya adalah al-
Asya'irah (golongan yang mengikuti imam Al-Asy'ari) dan Al-
Maturidiyah (golongan yang mengikuti Imam Maturidi)"
Menurut Nahdlatul Ulama paham Ahlussunnah wal Jamaah tidak
dapat dipisahkan dari haluan bermadzhab, sehingga yang dimaksud
dengan Ahlussunnah wal Jamaah adalah golongan yang dalam
memahami. menghayati dan mengamalkan ajaran Islam menggunakan
pendekatan madzhab. Pengertian ini dimaksudkan untuk melestarikan,
mempertahankan. mengamalkan dan mengembangkan paham
Ahlussunnah wal Jamaah Nahdlatul Ulama berpendirian bahwa dengan
mengikuti madzhab yang jelas metode (manhaj) dan pendapat
(aqwal)nya, maka warga NU akan lebih terjamin berada dalam jalan
yang lurus dan akan mendapatkan ajaran Islam yang murni.

Rangkuman
1. Ahlussunnah wal Jamaah adalah golongan yang selalu setia
mengikuti As Sunnah dan al-Jamaah
2. Assunnah adalah segala sesuatu yang bersumber dan Rasulullah
SAW
3. Al-Jamaah adalah, Segala sesuatu yang telah disepakati dan
diamalkan oleh para sahabat Rasulullah pada masa pemerintahan
Khulafaur Rasyidin
4. Menurut Nahdlatul Ulama Ahlusunnah wal Jamaah adalah golongan
penganut madzhab, yakni golongan yang dalam mememahami dan
mengamalkan ajaran Islam menganut Madzhab.
5. Nahdlatul Ulama berpendirian bahwa dengan mengikuti madzhab
yang jelas metode (manhaj) dan pendapat (aqwal), maka warga NU

Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
17
akan lebih terjamin berada dalam jalan yang lurus dan akan
mendapatkan ajaran Islam yang murni.
C.Mari Berlatih
Tugas
1. Apa yang dimaksud dengan ungkapan "ma ana alaihi wa ashhabi"?
2. Apa yang dimaksud dengan as Sunnah dan al Jamaah?
3. Apa yang maksud dengan ahlus sunnah wal jamaah menurut Syaikh
4. Murtadlo Az Zabidi?
5. Apa yang maksud dengan ahlus sunnah wal jamaah menurut NU?
....................................................................................................................
....
....................................................................................................................
....
....................................................................................................................
....
....................................................................................................................
....
....................................................................................................................
....
....................................................................................................................
....
....................................................................................................................
....
....................................................................................................................
....
....................................................................................................................
....
....................................................................................................................
....
....................................................................................................................
....

Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
18
A.Mari Renungkan

Imam Hanafi / 699M Imam Maliki / 711M

Imam Syafi’i / 767M Imam Hanbali / 780M


Bermadzhab adalah bertaqlidnya orang awam atau orang yang
belum mencapai tingakatan mujtahid, kepada madzhab imam mujtahid,

Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
19
baik konsisten mengikuti satu madzhab saja atau berpindah dari satu
madzhab ke yang lain.
Bermadzhab merupakan sarana bagi pemeliharaan kemurnian
Ajaran Islam. Bermadzhab bukan berarti meninggalkan sumber hukum
pokok ajaran Islam yaitu al-Qur'an dan al-Hadits, karena pengambilan
sumber-sumber hukum yang dilakukan oleh para pembangun madzhab
tidak lain adalah al-Qur’an dan al-Hadits. Bahkan di tangan para
mujtahid pembangun madzhab hukum-hukum Islam yang diambil dari
sumber aslinya dapat diselamatan dari segala bentuk kesalahan dan
penyelewengan. Ajakan kembali kepade Al-Qur'an dan al-Hadis tentu
tidak boleh diartikan memahami sumber hukum tersebut secara bebas
tanpa metode, dan syarat-syarat yang dipertanggung jawabkan
kebenarannya. Untuk itu diperlukan metode (manhaj) yang dapat
mengantarkan seseorang memahami hukum Islam, terlebih pada sumber
pokok Al Qur’an dan Al Hadts bermadzhab dalam Islam telah terbukti
memiliki akurasi ilmiah yang Harus dan mampu menolak berbagai
penyelewengan dalam memahami islam.
Muktamar Aswaja internasional Chechnya 25 Agustus 2016
menegaskan bahwa Aswaja adalah Asyari’ah dan Maturidiyah dalam
akidah,Empat mazhab Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hambali dalam fikih
Serta ahli tasawuf yang murni ilmu dan akhlak sesuai manhaj imam
Junaedi dan para ulama yang meniti jalannya.

B.Pengertian Sistem Bermadzhab


Madzhab menurut bahasa berarti "jalan". Sedangkan menurut istilah
berarti:
‫َب َوا ْعتَقَ َد َو ْالختارهَا اَِإْل َما ُم ْال ُمجْ تَ ِه َد‬
َ ‫اََأْلحْ َكا ُم فِي ْال َم َساِئلْ اَلَّتِي َذه‬
"Hukum hukum dalam berbagai masalah yang diambil, diyakini
Berdasarkan pengertian di atas, jelaslah bahwa madzhab itu tidak
terbentuk berdasarkan hukum yang disepakati para ulama secara jelas
(qath'i), melainkan terbentuk karena adanya beberapa persoalan yang
masih menjadi perselisihan di antara para ulama mujtahidin.

Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
20
Madzhab merupakan Cara atau metode yang digunakan oleh
seorang mujtahid dalam mengambil hukum dari sumbernya yang asli
yaitu al-Qur’an dan al-Hadits. Madzhab juga dapat dipahami sebagai
pendapat para imam mujtahid yang diperoleh dari penelitiannya secara
mendalam terhadap hukum-hukum yang terkandung dalam al-Qur'an
maupun al-Hadis serta dalil-dalil yang lainnya.
Jadi, madzhab itu dibangun oleh seorang mujtahid yang mampu
berijtihad dengan menggunakan cara atau metode yang dirumuskannya
sendiri (mujtahid mustaqil) dan diakui keabsahannya oleh para ulama
lainnya. Dengan demikian, bermadzhab sebenarnya tidak terbatas pada
imam mujtahid tertentu, bahkan banyak hasil ijtihad ulama mujtahid
yang boleh diikuti oleh umat Islam. Akan tetapi di kalangan
Ahlussunnah wal Jamaah, madzhab yang diakui ada empat, yaitu:
madzhab Hanafi yang dibangun oleh Imam Abu Hanifah an Nu'man,
madzhab Maliki yang dibangun oleh Imam Malik bin Anas, madzhab
Syafi'i yang dibangun oleh Imam Muhammad bin Idris as-Syafi'i, dan
madzhab Hambali yang dibangun oleh imam Ahmad bin Hambal.
Penetapan dan pengamalan hasil ijtihad ke empat madzhab tersebut
didasarkan pada beberapa pertimbangan, di antaranya adalah;
1. Madzhab mereka telah teruji keshahihannya karena dibangun
berdasarkan metode penggalian hukum (istimbath) yang jelas dan
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiyah
2. Hasil hasil ijtihad mereka telah dibukukan (dikodifikasi) dengan
baik,diakui kekuatan dalil dan keabsahannya serta diwariskan dari
generasi ke genarasi secara bersambung oleh para murid dan
pendukung mereka.
Dalam istilah keagamaan, mengikuti madzhab yang dibangun oleh
seorang imam mujtahid mutlaq itu disebut dengan "al-Madzhabiyah"
(bermadzhab), yang dapat didefiisikan sebagai berikut:
‫أن يقلد العامي أو من لم يبلغه رتبة اإلجتهاد مذهب إمام مجتهد سواء إلتزاما واحدا بعينه أو‬
‫عاش يتحول من واحد إلى آخر‬

Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
21
"Taqlidnya orang awam atau orang yang belum sampai pada derajat
Gilad (mandir) kepada madzhab imam mujtahid baik secara terus
menerus atau berpindah dari madzhab yang satu kepada lainnya"

C.Mazhab-Mazhab Yang Sudah Punah


Selain yang kita kenal dengan empat mazhab ada beberapa mazhab
yang pernah terkenal  pada zamannya, namun karena mereka kalah oleh
pengaruh dari mazhab mazhab lain yang datang kemudian sehingga
pengikutnya menjadi surut.
Imam imam yang pernah terkenal dari mazhab mazhab tersebut
yang kurang atau tidak berkembang lagi adalah :

1. Mazhab Al-Auza’iy pendirinya ialah Abd.Rahman bin Muhammad


Al-Auza’iy.Beliau dilahirkan di Ba’labak tahun 88H.Beliau termasuk
tokoh hadits yang tidak menyukai qiyas, orang orang Syam bahkan
Hakim Syam mengikuti mazhab Beliau.
2. Mazhab Daud Al-Zhahiry. Pendirinya adalah Abu Sulaiman Daud bin
Ali bin Khalaf Al-Ashbahani yang terkenal dengan Al-Zhahiry, di
lahirkan di Kuffah pada tahun 202 H.
3. Mazhab AL-Thabary. Pendiri mazhab ini adalah Abu Ja’far bin Jarir
Al-Thabary dilahirkan tahun 224 H Beliu terkenal sebagai seoarang
Mujtahid, ahli sejarah dan tafsir.
4. Mazhab Al-laits. Pendiri mazhab ini adalah abu Al-harits bin Sa’ad
Al-fahmy, wafat pada 1784 H. Beliau terkenal sebagai ahli fiqih di
Mesir. ImamSyafi’i mengakui bahwa Al-laitsini lebih pandai dalam
soal fiqih dari pada Imam Maliki.

C.Pentingnya Madzhab dalam Memahami dan Mengamalkan Ajaran


Islam
Dari pengertian bermadzhab sebagaimana teruras di atas, diketahui
bahwa dalam praktiknya, bermadzhab itu dapat dibedakan menjadi dua
cara yaitu Pertama Bermadzhab kepada imam tetentu secara terus
menerus dalam segala masalah (Ibadah, muamalah dan lainnya, dan
tidak berkeinginan untuk berpindah ke madzhab lain). Cara seperti ini
sudah berlangsung sejak masa sahabat tabi’in dan seterusnya. Para

Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
22
pengikut madzhab dengan cara ini biasanya baru berpindah madzhab
jika terdapat alasan-alasan yang kuat, seperti berada ditempat lain
sehingga tidak mampun mengamalkan fatwa madzhabnya. Kedua
bermadzhab kepada imam tertentu secara tidak terus menerus atau tidak
dalam segala masalah, seperti dalam masalah ibadah mengikuti madzhab
Syafi'i tetapi dalam masalah muamalah mengikuti madzhab Hanafi atau
madzhab Maliki.
Menurut ajaran Ahlussunnah wal Jamaah bermadzhab itu sangat
diperlukan karena beberapa hal, antara lain:
1. Madzhab merupakan sebuah jalan yang disediakan oleh para imam
mujtahid karena adanya perbedaan pendapat di antara mereka.
Dengan sisteem bermadzhab ajaran Islam dapat terus
dikembangkan, disebarkan dan diamalkan dengan mudah bagi umat
Islam.
2. Bermadzhab dapat memudahkan umat Islam mempelajari ajaran
agamanya dan mengetahui hukum suatu perbuatan. Melalui sistem
bermadzhab pewarisan dan pengamalan ajaran Islam terpelihara
kelurusan dan terjamin kemurniannya:
3. Bermadzhab dapat menyelamatkan umat Islam dari penyimpangan
akibat salah tafsir dan kekeliruan dalam memahami dan
mengamalkan ajarannya. Artinya, dengan bermadzhab maka ajaran
yang terkandung dalam al-Qur'an dan al-Hadis dapat dipahami,
ditafsiri dan diamalkan dengan pola pemahaman yang dapat
dipertanggung jawabkan kebenarannya;
4. Bermadzhab dapat membatasi meluasnya perbedaan pendapat di
kalangan umat Islam.
Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa bermadzhab merupakan
sarana bagi pemeliharaan kemurnian ajaran Islam.Bermadzhab bukan
berarti meninggalkan sumber hukum pokok ajaran Islam yaitu al-Qur'an
dan al-Hadis, karena pengambilan sumber-sumber hukum yang
dilakukan oleh para pembangun madzhab tidak lain adalah al-Qur'an dan

Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
23
al-Hadis. Bahkan ditangan para mujtahid pembangun madzhab itulah
hukum-hukum Islam diambil dari sumber aslinya dapat diselamatkan
dari segala bentuk kesalahan dan penyelewengan. Ajakan kembali
kepada Al-Qur'an dan al-Hadis tentu tidak boleh diartikan memahami
kedua sumber hukum tersebut secara bebas tanpa metode, dan syarat-
syarat yang dipertanggung jawabkan kebenarannya. yang
Rangkuman
1. Madzhab adalah cara atau metode yang digunakan oleh seorang
mujtahid dalam mengambil hukum dari sumber aslinya yaitu al-
Qur-an dan al-Hadis.
2. Bermadzhab sebenarnya tidak terbatas pada imam mujtahid
tertentu, Akan tetapi di kalangan Ahlussunnah wal Jamaah,
madzhab yang diakui ada empat, yaitu:madzhab Hanafi, madzhab
Maliki, madzhab Syafi'l, dan madzhab Hambali.
3. Bermadzhab dapat dibedakan menjadi dua cara yaitu; (a).
Bermadzhab kepada imam tetentu secara terus menerus dalam
masalah ibadah, muamalah dan lainnya,dan (b). Bermadzhab
kepada imam tertentu secara tidak terus menerus atau tidak dalam
segala masalah, seperti dalam masalah ibadah mengikuti madzhab
Syafi'i,tetapi dalam masalah muamalah mengikuti madzhab Hanafi
atau madzhab Maliki.
4. Bermadzhab merupakan sarana bagi pemeliharaan kemurnian
ajaran Islam. Bermadzhab bukan berarti meninggalkan sumber
hukum pokok ajaran Islam yaitu al-Qur'an dan al-Hadis, karena
pengambilan sumber-sumber hukum yang dilakukan oleh à para
pembangun madzhab tidak lain adalah al-Qur'an dan al-Hadis.
5. Ajakan kembali kepada Al-Qur'an dan al-Hadis tentu tidak boleh
diartikan memahami kedua sumber hukum tersebut secara bebas
tanpa metode, dan syarat-syarat yang dipertanggung-jawabkan
kebenarannya.

Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
24
A.Mari Renungkan

Kitab Al-Umm Karya imam Syafi’i


Nahdlatul Ulama adalah organisasi sosial-keagamaan (jamiyyah
diniyah ijtimaiyah) yang didirikan oleh para Kiai Pengasuh Pesantren.
Tujuannya adalah memelihara, melestarikan, mengembangkan dan
mengamalkan ajaran Islam Ahlussunnah wal Jamaah. Berbeda dengan
kelompok atau organisasi Islam lainnya, dalam mengembangkan paham
Ahlussunnah wal Jamaah, Nahdlatul Ulama menggunakan jalan
pendekatan al-Madzhab. Bahkan bagi Nahdlatul Ulama mengikuti
madzhab yang benar merupakan sebuah kewajiban karena dengan
bermadzhab akan lebih mendekatkan umat Islam pada kebenaran. Di
samping itu, dengan bermadzhab, ajaran Islam yang terdapat dalam al-
Qur'an dan al-Hadis dapat dikembangkan, disebar luaskan dan

Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
25
diwariskan dengan mudah kepada semua lapisan atau tingkatan umat
Islam, mulai dari mereka yang paling awam sampai yang alim sekalipun.
B.Madzhab Aswaja Menurut NU

 Bidang Aqidah
Paham Ahlussunnah wal Jamaah dalam Nahdlaul Ulama
mencakup aspek akidah, syari'ah dan akhlak. Ketiganya merupakan satu
kesatuan ajaran yang mencakup seluruh aspek utama agama Islam.
Akidah merupakan aspek terpenting ajaran Islam, sekaligus yang
melatar belakangi lahirnya paham Ahlussunnah wal Jamaah. Di dalam
Nahdlatul Ulama, pemahaman terhadap aspek akidah mengikuti konsep
akidah Asy'ariyah dan al-Maturidiyah.
Dalam naskah Khitthah NU pasal 3 point (b) disebutkan bahwa di
bidang aqidah, Nahldatul Ulama mengikuti faham Ahlussunnah wal
Jamaah yang dipelopori oleh:
1). Imam Abul Hasan al-Asy'ari dan 2). Imam Abu Manshur al-
Maturidi.

Abu Hasan Al-Asy’ari / 873M Abu Mansyur Al-Maturidi /853M


780M 8873M 780M

Di antara pertimbangan dipilihnya kedua aliran ini, karena metode


(manhaj) berfikir keduanya yang selalu mengedepankan sikap tengah
(at-tawassuth)dalam membicarakan masalah-masalah akidah.
Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
26
Misalnya;
a. keseimbangan antara penggunaan dalil naqli dan dalil aqli. Dalil nagli
(nash al-Qur'an dan al-Hadis) adalah dasar utama dalam memahami
ajaran Islam. Sedangkan akal manusia adalah sebagai penunjang
Apabila terjadi pertentangan antara nash dengan akal, maka
didahulukan nash, karena akal tidak mampu memahami kehendak
nash,
b. tentang sifat Allah, jalan tengah (at-tawassuth) yang diambil adalah
"tidak menafikan sifat Allah dan tidak menyerupakanNya dengan
mahluk". Sebagai contoh; kalam adalah sifat Allah yang qadim dan
azali. Karena al-Qur'an adalah kalam Allah, maka ia adalah qadim.
bukan mahluk dan tidak diciptakan

 Bidang Syariah (Fiqih)


Dalam bidang syari'ah atau fikih, Nahdlatul Ulama mengikuti jalan
pendekatan (al-madzhab) dari salah satu madzhab empat:
1) Madzhab Imam Abu Hanifah an-Nu'man bin Tsabit, 2) Madzhab
Imam Malik bin Anas,3) Madzhab Imam Muhammad bin Idris as-Syafi'i
dan 4) Imam Ahmad bin Hambal.
Setidaknya ada empat alasan dipilihnya ke-empat madzhab
tersebut, yaitu;
1. Kepribadian dan keilmuan mereka sudah dikenal di seluruh dunia
Islam. sehingga jika disebut nama mereka, hampir dapat dipastikan
sebagian besar umat Islam di seluruh dunia mengenalnya dan tidak
memerlukan penjelasan secara rinci
2. Mereka merupakan imam mujtahid mutlaq-mustaqil, yakni; Imam
Mujtahid yang memiliki metode ushul fikih dan fikih sendiri yang
berbeda dengan rumusan mujtahid lain.
3. Mereka mempunyai murid yang secara istiqamah mengajarkan dan
mengembangkan madzhabnya yang didukung oleh buku induk yang
masih terjamin keasliannya hingga sekarang
4. Di antara mereka terjalin hubungan keilmuan (mata rantai keilmuan)
yang akrab, saling menghormati dan saling menghargai. Misalnya;
Imam Abu Hanifah pernah bertemu dengan Imam Malik di Madinah
Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
27
dan keduanya terlibat dalam diskusi keagamaan yang berakhir
dengan sikap saling memuji dan mengakui keahlian masing-masing
di hadapan pengikutnya.
 Bidang Akhlak/Tasawuf
Adapun di bidang akhlak tasawuf, Nahdlatul Ulama hanya menerima
ajaran-ajaran tasawuf yang tidak meninggalkan aqidah dan syariat, yakni
tasawuf yang dituntun oleh wahyu al-Qur'an dan Sunnah atau Thariqah
Rasulullah SAW Dalam bidang ini Nahdlatul Ulama mengikuti antara
lain:
1. tasawuf Imam al-Ghazali dan
2. tasawuf Junaid al-Baghdadi serta
3. imam-imam lain yang membangun dan mengembangkan thariqat
mu'tabarah
Penerimaan terhadap ajaran tasawuf para imam tersebut bertujuan
memberikan jalan tengah (tawassuth) antara keinginan untuk
memperdalam penghayatan ajaran Islam melalui riyadlah dan
mujahadah secara benar dengan kewajiban untuk menyelesaikan
persoalan-persoalan umat. Dengan ungkapan lain, bertujuan menjadikan
warga Nahdlatul Ulama menjadi umat yang memiliki kesalehan individu
(pribadi) dan kesalehan social (masyarakat) Kesalehan individu
tercermin dalam kesungguhan dalam beribadah dan bertagarrub kepada
Allah SWT Sedangkan kesalehan social tercermin dalam sikap saling
membantu (at-ta awun), saling menyayangi (at-tarahum), dan saling
menasihati (at-tanasuh) dalam upaya mewujudkan kesejahteraan dan
kemaslahatan umum.
RANGKUMAN
1. Paham Ahlussunnah wal Jam’ah mencakup aspek akidah, syariah
dan akhlak
2. Dalam bidang akidah Nahdlatul Ulama mengikuti konsep akidah
Asy'ariyah dan al-Maturidiyah Di antara pertimbangan dipilihnya
kedua aliran ini karena metodenya yang selalu mengedepankan sikap
tengah (at-tawasuth dalam masalah-masalah akidah.

Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
28
3. Dalam bidang syariah, dengan mengikuti jalan pendekatan (al-
madzhab) salah satu dari imam hanafi, Iman Malik bin Anas, Imam
Muhammad Safi’i dan Imam Ahmad bin Hambal. Dasar
Pertimbangannya adalah: (a) Kepribadian dan keilmuan mereka
sudah dikenal di seluruh dunia Islam, (b) Mereka adalah imam
mujtahid yang memiliki metode ushul fikih dan fikih sendiri, (c).
Mereka mempunyai murid yang secara istiqamah mengajarkan dan
mengembangkan madzhabnya, (d). Di antara mereka terjalin
hubungan keilmuan.
4. Dalam bidang akhlak/tasawuf, Nahdlatul Ulama mengikuti antara
lain tasawuf Imam al-Ghazali dan Junaid al-Baghdadi dan imam-
imam lain. Dasar pertimbangannya adalah mereka membangun dan
mengembangkan tasawuf yang dituntun oleh wahyu al-Qur'an dan
Sunnah Rasulullah SAW yang lebih dikenal dengan Thariqah
Mu'tabarah.

Imam Ghozali / 1058M Imam AQ Junaedi Al-Bagdadi /830M


8301058M

Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
29
A.Mari Renungkan
Nahdlatul Ulama didirikan oleh para ulama pondok pesantren yang
berhaluan Ahlussunnah wal Jamaah.Semula para ulama pengasuh
pondok pesantren berjuang sendiri-sendiri, belum ada wadah yang
mempersatukan gerakan mereka. Hubungan antara mereka berlangsung
melalui silaturrahim dalam beberapa acara, seperti haul, imtihan (tutup
tahun pelajaran), walimah (resepsi/kenduri) dan seringkali dipererat
dengan besanan (saling mengambil menantu)
Kehadiran NU dimaksudkan sebagai wadah untuk mempersatukan
diri dan perjuangan dalam tugas memelihara, melestarikan,
mengembangkan, meneguhkan dan mengamalkan ajaran Islam
Ahlussunnah wal Jamaah di Indonesia. Hal ini merupakan jawaban atas
munculnya gerakan yang mengancam kelangsungan paham
Ahlussunnah wal Jamaah yang sudah menjadi keyakinan umat Islam
Indonesia sejak masa awal pertumbuhan dan perkembangan Islam.
B.Usaha NU Mempertahankan Ahlussunnah wal Jamaah

Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
30
Terdapat sebuah gerakan yang menamakan diri sebagai kelompok
"pembaru" meski sebenarnya mereka adalah sangat puritan 1, Paham ini
banyak dipengaruhi oleh paham Wahabi yang didukung penguasa baru
di Saudi Arabia. Mereka sangal berlebihan dalam usaha yang menurut
mereka sebagai pemurnian ajaran Islam, seperti:

1. melarang upacara mauludan, membaca berzanji, dibaiyah, tahlilan,


haul,
2. melarang ziarah kubur ke makam Nabi, para syuhada, para auliya,
3. melarang bermadzhab, dalam mengamalkan ajaran agama Islam
Para Ulama pengasuh pondok pesantren yang berhaluan
Ahlussunnah wal Jamaah menolak keras terhadap paham baru tersebut.
Mereka berusaha keras membela dan mempertahankan kemumian ajaran
Islam Ahlussunnah wal Jama’ah Sehingga tidak jarang terjadi
perdebatan secara terbuka untuk menguji kebenaran pendapat masing-
masing menyangkut ajaran Islam yang sebenarnya. Dalam setiap
perdebatan, ternyata hujjah (alasan) yang menjadi pegangan para ulama
pondok pesantren selalu lebih unggul (rajih) dibanding kelompok yang
menamakan diri pembaharu tersebut, karena memang ajaran
Ahlussunnah waljamaah yang dipegang oleh para ulama pesantren benar
benar dibangun berdasarkan kemurnian ajaran Islam
Puncak dari kesungguhan para ulama pondok pesantren dalam
memper tahankan, melestarikan, mengembangkan dan meneguhkan
ajaran Islam Ahlussunnah wal Jamaah di Indonesia adalah kesepakatan
mereka untuk mendirikan jamiyyah diniyah timaiyyah (organisasi
keagamaan dan kemasyarakatan) yang diberi nama Nahdlatul Ulama.
Dengan berdirinya NU. upaya menangkal pengaruh berbagai paham atau
aliran yang secara terang terangan mengancam keberlangsungan paham
Ahlussunnah wal Jamaah dilakukan secara bersama-sama, terorganisasi
(berjamiyah) dan terarah.

1
orang yang hidup saleh dan yang menganggap kemewahan dan kesenangan sebagai
dosa; 2 anggota mazhab Protestan yang pernah berkembang pada abad ke-16 dan ke-
17 di Inggris yang berpendirian bahwa kemewahan dan kesenangan adalah dosa
Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
31
Para ulama pendiri Nahdlatul Ulama bersama-bersama dengan
para ulama pengasuh pondok pesantren yang diikuti para santrinya
masing-masing memantapkan diri untuk menjaga kemurnian ajaran
Islam Ahlussunnah wal Jamaah di tengah-tengah keadaan (kondisi) dan
perkembangan kehidupan. Kapanpun di manapun dan dalam keadaan
apapun. Dengan demikian sampai sekarang, paham Ahlussunnah wal
Jamaah tetap menjadi milik dan dianut sebagian besar masyarakat Islam
Indonesia.
Dalam semua hal, baik akidah, ibadah, maupun muamalah, praktik
(amaliyah) keagamaan Islam tetap dalam garis ajaran Islam
Ahlussunnah wal Jamaah yang telah diajarkan oleh para muballigh
Islam baik melalui pengajian rutin di mushalla, masjid, ceramah umum,
maupun dilembaga lembaga pendidikan seperti pesantren dan madrasah
sekolah yang didirikan oleh warga Nahdlatul Ulama
C.Usaha NU Mengembangkan Ahlussunnah wal Jamaah
Ajaran Ahlussunnah wal Jamaah adalah ajaran atau paham
keagamaan NU yang digali langsung dari sumber-sumber ajaran Islam,
yaitu Al Qur'an, As-Sunnah, Al-Ijma’, dan Al-Qiyas Sebagai paham
keagamaan, maka Ahlussunnah wal Jamaah merupakan landasan
berfikir, bersikap dan bertindak bagi seluruh warga NU yang
dicerminkan dalam tingkah laku perorangan maupun organisasi
Landasan tersebut menjadi dasar semua urusan, baik dalam hubungan
dengan Allah SWT (hablumminallah), maupun hubungan dengan
sesama manusia (habluminannas), serta hubungan dengan semesta
alam.Hubungan hubungan tersebut dibangun dalam suatu tatanan
kehidupan yang menjamin tegaknya akhlakul karimah dan martabat
kemanusiaan. Di samping, itu jiwa dan semangat amar ma'ruf nahi
mungkar yang dilandasi persaudaraan sejati (al-ukhuwwah), persamaan
(al-musawah), keadilan (al-'adalah) menjadi dasar perjuangan untuk
menegakkan agama Allah dan nilai-nilai kemanusiaan.
Bagi Nahdlatul Ulama, upaya untuk mempertahankan,
melestarikan, meneguhkan dan mengembangkan ajaran Islam

Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
32
Ahlussunnah wal Jamaah di Indonesia dilakukan dengan berbagai cara.
Di antaranya adalah
1. Meneliti kitab-kitab yang menjadi pegangan dalam pembelajaran
agama Islam di pondok pesantren, madrasah dan sekolah yang
didirikan warga NU
2. Menerbitkan buku-buku pelajaran agama sebagai bacaan bagi seluruh
umat Islam
3. Meningkatkan kegiatan pengajian dan melakukan kajian-kajian
keislaman dalam bentuk halaqah, bahtsul masail, diskusi, seminar dan
lain-lain.
4. Melestankan amaliyah yang telah dirintis oleh para pendahulu yang
membawa dan menyebarkan Islam di Indonesia, seperti:
a. melaksanakan shalat gaib bagi seluruh warga NU yang telah
meninggal dunia pada acara Lailatul Ijtima,
b. membaca maulid ad-Dibaiyah (mengadakan dibaan) secara rutin,
c. menggiatkan hadrah (membaca salawat Nabi diringi rebana) baik di
masjid, mushalla, maupun rumah-rumah penduduk,
d. membaca tahlil (tahlilan) setiap malam Jum'at atau pada hari-hari
tertentu untuk berkirim doa kepada orang yang meninggal dunia, dan
lain-lain.
Berbagai kegiatan sebagaimana terurai di atas menunjukkan
kesungguhan Nahdlatul Ulama dan seluruh warganya untuk
meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran Islam Ahlussunnah
wal Jamaah dalam semua seginya, baik akidah, ibadah, muamalah,
maupun masalah-masalah kemasyarakatan, ekonomi, kebudayaan dan
lain-lain. Dengan demikian diketahui bahwa sejak awal berdirinya
sampai sekarang, bahkan sampai kapanpun usaha-usaha yang dilakukan
Nahdlatul Ulama tetap dibangun dan dikembangkan untuk mencapai
tujuan utamanya, yaitu: "melestarikan, meneguhkan dan mengem
bangkan Islam Ahlussunnah wal Jamaah".
Rangkuman

Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
33
1. Kehadiran NU dimaksudkan sebagai wadah untuk menyatukan din
dalam perjuangan melestarikan, mengembangkan, meneguhkan dan
mengamalkan ajaran Islam Ahlussu nah wal Jamaah di Indonesia
2. Para ulama pendiri Nahdlatul Ulama bersama bersama dengan para
ulama pengasuh pondok pesantren yang diikuti para santrinya
masing-masing memantapkan diri untuk menjaga kemurnian ajaran
Islam Ahlussunnah wal Jamaah di tengah-tengah keadaan (kondisi)
dan perkembangan kehidupan

A.Mari Renungkan
Peristiwa Hijrah sebagai momentum ditetapkannya sebagai awal
tahun baru hijriyah

Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
34
B.Menyambut Tahun Baru Hijriyah
Jauh sebelum kelahiran agama lain berdasarkan sudah mengenal
perhitungan hari, bulan, dan tahun berdasarkan peredaran bulan yang
disebut dengan perhitungan Qamariyah. Sedangkan penetapan nama
tahunnya biasanya disesuaikan dengan peristiwa luar biasa yang terjadi
pada tahun tersebut. Misalnya: Tahun kelahiran Nabi Muhammad saw
dinamai Tahun Gajah, karena pada tahun itu terjadi kedatangan Tentara
Gajah di bawah pimpinan Raja Abarahah yang akan menyerang dan
menghancurkan Ka'bah. Tahun pertama Nabi berhijrah ke Yatsrib
(Madinah) disebut Tahun Adzan, karena pada tahun itu disyariatkan
adzan. Tahun ke-2 Nabi di Madinah dinamai Tahun Izin Perang, Tahun
Puasa, Tahun Zakat, dan Tahun Qurban, karena pada tahun itu
disyariatkan izin perang, puasa, zakat dan qurban. Tahun ke-9
keberadaan Nabi di Madinah dinamai Tahun Berlepas Diri karena pada
tahun itu turun surat At-Taubah yang salah satu ayatnya menyatakan
bahwa Allah dan Rasul-Nya melepaskan ikatan dengan kaum musyrik di
Makkah, dan tahun ke-10 dinamai Tahun Perpisahan karena Nabi saw
melaksanakan ibadah Haji yang dikenal dengan Haji Wada'.
Baru pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khatthab, umat
Islam memiliki kalender yang baku dan seragam, yaitu Tahun Hijriyah
yang ditetapkan pada tahun 17 H/683 M. Untuk keperluan penetapan
kalender khusus umat Islam ini, terlebih dahulu Khalifah Umar
mengundang para Sahabat senior untuk bermusyawarah. Dalam
permusyawatan itu banyak pendapat yang dikemukakan oleh para
Sahabat. Ada Sahabat yang mengusulkan agar tahun kelahiran Nabi
Muhammad saw dihitung sebagai awal kalender bagi umat Islam. Ada
pula yang mengusulkan turunnya wahyu pertama, Perang Badar,
sementara yang lain mengusulkan peristiwa penting lainnya yang
dialami oleh Nabi. Berbeda dengan usulan tersebut. Sayyidina Ali bin
Abi Thalib mengusulkan agar peristiwa hijrah Nabi dan para Sahabat
dari Makkah ke Madinah ditetapkan sebagai awal tahun bagi umat
Islam.Ternyata Khalifah Umar menerima usul yang satu ini dengan
pertimbangan bahwa peristiwa hijrah merupakan pemisah antara periode

Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
35
dakwah Nabi di Makkah dengan periode di Madinah.Selain itu peristiwa
hijrah merupakan titik awal (starting point) keberhasilan Nabi dan para
Sahabat dalam menegakkan ajaran Islam. Keputusan Khalifah Umar ini
kemudian disepakati oleh seluruh Sahabat yang hadir, maka sejak itu
umat Islam memiliki kalender sendiri berbeda dengan umat lainnya yang
diberi nama Kalender atau Tahun Hijriyah.
Dengan memperhatikan pertimbangan penetapan Kalender Hijrah,
jelaslah bahwa Tahun Islam tidak dimulai dari lahirnya Nabi
Muhammad sebagaimana perhitungan tahun Masehi yang dimulai dari
kelahiran Nabi Isa AS, dan juga tidak dimulai dari tahun permulaan
Nabi menerima wahyu atau peristiwa bersejarah lainnya dalam
kehidupan Nabi, tetapi tahun Islam dimulai dari peristiwa hijrah, satu
fase perjuangan untuk menegakkan kebenaran. Hal ini menunjukkan
bahwa kalender Islam memiliki makna dan sifat yang umum, universal,
dan bernuansa perjuangan.
Dalam kalender hijrah, perhitungan hari dan bulan didasarkan pada
peredaran bulan. Karena itu kalender Hijriyah juga dinamai dengan
Kalender Qamariyah, berbeda dengan kalender Masehi yang
perhitungannya didasarkan pada peredaran matahri. Satu tahun
Qamariyah terdiri dari 12 bulan, 354 hari, atau lebih pendek 11 hari dari
tahun Masehi. Adapun nama-nama bulan dalam Kalender Hijriyah
adalah: Muharram, Shafar, Rabiul Awwal, Rabiul Akhir, Juamdil
Awwal, Jumadil Akhir, Rajab, Sya'ban, Ramadhan,Syawwal, Dzul
Qa'dah, dan Dzul Hijjah..
Dengan ditetapkannya Kalender Hijriyah berarti umat Islam telah
memiliki sistem penanggalan tersendiri yang membedakannya dengan
golongan lain. Tahun baru Islam adalah 1 Muharram, bukan 1 Januari.
Peringatan hari lahir Nabi adalah bulan Rabiul Awwal (bulan keempat
dalam kalender Hijriyah). bukan bulan April, Mei, atau lainnya.
Peringatan Isra' Mi'raj dirayakan pada bulan Rajab (bulan ke-7), bukan
bulan Juli, Agustus, atau lainnya. Berpuasa wajib dilaksanakan pada
bulan Ramadlan (bulan ke-9), bukan bukan Agustus, September, atau
lainnya. Demikian juga pelaksanaan wuquf di Arafah bagi Jamaah haji
Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
36
dilaksanakan pada tanggal 9 bulan Dzul Hijjah (bulan ke-12). bukan
bulan Nopember, Desember, atau lainnya. Oleh karena itu, apabila kita
menyambut kedatangan tahun baru, sebenarnya bukanlah pada akhir
bulan Desember dan tanggal 1 Januari, tetapi pada akhir bulan Dzul
Hijjah dan tanggal 1 Muharram. Pada upacara menyambut kedatangan
tahun baru Hijriyah inipun harus berbeda dengan golongan lain dalam
menyambut kedatangan tahun barunya. Bagi kita menyambut
kedatangan tahun baru hijriyah berarti mengenang dan memperingati
peristiwa hijrah Nabi Muhammad saw beserta para Sahabatnya dari
Makkah ke Madinah. Inti makna hijrah antara lain adalah meninggalkan
negeri asal di bawah kekuasaan pemerintah kafir, dan menjauhkan diri
dari dosa. Inilah sebenarnya yang harus kita lakukan sehingga dalam
tahun yang akan berjalan kita dapat meningkatkan keimanan ketaqwaan,
dan amal shalih, jauh dari perbuatan mungkar, maksiyat, dan dosa
C .Do'a Akhir dan Awal Tahun
Dalam tradisi Nahdlatul Ulama setiap akhir bulan Dzul Hijjah,
tepatnya menjelang waktu Maghrib tiba, warga dan jamaah NU
berkumpul di masjid atau mushalla di tempat tinggal masing-masing
untuk menyambut kedatangan tahun baru Hijriyah dengan membaca do'a
akhir tahun dan awal tahun. Do'a akhir tahun di baca tiga kali (3 X)
sebelum waktu Maghrib tiba, dan do'a awal tahun di baca 3 kali (3 X)
setelah tiba waktu Maghrib. Penetapan waktu tersebut didasarkan pada
perhitungan kalender Qamariyah bahwa permulaan hari dimulai sesudah
matahari terbenam, bukan sesudah jam 12 malam.
Adapun teks Do'a Akhir Tahun yang dibaca adalah:
‫ اللهم م ا عملت‬،‫ وصلى هللا على سيدنا محمد وعلى آل^^ه وص^^حبه وس^^لم‬،‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬
‫في هذه السنة م ّما نهيتني عن^ه فلم أتب من^ه ولم ترض^ه ولم تنس^ه وحلمت علي بع^د ق^درتك على‬
.‫عقوبتي ودعوتني إلى التوبة منه بعد ج^^رأتي على معص^^يتك ف^إني أس^^تغفرك ف^^اغفرلي بفض^^لك‬
‫وما عملت فيها مما ترضاه ووعدتني عليه الثواب فأسألك اللهم يا كريم يا ذا الجالل واإلكرام أن‬
‫ وص^لى هللا على س^يدنا محم^د وعلى آل^ه وص^حبه‬،‫ وال تقطع رج^ائي من^ك ي^ا ك^ريم‬،‫تتقبله مني‬
) ۳ × ( .‫وسلم‬

Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
37
" Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah dan Pengasih Mudah
mudahan tetaplah rahmat Allah atas junjungan dan pemimpin kami
Nabi Muhammad, keluarga dan para sahabatnya, demikian juga
kesejahte raan-Nya. Ya Allah, segala amal yang aku lakukan pada tahun
ini (yang telah lalu), dari hal-hal yang Engkau larang kepadaku, lalu
aku tidak bertobat. sedang Engkau tidak meridlainya, Engkau tidak
melupakannya dan tidak menyantuni diriku sesudah kekuasaan Mu atas
siksa-Mu padaku, Engkau menyeru aku supaya bertobat daridosa-dosa
sesudah aku mendurhakai Mu, maka sesungguhnya aku memohon
ampunan kepada-Mu, berkenanlah Engkau mengampuni aku. Dan
segala apa yang aku lakukan di dalamnya dari hal hal yang Engkau
ridlai, dan Engkau telah menjanjikan pahala kepadaku, maka aku
memohon kepadaMu ya Allah Dzat Yang Maha ?;.

B.Keutamaan Tasu'a dan Asyura'


Yang dimaksud dengan Tasu'a adalah hari ke-9 bulan Muharram
(tanggal 9 Muharram) bulan pertama Hijriyah. Sedangkan Asyura'
adalah hari ke-10 bulan Muharram. Terdapat perbedaan pendapat
menganal istilah Asyura Sebagian ulama mengatakan bahwa istilah
Asyura' dinisbatkan pada hari ke-10 bulan Muharram. Sebagian lainnya
mengatakan bahwa istilah Asyura berkaitan dengan peristiwa penting
yang dialami oleh 10 orang Nabi yang memperoleh kemuliaan dan
derajat dari Allah, yaitu
1. Nabi Adam as. diterima taubatnya
2. Nabi Idris as diangkat ke tempat yang tinggi
3. Nabi Nuh as. mendarat dengan bahteranya di bukit Judi
4. Nabi Ibrahim as dilahirkan, diberi gelar "Khalilullah" (Kekasih Allah)
dan diselamatkan dari api unggun raja Namrud
5. Nabi Daud as diterima taubatnya
6. Nabi Musa diselamatkan, dan Fir'un ditelan gelombang
7. Nabi Yunus as dikeluarkan dari perut ikan Hiu
Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
38
8. Nabi Isa dilahirkan dan diangkat ke langit
9. Nabi Sulaiman di anugerahi kerajaan besar
10. Nabi Ayyub disembuhkan dari penyakitnya

Ada juga yang berpendapat bahwa istilah Asyura dinisbatkan kepada


10 kemuliaan yang dianugerahkan oleh Allah kepada umat Islam, yaitu:
bulan Rajab, Sya'ban, Ramadlan, Lailatul Qadar, Idul Fitri, Hari Arafah
(9 Dzul Hijjah), Hari Nahar (10 Dzul Hijjah), Hari Jum'ah, Hari Asyura
(10 Muharram), dan 10 hari mulai hari pertama bulan Dzul Hijjah. Pada
10 waktu tersebut Allah SWT menaugerahkan kemuliaan kepada umat
Islam guna melebur dosa dan membersihkan keslahan-kesalahannya.
Dari perbedaan pendapat sebagaimana terurai di atas, warga NU
memilih pendapat yang menyatakan bahwa hari Asyura adalah hari ke-
10 bulan Muharram. Pada hari ini menurut penuturan Imam Ghazali
dalam tahun-tahun yang berbeda terjadi beberapa peristiwa penting yang
berkaitan dengan penciptaan arasy, lauhil mahfudz, qalam, surga, langit,
bumi, gunung, laut, matahari, bulan, dan bintang-bintang.
Berdasarkan peristiwa-peristiwa penting di atas, Asyura merupakan
hari istimewa yang mengandung banyak keutamaan Sebelum Islam,
orang Quraisy berpuasa di hari Asyura' dan ketika masih di Makkah
Rasulullah pun berpuasa di hari Asyura' Orang Yahudi dan orang
Nasrani juga menjadikan Asyura sebagai hari raya dengan melakukan
puasa. Dalam sebuah hadits riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim
dari sahabat Abdullah bin Abbas, katanya:
‫ يوم صالح‬:‫ ما هذا؟ قالوا‬:‫ قدم النبي ﷺ قرأی اليهود تصوم عاشوراء فقال‬:‫وعن ابن عباس قال‬
‫ أنا أحق بموسى منكم قضامة‬:‫نجى هللا فيه موسى وبني إسرائيل من عدوهم فصامه موسى فقال‬
‫وأمر بصيامه‬.
Nabi saw datang (di Madinah), lalu beliau melihat orang-orang Yahudi
berpuasa Asyura Maka beliau bertanya. "Mengapa mereka berpuasa?
Mereka menjawab: "Satu hari yang baik Allah melepaskan Musa pada
hari itu dan Bani Israil dari musuh mereka, lalu Musa berpuasa pada
hari itu (Asyura) Maka Nahi bersabda. "Saya lebih berhak terhadap

Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
39
Musa dari pada kamu" Maka Nabi berpuasa dan menyuruh para
sahabat nurut berpuasa
Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh imam an-Nasa'i dari
sahabat Jundub bin Sufyan Rasulullah saw bersabda.
‫ إن أفضل الصالة بعد المفروضة الصالة في‬:‫ كان النبي يقول‬:‫عن جندب ابن سفيان البجلي قال‬
‫ وإن أفضل الصيام بعد شهر رمضان شهر هللا الذي تدعونه المحرم‬،‫جوف الليل‬
Shalat yang paling utama sesudah shalat fardlu adalah shalat pada
tengah malam, dan puasa yang paling utama sesudah puasa Ramadlan
adalah puasa di bulan Allah yang kamu namai dengan bulan
Muharram"
Dalam hadits ini Rasulullah menegaskan keutamaan bulan
Muharram yang disebutanya sebagai bulan Allah, dan ditegaskan pula
bahwa puasa di bulan Muharram lebih utama dari bulan-bulan lainnya
selain puasa Ramadlan. Dan yang dimaksud dengan puasa di bulan
Muharram adalah puasa Asyura'. Bahkan sebelum disyariatkan puasa
wajib di bulan Ramadlan, puasa Asyura itu hukumnya wajib, tetapi
sesudah disyariatkan kewajiban puasa di bulan Ramadlan, puasa Asyura'
hukumnya sunnah.
C.Amalan hari Tasu'a dan Asyura'
Sebagaimana dijelaskan dalam uraian terdahulu bahwa Asyura'
mengandung banyak keutamaan. Oleh karena wajar bagi kita melakukan
amalan-amalan yang baik pada hari yang utama itu. Beberapa amalan
penting pada hari Asyura' antara lain:

1. Berpuasa
- Dasarnya adalah hadits riwayat imam Bukhari dan imam Muslim dari
Abu Musa ra. katanya:
.ً‫ وتتخذه عيدا‬،‫ عاشوراء يوما ً تعظمه اليهود‬301 ‫ كان يوم‬:‫عن أبي موسى رضي هللا عنه قال‬
‫»فقال رسول هللا «صوموه أنتم‬.

Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
40
"Hari Asyura itu hari yang dimuliakan orang Yahudi dan dijadikannya
sebagai hari raya. Maka rasulullah saw bersabda: "berpuasalah kamu
di hari Asyura itu".
Ketika ditanyakan kepada Rasulullah mengenai keutamaan puasa
Asyura. beliau menjawab,"l" (puasa Asyura itu menutup dosa setahun
yang lalu). Maka jelaslah bahwa puasa Asyura dapat menjadi kafarat
(pelebur) dosa kecil, dan jika tidak ada dosa kecil, maka diringankan
dosa besar, dan apabila tidak ada dosa besar, maka ditinggikan
derajatnya.
Memang ketika Rasulullah saw menganjurkan para sahabat agar
berpuasa di hari Asyura, para sahabat bertanya: Ya, Rasulullah, Asyura'
itu adalah hari yang dimuliakan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani,
Maka Rasulullah bersabda:
‫ حتى توفي‬،‫ فلم يأت العام المقبل‬:‫ إن شاء هللا صمنا اليوم التاسع (قال‬،‫فإذا كان العام المقبل‬
)‫رسول هللا‬
"Pada tahun depan, insya Allah kita berpuasa juga pada hari Tasu'a
(hari ke-9 Muharram)". Menurut keterangan sahabat Abdullah bin
Abbas
sebelum tahun depan yang diprediksi oleh Rasulullah datang, Rasulullah
sudah wafat. Berdasarkan keterangan ini, maka para ulama menyatakan
bahwa puasa Asyura' itu ada tiga cara, yaitu:
a. Berpuasa tiga hari, yakni pada tanggal 9, 10 dan 11 Muharram
b. Berpuasa dua hari, yakni tanggal 9 dan 10 Muharram
c. Berpuasa hanya satu hari, yakni pada tanggal 10 Muharram
2. Banyak bersedekah
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam al-Baihaqi dari
sahabat Abu Hurairah r.a. Rasulullah saw bersabda:
‫ أوسع هللا علیه سایر سنته‬،‫من أوسع على عياله وأهله يوم عاشوراء‬
"Barang siapa melapangkan keuarganya pada hari Asyura", niscaya
Allah melapangkannya sepanjang tahun itu.".
Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
41
Yang dimaksud dengan memperbanyak belanja pada hari Asyura
adalah: belanja untuk keluarga, kerabat, anak yatim, dan fuqara'
masakin. Demikianlah yang dilakukan oleh para ulama salaf dalam
menyambut hari Tasu'a dan Asyura'. Mereka tidak membuat upacara
khusus untuk merayakannya. Mereka memperbanyak ibadah, taqarrub
kepada Allah dan memperbanyak bersedekah. Hal ini berbeda dengan
kondisi di beberapa daerah di Indonesia, seperti di Bengkulu dan
Pariaman (Sumatra Barat) yang merayakan Asyura dengan upacara
Tabut dengan jamuan makanan dan arak-arakan yang meriah dan
sesudah selesai acara tabut dibuang ke laut. Menurut riwayat, perayaan
Tabut tersebut merupakan pengaruh ajaran Syi'ah, karena Asyura
dipandang sebagai symbol keagamaan atas terbunuhnya Husain bin Ali
dengan "peristiwa Karbala (61 H/80 M). yang dikenal dengan peristiwa
Karbala (80M/81H)
3. Berdzikir kepada Allah
Amalan warga NU (Nahdliyin) pada setiap tanggal 10 Muharram
sesudah shalat Shubuh, mengadakan dzikir dan do'a bersama.

UJI KOMPETENSI SEMESETER GANJIL


1. ASWAJA yang sudah ada pada zaman, zaman Sahabat, dan zaman
Tabi'in, yang lazim disebut As Salafus Shalih merupakan golongan
yang setia pada As Sunnah dan Al Jama'ah. Mereka terdiri dari
beberapa ahli, dan berikut ini yang tidak termasuk yaitu .....
a. ahli Kalam c.ahli Nujum (Meramal)
b. ahli Hadits d.ahli Fiqih
2. ASWAJA sebagai faham / aliran, baru muncul setelah ... dan ...
merumuskan aqidah Islam sesuai Al Qur'an dan As Sunnah. Isian
yang benar pada 2 tempat titik-titik tersebut secara urut adalah ....
a. Imam Az Zamakhsyari - Imam Al Mawardi
b. Imam Al Mawardi - Imam As Suhrawardi
c. Imam As Suhrawardi - Imam Al Asy'ari
Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
42
d. Imam Al Asy'ari - Imam Al Maturidi
3. Tidak termasuk rangkaian dalam rumusan ASWAJA menurut versi
NU yaitu golongan yang dalam bidang ....
a. Aqidah mengikuti paham Al Asy'ari dan Al Maturidi
b. Fiqih mengikuti salah satu Madzhab Empat
c. Tashawuf mengikuti paham Al Bagdadi dan Al Ghazali
d. Hadits menggunakan dasar Al Kutubus Sittah
4. Pengertian ASWAJA yang dikonsep oleh NU ditujukan untuk ...
paham ASWAJA. Tidak termasuk isian yang benar pada titik-titik
tersebut yaitu .....
a. mencetuskan c.mengamalkan
b. mengembangkan d.melestarikan
5. Sebelum berdirinya NU, para ulama pesantren yang berhaluan
ASWAJA sudah lama menjalin hubungan antar sesama mereka
melalui ....
a. organisasi kecil-kecilan
b. kegiatan belajar mengajar di pondok
c. shilaturrahim dalam beberapa acara
d. hubungan spiritual
6. Kehadiran NU dimaksudkan untuk mempersatukan diri dan
perjuangan dalam tugas ... ajaran ASWAJA di bumi Indonesia. Tidak
termasuk isian yang benar pada titik-titik tersebut yaitu .....
a. mengembangkan c.meneguhkan
b. memaksakan d.mengamalkan
7. Kehadiran NU juga dimaksudkan sebagai jawaban atas munculnya
suatu gerakan yang......
a. sering mengganggu keamanan rakyat Indonesia
b. menolak bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia
c. bercita-cita mengkristenkan seluruh bangsa Indonesia
d. mengancam kemapanan faham ASWAJA di Indonesia
8. Gerakan yang menamakan diri sebagai kelompok Pembaru Islam di
Indonesia pada hakikatnya merupakan kepanjangan tangan faham
Wahabi yang didukung oleh penguasa baru di.....
a. Mesir c.Pakistan

Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
43
b. Saudi Arabia d.Afganistan
9. Kelompok Pembaru Islam sangat berlebihan dalam usaha pemurnian
ajaran Islam. Berikut ini yang tidak termasuk masalah-masalah yang
mereka ungkit-ungkit yaitu ...
a. penyembahan berhala
b. peringatan Maulid Nabi
c. ziarah kubur, termasuk ke makam Nabi
d. hadiah pahala kepada orang mati muslim
10. Pada tahun 1924-1926 sering terjadi debat terbuka antara kaum
pesantren melawan kelompok pembaru, namun kenyataan
menunjukkan bahwa hujjah kaum pesantren lebih unggul dari pada
hujjah mereka, karena hujjah kaum pesantren ....
a. didukung oleh banyaknya jumlah pengikut
b. ditopang oleh keahlian mereka dalam perdebatan
c. lebih banyak menggunakan dalil-dalil aqli
d. dibangun berdasarkan kemurnian ajaran Islam
11. Puncak perjuangan para ulama pesantren dalam upaya membela
faham ASWAJA adalah.....

a. melibatkan diri dalam Perang Paderi


b. menuntut kepada Belanda agar mereka dibekukan
c. memprotek pondok pesantren dari pengaruh mereka
d. mendirikan Jam'iyah Nahdlatul Ulama
12. Upaya yang secara kompak, terorganisir, dan terarah untuk
menangkal pengaruh dari berbagai faham atau aliran yang
mengancam keberlangsungan faham ASWAJA pada akhirnya dapat
dilakukan....
a. oleh semua pondok pesantren
b. atas bantuan Pemerintah Hindia Belanda
c. melalui kegiatan peringatan Hari-Hari Besar Islam
d. pasca terbentuknya Jam'iyah Nahdlatul Ulama
13. Baik aqidah, ibadah, mu'amalah, maupun praktik amaliah
keagamaan, semuanya tetap diamalkan oleh NU dalam garis ajaran
Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
44
ASWAJA sebagaimana diajarkan oleh para muballigh terdahulu.
Berikut ini yang tidak termasuk kegiatan NU dalam rangka meng
ASWAJA-kan masyarakat yaitu ....
a. pengajian rutin di masjid/mushalla
b. ceramah umum dalam peringatan hari besar Islam
c. debat terbuka menantang kelompok pembaru
d. banyak-banyak mendirikan pondok dan madrasah
14. Ajaran ASWAJA adalah ajaran atau faham keagamaan NU yang
digali lansung dari beberapa sumber ajaran Islam. Tidak termasuk
sumber-sumber ajaran Islam yang melandasi faham ASWAJA versi
NU yaitu ....
a. Al Qur'an c.Al Ijtima'
b. As Sunnah d.Al Qiyas
15. Sebagai faham keagamaan, ASWAJA oleh NU dijadikan sebagai
landasan... bagi seluruh warganya yang harus dicerminkan dalam
tingkah laku perorangan maupun organisasi. Tidak termasuk isian
yang benar pada titik-titik tersebut yaitu ....
a. berfikir b. bersikap
b. berdebat d. bertindak
16. ASWAJA bagi NU merupakan landasan yang menjadi dasar semua
urusan yang....
a. menyangkut keorganisasian
b. meliputi Hablun Minallah dan Hablun Minannas
c. menyangkut keorganisasian dan kebangsaan.
d. tidak hanya menyangkut keorganisasian
17. Sebagai dasar perjuangan untuk menegakkan agama Allah dan nilai-
nilai kemanusiaan, maka semangat Amar Ma'ruf Nahi Munkar harus
dilandasi.... Tidak termasuk isian yang benar pada titik-titik tersebut
yaitu ....
a. Al Ukhuwah c. Al Ijtima'iyah
b. Al Musawah d. Al 'Adalah
18. Meneliti kitab-kitab untuk menjadi pegangan dalam pembelajaran
agama Islam di pondok pesantren, madrasah, dan sekolah yang
didirikan cleh warga NU. Begitulah salah satu usaha untuk ... ajaran

Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
45
ASWAJA di bumi Indonesia. Tidak termasuk isian yang benar pada
titik-titik tersebut yaitu ....
a. melestarikan c. meneguhkan
b. merumuskan d.mengembangkan
19. Hukum-hukum tentang berbagai masalah yang telah diambil,
diyakini, dan dipilih oleh seorang Imam Mujtahid, begitulah
pengertian ....
a. Madzhab c.Sistem Bermadzhab
b. Bermadzhab d. Berijtihad
20. Bukanlah terbentuk berdasarkan hukum yang disepakati para ulama
secara jelas (Qath'i) melainkan terbentuk karena adanya beberapa
persoalan yang masih menjadi perselisihan di antara para ulama
mujtahid, begitulah latar belakang timbulnya....
a. Firqah c. perbedaan pendapat
b. madzhab d.metode penetapan hukum
21. Dapat dipahami sebagai kumpulan pendapat seorang imam maujtahid
yang diperoleh dari penelitiannya secara mendalam terhadap hukum-
hukum syar'i yang tertuang dalam Al Qur'an maupun Hadits, dan
dapat pula dipahami sebagai metode yang digunakan oleh seorang
imam mujtahid dalam mengambil hukum dari sumber aslinya,
begitulah pengertian .....
a. Madzhab c.Sister Bermadzhab
b. Bermadzhab d.Berijtihad
22. Jika seorang imam mujtahid membangun suatu madzhab dengan
menggunakan metode yang telah dirumuskannya sendiri dan diakui
keabsahannya oleh para ulama lainnya, maka ia layak disebut.....
a. Mujtahid Mustaqil c.Mujtahid Madzhab
b. Mujtahid Muntasib d.Mujtahid Murajjih
23. 26. Orang awam yang belum sampai pada level Ijtihad tentu
mengikuti madzhab imam mujtahid, baik secara terus menerus
maupun berpindah-pindah dari madzhab yang satu ke madzhab
lainnya, begitulah pengertian ....
a. Madzhab c.Sistem Bermadzhab
b. Bermadzhab d.Berijtihad

Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
46
24. Orang yang secara terus menerus bermadzhab kepada imam tertentu
dalam berbagai masalah, ia boleh pindah ke madzhab imam yang lain
apabila ....
a. sudah bosan dengan madzhab yang telah diikuti
b. berubah pikiran bahwa madzhab yang diikuti salah
c. ada madzhab baru yang dianggapnya lebih kuat
d. tidak mampu melaksanakan fatwa madzhabnya
25. Pada masa Kholifah siapakah paham aswaja muncul?
a. Al makmun c.Al watsik
b. Al muktasihim d.Abu zakariya
26. Dalam bidang Syari'ah, ASWAJA versi NU mengikuti salah satu
Madzhab Empat. Beikut ini yang tidak termasuk nama-nama ulama
pembangun Madzhab Empat yaitu
a. Abu Hanifah An Nu'man bin Tsabit
b. Malik bin Anas
c. Muhammad bin Idris
d. Kahlil bin Ahmad
27. NU hanya menerima ajaran-ajaran Tashawuf yang....
a. menyangkut amaliah para wali
b. menyangkut praktik amaliah spritual
c. banyak memberikan berkah
d. berlandaskan aqidah dan syari'ah
28. Keseimbangan antara keinginan untuk memperdalam penghayatan
terhadap ajaran Islam melalui riyadlah dan mujahadah secara benar,
dengan kewajiban memberesi berbagai persoalan umat, begitulah
tashawuf ASWAJA yang dianut NU, intinya bertashawuf dengan cara
....
a. ta'ammuq c. tasyakkur
b. tawassuth d.tabarruk
29. Siapakah yang mengusulkan agar peristiwa hijrah nabi ke madinah
ditetapkan sebagai awal tahun baru hijriyah dan diterima oleh
khalifah Umar bin Khattab?
a. Sayyidina Hamzah c. Sayyidina Ali
b. Sayyidina Umar d.Sayyidina Utsman

Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
47
30. 40. Pada tahun berapa Islam memiliki kalender yang baku dan
dipakai sampai sekarang?
a. 17 H c.19 H
b. 18 H d. 20 H
31. Kapan amalan doa akhir tahun hijriyah dipanjatkan?
a. setelah sholat Maghrib c. sebelum sholat Maghrib
b. sebelum sholat Isya' d. sesudah sholat Isya'
32. Kapan amalan doa awal tahun hijriyah dipanjatkan?
a. setelah sholat Maghrib c. sesudah sholat Subuh
b. sebelum sholat Maghrib d. sebelum sholat Subuh
33. Hari tasu'a adalah hari ke-.............................
a. 9 Muharram c. 1 Syawwal
b. 10 Muharram d. 1 Ramadhan
34. Hari Asyura' adalah hari ke....
a. 9 Muharram c. 1 Syawwal
b. 10 Muharram d. 1 Ramadhan

35. Yang dimaksud banyak berbelanja di hari asyura adalah....


a. berbelanja sebanyak-banyaknya di Mall
b. menghabiskan seluruh kekayaan untuk berbelanja pada hari itu
c. memperbanyak belanja untuk keluarga, kerabat, anak yatim,
fuqara' dan masakin
d. memperbanyak belanja di pasar
II. JAWABLAH DENGAN SINGKAT DAN TEPAT!
1. Jelaskan sejarah singkat timbulnya firqoh dalam islam!
2. Sebutkan firqoh-firqoh dalam islam yang kamu ketahui!
3. Mengapa madzhab yang eksis sampai sekarang hanya berjumlah 4?
4. Jelaskan latar belakang munculnya paham ahlussunah wal jama’ah!
5. Mengapa NU lebih memilih mengikuti salah satu Madzhab 4?
Sebutkan 2 alasan!

....................................................................................................................
....................................................................................................................

Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
48
Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
49
A.Mari Renungkan
"Islam adalah agama yang mengajak umat manusia untuk
memperjuangkan keadilan, kesetaraan,kebebasan yang bertanggung
jawab, kemaslahatan sosial dan kerahmatan global."

KH. Abdurrahman Wahid, salah satu tokoh Nahdlatul Ulama yang


selalu getol memperjuangkan dan menunjukkan sikap kemasyarakatan
Nahdlatul Ulama yang tawassuth, i'tidal,tasamuh, tawazun, dan amar
ma'ruf nahi munkar.
Konsep tentang sikap kemasyarakatan Nahdlatul Ulama dapat
dilihat dalam naskah Khittah Nahdlatul Ulama, terutama pada butir 4.
Sikap kemasyarakatan berfungsi sebagai pedoman bagi pemimpin dan
warga Nahdlatul Ulama dalam bersikap dan berprilaku, baik secara

Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
50
individu, maupun dalam organisasi. Sikap kemasyarakatan tersebut
adalah sebagai berikut:
B.Sikap tawassuth dan i'tidal
Tawassuth ( ‫ ) التوسط‬artinya tengah-tengah maksudnya
menempatkan diri di tengah-tengah antara dua ujung tatharruf (ekstrim)
dalam berbagai masalah dan keadaan untuk mencapai kebenaran, serta
menghindari keterlanjuran ke kiri dan ke kanan secara berlebihan. Sikap
tawassuth ini harus dibarengi dengan I'tidal (‫ ) االعت^^دال‬artinya tegak
lurus, maksudnya berlaku adil, tidak berpihak kecuali pada yang benar
dan yang seharusnya dibela. Warga Nahdlatul Ulama, baik secara
peribadi maupun secara kelompok atas nama organisasi, harus
senantiasa berpegang teguh pada sikap tawassuth dan i'tidal. Sikap ini
harus menyertai setiap langkahnya, dalam menghadapi segala masalah
dan keadaan. Nahdlatul Ulama dan warganya dalam menghadapi suatu
masalah, ia harus netral, tidak berpihak pada salah satunya, tidak
membenarkan yang satu dan menyalahkan yang lain. Tidak membela
yang satu dan mengalahkan yang lain, tidak condong kepada yang satu
dan meninggalkan yang lain. Allah berfirman dalam surat Al Ma'idah
ayat 8:
‫يأيها الذين امنوا كونوا قوامين هلل شهداء بالقسط وال يجرمنكم شنآن قوم على أال تعدلوا اعدلوا‬
ّ ‫هو أقرب للتقوى واتقوا هللا‬
‫إن هللا خبير بما تعملون‬
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu menjadi orang-orang
yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi
dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu
kaum, mendorong kamu berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil
itu dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Nahdlatul Ulama dalam keputusan organisasinya harus benar-
benar bersikap tawassuth I'tidal, umpamanya Ketika salah satu
pemimpin Nahdlatul Ulama mencalonkan diri sebagai kepala daerah,
maka Nahdlatul Ulama harus tetap bersifat netral. Sebagai organisasi,
maka Nahdlatul Ulama harus mendukung warganya untuk menjadi
Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
51
pemimpin masyarakat, tetapi Nahdlatul Ulama tetap tidak terlibat dalam
masalah politik praktis. Oleh sebab itu, warga Nahdltul Ulama yang
maju dalam pencalonan jabatan publik harus lepas dari kepengurusan
organisasi, tetapi tetap diberlakukan sebagai warga Nahdlatul Ulama.
Nahdlatul Ulama juga tidak akan mengarahkan warganya untuk
mendukung salah satu calon, tetapi harus bisa menjelaskan manfaat-
manfaat kepada warga dengan tetap memberi kebebesan warga untuk
memilih.
Dalam hubungannya sebagai pribadi-pribadi, warga Nahdlatul
Ulama juga harus menjunjung tinggi sikap tawassuth dan l'tidal.
Umpamanya seorang siswa yang berteman dengan beberapa temannya,
ketika terjadi permasalahan antar teman itu, maka seroang siswa harus
benar-benar adil dan menegakkan kebenaran. Tidak boleh langsung
membela salah seorang teman dengan menjatuhkan yang lain, karena
nanti akan menguntungkan dirinya. Tetapi harus benar-benar tidak
memihak, bahkan berusaha menjembatani masalah yang terjadi di antara
temannya itu.
Sikap dan perilaku seperti contoh itu harus benar-benar dapat
dibiasakan, utamanya ketika masih anak-anak. Seorang siswa harus
berlatih dan membiasakan diri bersikap netral dalam segala hal, dan adil
dalam menghadapi masalah. Dengan demikian kelak jika dewasa akan
menjadi manusia yang benar-benar mempunyai sikap-sikap yang luhur
dan dapat dicontoh oleh setiap orang. Dan tentunya akan menempatkan
dirinya pada posisi yang terhormat dan dimuliakan orang lain.
C.Sikap Tasamuh
Tasamuh ( ‫ ) التس^^^مح‬artinya saling
memaafkan. Sikap tasamuh disebut
juga dengan siikap toleransi,
maksudnya adalah sikap lapang dada,
mengerti dan menghargai sikap
pendirian dan kepentingan pihak lain, tanpa mengorbankan pendirian
dan harga diri. Seseorang yang bersikap tasamuh harus mempunyai

Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
52
keyakinan bahwa dirinya, apa yang menjadi pendapatnya dan apa yang
di laksanakannya adalah benar, akan tetapi harus mempunyai kesadaran
bahwa orang lain yang tidak sama pendiriannya dengan dirinya adalah
tidak salah. Yang benar adalah tidak hanya dirinya sendiri.
Warga Nahdlatul Ulama baik secara pribadi maupun secara
bersama-sama harus selalu bersikap tasamuh. Mereka bersedia untuk
berbeda pendapat, baik dalam masalah keagamaan, maupun masalah
kemasyarakatan dan kebudayaan. Mereka tidak boleh memaksakan
pendapatnya kepada orang lain. Mereka juga harus siap bila
pendapatnya tidak diikuti oleh orang lain. Tetapi mereka juga tidak
harus mengikuti pendapat orang lain. Kecuali bila ternyata pendapat
orang lain itu lebih baik dan lebih benar dari pada pendapat mereka
sendiri.
D.Sikap Tawazun
Tawazun (‫ )الت^^^^^^وزن‬atau saling
menimbang. Artinya keseimbangan
memperhatikan dan memperhitungkan
berbagai faktor, berusaha memadukan
secara proporsional. Tawazun dalam
kehiupan sehari-hari diterapkan dengan
mempertimbangkan segala aspek secara
proporsional sebelum memutuskan atau melaksanakan sesuatu.
Nahdlatul Ulama dan seluruh wargnya baik secara organisasi atau
pribadi pribadi selalu berusaha menerapkan sikap tawazun ini dalam
segala bidang. Nahdlatul Ulama dalam menetapkan keputusannya, baik
yang berkaitan dengan masalah-masalah keagamaan atau masalah
kemasyarakatan, selalu mempertimbangkan berbagai faktor yang
melatarbelakangi permasalahan itu. Warga Nahdlatul Ulama pun
demikian, sikap tawazun diharapkan mempengaruhi segala bidang
kehidupannya. Karena hal ini merupakan kunci keberhasilan dan
kemantapan.

Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
53
Dengan menerapkan sikap tawazun maka seseorang akan selalu
berhati-hati tetapi tidak takut, sehingga tidak akan terjebak dalam
kesulitan atau permasalahan yang lebih rumit lagi. Tawazun tidak boleh
diartikan secara negatif, sehingga menjadi hambatan dari berbagai
aktifitas. Tetapi harus dimaknai secara positif, sehingga menjadi rambu
dan penunutun kepada kemudahan dalam menjalankan aktifitasnya.
Allah berfirman dalam surat Al Hujurat ayat 6:
‫ما فعلتم ليمين يأيها الذين أمنوا إن جاءكم فاسق بنبل فت^بينوا أن تص^يبوا قوم^ا بجهال^ة فتص^بحوا‬
‫على‬
Hai orang-orang yang beriman jika datang kepadamu orang fasik
membawa suatu berita maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui
keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.
Ayat ini secara jelas memberi petunjuk, bahwa segala informasi
yang masuk sebelum seseorang melangkah atau memutuskan, maka
hendaknya dikaji kebenaran informasi itu. Dengan demikian seseorang
tidak akan terjebak pada suatu keadaan yang menyebabkan seseorang itu
menyesal.
Nahdlatul Ulama dalam menetapkan segala ketetapannya selalu
mem pertimbangkan terlebih dahulu segala aspek yang melatarbelakangi
masalah itu. Setiap bahtsul masail dalam menetapkan suatu hukum,
Nahdlatul Ulama mengkaji berbagai pendapat para ulama, di samping
mempertimbangkan kuat tidaknya pendapat itu, juga dipertimbangkan
aspek maslahah dan mafsadahnya. Dengan demikian hukum yang
ditetapkan akan benar-benar membawa maslahah bagi kehidupan
bersama.
Sikap tawazun ini juga harus bisa diterapkan oleh setiap orang
khususnya warga Nahdlatul Ulama dalam kegiatannya sehari-hari.
Umpama seorang pelajar yang memutuskan utnuk mlanjutkan sekolah,
maka perlu terlebih dahulu mempertimbangkan segala faktor yang
berhubungan dengan kelanjutan sekolah. Apa tujuan utama dari
kelanjutan sekolah itu. Bagaimana kwalitas sekolah yang akan dimasuki.
Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
54
Bagaimana kemampuan orang tua. Dan sebagainya, sehingga dalam
belajar selanjutnya benar-benar bisa menjadi jaminan kwalitas anak
didik di masa yang akan datang.
Meskipun tawazun harus selalu mempengaruhi sikap sseorang,
tetapi tidak boleh menjadi hambatan dalam berbagai aktifitasnya.
Seseorang harus tetap positif, tawazun harus bisa menjadi pendorong
untuk maju dan manyongsong masa depan. Sikap yang demikian harus
bisa ditumbuhkan sejak usia muda sehingga kelak menjadi manusia
yang bisa diharapkan pada masanya.
E. Amar Ma'ruf Nahi Munkar
( ‫ ) االم^^ر ب^^المعروف و النهي عن المنكر‬Armar Ma'ruf Nahi Munkar artinya
mengajak kepada kebaikan dan mencegah akan kejelekan. Maksudnya
mengajak dan mendorong perbuatan-perbuatan baik yang bermanfaat
bagi kehidupan duniawi dan ukhrowi, serta menolak dan mencegah
segala hal yang dapat merugikan, merusak, merendahkan, dan
menjerumuskan nilai-nilai kehidupan.
Amar maruf nahi munkar harus menjadi sikap keseharian
Nahdlatul Ulama dan warganya baik secara organisasi maupun pribadi-
pribadi. Amar makruf nahi munkar juga harus menjadi gerakan yang
terus menerus dalam segala aspek kehidupan, dan di manapun berada.
Ketetapan dan aktifitas Nahdlatul Ulama selalu didasari dengan amar
makruf nahi munkar. Begitu pula warga Nahdlatul Ulama dalam ucapan
dan tingkah lakunya juga bernafaskan amar makruf nahi munkar.
Allah berfirman dalam surat An Nahl ayat 125:
‫أدع إلى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي أحسن إن ربك هو أعلم بمن‬
‫ ضل عن سبيله وهو أعلم بالمهتدين‬-
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat
dari jalan-Nya. Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.
Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
55
Ayat ini mengandung pelajaran, bahwa Allah memerintahkan
untuk selalu ber-amar makruf nahi munkar. Kemudian dijelaskan pula
beberapa cara ber-amar makruf nahi munkar dengan melihat berbagai
hal yang melatar belakanginya dan juga sasarannya. Sehingga ajakan
kepada jalan Allah itu benar-benar bisa diterima. Nahdlatul Ulama selalu
mengedepankan sikap amar ma'ruf nahi munkar dalam seluruh
kegiatannya, utamanya yang bersinggungan langsung dengaan
masyarakat.
Rangkuman
1. Sikap kemasyarakatan adalah: sikap yang dibentuk oleh setiap
pribadi atau bersama dalam hubungannya dengan orang lain.
2. Sikap kemasyarakatan Nahdlatul Ulama terdiri dari; (a). Tawassuth
wal I'tidal, (sikap tengah dan tegak lurus). (b). Tasamuh (toleran),
(c).Tawazun (keseimbangan). dan (d). Amar ma'ruf nahi munkar,
(mendorong kebaikan dan mencegah keburukan)
3. Nahdlatul Ulama dan warganya baik dalam berorganisasi, maupun
beraktivitas secara individu harus selalu melandasi diri dengan sikap
tawassuth-l'tidal, tasamuh, tawazun, dan amar ma'ruf nahi munkar.
4. Dengan membiasakan sikap tawssuth-I'tidal, tasamuh, tawazun, dan
amar ma'ruf nahi munkar, dalam kegiatan sehari-hari, maka
kehidupan masyarakat akan lebih tentram. dan terhindar dari
permusuhan, dan selalu terdorong untuk menjadi lebih baik.
Kegiatan
Jawablah Pertanyaan Berikut!
1. Apa artinya sikap kemasyarakatan ?
2. Jelaskan pengertian tawassuth yang l'tidal!
3. Apa perbedaan antara toleran dan mengalah?
4. Apa di antara keuntungan seseorang yang bersikap tawazun?
5. Tulislah ayat yang lain yang memerintahkan seseorang beramar
makruf nahi munkar!

Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
56
A.Aktifitas Dakwah NU
Bentuk aktifitas dakwah dilingkungan NU
1. dakwah bil lisan (pengajian rutin, ceramah agama, majlis taklim, dll)
2. dakwah melalui media cetak dan elektronik
3. dakwah melalui kegiatan seni budaya
4. dakwah melalui pendekatan budaya (tradisi)
Sebagai jam'iyah diniyah, Nahdlatul Ulama didirikan dengan tujuan
untuk memelihara, melestarikan, mengembangkan dan mengamalkan
ajaran Islam Ahlussunnah wal Jamaah dengan menganut sistem
bermadzhab. Nahdlatul Ulama memiliki prinsip-prinsip tertentu dalam
urusan keagamaan. Langkah dan kegiatannya selalu disesuaikan dengan
ajaran agama. Sehingga sejak berdirinya Nahdlatul Ulama meningkatkan
kegiatan dakwah Islamiyah dalam upaya membina mental
keberagamaan umat. Bagi Nahdlatul Ulama kegiatan memberikan
bimbingan keagamaan kepada umat merupakan tugas utama yang tidak
boleh diabaikan.
Pada masa-masa awal berdirinya, Nahdlatul Ulama memanfaatkan
segala kemampuannya untuk menjaga kemurnian faham keagamaan
yang diyakininya, yaitu Islam yang mengikuti salah satu madzhab
empat. Nahdlatu Ulama menyebarluakan pandangan-pandangan yang
benar kepada seluruh masyarakat. Dengan memperkuat akidah, serta
membimbing cara-cara melaksanakan syari'at Islam. Upaya ini
diwujudkan dalam setiap kesempatan, baik yang langsung dilaksanakan
dalam kegiatan organisasi, maupun para ualama secara pribai-pribadi.
Dalam kegiatan Lailatul Ijtima' umpamanya, yang dilaksanakan setiap
tanggal 15 bulan Qamariyah, selain acara mendoakan para pendahulu

Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
57
yang telah meniggal, kegiatan itu juga selalu diisi dengan tanya jawab
masalah masalah kegamaan. Seluruh warga mengajukan pertanyaan-
pertanyaan tentang masaah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan
sehari-hari, utamanya dalam pelaksanaan ibadah. Para Kiai yang
memimpin acara itu, akan memberikan jawabannya. Dan bila
membutuhkan jawaban yang lebih mendalam, maka pertanyaan itu akan
dibawa kepada forum bahtsul masail,yang juga dilaksanakan secara
rutin, di berbagai tingkatan organisasi. Pengajian rutin dan pengajian
umum yang dilaksanakan dalam berbagai acara, tidak berhenti
dilaksanakan dan diikuti oleh berbgai kalangan. Utamanya pada saat itu
adalah untuk membentengi ajaran modernesasi yang anti madzhab.
Upaya para ulama ini tiak hanya dilewatkan melalui kegiatan organisai,
tetapi juga acara-acara yang dilaksanakan langsung oleh warga ketika
mempunyai hajat. Sehingga seluruh lapisan masayrakat benar-benar
merasakan bagaimana peran Nahdaltul Ulama dalam menjaga dan
membimbing masayarakat melaksanakan kehidupan beragama.
Ketika Nahdlatul Ulama menjadi Partai Politik kegiatan-kegiatan
dakwah ini juga tetap bisa berjalan dengan baik. Kyai-kyai di pesantren,
masjid, dan langgar tetap secara rutin membina kehidupan masyarakat.
Nahdlatul Ulama melalui lailatul ijtima', dan pengajian-pengajian umum
tetap bersemarak. Hanya saja pada saat itu terbentur masalah-masalah
politik. Tokoh-tokoh Nahdlatul Ulama banyak lebih tertarik dengan
masalah politik, sehingga seringkali masalah keagamaan menjadi
terbengkalai.
Akan tetapi setelah kembalinya Nahdlatul Ulama ke Khitthah
1926, kegiatan dakwah Islamiyah lebih banyak ditingkatkan. Nahdlatul
Ulama lebih banyak berkonsentrasi dalam dakwah Islamiyah. Kegiatan-
kegiatan yang semula lebih banyak berupa dakwah billisan, mulai
dikembangkan dengan cara-cara lain. Terobosan barupun banyak
ditempuh.
Ulama dan kyai-kyai muda NU mulai bermunculan dengan
wawasan baru di bidang keagamaan, seperti: K.H. M. A. Sahal
Mahfudz, K.H. Musthafa Bisri, K.H. A. Muchith Muzadi, K.H. Malik
Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
58
Madani, M.A., Drs. Masdar Farid, Dr. Said Aqil, dan sebagainya, yang
selalu mengadakan seminar-seminar, pengkajian masalah-masalah
kegamaan, sehingga lahirlah gagasan-gagasan baru, seperti metode
pengambilan keputusan hukum syar'i, tinjauan agama terhadap masalah-
masalah sosial, ekonomi, lingkungan hidup dan lain-lain.
Di sisi lain Bahtsul Masail yang sudah menjadi tradisi Nahdlatul
Ulama sejak lahirnya mulai dikembangkan dengan metode-metode
seminar/halaqah. karena sasarannya semakin komplek, dalam hal ini
muncul pakar-pakar Bahtsul Masail, seperti K.H. Imron Hamzah, K.H.
Yusuf Muhammad, K.H. Aziz Masyhuri, K.H. Rodli Sholeh, K.H.
Ma'ruf Amin, dan Dr. Agil Munawar Sehingga menghasilkan kompilasi
Hukum Islam, Hukum Bursa Efek, Hukum Asuransi, dan sebagainya..
Kegiatan pengembangan keagamaan lebih dapat berkembang
karena didukung oleh lahirnya cendekiawan-cendekiawan NU yang
sangat produktif dalam menulis, seperti: Slamet Efendi Yusuf, Arifin
Junaidi, Ahmad Baghja Choirul Anam, dan lain-lain. Tulisan-tulisan
cendekiawan NU tersebut banyak dimuat dalam majalah, buku, artikel,
maupun surat kabar. Dan juga didukung dengan dibentuknya Lajnah
Ta'lif wan Nasyr, yaitu perangkat Nahdlatul Ulama yang menangani
masalah penulisan, penerjemahan dan penerbitan buku.
Rangkuman
1. Nahdlatul Ulama bertujuan menjaga, melestarikan,
danmengembangkan
2. ajaran Islam Ahlussunnah wal jamaah.
3. Pada masa awal kegiatan Dakwah Nahlatul Ulama berbentuk,
Lailatul Ijtima', Pengajian rutin, pengajian umum, dan bimbingan
secara langsung.
4. Dewasa ini kegiatan Dakwah Nahdlatul Ulama ditingkatkan dalam
berbagai bentuk, seperti penulisan artikel dan buku, Seminar dan
bahtsul masa'il.

Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
59
A.Mari Renungkan
Nahdlatul Ulama adalah organisasi yang besar, bahkan yang
terbesar di Indonesia. Nahdlatul Uama adalah organisasi yang kuat, yang
tidak tergoyahkan oleh perubahan dan perkembangan, apakah itu
perubahan politik, atau perkembangan ilmu pengetahuan. Visi dan misi
Nahdlatul Ulama sejak didirikannya sampai sekarang dan bahkan
sampai kapanpun akan tetap menjadi arah dari perjuangan Nahdaltul
Ulama.
Sesungguhnya Nahlatul Ulama mempunyai akses yang sangat
strategis untuk dapat berperan Kenyataan ini, paling tidak karena tiga
alasan. Pertama: kaum cendikiawan secara maksimal dalam
memperjuangkan ajaran-ajaran Islam.
Nahdlatul Ulama mampu memahami literatur-literatur klasik
dalam perspek kekinian. Sehingga mereka dapat menghilangkan kesan
bahwa literature eratur klasik adalah usang dan tidak sesuai lagi dengan
situasi dan kondis sekarang.
Alasan kedua, Nahdlatul Ulama adalah organisasi yang populis.
Dalam arti bahwa keanggotaan Nahdlatul Ulama mencakup semua
lapisan, mula dari rakyat jelata sampai kaum terpelajar, dan kalangan
elit. Ini merupakan kekuatan yang sangat besar, yang tidak dimiliki oleh
organisasi kemasyarakatan lainnya.
Sedangkan yang ketiga, adalah kedudukan para ulama dalam
Nahdlatul Ulama mempunyai pengaruh yang luar biasa. Mereka menjadi
Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
60
panutan dan suri tauladan semua warga Nahdlatul Ulama. Bahkan
sebagai konsekuensi dari prinsip-prinsip ajaran Ahlussunnah wal
Jamaah seperti terurai di atas, maka tumbuhlah faham keulamaan.
Maksudnya, selain menganut Imam Asy'ari dalam bertauhid, mengikuti
salah satu dari empat madzhab fiqih dan menempuh cara-cara yang
ditetapkan Imam Abul Qosim Al Junaidi dalam bertasawuf, masih ada
satu lagi yakni keharusan menghormat kepada ulama dan mengakui
kepemimpinan serta otoritasnya.
Pada mulanya, faham keulamaan itu hanya berlaku di kalangan
pesantren dan masyarakat sekelilingnya. Tata hubungan antara santri
dengan kyai dan dengan anggota masyarakat dekat pesantren, penuh
simbol kesopanan yang pada dasarnya pengakuan terhadap
kepemimpinan dan otoritas ulama. Namun dengan lahirnya Nahdlatul
Ulama, faham keulamaan ini semakin menampakkan bentuknya dalam
formulasi yang cukup jelas. Penempatan lembaga Syuriyah pada struktur
paling atas dalam kepengurusan Nahdlatul Ulama merupakan bukti
perwujudan faham keulamaan tersebut.
Hakikat kekuatan Nahdlatul Ulama bukan terletak pada tubuh
organisasinya. kekuatan itu jauh sebelum lahirnya jamiyah Nahdlatul
Ulama, sudah terbentuk berupa budaya yang dianut oleh mayoritas
muslim, Sedangkan para pembentuknya adalah ulama dari pondok
pesantren yang hingga kini berperan sebagai pemimpin dan panutan
jamiyah Nahdlatul Ulama. Selagi ulama pesantren ini masih tetap utuh,
maka selama itu pula keutuhan Nahdlatul Ulama tetap terjaga.
Sebaliknya, apabila pisau perpecahan membedah tubuh ulama pesantren,
berarti masalahnya telah menyentuh pada persoalan asas Namun hal ini
belum terjadi selama perjalanan Nahdlatul Ulama sebaga organisasi.
Perpecahan selama ini terjadi hanya berkisar pada masalah organisasi
dan bukan persoalan asas atau prinsip.
B.Aspek Paham Keagamaan Nahdlatul Ulama
Tujuan Nahdlatul Ulama adalah menegakkan syariat Islam,
menurut paham Ahlussnnah wal Jamaah, yaitu ahli Madzahibil Arba'ah;

Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
61
Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hanbali. Ini berarti bahwa produk hukum
Islam (fiqih) dari empat mujtahid tersebut harus dipegang teguh sebagai
madzhab Ahlussunnah wal Jamaah. Dasar pemikiran seperti itu, tentu
membentuk sikap Nahdlatul Ulama di dalam memahami dan
mengamalkan ajaran Islam, yaitu dengan jalan berkonsultasi kepada
literatur produk imam empat, atau kitab-kitab yang datang kemudian
tetapi mendasarkan keabsahannya kepada imam yang empat.
Cara berkonsultasi (bermadzhab atau berfiqih) itu sendiri,
menggunakan istilah memeriksa, menyelidiki dan kemudian
berpedoman pada keteran gan-keterangan ulama mujtahid. Ini berarti
bermadzhab bukan lalu menelan mentah-mentah pendapat para mujtahid
yang termaktub dalam kitab-kitab tersebut, melainkan terlebih dulu
dikaji, diteliti, bahkan mungkin dipertim bangkan dengan kondisi,
diikuti dan dipegang teguh sebagai landasan berpijak warga Nahdlatul
Ulama.
Dalam rangka kerja mengkaji, memeriksa, dan mempertimbangkan
produk hukum yang telah diputuskan, mungkin perlu diubah lantaran
kondi,si dan persyaratan yang melatarbelakangi mengalami perubahan,
sudah barang tentu diperlukan keterampilan mempergunakan
metodologi penyusunan pemikiran hukum, yang tertuang dalam
"Undang-Undang Hukum Fiqih" atau "Kaidah-Kaidah Hukum Fiqih"
atau "Qawaidul Fiqhiyah" yang pertama kali disistematikakan oleh
Imam Syafi'i (Bapak Ushul Fiqih). Kaidah ini merupakan penentu bagi
bentuk keputusan hukum yang akan diambil.
Pengkajian masalah-masalah hukum di lingkungan Nahdlatul
Ulama lazim "Bahsul Masail Diniyah" (pembahasan berbagai masalah
keagamaan). Forum ini merupakan forum musyawarah (bisa juga:
diskusi) untuk mengambil keputusan hukum suatu masalah, yang
kemudian dijadikan pegangan bagi warga Nahdlatul Ulama di semua
tingkatan. Bisa juga forum musyawarah itu disebut ijma' ulama
Nahdlatul Ulama (konsensus ulama NU) yang sekaligus menampilkan
ciri khas Nahdlatul Ulama dalam pengambilan keputusan yaitu jalan
"konsensus" atau kesepakatan.
Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
62
Uraian di atas memberikan dua buah kesan cukup kuat dalam
kaitannya dengan paham madzhab di lingkungan Nahdlatul Ulama.
Pertama: bahwa memegang teguh salah satu dari empat madzhab, bukan
berarti menelan mentah-mentah madzhab itu sendiri tanpa memasaknya
terlebih dahulu, melainkan dikaji, kemudian dipegang teguh sebagai
dasar berpijak. Ini berarti memilih yang terbaik di antara yang baik.
Kedua: bahwa proses pengambilan keputusan dengan jalan konsensus
ternyata cukup efektif bagi menjaga keutuhan jamiyah Nahdlatul Ulama
dari ancaman perpecahan. Sebab dengan mengakomodasikan beberapa
pendapat yang saling berbeda pandangannya terhadap suatu masalah,
sama halnya dengan meniadakan pihak yang dirugikan. Sungguhpun
pada saatnya nanti akan ketahuan bahwa yang benar itu mesti "satu".
Dengan demikian, bermadzhab adalah sistem yang akomodatif dan
aspiratif, yang berpengaruh terhadap kebesaran dan keutuhan Nahdlatul
Ulama.
Bermadzhab bagi para ulama pengasuh pesantren, para ulama
Nahdlatul Ulama adalah suatu masalah sangat penting dan prinsip.
Memang, para pendiri, pendukung, dan warga Nahdlatul Ulama
seluruhnya adalah orang-orang bermadzhab. Untuk menjadi anggota
Nahdlatul Ulama disyaratkan menganut salah satu madzhab empat:
Hanafi, Syafi'i, Hambali, Maliki.
Kaum nahdliyin (warga NU) menyadari dirinya menganut
madzhab, mengikuti Al Quran dan Al Hadits tidak secara langsung.
Tetapi melalui penafsiran, pendapat, dan pengembangan pendapat yang
digali oleh imam-imam madzhab (pakar-pakar agama penganut suatu
madzhab). Sistem bermadzhab adalah satu-satunya sistem yang
menjaring diketemukannya ajaran/hukum dari Al Quran dan Al Hadits
dengan benar.
Bermadzhab pada dasarnya berarti mengikuti hukum-hukum yang
diambil oleh imam madzhab atau ashabnya yang meliputi qaul dan
wajah. Model bermadzhab seperti inilah yang dimaksud dengan
madzhab qauli atau madzhabfi al ahkam wa al furu'.

Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
63
Kemudian apabila dalam madzhab ternyata tidak diketemukan qaul
atau wajah yang dapat dijadikan pijakan untuk menjawab suatu masalah.
maka alternatifnya adalah berpijak pada "bermadzhab" secara manhaji
atau bermadzhab fil qowaid wal ushul. Konsekuensinya seseorang
iltizam (mengambil hukum) dengan satu madzhab tertentu, kendatipun
disadari bahwa intiqolul madzhab (pindah madzhab secara bertanggung
jawab, tidak karena hawa nafsu) dan mengambil pendapat dari madzhab
lain tidak dilarang. Maka dengan sistem bermadzhab ini Nahdlatul
Ulama menjadi fleksibel, toleran dan akomodatif terhadap berbagai
pandangan dan pendapat dan ini juga menjad faktor penentu bagi
kebesaran dan keberhasilan Nahdlatul Ulama dalam perjuangannya.
C.Aspek Kekuatan
Tradisi Yang dimaksud tradisi dalam pembahasan ini adalah
tingkah laku atau kebiasaan atau aturan-aturan tidak tertulis, yang
dipegang teguh oleh para kyai NU baik dalam kehidupan berorganisasi
maupun kehidupan bermasyarakat, sebagai konsekuensi dari ajaran
agama yang mereka pelajari dan ajarkan Atau yang oleh Prof. Dr.
Kuntjoroningrat dikatagorikan "wujud kebudayaan sebagai kompleks
ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya",
yaitu wujud ideal dari kebudayaan yang sifatnya abstrak, yang lokasinya
"dalam alam pikiran" manusia warga masyarakat.
Tradisi menghormati dan menempatkan kedudukan ulama yang
dianggap paling senior pada posisi paling atas, secara tidak disadari
telah dirintis jauh sebelum lahirnya NU. Tradisi semacam itu sangat
memungkinkan terpeliharanya kekompakan, keutuhan, dan terhapusnya
ancaman perpecahan serta kemungkinan rebutan kedudukan.
Tradisi semacam itulah yang merupakan salah satu kekuatan
Nahdlatul Ulama. Sebab dengan tradisi itu saling hormat menghormati,
saling meminta nasihat dan fatwa kepada yang senior dapat tumbuh
dengan subur. Dan berarti juga menyuburkan bagian dari ajaran Islam.
Faktor lain yang tidak boleh dilupakan dalam melihat pilar-pilar
kekuatan Nahdlatul Ulama adalah faktor nasab atau jaringan
Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
64
kekeluargaan dan keturunan. Baik yang lahir langsung sebagai
keturunan maupun melalui perjodohan pasangan yang diprakarsai para
kyai.
Sudah mentradisi di antara para kiai Nahdlatul Ulama untuk
mendekatkan hubungan kekeluargan melalui perkawinan putera-puteri
atau sanak familinya. Bahkan tidak sedikit terjadi pada diri seorang
santri pondok yang pintar dijodohkan dengan puteri kyai. Perjodohan
pasangan itu untuk memelihara hubungan kekerabatan dan kekeluargaan
serta mempersiapkan kaderisasi. Para santri yang diambil menantu kyai
biasanya dipersiapkan sebagai pengganti untuk memimpin pesantren.
Atau hasil perkawinan itu akan menumbuhkan tokoh muda yang
kemudian mendirikan pesantren di daerah lain, yang sudah tentu akan
menambah jumlah pengikut umat Islam, khususnya warga Nahdlatul
Ulama. Uraian di atas menggambarkan bahwa NU merupakan keluarga
besar.yang bukan hanya diikat oleh tali ideologi Islam Ahlussunnah wal
Jamaah dan aturan-aturan organisatoris, melainkan juga diikat rapat oleh
tali kekeluargaan dan persaudaraan. Sudah barang tentu tali pengikat itu
merupakan faktor penting bagi keberhasilan Nahdlatul Ulama. Sebab
melaksanakan kewajiban jamiyah Nahdatul Ulama bukan semata-mata
melaksanakan kewajiban organisatoris, tetapi juga termasuk
melaksanakan kewajiban keluarga. Rasa takut memiliki lebih dari
lainnya anggota organisasi dan kesetiaannya pun kepada Nahdlatul
Ulama sama halnya kesetiannya kepada keluarga. Pilar kekuatan berupa
nasab inilah yang hanya dimiliki Nahdlatul Ulama, tidak pada yang lain.
Dari uraian tentang basis massa, basis ulama dan tradisi serta nasab
menjadi pilar kekuatan Nahdlatul Ulama, dapat diambil pengertian
bahwa kekuatan itu merupakan rangkaian yang tidak terputus-putus satu
dengan lainnya saling berhubungan bagaikan rantai yang berfungsi
memperkuat ketahanan Nahdlatul Ulama. yang
D.Aspek Kepemimpinan
Yang dimaksud ulama dalam pembahasan ini adalah kyai dalam
sebutan masyarakat Jawa, atau istilah Jawa. Yaitu sejumlah orang yang

Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
65
mendapat gelar dari masyarakat karena keahliannya di bidang agama
Islam, memiliki atau menjadi pimpinan pesantren dan mengajarkan
kitab-kitab klasik kepada para santrinya.
Apabila dalam pembahasan terdahulu banyak menyinggung
keberhasilan Nahdlatul Ulama baik ketika menjadi jamiyah maupun
sewaktu menjadi partai politik, maka keberhasilan itu karena ditopang
oleh pilar kekuatan yang berupa ulama.
Kepemimpinan ulama dalam struktur organisasi, merupakan salah
satu pilar penyangga keberhasilan Nahdlatul Ulama. Penempatan ulama
pada Majelis Syuriyah (Dewan keagamaan yang mempunyai kekuasaan
tertinggi) merupakan legitimasi pentingnya peranan ulama dalam
menentukan arah organisasi Nahdlatul Ulama, selain itu pula
memanifestasikan ketaatan warga Nahdlatul Ulama terhadap para ulama.
Basis ulama dalam struktur kepemimpinan formal yang diatur oleh
tatanan formal organisatoris, dan norma-norma non formal berupa
ikatan-ikatan nilai agama maupun nilai-nilai moral itu, cukup menopang
keberhasilan Nahdlatul Ulama, khususnya ketika berwujud partai
politik. Di saat beberapa partai politik mengalami kekalahan drastis
dalam pemilihan umum 1977, justru Nahdlatul Ulama tetap berjaya
menunjukkan kebesarannya.
Keberhasilan itu tentu saja karena komitmen kepemimpinan
ulama, sehingga pilar kekuatan NU berupa basis ulama benar-benar
efektif dalam melaksanakan fungsinya sebagai penopang keberhasilan
NU. Makanya, idedasar NU kembali ke Khitthah 1926 tiada lain adalah
menempatkan ulama sebagai panutan dan pemimpin utama dengan
mengambil aspek sosial keagamaan, dakwah, dan pendidikan.
E.Aspek Keanggotaan (Basis Jamaah)
Nahdlatul Ulama mempunyai basis masa pondok pesantren,
Nahdlatul Ulama lahir darinya, tentu saja mempunyai pondok pesantren.
Basis masa Nahdlatul Ulama yang satu ini umumnya terdapat di
pedesaan. Tetapi bukan berarti menolak kenyataan adanya beberapa

Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
66
pesantren di daerah perkotaan atau justru menjadi titik pertemuan antara
kegiatan industri dengan pertanian maupun perkebunan, seperti di
Jombang. Kediri, Krapyak (Yogyakarta), Kaliwungu (Semarang),
Rembang, dan Kudus. Di daerah-daerah tersebut terdapat kegiatan
industri gula, perkebunan tembakau, pabrik rokok, dan kehutanan.
Dengan demikian tidak seluruh pondok pesantren mesti berada di daerah
pedesaan.
Hubungan antara kyai dengan santri pondok tidak ubahnya seperti
hubungan antara kyai dengan masyarakat sekelilingnya, yang
mensyaratkan ketaatan dan kepatuhan, sehingga keberadaan ulama
merupakan pencerminan masyarakat yang dipimpinnya. Dengan kata
lain, ulama merupakan sentral kekuatan yang sekaligus berfungsi
sebagai kunci stabilitas.
Lekatnya hubungan antara ulama - santri - masyarakat
sekelilingnya, merupakan faktor penentu bagi keberhasilan NU baik
ketika menjadi jamiyah maupun partai politik. Dengan kata lain, basis
masa pondok pesantren merupakan pilar (tiang) kekuatan NU yang
kokoh dan mengakar.
Rangkuman
Sebagai organisasi keagamaan dan kemasyarakatan memiliki kelebihan
dibanding dengan organisasi masyarakatan lainnya, antara lain;dengan
sistem bemadzhab.
1. Di bidang keagamaan NU mengikuti faham Ahlussunnah wal
jamaah
2. Nu mempunyai tradisi keilmuan yang berkesinambungan dari
sumber utamanya melalui sistem sanad (periwayatan yang tidak
terputus)
3. Dibidagn kepemimpinan NU adalah jam'iyah diniyah ijtima'iyah
yang menempatkan ulama sebagai pimpinan tertingginya.
4. Nahlatul Ulama mempunyai dua jalur keanggotaan, yaitu Jam'iyah
(organisasi) dan Jamaah (ideologi).

Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
67
UJI KOMPETENSI
Pilihlah Jawaban Yang Paling Tepat!
1. Dalam Khitthah NU telah dirumuskan beberapa sikap
kemasyarakatan yang berfungsi sebagai pedoman bagi pemimpin dan
warga NU dalam.....................baik secara individu maupun dalam
berorganisasi.Tidak termasuk isian yang benar pada titik titik
tersebut yaitu.....
a. berfikir b. bersikap
b. bercita-cita d. bertindak
2. Tidak berpihak kecuali kepada yang benar dan yang harus dibela
begitulah di antara pengertian dari salah satu sikap kemasyarakatan
NU ......
a. Tasamuh b. I’tidal
b. Tawassuth d Tawazun
3. Ketika salah seorang tokoh NU mencalonkan diri sebagepala Daerah,
maka Jamiyah NU harus
a. mendukung sang calon secara all out
b. mengerahkan warganya untuk mendukung sang calon
c. memecatnya dari keanggotaan NU
d. netral tanpa mengerahkan warganya
4. Sebagai pelaksana kebijakan PCNU dan MWC NU untuk daerahnya
yaitu
a. PWNU b. PCNU
b. MWC NU d. Pengurus Ranting NU
5. Dalam satu sisi, NU harus mendukung warganya untuk menjadi
pemimpin masyarakat. Tapi dalam sisi lain ...................
a. harus mendorong warganya untuk dukung mendukung
b. tetap tidak akan terlibat dalam kegiatan politik praktis
c. harus berpihak kepada Parpol pendung sang calon
d. harus bertanggung jawab atas kegagalan sang calon
6. Warga NU yang maju dalam pencalonan jabatan publik harus
a. menyatakan keluar dan keanggotaan NU
b. secara tegas mengaku sebagai warga NU

Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
68
c. menyembunyikan identitas ke-NU-annya
d. melepaskan din dan kepengurusan NU
7. "Mengerti dan menghargai sikap pendirian maupun kepentingan
pihak lain, tanpa mengorbankan pendirian dan harga din begitulah
pengertian dari salah satu sikap kemasyarakatan NU yang disebut
dengan
a. Tawassuth c. Itidal
b. Tasamuh d. Tawazun
8. Tidak termasuk pengertian dan sikap Tasamuh yaitu..........
a. bersedia untuk berbeda pendapat
b. tidak memaksakan suatu keyakinan
c. siap mental jika pendapatnya tidak diikuti orang lain
d. selalu mengikuti pendapat orang lain
9. Dalam bertasamuh, NU selalu menerima perbedaan, tetapi tetap
berprinsip
a. bahwa pendapat pihak lain itu adalah salah
b. hanya pendapatnya lah yang paling benar
c. memegang ajaran Ahlussunnah wal Jamaah
d. lebih baik mengalah dalam beda pendapat
10. Tidak termasuk sikap positif dalam berdiskusi yaitu.....
a. menjaga ketertiban dan ketenangan
b. memehami pendapat yang berbeda-beda
c. berusaha memadukan semua pendapat
d. tidak perlu mengeluarkan pendapat
11. Tidak termasuk pengertian Tawazun yaitu
a. pandai-pandai menimbang
b. memperhitungkan berbagai faktor
c. berspekulasi tentang untung rugi
d. memproporsionalkan berbagai faktor
12. Tidak termasuk yang senantiasa dikembangkan oleh NU dalam setiap
forum Bahtsul Masa-il yaitu...........
a. mengkaji berbagai pendapat dari para ulama
b. hanya menggunakan kitab kuning sebagai refrensi
c. mempertimbangkan kuat tidaknya suatu pendapat
d. mempertimbangkan madlarat dan mashlahahnya

Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
69
13. Bersikap Tawazun bukan berarti
a. memperlambat keputusan
b. berani menanggung riko
c. banyak pertimbangan
d. memperhatikan situasi
14. Amar Ma’ruf Nahi Munkar bukan berarti
a. himbauan dan penolakan
b. memaksakan kehendak
c. mencegah siswa nyontek
d. peraturan dan tata tertib
15. Tidak termasuk rangkaian penerapan sikap Amar Ma'ruf Nahi
Munkar dalam transaksi jual beli yaitu
a. si penjual menawarkan barang dagangannya dengan jujur dan
simpatik
b. siperjual mempersilhakan si pembeli untuk memilih agar si
pembeli merasa puas
c. harga ditentukan berdasarkan kesepakatan
d. si pembeli menowar harga seminim-minimnya
16. Semua langkah dan kegiatan NU selalu disesuaikan dengan
a. tradisi setempat c. budaya lokal
b. situasi dan kondisi d.ajaran Agama
17. Pada masa-masa awal berdirinya. NU menyebarluaskan pandangan-
pandangan yang benar kepada masyarakat dengan
a. mengembangkan teknologi tepat guna
b. menggalang pembentukan Partai Politik
c. memperkuat aqidah dan membimbing cara-cara pelaksanaan
syariat Islam
d. mendanai para kayai agar lebih fokus pada kegiatan yang
diagendakan oleh NU
18. Selain acara mendoakan para pendahulu yang telah meninggal,
kegiatan Lailatul ljitima juga diisi dengan acara......
a. hiburan yang digemari oleh masyarakat
b. selamatan oleh seorang kayai secara bergiliran
c. tanya jawab masalah-masalah keagamaan
d. khataman Al Quran dari pagi hingga sore

Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
70
19. Urusan keagamaan dan umat yang merupakan agenda utama
jam’iyah NU menjadi terbengkalai disebabkan karena
a. minimnya dana dan fasilitas yang dibutuhkan
b. banyaknya tokoh NU yang lebih tertarik urusan politik
c. para kiyai lebih suka mengurusi pesantrennya
d. para kiyai tidak ahli dalam urusan organisasi
20. Tidak termasuk kayal muda NU yang bermunculan pasca Muktamar
NU ke-27 di Situbondo yaitu...
a. KH.MA. Sahal Mahfudh
b. KH Mushthafa Bisn
c. KH. Muhith Muradi
d. KH. Ahmad Shiddiq

JAWABLAH DENGAN SINGKAT DAN TEPAT!


1. Sebutkan bentuk kegiatan dakwah NU sebelum dan sesudah
kembalinya ke Khitthah 1926!
2. Sebutkan 4 point tentang program NU di bidang pendidikan pada
awal berdirinya dan pada masa perkembangannya!
3. Jelaskan khidmah NU di bidang kesejahteraan masyarakat pada
awal berdirinya dan pada masa perkembangannya!
4. Jelaskan peranan NU dalam menyikapi agresi Belanda kedua
dengan tentara NICA-nya!
5. Jelaskan kedudukan ulama di NU!
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
71
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................

Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
72
CATATAN

....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................

Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
73
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................

Aswaja & Ke-NU-an SMP Islam Bustanul Ulum Ketanggungan .Kelas VIII
74

Anda mungkin juga menyukai