Anda di halaman 1dari 5

1.

Latar Belakang Masalah

Salah satu faktor kemajuan suatu bangsa adalah melalui pendidikan. Pendidikan dalam
suatu negara menjadi sarana untuk mencetak sumber daya manusia yang unggul. Undang-
undang No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dalam pasal 1 dinyatakan
bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negaranya.

Proses pendidikan yang utama adalah pembelajaran di sekolah. Mata pelajaran di sekolah
membantu siswa untuk memahami konsep ilmu pengetahuan yang salah satunya adalah IPA.
Menurut Susanto (2013 :167) sains atau IPA adalah usaha sadar manusia memahami alam
semesta melalui pengamatan yang tepat sasaran, serta menggunakan prosedur dan dijelaskan
dengan penalaran sehingga mendapat kesimpulan.

Undang-undang No 20 tahun 2003 pasal 37 ayat 1e menyatakan bahwa IPA merupakan


mata pelajaran wajib untuk pendidikan dasar. Untuk jenjang pendidikan dasar khususnya
sekolah dasar IPA menjadi mata pelajaran yang penting bagi siswa karena erat kaitannya
dengan kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami
alam sekitar secara ilmiah (KTSP:2006). Sumaji (1997:34) menyatakan bahwa IPA di SD
hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu anak didik secara alamiah,
ini akan membantu mereka mengembangkan kemampuan untuk bertanya dan mencari
jawaban berdasarkan bukti serta mengembangkan cara berpikir bebas. Oleh karenanya guru
berperan penting dalam merancang proses pembelajaran IPA. Guru perlu memilih model
pembelajaran yang tepat sehingga siswa mendapat pengalaman belajar seperti yang
diharapakan dan tujuan dari pembelajajan IPA tercapai.

Namun pada umumnya pembelajaran IPA di sekolah dasar masih dianggap kurang
maksimal jika ditinjau dari cara mengajar guru. Guru belum menggunakan model yang tepat
untuk mata pelajaran IPA. Sebagian besar guru masih menggunakan model pembelajaran
yang belum memberikan pengalaman langsung dan cara-cara ilmiah dalam mempelajari
materi IPA pada siswa. Misalnya, guru hanya menggunakan model konvensional seperti
ceramah
Hasil observasi di kelas 5 SD Negeri Bugel 01 pada saat pembelajaran IPA menunjukkan
bahwa model yang digunakan guru adalah ceramah, tanya jawab dan tugas kelompok. Siswa
terlihat kurang tertarik dengan materi pelajaran IPA, siswa juga kurang aktif dalam
pembelajaran.. Guru belum menciptakan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman
langsung dan cara-cara ilmiah dalam mempelajari materi IPA. Sedangkan pembelajaran IPA
seharusnya melibatkan siswa secara aktif dengan melakukan penyelidikan atau penemuan
dengan cara-cara ilmiah sehingga siswa dapat memahami materi de ngan baik serta mampu
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Hasil dokumentasi awal menunjukkan bahwa hasil belajar mata pelajaran IPA masih
rendah karena belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yakni 75. Dari jumlah
siswa sebanyak 17 masih ditemukan 11 (64,8%) siswa yang mendapat nilai di bawah KKM.
Data hasil belajar disajikan dalam table 1.1.

Tabel 1.1. Data hasil belajar

Nilai Jumlah Jumlah Keterangan


Siswa Siswa (%)
< 75 11 64,8 Tidak Tuntas
≥ 75 6 35,2 Tuntas
Jumlah 17
Siswa
Rata-rata 68,9
Kelas

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Puji Nuryati selaku guru kelas V SD Negeri
Bugel 01 Salatiga, selama ini beliau menggunakan model pembelajaran ceramah dan tanya
jawab.. Namun guru masih menemui kendala yaitu ketika pembelajaran siswa terlihat kurang
tertarik dengan materi pelajaran dan sebagian besar siswa pasif untuk bertanya atau
mengeluarkan pendapat. Penilaian terhadap siswa dilakukan selama dan setelah proses
pembelajaran. Namun hasil belajar siswa belum memuaskan, ada beberapa siswa yang belum
tuntas KKM sehingga masih perlu bimbingan.

Berdasarkan hasil observasi, dokumentasi awal dan wawancara menunjukkan bahwa


hasil belajar IPA rendah disebabkan oleh beberapa hal, yaitu guru belum menggunakan
model pembelajaran yang tepat, siswa kurang tertarik dengan materi pelajaran dan siswa
pasif dalam pembelajaran.
Sebagai solusi dari permasalahan yang sudah di paparkan, dalam upaya meningkatkan
hasil belajar IPA akan dilakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe group investigation. Group investigation merupakan gagasan seorang filsuf
dari Amerika Serikat yaitu John Dewey. Salah satunya di jelaskan Sharan (dalam Jacobs dkk,
1995:30) the group investigation approach to cooperative learning is a deliberate attempt to
body some of Dewey’s principle in a set of procedures applicable to classroom without the
total redesign of a school environment and organization that Dewey wished to achive
(pendekatan investigasi kelompok untuk pembelajaran kooperatif adalah untuk mencoba
prinsip-prinsip Dewey dalam langkah-langkah yang bisa diterapkan di kelas tanpa merubah
total lingkungan dan organisasi yang diinginkan Dewey). Group investigation kemudian
pertama kali di kembangkan menjadi sebuah model pembelajaran oleh Herbert Thelen dan
selanjutnya oleh Yael Sharan dan Shlomo Sharan dari Universitas Tel Aviv. Joyce dkk,
(2009:315) menyatakan bahwa Thelen mengembangkan investigasi kelompok dengan
berusaha mencampurkan bentuk strategi pengajaran dengan dinamika proses demokrasi serta
proses akademik yang berupa penelitian. Y.Sharan dan S.Sharan (1989:17) Group
Investigation is an effective organizational medium for encouraging and guiding students'
involvement in learning. In Group Investigation, students take an active part in planning
what they will study and how. (Kelompok investigasi adalah sebuah sarana yang efektif untuk
mendorong dan membimbing keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Dalam investigasi
kelompok, siswa mengambil peran yang penting dalam merencanakan apa dan bagaimana
yang akan di pelajari). Selanjutnya Y.Sharan dan S.Sharan (dalam Tan dkk, 2006:10)
menyatakan bahwa In GI, students form interest groups within which to plan and implement
an investigation, and synthesize the endings into a group presentation for the class.( Dalam
GI, siswa membentuk kelompok untuk merencanakan dan melaksanakan
penyelidikan, dan mensintesis temuan dalam presentasi kelompok untuk
kelas). Mitchell dkk (2008:389) menyatakan : Group investigation allows students to be
directly involved in how they obtain knowledge; they are not mere recipients. It is a
democratic approach in a classroom setting. (investigasi kelompok memungkinkan siswa
untuk terlibat langsung dalam bagaimana mereka
memperoleh pengetahuan; mereka tidak penerima belaka. Ini adalah pendekatan demokratis
dalam
ruang kelas). Joyce dkk (2009:310) menjelaskan bahwa di dalam investigasi kelompok
beberapa siswa diatur dalam sebuah kelompok dengan pemecahan masalah yang demokratis
untuk membendung dan mengatasi semua masalah akademik. Slavin (dalam Rusman,
213:221) menjelaskan bahwa strategi belajar kooperatif GI sangatlah ideal diterapkan dalam
pembelajaran biologi (IPA), dengan topik materi IPA yang cukup luas dan desain tugas-tugas
atau sub-sub topik yang mengarah kepada kegiatan metode ilmiah, diharapkan siswa dalam
kelompoknya dapat saling memberi kontribusi berdasarkan pengalaman sehari-harinya. Jadi
berdasarkan pandangan para pakar dapat disimpulkan bahwa group investigation atau
investigasi kelompok adalah metode yang tepat untuk IPA karena group investigation
menuntut siswa untuk belajar dengn cara-cara ilmiah seperti melakukan perencanaan apa dan
bagaimana topik yang dipelajari, penyelidikan atau pemecahan masalah untuk kemudian
mensintesiskan temuan yang selanjutnya dipresentasikan di dalam kelas. Group investigation
merupakan metode yang demokratis sehingga dapat mendorong dan membimbing siswa
untuk terlibat aktif dalam pembelajaran.
Pemilihan group investigation dikuatkan dengan berdasar pada beberapa penelitian
terdahulu yang menunjukkan bahwa group investigation terbukti mampu meingkatkan hasil
belajar siswa. Ufuk Simsek (2012) melakukan penelitian pengaruh model Reading-Writing-
Presentation (RWP) dan group Investigation terhadap prestasi akademik mahasiswa pada
mata pelajaran kewarganegaraan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua model dapat
meningkatkan prestasi akademik mahasiswa disbanding dengan model teacher centered
teaching. Garonila L. Parchement (2009) membandingkan model group investigation, jigsaw
dan tradisional, diketahui bahwa group investigation yang paling nampak efektif dalam
meningkatkan hasil belajar siswa. Selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan I Made Astra
dkk (2015) untuk meningkatkan proses dan hasil belajar mata pelajaran fisika di SMA N 14
Jakarta menunjukkan bahwa dengan group investigation proses dan hasil belajar dapat
meningkat. Akhmad Bustomi (2009) melakukan penelitian teknik investigasi kelompok
berbasis nilai terhadap hasil belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar
siswa yang diajar menggunakan teknik investigasi kelompok lebih tinggi dibanding dengan
model lain. Ratih Puspita Dewi dkk (2012) melakukan penelitian terhadap penerapan model
group investigation terhadap hasil belajar materi bahan kimia di SMP. Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa group investigation mampu meningkatkan hasil belajar
dan aktivitas siswa.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukan penelitian dengan judul “upaya
peningkatan hsil belajar IPA dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group
investigation pada siswa kelas V semester II SD Negeri Bugel 01 tahun ajaran 2015/2016”.
2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakan yang telah dipaparkan, dapat diidentifikasi masalah sebagai
berikut:
1) Model guru kurang tepat untuk mata pelajaran IPA
2) Siswa kurang tertari dengan materi pelajaran IPA
3) Siswa pasif dalam mengikuti pembelajaran

3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakan diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
“Apakah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group
investigation dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA pada siswa kelas V
semester II SD Negeri Bugel 01 tahun ajaran 2015/2016?”
4. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group pada siswa kelas V semester
II SD Negeri Bugel 01 tahun ajaran 2015/2016
5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat baik secara teoritis maupun praktis.
Adapun manfaat tersebut yaitu:
Manfaat teroritis

Anda mungkin juga menyukai