Anda di halaman 1dari 13

Guru Sebagai Salah Satu Faktor Terhambatnya

Pendidikan Jasmani Di SMA 01 Bengkulu Tengah

Ari Armadi Pranajaya

Ariarmadi4@gmail.com

Abstrak

Permasalahan dalam penelitian ini mengenai guru sebagai faktor penghambat


pendidikan jasmani. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah guru merupakan
salah satu faktor terhambatnya pendidikan jasmani di SMA 01 Bengkulu Tengah. Sampel
dari penelitian ini merupakan siswa dari SMA 01 Bengkulu Tengah yang ada di kecamatan
Talang Empat. Instrumen penelitian ini menggunakan lembar angket untuk memeperoleh
data. Hasil data dari penelitian ini menunjukan bahwasanya guru sebagai salah satu faktor
terhambatnya pendidikan jasmani di SMA 01 Bengkulu Tengah relafan hasil dari penelitian
menujukan sebesar (0,701). Berarti guru juga salah satu indikasi terhambatnya pendidikan
jasmani di SMA 01 Bengkulu Tengah.

Kata kunci : Pendidikan Jasmani, Guru Sebagai Faktor terhambatnya Pendidikan Jasmani.

Abstract

The problem in this research is regarding the teacher as an inhibiting factor for
physical education. The purpose of this study was to find out whether teachers were one of
the factors hindering physical education at SMA 01 Bengkulu Tengah. The sample of this
study were students from Central Bengkulu 01 High School in the Talang Empat sub-district.
The research instrument used a questionnaire sheet to obtain data. The results of the data
from this study indicate that the teacher is one of the factors hindering physical education in
SMA 01 Bengkulu Tengah, the relative results of the study are (0.701). This means that the
teacher is also an indication of the obstruction of physical education at SMA 01 Bengkulu
Tengah.

Keywords : Phsyical Education,Teachers as Factors hindering Physical Education.

1
PENDAHULUAN

Pendidikan pada saat ini sudah semakin berkembang mulai dari kemudahan dalam
akses belajar serta peran teknologi yang semakin maju memudahkan dalam proses belajar
mengajar. Pendidikan adalah aspek universal yang selalu harus dimiliki di dalam kehidupan
manusia. Tanpa pendidikan manusia tidak akan berkembang kehidupan juga akan menjadi
statis tanpa adanya kemajuan. Oleh karena itu, pendidikan harus dimiliki oleh setiap individu.
Sekolah menjadi salah satu lembaga penyelengaran pendidikan memiliki peran penting dalam
proses belajar tetapi di indonesia sendiri banyak asumsi bahwasnya sistem pendidikan yang
di terapkan di sekolah mengalami kemunduran (Studies et al., n.d.). Salah satunya pada
pembelajaran Pendidikan jasmani. Pendidikan jasmani merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan di dalam sistem pendidikan (Green & Hardman, 2005).

Pendidikan jasmani adalah bagian standar dari kurikulum sekolah dan memiliki
banyak tujuan termasuk kebugaran jasmani, keterampilan jasmani, pengetahuan, sosial, dan ,
perkembangan emosional (Crum, 2013). Pendidikan jasmani itu sendiri merupakan bagian
intgral dari pendidikan yang menggunakan aktivitas jasmani sebagai media tujuannya, tetapi
tidak mengabaikan pengembangan nilai-nilai pendidikan jasmani seperti nilai sosial, nilai
kognitif, nilai sportivitas, nilai kerjasama, nilai kejujuran serta nilai kedisplinan (De Meyer et
al., 2016).

Namun pada saat sekarang pendidikan jasmani mengalami pergeseran, banyak


stegment yang menggangap bahwasnya pendidikan jasmani hanya sebagai pelengkap
pelajaran di sekolah, bahkan ada yang berspekulasi bahwa pendidikan jasmani hanya untuk
mengisi waktu luang para siswa di sekolah (Dyson, 2014). Pendidikan jasmani sangat penting
di ajarkan di sekolah melalui partisipasi di dalam pendidikan jasmani para siswa akan
mendapatkan pencegahan kesehatan penyakit kronsi (misalnya obesitas, tekanan darah tinggi,
dan tingginya kolestrol) melalui kegiatan fisik yang mana tidak di ajarkan oleh mata
pelajaran lain yang memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhan kesehatan siswanya. Jika
sekolah adalah tempat untuk para siswa nya untuk mendapatkan dampak postif pada
kesehatan maka pendidikan jasmani harus ada di sekolah, dan di ajarkan oleh guru (Bailey,
2006)

Banyaknya faktor pengahambat yang menyebabkan pendidikan jasmani di sekolah


sulit tercapai salah satu faktor pengahambat sulitnya menciptakan pendidikan jasmani yang

2
berkuliatas adalah guru. Guru memimiliki peran penting di dalam pendidikan jasmani serta
memiliki kunci agar terciptanya pendidikan jasmani yang berkualitas. Guru adalah salah satu
kontributor terbesar bagi keberhasilan siswanya dan kecakupan profesional yang memadai.
Guru merupakan unsur yang tidak dapat terpisahkan dari sistem pendidikan (Carlier et al.,
2003). Sebagaimana yang terlihat banyak siswa yang berspekulasi mengangap guru dapat
menyajikan pembelajaran yang baik, stegment ini bertolak belakang dengan apa yang di
rasakan para siswa dalam belajar pendidikan jasmani(Benesová, 1990). Sebagian besar
mengangap bahwa guru dalam menyajikan pendidikan jasmani belum maksimal, sikap guru
dalam mengajar seperti kurang ramah, kurang baik hati, kurang nya relasi terhadap para
siswanya, dan kurang memberikan kesempatan kepada anak didiknya dalam bertanya selama
pembelajaran merupakan salah satu faktor penghambat dari pemebelajaran pendidikan
jasmani. Kondisi ini tentunya banyak di sebabkan faktor salah satunya pengolahan kelas oleh
guru yang belum maksimal. Seharusnya guru dapat menggunakan banyak metode
pembelajaran agar para siswanya tidak merasa bosan. Model praktik pengajaran yang relativ
tradisional yang di ajarkan oleh guru dan hanya berpusat pada guru, membuat peroses
pembelajaran hampir tidak pernah dilakukan atas inisiatif para siswa.

METODE

Jenis pendekatan Penelitian ini adalah menggunakan kerangka kerja metode kualitatif.
Metode kualitatif merupakan metode penelitian yang dilakukan untuk memahami suatu
fenomena sosial dari sudut padang perspekitif dari para sampel penelitian. Dengan
melibatkan para siswa di SMA 01 Bengkulu Tengah sebagai partisipan. Teknik pengumpulan
pada penelitian ini adalah observasi dan Pembagian angket kousiner ke pada para siswa.

DESAIN PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan beberapa tahap dengan menentukan masalah yang akan di
teliti, mencari rujukan karya ilmiah baik itu buku maupuan artikel untuk menjadi acuan
landasan referensi. Langkah ke tiga menetukan tujuan penelitian, tujuan penelitian di sini
bermaksud kenapa peneliti melakukan penelitian tersebut serta apa hasil dari peneilitian.
Kempat Pengumpulan data pengumpulan data di kumpulkan dengan cara menyebarkan

3
kousioner sebanyak 30 pertanyaan untuk diisi oleh responden sebanyak 20 responden yang
ikut andil dalam mengisi data kousioner. Kelima dokumentasi atau laporan hasil dari
pengumpulan data, data yang sudah di kumpul kemudian di alokasikan sebagi bukti dari
observasi.

Menetukan Mencari refrensi dari


karya ilmiah baik
masalah yang buku, jurnal dan
Tujuan penelitian
akan di teliti artikel.

Dokumentasi
laporan Pengumpulan data
pengumpulan data

Gambar 1. Desain Penelitian

Sampel/Subjek Penelitian

Siswa Jumlah Siswa Present


Laki-laki 6 26%
Perempuan 14 74%
Total 20 100%

Tabel 1. Sampel Penelitian

4
Sampel yang di gunakan dalam observasi ini sebanyak 20 orang yang merupakan
siswa dari SMA 01 Bengkulu Tengah dengan memakai metode Convenience sample.
Menurut (Etikan, 2016) Convenience sampel merupakan metode pengambilan data yang
dimana sampel/subjek penelitian sasaran yang memenuhi kriteria praktis tertentu, seperti
kemudahan aksesbilitas, kedekatan geografis, ketersediaan waktu tertentu dan kesediaan
untuk berpartisipasi dimasukkan untuk tujuan dari penelitian.

Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang di pergunakan untuk mengukur suatu


obyek ukur atau mengumpulkan data dari satu variabel. Suatu instrumen dikatakan baik
apabila valid dan reliabel (Pelc, 1969). Instrumen penelitian ini berjumlah 30 pertanyaan
dimana penelitian ini memakai unsur insturmen berupa : a. Masalah (Guru sebagai faktor
penghambat pendidikan jasmani). Didalam instrumen ini penelitian ini terdapat poin yang
berbeda dari setiap jawaban yang di isi oleh sampel atau responden.

Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini prosedur yang digunakan terdapat sejumlah langkah-langkah


yang harus di tempuh untuk diharapkan menjamin kesahihan (validitas) hasil (Hsu, 2005).
Adapun proses prosedur dari penelitian ini sebagai berikut : Memilih masalah, menentukan
instrumen penelitian, menentukan sumber data (sampling), mengumpulkan data

Langkah 1 : Memilih Masalah

Awal dari suatu penelitian adalah menentukan masalah. Masalah itu sendiri
mengimplikasikan adanya suatu teka teki yang harus di pecahkan. Masalah merupakan suatu
kesulitan, suatu perasaan yang tidak menyenangkan atas suatu situasi gejala. Jika ada suatu
keraguan atau kebingungan tentang suatu fenomena maka itu dianggap suatu masalah
penelitian. Maka di dalam penelitian ini di angkat suatu Pemilihan masalah berupa “ Guru
sebagai salah satu faktor penghambat pendidikan jasmani”.

Langkah 2 : Menentukan Instrumen Penelitian

5
Instrumen digunakan untuk sebagai alat pegumpulan data yang berbentuk tes, angket
ataupun kuosioner. Dalam hal instrumen merupakan alat bantu bagi peneliti dalam
menggunakan metode pengumpulan data.

Langkah 3 : Menentukan sumber data ( sampling )

Disini Sampling atau objek sumber Penelitian dari siswa SMA 01 Bengkulu Tengah.

Langkah 4 : mengumpulkan data

Setelah menentukan sumber data ( sampling ) Maka peneliti mengumpulkan data dari
siwa SMA 01 Bengkulu Tengah. Sebanyak 20 siswa menjadi sampel dari penelitian.

Analisi Data

Teknis analisis data yang digunakan dalam menentukan keterkaitan dan hubungan antar
variable. Hasil sig. (p-value) tidak mencapai <0,05, artinya memiliki hubungan secara
ssignificant. Begitupun jika hasil sig. (p-value) mencapai atau lebih >0,05, artinya tidak
memiliki hubungan significant. Untuk mengetahui hasil valid dan realiel atau tidaknya,
dibandingkan terhadap r-table di derajat (DF-2) serta probabiliti sebesar 0,05.

6
Dari hasil tabel diatas, bisa dikatakan hasil sig. (p-value) tidak mencapai <0,05, artinya
memiliki hubungan secara ssignificant ada 14 kategori. Begitupun jika hasil sig. (p-value)

7
mencapai atau lebih >0,05, artinya tidak memiliki hubungan significant 14 kategori. Untuk
mengetahui hasil valid dan realiel atau tidaknya, jika bandingkan terhadap r-table di derajat
(DF-2) serta probabiliti sebesar 0,05.

HASIL
Setelah 28 siswa di wawancara dalam penelitian ini, yang terdiri dari 6 siswa perempuan dan
14 siswa laki-laki, maka diperoleh hasil pada tabel berikut ini:

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Item1 19 1 5 3.95 1.508


Item2 20 1 5 2.35 1.387
Item3 20 1 5 3.25 1.482
Item4 20 1 3 1.45 .686
Item5 19 1 5 2.05 1.079
Item6 19 1 5 3.11 1.449
Item7 20 1 5 2.85 1.348
Item8 18 1 5 2.78 1.396
Item9 20 1 5 1.85 1.040
Item10 19 1 4 2.21 .976
Item11 19 1 5 3.63 1.165
Item12 17 1 5 2.24 1.348
Item13 19 1 5 1.89 1.243
Item14 19 1 5 1.95 1.177
Item15 18 1 4 1.56 .922
Item16 19 1 5 1.79 1.273
Item17 19 1 5 1.84 1.167
Item18 19 1 3 1.84 .765
Item19 19 1 4 2.00 .943
Item20 20 1 5 2.10 1.071
Item21 20 1 5 2.15 1.226
Item24 20 1 5 2.00 1.076
Item25 20 1 5 2.00 1.124
Item26 20 1 5 2.75 1.164
Item27 20 1 5 2.55 1.234
Item28 19 1 5 2.32 1.293
Total 20 39 100 62.10 13.341
Valid N (listwise) 15

8
Case Processing Summary

N %

Valid 15 75.0
a
Cases Excluded 5 25.0

Total 20 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Standar Deviasi merupakan cara untuk merupakan cara untuk memperoleh hasil dengan
menampilkan tingkatan persebaran data pada nilai rata-rata (mean) data yang dianalisis
(Livingston, 2004).

Kategori

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Rendah 5 25.0 25.0 25.0

Cukup 12 60.0 60.0 85.0

Valid Tinggi 2 10.0 10.0 95.0

Sangat Tinggi 1 5.0 5.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Bardasarkan hasil tabel diatas uji coba tersebut maka, dari 20 siswa yang mendapatkan nilai
tinggi dua orang, nilai rendah 5 orang, dan yang nilai cukup 12 orang, dan sangat tinggi satu
orang.

Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha

.701 28

Nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,701 yang menunjukan bahwa 28 ketegori cukup reliable.

9
PEMBAHASAN
Pendidikan jasmani merupakan proses pembelajaran melalu aktivitas jasmani yang di
rancang dan sistematik, untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan, meningkatkan
kemampuan baik itu fisik, emosi, mental serta motorik (Hamzah et al., 2014). Peran guru
sangat di perlukan pada hal ini, sebagaimana guru mestinya guru pendidikan jasmani harus
menyajikan materi dan memaksimalkan pelajaran pendidikan jasmani di sekolah (Booth,
2000). Dengan teknik pengolahan kelas yang maksimal maka akan terciptanya pendidikan
jasmani yang berkualitas, tentu saja guru harus menemukan solusi dan metode pengajaran
yang baik kepada para siswanya agar para siswa di harapkan tidak bosan atau mengeluh
tentang prospek pengajaran yang di ajarkan oleh gurunya.

Semakin bervariasi metode pelajaran yang di ajarkan oleh guru maka terjadnya
efektifitas belajar mengajar bahwasanya gaya mengajar komando atau perintah yang
dilakukan oleh guru pendidikan jasmani tidak di sukai oleh para siswa (Wandzilak, 1985).
Dari paparan di atas dapat dilihat bahwsanya guru harus menemukan strategi metode atau
gaya pengajaran yang lebih efektif terhadap siswanya agar para siswanya lebih aktif dan
bersemangat dalam proses pelajaran pendidikan jasmani.

Selain teknik atau metode yang baik dalam mengajar guru harus menguasai materi
pelajaran, banyak dari guru pendidikan jasmani belum baik dalam menyajikan ataupun
menyampaikan materi ketika proses pelajaran pendidikan jasmani berlangsung. Kemampuan
penyampain materi yang baik oleh guru sangat berpengaruh terhadap keberhasilan siswanya,
penyampain materi yang baik nantinya akan berpengaruh kepada kemampuan siswanya.
Kemampuan tersebut berbentuk pengetahuan (knowladge) yakni kemampuan intelektual
yang dimiliki oleh seorang anak, yang mana nantinya akan sangat berguna dalam menunjang
karier pendidikan siswanya (Filgona et al., 2020).

Sebenarnya bukan hanya dari faktor guru saja yang menghambat pendidikan jasmani
di sekolah banyak faktor-faktor lainnya seperti : a. Faktor internal siswa, b. Faktor fasilitas, c.
Faktor lingkungan sekolah, d. Faktor lingkungan atau keluarga. Hal ini mungkin saja factor
lainnya yang mengahambat pendidikan jasmani di sekolah. Maka dari itu perlunya
pendekatan kurikulum yang sesuai agar nantinya pendidikan jasmani di sekolah berjalan
efektif tanpa ada factor penghambat lainnya.

10
KESIMPULAN

Penelitian ini menjelaskan guru sebagai faktor terhambatnya pendidikan jasmani yang
menyebabkan rendahnya hasil belajar pendidikan jasmani. Dari hasil di atas menunjukan
bahwasnya Guru tidak berpengaruh didalam faktor utama terhambatnya pendidikan jasmani
di SMA 01 Bengkulu tengah. Sehingga atau mungkin ada faktor lainnya yang membuat
pendidikan jasmni menjadi terhambat baik itu dari siswa, fasilitas maupun lingkungan.

LIMITATION/KETERBATASAN

Penelitian ini berhubungan dengan guru sebagai faktor terhambatnya pendidikan


jasmani Di SMA 01 Bengkulu Tengah. Pada dasarnya terdapat keterbatasan dalam penelitian
ini :

1. Dalam observasi saya mengakat judul tentang guru sebagai faktor penghambat
pendidikan jasmani. Mungkin ada beberapa aspek lainya yang membuat pendidikan
jasmni itu terhambat.
2. Keterbatasan dalam observasi dalam melakukan observasi ini saya sangat kesulitan
dalam menemukan sampel data seharusnya sampel yang di teliti lebih banyak agar
permaslahan dan isi pembahasan artikel ini lebih sesuai.
3. Keterbatasan waktu dalam melakukan observasi, dalam melakukan observasi waktu
yang dilakukan hanya sebentar seharusnya ketika melakukan observasi saya memiliki
waktu yang lama agar menemukan faktor-faktor apa saja yang membuat pendidikan
jasmani menjadi terhambat

REKOMENDASI PENELITIAN SELANJUTNYA

Saran penelitian dari penulis untuk penelitian selanjutnya : Untuk penelitian


selanjutnya mencari tentang apa saja faktor yang meletarbelakangi terhambatnya pendidikan
jasmnai disekolah mungkin penelitian selanjutnya bisa menemukan faktor-faktor lain yang
membuat pendidikan jasmani itu sendiri menjadi terhambat.

11
REFERENSI

Bailey, R. (2006). Physical education and sport in schools: A review of benefits and
outcomes. Journal of School Health, 76(8), 397–401. https://doi.org/10.1111/j.1746-
1561.2006.00132.x

Benesová, H. (1990). Physical education in schools. Ceskoslovenská Pediatrie, 45(2), 98–


101. https://doi.org/10.1136/bmj.1.3967.134

Booth, M. (2000). Assessment of physical activity: An international perspective. Research


Quarterly for Exercise and Sport, 71, 114–120.
https://doi.org/10.1080/02701367.2000.11082794

Carlier, D., Van Der Ven, A., Ceder, G., Croguennec, L., Ménétrier, M., & Delmas, C.
(2003). Lithium electrochemical deintercalation from O2-LiCoO2: Structural study and
first principles calculations. Materials Research Society Symposium - Proceedings, 756,
243–248. https://doi.org/10.1557/proc-756-ee5.9

Crum, B. (2013). How to pave the road to a better future for Physical Education. Journal of
Physical Education & Health, 2(3), 53–64.

De Meyer, J., Soenens, B., Aelterman, N., De Bourdeaudhuij, I., & Haerens, L. (2016). The
different faces of controlling teaching: implications of a distinction between externally
and internally controlling teaching for students’ motivation in physical education.
Physical Education and Sport Pedagogy, 21(6), 632–652.
https://doi.org/10.1080/17408989.2015.1112777

Dyson, B. (2014). Quality physical education: A commentary on effective physical education


teaching. Research Quarterly for Exercise and Sport, 85(2), 144–152.
https://doi.org/10.1080/02701367.2014.904155

Etikan, I. (2016). Comparison of Convenience Sampling and Purposive Sampling. American


Journal of Theoretical and Applied Statistics, 5(1), 1.
https://doi.org/10.11648/j.ajtas.20160501.11

Filgona, J., Sakiyo, J., Gwany, D. M., & Okoronka, A. U. (2020). Motivation in Learning.
Asian Journal of Education and Social Studies, 10(4), 16–37.
https://doi.org/10.9734/ajess/2020/v10i430273

12
Green, K., & Hardman, K. (2005). Physical education: Essential issues. Physical Education:
Essential Issues, January 2005, 1–248. https://doi.org/10.4135/9781446215876

Hamzah, A. R., Lucky, E. O. I., & Joarder, M. H. R. (2014). Time management, external
motivation, and students’ academic performance: Evidence from a Malaysian public
university. Asian Social Science, 10(13), 55–63. https://doi.org/10.5539/ass.v10n13p55

Hsu, T. C. (2005). Research methods and data analysis procedures used by educational
researchers. International Journal of Research and Method in Education, 28(2), 109–
133. https://doi.org/10.1080/01406720500256194

Livingston, E. H. (2004). The mean and standard deviation: What does it all mean? Journal
of Surgical Research, 119(2), 117–123. https://doi.org/10.1016/j.jss.2004.02.008

Pelc, J. (1969). Meaning as an Instrument. Semiotica, 1(1), 26–98.


https://doi.org/10.1515/semi.1969.1.1.26

Studies, E., Journal, B., & Studies, E. (n.d.). WHAT IS EVIDENCE-BASED EDUCATION ?

Wandzilak, T. (1985). Values development through physical education and athletics. Quest,
37(2), 176–185. https://doi.org/10.1080/00336297.1985.10483832

13

Anda mungkin juga menyukai