Anda di halaman 1dari 13

Guru Sebagai Salah Satu Faktor Terhambatnya

Pendidikan Jasmani Di SMA 01 Bengkulu Tengah

Ari Armadi Pranajaya

Ariarmadi4@gmail.com

Abstrak

Permasalahan dalam penelitian ini mengenai guru sebagai faktor penghambat


pendidikan jasmani. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah guru merupakan
salah satu faktor terhambatnya pendidikan jasmani di SMA 01 Bengkulu Tengah. Sampel
dari penelitian ini merupakan siswa dari SMA 01 Bengkulu Tengah yang ada di kecamatan
Talang Empat. Pengambilan data sampel penelitian ini menggunakan lembar angket untuk
memeperoleh data. Hasil data dari penelitian ini menunjukan bahwasanya guru merupakan
salah satu faktor terhambatnya pendidikan jasmani di SMA 01 Bengkulu Tengah. Relafan
hasil dari penelitian menujukan sebesar (0,701). Yang menunjukan bahwasanya atau berarti
guru merupakan salah satu indikasi terhambatnya pendidikan jasmani di SMA 01 Bengkulu
Tengah.

Kata kunci : Pendidikan Jasmani, Guru Sebagai Faktor terhambatnya Pendidikan Jasmani.

Abstract

Keywords : Phsyical Education,Teachers as Factors hindering Physical Education.

1
PENDAHULUAN

Pendidikan pada saat ini sudah semakin berkembang mulai dari kemudahan dalam
akses belajar serta peran teknologi yang semakin maju memudahkan dalam proses belajar
mengajar. Pendidikan adalah aspek universal yang selalu harus dimiliki di dalam kehidupan
manusia. Tanpa pendidikan manusia tidak akan berkembang kehidupan juga akan menjadi
statis tanpa adanya kemajuan. Oleh karena itu, pendidikan harus dimiliki oleh setiap individu.
Sekolah menjadi salah satu lembaga penyelengaran pendidikan memiliki peran penting dalam
proses belajar tetapi di indonesia sendiri banyak asumsi bahwasnya sistem pendidikan yang
di terapkan di sekolah mengalami kemunduran (Studies et al., n.d.). Salah satunya pada
pembelajaran Pendidikan jasmani. Pendidikan jasmani merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan di dalam sistem pendidikan (Green & Hardman, 2005).

Pendidikan jasmani adalah bagian standar dari kurikulum sekolah dan memiliki
banyak tujuan termasuk kebugaran jasmani, keterampilan jasmani, pengetahuan, sosial, dan ,
perkembangan emosional (Crum, 2013). Pendidikan jasmani itu sendiri merupakan bagian
intgral dari pendidikan yang menggunakan aktivitas jasmani sebagai media tujuannya, tetapi
tidak mengabaikan pengembangan nilai-nilai pendidikan jasmani seperti nilai sosial, nilai
kognitif, nilai sportivitas, nilai kerjasama, nilai kejujuran serta nilai kedisplinan (De Meyer et
al., 2016).

Namun pada saat sekarang pendidikan jasmani mengalami pergeseran, banyak


stegment yang menggangap bahwasnya pendidikan jasmani hanya sebagai pelengkap
pelajaran di sekolah, bahkan ada yang berspekulasi bahwa pendidikan jasmani hanya untuk
mengisi waktu luang para siswa di sekolah (Dyson, 2014). Pendidikan jasmani sangat penting
di ajarkan di sekolah melalui partisipasi di dalam pendidikan jasmani para siswa akan
mendapatkan pencegahan kesehatan penyakit kronsi (misalnya obesitas, tekanan darah tinggi,
dan tingginya kolestrol) melalui kegiatan fisik yang mana tidak di ajarkan oleh mata
pelajaran lain yang memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhan kesehatan siswanya. Jika
sekolah adalah tempat untuk para siswa nya untuk mendapatkan dampak postif pada
kesehatan maka pendidikan jasmani harus ada di sekolah, dan di ajarkan oleh guru (Bailey,
2006)

Banyaknya faktor pengahambat yang menyebabkan pendidikan jasmani di sekolah


sulit tercapai salah satu faktor pengahambat sulitnya menciptakan pendidikan jasmani yang

2
berkuliatas adalah guru. Guru memimiliki peran penting di dalam pendidikan jasmani serta
memiliki kunci agar terciptanya pendidikan jasmani yang berkualitas. Guru adalah salah satu
kontributor terbesar bagi keberhasilan siswanya dan kecakupan profesional yang memadai.
Guru merupakan unsur yang tidak dapat terpisahkan dari sistem pendidikan (Carlier et al.,
2003). Sebagaimana yang terlihat banyak siswa yang berspekulasi mengangap guru dapat
menyajikan pembelajaran yang baik, stegment ini bertolak belakang dengan apa yang di
rasakan para siswa dalam belajar pendidikan jasmani(Benesová, 1990).

Sebagian besar mengangap bahwa guru dalam menyajikan pendidikan jasmani belum
maksimal, sikap guru dalam mengajar seperti kurang ramah, kurang baik hati, kurang nya
relasi terhadap para siswanya, dan kurang memberikan kesempatan kepada anak didiknya
dalam bertanya selama pembelajaran merupakan salah satu faktor penghambat dari
pemebelajaran pendidikan jasmani. Kondisi ini tentunya banyak di sebabkan faktor salah
satunya pengolahan kelas oleh guru yang belum maksimal. Seharusnya guru dapat
menggunakan banyak metode pembelajaran agar para siswanya tidak merasa bosan. Model
praktik pengajaran yang relativ tradisional yang di ajarkan oleh guru dan hanya berpusat pada
guru, membuat peroses pembelajaran hampir tidak pernah dilakukan atas inisiatif para siswa.

METODE

Jenis pendekatan Penelitian ini adalah menggunakan kerangka kerja metode kualitatif.
Metode kualitatif merupakan metode penelitian yang dilakukan untuk memahami suatu
fenomena sosial dari sudut padang perspekitif dari para sampel penelitian. Dengan
melibatkan para siswa di SMA 01 Bengkulu Tengah sebagai partisipan. Teknik pengumpulan
pada penelitian ini adalah observasi dan Pembagian angket kousiner ke pada para siswa.

DESAIN PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan beberapa tahap dengan menentukan masalah yang akan di
teliti, mencari rujukan karya ilmiah baik itu buku maupuan artikel untuk menjadi acuan
landasan referensi. Langkah ke tiga menetukan tujuan penelitian, tujuan penelitian di sini
bermaksud kenapa peneliti melakukan penelitian tersebut serta apa hasil dari peneilitian.
Kempat Pengumpulan data pengumpulan data di kumpulkan dengan cara menyebarkan

3
kousioner sebanyak 30 pertanyaan untuk diisi oleh responden sebanyak 20 responden yang
ikut andil dalam mengisi data kousioner. Kelima dokumentasi atau laporan hasil dari
pengumpulan data, data yang sudah di kumpul kemudian di alokasikan sebagi bukti dari
observasi.

Menentukan Mencari refrensi dari


karya ilmiah baik
masalah yang buku, jurnal dan
Tujuan penelitian
akan di teliti artikel.

Dokumentasi
laporan Pengumpulan data
pengumpulan data

Gambar 1. Desain Penelitian

Sampel/Subjek Penelitian

Siswa Jumlah Siswa Present


Laki-laki 6 26%
Perempuan 14 74%
Total 20 100%

Tabel 1. Sampel Penelitian

4
Sampel yang di gunakan dalam observasi ini sebanyak 20 orang yang merupakan
siswa dari SMA 01 Bengkulu Tengah dengan memakai metode Convenience sample.
Menurut (Etikan, 2016) Convenience sampel merupakan metode pengambilan data yang
dimana sampel/subjek penelitian sasaran yang memenuhi kriteria praktis tertentu, seperti
kemudahan aksesbilitas, kedekatan geografis, ketersediaan waktu tertentu dan kesediaan
untuk berpartisipasi dimasukkan untuk tujuan dari penelitian.

Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang di pergunakan untuk mengukur suatu


obyek ukur atau mengumpulkan data dari satu variabel. Suatu instrumen dikatakan baik
apabila valid dan reliabel (Pelc, 1969). Instrumen penelitian ini berjumlah 30 pertanyaan
dimana penelitian ini memakai unsur insturmen berupa : a. Masalah (Guru sebagai faktor
penghambat pendidikan jasmani). Didalam instrumen ini penelitian ini terdapat poin yang
berbeda dari setiap jawaban yang di isi oleh sampel atau responden.

Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini prosedur yang digunakan terdapat sejumlah langkah-langkah


yang harus di tempuh untuk diharapkan menjamin kesahihan (validitas) hasil (Hsu, 2005).
Adapun proses prosedur dari penelitian ini sebagai berikut : Pertama Memilih Masalah Awal,
dari suatu penelitian adalah menentukan masalah. Masalah itu sendiri mengimplikasikan
adanya suatu teka teki yang harus di pecahkan. Masalah merupakan suatu kesulitan, suatu
perasaan yang tidak menyenangkan atas suatu situasi gejala. Jika ada suatu keraguan atau
kebingungan tentang suatu fenomena maka itu dianggap suatu masalah penelitian. Maka di
dalam penelitian ini di angkat suatu Pemilihan masalah berupa “ Guru sebagai salah satu
faktor penghambat pendidikan jasmani”.

Kedua menentukan Instrumen Penelitian, instrumen digunakan untuk sebagai alat


pegumpulan data yang berbentuk tes, angket ataupun kuosioner. Dalam hal instrumen
merupakan alat bantu bagi peneliti dalam menggunakan metode pengumpulan data. Ketiga
menentukan sumber data ( sampling ) Disini Sampling atau objek sumber Penelitian dari
siswa SMA 01 Bengkulu Tengah. Keempat mengumpulkan data, setelah menentukan sumber
data ( sampling ) Maka peneliti mengumpulkan data dari siwa SMA 01 Bengkulu Tengah.
Sebanyak 20 siswa menjadi sampel dari penelitian.

5
Analisi Data

Teknis analisis data yang digunakan dalam menentukan keterkaitan dan hubungan
antar variable. Hasil sig. (p-value) tidak mencapai <0,05, artinya memiliki hubungan secara
ssignificant. Begitupun jika hasil sig. (p-value) mencapai atau lebih >0,05, artinya tidak
memiliki hubungan significant. Untuk mengetahui hasil valid dan realiel atau tidaknya,
dibandingkan terhadap r-table di derajat (DF-2) serta probabiliti sebesar 0,05.

HASIL
Setelah 28 siswa di wawancara dalam penelitian ini, yang terdiri dari 6 siswa
perempuan dan 14 siswa laki-laki, maka diperoleh hasil pada tabel berikut ini:

Standar Deviasi merupakan cara untuk merupakan cara untuk memperoleh hasil
dengan menampilkan tingkatan persebaran data pada nilai rata-rata (mean) data yang
dianalisis (Livingston, 2004).

Tabel.1 katagori

Frequeny Percent Valid Cumulative


Percent Percent
Rendah 5 25.0 25.0 25.0
Cukup 12 60.0 60.0 85.0
Tinggi 2 10.0 10.0 95.0
Valid
Sangat 1 5.0 5.0 100.0
Tinggi
Total 20 100.0 100.0

Standar Deviasi merupakan cara untuk merupakan cara untuk memperoleh hasil
dengan menampilkan tingkatan persebaran data pada nilai rata-rata (mean) data yang
dianalisis (Livingston, 2004). Bardasarkan hasil tabel diatas uji coba tersebut maka, dari 20
siswa yang mendapatkan nilai tinggi dua orang, nilai rendah 5 orang, dan yang nilai cukup 12
orang, dan sangat tinggi satu orang.

6
Tabel. 2 Item-Total Masalah

Korelasi item- Cronbach's


Skala rata-rata Varian skala Total yang Alpha if Item
item Item dikoreksi Deleted
X01 47.8000 68.695 .273 .573
X02 49.2500 75.355 .054 .610
X03 48.3500 65.818 .439 .542
X04 50.1500 72.555 .474 .569
X05 49.4500 75.734 .078 .604
X06 48.4500 69.524 .295 .570
X07 48.7500 71.882 .213 .585
X08 48.9000 76.095 .024 .615
X09 49.7500 73.461 .226 .585
X10 49.3500 74.239 .204 .588
X11 25.8000 19.642 1.000 .192

Tabel.2 menunjukan Masalah tentang pendidikan jasmani yang dilaksanakan oleh


guru, berdasarkan hasil validitas dari item instrumental masalah yang mendapatkan hasil
dengan nilai total 1,000 dan nilai terendah total 0.024, dibandingkan dengan probability 0,05,
sehingga dapat disimpulkan item instrumental masalah pada tabel itu valid.

Tabel 4. Item-Total Nilai-nilai

Korelasi item- Cronbach's


Skala rata-rata Varian skala Total yang Alpha if Item
Item. Item dikoreksi Deleted
X01 34.5000 22.500 .563 .742
X02 34.5385 26.498 .312 .773
X03 34.5385 24.978 .292 .781
X04 33.9615 25.158 .434 .761
X05 34.4231 20.334 .770 .707
X06 34.3077 24.062 .383 .768
X07 34.3462 24.475 .539 .750
X08 34.5385 27.458 .063 .808
X09 34.6538 22.155 .648 .730
X10 34.2692 24.285 .559 .747

7
Tabel 3. Menunjukan total nilai-nilai pendidikan jasmani, uji coba hasil dari korelasi
item – total yang dikoreksi dari instrumwn nilai-nilai pendidikan jasmni. Setelah melakukan
sebuah uji coba hasil validitas, mendapatkan hasil bahwa dengan nilai total tertinggi 0,770
dan nilai terendah 0,063. Dibandingkan dengan probalitiy 0,05, sehingga dapat disimpulkan
item instrumental nilai-nilai pendidikan jasmani pada tabel.3 valid.

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.701 28

Nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,701 yang menunjukan bahwa 28 ketegori cukup reliable.

PEMBAHASAN
Pendidikan jasmani merupakan proses pembelajaran melalu aktivitas jasmani yang di
rancang dan sistematik, untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan, meningkatkan
kemampuan baik itu fisik, emosi, mental serta motorik (Hamzah et al., 2014). Peran guru
sangat di perlukan pada hal ini, sebagaimana guru mestinya guru pendidikan jasmani harus
menyajikan materi dan memaksimalkan pelajaran pendidikan jasmani di sekolah (Booth,
2000). Dengan teknik pengolahan kelas yang maksimal maka akan terciptanya pendidikan
jasmani yang berkualitas, tentu saja guru harus menemukan solusi dan metode pengajaran
yang baik kepada para siswanya agar para siswa di harapkan tidak bosan atau mengeluh
tentang prospek pengajaran yang di ajarkan oleh gurunya.

Semakin bervariasi metode pelajaran yang di ajarkan oleh guru maka terjadinya
efektifitas belajar mengajar. Bahwasanya gaya mengajar komando atau perintah yang
dilakukan oleh guru pendidikan jasmani tidak di sukai oleh para siswa (Wandzilak, 1985).
Dari paparan di atas dapat dilihat bahwsanya guru harus menemukan strategi metode atau
gaya pengajaran yang lebih efektif terhadap siswanya agar para siswanya lebih aktif dan
bersemangat dalam proses pelajaran pendidikan jasmani.

Selain teknik atau metode yang baik dalam mengajar guru harus menguasai materi
pelajaran, banyak dari guru pendidikan jasmani belum baik dalam menyajikan ataupun
menyampaikan materi ketika proses pelajaran pendidikan jasmani berlangsung. Kemampuan
penyampain materi yang baik oleh guru sangat berpengaruh terhadap keberhasilan siswanya,
penyampain materi yang baik nantinya akan berpengaruh kepada kemampuan siswanya.

8
Kemampuan tersebut berbentuk pengetahuan (knowladge) yakni kemampuan intelektual
yang dimiliki oleh seorang anak, yang mana nantinya akan sangat berguna dalam menunjang
karier pendidikan siswanya (Filgona et al., 2020).

Pelaksanaan modifikasi metode pembelajaraan sangat di perlukan oleh guru penjas


sebagai salah satu alternatif solusi dalam mengatasi permasalahan yang terjadi dalam proses
belajar mengajar pendidikan jasmani. Tujuan dari memodifikasian pendidikan jasmani di
sekolah supaya siswa memperoleh kepuasaan baik dalam mengikuti pembelajaran maupun di
luar jam pembelajaraan serta pengemabangan motorik untuk siswanya terpenuhi. Industri
berbasis layanan dan padat pengetahuan berantung pada inovasi dan kreativitas (Betley).
Dalam kutipan tersebut di jelaskan bahwa perlunya inovasi dan kreativitas oleh guru untuk
menemukan solusi metode pengajaran yang sesuai dengan para siswanya.

Selanjutnya adanya indikasi Kurangnya motivasi guru dalam tujuan pembelajaran


pendidikan jasmani. Guru yang kurang termotivasi dan tidak memiliki minat terhadapat
pendidikan jasmani dapat mempengaruhi minat dan motivasi para siswa dalam mengikuti
pemebelajaran. Guru Pendidikan jasmani dapat mempengaruhi penentuan nasib siswa melalui
strategi motivasi yang mereka gunakan (Ian M.Taylor). Beberapa guru mungkin kurang
memiliki minat ataupun pemahamaan yang cukup tentang pentingnya pendidikan jasmani di
dalam lingkungan sekolah, beberapa masih berangapan bahwasanya pendidikan jasmani
hanya sebagai wadah para siswanya untuk bermain.

Guru memiliki peran penting karena guru merupakan tiang pondasi dalam
pembangunan generasi. Akan tetapi jika guru tidak memiliki motivasi didalam proses
pengajaran kedepanya guru pendidikan jasmani akan terus di sepelekan tidak hanya di
sekolah bahkan di masyarakat. Guru pendidikan jasmani pada saat sekarang mulai dimintai
pertanggung jawaban atas pemebelajaran siswanya (Ward 2013). Seharusnya guru
pendidikan jasmani memiliki motivasi dan tujuan yang kuat di dalam dirinya agar kedepanya
para siswa memiliki motivasi yang kuat juga dalam proses pembelajaran.

Hal ini lah yang menjadi tantangan bagi para guru pendidikan jasmani agar
kedepannya lebih meningkatkan kemampuan pengajaraan. Selain itu, pengajaran yang efektif
yang dilakukan oleh guru nantinya akan berdampak kepada para siswanya. Guru yang efektif
adalah guru yang mampu menyampaikan materi dan serta memiliki pemahaman akan apa
yang di sampaikan. Tanpa pemahaman konten yang lebih dalam, guru tidak akan dapat
mengajarakan hasil yang berarti dalam pendidikan jasmani. Standar pengajaran harus

9
menjadi persayaratan minimum dan guru harus mengajar di luar standar dari kemampuannya
(Ward 2013).

Didalam proses pembelajaran pasti terdapat permasalahan baik itu dari metode
pembelajaran ataupun motivasi yang kurang dari dalam para pendidik. Maka diperlukannya
solusi serta setrategi mengatasi dalam permasalahan tersebut. Pembelajaran yang baik bisa
membuat parasiswanya memiliki pengetahuan yang luas. Begitu pentingnya hasil dari proses
pembelajaran yang di lakukan di sekolah, agar ketika para siswanya ketika mengahadapi
lingkungan yang baru maka akan mudah untuk beradaptasi.

Pendidikan jasmani adalah suatu bagian integral dari sebuah pendidikan secara
keseluruhan yang memiliki tujuan mengembangkan berbagai aspek serta kompentisi para
siswa, baik itu akademi maupun motorik siswa. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang
dilakukan harus bisa lebih banyak dalam melibatkan keaktifan guru dan siswanya jika guru
hanya menyampaikan materi tanpa memiliki tujuan yang pasti nanti kedepannya pendidikan
jasmani itu akan menjadi sebuah pendidikan yang tidak berarah. ( )

Berpegangan dari pada hasil uraian penelitian di atas diketahui, Bahwasanya metode
pembelajaran dan motivasi yang kurang dalam pengajaran pendidikan jasmani oleh guru
merupakan faktor yang membuat terhambatnya pendidikan jasmani di sekolah. Oleh karena
itu sebagai pengajar perlu untuk bisa menemukan serta mengelola dirinya sendiri agar
terciptanya pendidikan jasmani yang berkualitas. Mengajar adalah bisnis yang berantakan,
dan karena kerumitan proses pengajaran setiap upaya meningkatkan keefektifan harus
ditempatkan di dalam pemahaman yang mendalam tentang sifat pekerjaan guru ( Ovens,
Hopper, butler). Sudah seharunya para guru pendidikan jasmani menerapkan metode
pembelajaran yang sesuai agar kedepanya nanti pendidikan jasmani tidak hanya di pandang
sebelah mata saja.

Penting untuk diperhatikan bahwasanya didalam pembelajaran pendidikan jasmani


sangat penting untuk di perhatikan agar kedepannya tidak berdampak kepada parasiswanya.
Semakin kuat hubungan para guru dan siswanya semakin bagus pula sistem pendidikan
jasmani yang dihasilkan, tapi jika semakin buruk hubungan guru dan para siswanya maka
pendidikan jasmani akan ikut tercoreng dan tidak menemukan hasil pembelajaran yang
diinginkan.

10
KESIMPULAN

Dari hasil observasi yang telah di lakukan maka dapat disimpulkan bahwasanya guru
merupakan sebagai salah satu faktor penghambat pendidikan jasmani di SMA01 Bengkulu
Tengah. Sangat penting bagi para guru untuk mengakaji apa saja kesalahan yang ada pada
dirinya agar kedepannya terciptanya evektifitas pendidikan jasmani. Sebagai pengajar guru
dituntut untuk memberikan pengajaran yang maksimal, ini tidak lain agar siswanya mudah
memahami pembelajaran dan guru pendidikan jasmani perlu mengahislkan lingkungan yang
baik untuk para siswanya.

LIMITATION/KETERBATASAN

Penelitian ini berhubungan dengan guru sebagai faktor terhambatnya pendidikan


jasmani Di SMA 01 Bengkulu Tengah. Pada dasarnya terdapat keterbatasan dalam penelitian
ini. Dalam observasi saya mengakat judul tentang, Guru Sebagai Faktor Penghambat
Pendidikan Jasmani. Mungkin ada beberapa aspek lainya yang membuat pendidikan jasmni
itu terhambat. Selanjutnya keterbatasan dalam observasi, dalam melakukan observasi ini saya
sangat kesulitan dalam menemukan sampel data seharusnya sampel yang di teliti lebih
banyak agar permaslahan dan isi pembahasan artikel ini lebih sesuai. Selanjutnya
keterbatasan waktu dalam melakukan observasi, dalam melakukan observasi waktu yang
dilakukan hanya sebentar(1 hari), seharusnya ketika melakukan observasi saya memiliki
waktu yang lama agar menemukan faktor-faktor apa saja yang membuat pendidikan jasmani
menjadi terhambat.

REKOMENDASI PENELITIAN SELANJUTNYA

Saran penelitian dari penulis untuk penelitian selanjutnya : Untuk penelitian


selanjutnya mencari tentang apa saja faktor yang meletarbelakangi terhambatnya pendidikan
jasmnai disekolah mungkin penelitian selanjutnya bisa menemukan faktor-faktor lain yang
membuat pendidikan jasmani itu sendiri menjadi terhambat.

REFERENSI

Bailey, R. (2006). Physical education and sport in schools: A review of benefits and
outcomes. Journal of School Health, 76(8), 397–401. https://doi.org/10.1111/j.1746-

11
1561.2006.00132.x

Benesová, H. (1990). Physical education in schools. Ceskoslovenská Pediatrie, 45(2), 98–


101. https://doi.org/10.1136/bmj.1.3967.134

Booth, M. (2000). Assessment of physical activity: An international perspective. Research


Quarterly for Exercise and Sport, 71, 114–120.
https://doi.org/10.1080/02701367.2000.11082794

Carlier, D., Van Der Ven, A., Ceder, G., Croguennec, L., Ménétrier, M., & Delmas, C.
(2003). Lithium electrochemical deintercalation from O2-LiCoO2: Structural study and
first principles calculations. Materials Research Society Symposium - Proceedings, 756,
243–248. https://doi.org/10.1557/proc-756-ee5.9

Crum, B. (2013). How to pave the road to a better future for Physical Education. Journal of
Physical Education & Health, 2(3), 53–64.

De Meyer, J., Soenens, B., Aelterman, N., De Bourdeaudhuij, I., & Haerens, L. (2016). The
different faces of controlling teaching: implications of a distinction between externally
and internally controlling teaching for students’ motivation in physical education.
Physical Education and Sport Pedagogy, 21(6), 632–652.
https://doi.org/10.1080/17408989.2015.1112777

Dyson, B. (2014). Quality physical education: A commentary on effective physical education


teaching. Research Quarterly for Exercise and Sport, 85(2), 144–152.
https://doi.org/10.1080/02701367.2014.904155

Etikan, I. (2016). Comparison of Convenience Sampling and Purposive Sampling. American


Journal of Theoretical and Applied Statistics, 5(1), 1.
https://doi.org/10.11648/j.ajtas.20160501.11

Filgona, J., Sakiyo, J., Gwany, D. M., & Okoronka, A. U. (2020). Motivation in Learning.
Asian Journal of Education and Social Studies, 10(4), 16–37.
https://doi.org/10.9734/ajess/2020/v10i430273

Green, K., & Hardman, K. (2005). Physical education: Essential issues. Physical Education:
Essential Issues, January 2005, 1–248. https://doi.org/10.4135/9781446215876

Hamzah, A. R., Lucky, E. O. I., & Joarder, M. H. R. (2014). Time management, external

12
motivation, and students’ academic performance: Evidence from a Malaysian public
university. Asian Social Science, 10(13), 55–63. https://doi.org/10.5539/ass.v10n13p55

Hsu, T. C. (2005). Research methods and data analysis procedures used by educational
researchers. International Journal of Research and Method in Education, 28(2), 109–
133. https://doi.org/10.1080/01406720500256194

Livingston, E. H. (2004). The mean and standard deviation: What does it all mean? Journal
of Surgical Research, 119(2), 117–123. https://doi.org/10.1016/j.jss.2004.02.008

Pelc, J. (1969). Meaning as an Instrument. Semiotica, 1(1), 26–98.


https://doi.org/10.1515/semi.1969.1.1.26

Studies, E., Journal, B., & Studies, E. (n.d.). WHAT IS EVIDENCE-BASED EDUCATION ?

Wandzilak, T. (1985). Values development through physical education and athletics. Quest,
37(2), 176–185. https://doi.org/10.1080/00336297.1985.10483832

13

Anda mungkin juga menyukai